• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802011097 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802011097 Full text"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUASAN PERNIKAHAN DAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING

SEBAGAI PREDIKTOR KINERJA KARYAWAN PT. SRI AGUNG

KNITTING, BANDUNG

OLEH

HIZKIA ELHANAN ROY

802011097

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

KEPUASAN PERNIKAHAN DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING

SEBAGAI PREDIKTOR KINERJA KARYAWAN PT. SRI AGUNG

KNITTING, BANDUNG

Hizkia Elhanan Roy

Chr. Hari Soetjiningsih

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(9)

i

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepuasan pernikahan dan psychological well being

(PWB) sebagai prediktor kinerja karyawan Sri Agung Knitting. Penelitian ini dilakukan pada

103 karyawan perusahaan Sri Agung Knitting. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan Simple Random Sampling. Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan

teknik analisis regresi berganda dan hasil dari olah data tersebut menunjukan bahwa kepuasan

pernikahan dan PWB mampu secara simultan menjadi prediktor kinerja dengan skor Fhitung

sebesar 44,235 dengan nilai signifikansi p = 0,000 (p < 0,05).

(10)

ii

Abstract

This study aims to investigate marital satisfaction and psychological well being as a predictor of

job performance Sri Agung Knitting employee. This study was conducted to 103 Sri Agung

Knitting employee. The data collection method on this study is Simple random sampling. Data

were analyzed using multiple regression and the result shows that marital satisfaction and

psychological well being can simultaneously be a predictor of job performance Sri Agung

Knitting with F = 44,235 and p = 0,00 (p < 0,05).

(11)

1

PENDAHULUAN

Memiliki sebuah kinerja yang baik sangatlah penting, seperti yang dikatakan oleh

Campbell dkk. (1993) bahwa sebuah perusahaan agar mencapai tujuannya harus memiliki

karyawan yang memiliki sebuah kinerja yang baik , hal ini juga di dukung oleh pendapat dari

Van Scotter, Motowidlo, dan Cross (2000) yang menyatakan bahwa kinerja sangat penting bagi

organisasi dalam rangka mencapai tujuan dan keuntungannya, karyawan dengan kinerja yang

baik akan memberikan kepuasan dan kebanggaan, kinerja jika diakui oleh orang lain dalam

organisasi akan dihargai oleh keuntungan finansial dan lainnya, kinerja yang baik memudahkan

individu untuk masuk ke dalam promosi serta memiliki peluang karir yang lebih baik

dibandingkan dengan kinerja rendah. Jadi, jika seorang memiliki kinerja yang baik maka hal

tersebut akan membantu perusahaan dalam hal produktivitas yang dimana hal tersebut akan

berpengaruh terhadap income dari perusahaan dan akan membantu karyawan tersebut karena

akan memudahkan dia untuk masuk dalam promosi.

Kepuasan pernikahan erat kaitannya dengan PWB seperti yang dikatakan oleh Ryan dan

Deci (2000) PWB mungkin tidak hanya mengacu kebahagiaan subyektif tetapi juga

berhubungan dengan aktualisasi potensi seseorang dan sejauh mana seseorang hidup sesuai

dengan diri sendiri. Stutzer dan Frey (2004) mengakatan bahwa pernikahan adalah salah satu hal

penting yang berengaruh terhadap kehidupan dan kesejahteraan seseorang dan individu yang

menikah, dia lebih bahagia dibandingkan dengan individu yang tidak menikah. Kebahagiaan

yang dialami oleh individu tersebut bersangkutan dengan PWB yang dimiliki individu tersebut

yang berpengaruh terhadap kinerjanya, seperti fenomena yang peneliti temukan di perusahaan

Sri Agung Knitting, Bandung.

Perusahaan Sri Agung adalah salah satu perusahaan besar di Bandung, Jawa Barat yang

bergerak di bidang tekstil. Sri Agung mempekerjakan kurang lebih 103 karyawan yang berasal

(12)

2

HRD Sri Agung, sering didapati karyawan yang malas bekerja dan bahkan memiliki

kinerja yang buruk dan menyebabkan kerugian bagi perusahaan, lebih lanjut dikatakan bahwa

karyawan yang memiliki kinerja yang buruk biasanya adalah mereka yang memiliki masalah

dengan pasangannya. Khususnya dalam perusahaan Sri Agung banyak karyawan yang

merupakan pasangan suami-istri, kinerja yang buruk biasanya muncul ketika suami-istri tersebut

mengalami masalah dengan pasangannya. Menurut HRD Sri Agung, didapati bahwa

konflik-konlik di dalam rumah tangga berimbas pada menurunnya kinerja karyawan, sebaliknya bagi

beberapa karyawan yang punya hubungan rumah tangga yang harmonis memiliki kinerja yang

baik dan konsisten.

Kinerja tidak didefinisikan oleh tindakan itu sendiri tetapi dengan proses penilaian dan

evaluasi (Motowidlo, Borman, dan Schmit, 1997). Kinerja mempunyai multidimensional

konsep, kinerja dibagi menjadi dua yaitu kinerja riil dan kinerja kontekstual. Menurut Fahmi

(2010) kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat

profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu periode tertentu sedangkan

Wibowo (2013) berpendapat bahwa kinerja berasal dari pengertian performance. Namun,

sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja tetapi termasuk

bagaimana proses pekerjaan berlangsung. Setiap karyawan mempunyai kemampuan berdasar

pada pengetahuan dan keterampilan, kompetensi yang sesuai dengan pekerjaanya, motivasi kerja

dan kepuasan kerja. Namun, pekerja juga mempunyai kepribadian, sikap dan perilaku yang

dapat memengaruhi kinerjanya.

Benardin (2001 dalam Wibowo, 2013) mengatakan bahwa kinerja merupakan catatan

hasil yang diproduksi (dihasilkan) atas fungsi pekerjaan tertentu atau aktivitas-aktivitas selama

periode waktu tertentu dan ada enam dimensi untuk mengukur kinerja, yaitu quality terkait

dengan proses atau hasil mendekati sempurna/ideal dalam memenuhi maksud atau tujuan,

(13)

3

yang diperlukan dalam menyelesaikan aktivitas atau menghasilkan produk, cost-effectiveness

terkait dengan tingkat penggunaan sumber-sumber organisasi (orang, uang, material, teknologi)

dalam mendapatkan atau memperoleh hasil atau pengurangan pemborosan dalam penggunaan

organisasi, need for supervision terkait dengan kemampuan individu dapat menyelesaikan

pekerjaan atau fungsi-fungsi pekerjaan tanpa asistensi pimpinan atau intervensi pengawasan

pimpinan, interpersonal impact terkait dengan kemampuan individu dalam meningkatkan

perasaan harga diri, keinginan baik, dan kerja sama diantara sesama pekerja dan anak buah.

Menurut Nasir, Amin, dan Shah (2010) kepuasan pernikahan memengaruhi kinerja

karyawan dan menyatakan bahwa kinerja berkorelasi positif dengan kepuasan pernikahanyang

dimana jika kepuasan pernikahan meningkat maka hal itu juga akan diikuti oleh meningkatnya

kinerja orang tersebut. Kepuasan pernikahan menurut Clayton (1975 dalam Fatimah, 2014)

adalah evaluasi secara keseluruhan tentang segala yang berhubungan dengan kondisi

perkawinan. Menurut Clayton (1975 dalam Pujiastuti dan Retnowati, 2004) aspek-aspek

kepuasan pernikahan antara lain kemampuan sosial suami istri (marriage sociability) adalah

kemampuan sosial suami istri dalam bergaul dengan orang lain atau lingkungan sosialnya,

persahabatan dalam pernikahan (marriage companionship) adalah persahabatan dan pernikahan

antara suami dengan istri, termasuk komunikasi dan menikmati kebersamaan, urusan ekonomi

(economic affair) adalah segala masalah ekonomi dalam rumah tangga, kekuatan pernikahan

(marriage power) adalah kelekatan antara suami istri, termasuk ketertarikan suami istri,

termasuk ketertarikan serta ekspresi penghargaan satu sama lain, hubungan dengan keluarga

besar (extra family relationship) adalah hubungan dengan keluarga di luar keluarga inti,

persamaan ideologi (ideological congruence) adalah kesamaan tujuan danpandangan suami istri,

keintiman pernikahan (marriage intimacy) adalah keintiman dan ekspresi kasih sayang suami

istri, taktik interaksi (interaction tactic) adalah cara pasangan berinteraksi dan menyelesaikan

(14)

4

Nasir, Amin, dan Shah (2010) di masa ini, pasangan yang bekerja dihadapkan dengan

berbagai tuntutan dan tekanan baik yang berasal dari dalam rumah tangga ataupun di dalam

pekerjaan. Tidak diragukan lagi bahwa ketika berada di tempat kerja banyak sekali dampak dari

globalisasi. Salah satu dampak dari globalisasi adalah tantangan yang terus-menerus dan

kompetisi di tempat kerja. Hal ini juga berdampak besar pada kinerja karena kinerja biasanya

mengindikasikan produktivitas tinggi dan keuntungan yang besar bagi organisasi. Efek kepuasan

pernikahan dalam pekerjaan menurut Nasir, Amin, Shah (2010) kepuasan pernikahan memiliki

korelasi signifikan terhadap kinerja, dimana ketika kepuasan pernikahan meningkat hal itu juga

akan diikuti dengan meningkatnya kinerja.

Lin, Yu, dan Yi (2014) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang juga memengaruhi

kinerja karyawan adalah psychological well-being (PWB). Psychological well-being, secara

luas didefinisikan sebagai kebahagiaan, kepuasan hidup, dan pertumbuhan diri dan merupakan

salah satu aspek yang paling penting dari fungsi psikologis. Banyak penelitian menunjukkan

bahwa orang yang bahagia mengalami sejumlah manfaat mulai dari kesehatan fisik, memiliki

hubungan yang lebih baik dengan kinerja yang tinggi (Huppert, 2009; dalam Lyubomirsky, dkk,

2005). Psychological well-being mengacu pada kualitas pengalaman hidup dan mencerminkan

fungsi psikologis yang optimal dan pengalamannya (Cowen dalam Ryff, 1989).

Psychological well-being mungkin tidak hanya mengacu kebahagiaan subyektif tetapi

juga berhubungan dengan aktualisasi potensi seseorang dan sejauh mana seseorang hidup sesuai

dengan diri sendiri. Sebuah contoh yang menonjol dari teori yang menekankan pentingnya

pertumbuhan pribadi dan pengembangan Penentuan Nasib Sendiri (Ryan dan Deci, 2000).

Psychological well-being menurut Ryff (Ryan dan Deci 2000) adalah keadaan perkembangan

potensi nyata seseorang yang ditandai dengan karakteristik ia dapat menghargai dirinya dengan

positif termasuk Self-Acceptance, Positive Relation with Other, Environmental Mastery,

(15)

well-5

being menurut Ryff dan Keyes (1995), yaitu kesadaran keterbatasan diri pribadi (

self-acceptance) mencakup evaluasi positif terhadap diri yang sekarang dan masa lalu, membangun

dan menjaga hubungan baik dan hangat dengan orang lain (positve relation with other) berarti

memiliki kualitas hubungan dengan orang lain, menciptakan kontek lingkungan sekitar sehingga

bisa memuaskan kebutuhan dan hasrat dari mereka sendiri (environmental mastery) yang

mencakup kapasitas untuk secara efektif mengatur hidup seseorang, membangun kekuatan

individu dan kebebasan personal (autonomy) yang berarti memiliki perasaan untuk menentukan

nasib diri sendiri, dinamika pembelajaran sepanjang hidup dan berkelanjutan mengembangkan

kemampuan mereka (personal growth) yang berarti memiliki perasaan untuk terus bertumbuh

dan berkembang sebagai individu, tujuan hidup yang menyatukan usaha dan tantangan yang

mereka hadapi (purpose in life) mencakup kepercayaan bahwa kehidupan seseorang memiliki

suatu tujuan dan memiliki sebuah arti.

Efek PWB pada pekerjaan adalah seperti yang dikatakan oleh Lin, Yu, dan Yi (2014)

bahwa salah satu faktor yang juga memengaruhi kinerja karyawan adalah PWB hal ini diperkuat

dengan hasil penelitiannya yaitu terdapat korelasi positif antara PWB terhadap kinerja karyawan

dan menurut Giver, Faber, Hannerz, Strøyer dan Rugulies (2010) menyatakan bahwa rendahnya

tingkat PWB seseorang, maka orang tersebut akan memiiki kemungkinan besar untuk di

keluarkan dari pekerjaannya.

Hasil penelitian tentang hubungan antara PWB terhadap kinerja oleh Lin, Yu, dan Yi

(2014) menyatakan bahwa PWB saling berhubungan dengan kinerja karyawan. Ditingkatkannya

kesejahteraan individu akan meningkatkan kinerja karyawan tersebut. Dalam penelitian yang

dilakukan oleh Nasir,Amin dan Shah (2010) menyatakan bahwa kinerja berkorelasi positif

dengan kepuasan pernikahan yang dimana jika kepuasan pernikahan meningkat maka hal itu

juga akan diikuti oleh meningkatnya kinerja orang tersebut. Namun sejauh penelusuran penulis,

(16)

6

terhadap kinerja, penelitian yang ada secara parsial yaitu hubungan antara PWB dengan kinerja

dan hubungan kepuasan pernikahandengan kinerja. Adapun Anwar (2002) menyebutkan

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah faktor-faktor kemampuan, secara psikologi

kemampuan karyawan terdiri dari kemampuan potensi dan kemampuan realitas (pengetahuan

dan keahlian) artinya karyawan yang memiliki potensi di atas rata-rata dengan pendidikan yang

memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari maka akan

lebih mudah mencapai kinerja yang diharapakan. Oleh karena itu karyawan perlu ditempatkan

pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya dan faktor motivasi seorang karyawan dalam

menghadapai situasi kerja akan membentuk motivasi. Motivasi merupakan kondisi yang

menggerakan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan kerja atau tujuan organisasi.

Sikap mental karyawan akan mendorong dirinya mencapai prestasi kerja yang maksimal.

Menurut Van Scotter, Motowidlo dan Cross (2000) menyatakan bahwa kinerja penting bagi

organisasi dalam rangka mencapai tujuan dan keuntungan, karyawan dengan kinerja yang baik

akan memberikan kepuasan dan kebanggaan pada perusahaan, kinerja jika diakui oleh rekan

sekerja dalam organisasi, dihargai dengan keuntungan finansial dan lainnya, kinerja yang baik

memudahkan individu mendapatkan promosi serta memiliki peluang karir yang lebih baik

dibandingkan dengan individu berkinerja rendah.

Dalam kehidupan nyata, kinerja yang rendah bisa dipengaruhi oleh kepuasan pernikahan

yang rendah dan PWB. Menurut Nasir, Amin dan Shah (2014) kepuasan pernikahan

memengaruhi kinerja karyawan. Lin, Yu, dan Yi (2014) menyebutkan bahwa salah satu faktor

yang juga memengaruhi kinerja karyawan adalah PWB hal ini diperkuat dengan hasil

penelitiannya yaitu terdapat korelasi positif antara PWB terhadap kinerja karyawan. Melalui

beragam penelitian, telah dinyatakan bahwa PWB, kepuasan pernikahan, dan kinerja

(17)

7

juga akan diikuti oleh variabel lainya. Maka dalam kehidupan sehari-hari PWB, kepuasan

pernikahan, dan kinerja merupakan hal yang penting dalam lingkup pekerjaan.

Melihat fenomena dan hasil penelitian yang ada, maka tujuan peneliti melakukan

penelitian ini adalah ingin melakukan penelitian lebih lanjut terhadap kepuasan pernikahan dan

PWB sebagai prediktor terhadap kinerja. Manfaat dari penelitian ini adalah menambah

penelitian di bidang psikologi keluarga dan psikologi industri organisasi dalam hubungannya

dengan karyawan dan manfaat praktisnya adalah agar partisipan mengetahui bahwa PWB dan

kepuasan pernikahan yang mereka miliki juga berpengaruh terhadap kinerja mereka.

Rumusan Masalah

 Permasalahan penelitian ini adalah apakah kepuasan pernikahan dan psychological well-being secara simultan sebagai prediktor terhadap kinerja karyawan di Sri Agung

Knitting, Bandung?

Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah kepuasan pernikahan dan PWB secara simultan sebagai prediktor

kinerja karyawan Sri Agung Knitting, Bandung.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik uji regresi

berganda yang dimana dalam analisis ini variable terikatnya (Y) dihubungkan atau dijelaskan

lebih dari satu variabel, mungkin dua,tiga dan seterusnya variable bebas (X1,X2,X3,…,Xn) namun

masih menunjukan digram hubungan yang linear (Hasan,1999).

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat tiga buah variable dimana dua diantaranya adalah variable bebas

dan satu variabel terikat yaitu kepuasan pernikahandan PWBdan sebagai variabel terikat adalah

(18)

8

Definisi Operasional

a. Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dalam kurun waktu tertentu.

Berdasarkan standar kerja yang ditetapkan oleh perusahaan, maka dapat disimpulkan bahwa

kinerja karyawan yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Pengumpulan data kinerja

menggunakan skala yang telah peneliti buat berdasarkan dimensi kinerja dari Bernardin (dalam

Wibowo, 2013) yaitu quality, quantity, cost-effectiveness, need for supervision, interpersonal

impact. Skala ini menggunakan metode skala Likert dengan lima pilihan jawaban dimulai dari

STS, TS, N, S, SS. Untuk aitem favorable STS memiliki nilai 0, TS memiliki nilai 1, N

memiliki nilai 2, S memiliki nilai 3, SS memiliki nilai 4, sedangkan untuk aitem unfavorable

sebaliknya.

b. Kepuasan pernikahan adalah evaluasi secara keseluruhan tentang segala hal yang

berhubungan dengan kondisi pernikahan. Evaluasi tersebut bersifat dari dalam diri seseorang

(subyektif) dan memiliki tingkatan lebih khusus dibanding perasaan kebahagiaan pernikahan.

Skala kepuasan pernikahan menggunakan skala yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan

aspek kepuasan pernikahan menurut Clayton (1975 dalam Pujiastuti dan Retnowati, 2004)

antara lain marriage sociability, marriage companionship, economic affair, marriage power,

extra family relationship, ideological congruence, marriage intimacy, interaction tactic. Skala

ini menggunakan metode skala Likert dengan lima pilihan jawaban dimulai dari STS, TS, N, S,

SS. Untuk aitem favorable STS memiliki nilai 0, TS memiliki nilai 1, N memiliki nilai 2, S

memiliki nilai 3, SS memiliki nilai 4, sedangkan untuk aitem unfavorable sebaliknya.

c. Psychological well-being (PWB) berdasarkan aspek dari Ryff (1989) antara lain

self-acceptance, posiitve relation with other, environmental mastery, autonomy, personal growth,

purpose in life. PWB diungkap dengan skala PWBdibuat oleh Ryff (1989) terdiri dari 42 item.

(19)

9

N, S, SS. Untuk aitem favorable STS memiliki nilai 0, TS memiliki nilai 1, N memiliki nilai 2, S

memiliki nilai 3, SS memiliki nilai 4, sedangkan untuk aitem unfavorable sebaliknya.

Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Sri Agung Knitting yang

berjumlah 103 orang dengan karakteristik partisipan dalam ikatan perkawinan dengan usia

partisipan 25-60. Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive

sampling.

Instrumen Pengambilan data

1. Skala kepuasan pernikahan

Skala yang digunakan dalam mengukur kepuasan pernikahan adalah skala yang dibuat

sendiri oleh peneliti dengan menggunakan aspek-aspek kepuasan pernikahan oleh

Clayton (1975 dalam Pujiastuti dan Retnowati, 2004) aspek-aspek kepuasan pernikahan

antara lain marriage sociability, marriage companionship, economic affair, marriage

power, extra family relationship, ideological congruence,marriage intimacy, interaction

tactic, skala kepuasan pernikahan ini berupa skala Likert dan nilai total keseluruhan akan

menunjukan skor kepuasan pernikahan subjek.

Data untuk mengambil kepuasan pernikahan menggunakan skala yang telah

melewati tahap validasi, baik validitas isi dan validitas muka dimana skala telah

diperiksa oleh para ahli di bidangnya, yaitu dosen pembimbing. Skala kepuasan

pernikahan terdiri dari 23 item yang dimana terdiri dari 14 item favorable dan 9 item

unfavorable. Sebelum dipergunakan, dilakukan uji daya beda dan reliabilitas kriteria

daya beda yang baik adalah r ≥ 0,25 (Azwar,2012). Hasilnya menunjukan bahwa dari 23

aitem, terdapat 20 aitem yang mempunyai daya beda yang baik, dengan reliabilitas α =

(20)

10

2. Skala kinerja

Data kinerja menggunakan skala yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan

menggunbakan aspek dari Bernardin (2001 dalam Wibowo, 2013) yaitu yaitu quality,

quantity, timeliness, cost-effectiveness, need for supervision, interpersonal impact. Skala

kinerja terdiri dari 20 item yang terdiri dari 12 aitem favorable dan 8 aitem unfavorable.

Sebelum dipergunakan, dilakukan uji daya beda dan reliabilitas. Sebelum dipergunakan,

dilakukan uji daya beda dan reliabilitas kriteria daya beda yang baik adalah r ≥ 0,25

(Azwar,2012). Hasilnya menunjukan bahwa dari 20 aitem, terdapat 16 aitem yang

mempunyai daya beda yang baik, dengan reliabilitas α = 0,836 (α > 0.05) yang berarti

skala kinerja adala reliabel.

3. Skala PWB

Skala PWB dibuat oleh Ryff (1989) terdiri dari 42 aitem yang dimana terdiri dari 20

aitem unfavorable dan 22 aitem avorable terdiri dari 8 butir mengenai Autonomy, 8 butir

mengenai Environmental mastery, 7 butir mengenai Personal growth, 7 butir mengenai

Positive relations, 7 butir mengenai Purpose in life dan 7 butir mengenai

Self-Acceptance. Sebelum dipergunakan, dilakukan uji daya beda dan reliabilitas. Sebelum

dipergunakan, dilakukan uji daya beda dan reliabilitas kriteria daya beda yang baik

adalah r ≥ 0,25 (Azwar,2012). Hasilnya menunjukan bahwa dari 42 aitem, terdapat 36

aitem yang mempunyai daya beda yang baik, dengan reliabilitas α = 0,894 (α > 0,05)

(21)

11

Data Deskriptif

Tabel 4 statistik deskriptif skala inerja, skala kepuasan pernikahan dan skala psychological well-being

Descriptive Statistics

Tabel 4 diatas merupakan statistik deskriptif dari skor partisipan untuk setiap variabel.

Peneliti membagi skor menjadi 5 kategori yaitu mulai dari “sangat tinggi” hingga “ sangat

rendah” .

Dalam pengisian ketiga skala tersebut partisipan diminta untuk melingkari jawaban yang

menurut partisipan paling benar.

Hasil Penelitian

Analisa deskriptif

1. Variabel Kinerja

Jumlah aitem skala kinerja adalah 16 aitem sehinga total nilai terendah adalah 0 dan tertinggi

adalah 64 dibagi menjadi lima kategori sehingga memiliki interval sebesar 12,8.

Tabel 5 kriteria skor kinerja

Dari tabel diatas diketahui bahwa kinerja sebagian besar karyawan di Sri Agung Knitting ada

pada kategori tinggi (57,28%).

2. Variabel Kepuasan pernikahan

Jumlah aitem skala kepuasan pernikahan adalah 20 aitem sehinga total nilai terendah adalah 0

(22)

12

Table 6 kriteria skor kepuasan pernikahan

No Interval Kategori F Persentase

1 0 ≤ x < 16 Sangat Rendah 0 0 %

2 16 ≤ x < 32 Rendah 4 3.88 %

3 32 ≤ x < 48 Sedang 28 27.18 %

4 48 ≤ x < 64 Tinggi 53 51.46%

5 64 ≤ x < 80 Sangat Tinggi 18 17,48 %

Dari tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar kepuasan pernikahan karyawan di Sri Agung

Knitting berada pada kategori tinggi (51,46%).

3. Variabel Psychological well being

Jumlah aitem skala PWB adalah 36 aitem sehinga total nilai terendah adalah 0 dan tertinggi

adalah 144 dibagi menjadi lima kategori sehingga memiliki interval sebesar 28,8.

Tabel 7 skor criteria psychological well - being

No Interval Kategori F Persentase

1 0 ≤ x < 28,8 Sangat Rendah 0 0 %

2 28,8 ≤ x < 57,6 Rendah 0 0%

3 57,6 ≤ x < 86,4 Sedang 38 36.89 %

4 86,4 ≤ x < 115,2 Tinggi 57 55,34 %

5 115,2 ≤ x < 144 Sangat Tinggi 8 7.77 %

Dari tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar PWB karyawan di Sri Agung Knitting berada

pada kategori tinggi (55,34%).

Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas

(23)

13

Dengan melihat tampilan histogram diatas, dapat disimpulkan bahwa grafik histogram

menunjukan pola distribusi normal dengan tidak melenceng ke kanan atau ke kiri.

P-P Plot test

Dari P-P Plot test diatas menunjukan bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal serta

penyebarannya searah garis diagonal sehingga dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.

Tabel 8 Uji One Sample Kolmogorov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KINERJA MARITAL PWB

N 103 103 103

Normal Parametersa,b Mean 43.91 53.30 92.57

Std. Deviation 7.594 10.961 15.064

Most Extreme Differences

Absolute .077 .069 .066

Positive .063 .058 .066

Negative -.077 -.069 -.052

Kolmogorov-Smirnov Z .786 .701 .668

Asymp. Sig. (2-tailed) .568 .709 .763

(24)

14

Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan metode Kolmogorov Smirnov, didapat hasil

bahwa data kinerja ( K-S-Z = 0,786, p = 0,568, p > 0,05), data kepuasan pernikahan( K-S-Z =

0,701, p = 0,709, p > 0,05) dan data PWB ( K-S-Z = 0,668, p = 0,763, p > 0,05)artinya bahwa

data kinerja, kepuasan pernikahan dan PWB terdistribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah modeh regresi ditemukan adanya

korelasi antar variabel bebas. Model regeresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di

antara variabel independen ( Ghozali,2006). Hasil uji multikolinearitas disajikan dalam bentuk

tabel dan deskriptif, sebagai berikut :

Tabel 9 Uji Multiklinearitas

Uji Heteroskedastisitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

(25)

15

Tabel diatas menunjukan bahwa titik-titik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu dan

tersebar diatas ataupun dibawah angka 0 pada sumbu Y.

Hasil ini menunjukan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi tersebut,

sehingga dapat dipakai untuk memprediksi variable kinerja berdasarkan kepuasan pernikahan

dan PWB.

4. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui hubungan linear antar variable. Suatu data

dinyatakan memiliki hubungan linear apabila p < 0,05, tetapi jika skor dari data tersebut p >

0,05 maka data tersebut dinyatakan tiak memiliki hubungan linear. Hasil uji linearitas antara

kinerja dan marital disajikan dalam bentuk tabel dan deskriptif sebagai berikut :

Tabel 10 Uji Linearitas kinerja dengan kepuasan pernikahan

ANOVAa

(26)

16

Tabel 11 Uji lineriaritas kinerja dengan PWB

ANOVAa

Hasil penghitungan tabel diatas menunjukan adanya hubungan yang linear antara kinerja dengan

PWB dengan skor p = 0,000 (p < 0,05).

5. Uji Hipotesis

Hipotesis : kepuasan pernikahan dan PWB secara simultan sebagai prediktor terhadap kinerja

karyawan.

Uji hipotesis yang dilakukan oleh peneliti menggunakan uji regresi berganda dua

variable.

Tabel 12 hasil Uji regresi berganda signifikansi F

ANOVAa

Berdasarkan tabel anova diatas, diperoleh skor Fhitung sebesar 44,235 dengan nilai signnifikansi p

= 0,000 (p < 0,05) yang menunjukan bahwa kepuasan pernikahan dan PWB dapat dijadikan

(27)

17

Tabel 13 hasil uji korelasi psychological well being dan kepuasan pernikahan dengan kinerja

Model Summaryb

Hubungan kepuasan pernikahan dan PWB terhadap variabel terikat yaitu kinerja sebesar 46,9 %

dan sisanya sebesar 53,1 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh peneliti dalam

penelitian ini.

Tabel 15 hasil uji regresi berganda nilai koefisien Beta dan nilai t variable independent terhadap variable dependent

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

Dari tabel diatas diperoleh persamaan regresi linear sebagi berikut :

Y = 0,176 X1 + 0,552 X2

Keterangan :

1. Konstanta sebesar 11,640 mengandung arti bahwa jika variable independen dianggap konstan,

maka nilai kinerja sebesar 11,640.

2. Koefisien regresi kepuasan pernikahan sebesar 0,176 memiliki arti bahwa setiap penambahan

1 satuan atau tingkatan kepuasan pernikahan akan berdampak pada meningkatnya kinerja

sebesar 0,176 satuan.

3. Koefisien regresi PWB sebesar 0,552 memiliki arti bahwa setiap penambahan 1 satuan atau

(28)

18

PEMBAHASAN

Hasil pengukuran analisis regresi berganda diatas membuktikan hipotesis yang

menyatakan bahwa kepuasan pernikahan dan PWB sebagai prediktor terhadap kinerja diterima.

Hal tersebut bisa dilihat dari nilai F sebesar 44,235 dengan nilai signifikansi p = 0,000 (p <

0,05) yang menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kepuasan pernikahan dan

PWB terhadap kinerja. Kedua variable juga memberikan sumbangan efektif sebesar 46,9% yang

berarti bahwa 46,9% variasi yang terjadi pada variabel kinerja dapat dijelaskan oleh variasi dari

variabel kepuasan pernikahandan PWB.

Argyle (1999) mengatakan bahwa ada 2 alasan utama mengapa pernikahan berkontribusi

pada PWB, pertama pernikahan menyediakan sumber tambahan seseorang dalam meningkatkan

self-esteem, sebagai contoh dengan menyediakan jalan keluar dari stress pada sebuah pekerjaan,

kedua individu yang menikah, mmeiliki pasangan yang mendukungnya dan mampu bertahan

dari kesepian. Hal ini yang menyebabkan kepuasan pernikahan dan PWB berpengaruh terhadap

kinerja seseorang. Penelitian Nasir, Amin, dan Shah (2010) menyatakan bahwa kepuasan

pernikahan memengaruhi kinerja karyawan dan menyatakan bahwa kinerja berkorelasi positif

dengan kepuasan pernikahan yang dimana jika kepuasan pernikahan meningkat maka hal itu

juga akan diikuti oleh meningkatnya kinerja orang tersebut. Ketika seseorang merasa puas

dengan pernikahannya, maka individu tersebut cenderung memiliki kinerja yang baik karena

pernikahan mereka bisa menjadi kekuatan bagi mereka ketika bekerja dan mendapatkan kinerja

yang baik. Pujiastuti dan Retnowati (2004) juga menyatakan bahwa tingkat kepuasan pernikahan

yang tinggi akan membuat individu lebih lengkap, berarti serta lebih optimis menatap masa

depan. Partisipan dalam penelitian ini memiliki tingkat kepuasan pernikahan yang cenderung

tinggi, terlihat pada tabel 6 yang menunjukan bahwa sekitar 51.46% partisipan menjawab

bahwa mereka cenderung merasa puas dengan pernikahan mereka. Tingkat kepuasan pernikahan

(29)

19

untuk memenuhi segala aspek-aspek kepuasan pernikahan antara lain marriage sociability,

marriage companionship, economic affair, marriage power, extra family relationship,

ideological congruence,marriage intimacy, interaction tactic.

Selain kepuasan pernikahan, PWB juga menjadi salah satu prediktor terhadap kinerja

karyawan. Tinggi rendahnya PWB dapat memengaruhi kinerja seseorang, seperti yang dikatakan

oleh Lin, Yu, dan Yi (2014) bahwa PWB memiliki korelasi terhadap kinerja karyawan,

rendahnya tingkat PWB seseorang, membuat seseorang memiliki kemungkinan lebih besar

untuk di keluarkan dari pekerjaannya sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Giver, Faber,

Hannerz, Strøyer dan Rugulies (2010). Selain itu, Polatci dan Akdoğan (2014) mengatakan

bahwa tingkat PWB yang tinggi berarti individu menggunakan potensinya secara tepat,

karyawan memberikan semua waktu dan tenaganya agar berhasil dalam pekerjaannya dan

mampu membedakan tanggung jawabnya di rumah dengan di tempat kerja. Nopiando (2012)

mengungkapkan bahwa PWB merupakan kondisi tercapainya kebahagiaan tanpa adanya

gangguan psikologis yang ditandai dengan kemampuan individu mengoptimalkan fungsi

psikologisnya. Tinggi rendahnya tingkat kesejahteraan psikologis seorang karyawan

dipengaruhi oleh proses evaluasi pengalaman hidup selama ia menjadi karyawan. Realita

kondisi kerja baik yang sifatnya menyenangkan maupun tidak, ditangkap sebagai suatu konsepsi

pengalaman psikologis dalam diri seorang karyawan. Interpertasi pengalaman yang positif akan

menimbulkan kepuasan dalam diri karyawan sebagai pondasi optimalisasi fungsi kesejahteraan

psikologis disertai dengan kondisi keluarga yang harmonis akan meningkatkan kinerja

karyawan.

PWB merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan dalam prakteknya, baik oleh

perusahaan ataupun diri sendiri. Orang yang memiliki PWB yang tinggi berarti orang tersebut

memiliki kinerja yang tinggi, di mana orang tersebut mampu memenuhi dimensi-dimensi dari

(30)

20

merupakan salah satu dimensi kinerja Bernardin (2001 dalam Wibowo, 2013). Salah satu

dimensi dari kinerja adalah interpersonal impact yang berkaitan dengan kemampuan individu

dalam meningkatkan harga diri, keinginan baik serta kerja sama diantara sesama pekerja dan

anak buah yang akan membantu perusahaan mencapai tujuannya untuk mendapatkan income

yang besar. Income perusahaan berhubungan erat dengan kinerja karyawan, ketika karyawan

memiliki kinerja yang baik berarti karyawan tersebut mampu memberikan income yang baik

pada perusahaan dan akan mendorong penghargaan dari perusahaan kepada dirinya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang sudahh dilakukan tentang kepuasan pernikahan dan

PWB sebagai prediktor terhadap kinerja, maka disimpulkan :

1. Kepuasan pernikahan dan PWB secara simultan sebagai prediktor kinerja

2. Sumbangan efektif kepuasan pernikahan dan PWB pada kinerja sebesar 46,9%

3. Partisipan memiliki kinerja pada kategori tinggi (57,28%) dan memiliki PWB

berada pada kategori tinggi (55,34%). Pada variabel kepuasan pernikahan

partisipan sebagian besar berada pada kategori tinggi (51,46%).

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, masih banyak

kesalahan dan keterbatasan maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1. Bagi Karyawan

Untuk meningkatkan kinerja karyawan, karyawan perlu memerhatikan

PWB mereka karena hal tersebut berpengaruh terhadap kinerja mereka.

Karyawan diharapkan untuk meningkatkan PWB mereka dengan cara

membangun hubungan yang dengan rekan kerja dan atasan maupun bawahan,

(31)

21

dan tantangan. Kepuasan pernikhan juga harus diperhatikan seperti menjaga dan

memelihara hubungan suami istri yang harmonis.

2. Bagi HRD dan Perusahaan

Bagi HRD untuk mempertahankan dan membantu meningkatkan PWB karyawan

yang sudah baik, dengan cara membuat gathering, rekreasi bersama seluruh staff

dan keluarga. Dalam mempertahankan dan membantu kepuasan pernikahan

karyawan dengan cara membuka kesempatan bagi pasangan yang sedang

memiliki masalah untuk bercerita mengenai masalahnya, sekaligus

mempertahakan kinerja karyawan tersebut.

3. Bagi Peneliti selanjutnya

Dalam penelitian ini ditemukan 53,1% faktor-faktor lain, dengan demikin

penelitian selanjutnya dapat meneliti faktor-faktor lain yang berhubungan dengan

kinerja seperti motivasi, jenis kelamin, kepribadian, lamanya menikah, lamanya

bekerja dan pengalaman positif yang memberikan kepuasan dalam diri karyawan

sehingga memengaruhi kinerja. Pengukuran kinerja bisa menggunakan skala

yang dimilki oleh perusahaan yang bersangkutan agar data yang dihasilkan lebih

valid dan reliable sehingga tidak memberikan kesan ambigu. Jika mengukur

kinerja sebaiknya di satu pekerjaan yang sama karena berbeda pekerjaan berbeda

(32)

22

DAFTAR PUSTAKA

Argyle, M., 1999. Causes and correlates of happiness. In: Kahneman, D., Diener, E., Schwarz, N. (Eds.),Well-being: The Foundations of Hedonic Psychology. Russell Sage

Foundation, (pp. 353–373). New York.

Azwar, S. (Ed. 2). (2012). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Campbell, J. P., McCloy, R. A., Oppler, S. H., & Sager, C. E. (1993). A theory of performance

In E. Schmitt, W. C. Borman, & Associates (Eds.), Personnel selection in organizations. (pp. 35–70). San Francisco: Jossey-Bass.

Fahmi, I. (2010). Manajemen Kinerja : Teori dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Fatimah, N. S. (2014). Konsep Diri Wanita yang Tidak perawan dan Kepuasan Perkawinan.

eJournal Psikologi, 2, (2), 195-205.

Giver, H., Faber, A., Hannerz, H., Strøyer, J & Rugulies, R. (2010). Psychological well-being as predictor of dropout among recently qualified Danish eldercare workers. Scandinavian Journal of Public Health, 38, 239-245.

Hadi, S. (2000). Statistik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Hasan, I.(1999). Pokok-pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif). Jakarta: Bumi Aksara. Lee, C. C., Lin, Y, H., Huan, H. C., Huang, W. W & Teng, H. H. (2015). The effect of task

interpendence, team coorporation and team conflict on job performance.Social Behavior and Personality, 43, (4), 529-536.

Lin, C.Y., Yu, C & Yi, C. C. (2014). The effect of Positive Affect, Person Job Fit, and Well Being on Job Performance. Social Behavior and Personality,42 (9),1537-1548.

Motowidlo, S. J., Borman, W. C., & Schmit, M. J. (1997). A theory of individual differences in task and contextual performance. Human Performance, 10, 71–83.

Nasir, R. (2008). Career counseling: a shift from conventionalism (Kaunseling kerjaya: anjakan daripada konvensionalisme). Innaugral Lecture. Bangi, Selangor: Universiti Kebangsaan Malaysia, Publications.

Nasir, R., Amin, S., & Shah, A. A. ( 2010 ). Job Satisfaction, Job Performance and Marital satisfaction among Dual-Worker Malay Couples.The International Journal of Interdisciplinary Social Science, 5 (3),299-306.

Nopiandi, B. (2012). Hubungan antara job insecurity dengan kesejahteraan psikologis pada karyawan outsourcing. Journal of Social and Industrial Psychology, 1. (2).

Polaci, S., & Akdoğan, A. (2014). Psychological Capital and Performance: The Mediating Role of Work Family Spillover and Psychological Well-Being. Bussines and Economics Research Journal,Volume 5, Number 1, (pp. 1-15).

Pujiastuti, E. & Retnowati, S. (2004). Kepuasan Pernikahan dengan Depresi Pada Kelompok Wanita Menikah yang Bekerja dan yang Tidak Bekerja. Indonesian Psychological Journal, Vol 1, (2), 1-9.

(33)

23

Ryff, D. C. (1989). Happiness Is Everything, or Is It? Exploration on The Meaning of Psychological Well Being. Journal of Personality and Social Psychology, Vol 5,7. (6), 1069-1081.

Ryff, D. C. & Keyes, L. C. (1995). The Structure of Psychological Well-Being Revisited.Journal of Personality and Social Psychology, 4, 719-727.

Stutzer, A. & Frey, B. S. (2006). Does Marriagge Make People Happy, or Do Happy People Get Married ?. The Journal of Socio-Economics, 35, 326-347.

Van Scotter, J., Motowidlo, S. J., & Cross, T. C. (2000). Effects of task performance and contextual performance on systemic rewards. Journal of Applied Psychology, 85, 526– 535.

Gambar

Tabel 4 diatas merupakan statistik deskriptif dari skor partisipan untuk setiap variabel
Table 6 kriteria skor kepuasan pernikahan
Tabel 8 Uji One Sample Kolmogorov Smirnov
tabel dan deskriptif, sebagai berikut :
+4

Referensi

Dokumen terkait

Kadar protein semua perlakuan berada diatas standar mutu sosis sesuai (SNI 01-3820-1995), yaitu bahwa nilai kadar protein sosis minimal 10%, sehingga kadar

Masyarakat pedesaan sudah paham jenis rebung yang tidak bisa tumbuh dewasa, sehingga harus dipanen ketika muda.. Apabila tidak ada, rebung yang mana pun dapat diambil

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Program

Berdasarkan studi pendahuluan untuk menunjukan kurang optimalnya kinerja bidan desa dalam kunjungan neonatal maka peneliti melakukan wawancara mengenai beberapa permasalahan

Untuk dapat mengembangkan hubungan sosialnya di perpustakaan, maka pustakawan harus dapat menjalin hubungan komunikasi interpersonal yang baik dengan orang lain,

Pembagian kewenangan dalam pengaturan penanaman modal di atas hanya terfokus pada pembagian wilayah penyelenggaraan penanaman modal, tidak melihat berbagai hal yang

Kran otomatis yang akan dibuat untuk fasilitas cuci tangan di Masjid Jami’ Al- Istiqomah adalah kran yang dilengkapi dengan sensor proximity (sensor jarak)

Untuk itulah kita perlu mengetahui apa yang menjadi objek material dan objek formal suatu ilmu pengetahuan..