• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN METODE FONIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS 2 DI SD N JAGAMANGSAN 1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN METODE FONIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS 2 DI SD N JAGAMANGSAN 1."

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGGUNAAN METODE FONIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK

BERKESULITAN BELAJAR KELAS 2 DI SD N JAGAMANGSAN 1

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Wahyu Ardyanti NIM 09103244006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

“Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”

(HR. Muslim)

“Kemampuan membaca adalah rahmat. Dan kemampuan membaca akan menjadi investasi abadi dalam kehidupan.”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan segenap kerendahan hati, karya ini kupersembahkan untuk:

1. Kado pernikahan orang tuaku yang ke 25 tahun, Bapak Sardiyana S.Pd M.A dan Ibu Any Prasasti S.Pd.

(7)

vii

PENGGUNAAN METODE FONIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK BERKESULITAN BELAJAR KELAS 2 DI SD N JAGAMANGSAN 1

Oleh Wahyu Ardyanti

09103244006

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak berkesulitan belajar kelas 2 di SD N Jagamangsan 1 menggunakan metode fonik.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah seorang siswa yang diduga berkesulitan belajar spesifik. Penelitian terdiri dari atas 2 siklus. Siklus pertama terdiri dari 10 pertemuan dan siklus kedua terdiri dari 5 pertemuan. Persentase KKM pencapaian yang ditetapkan yakni 80%. Setting penelitian dilakukan pada pembelajaran remidal. Pengumpulan data dilakukan dengan tes kemampuan membaca permulaan, wawancara dan observasi. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif yang disajikan dalam bentuk analisis tabel dan grafik dan deskripsi kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah tindakan penggunaan metode fonik kemampuan membaca permulaan pada siswa mengalami peningkatan. Pada hasil persentase nilai pretest siklus I 46,1% meningkat menjadi 65,3% pada

posttest dengan keterangan belum tuntas. Pada siklus II kemampuan membaca FY meningkat dengan hasil persentase nilai posttest siklus II 88,4% dengan keterangan tuntas. Pada siklus I siswa belajar mengenal bunyi huruf yang dibimbing oleh guru, huruf yang diajarkan difokuskan pada huruf yang dianggap sulit. Pembelajaran difokuskan pada huruf yang dipelajari dengan huruf yang telah dikuasai. Pada siklus II peneliti memodifikasi dengan memberikan reward berupa kepada siswa untuk memberi motivasi dalam pembelajaran. Berdasarkan observasi yang dilakukan guru menggunakan metode eja dan materi disama ratakan. Subjek memiliki kemampuan auditori yang baik dan memiliki problem solving yang baik.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir skripsi ini terselesaikan atas bantuan dan kepedulian dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta atas kesempatan menempuh studi. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang

telah memberikan ijin penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta atas arahan dan bimbingannya.

4. Bapak Dr. Edi Purwanta, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing Tugas Akhir Skripsi I yang telah banyak meluangkan waktu, bimbingan dan memberikan saran dalam penyusunan Tugas Akhir Skripsi. 5. Ibu Pujaningsih, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir II yang telah memberi bimbingan selama studi dan motivasi hingga terselesainya Tugas Akhir skripsi ini.

6. Seluruh bapak dan ibu dosen PLB FIP UNY yang telah membimbing dan menyalurkan ilmu, pengalaman dan wawasan terkait keterampilan dalam melayani anak berkebutuhan khusus.

(9)
(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Batasan Istilah ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Kajian Tentang Anak Berkesulitan Belajar ... 10

1. Pengertian Anak Berkesulitan Belajar ... 10

2. Klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar ... 12

3. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Membaca ... 16

B. Kajian Tentang Membaca Permulaan ... 18

1. Pengertian Membaca Permulaan ... 18

C. Kajian Tentang Metode Fonik ... 21

(11)

xi

2. Fungsi Metode Fonik ... 29

D. Kajian tentang Pembelajaran Remidial ... 29

1. Pengertian Pembelajaran Remidial ... 29

E. Kerangka Pikir ... 32

F. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN... 34

A. Pendekatan Penelitian ... 34

B. Desain Penelitian ... 35

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

1. Tempat Penelitian ... 37

2. Waktu Penelitian ... 38

D. Subyek Penelitian ... 38

1. Subjek Penelitian ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

1. Observasi ... 39

2. Tes ... 40

3. Wawancara ... 40

4. Dokumentasi... 41

F. Instrumen Penelitian ... 42

1. Panduan Observasi Partisipasi Siswa dan Guru ... 42

2. Instrumen Tes Kemampuan Membaca Permulaan ... 44

3. Panduan Wawancara ... 45

G. Teknik Analisis Data ... 46

H. Indikator Keberhasilan ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 49

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 49

1. Identitas Subjek ... 49

2. Karakteristik Subjek ... 49

a. Karakteristik Fisik ... 49

b. Karakteristik Sosial Dan Emosi ... 49

c. Karakteristik Bidang Akademik ... 50

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 51

1. Deskripsi Kemampuan Awal Membaca Permulaan ... 51

2. Deskripsi Hasil Pretest Kemampuan Membaca Permulaan ... 52

D. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Siklus I ... 53

1. Rencana Penelitian Tindakan Siklus I ... 53

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 53

(12)

xii

a. Deskripsi Pembelajaran Membaca Permulaan

Menggunakan Metode Fonik ... 59

b. Deskripsi Partisipasi Siwa ... 61

4. Evaluasi Tindakan Siklus I ... 62

5. Analisis Data Tindakan Siklus I ... 65

6. Refleksi Tindakan Siklus I ... 67

7. Rencana Tindakan Siklus II ... 69

E. Deskripsi Data Hasil Penelitian Siklus II ... 71

1. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 71

2. Observasi Tindakan Siklus II ... 76

a. Deskripsi Pembelajaran Membaca Permulaan Menggunakan Metode Fonik ... 76

b. Deskripsi Partisipasi Siwa ... 77

3. Refleksi Tindakan Siklus II ... 78

4. Analisis Data Tindakan Siklus II ... 80

F. Pembuktian Hipotesis ... 83

G. Pembahasan Hasil Penelitian ... 84

H. Keterbatasan Penelitian ... 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Rencana Kegiatan dan Waktu Penelitian ... 38

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Observasi Partisipasi Siswa ... 42

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Observasi Pembelajaran Membaca Permulaan melalui Metode Fonik ... 43

Tabel 4. Instrumen Tes Kemampuan Membaca Permulaan ... 44

Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Wawancara Guru ... 45

Tabel 6. Kisi-kisi Lembar Wawancara Siswa ... 46

Tabel 7. Hasil Pretest Kemampuan Membaca Permulaan ... 52

Tabel 8. Data Hasil Pengamatan Pengajaran Membaca Permulaan Menggunakan Metode Fonik ... 60

Tabel 9. Hasil Postest Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan menggunakan Metode Fonik siklus I ... 62

Tabel 10. Rekam Data Jawaban Soal posttest Siklus I ... 63

Tabel 11. Rekam Data Kesalahan Membaca pada Siklus I ... 64

Tabel 12. Data Hasil Pretest dan Posttest Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan Metode Fonik ... 66

Tabel 13. Data Hasil Pengamatan Pengajaran Membaca Permulaan Menggunakan Metode Fonik ... 76

Tabel 14. Hasil postest Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan Metode Fonik Siklus II ... 78

Tabel 15. Rekam Data Jawaban Soal posttest pada Siklus II ... 79

Tabel 16. Data posttest Siklus I dan posttest siklus II Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan Metode Fonik.... 81

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Desain Penelitian ... 35 Gambar 2. Grafik Peningkatan kemampuan Membaca Permulaan

melalui Metode fonik pada Siswa Berkesulitan Belajar Kelas 2 Siklus I ... 67 Gambar 3. Grafik Posttest Siklus I dan Siklus II Peningkatan

Kemampuan Membaca Permulaan Menggunakan Metode Fonik ... 81 Gambar 4. Grafik Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Instrumen Panduan Observasi ... 96

Lampiran 2. Instrumen Panduan Wawancara ... 98

Lampiran 3. Instrumen Panduan Soal Tes Kemampuan Membaca Permulaan ... 100 Lampiran 4. Hasil Data Observasi ... 103

Lampiran 5. Hasil Data Wawancara ... 105

Lampiran 6. Hasil Tes Kemampuan Membaca Permulaan ... 107

Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 110

Lampiran 8. Dokumentasi Foto ... 122

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesulitan belajar merupakan suatu hambatan yang sering dialami oleh siswa pada kelas dasar sehingga memperoleh hasil belajar yang rendah. Kesulitan belajar yang sering ditemui adalah kesulitan membaca. Seorang anak yang mengalami kesulitan belajar terutama dikelas rendah sering dicap sebagai anak yang bodoh karena gagal mencapai tujuan pembelajaran.

Penelitian yang dilakukan oleh Bender tahun 2004 yang menjelaskan bahwa kendala kesulitan belajar membaca paling banyak ditemui pada anak-anak, lebih dari 50% beresiko kesulitan belajar membaca, bahkan diperkirakaan siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca paling banyak jumlahnya mengalami masalah pelajaran sekolah sebesar 90%. (Kak Shanti 2012:29). Menurut penelitian Pierson tahun 2002 mengatakan bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca menduduki peringkat tinggi diantara kesulitan belajar yang lain, persentasenya sebesar 80%. (Kak Shanti 2012:29).

(17)

2

Child and Health Development (NICHD; Lyon, 1998) dalam Jessica Grainger (2003 : 4) diketahui bahwa 5% dari siswa yang akan masuk sekolah sudah siap membaca secara natural tanpa instruksi secara formal, yang lainnya 20% sampai 30% siswa belajar membaca dengan mudah dengan menggunakan instruksi, untuk 20% sampai 30% siswa belajar membaca lebih keras dan membutuhkan bimbingan yang lebih banyak, dan sisanya 30% siswa belajar membaca membutuhkan bimbingan intensif.

Menurut National Reading Panel (NRP, 2000) dan National Early Literacy Panel (NELP, 2009) dalam William D. Bursuck (2003:5) diidentifikasi ada lima kunci kemampuan bagi anak yang beresiko antara lain, kesadaran fonemik, fonik, membaca bermakna, perbendaharaan benda, dan membaca pemahaman. Bryan dan Bryan dalam Mulyono Abdurahman (2003:204) mendefinisikan kesulitan membaca sebagai sindroma kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, dan dalam belajar segala sesuatu yang berkenaan dalam waktu, arah, dan masa.

(18)

3

Tingkatan membaca permulaan adalah pembaca yang belum memiliki keterampilan kemampuan membaca yang sebenarnya tetapi masih dalam tahap belajar memperoleh keterampilan membaca. Kegiatan belajar membaca dalam tingkat ini adalah kegiatan mengenal bahasa tulisan yang mengharuskan pembaca/siswa dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi tersebut. kemampuan menghubungkan bunyi dengan simbol juga akan menentukan kemampuan anak dalam menulis dan membaca, selanjutnya dibutuhkan kerjasama dengan faktor-faktor lain termasuk orang tua dan guru yang dapat membimbing bersama serta memberikan metode yang sesuai untuk memberi pengajaran keterampilan membaca pada anak.

Menurut Stanovich (1986) dalam Jessica Grainger, (2003:184).

“mengidentifikasikan bahwa kesadaran fonemis memberikan kontribusi

tunggal kepada pembaca yang secara signifikan sumbangannya lebih besar

daripada intelegensi atau faktor lain manapun yang telah diduga beperan

dalam kelemahan membaca. Metode fonik ini merupakan suatu metode yang dapat diterapkan siswa berkesulitan belajar membaca yang menghabiskan sebagian besar waktunya dalam kelas regular, mereka memerlukan penanganan yang lebih dari siswa pada umumnya. Pernyataan ini didukung atas hasil kerja Marsh, Friedman, Welch dan Desberg (1980), Campbell (1985) dan Goswani (1988) :“menunjukan fakta bahwa bila diberikan latihan

fonemis anak belajar menggenelralisasikan dengan analogi dari satu

(19)

4

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap seorang siswa kelas 2 ditemukan permasalahan. Masalah tersebut berkaitan tentang kemampuan membaca permulaan siswa yang rendah dibanding siswa yang lain. Siswa tersebut diduga mengalami kesulitan belajar spesifik (suspect). Hal ini didukung dari hasil observasi yang menunjukkan bahwa prestasi belajar anak dan potensi yang dimiliki mengalami kesenjangan, anak memiliki kemampuan berpartisipasi memecahkan permasalahan dalam kelompok dengan baik, dan memiliki prestasi belajar di bidang studi lain yakni kesenian. Panca indera yang dimiliki tidak bermasalah dan memiliki kemampuan auditori yang baik. Siswa sudah mampu menyebutkan huruf namun ketika mengidentifikasi huruf, diketahui siswa mengalami kesulitan pada beberapa huruf yakni, b / d / e / f / g / j / m / n / p / q / r / v / w / y /. Siswa mengalami kesulitan membaca dalam menggabungkan huruf yang sudah di ketahui menjadi suku kata, kata dan kalimat sehingga berdampak pada prestasi di setiap mata pelajaran. Sikap siswa sering menolak belajar membaca dan sering menghindari pelajaran membaca juga dapat berpengaruh terhadap cara belajar siswa menjadi kurang berlatih membaca dan akhirnya siswa tersebut tidak berhasil menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

(20)

5

disesuaikan dengan kemampuan tiap siswa padahal kemampuan setiap anak tidak sama membuat prestasi siswa tertinggal dari teman-temannya.

Hasil observasi menunjukkan belum adanya metode maupun media alternatif yang digunakan secara khusus dengan karakteristik dan kebutuhan siswa yang mengalami kesulitan belajar untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaannya oleh guru. Mengingat pentingnya metode dan media dalam pembelajaran, khususnya bagi siswa yang memiliki kesulitan belajar membaca maka keduanya perlu diterapkan dalam setiap proses pembelajaran. Siswa yang mengalami kesulitan belajar membutuhkan inovasi metode maupun media yang sesuai dengan kebutuhannya untuk dapat membantu mempermudah belajar siswa.

(21)

6

Metode ini memiliki kelebihan yang sesuai dengan kaidah linguistik dan perkembangan bahasa anak, metode ini lebih menyenangkan karena disesuaikan dengan kerja otak anak yang tidak memaksa, bermakna dan kontekstual. Metode ini sesuai dengan siswa yang memiliki kemampuan auditori yang baik.

Diharapkan dengan penerapan metode fonik dapat mempermudah siswa dalam belajar membaca sehingga membantu anak memahami konsep membaca. Atas dasar inilah mendorong peneliti mengangkat judul penelitian Penggunaan Metode Fonik Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Pada Anak Berkesulitan Belajar Kelas 2 Di SD N Jagamangsan 1 Berbah Sleman.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dapat diidentifikasikan adalah :

1. Kemampuan membaca permulaan siswa berkesulitan belajar kelas 2 di SD N Jagamangsan 1 rendah.

2. Metode yang digunakan guru belum disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa berkesulitan belajar.

(22)

7

C. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi dan difokuskan pada Penggunaan Metode Fonik untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak berkesulitan belajar Kelas 2 Di SD N Jagamangsan 1.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses peningkatkan kemampuan membaca permulaan menggunakan metode Fonik pada anak berkesulitan belajar kelas 2 Di SD N Jagamangsan 1 Berbah Sleman?

2. Bagaimana hasil peningkatkan kemampuan membaca permulaan menggunakan metode Fonik pada anak berkesulitan belajar kelas 2 Di SD N Jagamangsan 1 Berbah Sleman?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui proses dan hasil peningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak berkesulitan belajar kelas 2 SD N Jagamangsan 1, Berbah, Sleman.

F. Manfaat Penelitian

(23)

8

1. Bagi guru

a. Dapat menambah pengalaman bagi guru tentang penerapan metode fonik untuk meningkatkan kemampuan membaca dan mempermudah siswa dalam membaca.

b. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dikelolanya terutama dalam hal meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia tentang membaca permulaan

2. Bagi Kepala sekolah

Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan pemanfaatan metode fonik dalam upaya peningkatan mutu pembelajaran.

3. Bagi siswa

a. Metode fonik dapat mempermudah pemahaman siswa tentang membaca permulaan.

b. Dapat meningkatkan prestasi belajar khususnya bidang Bahasa Indonesia dan bidang studi lainnya.

4. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengalaman bagi peneliti tentang bagaimana penggunaan metode fonik dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan.

Manfaat teoritis :

(24)

9

meningkatkan kemampuan membaca bagi anak yang memiliki kesulitan dalam membaca.

G. Batasan Istilah

Yang menjadi titik perhatian pada penelitian ini adalah :

1. Anak berkesulitan belajar merupakan seseorang yang mengalami hambatan belajar yang terjadi akibat adanya ketidakmampuan dalam mengkaitkan antara stimulus (materi) satu dengan yang lainnya, sehingga tidak dapat diproses dalam bentuk tertulis maupun lisan, sehingga menyebabkan prestasi belajar siswa rendah.

2. Membaca permulaan adalah tahapan membaca pada anak-anak dalam menghafal huruf (mengingat bentuk dan bunyi huruf), membaca gabungan huruf dalam suku kata maupun kata serta kalimat sederhana yang harus dikuasai oleh siswa sebelum memaknai kalimat secara mendalam

(25)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Anak Berkesulitan Belajar 1. Pengertian Anak Berkesulitan Belajar

Kesulitan belajar adalah kelompok gangguan yang terlihat pada kesulitan dalam menguasai dan menggunakan kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, berfikir atau kemampuan matematis (J. David Smith, 1989:1). Kesulitan belajar khusus suatu kondisi ketidakmampuan nyata pada orang yang memiliki intelegensi superior, memiliki system sensori yang cukup, dan kesempatan belajar yang cukup. Kondisi tersebut berpengaruh pada harga diri, pendidikan, pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari.

Kesulitan belajar atau disebut Learning Disability merupakan suatu hambatan yang sering dialami oleh siswa pada kelas dasar sehingga memperoleh hasil belajar yang rendah Dikutip dari Mulyono Abdurahman (2003:6-8) definisi kesulitan belajar pertama kali diungkapkan oleh The United Stated Office Education (USOE) tahun 1977 yang dikenal dengan

(26)

11

tunarungu, terbelakang mental, gangguan emosional, gangguan ekonomi, sosial atau budaya.

Depdikbud (1996: 1-2) menjelaskan kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Hambatan-hambatan tersebut mungkin dirasakan atau mungkin tidak dirasakan oleh siswa yang bersangkutan. Jenis hambatan ini dapat bersifat psikologis, sosiologis dan fisiologis dalam keseluruhan proses belajar mengajar.

Pendapat lain menurut Hamiil, et al., kesulitan belajar adalah beragam bentuk kesulitan yang nyata dalam aktivitas mendegarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, dan/atau berhitung. Gangguan tersebut berupa gangguan instrinsik yang diduga karena adanya disfungsi sistem saraf pusat. (Nini Subini, 2012:14).

Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian kesulitan belajar, sehingga dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah ketidakmampuan dalam menghubungkan antara stimulus (materi) satu dengan yang lainnya, sehingga tidak dapat diproses dalam bentuk tertulis maupun lisan, ketidakmampuan ini menyebabkan prestasi belajar siswa rendah.

(27)

12

Committee on Learning Disabilities (NJCLD), diketahui bahwa: (a) subjek mengalami kesulitan membaca permulaan terutama pada kata KV KV dan KV KVK diketahui jenis kesalahan (typical error) yang dilakukan adalah mengganti konsonan pada kata (subtitusi), (b) berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa subjek memiliki kemampuan yang menonjol, kemampuan mendengar (auditory comprehension), dan kemampuan kognitif yakni problem solving.

2. Klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar

Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda, baik dari segi fisik, mental, intelektual dan emosi sosial. Sehingga dalam proses pembelajaran pun mereka mengalami kesulitan belajar yang berbeda-beda pula.

Menurut Gallagher (1986), kesulitan belajar dapat dikelompokan menjadi dua kelompok besar yaitu developmental learning disabilities dan kesulitan belajar akademis. Komponen utama pada developmental learning disabilities antara lain perhatian, memori, gangguan persepsi visual dan motorik, berpikir dan gangguan bahasa. Sedangkan kesulitan belajar akademis termasuk ketidakmampuan pada membaca, mengeja, menulis, dan berhitung. (Suparno, 2006:45).

Anak berkesulitan belajar umum secara nyata mengalami kesulitan

(28)

13

tersebut berisiko tinggi tinggal kelas. (Suparno, 2006:46) menjelaskan Berdasarkan jenis kesulitannya dibagi menjadi dua:

a. Kesulitan belajar umum

Anak berkesulitan belajar berbeda dengan anak tunagrahita. Anak berkesulitan belajar umum biasanya ditandai dengan prestasi belajar yang rendah untuk hampir semua mata pelajaran atau nilai rata-rata jauh di bawah rata-rata kelas sehingga mempunyai risiko cukup tinggi untuk tinggal kelas. Kesulitan belajar tersebut disebabkan karena IQ yang rendah. Pada umumnya anak yang mengalami kesulitan belajar karena mempunyai inteligensi di bawah rata-rata yakni dengan IQ antara 70-90. Mereka sulit untuk menangkap pelajarn dan umumnya bersekolah di sekolah - sekolah umum.

(29)

14

b. Kesulitan belajar akademik

Kesulitan belajar khusus dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu kesulitan belajar praakademik dan kesulitan belajar akademik. Dikatakan anak mengalami kesulitan akademik karena anak mengalami kesulitan pada bidang membaca, menulis dan berhitung. Kesulitan akademik dapat diketahui guru atau orang tua ketika anak gagal menampilkan salah satu atau beberapa kemampuan akademik. Mulyono Abdurrahman (2003:13) Menurut Sugihartono, dkk (2007:165), langkah-langkah diagnosis kesulitan belajar adalah sebagai berikut.

1) Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menetapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar, dengan cara mengenali latar belakang baik psikologis maupun nonpsikologis. Kasus kesulitan belajar dapat diketahui melalui:

a) Analisis perilaku, diketahui melalui observasi atau laporan proses pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran dapat diketahui tentang:

(30)

15

belajar apabila waktu yang dibutuhkan dan frekuensi keterlambatannya paling banyak dalam menyelesaikan tugas. (2) Kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran.

Kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran secara tertib merupakan indikator siswa yang dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Dan sebaliknya siswa yang sering absen, tidak tekun, membolos, malas, dapat diduga siswa tersebut mengalami kesulitan belajar.

(3) Peran serta dalam mengerjakan tugas kelompok.

Pada beberapa pembelajaran siswa dituntut untuk bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa lain atau dalam kelompoknya, misalnya kemampuan mengemukakan pendapat, bertanya, menyanggah, menolak atau menerima pendapat. Dengan mengamati dan mencermati setiap tindakan siswa ketika dalam kelompok, maka guru akan mendapatkan gambaran tentang siswa-siswa yang mengalami kesuliatan belajar.

(4) Kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosial.

(31)

16

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak berkesulitan belajar dibagi menjadi dua berdasarkan kesulitannya yakni kesulitan belajar umum dan kesulitan belajar akademik. Untuk mengetahui bahwa seorang anak mengalami kesulitan belajar adalah dengan menganalisa perilaku, kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran, peran serta dalam mengerjakan tugas kelompok, dan kemampuan kerja sama dan penyesuaian sosial.

3. Karakteristik Anak Berkesulitan Belajar Membaca Permulaan

Menurut Stanovich, Nathan dan Vala-Rossi tanda paling jelas yang menunjukan seorang anak mengalami kesulitan membaca adalah ketika seorang anak menunjukan telah terjadi kegagalan membaca menyamai teman-teman seusianya dan tertinggal jauh dari teman seusianya. Jessica Grainger (2003:172)

Menurut Nini Subini (2012:54-55), ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan belajar membaca antara lain:

a. Inakurasi dalam membaca, seperti membaca lambat kata demi kata jika dibandingkan dengan anak seusianya, intonasi naik turun tidak teratur;

b. Tidak dapat mengucapkan irama kata-kata secara benar dan proposional;

(32)

17

f. Kesulitan dalam memahami apa yang dibaca, artinya anak tidak mengerti isi cerita/teks yang dibacanya;

g. Kesulitan dalam mengurutkan huruf-huruf dalam kata; h. Sulit mengeja dengan benar;

i. Membaca satu kata dengan benar di satu halaman, tapi salah di halaman lainnya;

j. Sering terbalik dalam menuliskan atau mengucapkan kata.

Data yang diberikan oleh Hangrove (1981:171) dalam Mulyono Abdurrahman (2003:206) tentang kesalahan yang banyak dilakukan oleh anak berkesulitan belajar membaca permulaan adalah sebagai berikut:

a. Penghilangan kata atau huruf; b. Penyelipan kata;

c. Penggantian kata;

d. Pengucapan kata salah dan makna berbeda; e. Pengucapan kata salah tetapi makna sama;

f. Pengucapan kata salah dan tidak bermakna; g. Pengucapan kata dengan bantuan guru; h. Pengulangan;

i. Pembalikan kata; j. Pembalikan huruf;

(33)

18

m. Ragu-ragu;

n. Tersendat-sendat.

Karakteristik yang sering terlihat pada anak – anak yang termasuk berkesulitan membaca ini menurut Reid & Hresko (1981) adalah 1) membacanya lamban, naik turun intonasinya, dan kata demi kata, 2) sering membalik – balik huruf dan kata – kata, 3) pengubahan huruf pada kata, 4) terjadi kekacauan pada kata – kata yang hanya berbeda sedikit susunannya, misal; bau, buah, bat u, buta, dan 5) sering menerka dan sering mengulangi kata – kata atau frasa. (M. Shodiq, 1995) dalam Suparno (2006:52).

Tidak semua dari ciri-ciri tersebut terdapat pada setiap anak yang memiliki kesulitan belajar membaca, ada beberapa ciri ciri menonjol yang terlihat dan menunjukkan spesifikasi kesulitan yang di alami. Sehingga pada akhirnya yang terlihat adalah kemampuan membaca anak berada dibawah kemampuan membaca dari teman seusianya dan.

B. Kajian Tentang Membaca Permulaan 1. Pengertian Membaca Permulaan

Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Membaca permulaan adalah proses

(34)

19

untuk memahami makna suatu bacaan. Tujuan membaca permulaan di kelas rendah adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami, menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut, agar siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat (Depdikbud, 1994:4).

(35)

20

Ngalim Purwanto (1997:29) memberikan penjelasan bahwa yang

disebut sebagai membaca permulaan jika maksud membaca itu yang diutamakan ialah:

a. Memberikan kecakapan kepada para siswa untuk mengubah rangkaian-rangkaian huruf menjadi rangkaian bunyi bermakna. b. Melancarkan teknik membaca pada anak-anak.

Benner et, al (2005:2) menjelaskan bahwa siswa yang mengalami kesulitan membaca permulaan mengalami permasalahan dalam memahami apa yang didengar, identifikasi huruf dan suku kata, dan membaca pemahaman. Sedangkan Torgesen menyatakan bahwa:

Siswa dengan kemampuan membaca permulaan rendah mengalami kesulitan pada 2 area yakni, 1) kesulitan identifikasi huruf secara benar dan cepat, dan membaca pemahaman. Siswa kesulitan merangkai bunyi huruf dan kata pada kalimat 2) kesulitan yang berhubungan dengan keterampilan bahasa oral diantaranya pemahaman mendengar. Kemampuan bahasa oral yang rendah mengarah pada penguasaan pada kosa kata yang sedikit dan berdampak pada kemampuan komunikasi verbal dan menulis Benner et al (2005:2).

(36)

21

Berdasarkan uraian diatas dapat ditegaskan bahwa membaca permulaan adalah tahapan proses belajar membaca bagi siswa kelas awal jenjang sekolah dasar dan merupakan proses keterampilan kognitif yang menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang fonim untuk memahami makna suatu bacaan.

C. Kajian Tentang Metode Fonik 1. Pengertian Metode fonik

Metode menurut KBBI (2000:740) adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki, cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode fonik disebut oral method, dan berhubungan dengan gerakan Direct Method. Dalam metode ini dimulai dengan latihan-latihan mendengarkan ear training, kemudian diikuti dengan latihan mengucapkan bunyi lebih dahulu, selanjutnya pengucapan kata, kalimat pendek, dan akhirnya kalimat yang lebih panjang, materi pelajaran ditulis dalam notasi fonetik. Metode bunyi ini berdasarkan fonemic (ilmu yang mempelajari cara bunyi yang dihasilkan). Fonik menurut KBBI (2000:310) adalah metode mengajar membaca dengan menggunakan konsep-konsep fonetik yang sederhana. Kata fonetik sendiri adalah bidang linguistik tentang pengucapan (penghasilan) bunyi ujar.

(37)

22

Visible Speech Method, yaitu lambang bunyi atau suara yang dihasilkan oleh alat bicara. Metode fonem atau metode suara ujaran diartikan dari

Speech Sound Method yaitu mengajarkan rentetan bukan secara alfabetisnya namun mengajarkan suara ujaran dari bunyi-bunyi bahasa. Sehingga yang diajarkan bukan, a, be, ce, de, ..., namun suara artikulasi bunyi bahasa. Metode fonik menurut Abudarrahman (2003:215) menekankan pada pengenalan kata melalui proses mendengarkan bunyi. Anak diajak mengenal bunyi huruf, kemudian mensintesiskan huruf-huruf menjadi suku kata dan kata. Untuk memperkenalkan bunyi berbagai huruf biasanya mengaitkan huruf-huruf depan dengan nama benda yang sudah dikenal oleh anak. Misalnya huruf “a” pada gambar ayam, huruf “b” pada

gambar buku dan seterusnya. Metode ini mudah dipelajari, sebab metode bunyi ini telah diteliti menggunakan seperangkat ilmu linguistik, pedagogik dan psikologi. Secara bertahap siswa dikenalkan pada huruf-huruf yang mudah dibunyikan siswa misalkan anak yang tidak bisa menggabungkan antara huruf konsonan dan vokal.

Phonemic awareness is the understanding that spoken word and syllables are made up of sequence of speech sounds and that it is possible to “tease out” or isolate these sounds in order to assist oneself in spelling and writing. (Joan M. Harwell 2001:195)

(38)

23

suara yang diucapkan William D. Bursuck (2010: 6). Pendapat lain menurut AASE, 1989 mengungkapkan bahwa kesadaran fonemic adalah kemampuan untuk mendiskriminasikan antara bunyi-bunyi yang berbeda serta posisinya dalam kata serta kemampuannya membandingkan apakah kata-kata berbeda atau mirip berdasarkan bunyi-bunyi konstituennya. Jessica Grainger (2003:175). Metode fonik menekankan pada pengenalan kata melalui proses mendengarkan bunyi huruf. Dengan demikian metode fonik lebih sintetis daripada analitik.

Pembelajaran keterampilan membaca dengan metode fonik ada beberapa tahapan supaya anak mudah didalam belajar membaca. Sumarti M. Tahir (2009:2) diantarannya:

a. Menyimak

Tahapan menyimak ini, pembelajaran dilakukan dengan bercerita dan menyanyi. Ada panduan lagu mulai A sampai Z.

b. Berbicara

Pembelajaran dilakukan dengan membaerikan buku bergambar seri dan pertanyaan kritis pada anak. Tujuan dari 2 tahap ini adalah anak lebih menyimak, berkonsentrasi dan memperkaya kosa kata yang dimiliki anak.

c. Menulis

(39)

24

d. Membaca

Tahap ini belajar berbahasa dari tata bahasa yang paling rumit (yaitu fonim, suku kata, kata frase dan kalimat) dan mulai dari benda konkrit ke benda abstrak. Pada tahap membaca ada 3 level, tapi tahap kelulusan ada pada level 2, karena level ke3 setara dengan anak lekas 5 SD bagaimana dengan target tiap level?. Diharapkan di level 1, anak mengenal bunyi dan lambang, bisa menggabungkan dua bunyi atau lebih untuk satu suku kata dapat berbentuk kata dan anak mengetahui bahwa tiap kata mempunyai makna. Sedangkan level 2 diharapkan anak lancar membaca mengerti bahwa setiap kata mempunyai makna dan tahu adab membaca.

Proses kegiatan membaca mencakup kegiatan fisik dan mental. Kegiatan fisik meliputi persepsi auditori dan persepsi visual. Salah satu aspek persepsi auditori dan persepsi visual adalah kegiatan membedakan bunyi huruf yang di dengar dan dilihat serta menggabungkan bunyi-bunyi huruf yang didengar dan dilihat menjadi sebuah makna, sedangkan untuk kegiatan mental meliputi proses kognitif. Proses kognitif adalah merupakan proses mengolah informasi dari apa yang dilihat dan didengar. Belajar membaca memerlukan 2 keterampilan yakni visual dan

(40)

25

Ketiga komponen tersebut berperan penting dalam belajar membaca, persepsi visual berguna untuk mengenal bentuk-bentuk huruf; memori visual merupakan kemampuan untuk mengingat bentuk huruf yang telah dipelajari; dan diskriminasi visual digunakan dalam keterampilan membedakan bentuk huruf yang satu dengan yang lainnya. Selain itu terdapat tiga komponen dalam keterampilan auditori yakni persepsi auditori (auditory perception), memori auditori (auditory memory), diskriminasi auditori (auditory description) Ross (1984:57). Ketiga keterampilan tersebut pun memiliki peran yang penting, persepsi auditori menentukan kemampuan mengenal bunyi huruf; memori auditori diperlukan untuk mengingat bunyi-bunyi huruf; diskriminasi auditori diperlukan dalam keterampilan membedakan bunyi huruf yang satu dengan yang lainnya.

Metode fonik adalah suatu metode belajar bahasa yang menggunakan

(41)

26

Belajar membaca permulaan dengan metode fonik ini ada 3 level yaitu sebagai berikut:

a. Level A (Able to read)

Level A merupakan tahap belajar untuk permulaan. Hal pertama yang dipelajari sebagai pemula adalah mengenal huruf dan bunyi huruf yang paling mudah dimengerti seperti huruf vokal a, e, i, u, o yang bunyi nya tetap dan huruf konsonan b, k, h, m yang berbunyi [beh], [keh], [heh], [em]. Pembelajaran membaca level A menggunakan media cardboard untuk membantu agar siswa mudah untuk mengidentifikasi huruf sesuai materi yang disajikan. Apabila anak sudah dapat mengidentifikasi huruf serta melafalkan huruf dasar dalam level A ini, maka anak dapat melanjutkan masuk ke tahap level B.

b. Level B (Be a Good Reader)

(42)

27

c. Level C (Champ to Reading)

Level C merupakan tahap akhir dalam pembelajaran membaca dengan metode fonik. Dalam level ini anak belajar dengan melanjutkan huruf selanjutnya pembelajaran dalam level ini meliputi huruf konsonan t, j, f, v, w,y, akhiran t, f, j, b, d, h, k, l, m, n, p, q, r, s, ng serta imbuhan [ng] dan [ny]. Selain itu, siswa juga dikenalan dengan tanda baca, misalnya tanda tanya (?), titik (.), koma (,), dan tanda seru (!). pembelajaran huruf t, j, f, v, w, y bunyinya adalah [teh], [jeh], [ef], [ve], [we], dan [ye]. Selain pembelajaran bunyi tersebut dan tanda bacanya, dalam level C ini juga dipelajari mengenai kata bentukan, kalimat bentukan, dan membaca wacana. Level ini tidak menggunakan media karena dalam level ini merupakan tahap lanjutan yang dasarnya sudah dipelajari dalam modul level A dan B, hanya sesekali saja menggunakan media huruf cardboard apabila anak mengalami kesulitan.

(43)

28

misalnya dengan pengenalan lambang huruf sebagai awal mengenal fonem pada cardboard dan dilanjutkan dengan membaca suku kata kemudian kata dan kalimat sederhana.

Apa yang diusulkan oleh peneliti tentang metode yang akan digunakan untuk mengatasi masalah dalam penelitian ini sesuai dengan kondisi anak yang dapat belajar membaca dengan fasih dengan menggunakan pendekatan visual, suara, dan linguistik untuk memudahkan dalam belajar membaca. Sehingga dapat ditegaskan metode fonik adalah suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa.

Pelaksanaan pembelajaran membaca menggunakan metode fonik menggunakan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a. Guru mengenalkan siswa abjad a-z, dengan kelompok 1 (a, i, u, e, o) kelompok 2 (m, s, b, p, l), kelompok 3 (d, n, t, w, s, r), kelompok4 (c, j, y, z, v) dan kelompok 5 (h), kelompok 6 (ng, ny, ai, au, ao).

b. Guru membimbing siswa untuk mencari bunyi huruf pada kata

c. Guru membimbing siswa untuk mencari bunyi pada benda

d. Guru membimbing siswa membandingkan padanan huruf yang ditulis

e. Guru membimbing siswa mengenal satu bunyi huruf konsonan dan

menggabungkan dengan huruf yang dikuasai

f. Guru membimbing siswa menggabungkan huruf yang sedang dipelajari

dengan huruf yang sudah dikuasai menjadi kata.

(44)

29

2. Fungsi Metode fonik

Metode fonik memberikan suatu dasar bagi anak-anak dalam lafal yang berbeda-beda dari masing–masing simbol huruf. Sehingga dapat disampaikan bahwa metode ini dapat berfungsi sebagai berikut :

a. Memperjelas proses penangkapan informasi dari guru kepada siswa, sehingga proses dan hasil belajar akan lancar serta meningkat.

b. Metode ini dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi dan minat siswa untuk belajar membaca.

c. Metode ini dapat memaksimalkan kemampuan berbagai indera. d. Membuat siswa lebih aktif selama proses aktivitas selama kegiatan D. Kajian Tentang Pembelajaran Remidial

1. Pengertian Pembelajaran Remidial

(45)

30

Menurut Endang Supartini (2001), pengajaran remidial ialah upaya guru untuk melakukan pembelajaran yang ditujukan pada menyembuhkan atau perbaikan usaha belajar, baik secara keseluruhan atau sebagian siswa yang mengalami kesulitan belajar supaya dapat meningkatkan belajarnya secara optimal, sehingga dapat memenuhi ktiteria keberhasilan minimal yang diharapkan.

Pengajaran remedial bertujuan untuk a) meningkatkan prestasi belajar siswa, b) mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran berikutnya, c) mengembangkan kepribadian dan penyesuaian diri dalam belajar, d) mengatasi hambatan belajar yang terjadi, e) dapat menyelesaikan tugas belajar yang diberikan. belajar yang terjadi, e) dapat menyelesaikan tugas belajar yang diberikan. Strategi belajar dalam pembelajaran remedial lebih menyesuaikan dengan kondisi dan kemampuan siswa, tingkat penguasaan materi, pengetahuan/ keterampilan prasyarat yang dimiliki.

Beberapa ciri-ciri pengajaran remedial dapat dideskripsikan :

a. Pengajaran remedial dilakukan setelah diketahui kesulitan belajar, dan dilakukan dengan memberikan pelayanan khusus sesuai dengan jenis, sifat dan latar belakang kesulitan belajarnya.

b. Tujuan instruksional disesuaikan dengan kesulitan yang dihadapi. c. Metode pengajaran remedial disesuaikan dengan jenis dan

(46)

31

d. Pelaksanaan pengajaran remedial dapat bekerjasama dengan beberapa pihak, seperti pembimbing/konselor, psikolog, dokter atau ahli lain yang terkait.

Tujuan pengajaran remidial menurut (Endang Supartini, 2001) adalah sebagai berikut:

a. Membantu meningkatkan prestasi belajar siswa

b. Untuk mencapai kriteria standar kemampuan minimal yang telah direncanakan

c. Dapat membantu mengatasi hambatan belajar yang dialami siswa d. Menemukan dan mengembangkan cara belajar yang baru sesuai

dengan kondisi dan kemampuan siswa

e. Agar siswa mampu memahami dirinya sendiri, baik kekurangan maupun kelebihan yang dimiiki

f. Dapat melaksanakan tugas belajar sesuai dengan harapan guru. Menurut Jessica Grainger (2003:204), program pelatihan bagi anak-anak dengan kelemahan membaca memerlukan intervensi yang sistematis, terstruktur, koheren, kokoh dan dapat dievaluasi. Siswa dengan kesulitan demikian tidak dapat hanya diberikan rangsangan dalam bentuk bahan cetak tetapi memerlukan pengajaran yang melibatkan keterampilan berkelanjutan dan intensif.

(47)

32

program yang melayani anak dengan kesulitan belajar, dengan catatan bahwa mereka memerlukan waktu belajar yang lebih banyak untuk dapat menuntaskan materi. Ketuntasan masing-masing siswa dalam pengajaran remedial harus dimonitor dan dikembangkan sebagai pertimbangan untuk program pengajaran materi selanjutnya.

Dengan demikian pembelajaran remidial adalah dipilih sebagai setting penelitian dengan tujuan sebagai usaha yang dilakukan untuk membantu dan melayani siswa agar memperoleh ketuntasan materi yang belum dikuasai dengan disesuaikan dengan karakter dan kemampuan siswa sehingga pembelajaran dengan setting remidial dianggap sesuai dengan karakteristik siswa.

E. Kerangka Pikir

Anak berkesulitan belajar adalah anak yang mengalami salah satu atau lebih dari beragam bentuk kesulitan yang nyata dalam aktivitas mendegarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, dan/atau berhitung. Gangguan tersebut berupa gangguan instrinsik yang diduga karena adanya disfungsi sistem saraf pusat.

(48)

33

untuk membaca pemahaman dan mata pelajaran lainnya, sehingga mengakibatkan prestasi belajar yang dicapai rendah.

Kemampuan membaca permulaan pada anak berkesulitan belajar diharapkan dapat meningkat dengan menggunakan metode fonik. Metode fonik memiliki kelebihan Pengajaran fonik sesuai dengan kerja otak. Metode fonik ini memiliki berbagai kelebihan dalam pelaksanaannya sehingga lebih efektif apabila dipakai untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan, diantaranya:

1. Mudah dilaksanakan (dengan peraga-peraga sederhana yang bisa diusahakan sendiri)

2. Sesuai dengan karakter bahasa 3. Meningkatkan keterbacaan

4. Mengajarkan bahsa secara menyeluruh

5. Anak paham bahasa Indonesia bukan hanya sekadar bisa membaca.

Dengan demikian kelebihan yang dimiliki metode fonik dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi anak berkesulitan belajar kelas 2.

F. Hipotesis

(49)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 82) penelitian tindakan kelas adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk pengembangan inovatif dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Menurut Suyanto dalam Sujati (2000:2) mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan–tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik–praktik pembelajaran di kelas secara professional.

(50)

35

B. Desain Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Rancangan peneniltian digambarkan seperti pada gambar berikut:

SIKLUS I

Gambar 1. Desain Penelitian

Desain PTK pada penelitian ini adalah model Kemmis dan Taggart dalam Suharsimi Arikunto (2010:17) yaitu :

1. Perencanaan (planning)

2. Perlakuan (acting)

3. Pengamatan (observing)

Permasalahan : siswa

mengalami kesulitan dalam membaca permulaan di kelas

Perencanaan : perencanaan kelas

remidial, RPI pembelajaran, alat yang diperlukan saat pembelajaran dalam kelas remidial

Tindakan : proses pembelajaran

dilaksanakan dengan adanya kolaborasi bersama guru, dengan menerapkan metode Fonik dalam pembelajaran di kelas remidial

Pengamatan : mengamati

tingkah laku siswa, mengamati kerja siswa dan membuat catatatan lapangan

Refleksi: mengumpulkan

data yang diperoleh dari hasil pekerjaan siswa dan catatan lapangan sebagai

pertimbangan untuk siklus selanjutnya

(51)

36

4. Refleksi (reflecting)

Prosedur penelitian tindakan kelas dapat dilihat sebagai berikut : 1. Perencanaan tindakan “planning”

a. Perencanaan pembuataan silabus dan RPP,

b. Menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang dicapai 80% c. Persiapan bahan ajaran dan metode

d. Mempersiapkan pretest

e. Mempersiapkan teknik evaluasi. 2. Tindakan “acting”

Tindakan merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang telah disusun. Langkah – langkah yang dilakukan guru sebaiknya mengacu pada RPP yang telah disusun. Adapun recana tindakan yang akan dilakukan sebagai berikut:

a. Kegiatan awal : mengkondisikan siswa untuk memulai pembelajaran, membuka pelajaran dengan berdoa dan salam dengan sikap yang hangat.

b. Kegiatan inti : mengajarkan membaca pada siswa dengan metode fonik yang meliputi : mengenalkan huruf dengan bantuan cardboard, menggabungkan huruf dan membaca kata.

(52)

37

Hasil dari tindakan ini, diharapkan adanya peningkatan kemampuan membaca permulaan melalui penggunaan Metode Fonik.

3. Pengamatan “observing”

Kegiatan observasi dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan. Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktifitas siswa dan mengamati pelaksanaan pengajaran membaca permulaan melalui metode Fonik yang dilakukan guru selama pembelajaran remidial berlangsung sesuai dengan instrumen yang telah disusun.

4. Refleksi “reflecting”

Refleksi merupakan tahap untuk memproses hasil dari pengamatan dan hasil dari tindakan yang dilakukan. dalam tahap refleksi, hasil pengamatan maupun hasil test dapat diketahui melalui pedoman observasi dan hasil test siklus I Proses refleksi memegang peranan penting dalam menentukan suatu keberhasilan dari Penelitian Tindakan Kelas.

C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian

(53)

38

permulaan untuk anak berkesulitan belajar membaca. Setting penelitian ini dalam pembelajaran remidial setelah jam pelejaran berakhir.

2. Waktu penelitian

[image:53.595.177.498.303.579.2]

Penelitian peningkatan kemampuan membaca permulaan dilaksanakan selama empat minggu dari minggu ke I sampai ke IV pada tahun ajaran 2014/2015. Penjelasan mengenai waktu penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 1. Rencana Kegiatan dan Waktu Penelitian

Kegiatan

Waktu (Minggu) I II III IV 1. Perencanaan dan observasi

2. Observasi dan pelaksanaan pra tindakan

3. Pelaksanaan

a. Melaksanakan tindakan siklus I

b. Mengamati tindakan siklus I

c. Merefleksi tindakan siklus I

d. Melaksanakan tindakan siklus II

e. Mengamati tindakan siklus II

f. Merefleksi tindakan siklus II

D. Subjek Penelitian

(54)

39

kesulitan dalam mengubah simbol huruf (suku kata dan kata) menjadi suara. Huruf yang belum dikuasai siswa meliputi huruf b / d / e / f / g / j / m / n / p / q / r / v / w / y. Oleh karena kemampuan membaca yang rendah membuat siswa kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik yang berkaitan dengan membaca sehingga memiliki prestasi belajar yang rendah terutama pada mata pelajaran bahasa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Salah satu pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi. Sumarno ( 1997:7) dalam Sujati (2000:38) menggunakan istilah pengamatan untuk menggantikan kata observasi. Menurut pandangannya, pengamatan merupakan suatu metode yang sangat cocok untuk merekam data tentang perilaku, aktifitas dan proses lainnya. Observasi yang dilakukan peneliti disini menggunakan daftar cek. Daftar cek (check list)

yaitu penataan yang dilakukan dengan menggunakan sebuah daftar yang memuat nama observan disertai jenis gejala yang akan diamati. Tugas

(55)

40

Teknik observasi yang digunakan untuk mengumpulkan data-data tentang minat dan respon siswa dalam proses pembelajaran membaca permulaan menggunakan metode fonik. Peneliti mengamati siswa selama pembelajaran membaca pemahaman untuk mengambil data. Observasi terhadap siswa berkesulitan membaca dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca permulaan siswa selama pembelajaran dengan menggunakan skoring dan ceklist.

2. Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes huruf, tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa mengenal huruf dan mengucapkannya. Tes digunakan untuk memperoleh data hasil peningkatan membaca permulaan. yang telah ditentukan peneliti. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Jumlah soal 26 butir dan setiap butir memiliki skor 2.

3. Wawancara

(56)

41

pelengkap agar lebih akurat. Menurut Sanapiah Faisal (1990:63) jenis wawancara antara lain:

a. Wawancara tak berstruktur

Pada jenis wawancara ini akan diajukan pertanyaan secara lebih luas dan leluasa tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

b. Wawancara Dilakukan Terang-terangan

Metode ini digunakan dengan harapan dapat memperoleh informasi secara leluasa dengan baik dan benar dari lawan bicaranya.

c. Wawancara yang menempatkan informan sebagai sejawat

Dalam sebuah penelitian, hasil tergantung dari informasi yang diperoleh. Karena itu pemberi informasi memegang posisi kunci dan perlu ditempatkan sebagai sejawat peneliti itu sendiri.

Dalam penelitian ini dilakukan wawancara tak berstruktur terhadap siswa. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data tentang pendapat guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran membaca dengan menggunakan metode fonik. Selain itu wawancara digunakan untuk mencari kebenaran data/informasi yang diperoleh tentang kesulitan siswa, bagian materi yang sulit dan pendapat siswa tentang penggunaan metode fonik dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan.

4. Dokumentasi

(57)

42

menggunakan metode fonik didokumentasikan berupa foto selama proses pembelajaran.

F. Instrumen Penelitian

1. Panduan Observasi Partisipasi Siswa, guru dan Kesesuaian Tindakan dengan Rancangan

[image:57.595.153.506.358.551.2]

Instrumen Obeservasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Instrumen Observasi Partisipasi Siswa, guru dan Instrumen Observasi Pengajaran Membaca Permulaan melalui Metode Fonik. Adapun kisi-kisi masing-masing instrumen observasi sebagai berikut :

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Observasi Partisipasi Siswa

Variabel Indikator No. butir

Partisipasi siswa

1. Memperhatikan penjelasan materi dari guru selama pembelajaran berlangsung 2. Mengikuti instruksi guru

3. Memberikan tanggapan dan jawaban 4. Berani bertanya pada guru

5. Sikap siswa selama pembelajaran berlangsung

1

2 3 4 5

Jumlah butir 5

(58)
[image:58.595.110.524.116.732.2]

43

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Observasi Pembelajaran Membaca Permulaan melalui Metode Fonik

No Variabel Sub Variabel Indikator Butir No. Butir 1 Pembelajara

n membaca permulaan menggunak an metode Fonik

a. Membuka pelajaran

1) Membuka pembelajaran dengan salam, doa dengan sikap yang hangat dan memberikan kenyamanan.

2) Mempersiapkan alat dan media pembelajaran 3) Menjelaskan tujuan

pembelajaran 1 1 1 1 2 3 b. Materi Pembelaja ran

1) Guru mengenalkan siswa abjad a-z, dengan kelompok 1 (a, i, u, e, o) kelompok 2 (m, s, b, p, l), kelompok 3 (d, n, t, w, s, r), kelompok4 (c, j, y, z, v) dan kelompok 5 (h), kelompok 6 (ng, ny, ai, au, ao).

2) Guru membimbing siswa untuk mencari bunyi huruf pada kata

3) Guru membimbing siswa untuk mencari bunyi pada benda

4) Guru membimbing siswa membandingkan huruf yang ditulis dengan huruf model 5) Guru membimbing siswa menggabungkan huruf yang sedang dipelajari dengan huruf yang sudah dikuasai. 6) Guru membimbing siswa menggabungkan huruf yang sedang dipelajari dengan huruf yang sudah dikuasai menjadi sebuah kata

7) Guru mengulang kembali untuk mengajarkan materi kata yang lainnya.

(59)

44

2. Instrumen Tes Kemampuan Membaca Permulaan

Peneliti menggunakan tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membaca permulaan. Tes dilakukan sebanyak dua kali pada saat sebelum diberikan tindakan maupun setelah dilakukan tindakan dengan soal yang sama. Tes yang diberikan sebelum dilakukan tindakan (pretest) dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam membaca permulaan. Tes yang diberikan setelah dilakukan tindakan (posttest)

[image:59.595.155.505.414.564.2]

digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diberikan tindakan. Untuk mengetahui kemampuan membaca permulaan, digunakan tes kemampuan membaca permulaan dengan panduan sebagai berikut.

Tabel 4. Instrumen Tes Kemampuan Membaca Permulaan

Aspek Komponen Indikator Skor No Butir

Soal Membaca

permulaan

Mengenal huruf

- membaca huruf abjad a – z (huruf kecil)

2 1-26

Jumlah Butit Soal 26

(60)

45

3. Panduan Wawancara

[image:60.595.146.498.305.579.2]

Sesuai dengan metode wawancara dalam penelitian ini, wawancara bersifat tak berstruktur yaitu berupa pertanyaan secara lebih luas dan leluasa tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Semua pertanyaan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode fonik. Panduan wawancara di jabarkan sebagai berikut:

Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Wawancara Guru

Variabel Indikator No butir

Penerapan metode fonik

1. Respon siswa saat pembelajaran membaca dengan metode fonik 2. Minat siswa terhadap

pembelajaran membaca dengan menggunakan metode fonik 3. Kesesuaian metode fonik

dengan karakteristik siswa 4. Proses pembelajaran

menggunakan metode fonik yang diterapkan dalam memenuhi kebutuhan siswa 5. Kendala yang dialami saat

pembelajaran menggunakan metode fonik 1 2 3 4 5

(61)
[image:61.595.146.491.109.469.2]

46

Tabel 6. Kisi-kisi Lembar Wawancara Siswa

Komponen Indikator No butir

Kelebihan yang diperoleh siswa dalam penerapan metode fonik dalam pembelajaran membaca permulaan

Penguasaaan materi pembelajaran yang disampaikan, berkaitan membaca permulaan

1

Minat siswa dalam proses pembelajaran 2 Kesulitan yang dialami siswa ketika penerapan metode fonik dalam pembelajaran membaca permulaan

Masalah yang dialami siswa ketika pembelajaran berlangsung

3

Penyampaian materi pembelajaran 4

G. Teknik Analisis Data

Data dalam penelitian tindakan kelas ini berupa data kuantitatif. Analisis hasil tes kemampuan membaca permulaan pada siswa berkesulitan belajar menggunakan teknis analisis deskriptif kuantitatif. Data hasil tes kemampuan membaca permulaan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang dilengkapi dengan uraian deskriptif agar mudah dipahami oleh pembaca.

(62)

47

NP = R X 100 SM

NP = Nilai skor yang diberi R = Skor yang didapat siswa SM = Skor maksimal semua item

Penelitian ini menggunakan teknik yang dikembangkan Mimin Haryati (2008:59) untuk mengetahui peningkatan yang dicapai subjek yaitu sebagi berikut:

Peningkatan = Nilai posttest– Nilai pretest x 100% Nilai Pretest

Hipotesis dalam penelitian ini akan dinyatakan diterima apabila indikator keberhasilan telah tercapai. Secara umum, indikator keberhasilan digunakan untuk mengukur keberhasilan penelitian tindakan kelas yang dilakukan. Indikator digunakan untuk menentukan peningkatan kemampuan siswa sebelum dan sesudah tindakan dilakukan, kemampuan siswa dikatakan meningkat apabila keberhasilan yang diperoleh dengan presentase pencapaian 80% dari kemampuan penguasaan abjad. Kriteria keberhasilan minimal yang ditentukan yaitu mencapai 80% kemampuan menguasai abjad sebagai prasyarat kemampuan membaca permulaan.

H. INDIKATOR KEBERHASILAN

(63)

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD N Jagamangsan 1 yang beralamat di desa Bercak, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta 55573. SD Negeri Jagamangsan 1 yang berdiri pada tanah seluas 1900 m2 ini merupakah salah satu Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi (SPPI) di kabupaten Sleman di bawah Dinas Pendidikan Propinsi DIY. Sekolah ini berada didepan lapangan desa Jogotirto yang dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran. Sekolah dasar Jagamangsan berdiri dengan Nomor SK 125/KPTS/1991 terhitung mulai tanggal 01/04/1991. dan terakreditasi B, sekolah ini menjadi Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi (SPPI) sejak tahun 2012. Adanya siswa yang memiliki kekhususan yang tinggal di lingkungan SD dan jauhnya dari Sekolah Luar Biasa (SLB) mendasari SD N Jagamangsan 1 menerima siswa dengan kekhususan.

(64)

49

Islam (PAI) serta Guru Pendamping Khusus (GPK) yang melayani kebutuhan pembelajaran individual bagi siswa berkebutuhan khusus. B. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seorang siswa yang memiliki kesulitan belajar pada membaca permulaan yang berada di kelas 2 SD Negeri Jagamangsan 1. Identitas dan karakteristik subjek adalah sebagai berikut:

1. Identitas Subjek

Nama : FY Usia : 8 th Jenis Kelamin : Laki – laki Agama : Islam

Alamat : Jogotirto Berbah Sleman 2. Karakteristik Subjek

a. Karakteristik fisik

Kondisi fisik FY tampak sehat, tidak ada kelainan fisik yang tampak. FY memiliki postur tubuh sedang, berkulit sawo matang, rambut lurus dan lincah. Kemampuan motorik kasar dan motorik halus tergolong baik. Panca indera cukup baik, termasuk kemampuan auditorinya.

b. Karakteristik sosial dan emosional

(65)

50

berteman dengan teman diluar kelas. FY memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, ia sering menceritakan hal-hal yang dialami dan menanyakan hal-hal yang belum dipahaminya. Pada pelajaran membaca yang kurang disukainya, FY secara langsung menolak untuk ikut belajar. Rasa percaya dirinya cukup tinggi dibanding teman sekelasnya, ketika memasuki pelajaran yang disukai dan dikuasainya. Emosi FY kurang stabil, mudah tersinggung dan marah jika berselisih dengan teman sehingga menolak untuk melanjutkan pelajaran. Dalam kegiatan berkelompok maupun dalam permainan bersama teman satu kelas FY memiliki kemampuan berpartisipasi untuk menyelesaikan masalah yang cukup baik dan mampu memberikan ide-ide kreatif (problem solving).

c. Karakteristik bidang akademik

(66)

51

membaca suku kata pertama untuk suku kata berikutnya tidak sesuai dengan kata yang ada. Konsentrasi FY saat mengikuti pembelajaran tergolong pendek, perhatiannya mudah teralih saat ada rangsangan dari sekitar. Dalam pertanyaan lisan dan berkaitan tentang pengetahuan umum FY tampak mampu menjawab pertanyaan dengan baik.

C. Deskripsi Hasil Penelitian Kemampuan Awal Membaca Permulaan 1. Deskripsi Kemampuan Awal Membaca Permulaan

(67)

52

2. Deskripsi Hasil Pretest Kemampuan Membaca Permulaan

Pelaksanaaan test kemampuan awal dilaksanakan sebelum pembelajaran remidial membaca permulaan dilaksanakan, siswa terlebih dahulu diberikan test kemampuan awal membaca permulaan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal membaca permulaan pada siswa. Test dilaksanakan pada hari senin tanggal 27 oktober 2014 di ruang kelas 2 SD Negeri Jagamangsan 1. Test yang digunakan untuk mengukur kemampuan awal membaca permulaan berupa huruf konsonan dan vokal yang diacak dan siswa menyebutkan dalam waktu 2 menit. Gambaran hasil kemampuan awal membaca permulaan siswa berkesulitan belajar sebelum diberikan tindakan adalah sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Pretest Kemampuan Membaca Permulaan No Nama Skor yang

diperoleh

Persentase Nilai

Keterangan

1. FY 24 46,1% Belum tuntas

(68)

53

D. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Siklus I 1. Rencana Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Perencanaan pelaksanaan tindakan siklus I disusun sebagai salah satu langkah persiapan sebelum pelaksanaan tindakan yang sebenarnya dilakukan. Perencanaan tersebut dimulai dengan:

a. Menentukan materi yang akan diajarkan kepada siswa.

b. Mempersiapkan media pembelajaran yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran.

c. Mempersiapkan lembar test dan observasi.

d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mencakup pelaksanaan pembelajaran selama tindakan berlangsung.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

(69)

54

a. Pertemuan I

Pertemuan pertama dilakukan test hasil kemampuan membaca permulaan sebelum diberikan tindakan (pretest). Pretest yang diberikan pada siswa, berupa soal tertulis berisi susunan 26 huruf acak yang harus di sebutkan siswa dalam waktu 120 menit.

b. Pertemuan II 1) Kegiatan Awal

a) Mengkondisikan siswa untuk siap memulai belajar b) Pembelajaran dibuka dengan salam dan berdoa 2) Kegiatan Inti

a) Guru mengenalkan siswa untuk membunyikan huruf. Ada 5 sekelompok huruf berdasarkan fonik atau pengartikulasiannya antara lain; kelompok 1 (a, i, u, e, o) kelompok 2 (m, s, b, p, l), kelompok 3 (d, n, t, w, s, r), kelompok4 (c, j, y, z, v) dan kelompok 5 (h), kelompok 6 (ng, ny, ai, au, ao).

b) Guru membimbing siswa untuk mencari bunyi huruf tertentu

pada kata. Contoh mencari kata “d” pada kata dadu. Anak

diminta mencari huruf “d” di depan, di tengah, dan di belakang

c) Guru membimbing siswa untuk mencari bunyi pada benda. Anak diminta memegang benda yang ada huruf “d” nya.

d) Guru membimbing siswa mencari bunyi pada kartu “gambar

(70)

55

e) Guru membimbing siswa mencari huruf pada kalimat sederhana.

f) Guru membimbing siswa membandingkan huruf yang ditulis dengan huruf model (terbuat dari kayu, lilin, plastisin atau lainnya).

g) Setelah anak mengenal satu bunyi konsonan selanjutnya guru membimbing siswa menggabungkan huruf yang sedang dipelajari dengan huruf yang sudah dikuasai.

h) Selanjutnya guru membimbing siswa untuk dapat membentuk kata dari huruf yang sudah dikuasai. Contoh “mama”

i) Kegiatan tersebut diulang kembali untuk mengajarkan materi kata yang lainnya.

3) Kegiatan Akhir

a) Setelah semua materi kata telah dipelajari, guru melakukan pemanggilan kembali (recall) materi kata yang telah dipelajari untuk mengetahui kepahaman siswa dengan meminta siswa menyebutkan huruf-huruf yang terdapat pada kata.

b) Pembelajaran ditutup dengan berdoa. c. Pertemuan III hingga pertemuan VI

1) Kegiatan Awal

(71)

56

2) Kegiatan Inti

a) Guru melakukan pemanggilan kembali (recall) materi sebelumnya yang telah dipelajari dengan meminta siswa membaca kata dan menyebutkan huruf yang terdapat pada kata. b) Guru membimbing siswa untuk mencari bunyi huruf tertentu

pada kata dengan huruf di depan, di tengah, dan di belakang c) Guru membimbing siswa untuk mencari bunyi pada benda.

Anak diminta memegang benda yang ada huruf benda yang dipelajari

d) Guru membimbing siswa mencari bunyi pada kartu “gambar

mana yang ada huruf “d” nya?”.

e) Guru membimbing siswa mencari huruf pada kalimat sederhana.

f) Guru membimbing siswa membandingkan huruf yang ditulis dengan huruf model (terbuat dari kayu, lilin, plastisin atau lainnya).

g) Setelah anak mengenal satu bunyi konsonan selanjutnya guru membimbing siswa menggabungkan huruf yang sedang dipelajari dengan huruf yang sudah dikuasai.

(72)

57

i) Guru memberikan pengulangan apabila siswa masih kesulitan atau terjadi kesalahan dan difokuskan pada bagian yang masih

Gambar

Tabel 1. Rencana Kegiatan dan Waktu Penelitian
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Observasi Partisipasi Siswa
Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Observasi Pembelajaran Membaca Permulaan melalui Metode Fonik
Tabel 4. Instrumen Tes Kemampuan Membaca Permulaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan : Penerapan strategi group investigation dapat meningkatkan motivasi belajar IPA siswa kelas IV semester gasal SD

Penelitian ini bertujuan (a) untuk mengetahui kesulitan belajar membaca permulaan pada siswa kelas 1 SD Negeri 2 Serenan, Juwiring, Klaten, (b) untuk mengetahui kesulitan

Inilah yang mendorong penulis melakukan sebuah penelitian guna meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi anak berkesulitan belajar membaca, cara yang digunakan

Profil kesulitan belajar yang ditunjukkan hasil observasi guru mayoritas mengalami kesulitan belajar tingkat sedang sehingga guru memerlukan kerjasama dengan ahli

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan sebanyak dua siklus dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode permaianan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode jolly phonics berpengaruh secara signifikan terhadap

Sedangkan AIR mengalami kesalahan pada membaca tiga suku kata atau kata berimbuhan, kata berdisfrog, kata “ng” dan “ny”, dan kata berkluster; akan tetapi tidak mengalami kesalahan

Menghimpun siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar serta mencari siswa yang mengalami gejala terparah yang nilainya jauh dibawah siswa penderita kesulitan belajar lainnya 5 Dalam