PERANAN BALAI TAMAN NASIONAL TESSO NILO
DALAM MENANGGULANGI PERAMBAHAN HUTAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO DI KECAMATAN UKUI KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagai persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan
Disusun Oleh : Bustami Zarkasih
10405249004
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
MOTTO
1. Cintailah apa yang engkau suka, akan tetapi ingatlah bahwasanya akan engkau tinggalkan.
Buatlah apa yang engkau ingini dan ingatlah engkau akan dimintai tanggung jawab atasnya. (
Al-hadits )
2. Temuilah jalan melalui dunia ini. Ambillah kesempurnaanNya lewat dunia sebagaimana engkau
menemukan makna manusia dari jasadnya. Temukan makna dunia ini dari apa-apa yang nampak
pada dunia. ( Jalaludin Rumi )
3. Kebesaran seseorang tidak diukur dari kekuatannya, tapi diukur dari bagaimana dia berdiri tegap
setiap kali dia terjatuh. ( Penulis )
4. Ulurkan Tanganmu untuk bumi, untuk udara tanpa polusi, untuk hutan kami yang terlindungi tanpa
perusakan, untuk air yang bersih, dan untuk revolusi energi sekarang dan depan. ( Penulis )
5. Tanpa bunga tidak akan ada taman, Tanpa taman bumi tidak akan indah,Tanpa pohon tidak akan ada
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobil’alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayahnya.
Syalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW.
Tulisan ini dipersembahkan kepada orang-orang terdekat atas do’a dan usaha yang dilakukan selama ini.
1. Kepada Ayah dan Ibu yang selalu ada disisi, menjadi tauladan, penutan untuk masa depan yang selalu memotivasi, memberikan semangat dan harapan serta do’a yang selalu terucapkan darinya. Semoga Allah SWT selalu melindungi, Amin.
2. Keluarga besar di Riau.
Dan tak lupa pula saya bingkiskan buat orang-orang yang selalu support saya :
1. Abang Peyang, Abang Jimi.
2. Sahabat-sahabat terbaik di Riau dan Yogyakarta terimakasih atas do’a dan dukungannya.
3. Semua sahabat-sahabat di pendidikan geografi Khususnya kelas B 2010, terimakasih atas perjuangan bersama ketika menempuh masa kuliah dan kebersamaan baik ketika di kelas maupun di luar kelas, selalu berusaha dan berdo’a semoga sukses selalu.
4. Pemerintahan kabupaten pelalawan yang telah memberikan beasiswa di Universitas Negeri Yogyakarta di jurusan pendidikan geografi.
PERANAN BALAI TAMAN NASIONAL TESSO NILO
DALAM MENANGGULANGI PERAMBAHAN HUTAN TAMAN NASIONAL TESSO NILO DI KECAMATAN UKUI KABUPATEN PELALAWAN PROPINSI RIAU
Oleh: Bustami Zarkasih Nim. 10405249004
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan : (1) Penyidikan di Balai Taman Nasional Tesso Nilo dalam Menanggulangi Perambahan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo. (2) Perlindungan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo di Kecamatan Ukui. (3) Pengamanan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk desa yang ada di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo terdiri dari tiga desa, yaitu Desa Air Hitam, Lubuk Kembang Bunga, Bagan Limau, serta pihak-pihak yang terlibat di Taman Nasional Tesso Nilo. Sampel dalam penelitian ini adalah penduduk yang ada di sekitar Taman Nasional Tesso Nilo yang terdiri dari tiga desa dan disetiap desa diambil sampel 20 orang, serta pihak-pihak yang terlibat seperti Camat, Kepala Desa, BPD, Petugas polisi kehutanan, kepala balai Taman Nasional Tesso Nilo serta Toko Masyarakat. jadi kalau di jumlahkan menjadi 95 orang. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dengan cara Dokumentasi, Wawancara, Kuesioner, dan Observasi. Teknik analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini teknik analisis kuantitatif dengan tabel frekuensi dan persentase.
Hasil penelitian menunjukan bahwa peranan Balai Taman Nasional Tesso Nilo dalam menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo di kecamatan Ukui, kabupaten Pelalawan, sudah berjalan dengan baik,dengan jawaban responden sebagai berikut : (1) Penyidikan sangat berperan berjumlah 55 atau 57,89%, (2) Perlindungan kurang berperan berjumlah 44 atau 46,31%, dan (3) Pengamanan sangat berperan berjumlah 70 atau 74%. dalam menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo kecamatan Ukui kabupaten Pelalawan Propinsi Riau.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penyusunan tugas skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan jika
tanpa bantuan, dukungan serta partisipasi dari berbagai pihak. Oleh sebab itu
ijinkan penulis untuk mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang
telah memberikan ijin penelitian.
2. Bapak Drs. Agus Sudarsono, M.Pd selaku pembimbing yang telah memberikan
dukungan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis dengan
kesabaran dan ketelitian.
3. Bapak Nurhadi.M.Si selaku narasumber yang telah membantu penulis dalam
menyusun skripsi ini.
4. Bapak Agung Yulianto,SE. yang telah membantu menyiapkan alat dan
surat-surat izin penelitian dan sebagainya.
5. Ketua jurusan pendidikan geografi yang telah memberikan izin penelitian dan
kemudahan dalam penyusunan skripsi.
6. Dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis.
7. Gubernur Riau yang telah berkenan memberikan izin penelitian.
8. Bupati Kabupaten Pelalawan yang telah berkenan memberikan izin penelitian.
10. Kepala Balai Taman Nasional Tesso Nilo yang telah berkenan memberikan
izin penelitian.
11. Rekan-rekan pendidikan geografi 2010 terutama kelas B yang telah
memberikan masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Seluruh rekan-rekan beasiswa PEMDA Kabupaten Pelalawan yang telah
memberikan kritikan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Semua pihak baik lembaga maupun perorangan yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat berguna untuk perbaikan karya
tulis ini lebih lanjut. Atas selesainya skripsi ini, segala bentuk bantuan yang telah
diberikan kepada penulis hanya Tuhan yang akan membalas kebaikan semua
pihak yang terlibat.
Yogyakarta Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Indentifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan ... 6
F. Manfaat ... 6
1. Manfaat Teoritis ... 6
2. Manfaat Praktis ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 8
B. Defenisi Peranan. ... 11
C. Defenisi Hutan ... 12
D. Defenisi Perambahan. ... 14
E. Faktor-Faktor Penyebab Terjadi Perambahan Hutan. ... 16
F. Langkah-Langkah Menangulangi Perambahan Hutan. ... 18
G. Penelitian yang Relevan. ... 20
H. Kerangka Berfikir ... 22
BAB III ANALISI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 24
B. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... 24
1. Variabel ... 25
C. Tempat dan Waktu Penelitian. ... 26
D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27
1. Populasi ... 27
2. Sampel Penelitian ... 27
E. Teknik Pengumpulan Data ... 28
1. Metode Dokumentasi ... 28
2. Metode Wawancara ... 28
3. Metode Observasi. ... 29
4. Metode Kuesioner ... 29
F. Pengelolahan Data ... 30
G. Analisis Data ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32
1. Kondisi Geografis Daerah Penelitian ... 32
a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah. ... 32
b. Peta Administratif Balai Taman Nasional Tesso Nilo ... 33
c. Topologi. ... 34
d. Hidrologi. ... 35
2. Potensi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem. ... 35
a. Keanakaragaman Flora. ... 35
b. Keanakaragaman Fauna. ... 35
3. Tipologi Desa dan Suku-Suku. ... 36
a. Tipologi Desa Asli. ... 36
b. Tipologi Desa Transmigrasi. ... 37
c. Tipologi Desa Campuran. ... 37
4. Sistem Organisasi Sosial. ... 37
5. Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Tesso Nilo ... 38
6. Keadaan Pegawai Balai Taman Nasional Tesso Nilo... 39
a. Golongan Pangkat Pegawai Balai Taman Nasional Tesso Nilo ... 40
b. Jabatan Pegawai Balai Taman Nasional Tesso Nilo ... 40
a. Visi ... 41
b. Misi ... 42
8. Aksesibilitas / Rute ke Taman Nasional Tesso Nilo ... 42
B. Hasil Responden ... 43
1. Karakteristik Responden ... 43
2. Usia Responden ... 43
3. Jenis Kelamin Responden ... 44
4. Tingkat Pendidikan Responden ... 44
5. Jenis Pekerjaan Responden ... 45
C. Pembahasan ... 46
1. Penyidikan ... 46
2. Perlindungan ... 49
3. Pengamanan ... 53
4. Rekapitulasi Jawaban Responden Terhadap Penyidikan, Perlindungan, dan Pengamanan. ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 58
B. Saran ... 59
Daftar Pustaka ... 61
DAFTAR TABEL
Halaman
1. . Penelitian yang Relevan ... 21
2. . Golongan/Pangkat Pegawai Balai Taman Nasional Tesso Nilo ... 40
3. . Jabatan Pegawai pada Balai Taman Nasional Tesso Nilo ... 41
4. . Tingkat Usia Responden ... 44
5. . Tingkat Pendidikan Responden Penelitian ... 45
6. . Jenis Pekerjaan Responden ... 46
7. . Penyidikan Perambahan Hutan Taman Nasional Tesso Nilo ... 47
8. . Melakukan Sosialisasi Dan Penyuluhan ... 49
9. . Melakukan Koordinasi Dengan Masyarakat dan Pembentukan Tim Masyarakat Peduli Api (MPA). ... 50
10.Melakukan Kelola Sosial (Kemitraan) ... 51
11.Melakukan Patroli dan Membuat Pos Penjagaan ... 53
12.Melakukan Penataan Batas Seluruh Kawasan Dan Pemasangan Papan Pemberitahuan ... 54
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Berpikir. ... 23
2. Peta Administratif Balai Taman Nasional Tesso Nilo ... 33
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Dokumentasi ... 64
2. Hasil Wawancara dan Pengamatan di Lapangan ... 66
3. Pedoman Kuesioner ... 71
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dikaruniai hutan tropis yang luas dan kaya keanekaragaman
hayatinya. Sebagian masyarakat Indonesia mengandalkan hidup dan mata
pencahariannya dari hutan, baik dari mengumpulkan berbagai jenis hasil hutan
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka atau bekerja pada sektor industri
pengolahan kayu. Hutan tropis ini merupakan habitat flora dan fauna yang
kelimpahannya tidak tertandingi oleh negara lain dengan ukuran luas yang
sama. Bahkan sampai sekarang hampir setiap ekspedisi ilmiah yang dilakukan
di hutan tropis Indonesia selalu menghasilkan penemuan spesies baru.
Suatu tragedi terus berlangsung di Indonesia, Sekarang Indonesia menjadi
pusat perhatian dunia, di dalam negeri maupun masyarakat internasional begitu
gusar menyaksikan perusakan sumber daya alam yang semena-mena di negara
ini. Oleh karena itu, hak-hak bangsa dan negara atas hutan dan hasilnya perlu
dijaga dan diperhatikan agar hutan tersebut dapat memenuhi fungsinya baik
kepentingan bangsa dan negara.
Menjaga stabilitas pengawasan dan pengamanan terhadap hutan dan
hasil-hasil hutan, maka berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
kehutanan dinyatakan secara tegas tentang perlindungan hutan, hal ini sebagai
mana di sebutkan dalam pasal 46 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang kehutanan bahwa, penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi
tercapai secara optimal. Hutan menurut fungsinya dibagi menjadi hutan
lindung, hutan suaka alam, hutan produksi terbatas dan hutan produksi
konservasi. Hutan mempunyai peranan yang penting bagi stabilitas keadaan
susunan tanah dan isinya sehingga selain memanfaatkan harus diperhatikan
pula kelestariannya.
Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi yang memiliki hutan dengan
luas 8,6 juta ha. Bila dirinci menurut fungsinya hutan lindung seluas
228.793,82 ha (2,66 persen), hutan produksi tetap seluas 1.605.762,78 ha
(18,67 persen), hutan produksi terbatas seluas 1.815.949,74 ha (21,12 persen) ,
hutan suaka alam seluas 531.852,65 ha (6,19 persen), dan hutan produksi
konservasi seluas 4.277.964,62 ha (49,75 persen). (Dinas Kehutanan Provinsi
Riau Tahun 2014).
Melindungi hutan di propinsi Riau secara optimal dan lestari maka salah
satu Kabupaten yang mempunyai hutan lindung di Provinsi Riau yaitu
Kabupaten Pelalawan. Guna menjaga kelestarian hutan lindung di Kabupaten
Pelalawan, maka pemerintah dalam hal ini Departeman Kehutanan melalui
Keputusan Menteri Nomor 225/Menhut-II/2004 tentang Perubahan Fungsi
Sebagai Kawasan Hutan Produksi Terbatas di Kelompok Hutan Tesso Nilo
seluas ± 38.576 ha.
Pada tahun 2009 Taman Nasional Tesso Nilo di perluas melalui Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor. 663/Menhut-II/2009 tentang Perubahan
Fungsi Kawasan Hutan Produksi Terbatas menjadi Hutan Taman Nasional
berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.03/Menhut-II/2007
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional Tepatnya melalui
Pasal 3 yang menyelenggarakan fungsi :
a)Penataan zonasi, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi pengelolahan kawasan taman nasional.
b) Pengelolahan kawasan taman nasional.
c) Penyidikan, perlindungan, dan pengamanan kawasan taman nasional. d) Pengendalian kebakaran hutan.
e)Promosi, informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
f) Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
g) Kerjasama pengembangan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekositemnya serta pengembangan kemitraan.
h) Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan taman nasional. (Dinas Kehutanan Kabupaten Pelalawan).
Kawasan Tesso Nilo yang terletak di Kecamatan Ukui seluas ± 83.068 ha
menjadi taman nasional. Bentuk kerusakan hutan disebabkan akibat pencurian
kayu secara illegal (Illegal logging), pembukaan lahan perkebunan dan
pembakaran lahan. Luas kerusakan hutan Taman Nasional Tesso Nilo sampai
dengan tahun 2013 mencapai 35.416,45 ha. Kondisi ini akan menyebabkan
bencana alam seperti banjir, tanah longsor dan terancamnya satwa liar yang
dilindungi yang berada di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo. Balai Taman
Nasional Tesso Nilo yang berkewajiban dalam menjaga dan melindungi
kelestarian hutan tersebut. Balai Taman Nasional Tesso Nilo Kabupaten
Pelalawan di nilai belum mampu memberikan peran yang maksimal dalam
pemberantasan perambahan hutan lindung khususnya di Kecamatan Ukui.
Beberapa fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan, peranan Balai
nasional tesso nilo dalam hal ini penyidikan, perlindungan dan pengamanan
hutan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) di Kecamatan Ukui belum dapat
berjalan secara maksimal seperti :
1. Penyidikan
Belum terlaksananya secara maksimal penyidikan yang dilakukan oleh
petugas Balai Taman Nasional dalam bidang pemeriksaan. penyitaan barang
bukti dan penangkapan memang sudah dilakukan namun masih mengalami
hambatan-hambatan. Hal ini dapat dilihat dari petugas yang masih minim.
Belum terlaksananya Peraturan Menteri Kehutanan Nomor :
P.03/Menhut-II/2007 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional, yang
mana masih banyaknya terjadi Perambahan Hutan di Kawasan Taman
Nasional Tesso Nilo (TNTN) yang diketahui dari tahun 2002 – 2014 dengan
luas perambahan 35.416,45 ha.
2. Perlindungan
Pelaksaanan perlindungan hutan dalam bentuk sosialisasi/penyuluhan,
koordinasi dan kemitraan yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional
memang sudah dilaksanankan, baik itu penyuluhan, koordinasi dan
kemitraan masyarakat namun perlu ditingkatkan sebab di dalam
perlindungan hutan perlu kerja sama dengan masyarakat yang berada di
sekitar kawasan agar perlindungan terhadap Taman Nasional Tesso Nilo
3. Pengamanan
Pengamanan hutan Taman Nasional Tesso Nilo seperti patroli yang
dilakukan oleh petugas masih belum sepenuhnya melakukan pengawasan
hal ini disebabkan sulitnya akses jalan, luasnya kawasan dan kurangnya
sarana dan prasarana transportasi seperti sepeda motor, mobil dan perahu
yang dimiliki oleh Balai Taman Nasional. Begitu juga untuk pos penjagaan
sudah dilaksanankan namun pos tersebut jarang dijumpai penjaganya.
B. Indentifikasi Masalah
1. Peranan penyidikan terhadap perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo
belum terlaksana sepenuhnya.
2. Peranan perlindungan masih kurang untuk Kawasan Taman Nasional Tesso
Nilo dalam menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo.
3. Tingkat Pengamanan hutan di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo masih
kurang.
4. Sosialisasi/penyuluhan dari pihak taman nasional tesso nilo terhadap
masyarakat sekitar masih kurang.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian indentifikasi masalah diatas maka perlunya pembatasan
masalah diatas sebagai berikut:
1. Peranan penyidikan terhadap perambahan di hutan Taman Nasional Tesso
Nilo khususnya di kecamatan Ukui.
2. Peranan Balai Taman Nasional Tesso Nilo khususnya pada perlindungan
3. Tingkat pengamanan di Kawasan hutan Taman Nasional Tesso Nilo masih
kurang.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana peranan penyidikan di hutan Taman Nasional Tesso Nilo?
2. Bagaimana peranan Balai Taman Nasional Tesso Nilo khususnya
perlindungan hutan di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dalam
menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo?
3. Bagaimana peranan pengamanan di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo
dalam menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peranan Balai Taman Nasional Tesso Nilo khususnya
pada penyidikan dalam menanggulangi Perambahan Hutan Taman Nasional
Tesso Nilo.
2. Mengetahui bagaimana Balai Taman Nasional Tesso Nilo khususnya
perlindungan hutan di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dalam
menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo.
3. Mengetahui pengamanan hutan Taman Nasional Tesso Nilo dalam
menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo di
Kecamatan Ukui.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermaanfaat sebagai berikut:
a. Bahan masukan bagi pemerintah khususnya bagi Balai Taman Nasional
Tesso Nilo Kabupaten Pelalawan propinsi Riau dalam menanggulangi
perambahan Hutan Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo di Kecamatan
Ukui Kabupaten Pelalawan.
b. Sebagai referensi bagi penelitian sejenis
c. Untuk menambah ilmu pengetahuan bagi si peneliti.
d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
perbandingan bagi peneliti - peneliti di masa yang akan datang pada
penelitian yang sama.
2. Secara Praktis
a. Bagi pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat memberikan masukan
dan informasi tentang Balai Taman Nasional Tesso Nilo.
b. Sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang berkepentingan tentang
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Kajian Teori
1. Pengertian Geografi
Menurut Seminar dan Loka Karya Peningkatan Kualitas Pengajar
Geografi di Semarang tahun 1988, Geografi adalah ilmu yang mempelajari
persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang
kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan (Suharyono &
Moch.Amien, 1994:19)
Geografi menurut Preston E. James membicarakan tentang ruang, yaitu
ruang yang kita tempati di permukaan bumi, selain itu juga dibicarakan
hubungan timbal balik manusia dengan kebudayaannya (Subyoto dkk,
1999:2).
R . Bintarto mendefinisikan geografi sebagai berikut (Subyoto dkk, 1999:3): Georagfi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan timbal balik gejala-gejala di muka bumi, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi, baik yang fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup besrta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologi dan regional untuk kepentingan program dan proses serta keberhasilan pembangunan.
2. Konsep Dasar Geografi
Dalam kajian ilmu geografi terdapat konsep-konsep geografi. Menurut
Suharyono dan Moch. Amien (1994:27-34) mengemukakan terdapat 10
konsep geografi antara lain, konsep lokasi, konsep jarak, konsep
keterjangkauan, konsep pola, konsep morfologi, konsep aglomrasi, konsep
nilai guna, konsep intraksi (interdependensi), konsep differensiasi area, dan
a. Konsep lokasi
Konsep Lokasi atau letak merupakan konsep utama yang sejak awal
pertumbuhan ilmu geografi dan menjadi ciri khusus ilmu geografi.
Secara pokok lokasi juga dapat di bedakan menjadi dua yaitu lokasi
absolut dan lokasi relatif. Lokasi absolut menunjukan letak yang tetap
terhadap sistem grid atau koordinat. Sedangkan lokasi relatif adalah
lokasi suatu obyek yang dinilainya berdasarkan obyek lain. Konsep
lokasi penelitian ini adalah menjelaskan lokasi Taman Nasional Tesso
Nilo yang ada di kecamatan Ukui.
b. Konsep Jarak
Konsep jarak merupakan konsep geografi mempunyai arti penting
bagi kehidupan sosial, ekonomi maupun untuk kepentingan pertahanan.
Jarak merupakan faktor pembatas yang bersifat alami, sekalipun arti
pentingnya bersifat relatif sejalan dengan kemajuan kehidupan dan
teknologi.
c. Konsep Keterjangkauan
Keterjangkauan dalam bahasa ingris disebut accessability tidak
selalu berkaitan dengan jarak, tetapi lebih berkaitan dengan kondisi
medan atau ada tidaknya sarana angkutan atau komunikasi yang dapat
dipakai. Keterjangkauan umumnya juga berubah dengan adanya
d. Konsep Pola
Konsep pola berkaitan dengan susunan bentuk atau persebaran
fenomena dalam ruang di muka bumi, baik yang bersifat alami (aliran
sungai, jenis tanah, vegetasi) ataupun fenomena sosial budaya
(permukiman, mata pencaharian).
e. Konsep Morfologi
Konsep morfologi menggambarkan perwujudan daratan muka bumi
sebagai hasil proses geologi yang disertai erosi dan sedimentasi
sehingga terbentuk pulau-pulau, daratan luas yang berpegunungan
dengan lereng-lereng tererosi, lembah-lembah dan daratan aluvial.
f. Konsep Deferensiasi Areal
Konsep ini menjelaskan bahwa setiap tempat atau wilayah terwujud
sebagai hasil interaksi berbagai unsur dan fenomena lingkungan baik
yang bersifat alam atau kehidupan sehingga mempunyai corak tersendiri
yang berbeda dari tempat atau wilayah lain.
3. Pendekatan Geografi
a. Pendekatan Keruangan
Analisis keruangan mempelajari perbadaan lokasi yang mengenai
sifat-sifat yang penting dengan memperhatikan penyebaran pengunaan
ruang serta penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai
keperluan yang direncanakan (Subyoto dkk, 1999:67).
Pendekatan ekologi merupakan studi antara organisme hidup dengan
lingkungan. Organisme hidup seperti manusia, hewan, dan tumbuhan
saling berintraksi dengan lingkungannya seperti listosfer, atmosfer dan
hidrosfer (Subyoto dkk,1999:68).
c. Pendekatan kewilayahan
Pendekatan kewilayahan merupakan kombinasi antara analisa
keruangan dan analisa ekologi. Analisa komplek wilayah didasarkan
pada areal deferentiation yaitu interaksi antar wilayah akan berkembang
karena pada hakikatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah lainnya
(Subyoto dkk, 1999:72).
B. Defenisi Peranan
Menurut “Giroth” (2004 : 29) Peranan adalah sekumpulan fungsi yang
dilakukan oleh seseorang sebagai tanggapan terhadap harapan-harapan dari
pada anggota penting dalam sistem sosial yang bersangkutan dan
harapan-harapannya sendiri dari jabatan yang ia duduki sistem sosil itu. Sementara
peranan yang sudah dilakukan oleh pemerintah dalam kegiatan pengelolahan
hutan tertuang dalam pasal 21 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan menyebutkan pengelolahan hutan meliputi kegiatan:
“1.Tata hutan dan penyusunan rencana pengelolahan hutan. 2.Pemanfaatan
hutan dan penggunaan kawasan hutan. 3.Rehabilitasi dan reklamasi hutan.
Peranan pemerintah yang diterapkannya maka pemerintah sudah
selayaknya dapat mengelolah dan melestarikan hutan yang ada di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai asal-usul daerah.
W.J.S. Poerwadarminta (1991: 735) berpendapat bahwa Peranan adalah
suatu jadi bagian atau yang pemegang pimpinan yang terutama dalam
terjadinya suatu hal atau peristiwa. Lebih lanjut “Soerjono Soekanto” (1996:
269) menjelaskan bahwa paling tidak peranan itu mencakup tiga pengertian,
sebagai berikut :
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti sempit ini
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang dibimbing seseorang dalam
kehidupan kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan dapat juga dikatakan sebagai prilaku individu yang penting bagi
stuktur masyarakat sosial.
C.Definisi Hutan
Menurut Arief, A (2001) Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan dan
binatang yang hidup dalam lapisan di permukaan tanah dan terletak pada
suatu kawasan, serta membentuk suatu kesatuan ekosistem yang seimbang
dan dinamis. Hutan adalah suatu areal yang luas dikuasai oleh pohon, tetapi
hutan bukan hanya sekedar pohon. Termasuk di dalamnya tumbuhan yang
juga terdapat beranekaragam burung, seranga, dan berbagai
jenis binatang yang menjadikan hutan sebagai habitat. Hutan negara adalah
hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah, sementara
itu hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat
hukum adat.
Adanya perbedaan hutan negara dan hutan adat, maka dalam
penguasaannya pada dasarnya dikuasai oleh Negara untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Dan tetap memperhatikan hak masyarakat hukum adat,
sepanjang kenyataannya masih ada dan diakui keberadaanya, serta tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional. Sehingga penguasa hutan oleh
negara memberi wewenang kepada pemerintah untuk:
1. Mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan,
kawasan hutan dan hasil hutan.
2. Menentapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan atau kawasan
hutan sebagai bukan kawasan hutan.
3. Mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara antara orang
dengan hutan, serta mengatur perbuatan-perbuatan hokum mengenai
kehutanan.
Berdasarkan wewenangan tersebut yang diberikan kepada Pemerintah
dalam hal ini pejabat kehutanan (polisi kehutanan) sebagai kepolisian yang
terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang
Perlindungan Hutan dalam pasal 36 ayat 2 khususnya untuk:
b. Memeriksa surat-surat atau dokumen yang berkaitan dengan pengangkutan hasil hutan di dalam kawasan hutan atau wilayah hukumnya.
c. Menerima laporan tentang telah terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan.
d. Mencari keterangan dan barang bukti terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan.
e. Dalam hal tertangkap tangan, wajib menangkap tersangka untuk diserahkan kepada yang berwenang .
f. Membuat laporan dan menandatangani laporan tentang terjadinya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan. (Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 pasal 36 ayat 2)
Mengendalikan bentuk ganguan dan hambatan hutan dan hasil hutan, akan
diciptakan sistem dan prosedur penanggulangan dan pengendalian yang
mantap implementasinya diarahkan pada usaha preventip dan represif.
Dengan adanya kegiatan perambahan hutan merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh orang di dalam kawasan hutan atau di luar kawasan hutan
yang tidak didasari hukum atau peraturan perundang-undangan yang ada dan
telah ditentukan oleh pemerintah.
Perlindungan Hutan merupakan usaha untuk mencegah dan membatasi
kerusakan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang disebabkan oleh
perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit,
serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan
perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat
yang berhubungan dengan pengelolahan hutan.
D.Definisi Perambahan
Pada dasarnya perambahan hutan dapat dikatagorikan sebagai
penyerobotan kawasan hutan yang berarti perbuatan yang dilakukan orang
bertujuan menguasai suatu hak dengan melawan hak orang lain. Tindakan
menguasai atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah dan melawan
hukum merupakan perbuatan yang dilarang (Alam Setia Zain, 1996:41).
Alam Setia Zain, (1996: 41) menjelaskan tindakan perambahan hutan atau
penyerobotan kawasan hutan dapat digolongkan sebagai kesatuan tindakan
yang bertentangan dengan aturan hukum dengan memenuhi unsur-unsur
sebagai berikut : a. Memasuki kawasan hutan dan merambah kawasan hutan
tanpa izin dari pejabat yang berwenang. b. Menguasai kawasan hutan dan atau
hasil hutan untuk suatu tujuan tertentu. c. Memperoleh suatu manfaat dari
tanah hutan atau manfaat dari hasil hutan.
Perambahan kawasan hutan lebih disebabkan kurangnya lahan usaha
masyarakat sekitar hutan. Pengunaan yang dilakukan lebih kepada
kepentingan individu akibat sempitnya usaha. Termasuk dalam kategori ini
masyarakat yang masih mempraktekkan pola perladangan berpindah.
Masyarakat umumnya mengetahui bahwa yang mereka rambah adalah
kawasan hutan negara yang tidak serta merta dapat mereka miliki (Ali
Djajono, 2009).
Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Pasal 50 Ayat 3 tentang
kehutanan, bahwa perambahan hutan merupakan perbuatan pidana kehutanan
dengan menyatakan bahwa setiap orang dilarang :
1. Mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah.
2. Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau jarak sampai dengan :
b. 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai didaerah rawa.
c. 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai.
d. 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai. e. 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang.
f. 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai.
3. Membakar hutan.
4. Menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan didalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang. 5. Menerima atau membeli atau menjual, menerima tukar, menerima
titipan, menyimpan atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah.
6. Melakukan kegiatan penyelidikan umum atau dengan eksploitasi atau ekslorasi bahan tambang didalam kawasan hutan tanpa izin Menteri. 7. Mengangkut, menguasai atau memiliki hasil hutan yang tidak
dilengkapi dengan surat-surat keterangan yang sahnya hasil hutan. 8. Membawa alat-alat berat dan alat lainnya yang lazim atau patut
diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan didalam kawasan hutan, tanpa izin pejabat yang berwenang.
9. Membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk menebang, memotong atau membelah pohon didalam kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang.
10.Membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan merusak serta membahayakan keberadaan atau kelangsungan fungsi hutan kedalam kawasan hutan dan.
11.Mengeluarkan, membawa dan mengangkut tumbuh-tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang yang berasal dari kawasan hutan tanpa izin pejabat yang berwenang.
E.Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perambahan Hutan
Andono, Ardi,(2003) menuliskan bahwa perambahan hutan merupakan
sebuah bentuk akibat dari berbagai macam faktor penyebab yang sangat
komplek baik itu dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal),
faktor-faktor penyebab ini saling mempengaruhi hingga membentuk lingkaran
setan yang sulit dicari ujung pangkalnya. Faktor –faktor penyebab ini dapat
1. Terjadinya krisis ekonomi dan krisis politik memicu timbulnya ancaman
dan gangguan hutan secara umum yang dilakukan oleh masyarakat/oknum
secara massal, sporadis, brutal dan sifatnya sudah mengancam kelestarian
kawasan konservasi.
2. Tingkat ekonomi masyarakat desa yang tidak mencukupi kehidupan
sehari-hari, dan tidak mengoptimalkan manfaat hutan secara lestari, pemikiran
yang pendek tentang manfaat hutan seperti penebangan liar, perambahan
membuat mereka terperosok kedalam pemikiran kekinian saja tidak
terpikir untuk masa depan Keluarga Sejahtera.
3. Krisis politik yang terjadi berdampak ketidak percayaan masyarakat
terhadap aparat pemerintah, sehingga menghambat dalam pengamanan dan
perlindungan hutan di Kawasan Konservasi. Selain itu kondisi
aparat/oknum yang ada baik dari unsur pemerintah, maupun pihak
keamanaan juga sangat melemahkan kondisi keamanaan tersebut.
4. Kondisi alam yang tidak proporsional dengan jumlah Polhut, peralatan
pengamanan (sarana prasarana).
5. Adanya aktor intelektual di belakang aksi-aksi tersebut, seperti adanya
pemodal yang mampu memodali perambahan tersebut.
6. Adanya pemukiman di sekitar kawasan, semakin besar jumlah penduduk di
sekitar kawasan akan menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap
keutuhan kawasan. Kondisi ini sangatlah sulit untuk di selesaikan
7. Adanya perbedaan kepentingan, perbedaan Tata Nilai, serta Perbedaan
Pengakuan terhadap kawasan konservasi oleh seluruh para pihak yang
terlibat baik masyarakat, pengusaha, pemerintah daerah, kepolisian dan
lain sebagainya.
8. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang arti, peranan, dan manfaat
kawasan konservasi bagi sistem penyangga kehidupan, ilmu pengetahuan,
kekayaan keanekaragaman hayati, hidrologis, bahkan paru-paru dunia.
9. Perlu dana yang cukup besar dan berkelanjutan serta waktu yang panjang
untuk program-program seperti penyuluhan, sosialisasi, hukum
(penyidikan hingga putusan pengadilan), pemberdayaan masyarakat
Karena selain mengusir para perambah juga harus merubah cara
pandang/pola pikir terhadap kawasan konservasi.
10. Perlunya keterlibatan yang aktif, partisipatif, dan kolaboratif serta
intensif seluruh dinas-dinas yang ada di pemerintahan kabupaten dan
Instasi terkait lainnya dalam mencari jalan keluar permasalahan
perambahan ini, permasalahan ini tidak akan pernah selesai bila hanya
dipikirkan dan dikerjakan secara sepihak maupun sendiri sendiri oleh
pengelola hutan karena keterbatasan wewenang (non teknis) dan teknis.
F. Langkah-langka Menangulangi Perambahan Hutan
Di dalam Pasal 69 ayat (1) Undang-undang No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan. Dalam Pasal 69 ayat (1) tersebut dinyatakan “Masyarakat
berkewajiban untuk ikut serta memelihara dan menjaga kawasan hutan dari
dikatakan “Yang dimaksud dengan memelihara dan menjaga, adalah
mencegah dan menanggulangi terjadinya pencurian, kebakaran hutan,
gangguan ternak, perambahan, pendudukan, dan lain sebagainya”.
Berdasarkan asas dan tujuan UU Nomor 18 dalam program ketiga
Departemen Kehutanan dinyatakan bahwa penyelenggaraan kehutanan
berdasarkan manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan,
keterbukaan, dan keterpaduan. Dasar yang kuat untuk pemerintah dalam
memberikan izin pengelolaan hutan dan lingkungan hidup yang ada harus
memenuhi dan sesuai dengan azas dan tujuan tersebut. Apabila tidak bisa
dilakukan oleh pengusaha, maka izin selayaknya jangan diberikan kepada
pengusaha tersebut. Namun dalam praktek pemberian izin Hak Pengusahaan
Hutan (HPH) dan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPTI)
seringkali diberikan hanya karena kemampuan pengusaha secara administratif
dan pendanaan. Sedangkan asas manfaat dan kelestarian tidak dilihat dan
disyaratkan secara tegas. Hal ini memicu sering terjadinya hak-hak atas
pengusahaan hutan yang diberikan dilanggar dengan gampangnya oleh
pengusaha. Selain tindakan preventif dalam pemberian izin, dalam
pengawasan, pemerintah harus dengan tegas dan rutin agar tindakan represif
secepat mungkin dapat dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran hukum
yang lebih merugikan negara dan masyarakat.
Melihat dampak dari penebangan hutan secara liar tersebut,maka perlu
adanya suatu cara untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Dalam menyikapi
neo-humanis. Di bawah ini akan diuraikan beberapa pendekatan neo-humanis
dalam mencegah dan mengurangi terjadinya penebangan hutan secara liar :
1. Melakukan pembenahan terhadap sistem hukum yang mengatur tentang
pengelolaan hutan.
2. Bimbingan dan penyuluhan kepada penduduk setempat tentang betapa
pentingnya keberadaan hutan bagi kehidupan semua umat.
3. Dalam hal penebangan hutan secara konservatif, dengan cara menebang
pohon yang sudah tidak berproduktif lagi.
4. Melakukan program reboisasi dan reklamasi secara rutin.
5. Mencegah cara ladang berpindah/Perladangan berpindah-pindah
6. Menempatkan Penjaga Hutan / Polisi Kehutanan / Jagawana dengan
menempatkan satuan pengaman hutan
7. Perlu adanya inovasi pelatihan keterampilan kerja di masyarakat secara
gratis dan rutin dari pihak-pihak yang terkait, seperti Dinas Tenaga Kerja
dan lain-lain, sehinnga masyarakat tidak hanya bergantung pada hasil
hutan saja, tetapi dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang
dimilkinya.
G.Penelitian yang Relevan
No Nama Judul Tujuan Penelitian Persaman dan Perbedaan yang terjadi di Kecamatan Teluk
1. Persamaan a. Metode penelitian deskriptif kuantitatif. b. metode pengumpulan data dengan mengunakan cara observasi, wawancara, dokumentasi, dan kuesioner. 2. Perbedaan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti dengan penelitian Deni Susilawati dilakukan di Kecamatan Teluk Dalam Kabupaten Siak. pada penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan. negeri sipil dalam penangulangan tindakan pidana di bidang kehutanan Illegal Logging di kabupaten
Kampar.
1. Persamaan a. Metode penelitian mengunakan deskriptif kuantitatif b. Metode pengumpulan data dengan
mengunakan cara dokumentasi, observasi, wawancara, kuesioner. c. Metode pengambilan sampel yang digunakan teknik editing, koding dan tabulasi.
2. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian Obrika Simbolon dilakukan di Dinas Kehutanan Kabupaten Kampar. pada penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ukui Kabupaten
H.Kerangka Pikir
Kebijakan pemerintah dalam menanggulangi perambahan hutan dinilai
memang sangat terlambat. Hal ini dinilai dari kondisi hutan yang telah
berkurang dan telah menimbulkan bencana barulah pemerintah mencoba
untuk menggalang kekuatan untuk menjaga dan konservasi alam dan hutan.
Walaupun dinilai terlambat namun masih dapat diperbaruhi demi kepentingan
hidup bersama.
Dapat dilihat bahwa peranan pemerintah dalam memberantas pelaksanaan
perambahan hutan dinilai sangat berpengaruh. Hal ini dilihat bahwa
pemerintah merupakan lembaga yang memiliki kekuatan dalam membuat
aturan dan tindakan yang akan diberikan kepada masyarakat. Dengan
demikian apabila pemerintah telah mampu memberikan solusi terhadap
pelestarian hutan dan pemberantasan perambahan hutan tersebut, maka hutan
sebagai sumber kekayaan alam dan memiliki ketergantungan bagi seluruh
makhluk hidup akan dapat dilestarikan.
Hutan yang dinilai pada saat ini telah dimanfaatkan sebagai pemanfaatan
hutan industri, ladang berpindah, dan pemanfaatan hutan perkebunan akan
dapat dilestarikan apabila pemerintah dalam hal ini Balai Taman Nasional
Tesso Nilo dapat menjalankan tugas dan fungsinya dalam penyidikan,
perlindungan, dan pengamanan kawasan hutan, serta melaksanakan peraturan
dan perundang-undangan dalam bidang kehutanan yang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dalam peraturan pemerintah dan
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kerangka pemikiran dalam penilaian
peranan Balai TamanNasional Tesso Nilo sebagai lembaga pemerintah dalam
menanggulangi pelaksanaan perambahan hutan.
Gambar 1. Kerangka Pikir
Perambahan Hutan
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 03/Menhut-II/2007 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Balai Taman Nasional
Hutan
Peranan Balai Taman Nasional Taman Nasional Tesso Nilo dalam menanggulangi perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo
BAB III
METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu rencana cara mengumpulkan, mengolah dan
menganalisis dan tata secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat
dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai tujuannya (Moh Pabundu Tika,
2005:12).
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini lebih
mengarahkan pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana
adanya, dan mengungkapkan fakta yang ada, untuk mengetahui peranan Balai
Taman Nasional Tesso Nilo dalam menanggulangi perambahan hutan taman
nasional tesso nilo, khususnya penyidik, perlindungan dan pengamanan
digunakan statistik sederhana yaitu menggunakan tabel ferekuensi dan
persentase.
B.Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
peneliti untuk dipelajari sehingga memperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2011: 38). Definisi operasional
adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak
dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun
memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau
variabel tersebut (Moh.Nazir, 2011:126). Adapun variabel yang digunakan
1. Variabel
a. Penyidikan
1) Melakukan pemeriksaan.
2) Melakukan penyitaan barang bukti.
3) Penangkapan.
b. Perlindungan
1) Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang hutan.
2) Memberikan penyuluhan tentang hutan.
3) Melakukan koordinasi dengan masyarakat.
4) Pembentukan Tim Masyarakat Peduli Api (MPA).
5) Membentuk organisasi pengelolahan madu sialang.
6) Memberikan pelatihan Masyarakat Peduli Api (MPA).
c. Pengamanan
1) Melakukan patroli secara rutin 2 minggu sekali hanya di siang hari
saja.
2) Membuat pos penjagaan di tempat yang di gunakan sebagai jalur
transportasi.
3) Melakukan penataan batas seluruh kawasan.
4) Pemasangan papan pemberitahuan.
2. Definisi Operasional Variabel
Dari konsep operasional dapat dilihat oprasionalisasi variabel yang
dapat dilihat dari item penilaian dan skala penilaian. Untuk dapat menilai
perambahan hutan Taman Nasional Tesso Nilo khususnya di kecamatan
Ukui. dapat dilihat definisi operasional yang terdapat dibawah ini :
a. Pelaksanaan penyidikan dikatakan :
Sangat Berperan : Apabila seluruh item penilaian dapat
dilaksanakan.
Cukup Berperan : Apabila 1-2 item yang dapat dilaksanakan
Kurang Berperan : Apabila tidak satu pun item penilaian yang dapat
dilaksanakan
b. Pelaksanaan Perlindungan dikatakan :
Sangat Berperan : Apabila seluruh item penilaian dapat
dilaksanakan.
Cukup Berperan : Apabila 1 - 2 item yang dapat dilaksanakan.
Kurang Berperan : Apabila tidak satu pun item penilaian yang
dapat dilaksanakan.
c. Pelaksanaan Pengamanan dikatakan :
Sangat Berpera : Apabila seluruh item penilaian dapat
dilaksanakan.
Cukup Berperan : Apabila 1-2 item yang dapat di laksanakan.
Kurang Berperan : Apabila tidak satu pun item penilaian yang
dapat dilaksanakan.
C.Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat : Kawasan Balai Taman Nasional Tesso Nilo di Kecamatan Ukui.
D.Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti
untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiono,2009:80).
Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk desa yang ada di sekitar
Taman Nasional Tesso Nilo yaitu sebanyak 95 orang terdiri dari tiga (3)
desa, serta pihak-pihak yang terlibat di Taman Nasional Tesso Nilo.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau mewakili populasi yang di teliti (Suharsimi
Arikunto 2010: 174). Adapun sampel dalam penelitian ini adalah penduduk
yang ada di sekitar taman nasional tesso nilo yang terdiri dari tiga (3) yaitu
desa Air Hitam, desa Lubuk Kembang Bunga, dan desa Bagan Limau.
Disetiap desa tersebut diambil sampel 20 orang, serta pihak-pihak yang
terlibat seperti Camat, Kepala desa, BPD, Petugas polisi kehutanan, kepala
balai Taman Nasional Tesso Nilo serta Toko Masyarakat. kalau di
jumlahkan menjadi 95 orang. 95 orang ini merupakan sampel penelitian
dikarenakan lebih mengetahui kondisi kawasan Taman Nasional Tesso Nilo
di Kecamatan Ukui. Dalam pengambilan sampel digunakan teknik
Purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel
E.Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara bagaimana dapat diperoleh data
mengenai variabel tertentu (Suharsimi Arikunto, 2010:192). Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini dengan :
1. Metode Dokumentasi
Dokumentasi diartikan sebagai cara mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk buku-buku
tentang pendapat, teori, dalil atau hukum dan lainya yang behubungan
dengan masalah penelitian (Hadari Nawawi 1991:95). Melalui teknik ini
diperoleh data sekunder, adapun data sekunder yang diperoleh :
a. Peta administratif balai taman nasional tesso nilo.
b. Struktur organisasi balai taman nasional tesso nilo
c. Keadaan pegawai balai taman nasional tesso nilo
Alat yang dipakai untuk menyimpan adalah Flashdisk. Untuk
dokumentasi gambar-gambar yang terkait penelitian ini, peneliti
mengunakan kamera digital.
2. Metode Wawancara
Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (1989:192), wawancara
merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam proses ini hasil
wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berintraksi dan
mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut adalah pewawancara,
responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dan
dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari
terwawancara (Suharsimi Arikunto 1991:126). Wawancara dilakukan
dengan cara bertanya langsung kepada responden. Wawancara dilakukan
untuk memperoleh data primer tentang keadaan peran penyidik,
perlindungan dan pengamanan hutan Taman Nasional Tesso Nilo khususnya
di Kecamatan Ukui.
3. Metode Observasi
Obsevasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan secara sistematik terhadap gejala fenomena pada objek
penelitian (Pabundu Tika, 2005:67). Observasi dilakukan untuk mendapat
data awal, tentang kondisi geografif dan demografis kawasan Taman
Nasional Tesso Nilo, serta gambaran tentang kegiatan penydikan,
perlindungan, dan pengaman. Observasi dilakukan untuk pegumpulan data
primer. Adapun jenis data primer yang diperoleh dengan mengunakan
teknik observasi meliputi :
a. Kondisi geografis Taman Nasional Tesso Nilo
b. Potensi keanekaragaman hayati dan ekosistem
c. Tipologi desa dan suku-suku
d. Visi dan misi Taman Nasional Tesso Nilo
e. Aksesibilitas
4. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan tekink pengumpulan
data yang efisien bila peneliti atau dengan variabel yang akan diukur dan
tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Bila penelitian dilakukan
pada lingkup yang tidak terlalu luas, sehingga kuesioner dapat diantarkan
langsung dalam waktu terlalu lama, maka pengirim angket kepada
responden tidak melalui pos (Sugiyono, 2009:142).
F. Teknik Pengelolahan data
Penelitian ini menggunakan tiga teknik pengolahan data yaitu editing,
coding, dan tabulasi. Menurut (Moh. Pabundu Tika 2005: 63) sebelum data
dianalisis terlebih dahulu dengan lanngkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing
Pemeriksaan data (editing) adalah penelitian kembali data yang telah
dikumpulkan dengan menilai apakah data yang telah dikumpulkan tersebut
cukup baik dan relevan untuk diproses dan diolah lebih lanjut. Hal yang
perlu diteliti adalah kelengkapan pengisian kuesioner, keterbacaan tulisan,
kesesuaian jawaban, relevansi jawaban, dan keseragaman dalam satuan.
2. Koding
Pemberian kode (Koding) adalah usaha pengklasifikasian jawaban dari
para responden menurut macamnya. Pemberian koding data harus dilakukan
secara konsisten karena hal tersebut sangat menentukan reliabilitas (Moh.
3. Tabulasi
Tabulasi adalah proses penyusunan dan analisis dalam bentuk tabel
(Moh. Pabundu Tika, 2005: 66). Memasukan data dalam tabel, akan
memudahkan kita dalam melakukan analisis. Setelah menyusun buku kode
dan mengkode data, maka peneliti siap untuk mengolah data.
G. Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasi. (Masri Singarimbun, 1989: 268). Data
yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data perlu dilihat terlebih
dahulu, apabila belum lengkap segera dilengkapi. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini teknik analisis kuantitatif dengan tabel frekunsi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian 1. Kondisi Geografis
a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah
Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo secara administratif terletak di
Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau. Secara geografis
antara 0o05’41,5 – 0o21’3,3 LS dan 101o35’29,7- 102o4’44,2 BT.
Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) dengan luas lebih kurang 83.068
ha berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor:
SK.255/Menhut-II/2004 tanggal 19 Juli 2004 (seluas 38.576 ha) dan Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor: SK 663/Menhut-II/2009 tanggal 15 Oktober 2009
(seluas ± 44.492 ha). Dengan batas wilayah :
1) Sebelah Utara : Kabupaten Siak Sri Indrapura
2) Sebelah Selatan : Kabupaten Indragiri Hulu
3) Sebelah Barat : Propinsi Sumatra Barat
b. Peta Administratif Balai Taman Nasional Tesso Nilo
c. Topografi
Topografi kawasan Tesso Nilo berupa dataran sampai berbukit. Di
beberapa tempat ditemukan areal dengan kemiringan kurang dari 2%.
Ketinggian lokasi dari permukaan laut berkisar antara 50 – 175 m dpl.
Kawasan masih ditumbuhi hutan alam dengan diameter pohon di atas 30
cm berada di areal dengan kemiringan lereng >45%, hutan produksi
terbatas umunya berada di areal dengan kemiringan antara 25 – 45% dan
kebun kelapa sawit, perladangan dan pemukiman penduduk berada di
areal dengan kemiringan tanah antara 15 – 25%. Daerah ini merupakan
dataran sedimen berbatu tufa yang berombak sampai bergelombang.
Kawasan hutan Tesso Nilo secara umum digolongkan lembab dengan
curah hujan tahunan berkisar antara 2.000 – 3.000 mm.
Kondisi iklim di kawasan hutan Taman Nasional Tesso Nilo yang
ektrim menyebabkan banyak daun yang berguguran, sehingga banyak
tumbuhan kekeringan dan mati. Kondisi ini juga memicu terjadinya
kebakaran hutan seperti yang terjadi pada tahun-tahun belakangan ini.
Kondisi iklim di wilayah kawasan Taman Nasional Tesso Nilo
ditentukan berdasarkan data klimatologi dari Badan Meteorologi dan
Geofisika Balai Wilayah I Stasiun Meteorologi Pekanbaru. Rata-rata
curah hujan tahunan sebesar 2.395,39 mm/tahun. Jumlah hari hujan
terbanyak pada bulan Juni dengan rata-rata 21,7 hari/bulan dan terendah
d. Hidrologi
Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dan sekitarnya merupakan
daerah tangkapan air bagi beberapa sungai antara lain: Sungai Tesso (di
bagian Barat), Sungai Segati (di bagian Utara), dan Sungai Nilo (di
bagian Timur). Ketiganya merupakan sub DAS dari DAS Kampar,
tepatnya di antara DAS Tesso dan DAS Nilo di Propinsi Riau. Sungai
Nilo berada di pinggir Desa Lubuk Kembang Bunga, tepatnya di sisi
sebelah Barat dan berbatasan dengan areal tanaman Akasia milik PT.
Riaun Andalan Pulp and Paper, dan merupakan jalur jelajah gajah yang
sering diseberangi oleh kelompok gajah dalam mencari makan.
2. Potensi Keanekaragaman Hayati Dan Ekosistem a. Keanekaragaman Flora
Potensi yang berupa keunikan flora dapat disaksikan dengan
melakukan trekking ke dalam hutan. Medan yang dilalui cukup bervariasi
seperti melewati anak sungai, tanah kering, dan rawa. Di kawasan hutan
Taman Nasional Tesso Nilo dapat di temukan jenis-jenis flora seperti :
Kantong semar, Pohon sialang, Pohon Cempedak hutan, Pohon Tampui,
Pohon Durian hutan, Kayu Ulin, Kayu Meranti, Kayu Balam, da
jenis-jenis anggrek lainnya.
b. Keanekaragaman Fauna
Potensi wisata yang berupa atraksi satwa diantaranya yaitu dengan
melalukan pengamatan satwa di sepanjang Sungai Nilo dan trekking di
seperti Ungko, Monyet ekor panjang, Elang ikan, Bajing, Betet ekor
panjang, Serindit, Punai gading, Biawak dan jenis-jenis lainnya. Di
dalam hutan dapat ditemukan beragam satwa lain seperti Tapir, Gajah
sumatera, Bajing, Harimau sumatera, Ungko, Beruang madu, Kijang,
Kancil, Babi hutan dan jenis-jenis satwa lainnya.
Di Camp Flying Squad ada beberapa Gajah jinak, dan para
pengunjung dapat melakukan wisata perjalanan menyusuri hutan tesso
nilo dengan menggunakan gajah tersebut. Petualangan ini sangat
mengasyikkan dengan jalur yang dilalui sungguh bervariasi, yaitu mulai
dari jalan bekas, hutan sekunder muda dan tua, menyeberangi sungai,
rawa, akasia dan lainnya. Jalur wisata ini dimulai dan diakhiri pada Camp
Flying Squad dengan panjang jalur lebih kurang 5 km. Pada pertengahan
perjalanan kita juga melalui menara pengamatan setinggi lebih kurang 25
m. Dari atas menara dapat diamati tutupan hutan tesso nilo.
3. Tipologi Desa dan Suku-suku a. Tipologi desa asli
Tipologi desa asli dengan ciri-ciri utamanya mayoritas penduduk desa
adalah penduduk tempatan atau penduduk asal setempat yang mengklaim
diri secara umum sebagai suku bangsa Melayu Riau. Sebagian besar desa
ini merupakan desa-desa tua. Namun demikian ditemukan juga adanya
desa-desa asli dengan riwayat pembentukannya relatif baru sebagai hasil
b. Tipologi desa transmigrasi
Tipologi desa transmigrasi dengan ciri-ciri utamanya mayoritas
penduduk desa terdiri dari warga transmigrasi asal Pulau Jawa. Sebagai
desa yang dibentuk secara resmi oleh pemerintah menjadi desa
permanen, dengan sendirinya warga desa-desa transmigrasi ini juga telah
menjadi penduduk permanen. Program transmigrasi ini merupakan
program nasional sejak tahun 1970an, dan umumnya keluarga kaum
transmigrasi tersebut telah memiliki 2-3 generasi.
c. Tipologi desa campuran
Tipologi desa campuran dengan ciri-ciri utama komposisi
penduduknya terdiri atas beragam latar belakang suku bangsa yang
merupakan campuran antara penduduk yang berasal dari desa-desa asli
sekitarnya dan penduduk pendatang yang berasal dari daerah luar,
maupun dari luar propinsi Riau. Selain penduduk asal Melayu Riau, di
perdesaan ini dapat ditemui juga warga suku bangsa lain seperti Batak,
Jawa, Nias, Minang dan lain-lain. Desa-desa campuran ini umumnya
berdiri melalui proses transmigrasi swakarsa yang mengikuti
berlangsungnya pembukaan hutan dan lahan yang telah meningkat sangat
pesat di kawasan ini di era akhir tahun 1970an dan 1980an.
4. Sistem Organisasi Sosial
Kehidupan masyarakat desa sekitar kawasan hutan Tesso Nilo perlu
dipahami dari sudut pandang sosial budaya yang meliputi sistem organisasi
apabila merujuk pada pembagian sosio-kultural masyarakat tempatan,
desa sekitar kawasan hutan Tesso Nilo dapat pula dibagi ke dalam
desa-desa yang mengikuti sistem perbathinan adat Melayu Petalangan.
Struktur keluarga dalam masyarakat desa-desa tempatan di sekitar
kawasan Tesso Nilo memperlihatkan gabungan antara sistem patrilineal
dengan sistem matrilineal. Pada masyarakat desa-desa dengan sistem
perbathinan, pengaruh sistem patrilineal agak menonjol dibandingkan pada
masyarakat desa-desa yang menganut sistem kepenghuluan.
Dalam kenyataannya sistem organisasi sosial masyarakat tradisional
umumnya semakin memudar. Bahkan ada sejumlah desa yang sebenarnya
sistem organisasi sosialnya tidak lagi dapat dikategorikan ke dalam sistem
organisasi sosial berbasis kebudayaan penduduk tempatan tersebut. Hal ini
terutama dijumpai pada sebagian besar desa-desa bentukan baru melalui
transmigrasi yang diprakarsai oleh pemerintah maupun bentuk transmigrasi
swakarsa. Desa-desa ini biasanya mayoritas berpenduduk pendatang dengan
tipologi desa transmigrasi dan desa campuran.
5. Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Tesso Nilo Adapun struktur organisasi Balai Taman Nasional Tesso Nilo
Gambar 3. Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Tesso Nilo Kepala Balai
Sub Bagian Tata Usaha
Seksi pengelola TN. Wilayah II baserah
Kelompok Jabatan Fungsional Seksi pengelola TN.Wilayah I
Susunan organisasi Balai Taman Nasional Tesso Nilo yang terdiri dari :
a. Sub bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata
persuratan, ketatalaksanaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan,
kearsipan, rumah tangga, perencanaan, kerjasama, data, pemantauan dan
evaluasi, pelaporan serta kehumasan.
b. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah mempunyai tugas
melakukan penyusunan rencana dan anggaran, evaluasi dan pelaporan,
bimbingan teknis, pelayanan dan pemberdayaan masyarakat, pengelolaan
kawasan, perlindungan, pengawetan, pemanfaatan lestari, pengamanan
dan pengendalian kebakaran hutan, pemberantasan penebangan dan
peredaran kayu, tumbuhan, dan satwa liar secara illegal serta pengelolaan
sarana prasarana, promosi, bina wisata alam dan bina cinta alam,
penyuluhan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta
kerjasama di bidang pengelolaan kawasan taman nasional.
c. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari jabatan fungsional Pengendali
Ekosistem Hutan, Polisi Kehutanan, Penyuluh Kehutanan dan fungsional
lainnya.
6. Keadaan Pegawai Balai Taman Nasional Tesso Nilo
Balai Taman Nasional Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan memiliki
pegawai yang memiliki tingkat pendidikan, golongan/kepangkatan yang
tentu akan membantu dalam pelaksanaan tugas yang diberikan antara lain
a. Golongan Pegawai
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sudah tentu memiliki
sifat penjenjangan dalam menduduki jabatan tersebut. Pada Balai Taman
Nasional Taman Nasional Tesso Nilo memiliki pegawai yang terdiri dari
golongan II, III, dan IV. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel .2. Golongan/Pangkat Pegawai Balai Taman Nasional Tesso Nilo
No Golongan Jumlah Persentase
1 I - -
2 I 28 59,57
3 II 18 38,29
4 IV 1 2,12
Jumlah 47 100
Sumber : Balai Taman Nasional Tesso Nilo Tahun 2015
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa golongan / pangkat yang
terbesar pada Balai Taman Nasional Taman Nasional Tesso Nilo adalah
golongan II berjumlah 28 orang atau 59, 57 % dan golongan III
berjumlah 18 orang atau 38, 29 %.
b. Jabatan Pegawai Taman Nasional Taman Nasional Tesso Nilo
Dari jumlah pegawai di Balai Taman Nasional Taman Nasional Tesso
Tabel .3. Jabatan Pegawai pada Balai Taman Nasional Tesso Nilo
No Jabatan Jumlah Persentase
1 Jabatan Struktural 4 7, 01
2 Jabatan PEH 13 22, 8
3 Jabatan Polhut 18 31, 57
4 Jabatan Penyuluhan 2 3,5
5 Jabatan Fungsional Umum 10 17, 54
6 Honorer 10 17, 54
Jumlah 57 100
Sumber : Balai Taman Nasional Tesso Nilo Tahun 2015
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa Jabatan pegawai pada Balai
Taman Nasional Tesso Nilo yang menjabat paling banyak adalah Polisi
Kehutanan sebanyak 18 orang atau 31, 57 % dan paling terendah adalah
jabatan penyuluhan berjumlah 2 orang atau 3, 5 %. Apabila dilihat dari
Jabatan Polisi Kehutanan yang dimiliki oleh Balai Taman Nasional
Kabupaten Pelalawan dinilai sangatlah sedikit, sebab tidak mungkin bisa
mengawasi dengan luas wilayah Taman Nasional Tesso Nilo yang
memiliki Luas ± 83.068 ha.
7. Visi dan Misi Taman Nasional Tesso Nilo a. Visi
Mewujudkan Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo yang Aman dan
Mantap sebagai Pusat Konservasi Gajah Sumatera yang Memberikan
Optimal Bagi Kesejahteraan Masyarakat.
b. Misi
2) Mewujudkan pengelolahan Taman Nasional Tesso Nilo yang seimbang
antara kepentingan perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumber
daya alam hayati dan ekosistemnya.
3) Meningkatkan perlindungan kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dari
berbagai tekanan dan gangguan melalui kegiatan-kegiatan serta melalui
pencegahan dan pembakaran hutan.
4) Meningkatkan peran serta masyarakat sekitar kawasan dan para pihak
dalam pengelolahan Taman Nasional Tesso Nilo melalui kemitraan atau
kolaborasi.
5) Meningkatkan manfaat Taman Nasional Tesso Nilo dalam
pemberdayaan/peningkatan ekonomi masyarakat melalui
pengembangan kegiatan wisata alam (Ekowisata) dan pemanfaatan jasa
lingkungan.
6) Mewujudkan TNTN sebagai Pusat Konservasi Gajah (PKG) yang
mampu menciptakan dan atau meningkatkan hubungan yang harmonis
antar gajah dan manusia di sekitar kawasan serta menjamin kelestarian
Gajah Sumatra dalam jangka panjang.
8. Aksesibilitas/Rute ke Taman Nasional Tesso Nilo
Ada beberapa rute yang dapat dilalui untuk menuju ke Taman Nasional
Tesso Nilo adalah sebagai berikut :
a. Pekanbaru – Pangkalan Kerinci ± 71 Km (dapat ditempuh dengan
b. Pangkalan Kerinci – Ukui ± 75 Km (dapat ditempuh dengan kendaraan
darat dengan waktu ± 1 jam 40 menit).
c. Ukui – Lubuk Kembang Bunga ± 30 Km (dapat ditempuh dengan
kendaraan darat dengan waktu ± 50 menit.
d. Pangkalan Kerinci – Lubuk Kembang Bunga (Via Karidor) ± 105 Km
(dapat ditempuh dengan kendaraan darat dengan waktu ±1 jam 50 menit).
B.Hasil Responden
Adapun data dan hasil responden yang dilakukan dalam penelitian ini akan
diuraikan dan dijelaskan sebagai berikut :
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi karakteristik
responden menurut usia, jenis kelamin, pendidikan, dan jenis pekerjaan.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 95 orang.
Hasil deskripsi karakteristik responden dapat dilihat pada penjabaran
berikut ini.
2. Usia Responden
Usia merupakan salah satu pengelompokkan identitas responden. Hal ini
dinilai untuk melihat keadaan produktifitas kerja dan daya analisa responden
yang akan memberikan masukan dan saran dalam pelaksanaan tugas yang
dilakukan pemerintah dan masyarakat dalam menjalankan dan
melaksanaakan pemberantasan perambahan hutan di kawasan Taman
Nasional Tesso Nilo di Kecamatan Ukui Kabupaten Pelalawan yang dapat
Tabel . 4. Usia Responden
No Tingkat Umur Jumlah Persentase
1 20 - 30 52 54,73
2 31 - 40 23 24,21
3 41 - 50 15 15,79
4 51 - 60 5 5,26
Jumlah 95 100
Sumber: Data Primer diolah 2015
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian responden adalah
berumur 20 – 30 tahun yaitu sebanyak 52 orang atau 54,73 %, ini
membuktikan bahwa usia dari responden dapat dikategorikan produktifitas
kerjanya masih dapat berjalan dengan optimal.
3. Jenis Kelamin Responden
Berdasarkan jenis kelamin responden adalah laki – laki yaitu 95 orang
atau 100 %. Sebab yang peneliti temui adalah laki-laki yang lebih banyak
mengetahui tentang Taman Nasional Tesso Nilo.
4. Tingkat Pendidikan Responden
Dalam pelaksanaan penyebaran kuesioner yang sudah disajikan kepada
responden, maka langka awal yang harus dipenuhi adalah berupa identitas
responden. Dan yang dijadikan responden pada penelitian ini memiliki
tingkat pendidikan yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
responden yang digolongkan dalam tingkat pendidikan yang akan di
Tabel . 5. Tingkat Pendidikan Responden.
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
1 Tamat SD 19 20
2 Tamat SLTP 18 18,94
3 Tamat SLTA 47 49,47
4 Diploma 6 6,32
5 Srata Satu 4 4,22
6 Magister 1 1,05
Jumlah 95 100
Sumber: Data Primer diolah 2015
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa jenjang pendidikan responden
menunjukan yang paling besar adalah berpendidikan SLTA yaitu sebanyak
47 orang (49,47 %), dan untuk tingkat pendidikan yang tinggi magister
hanya satu (1) orang atau (1,05%). Dapat disimpulkan bahwa responden
sebagian besar lulusan SLTA.
5. Jenis Pekerjaan Responden
Setelah menyajikan identitas tentang tingkat pendidikan responden, maka
identitas yang perlu disajikan pada penelitian ini adalah jenis pekerjaan
responden penelitian. Adapun yang menjadi latar belakang dijadikan jenis
pekerjaan dalam intem pertanyaan dalam identitas responden adalah karena
pekerjaaan akan memberikan kontribusi terhadap pemahaman dalam
pelaksanaan penanggulangan perambahan Hutan Taman Nasional Tesso
Nilo Di Kecamatan Ukui. Jenis pekerjaan responden akan memberikan nilai
yang akan mendekati kebenaran dalam pemberian data. Dibawah ini akan
dipaparkan jenis pekerjaan responden yang dapat dilihat pada tabel dibawah