• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN BALAI TAMAN NASIONAL TESSO NILO DALAM MENANGGULANGI PERAMBAHAN HUTAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO DI KECAMATAN UKUI KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN BALAI TAMAN NASIONAL TESSO NILO DALAM MENANGGULANGI PERAMBAHAN HUTAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO DI KECAMATAN UKUI KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN BALAI TAMAN NASIONAL TESSO NILO

DALAM MENANGGULANGI PERAMBAHAN HUTAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO DI KECAMATAN UKUI KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagai persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan

Disusun Oleh : Bustami Zarkasih

10405249004

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

1. Cintailah apa yang engkau suka, akan tetapi ingatlah bahwasanya akan engkau tinggalkan.

Buatlah apa yang engkau ingini dan ingatlah engkau akan dimintai tanggung jawab atasnya. (

Al-hadits )

2. Temuilah jalan melalui dunia ini. Ambillah kesempurnaanNya lewat dunia sebagaimana engkau

menemukan makna manusia dari jasadnya. Temukan makna dunia ini dari apa-apa yang nampak

pada dunia. ( Jalaludin Rumi )

3. Kebesaran seseorang tidak diukur dari kekuatannya, tapi diukur dari bagaimana dia berdiri tegap

setiap kali dia terjatuh. ( Penulis )

4. Ulurkan Tanganmu untuk bumi, untuk udara tanpa polusi, untuk hutan kami yang terlindungi tanpa

perusakan, untuk air yang bersih, dan untuk revolusi energi sekarang dan depan. ( Penulis )

5. Tanpa bunga tidak akan ada taman, Tanpa taman bumi tidak akan indah,Tanpa pohon tidak akan ada

(6)

   

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobil’alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayahnya.

Syalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW.

Tulisan ini dipersembahkan kepada orang-orang terdekat atas do’a dan usaha yang dilakukan selama ini.

1. Kepada Ayah dan Ibu yang selalu ada disisi, menjadi tauladan, penutan untuk masa depan yang selalu memotivasi, memberikan semangat dan harapan serta do’a yang selalu terucapkan darinya. Semoga Allah SWT selalu melindungi, Amin.

2. Keluarga besar di Riau.

Dan tak lupa pula saya bingkiskan buat orang-orang yang selalu support saya :

1. Abang Peyang, Abang Jimi.

2. Sahabat-sahabat terbaik di Riau dan Yogyakarta terimakasih atas do’a dan dukungannya.

3. Semua sahabat-sahabat di pendidikan geografi Khususnya kelas B 2010, terimakasih atas perjuangan bersama ketika menempuh masa kuliah dan kebersamaan baik ketika di kelas maupun di luar kelas, selalu berusaha dan berdo’a semoga sukses selalu.

4. Pemerintahan kabupaten pelalawan yang telah memberikan beasiswa di Universitas Negeri Yogyakarta di jurusan pendidikan geografi.

(7)

PERANAN BALAI TAMAN NASIONAL TESSO NILO

DALAM MENANGGULANGI PERAMBAHAN HUTAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO DI KECAMATAN UKUI KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU

Oleh: Bustami Zarkasih Nim. 10405249004

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan : (1) Penyidikan di Balai Taman Nasional Tesso Nilo dalam Menanggulangi Perambahan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo. (2) Perlindungan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo di Kecamatan Ukui. (3) Pengamanan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk desa yang ada di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo terdiri dari tiga desa, yaitu Desa Air Hitam, Lubuk Kembang Bunga, Bagan Limau, serta pihak-pihak yang terlibat di Taman Nasional Tesso Nilo. Sampel dalam penelitian ini adalah penduduk yang ada di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo yang terdiri dari tiga desa dan disetiap desa diambil sampel 20 orang, serta pihak-pihak yang terlibat seperti Camat, Kepala Desa, BPD, Petugas polisi kehutanan, kepala balai Taman Nasional Tesso Nilo serta Toko Masyarakat. jadi kalau di jumlahkan menjadi 95 orang. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dengan cara Dokumentasi, Wawancara, Kuesioner, dan Observasi. Teknik analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini teknik analisis kuantitatif dengan tabel frekuensi dan persentase.

Hasil penelitian menunjukan bahwa peranan Balai Taman Nasional Tesso Nilo dalam menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo di kecamatan Ukui, kabupaten Pelalawan, sudah berjalan dengan baik,dengan jawaban responden sebagai berikut : (1) Penyidikan sangat berperan berjumlah 55 atau 57,89%, (2) Perlindungan kurang berperan berjumlah 44 atau 46,31%, dan (3) Pengamanan sangat berperan berjumlah 70 atau 74%. dalam menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo kecamatan Ukui kabupaten Pelalawan Propinsi Riau.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat serta hidayanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Penyusunan tugas skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan jika

tanpa bantuan, dukungan serta partisipasi dari berbagai pihak. Oleh sebab itu

ijinkan penulis untuk mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang

telah memberikan ijin penelitian.

2. Bapak Drs. Agus Sudarsono, M.Pd selaku pembimbing yang telah memberikan

dukungan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis dengan

kesabaran dan ketelitian.

3. Bapak Nurhadi.M.Si selaku narasumber yang telah membantu penulis dalam

menyusun skripsi ini.

4. Bapak Agung Yulianto,SE. yang telah membantu menyiapkan alat dan

surat-surat izin penelitian dan sebagainya.

5. Ketua jurusan pendidikan geografi yang telah memberikan izin penelitian dan

kemudahan dalam penyusunan skripsi.

6. Dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan ilmu

pengetahuan kepada penulis.

7. Gubernur Riau yang telah berkenan memberikan izin penelitian.

8. Bupati Kabupaten Pelalawan yang telah berkenan memberikan izin penelitian.

(9)

10. Kepala Balai Taman Nasional Tesso Nilo yang telah berkenan memberikan

izin penelitian.

11. Rekan-rekan pendidikan geografi 2010 terutama kelas B yang telah

memberikan masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Seluruh rekan-rekan beasiswa PEMDA Kabupaten Pelalawan yang telah

memberikan kritikan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Semua pihak baik lembaga maupun perorangan yang tidak dapat disebutkan

satu persatu.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan,

sehingga kritik dan saran yang membangun sangat berguna untuk perbaikan karya

tulis ini lebih lanjut. Atas selesainya skripsi ini, segala bentuk bantuan yang telah

diberikan kepada penulis hanya Tuhan yang akan membalas kebaikan semua

pihak yang terlibat.

Yogyakarta Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Indentifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan ... 6

F. Manfaat ... 6

1. Manfaat Teoritis ... 6

2. Manfaat Praktis ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8

B. Defenisi Peranan. ... 11

C. Defenisi Hutan ... 12

D. Defenisi Perambahan. ... 14

E. Faktor-Faktor Penyebab Terjadi Perambahan Hutan. ... 16

F. Langkah-Langkah Menangulangi Perambahan Hutan. ... 18

G. Penelitian yang Relevan. ... 20

H. Kerangka Berfikir ... 22

BAB III ANALISI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 24

B. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 24

1. Variabel ... 25

(11)

C. Tempat dan Waktu Penelitian. ... 26

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

1. Populasi ... 27

2. Sampel Penelitian ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 28

1. Metode Dokumentasi ... 28

2. Metode Wawancara ... 28

3. Metode Observasi. ... 29

4. Metode Kuesioner ... 29

F. Pengelolahan Data ... 30

G. Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32

1. Kondisi Geografis Daerah Penelitian ... 32

a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah. ... 32

b. Peta Administratif Balai Taman Nasional Tesso Nilo ... 33

c. Topologi. ... 34

d. Hidrologi. ... 35

2. Potensi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem. ... 35

a. Keanakaragaman Flora. ... 35

b. Keanakaragaman Fauna. ... 35

3. Tipologi Desa dan Suku-Suku. ... 36

a. Tipologi Desa Asli. ... 36

b. Tipologi Desa Transmigrasi. ... 37

c. Tipologi Desa Campuran. ... 37

4. Sistem Organisasi Sosial. ... 37

5. Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Tesso Nilo ... 38

6. Keadaan Pegawai Balai Taman Nasional Tesso Nilo... 39

a. Golongan Pangkat Pegawai Balai Taman Nasional Tesso Nilo ... 40

b. Jabatan Pegawai Balai Taman Nasional Tesso Nilo ... 40

(12)

a. Visi ... 41

b. Misi ... 42

8. Aksesibilitas / Rute ke Taman Nasional Tesso Nilo ... 42

B. Hasil Responden ... 43

1. Karakteristik Responden ... 43

2. Usia Responden ... 43

3. Jenis Kelamin Responden ... 44

4. Tingkat Pendidikan Responden ... 44

5. Jenis Pekerjaan Responden ... 45

C. Pembahasan ... 46

1. Penyidikan ... 46

2. Perlindungan ... 49

3. Pengamanan ... 53

4. Rekapitulasi Jawaban Responden Terhadap Penyidikan, Perlindungan, dan Pengamanan. ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 59

Daftar Pustaka ... 61

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. . Penelitian yang Relevan ... 21

2. . Golongan/Pangkat Pegawai Balai Taman Nasional Tesso Nilo ... 40

3. . Jabatan Pegawai pada Balai Taman Nasional Tesso Nilo ... 41

4. . Tingkat Usia Responden ... 44

5. . Tingkat Pendidikan Responden Penelitian ... 45

6. . Jenis Pekerjaan Responden ... 46

7. . Penyidikan Perambahan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo ... 47

8. . Melakukan Sosialisasi Dan Penyuluhan ... 49

9. . Melakukan Koordinasi Dengan Masyarakat dan Pembentukan Tim Masyarakat Peduli Api (MPA). ... 50

10.Melakukan Kelola Sosial (Kemitraan) ... 51

11.Melakukan Patroli dan Membuat Pos Penjagaan ... 53

12.Melakukan Penataan Batas Seluruh Kawasan Dan Pemasangan Papan Pemberitahuan ... 54

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Berpikir. ... 23

2. Peta Administratif Balai Taman Nasional Tesso Nilo ... 33

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Dokumentasi ... 64

2. Hasil Wawancara dan Pengamatan di Lapangan ... 66

3. Pedoman Kuesioner ... 71

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dikaruniai hutan tropis yang luas dan kaya keanekaragaman

hayatinya. Sebagian masyarakat Indonesia mengandalkan hidup dan mata

pencahariannya dari hutan, baik dari mengumpulkan berbagai jenis hasil hutan

untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka atau bekerja pada sektor industri

pengolahan kayu. Hutan tropis ini merupakan habitat flora dan fauna yang

kelimpahannya tidak tertandingi oleh negara lain dengan ukuran luas yang

sama. Bahkan sampai sekarang hampir setiap ekspedisi ilmiah yang dilakukan

di hutan tropis Indonesia selalu menghasilkan penemuan spesies baru.

Suatu tragedi terus berlangsung di Indonesia, Sekarang Indonesia menjadi

pusat perhatian dunia, di dalam negeri maupun masyarakat internasional begitu

gusar menyaksikan perusakan sumber daya alam yang semena-mena di negara

ini. Oleh karena itu, hak-hak bangsa dan negara atas hutan dan hasilnya perlu

dijaga dan diperhatikan agar hutan tersebut dapat memenuhi fungsinya baik

kepentingan bangsa dan negara.

Menjaga stabilitas pengawasan dan pengamanan terhadap hutan dan

hasil-hasil hutan, maka berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

kehutanan dinyatakan secara tegas tentang perlindungan hutan, hal ini sebagai

mana di sebutkan dalam pasal 46 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999

tentang kehutanan bahwa, penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi

(17)

tercapai secara optimal. Hutan menurut fungsinya dibagi menjadi hutan

lindung, hutan suaka alam, hutan produksi terbatas dan hutan produksi

konservasi. Hutan mempunyai peranan yang penting bagi stabilitas keadaan

susunan tanah dan isinya sehingga selain memanfaatkan harus diperhatikan

pula kelestariannya.

Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi yang memiliki hutan dengan

luas 8,6 juta ha. Bila dirinci menurut fungsinya hutan lindung seluas

228.793,82 ha (2,66 persen), hutan produksi tetap seluas 1.605.762,78 ha

(18,67 persen), hutan produksi terbatas seluas 1.815.949,74 ha (21,12 persen) ,

hutan suaka alam seluas 531.852,65 ha (6,19 persen), dan hutan produksi

konservasi seluas 4.277.964,62 ha (49,75 persen). (Dinas Kehutanan Provinsi

Riau Tahun 2014).

Melindungi hutan di propinsi Riau secara optimal dan lestari maka salah

satu Kabupaten yang mempunyai hutan lindung di Provinsi Riau yaitu

Kabupaten Pelalawan. Guna menjaga kelestarian hutan lindung di Kabupaten

Pelalawan, maka pemerintah dalam hal ini Departeman Kehutanan melalui

Keputusan Menteri Nomor 225/Menhut-II/2004 tentang Perubahan Fungsi

Sebagai Kawasan Hutan Produksi Terbatas di Kelompok Hutan Tesso Nilo

seluas ± 38.576 ha.

Pada tahun 2009 Taman Nasional Tesso Nilo di perluas melalui Surat

Keputusan Menteri Kehutanan Nomor. 663/Menhut-II/2009 tentang Perubahan

Fungsi Kawasan Hutan Produksi Terbatas menjadi Hutan Taman Nasional

(18)

berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.03/Menhut-II/2007

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional Tepatnya melalui

Pasal 3 yang menyelenggarakan fungsi :

a)Penataan zonasi, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi pengelolahan kawasan taman nasional.

b) Pengelolahan kawasan taman nasional.

c) Penyidikan, perlindungan, dan pengamanan kawasan taman nasional. d) Pengendalian kebakaran hutan.

e)Promosi, informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

f) Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

g) Kerjasama pengembangan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekositemnya serta pengembangan kemitraan.

h) Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan taman nasional. (Dinas Kehutanan Kabupaten Pelalawan).

Kawasan Tesso Nilo yang terletak di Kecamatan Ukui seluas ± 83.068 ha

menjadi taman nasional. Bentuk kerusakan hutan disebabkan akibat pencurian

kayu secara illegal (Illegal logging), pembukaan lahan perkebunan dan

pembakaran lahan. Luas kerusakan hutan Taman Nasional Tesso Nilo sampai

dengan tahun 2013 mencapai 35.416,45 ha. Kondisi ini akan menyebabkan

bencana alam seperti banjir, tanah longsor dan terancamnya satwa liar yang

dilindungi yang berada di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo. Balai Taman

Nasional Tesso Nilo yang berkewajiban dalam menjaga dan melindungi

kelestarian hutan tersebut. Balai Taman Nasional Tesso Nilo Kabupaten

Pelalawan di nilai belum mampu memberikan peran yang maksimal dalam

pemberantasan perambahan hutan lindung khususnya di Kecamatan Ukui.

Beberapa fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan, peranan Balai

(19)

nasional tesso nilo dalam hal ini penyidikan, perlindungan dan pengamanan

hutan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) di Kecamatan Ukui belum dapat

berjalan secara maksimal seperti :

1. Penyidikan

Belum terlaksananya secara maksimal penyidikan yang dilakukan oleh

petugas Balai Taman Nasional dalam bidang pemeriksaan. penyitaan barang

bukti dan penangkapan memang sudah dilakukan namun masih mengalami

hambatan-hambatan. Hal ini dapat dilihat dari petugas yang masih minim.

Belum terlaksananya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor :

P.03/Menhut-II/2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional, yang

mana masih banyaknya terjadi Perambahan Hutan di Kawasan Taman

Nasional Tesso Nilo (TNTN) yang diketahui dari tahun 2002 – 2014 dengan

luas perambahan 35.416,45 ha.

2. Perlindungan

Pelaksaanan perlindungan hutan dalam bentuk sosialisasi/penyuluhan,

koordinasi dan kemitraan yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional

memang sudah dilaksanankan, baik itu penyuluhan, koordinasi dan

kemitraan masyarakat namun perlu ditingkatkan sebab di dalam

perlindungan hutan perlu kerja sama dengan masyarakat yang berada di

sekitar kawasan agar perlindungan terhadap Taman Nasional Tesso Nilo

(20)

3. Pengamanan

Pengamanan hutan Taman Nasional Tesso Nilo seperti patroli yang

dilakukan oleh petugas masih belum sepenuhnya melakukan pengawasan

hal ini disebabkan sulitnya akses jalan, luasnya kawasan dan kurangnya

sarana dan prasarana transportasi seperti sepeda motor, mobil dan perahu

yang dimiliki oleh Balai Taman Nasional. Begitu juga untuk pos penjagaan

sudah dilaksanankan namun pos tersebut jarang dijumpai penjaganya.

B. Indentifikasi Masalah

1. Peranan penyidikan terhadap perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo

belum terlaksana sepenuhnya.

2. Peranan perlindungan masih kurang untuk Kawasan Taman Nasional Tesso

Nilo dalam menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo.

3. Tingkat Pengamanan hutan di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo masih

kurang.

4. Sosialisasi/penyuluhan dari pihak taman nasional tesso nilo terhadap

masyarakat sekitar masih kurang.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian indentifikasi masalah diatas maka perlunya pembatasan

masalah diatas sebagai berikut:

1. Peranan penyidikan terhadap perambahan di hutan Taman Nasional Tesso

Nilo khususnya di kecamatan Ukui.

2. Peranan Balai Taman Nasional Tesso Nilo khususnya pada perlindungan

(21)

3. Tingkat pengamanan di Kawasan hutan Taman Nasional Tesso Nilo masih

kurang.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana peranan penyidikan di hutan Taman Nasional Tesso Nilo?

2. Bagaimana peranan Balai Taman Nasional Tesso Nilo khususnya

perlindungan hutan di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dalam

menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo?

3. Bagaimana peranan pengamanan di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo

dalam menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peranan Balai Taman Nasional Tesso Nilo khususnya

pada penyidikan dalam menanggulangi Perambahan Hutan Taman Nasional

Tesso Nilo.

2. Mengetahui bagaimana Balai Taman Nasional Tesso Nilo khususnya

perlindungan hutan di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dalam

menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo.

3. Mengetahui pengamanan hutan Taman Nasional Tesso Nilo dalam

menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo di

Kecamatan Ukui.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermaanfaat sebagai berikut:

(22)

a. Bahan masukan bagi pemerintah khususnya bagi Balai Taman Nasional

Tesso Nilo Kabupaten Pelalawan propinsi Riau dalam menanggulangi

perambahan Hutan Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo di Kecamatan

Ukui Kabupaten Pelalawan.

b. Sebagai referensi bagi penelitian sejenis

c. Untuk menambah ilmu pengetahuan bagi si peneliti.

d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

perbandingan bagi peneliti - peneliti di masa yang akan datang pada

penelitian yang sama.

2. Secara Praktis

a. Bagi pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat memberikan masukan

dan informasi tentang Balai Taman Nasional Tesso Nilo.

b. Sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang berkepentingan tentang

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Kajian Teori

1. Pengertian Geografi

Menurut Seminar dan Loka Karya Peningkatan Kualitas Pengajar

Geografi di Semarang tahun 1988, Geografi adalah ilmu yang mempelajari

persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang

kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan (Suharyono &

Moch.Amien, 1994:19)

Geografi menurut Preston E. James membicarakan tentang ruang, yaitu

ruang yang kita tempati di permukaan bumi, selain itu juga dibicarakan

hubungan timbal balik manusia dengan kebudayaannya (Subyoto dkk,

1999:2).

R . Bintarto mendefinisikan geografi sebagai berikut (Subyoto dkk, 1999:3): Georagfi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan timbal balik gejala-gejala di muka bumi, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi, baik yang fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup besrta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologi dan regional untuk kepentingan program dan proses serta keberhasilan pembangunan.

2. Konsep Dasar Geografi

Dalam kajian ilmu geografi terdapat konsep-konsep geografi. Menurut

Suharyono dan Moch. Amien (1994:27-34) mengemukakan terdapat 10

konsep geografi antara lain, konsep lokasi, konsep jarak, konsep

keterjangkauan, konsep pola, konsep morfologi, konsep aglomrasi, konsep

nilai guna, konsep intraksi (interdependensi), konsep differensiasi area, dan

(24)

a. Konsep lokasi

Konsep Lokasi atau letak merupakan konsep utama yang sejak awal

pertumbuhan ilmu geografi dan menjadi ciri khusus ilmu geografi.

Secara pokok lokasi juga dapat di bedakan menjadi dua yaitu lokasi

absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut menunjukan letak yang tetap

terhadap sistem grid atau koordinat. Sedangkan lokasi relatif adalah

lokasi suatu obyek yang dinilainya berdasarkan obyek lain. Konsep

lokasi penelitian ini adalah menjelaskan lokasi Taman Nasional Tesso

Nilo yang ada di kecamatan Ukui.

b. Konsep Jarak

Konsep jarak merupakan konsep geografi mempunyai arti penting

bagi kehidupan sosial, ekonomi maupun untuk kepentingan pertahanan.

Jarak merupakan faktor pembatas yang bersifat alami, sekalipun arti

pentingnya bersifat relatif sejalan dengan kemajuan kehidupan dan

teknologi.

c. Konsep Keterjangkauan

Keterjangkauan dalam bahasa ingris disebut accessability tidak

selalu berkaitan dengan jarak, tetapi lebih berkaitan dengan kondisi

medan atau ada tidaknya sarana angkutan atau komunikasi yang dapat

dipakai. Keterjangkauan umumnya juga berubah dengan adanya

(25)

d. Konsep Pola

Konsep pola berkaitan dengan susunan bentuk atau persebaran

fenomena dalam ruang di muka bumi, baik yang bersifat alami (aliran

sungai, jenis tanah, vegetasi) ataupun fenomena sosial budaya

(permukiman, mata pencaharian).

e. Konsep Morfologi

Konsep morfologi menggambarkan perwujudan daratan muka bumi

sebagai hasil proses geologi yang disertai erosi dan sedimentasi

sehingga terbentuk pulau-pulau, daratan luas yang berpegunungan

dengan lereng-lereng tererosi, lembah-lembah dan daratan aluvial.

f. Konsep Deferensiasi Areal

Konsep ini menjelaskan bahwa setiap tempat atau wilayah terwujud

sebagai hasil interaksi berbagai unsur dan fenomena lingkungan baik

yang bersifat alam atau kehidupan sehingga mempunyai corak tersendiri

yang berbeda dari tempat atau wilayah lain.

3. Pendekatan Geografi

a. Pendekatan Keruangan

Analisis keruangan mempelajari perbadaan lokasi yang mengenai

sifat-sifat yang penting dengan memperhatikan penyebaran pengunaan

ruang serta penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai

keperluan yang direncanakan (Subyoto dkk, 1999:67).

(26)

Pendekatan ekologi merupakan studi antara organisme hidup dengan

lingkungan. Organisme hidup seperti manusia, hewan, dan tumbuhan

saling berintraksi dengan lingkungannya seperti listosfer, atmosfer dan

hidrosfer (Subyoto dkk,1999:68).

c. Pendekatan kewilayahan

Pendekatan kewilayahan merupakan kombinasi antara analisa

keruangan dan analisa ekologi. Analisa komplek wilayah didasarkan

pada areal deferentiation yaitu interaksi antar wilayah akan berkembang

karena pada hakikatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah lainnya

(Subyoto dkk, 1999:72).

B. Defenisi Peranan

Menurut “Giroth” (2004 : 29) Peranan adalah sekumpulan fungsi yang

dilakukan oleh seseorang sebagai tanggapan terhadap harapan-harapan dari

pada anggota penting dalam sistem sosial yang bersangkutan dan

harapan-harapannya sendiri dari jabatan yang ia duduki sistem sosil itu. Sementara

peranan yang sudah dilakukan oleh pemerintah dalam kegiatan pengelolahan

hutan tertuang dalam pasal 21 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999

tentang Kehutanan menyebutkan pengelolahan hutan meliputi kegiatan:

“1.Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolahan hutan. 2.Pemanfaatan

hutan dan penggunaan kawasan hutan. 3.Rehabilitasi dan reklamasi hutan.

(27)

Peranan pemerintah yang diterapkannya maka pemerintah sudah

selayaknya dapat mengelolah dan melestarikan hutan yang ada di wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai asal-usul daerah.

W.J.S. Poerwadarminta (1991: 735) berpendapat bahwa Peranan adalah

suatu jadi bagian atau yang pemegang pimpinan yang terutama dalam

terjadinya suatu hal atau peristiwa. Lebih lanjut “Soerjono Soekanto” (1996:

269) menjelaskan bahwa paling tidak peranan itu mencakup tiga pengertian,

sebagai berikut :

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti sempit ini

merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang dibimbing seseorang dalam

kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan dapat juga dikatakan sebagai prilaku individu yang penting bagi

stuktur masyarakat sosial.

C.Definisi Hutan

Menurut Arief, A (2001) Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan dan

binatang yang hidup dalam lapisan di permukaan tanah dan terletak pada

suatu kawasan, serta membentuk suatu kesatuan ekosistem yang seimbang

dan dinamis. Hutan adalah suatu areal yang luas dikuasai oleh pohon, tetapi

hutan bukan hanya sekedar pohon. Termasuk di dalamnya tumbuhan yang

(28)

juga terdapat beranekaragam burung, seranga, dan berbagai

jenis binatang yang menjadikan hutan sebagai habitat. Hutan negara adalah

hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah, sementara

itu hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat

hukum adat.

Adanya perbedaan hutan negara dan hutan adat, maka dalam

penguasaannya pada dasarnya dikuasai oleh Negara untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat. Dan tetap memperhatikan hak masyarakat hukum adat,

sepanjang kenyataannya masih ada dan diakui keberadaanya, serta tidak

bertentangan dengan kepentingan nasional. Sehingga penguasa hutan oleh

negara memberi wewenang kepada pemerintah untuk:

1. Mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan,

kawasan hutan dan hasil hutan.

2. Menentapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan atau kawasan

hutan sebagai bukan kawasan hutan.

3. Mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara antara orang

dengan hutan, serta mengatur perbuatan-perbuatan hokum mengenai

kehutanan.

Berdasarkan wewenangan tersebut yang diberikan kepada Pemerintah

dalam hal ini pejabat kehutanan (polisi kehutanan) sebagai kepolisian yang

terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang

Perlindungan Hutan dalam pasal 36 ayat 2 khususnya untuk:

(29)

b. Memeriksa surat-surat atau dokumen yang berkaitan dengan pengangkutan hasil hutan di dalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya.

c. Menerima laporan tentang telah terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan.

d. Mencari keterangan dan barang bukti terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan.

e. Dalam hal tertangkap tangan, wajib menangkap tersangka untuk diserahkan kepada yang berwenang .

f. Membuat laporan dan menandatangani laporan tentang terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan. (Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 pasal 36 ayat 2)

Mengendalikan bentuk ganguan dan hambatan hutan dan hasil hutan, akan

diciptakan sistem dan prosedur penanggulangan dan pengendalian yang

mantap implementasinya diarahkan pada usaha preventip dan represif.

Dengan adanya kegiatan perambahan hutan merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan oleh orang di dalam kawasan hutan atau di luar kawasan hutan

yang tidak didasari hukum atau peraturan perundang-undangan yang ada dan

telah ditentukan oleh pemerintah.

Perlindungan Hutan merupakan usaha untuk mencegah dan membatasi

kerusakan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang disebabkan oleh

perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit,

serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan

perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat

yang berhubungan dengan pengelolahan hutan.

D.Definisi Perambahan

Pada dasarnya perambahan hutan dapat dikatagorikan sebagai

penyerobotan kawasan hutan yang berarti perbuatan yang dilakukan orang

(30)

bertujuan menguasai suatu hak dengan melawan hak orang lain. Tindakan

menguasai atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah dan melawan

hukum merupakan perbuatan yang dilarang (Alam Setia Zain, 1996:41).

Alam Setia Zain, (1996: 41) menjelaskan tindakan perambahan hutan atau

penyerobotan kawasan hutan dapat digolongkan sebagai kesatuan tindakan

yang bertentangan dengan aturan hukum dengan memenuhi unsur-unsur

sebagai berikut : a. Memasuki kawasan hutan dan merambah kawasan hutan

tanpa izin dari pejabat yang berwenang. b. Menguasai kawasan hutan dan atau

hasil hutan untuk suatu tujuan tertentu. c. Memperoleh suatu manfaat dari

tanah hutan atau manfaat dari hasil hutan.

Perambahan kawasan hutan lebih disebabkan kurangnya lahan usaha

masyarakat sekitar hutan. Pengunaan yang dilakukan lebih kepada

kepentingan individu akibat sempitnya usaha. Termasuk dalam kategori ini

masyarakat yang masih mempraktekkan pola perladangan berpindah.

Masyarakat umumnya mengetahui bahwa yang mereka rambah adalah

kawasan hutan negara yang tidak serta merta dapat mereka miliki (Ali

Djajono, 2009).

Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Pasal 50 Ayat 3 tentang

kehutanan, bahwa perambahan hutan merupakan perbuatan pidana kehutanan

dengan menyatakan bahwa setiap orang dilarang :

1. Mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah.

2. Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau jarak sampai dengan :

(31)

b. 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai didaerah rawa.

c. 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai.

d. 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai. e. 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang.

f. 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai.

3. Membakar hutan.

4. Menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan didalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang. 5. Menerima atau membeli atau menjual, menerima tukar, menerima

titipan, menyimpan atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah.

6. Melakukan kegiatan penyelidikan umum atau dengan eksploitasi atau ekslorasi bahan tambang didalam kawasan hutan tanpa izin Menteri. 7. Mengangkut, menguasai atau memiliki hasil hutan yang tidak

dilengkapi dengan surat-surat keterangan yang sahnya hasil hutan. 8. Membawa alat-alat berat dan alat lainnya yang lazim atau patut

diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan didalam kawasan hutan, tanpa izin pejabat yang berwenang.

9. Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong atau membelah pohon didalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang.

10.Membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan merusak serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi hutan kedalam kawasan hutan dan.

11.Mengeluarkan, membawa dan mengangkut tumbuh-tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang yang berasal dari kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang.

E.Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perambahan Hutan

Andono, Ardi,(2003) menuliskan bahwa perambahan hutan merupakan

sebuah bentuk akibat dari berbagai macam faktor penyebab yang sangat

komplek baik itu dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal),

faktor-faktor penyebab ini saling mempengaruhi hingga membentuk lingkaran

setan yang sulit dicari ujung pangkalnya. Faktor –faktor penyebab ini dapat

(32)

1. Terjadinya krisis ekonomi dan krisis politik memicu timbulnya ancaman

dan gangguan hutan secara umum yang dilakukan oleh masyarakat/oknum

secara massal, sporadis, brutal dan sifatnya sudah mengancam kelestarian

kawasan konservasi.

2. Tingkat ekonomi masyarakat desa yang tidak mencukupi kehidupan

sehari-hari, dan tidak mengoptimalkan manfaat hutan secara lestari, pemikiran

yang pendek tentang manfaat hutan seperti penebangan liar, perambahan

membuat mereka terperosok kedalam pemikiran kekinian saja tidak

terpikir untuk masa depan Keluarga Sejahtera.

3. Krisis politik yang terjadi berdampak ketidak percayaan masyarakat

terhadap aparat pemerintah, sehingga menghambat dalam pengamanan dan

perlindungan hutan di Kawasan Konservasi. Selain itu kondisi

aparat/oknum yang ada baik dari unsur pemerintah, maupun pihak

keamanaan juga sangat melemahkan kondisi keamanaan tersebut.

4. Kondisi alam yang tidak proporsional dengan jumlah Polhut, peralatan

pengamanan (sarana prasarana).

5. Adanya aktor intelektual di belakang aksi-aksi tersebut, seperti adanya

pemodal yang mampu memodali perambahan tersebut.

6. Adanya pemukiman di sekitar kawasan, semakin besar jumlah penduduk di

sekitar kawasan akan menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap

keutuhan kawasan. Kondisi ini sangatlah sulit untuk di selesaikan

(33)

7. Adanya perbedaan kepentingan, perbedaan Tata Nilai, serta Perbedaan

Pengakuan terhadap kawasan konservasi oleh seluruh para pihak yang

terlibat baik masyarakat, pengusaha, pemerintah daerah, kepolisian dan

lain sebagainya.

8. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang arti, peranan, dan manfaat

kawasan konservasi bagi sistem penyangga kehidupan, ilmu pengetahuan,

kekayaan keanekaragaman hayati, hidrologis, bahkan paru-paru dunia.

9. Perlu dana yang cukup besar dan berkelanjutan serta waktu yang panjang

untuk program-program seperti penyuluhan, sosialisasi, hukum

(penyidikan hingga putusan pengadilan), pemberdayaan masyarakat

Karena selain mengusir para perambah juga harus merubah cara

pandang/pola pikir terhadap kawasan konservasi.

10. Perlunya keterlibatan yang aktif, partisipatif, dan kolaboratif serta

intensif seluruh dinas-dinas yang ada di pemerintahan kabupaten dan

Instasi terkait lainnya dalam mencari jalan keluar permasalahan

perambahan ini, permasalahan ini tidak akan pernah selesai bila hanya

dipikirkan dan dikerjakan secara sepihak maupun sendiri sendiri oleh

pengelola hutan karena keterbatasan wewenang (non teknis) dan teknis.

F. Langkah-langka Menangulangi Perambahan Hutan

Di dalam Pasal 69 ayat (1) Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan. Dalam Pasal 69 ayat (1) tersebut dinyatakan “Masyarakat

berkewajiban untuk ikut serta memelihara dan menjaga kawasan hutan dari

(34)

dikatakan “Yang dimaksud dengan memelihara dan menjaga, adalah

mencegah dan menanggulangi terjadinya pencurian, kebakaran hutan,

gangguan ternak, perambahan, pendudukan, dan lain sebagainya”.

Berdasarkan asas dan tujuan UU Nomor 18 dalam program ketiga

Departemen Kehutanan dinyatakan bahwa penyelenggaraan kehutanan

berdasarkan manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan,

keterbukaan, dan keterpaduan. Dasar yang kuat untuk pemerintah dalam

memberikan izin pengelolaan hutan dan lingkungan hidup yang ada harus

memenuhi dan sesuai dengan azas dan tujuan tersebut. Apabila tidak bisa

dilakukan oleh pengusaha, maka izin selayaknya jangan diberikan kepada

pengusaha tersebut. Namun dalam praktek pemberian izin Hak Pengusahaan

Hutan (HPH) dan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPTI)

seringkali diberikan hanya karena kemampuan pengusaha secara administratif

dan pendanaan. Sedangkan asas manfaat dan kelestarian tidak dilihat dan

disyaratkan secara tegas. Hal ini memicu sering terjadinya hak-hak atas

pengusahaan hutan yang diberikan dilanggar dengan gampangnya oleh

pengusaha. Selain tindakan preventif dalam pemberian izin, dalam

pengawasan, pemerintah harus dengan tegas dan rutin agar tindakan represif

secepat mungkin dapat dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran hukum

yang lebih merugikan negara dan masyarakat.

Melihat dampak dari penebangan hutan secara liar tersebut,maka perlu

adanya suatu cara untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Dalam menyikapi

(35)

neo-humanis. Di bawah ini akan diuraikan beberapa pendekatan neo-humanis

dalam mencegah dan mengurangi terjadinya penebangan hutan secara liar :

1. Melakukan pembenahan terhadap sistem hukum yang mengatur tentang

pengelolaan hutan.

2. Bimbingan dan penyuluhan kepada penduduk setempat tentang betapa

pentingnya keberadaan hutan bagi kehidupan semua umat.

3. Dalam hal penebangan hutan secara konservatif, dengan cara menebang

pohon yang sudah tidak berproduktif lagi.

4. Melakukan program reboisasi dan reklamasi secara rutin.

5. Mencegah cara ladang berpindah/Perladangan berpindah-pindah

6. Menempatkan Penjaga Hutan / Polisi Kehutanan / Jagawana dengan

menempatkan satuan pengaman hutan

7. Perlu adanya inovasi pelatihan keterampilan kerja di masyarakat secara

gratis dan rutin dari pihak-pihak yang terkait, seperti Dinas Tenaga Kerja

dan lain-lain, sehinnga masyarakat tidak hanya bergantung pada hasil

hutan saja, tetapi dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang

dimilkinya.

G.Penelitian yang Relevan

(36)

No Nama Judul Tujuan Penelitian Persaman dan Perbedaan yang terjadi di Kecamatan Teluk

1. Persamaan a. Metode penelitian deskriptif kuantitatif. b. metode pengumpulan data dengan mengunakan cara observasi, wawancara, dokumentasi, dan kuesioner. 2. Perbedaan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti dengan penelitian Deni Susilawati dilakukan di Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Siak. pada penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan. negeri sipil dalam penangulangan tindakan pidana di bidang kehutanan Illegal Logging di kabupaten

Kampar.

1. Persamaan a. Metode penelitian mengunakan deskriptif kuantitatif b. Metode pengumpulan data dengan

mengunakan cara dokumentasi, observasi, wawancara, kuesioner. c. Metode pengambilan sampel yang digunakan teknik editing, koding dan tabulasi.

2. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian Obrika Simbolon dilakukan di Dinas Kehutanan Kabupaten Kampar. pada penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ukui Kabupaten

(37)

H.Kerangka Pikir

Kebijakan pemerintah dalam menanggulangi perambahan hutan dinilai

memang sangat terlambat. Hal ini dinilai dari kondisi hutan yang telah

berkurang dan telah menimbulkan bencana barulah pemerintah mencoba

untuk menggalang kekuatan untuk menjaga dan konservasi alam dan hutan.

Walaupun dinilai terlambat namun masih dapat diperbaruhi demi kepentingan

hidup bersama.

Dapat dilihat bahwa peranan pemerintah dalam memberantas pelaksanaan

perambahan hutan dinilai sangat berpengaruh. Hal ini dilihat bahwa

pemerintah merupakan lembaga yang memiliki kekuatan dalam membuat

aturan dan tindakan yang akan diberikan kepada masyarakat. Dengan

demikian apabila pemerintah telah mampu memberikan solusi terhadap

pelestarian hutan dan pemberantasan perambahan hutan tersebut, maka hutan

sebagai sumber kekayaan alam dan memiliki ketergantungan bagi seluruh

makhluk hidup akan dapat dilestarikan.

Hutan yang dinilai pada saat ini telah dimanfaatkan sebagai pemanfaatan

hutan industri, ladang berpindah, dan pemanfaatan hutan perkebunan akan

dapat dilestarikan apabila pemerintah dalam hal ini Balai Taman Nasional

Tesso Nilo dapat menjalankan tugas dan fungsinya dalam penyidikan,

perlindungan, dan pengamanan kawasan hutan, serta melaksanakan peraturan

dan perundang-undangan dalam bidang kehutanan yang sesuai dengan

ketentuan yang berlaku dalam peraturan pemerintah dan

(38)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kerangka pemikiran dalam penilaian

peranan Balai TamanNasional Tesso Nilo sebagai lembaga pemerintah dalam

menanggulangi pelaksanaan perambahan hutan.

Gambar 1. Kerangka Pikir

Perambahan Hutan

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 03/Menhut-II/2007 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Balai Taman Nasional

Hutan

Peranan Balai Taman Nasional Taman Nasional Tesso Nilo dalam menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu rencana cara mengumpulkan, mengolah dan

menganalisis dan tata secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat

dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai tujuannya (Moh Pabundu Tika,

2005:12).

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini lebih

mengarahkan pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana

adanya, dan mengungkapkan fakta yang ada, untuk mengetahui peranan Balai

Taman Nasional Tesso Nilo dalam menanggulangi perambahan hutan taman

nasional tesso nilo, khususnya penyidik, perlindungan dan pengamanan

digunakan statistik sederhana yaitu menggunakan tabel ferekuensi dan

persentase.

B.Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2011: 38). Definisi operasional

adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak

dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun

memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau

variabel tersebut (Moh.Nazir, 2011:126). Adapun variabel yang digunakan

(40)

1. Variabel

a. Penyidikan

1) Melakukan pemeriksaan.

2) Melakukan penyitaan barang bukti.

3) Penangkapan.

b. Perlindungan

1) Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang hutan.

2) Memberikan penyuluhan tentang hutan.

3) Melakukan koordinasi dengan masyarakat.

4) Pembentukan Tim Masyarakat Peduli Api (MPA).

5) Membentuk organisasi pengelolahan madu sialang.

6) Memberikan pelatihan Masyarakat Peduli Api (MPA).

c. Pengamanan

1) Melakukan patroli secara rutin 2 minggu sekali hanya di siang hari

saja.

2) Membuat pos penjagaan di tempat yang di gunakan sebagai jalur

transportasi.

3) Melakukan penataan batas seluruh kawasan.

4) Pemasangan papan pemberitahuan.

2. Definisi Operasional Variabel

Dari konsep operasional dapat dilihat oprasionalisasi variabel yang

dapat dilihat dari item penilaian dan skala penilaian. Untuk dapat menilai

(41)

perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo khususnya di kecamatan

Ukui. dapat dilihat definisi operasional yang terdapat dibawah ini :

a. Pelaksanaan penyidikan dikatakan :

Sangat Berperan : Apabila seluruh item penilaian dapat

dilaksanakan.

Cukup Berperan : Apabila 1-2 item yang dapat dilaksanakan

Kurang Berperan : Apabila tidak satu pun item penilaian yang dapat

dilaksanakan

b. Pelaksanaan Perlindungan dikatakan :

Sangat Berperan : Apabila seluruh item penilaian dapat

dilaksanakan.

Cukup Berperan : Apabila 1 - 2 item yang dapat dilaksanakan.

Kurang Berperan : Apabila tidak satu pun item penilaian yang

dapat dilaksanakan.

c. Pelaksanaan Pengamanan dikatakan :

Sangat Berpera : Apabila seluruh item penilaian dapat

dilaksanakan.

Cukup Berperan : Apabila 1-2 item yang dapat di laksanakan.

Kurang Berperan : Apabila tidak satu pun item penilaian yang

dapat dilaksanakan.

C.Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Kawasan Balai Taman Nasional Tesso Nilo di Kecamatan Ukui.

(42)

D.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti

untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiono,2009:80).

Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk desa yang ada di sekitar

Taman Nasional Tesso Nilo yaitu sebanyak 95 orang terdiri dari tiga (3)

desa, serta pihak-pihak yang terlibat di Taman Nasional Tesso Nilo.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau mewakili populasi yang di teliti (Suharsimi

Arikunto 2010: 174). Adapun sampel dalam penelitian ini adalah penduduk

yang ada di sekitar taman nasional tesso nilo yang terdiri dari tiga (3) yaitu

desa Air Hitam, desa Lubuk Kembang Bunga, dan desa Bagan Limau.

Disetiap desa tersebut diambil sampel 20 orang, serta pihak-pihak yang

terlibat seperti Camat, Kepala desa, BPD, Petugas polisi kehutanan, kepala

balai Taman Nasional Tesso Nilo serta Toko Masyarakat. kalau di

jumlahkan menjadi 95 orang. 95 orang ini merupakan sampel penelitian

dikarenakan lebih mengetahui kondisi kawasan Taman Nasional Tesso Nilo

di Kecamatan Ukui. Dalam pengambilan sampel digunakan teknik

Purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel

(43)

E.Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara bagaimana dapat diperoleh data

mengenai variabel tertentu (Suharsimi Arikunto, 2010:192). Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini dengan :

1. Metode Dokumentasi

Dokumentasi diartikan sebagai cara mengumpulkan data melalui

peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk buku-buku

tentang pendapat, teori, dalil atau hukum dan lainya yang behubungan

dengan masalah penelitian (Hadari Nawawi 1991:95). Melalui teknik ini

diperoleh data sekunder, adapun data sekunder yang diperoleh :

a. Peta administratif balai taman nasional tesso nilo.

b. Struktur organisasi balai taman nasional tesso nilo

c. Keadaan pegawai balai taman nasional tesso nilo

Alat yang dipakai untuk menyimpan adalah Flashdisk. Untuk

dokumentasi gambar-gambar yang terkait penelitian ini, peneliti

mengunakan kamera digital.

2. Metode Wawancara

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (1989:192), wawancara

merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini hasil

wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berintraksi dan

mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut adalah pewawancara,

responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan

(44)

dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari

terwawancara (Suharsimi Arikunto 1991:126). Wawancara dilakukan

dengan cara bertanya langsung kepada responden. Wawancara dilakukan

untuk memperoleh data primer tentang keadaan peran penyidik,

perlindungan dan pengamanan hutan Taman Nasional Tesso Nilo khususnya

di Kecamatan Ukui.

3. Metode Observasi

Obsevasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan secara sistematik terhadap gejala fenomena pada objek

penelitian (Pabundu Tika, 2005:67). Observasi dilakukan untuk mendapat

data awal, tentang kondisi geografif dan demografis kawasan Taman

Nasional Tesso Nilo, serta gambaran tentang kegiatan penydikan,

perlindungan, dan pengaman. Observasi dilakukan untuk pegumpulan data

primer. Adapun jenis data primer yang diperoleh dengan mengunakan

teknik observasi meliputi :

a. Kondisi geografis Taman Nasional Tesso Nilo

b. Potensi keanekaragaman hayati dan ekosistem

c. Tipologi desa dan suku-suku

d. Visi dan misi Taman Nasional Tesso Nilo

e. Aksesibilitas

4. Kuesioner (Angket)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

(45)

responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan tekink pengumpulan

data yang efisien bila peneliti atau dengan variabel yang akan diukur dan

tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Bila penelitian dilakukan

pada lingkup yang tidak terlalu luas, sehingga kuesioner dapat diantarkan

langsung dalam waktu terlalu lama, maka pengirim angket kepada

responden tidak melalui pos (Sugiyono, 2009:142).

F. Teknik Pengelolahan data

Penelitian ini menggunakan tiga teknik pengolahan data yaitu editing,

coding, dan tabulasi. Menurut (Moh. Pabundu Tika 2005: 63) sebelum data

dianalisis terlebih dahulu dengan lanngkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Pemeriksaan data (editing) adalah penelitian kembali data yang telah

dikumpulkan dengan menilai apakah data yang telah dikumpulkan tersebut

cukup baik dan relevan untuk diproses dan diolah lebih lanjut. Hal yang

perlu diteliti adalah kelengkapan pengisian kuesioner, keterbacaan tulisan,

kesesuaian jawaban, relevansi jawaban, dan keseragaman dalam satuan.

2. Koding

Pemberian kode (Koding) adalah usaha pengklasifikasian jawaban dari

para responden menurut macamnya. Pemberian koding data harus dilakukan

secara konsisten karena hal tersebut sangat menentukan reliabilitas (Moh.

(46)

3. Tabulasi

Tabulasi adalah proses penyusunan dan analisis dalam bentuk tabel

(Moh. Pabundu Tika, 2005: 66). Memasukan data dalam tabel, akan

memudahkan kita dalam melakukan analisis. Setelah menyusun buku kode

dan mengkode data, maka peneliti siap untuk mengolah data.

G. Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan diinterpretasi. (Masri Singarimbun, 1989: 268). Data

yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data perlu dilihat terlebih

dahulu, apabila belum lengkap segera dilengkapi. Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini teknik analisis kuantitatif dengan tabel frekunsi

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian 1. Kondisi Geografis

a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah

Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo secara administratif terletak di

Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau. Secara geografis

antara 0o05’41,5 – 0o21’3,3 LS dan 101o35’29,7- 102o4’44,2 BT.

Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) dengan luas lebih kurang 83.068

ha berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor:

SK.255/Menhut-II/2004 tanggal 19 Juli 2004 (seluas  38.576 ha) dan Keputusan Menteri

Kehutanan Nomor: SK 663/Menhut-II/2009 tanggal 15 Oktober 2009

(seluas ± 44.492 ha). Dengan batas wilayah :

1) Sebelah Utara : Kabupaten Siak Sri Indrapura

2) Sebelah Selatan : Kabupaten Indragiri Hulu

3) Sebelah Barat : Propinsi Sumatra Barat

(48)

b. Peta Administratif Balai Taman Nasional Tesso Nilo

(49)

c. Topografi

Topografi kawasan Tesso Nilo berupa dataran sampai berbukit. Di

beberapa tempat ditemukan areal dengan kemiringan kurang dari 2%.

Ketinggian lokasi dari permukaan laut berkisar antara 50 – 175 m dpl.

Kawasan masih ditumbuhi hutan alam dengan diameter pohon di atas 30

cm berada di areal dengan kemiringan lereng >45%, hutan produksi

terbatas umunya berada di areal dengan kemiringan antara 25 – 45% dan

kebun kelapa sawit, perladangan dan pemukiman penduduk berada di

areal dengan kemiringan tanah antara 15 – 25%. Daerah ini merupakan

dataran sedimen berbatu tufa yang berombak sampai bergelombang.

Kawasan hutan Tesso Nilo secara umum digolongkan lembab dengan

curah hujan tahunan berkisar antara 2.000 – 3.000 mm.

Kondisi iklim di kawasan hutan Taman Nasional Tesso Nilo yang

ektrim menyebabkan banyak daun yang berguguran, sehingga banyak

tumbuhan kekeringan dan mati. Kondisi ini juga memicu terjadinya

kebakaran hutan seperti yang terjadi pada tahun-tahun belakangan ini.

Kondisi iklim di wilayah kawasan Taman Nasional Tesso Nilo

ditentukan berdasarkan data klimatologi dari Badan Meteorologi dan

Geofisika Balai Wilayah I Stasiun Meteorologi Pekanbaru. Rata-rata

curah hujan tahunan sebesar 2.395,39 mm/tahun. Jumlah hari hujan

terbanyak pada bulan Juni dengan rata-rata 21,7 hari/bulan dan terendah

(50)

d. Hidrologi

Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dan sekitarnya merupakan

daerah tangkapan air bagi beberapa sungai antara lain: Sungai Tesso (di

bagian Barat), Sungai Segati (di bagian Utara), dan Sungai Nilo (di

bagian Timur). Ketiganya merupakan sub DAS dari DAS Kampar,

tepatnya di antara DAS Tesso dan DAS Nilo di Propinsi Riau. Sungai

Nilo berada di pinggir Desa Lubuk Kembang Bunga, tepatnya di sisi

sebelah Barat dan berbatasan dengan areal tanaman Akasia milik PT.

Riaun Andalan Pulp and Paper, dan merupakan jalur jelajah gajah yang

sering diseberangi oleh kelompok gajah dalam mencari makan.

2. Potensi Keanekaragaman Hayati Dan Ekosistem a. Keanekaragaman Flora

Potensi yang berupa keunikan flora dapat disaksikan dengan

melakukan trekking ke dalam hutan. Medan yang dilalui cukup bervariasi

seperti melewati anak sungai, tanah kering, dan rawa. Di kawasan hutan

Taman Nasional Tesso Nilo dapat di temukan jenis-jenis flora seperti :

Kantong semar, Pohon sialang, Pohon Cempedak hutan, Pohon Tampui,

Pohon Durian hutan, Kayu Ulin, Kayu Meranti, Kayu Balam, da

jenis-jenis anggrek lainnya.

b. Keanekaragaman Fauna

Potensi wisata yang berupa atraksi satwa diantaranya yaitu dengan

melalukan pengamatan satwa di sepanjang Sungai Nilo dan trekking di

(51)

seperti Ungko, Monyet ekor panjang, Elang ikan, Bajing, Betet ekor

panjang, Serindit, Punai gading, Biawak dan jenis-jenis lainnya. Di

dalam hutan dapat ditemukan beragam satwa lain seperti Tapir, Gajah

sumatera, Bajing, Harimau sumatera, Ungko, Beruang madu, Kijang,

Kancil, Babi hutan dan jenis-jenis satwa lainnya.

Di Camp Flying Squad ada beberapa Gajah jinak, dan para

pengunjung dapat melakukan wisata perjalanan menyusuri hutan tesso

nilo dengan menggunakan gajah tersebut. Petualangan ini sangat

mengasyikkan dengan jalur yang dilalui sungguh bervariasi, yaitu mulai

dari jalan bekas, hutan sekunder muda dan tua, menyeberangi sungai,

rawa, akasia dan lainnya. Jalur wisata ini dimulai dan diakhiri pada Camp

Flying Squad dengan panjang jalur lebih kurang 5 km. Pada pertengahan

perjalanan kita juga melalui menara pengamatan setinggi lebih kurang 25

m. Dari atas menara dapat diamati tutupan hutan tesso nilo.

3. Tipologi Desa dan Suku-suku a. Tipologi desa asli

Tipologi desa asli dengan ciri-ciri utamanya mayoritas penduduk desa

adalah penduduk tempatan atau penduduk asal setempat yang mengklaim

diri secara umum sebagai suku bangsa Melayu Riau. Sebagian besar desa

ini merupakan desa-desa tua. Namun demikian ditemukan juga adanya

desa-desa asli dengan riwayat pembentukannya relatif baru sebagai hasil

(52)

b. Tipologi desa transmigrasi

Tipologi desa transmigrasi dengan ciri-ciri utamanya mayoritas

penduduk desa terdiri dari warga transmigrasi asal Pulau Jawa. Sebagai

desa yang dibentuk secara resmi oleh pemerintah menjadi desa

permanen, dengan sendirinya warga desa-desa transmigrasi ini juga telah

menjadi penduduk permanen. Program transmigrasi ini merupakan

program nasional sejak tahun 1970an, dan umumnya keluarga kaum

transmigrasi tersebut telah memiliki 2-3 generasi.

c. Tipologi desa campuran

Tipologi desa campuran dengan ciri-ciri utama komposisi

penduduknya terdiri atas beragam latar belakang suku bangsa yang

merupakan campuran antara penduduk yang berasal dari desa-desa asli

sekitarnya dan penduduk pendatang yang berasal dari daerah luar,

maupun dari luar propinsi Riau. Selain penduduk asal Melayu Riau, di

perdesaan ini dapat ditemui juga warga suku bangsa lain seperti Batak,

Jawa, Nias, Minang dan lain-lain. Desa-desa campuran ini umumnya

berdiri melalui proses transmigrasi swakarsa yang mengikuti

berlangsungnya pembukaan hutan dan lahan yang telah meningkat sangat

pesat di kawasan ini di era akhir tahun 1970an dan 1980an.

4. Sistem Organisasi Sosial

Kehidupan masyarakat desa sekitar kawasan hutan Tesso Nilo perlu

dipahami dari sudut pandang sosial budaya yang meliputi sistem organisasi

(53)

apabila merujuk pada pembagian sosio-kultural masyarakat tempatan,

desa sekitar kawasan hutan Tesso Nilo dapat pula dibagi ke dalam

desa-desa yang mengikuti sistem perbathinan adat Melayu Petalangan.

Struktur keluarga dalam masyarakat desa-desa tempatan di sekitar

kawasan Tesso Nilo memperlihatkan gabungan antara sistem patrilineal

dengan sistem matrilineal. Pada masyarakat desa-desa dengan sistem

perbathinan, pengaruh sistem patrilineal agak menonjol dibandingkan pada

masyarakat desa-desa yang menganut sistem kepenghuluan.

Dalam kenyataannya sistem organisasi sosial masyarakat tradisional

umumnya semakin memudar. Bahkan ada sejumlah desa yang sebenarnya

sistem organisasi sosialnya tidak lagi dapat dikategorikan ke dalam sistem

organisasi sosial berbasis kebudayaan penduduk tempatan tersebut. Hal ini

terutama dijumpai pada sebagian besar desa-desa bentukan baru melalui

transmigrasi yang diprakarsai oleh pemerintah maupun bentuk transmigrasi

swakarsa. Desa-desa ini biasanya mayoritas berpenduduk pendatang dengan

tipologi desa transmigrasi dan desa campuran.

5. Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Tesso Nilo Adapun struktur organisasi Balai Taman Nasional Tesso Nilo

Gambar 3. Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Tesso Nilo Kepala Balai

Sub Bagian Tata Usaha

Seksi pengelola TN. Wilayah II baserah

Kelompok Jabatan Fungsional Seksi pengelola TN.Wilayah I

(54)

Susunan organisasi Balai Taman Nasional Tesso Nilo yang terdiri dari :

a. Sub bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata

persuratan, ketatalaksanaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan,

kearsipan, rumah tangga, perencanaan, kerjasama, data, pemantauan dan

evaluasi, pelaporan serta kehumasan.

b. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah mempunyai tugas

melakukan penyusunan rencana dan anggaran, evaluasi dan pelaporan,

bimbingan teknis, pelayanan dan pemberdayaan masyarakat, pengelolaan

kawasan, perlindungan, pengawetan, pemanfaatan lestari, pengamanan

dan pengendalian kebakaran hutan, pemberantasan penebangan dan

peredaran kayu, tumbuhan, dan satwa liar secara illegal serta pengelolaan

sarana prasarana, promosi, bina wisata alam dan bina cinta alam,

penyuluhan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta

kerjasama di bidang pengelolaan kawasan taman nasional.

c. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari jabatan fungsional Pengendali

Ekosistem Hutan, Polisi Kehutanan, Penyuluh Kehutanan dan fungsional

lainnya.

6. Keadaan Pegawai Balai Taman Nasional Tesso Nilo

Balai Taman Nasional Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan memiliki

pegawai yang memiliki tingkat pendidikan, golongan/kepangkatan yang

tentu akan membantu dalam pelaksanaan tugas yang diberikan antara lain

(55)

a. Golongan Pegawai

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sudah tentu memiliki

sifat penjenjangan dalam menduduki jabatan tersebut. Pada Balai Taman

Nasional Taman Nasional Tesso Nilo memiliki pegawai yang terdiri dari

golongan II, III, dan IV. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel .2. Golongan/Pangkat Pegawai Balai Taman Nasional Tesso Nilo

No Golongan Jumlah Persentase

1 I - -

2 I 28 59,57

3 II 18 38,29

4 IV 1 2,12

Jumlah 47 100

Sumber : Balai Taman Nasional Tesso Nilo Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa golongan / pangkat yang

terbesar pada Balai Taman Nasional Taman Nasional Tesso Nilo adalah

golongan II berjumlah 28 orang atau 59, 57 % dan golongan III

berjumlah 18 orang atau 38, 29 %.

b. Jabatan Pegawai Taman Nasional Taman Nasional Tesso Nilo

Dari jumlah pegawai di Balai Taman Nasional Taman Nasional Tesso

(56)

Tabel .3. Jabatan Pegawai pada Balai Taman Nasional Tesso Nilo

No Jabatan Jumlah Persentase

1 Jabatan Struktural 4 7, 01

2 Jabatan PEH 13 22, 8

3 Jabatan Polhut 18 31, 57

4 Jabatan Penyuluhan 2 3,5

5 Jabatan Fungsional Umum 10 17, 54

6 Honorer 10 17, 54

Jumlah 57 100

Sumber : Balai Taman Nasional Tesso Nilo Tahun 2015

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa Jabatan pegawai pada Balai

Taman Nasional Tesso Nilo yang menjabat paling banyak adalah Polisi

Kehutanan sebanyak 18 orang atau 31, 57 % dan paling terendah adalah

jabatan penyuluhan berjumlah 2 orang atau 3, 5 %. Apabila dilihat dari

Jabatan Polisi Kehutanan yang dimiliki oleh Balai Taman Nasional

Kabupaten Pelalawan dinilai sangatlah sedikit, sebab tidak mungkin bisa

mengawasi dengan luas wilayah Taman Nasional Tesso Nilo yang

memiliki Luas ± 83.068 ha.

7. Visi dan Misi Taman Nasional Tesso Nilo a. Visi

Mewujudkan Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo yang Aman dan

Mantap sebagai Pusat Konservasi Gajah Sumatera yang Memberikan

Optimal Bagi Kesejahteraan Masyarakat.

b. Misi

(57)

2) Mewujudkan pengelolahan Taman Nasional Tesso Nilo yang seimbang

antara kepentingan perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumber

daya alam hayati dan ekosistemnya.

3) Meningkatkan perlindungan kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dari

berbagai tekanan dan gangguan melalui kegiatan-kegiatan serta melalui

pencegahan dan pembakaran hutan.

4) Meningkatkan peran serta masyarakat sekitar kawasan dan para pihak

dalam pengelolahan Taman Nasional Tesso Nilo melalui kemitraan atau

kolaborasi.

5) Meningkatkan manfaat Taman Nasional Tesso Nilo dalam

pemberdayaan/peningkatan ekonomi masyarakat melalui

pengembangan kegiatan wisata alam (Ekowisata) dan pemanfaatan jasa

lingkungan.

6) Mewujudkan TNTN sebagai Pusat Konservasi Gajah (PKG) yang

mampu menciptakan dan atau meningkatkan hubungan yang harmonis

antar gajah dan manusia di sekitar kawasan serta menjamin kelestarian

Gajah Sumatra dalam jangka panjang.

8. Aksesibilitas/Rute ke Taman Nasional Tesso Nilo

Ada beberapa rute yang dapat dilalui untuk menuju ke Taman Nasional

Tesso Nilo adalah sebagai berikut :

a. Pekanbaru – Pangkalan Kerinci ± 71 Km (dapat ditempuh dengan

(58)

b. Pangkalan Kerinci – Ukui ± 75 Km (dapat ditempuh dengan kendaraan

darat dengan waktu ± 1 jam 40 menit).

c. Ukui – Lubuk Kembang Bunga ± 30 Km (dapat ditempuh dengan

kendaraan darat dengan waktu ± 50 menit.

d. Pangkalan Kerinci – Lubuk Kembang Bunga (Via Karidor) ± 105 Km

(dapat ditempuh dengan kendaraan darat dengan waktu ±1 jam 50 menit).

B.Hasil Responden

Adapun data dan hasil responden yang dilakukan dalam penelitian ini akan

diuraikan dan dijelaskan sebagai berikut :

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi karakteristik

responden menurut usia, jenis kelamin, pendidikan, dan jenis pekerjaan.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 95 orang.

Hasil deskripsi karakteristik responden dapat dilihat pada penjabaran

berikut ini.

2. Usia Responden

Usia merupakan salah satu pengelompokkan identitas responden. Hal ini

dinilai untuk melihat keadaan produktifitas kerja dan daya analisa responden

yang akan memberikan masukan dan saran dalam pelaksanaan tugas yang

dilakukan pemerintah dan masyarakat dalam menjalankan dan

melaksanaakan pemberantasan perambahan hutan di kawasan Taman

Nasional Tesso Nilo di Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan yang dapat

(59)

Tabel . 4. Usia Responden

No Tingkat Umur Jumlah Persentase

1 20 - 30 52 54,73

2 31 - 40 23 24,21

3 41 - 50 15 15,79

4 51 - 60 5 5,26

Jumlah 95 100

Sumber: Data Primer diolah 2015

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian responden adalah

berumur 20 – 30 tahun yaitu sebanyak 52 orang atau 54,73 %, ini

membuktikan bahwa usia dari responden dapat dikategorikan produktifitas

kerjanya masih dapat berjalan dengan optimal.

3. Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan jenis kelamin responden adalah laki – laki yaitu 95 orang

atau 100 %. Sebab yang peneliti temui adalah laki-laki yang lebih banyak

mengetahui tentang Taman Nasional Tesso Nilo.

4. Tingkat Pendidikan Responden

Dalam pelaksanaan penyebaran kuesioner yang sudah disajikan kepada

responden, maka langka awal yang harus dipenuhi adalah berupa identitas

responden. Dan yang dijadikan responden pada penelitian ini memiliki

tingkat pendidikan yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari jumlah

responden yang digolongkan dalam tingkat pendidikan yang akan di

(60)

Tabel . 5. Tingkat Pendidikan Responden.

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 Tamat SD 19 20

2 Tamat SLTP 18 18,94

3 Tamat SLTA 47 49,47

4 Diploma 6 6,32

5 Srata Satu 4 4,22

6 Magister 1 1,05

Jumlah 95 100

Sumber: Data Primer diolah 2015

Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa jenjang pendidikan responden

menunjukan yang paling besar adalah berpendidikan SLTA yaitu sebanyak

47 orang (49,47 %), dan untuk tingkat pendidikan yang tinggi magister

hanya satu (1) orang atau (1,05%). Dapat disimpulkan bahwa responden

sebagian besar lulusan SLTA.

5. Jenis Pekerjaan Responden

Setelah menyajikan identitas tentang tingkat pendidikan responden, maka

identitas yang perlu disajikan pada penelitian ini adalah jenis pekerjaan

responden penelitian. Adapun yang menjadi latar belakang dijadikan jenis

pekerjaan dalam intem pertanyaan dalam identitas responden adalah karena

pekerjaaan akan memberikan kontribusi terhadap pemahaman dalam

pelaksanaan penanggulangan perambahan Hutan Taman Nasional Tesso

Nilo Di Kecamatan Ukui. Jenis pekerjaan responden akan memberikan nilai

yang akan mendekati kebenaran dalam pemberian data. Dibawah ini akan

dipaparkan jenis pekerjaan responden yang dapat dilihat pada tabel dibawah

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir
Gambar 2. Peta Administratif Balai Taman Nasional Tesso Nilo
Gambar 3. Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Tesso Nilo
Tabel .2. Golongan/Pangkat Pegawai Balai Taman Nasional Tesso Nilo
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai satu-satunya lembaga yang memperoleh legitimasi dari komunitas internasional dalam konservasi, IUCN dalam deinisinya menyebutkan bahwa, “Taman Nasional adalah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui spesies kupu-kupu apa saja yang terdapat di Kawasan Hutan Suaka Margasatwa Kerumutan, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Lubuk kembang Bunga di Taman Nasional Tesso Nilo, diketahui bahwa jenis pakan gajah sumatera yang

7 2004 Menteri Kehutanan menunjuk Tesso Nilo sebagai Taman Nasional dengan kawasan yang sebelumnya berada pada areal PT Inhutani IV, melalui surat keputusan

Penyebaran formasi vegetasi di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dibagi dalam beberapa tipe, yaitu hutan dataran rendah lahan kering yang terbuka, hutan

Mengetahui keanekaragaman jenis dan sebaran satwa primata di dalam kawasan Taman Nasional Tesso Nilo yang berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit PT.. Inti

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mengetahui profil populasi tapir yang ada dalam kawasan TN Tesso Nilo sejauh yang dapat terpotret oleh kamera-kamera

Desa ini berada pada jarak 58 km dari ibukota Kabupaten Pelalawan, dan berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Tesso Nilo, tepatnya di Dusun III Bukit