• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanggungjawaban Hukum Lembaga Survei Atas Hasil Perhitungan Cepat Pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden Yang Disiarkan Oleh Stasiun Televisi dan Pengawasan Pemerintah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Jo Undang-Undan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertanggungjawaban Hukum Lembaga Survei Atas Hasil Perhitungan Cepat Pemilihan Calon Presiden dan Wakil Presiden Yang Disiarkan Oleh Stasiun Televisi dan Pengawasan Pemerintah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran Jo Undang-Undan"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG pemilihan umum yang berbeda dari tahun sebelumnya, masyarakat Indonesia banyak berpartisipasi untuk menjadi pemantau pada pemilihan umum. Bentuk partisipasi guna memantau pemilihan umum salah satunya adalah mendirikan lembaga survei yang melakukan perhitungan cepat (quick count) untuk mengetahui kandidat mana yang memenangkan pemilihan umum presiden dan wakil presiden. Tetapi, pada hasil perhitungan cepat (quick count) lembaga survei yang disiarkan di televisi berbeda-beda dan menimbulkan kerusuhan pada masyarakat. Hasil perhitungan cepat lembaga survei tersebut tidak dipercaya oleh masyarakat, menjadi tidak idependen dan kredibel mengakibatkan lembaga survei di pertanyakan dalam hal status, pertanggung jawaban dan bentuk pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis-normatif, pendekatan yang dilakukan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historis approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Sehingga, metode penelitian tersebut dapat mendukung dalam hal pengumpulan data.

Status badan hukum lembaga survei, pertanggungjawaban dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap lembaga survei merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam hal pendirian lembaga survei. Status badan hukum lembaga survei menjadi penting untuk menetukan subjek hukum mana yang harus bertanggung jawab. Pertanggung jawaban yang ditimbulkan oleh lembaga survei harus dilihat bentuk badan hukum nya, yang terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) terbagi atas Peseroan Terbatas (PT), Yayasan dan Perkumpulan badan hukum (Perkumpulan Saling menanggung). Terkait pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menjadi penting untuk menindak lembaga survei yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan yang telah di tentukan oleh KPU.

(2)

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG democracy, many people in Indonesia are participated intensively in that election. One of the participation is forming a survey institute which perform quick count to know who will win the election. However, many quick count result which broad casted on a wide range of te television channels are different from each other and cousing unrest in the society. The quick count result become distrustful, dependent and incredible. The government surveillance is at State.

The method used in this research is juridical-normative. The approach to collect the data is statute approach, case approach, historical approach, comparative approach, and conceptual approach. So that the research method can support data collection.

The legal status of survey institute, surveillance and accountability from the government is a must in survey institute establishment. The legal status of survey institute is important to determine which legal subjects who should be responsible. The accountability of the survey institute must be seen from the types of legal entities, some which registered in the election commissions are divided to limited company, foundation and association of legal entities. Related to government surveillance it is important to ban the survey institute that violates the election commissions rules.

(3)

Pernyataan ... i

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

BAB II PEMILIHAN UMUM, MEKANISME PEMUNGUTAN, PERHITUNGAN OLEH KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) DAN PENERAPAN PERHITUNGAN QUICK COUNT SEBAGAI HASIL PEMILIHAN UMUM SERTA KONSEP PERTANGGUNG JAWABAN DALAM PELAKSANAAN PERHITUNGAN CEPAT (QUICK COUNT) ATAS HASIL PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DI INDONESIA. ... 25

A. Pemilihan Umum dan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden ... 25

1. Pemilihan Umum dalam Ketatanegaraan Indonesia yang Berhubungan dengan Hak-Hak Dasar Warga Negara dan Demokrasi ... 25

2. Sistem Penyelenggaraan Pemilihan Umum, Kewenangan Penyelenggaraan Pemilihan Umum, dan Pengawasannya ... 28

3. Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia ... 38

a. Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2004 ... 39

b. Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009 ... 43

(4)

2. Mekanisme dan Hasil Perhitungan Pemilihan Umum presiden dan Wakil Presiden

Tahun 2014 Secara Cepat atau Quick Count ... 61

C. Pertanggungjawaban Hukum Lembaga Survei Dalam Pelaksanaan Perhitungan Cepat (Quick Count). ... 65

1. Pengertian Pertanggungjawaban Hukum ... 65

2. Prinsip dan Teori Pertanggungjawaban ... 66

3. Jenis Pertanggungjawaban ... 71

BAB III LEMBAGA SURVEI DAN PERHITUNGAN CEPAT (QUICK COUNT) SERTA KETERKAITAN LEMBAGA SURVEI DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK ... 81

A. Lembaga Survei... 81

1. Sejarah Lembaga Survei ... 81

2. Syarat Pendirian Lembaga Survei ... 87

3. Lembaga Survei di Indonesia ... 95

4. Lembaga Survei di Negara Lain ... 101

B. Perhitungan Cepat (Quick Count) ... 103

1. Sejarah Perhitungan Cepat (Quick Count) ... 103

2. Metode Perhitungan Cepat (Quick Count) ... 108

a. Simple Random Sampling ... 109

b. Systematic Random Sampling ... 110

c. Stratified Random Sampling... 110

d. Cluster Random Sampling... 111

C. Keterkaitan antara Lembaga Survei Dengan Undang-Undang Penyiaran dan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik... 116

(5)

SURVEI SERTA PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP LEMBAGA

SURVEI DALAM PERHITUNGAN CEPAT (QUICK COUNT) ... 139

A. Status Hukum Lembaga Survei... 139

B. Pertanggungjawaban Lembaga Survei Dilihat dari Status Badan Hukum Lembaga Survei yang Berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Yayasan dan Perkumpulan Badan Hukum Serta Pertanggungjawaban Secara Umum Berdasarkan Hukum Pidana dan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik ... 168

1. Tanggung Jawab Lembaga Survei Berbentuk Perseroan Terbatas (PT) ... 168

2. Tanggung Jawab Lembaga Survei Berbentuk Yayasan ... 169

3. Tanggung Jawab Lembaga Survei Berbentuk Perkumpulan Saling Menanggung ... 171

4. Tanggung Jawab Lembaga Survei Berdasarkan Hukum Pidana Di Indonesia dan Undang-Undang Terkait dengan Lembaga Survei ... 172

C. Pengawasan Oleh Pemerintah Terhadap Lembaga Survei ... 173

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 181

A. Kesimpulan ... 181

B. Saran ... 184

Daftar Pustaka ... 185

Lampiran ... 189

(6)

No Daftar Singkatan

Singkatan

1 PEMILU Pemilihan Umum

2 KPU Komisi Pemilihan Umum

3 KIP Komisi Pemilihan Idependen

4 PPK Panitia Pemilihan Kecamatan

5 PPS Panitia Pemungutan Suara

6 KPPS Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara

7 TPS Tempat Pemungutan Suara

8 DPT Daftar Pemilih Tetap

9 DPTb Daftar Pemilih Tetap tambahan

10 DPK Daftar Pemilih Khusus

11 DPKTb Daftar Pemilih Khusus tambahan

12 LSI Lembaga Survei Indonesia

13 SMRC Saiful Mujani Reasearch and Consulting

14 LSI Lingkaran Survei Indonesia

15 IRC Indonesia Research Center

16 LSN Lembaga Survei Nasional

17 CSIS Center Strategic International Studies

18 NAMFREL National Citizen Movement For Free Elentrons

(7)

23 WAPOR World Association Of Public Opinion Research

24 ISPOS Indonesia Sustainable Palm Oil System

(8)

A. Latar Belakang Masalah

Negara merupakan organisasi tertinggi di antara satu kelompok

atau beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk

bersatu hidup didalam daerah tertentu, dan mempunyai pemerintahan yang

berdaulat serta hukum yang mengatur dalam negara tersebut.1Mengenai

tugas negara dibagi menjadi tiga kelompok,2 pertama, negara harus

memberikan perlindungan kepada penduduk dalam wilayah tertentu.

Kedua, negara mendukung atau langsung menyediakan berbagai

pelayanan kehidupan masyarakat di bidang sosial, ekonomi, dan

kebudayaan. Ketiga, negara menjadi wasit yang tidak memihak antara

pihak-pihak yang berkonflik dalam masyarakat serta menyediakan suatu

sistem yudisial yang menjamin keadilan dasar dalam hubungan

kemasyarakatan.

Indonesia juga sebagai negara hukum juga merupakan negara yang

menganut sistem pemerintahan Demokrasi. Sistem pemerintahan

demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atas negara untuk

1

Moh Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia (Edisi Revisi), Jakarta: Renaka Cipta, 2000, hlm. 64.

2

(9)

dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Prinsip yang terkenal dalam

sistem demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga

kekuasaan politik Negara yakni; eksekutif, yudikatif dan legislatif untuk

diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas atau

independen dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain.

Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan

agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling

mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances3. Ketiga pilar

tersebut saling berkontribusi dan berkesinambungan dalam kemajuan

bangsa dan bernegara. Tugas negara menurut faham modern saat ini dalam

suatu negara kesejahteraan atau Social Service State, adalah

menyelenggarakan kepentingan umum untuk memberikan kemakmuran

dan kesejahteraan yang sebesar-besarnya berdasarkan keadilan dalam

suatu negara Hukum.4

Tetapi, pada intinya kekuatan dari sistem demokrasi berada di

tangan rakyat disamping adanya prinsip trias politica tersebut. Rakyat

yang menentukan sendiri jalannya suatu sistem negara tersebut karena

semua keputusan pemerintahan ada di tangan rakyat. Berkaitan dengan

adanya kedaulatan yang ada di tangan rakyat, setiap pemilihan pemimpin

di Indonesia menggunakan sistem pemilihan suara langsung melalui rakyat

3

Prinsip checks and balances adalah prinsip yang memisahkan kekuasaan bersifat horizontal dalam arti kekuasaan dipisahkan ke dalam fungsi-fungsi yang tercermin dalam lembaga-lembaga negara yang sederajat dan saling mengimbangi.

4

(10)

sebagai aktor utama dalam faktor pemenangan setiap kandidat yang

mencalonkan diri menjadi pemimpin bangsa.

Seperti halnya pada setiap pemilihan umum yang dilaksanakan di

Indonesia pasca reformasi, pemilihan umum dilaksanakan secara langsung

dimana rakyat bebas memilih sesuai dengan keyakinan hati nuraninya,

rakyat pun diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam berjalannya

pemilihan umum tersebut. Selain memilih calon presiden dan wakil

presiden, rakyat pun dapat berpartisipasi untuk mengumpulkan hasil suara,

mengolah hasil suara tersebut yang sering disebut dengan perhitungan

cepat atau quick count. Masyarakat yang berpartisipasi dalam

mengumpulkan hasil suara juga mendirikan suatu lembaga yang

menampung hasil suara tersebut yang di namakan lembaga survei.

Dewasa ini seiring dengan kemajuan teknologi banyak terciptanya

kemudahan-kemudahan yang berguna untuk membantu kinerja manusia,

termasuk dalam mengetahui hasil pemilihan umum presiden dan wakil

presiden. Hasil pemilihan umum pun dapat dikategorikan sebagai

informasi. Informasi menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14

Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik adalah keterangan,

pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai,makna, dan

pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar,

dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai

dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara

(11)

hasil perhitungan cepat pemilihan calon presiden dan wakil presiden

bersifat sebagai informasi publik.

Pengertian informasi publik pun diterangkan oleh Pasal 1 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi

Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim,

dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan

penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan

penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan undang-undang

ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.

Selain dikategorikan sebagai informasi dan informasi publik, hasil

lembaga survei yang berbentuk perhitungan cepat pun disiarkan ditelevisi,

menurut pasal 1 (ayat) 4 penyiaran televisi adalah media komunikasi

massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam

bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup,

berupa program yang teratur dan berkesinambungan. Pelaksanaan siaran

menurut undang-undang penyiaran adalah mengandung informasi yang

tidak bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong.

Masyarakat berpartisipasi dalam mengumpulkan data yang

berupa hasil suara dari seluruh Indonesia. Banyak masyarakat yang

mendirikan lembaga survei untuk mendukung atas berjalannya demokrasi

itu sendiri selain itu pun lembaga survei dijadikan sebagai bisnis yang

menguntungkan dan menjanjikan. Namun demikian, tidak sedikit dari

(12)

tunduk pada peraturan yang berlaku serta menggunakan metode

perhitungan yang tidak tepat.

Namun demikian, terdapat permasalahan terkait perhitungan

lembaga survei yaitu adanya hasil dari perhitungan cepat atau quick count

dari masing-masing lembaga survei yang berbeda-beda. Lembaga survei

sebagaimana dimaksud antara lain, Lembaga Survei Indonesia (LSI),

Saiful Mujani Reasearch and Consulting (SMRC), Indikator Politik,

Populi Center, Center Strategic International Studies (CSIS), Litbang

Kompas, Lingkaran Survei Indonesia (LSI), dan Poltracking

memenangkan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut dua

yaitu, Jokowi Dodo dan Jusuf Kalla. Sementara itu, empat lembaga survei

lainnya menunjukan hasil yang sebaliknnya, antara lain lembaga survei

PUSKAPTIS, Indonesia Research Center (IRC), Lembaga Survei

Nasional (LSN), dan Jaringan Suara Indonesia memenangkan pasangan

urut 1 yaitu, Probowo Subianto dan Hatta Rajasa.5

Pengkajian mengenai pertanggungjawaban hukum dan pengawasan

pemerintah dalam hasil perhitungan cepat lembaga survei menurut

pendapat penulis merupakan hal yang penting untuk dikaji, mengingat

perlunya untuk mengetahui secara jelas bagaimana pertanggungjawaban

lembaga survei dalam hasil perhitungan cepat serta peran serta pemerintah

5

(13)

dalam melakukan suatu pengawasan terhadap lembaga survei dalam

perhitungan hasil cepatnya berbeda.

Perbedaan hasil perhitungan cepat tersebut menimbulkan masalah

yang terjadi di masyarakat yang mengakibatkan konflik antar pendukung

calon presiden dan wakil presiden. Perbedaan hasil perhitungan cepat

(quick count) ini disebabkan adanya satu/beberapa lembaga survei yang

menggunakan metode yang tidak tepat dalam hal mengolah data sehingga

tidak ada kesamaan satu sama lain terkait hasil perhitungan cepat (quick

count). Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk mengkaji topik

tersebut dengan judul :

“PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM LEMBAGA

SURVEI ATAS HASIL PERHITUNGAN CEPAT PEMILIHAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN YANG DISIARKAN OLEH STASIUN TELEVISI DAN PENGAWASAN PEMERINTAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN JO UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK”.

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana status hukum lembaga survei dalam penyelenggaraan

perhitungan cepat (quick count) atas pemilihan calon presiden dan

wakil presiden?

2. Bagaimana pertanggungjawaban hukum lembaga survei yang hasil

(14)

3. Bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah

atas hasil perhitungan cepat (quick count) lembaga survei?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan mengkaji status hukum lembaga survei dalam

penyelenggaraan perhitungan cepat (quick count) dalam pemilihan

calon presiden dan wakil presiden.

2. Mengetahui dan mengkaji pertanggungjawaban hukum lembaga

survei yang dalam perhitungan cepat (quick count).

3. Mengetahui dan mengkaji bentuk pengawasan yang dilakukan oleh

pemerintah atas hasil perhitungan cepat (quick count) lembaga

survei.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak

yang terkait, utamanya bagi pihak-pihak berikut ini :

1. Secara Teoritis

a. Menambah pengembangan tentang ilmu hukum khususnya

hukum publik terkait dengan status hukum lembaga survei

dalam penyelenggaraan perhitungan cepat (quick count)

atas pemilihan calon presiden dan wakil presiden,

pertanggungjawaban hukum lembaga survei yang hasil

perhitungan cepatnya (quick count) dan bentuk

(15)

perhitungan cepat (quick count) lembaga survei yang

mengunakan metode yang tidak tepat.

b. Menambah pengetahuan tentang perhitungan cepat yang di

hubungkan dengan UU penyiaran dan UU tentang

keterbukaan informasi publik.

2. Secara Praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam

melakukan pengawasan terkait hasil perhitungan cepat atau

quick count lembaga survei.

b. Menjadi acuan bagi penyelenggaraan negara yakni, KPU

(Komisi Pemilihan Umum) dalam hal penerimaan daftar

lembaga survei dan untuk Perhimpunan Survei Opini

Publik Indonesia (PERSEPI) dalam mempayungi lembaga

survei.

c. Menjadi acuan bagi lembaga survei bahwa pentingnya

pertanggungjawaban atas hasil perhitungan cepat (quick

count) yang dihasilkan oleh lembaga survei tersebut.

E. Kerangka Pemikiran

Diberlakukannya prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat yang

berfungsi menjamin peran serta masyarakat dalam proses pengambilan

keputusan kenegaraan menyebabkan setiap peraturan perundang-undangan

(16)

hidup di tengah masyarakat. Hukum dan peraturan perundang-undangan

yang berlaku, tidak boleh ditetapkan dan diterapkan secara sepihak untuk

kepentingan penguasa karena bertentangan dengan prinsip-prinsip

demokrasi. Sebab hukum tidak dimaksudkan hanya menjamin kepentingan

sekelompok orang yang berkuasa, melainkan menjamin kepentingan akan

rasa adil bagi semua orang tanpa kecuali.

Dengan demikian, cita negara hukum (rechtsstaat) yang

dikembangkan bukanlah ‘absolute rechtsstaat’, melainkan ‘democratische

rechtsstaat’ atau negara hukum yang demokratis. Dalam setiap Negara

Hukum yang bersifat nomokratis harus menjamin adanya demokrasi,

sebagaimana di dalam setiap Negara Demokrasi harus dijamin

penyelenggaraannya berdasar atas hukum.6

Hukum adalah sarana untuk mencapai tujuan yang diidealkan

bersama. Cita-cita hukum itu sendiri, dilembagakan melalui gagasan

negara demokrasi (democracy) maupun yang diwujudkan melalaui

gagasan negara hukum (nomocrasy) dimaksudkan untuk meningkatkan

kesejahteraan umum. Bahkan sebagaimana cita-cita nasional Indonesia

yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945, tujuan bangsa Indonesia

bernegara adalah dalam rangka melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

6

(17)

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.7

Negara Hukum berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan dan

mencapai keempat tujuan bernegara Indonesia itu. Dengan demikian,

pembangunan negara Indonesia tidak terjebak menjadi sekedar

‘rule-driven’, melainkan ‘mission ‘rule-driven’, yang didasarkan atas aturan hukum.8

Dalam negara hukum terdapat sejumlah teori hukum yang mendukung

setiap langkah yang dikeluarkan oleh negara sebagai aktor utama dan

mempelajari ilmu hukum secara keseluruhan karena negara hukum tanpa

ilmu hukum tidak dapat diartikan sebagai negara hukum, teori hukum

merupakan landasan teoritik dalam mempelajari ilmu hukum. Terdapat

banyak teori hukum yang dikembangkan berdasarkan mazhab atau aliran

tertentu. Dalam bahasa inggris teori hukum disebut dengan “theory of

law” dan dalam bahasa belanda disebut dengan “rechsteori hukumeorie”.

Unsur-unsur negara hukum menurut Freidrich Julius Stahl adalah :

1. Berdasarkan dan menegakkan hak-hak asasi manusia;

2. Untuk dapat melindungi hak asasi dengan baik maka

penyelenggaraan negara harus berdasarkan trias politica;

3. Pemerintahan berdasarkan Undang-Undang; dan

7

Sedarmayanati, Good Governance (Kepemerintahan yang baik) Bagian Kedua: Membangun Manajemen Sistem Kinerja Guna Meningkatan Produktivitas Menuju Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik), Bandung: Mandar Jaya, 2004, hlm. 30.

8

(18)

4. Apabila pemerintahan yang berdasarkan Undang-Undang masih

dirasa melanggar hak asasi maka harus diadili dengan peradilan

administrasi.9

Karena suatu negara dilaksanakan oleh adanya pemerintahan

berdasarkan undang-undang, oleh sebab itu dalam melaksanakan tugasnya

pemerintah harus berkewajiban terhadap setiap keputusan dan/atau

undang-undang yang telah dibuat. Suatu konsep terkait dengan konsep

kewajiban hukum adalah konsep tanggungjawab hukum (liability).

Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah,

keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Berkewajiban menanggung,

memikul tanggung jawab, menanggung segala sesuatunya, atau

memberikan jawab dan menanggung akibatnya.10 Tanggung jawab Hukum

adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang

disengaja maupun yang tidak disengaja.11

Seseorang dikatakan secara hukum bertanggungjawab untuk suatu

perbuatan tertentu adalah bahwa dia dapat dikenakan suatu sanksi dalam

kasus perbuatan yang berlawanan. Menurut teori tradisional, terdapat dua

macam pertanggungjawaban yang dibedakan, yaitu pertanggungjawaban

9

Freidrich Julius Stahl dalam Astim Riyanto, Teori Konstitusi, Bandung: Yapemdo, 2006, hlm. 274.

10

www.wikipedia.com, (diakses dan didownload pada tanggal 23 Oktober 2014, 20:36)

11

(19)

berdasarkan kesalahan (based on fault) dan pertanggungjawaban mutlak

(absolute responsibility).12

Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan

kesadaran akan kewajibannya yang telah dilakukan. Tanggung jawab

hukum sebagai sesuatu akibat lebih lanjut dari pelaksaan peranan, baik

peranan itu merupakan hak dan kewajiban ataupun kekuasaan. Secara

umum tanggung jawab hukum diartikan sebagai kewajiban untuk

melakukan sesuatu atau berprilaku menurut cara tertentu tidak

menyimpang dari pertaturan yang telah ada.13

Teori pertanggungjawabanpun dikenal dalam lingkup perdata,

berupa tanggung jawab seseorang terhadap perbuatan yang melawan

hukum. Perbuatan melawan hukum memiliki ruang lingkup yang lebih

luas dibandingkan dengan perbuatan pidana. Perbuatan melawan hukum

tidak hanya mencakup perbuatan yang bertentangan dengan

undang-undang pidana saja, akan tetapi jika perbuatan tersebut bertentangan

dengan undang-undang lainnya dan bahkan dengan ketentuan-ketentuan

hukum yang tidak tertulis. Ketentuan perundang-undangan dari perbuatan

melawan hukum bertujuan untuk melindungi dan memberikan ganti rugi

kepada pihak yang dirugikan.14

12

Jimly Asshiddiqie dan M. ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI (cetakan pertama), 2006, hlm. 61.

13

Khairunnisa, Kedudukan, Peran dan Tanggung Jawab Hukum Direksi, Medan: Pasca Sarjana, 2008, hlm. 4.

14

(20)

Selain terdapat di dalam lingkup Perdata teori pertanggungjawaban

pun dikenal di dalam hukum pidana, Pertanggungjawaban pidana dalam

istilah asing disebut juga dengan teorekenbaardheid atau criminal

responsibility yang menjurus kepada pemidanaan dengan maksud untuk

menentukan apakah seseorang terdakwa atau tersangka

dipertanggungjawabkan atas suatu tindakan pidana yang terjadi atau

tidak.15 Dalam penulisan penelitian ini teori pertanggungjawaban yang

digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Direct Corporate Liability / Identification theory;

2. Strict Liability; dan

3. Vicarious Liability.

Direct Corporate Liability / Identification theory (Doktrin

pertanggungjawaban pidana langsung atau doktrin identifikasi) adalah

salah satu teori yang digunakan sebagai pembenaran bagi

pertanggungjawaban pidana korporasi meskipun korporasi bukanlah

sesuatu yang dapat berdiri sendiri. Menurut doktrin ini perusahaan dapat

melakukan tindak pidana secara langsung melalui “pejabat senior” (senior

officer) dan diidentifikasi sebagai perbuatan perusahaan/korporasi itu

sendiri, dengan demikian maka perbuatan dipandang sebagai perbuatan

korporasi, sehingga pertanggungjawaban perusahaan tidak bersifat

pertanggungjawaban pribadi. Teori ini disebut juga teori/doktrin “alter ego”

atau “teori organ”, sehingga dalam penelitian ini lembaga survei yang hasil

15

(21)

perbedaan perhitungan cepat nya dapat dituntut suatu pertanggungjawaban

yang ditanggung oleh kelembagaan lembaga survei itu sendiri.

Teori pertanggungjawaban yang kedua adalah tanggung jawab

mutlak (no-fault liability or liability without fault) di dalam kepustakaan

biasanya dikenal dengan ungkapan “Strict Liability” atau “absolut

liability”. Dengan prinsip atau tanggungjawab tanpa keharusan untuk

membuktikan adanya kesalahan. Atau dengan perkataan lain, suatu prinsip

tanggungjawab yang memandang “kesalahan” sebagai suatu yang relevan

untuk dipermasalahkan apakah pada kenyataan ada atau tidak. Menurut

common law berlaku terhadap tiga macam delik:

a. Public nuisance (gangguan terhadap ketertiban umum);

b. Criminal libel (fitnah, pencemaran nama); dan

c. Contempt of court (pelanggaran tata terbit pengadilan).16

Pertanggungjawaban strict liability banyak terdapat pada

delik-delik yang diatur dalam undang-undang (statutory offences; regulatory

offences; mala prohibita) yang pada umumnya merupakan delik-delik

terhadap kesejahteraan umum (public welfare offences). 17 seperti halnya

bila dihubungkan dengan masalah lembaga survei yang hasil perhitungan

cepatnya mengganggu ketertiban masyarakat luas.

Vicarious Liability bila seseorang agen atau pekerja korporasi

bertindak dalam lingkup pekerjaannya dan dengan maksud untuk

menguntungkan korporasi, melakukan suatu kejahatan, tanggung jawab

16

Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi (edisi revisi), Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, hlm. 111.

17

(22)

pidananya dapat dibebankan kepada perusahaan. Tidak menjadi masalah

apakah perusahaan secara nyata memperoleh keuntungan atau tidak atau

apakah aktivitas tersebut telah dilarang oleh perusahaan atau tidak.

Terkait dengan adanya pertanggungjawaban dalam hasil

perhitungan cepat (quick count) oleh lembaga survei pada pemilihan calon

presiden dan wakil presiden juga pentingnya dalam hal pengawasan yang

dilakukan oleh pemerintah. Teori pengawasan penting peranannya terkait

dengan adanya lembaga survei, pemerintah memegang peran aktif dalam

hal pengawasan. Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah adalah

mendirikan lembaga yang bertugas untuk mengawasi jalannya lembaga

survei seperti KPU dan lain-lain yang bertugas untuk mengawasi lembaga

survei.

Pengawasan, menurut H.Bohari adalah suatu upaya agar apa yang

tidak direncanakan sebelumnya diwujudkan dalam waktu yang ditentukan,

serta untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dan kesulitan-kesulitan

dalam pelaksanaan, sehingga berdasarkan pengamatan-pengamatan

tersebut dapat diambil suatu tindakan untuk memperbaikinya demi

tercapainya wujud semula.18

Pengawasan adalah suatu proses pengamatan dari pelaksanaan

seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang

18

(23)

sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan.19

Pengawasan terbagi dua, yaitu, pengawasan ekstern dan

pengawasan intern. Pengawasan intern berupa pengawasan dari segi

administrasi yang pengawasannya melekat dan fungsional. Fungsi dari

pengawasan ini bersifat preventif. Preventif merupakan suatu

pengendalian sosial yang dilakukan untuk mencegah kejadian yang belum

terjadi. Atau merupakan suatu usaha yang dilakukan sebelum terjadinya

suatu pelanggaran Pengawasan ekstern berupa pengawasan dari segi

hukum. Pengawasan dari segi hukum terhadap perbuatan aparatur

pemerintah dilakukan oleh badan atau kekuasaan peradilan. Pengawasan

dari segi hukum ini bersifat represif. 20 Represif merupakan suatu

pengendalian sosial yang dilakukan setelah terjadinya suatu pelanggaran.

Atau, merupakan usaha-usaha yang dilakukan setelah pelanggaran terjadi.

Pengawasan intern dari berdiri lembaga survei dilaksanakan oleh

KPU, dan Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia yang bertugas

untuk mengawasi jalannya lembaga survei. Pengawasan ekstern

dilaksanakan oleh Keminfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika)

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

19

Muchsan, Sistem Pengawasan Terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah dan Peradilan Tata Usaha Negara, Yokyakarta:Liberty, 1992, hlm. 37.

20

(24)

F. Metode Penelitian

Fungsi penelitian adalah mencari kebenaran. Kebenaran yang

dimaksud adalah kebenaran yang berdasarkan teori atau diskursus

mengenai pengetahuan yang berkaitan dengan hakikat, sumber-sumber,

dan ruang lingkup pengetahuan.21 Menurut Creswell, “Research is a

process of steps used to collect and analyze information to increase our

understanding of a topic or issue., yang artinya penelitian adalah proses

atau langkah-langkah yang digunakan dalam mengumpulkan dan

menganalisa informasi untuk meningkatkan pemahaman suatu topik atau

masalah.22

Penelitian hukum merupakan sebuah kegiatan ilmiah yang

didasarkan suatu metode, sistematika dan serta pemikiran tertentu yang

memiliki tujuan untuk mempelajari permasalahan hukum tertentu, dengan

cara menganalisis dan memeriksa secara menyeluruh terhadap fakta-fakta

hukum tersebut, kemudian mencari suatu pemecahan permasalahan yang

timbul di dalam gejala yang ada tersebut.23

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian

sebagai berikut :

1. Kategori atau Jenis Penelitian

21

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum: Edisi Revisi, Jakarta: Kencara Prenada Media Group, 2010, hlm. 20.

22

Creswell, John W. Educational Research: Palnning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitatif Research. Jakarta: ghalia, 2008, hlm. 60

23

(25)

Jenis penelitian yang dilakukan Penulis untuk

mengumpulkan data adalah jenis penelitian Yuridis-Normatif.

Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan masalah dengan

melihat, menelaah dan menginterpretasikan hal-hal yang bersifat

teoritis yang menyangkut asas-asas hukum yang berupa konsepsi,

peraturan perundang-undangan, pandangan, doktrin hukum dan

sistem hukum yang berkaitan. Jenis pendekatan ini menekankan

pada diperolehnya keterangan berupa naskah hukum yang

berkaitan dengan objek atau permasalahan yang diteliti.24

2. Pendekatan Dalam Penelitian

Pendekatan-pendekatan yang digunakan di dalam penelitian

hukum adalah pendekatan undang-undang (statute approach),

pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historis

approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan

pendekatan konseptual (conceptual approach).

Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

undang-undang (statute approach) dilakukan dengan menelaah

semua undang-undang dan regulasi yang relevan dengan isu

hukum 25 yang terdiri dari: status hukum lembaga survei,

pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap lembaga

24

Abdulkadir Muhammad, hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004, hlm. 101.

25

(26)

survei atas hasil perhitungan cepat dan pertanggungjawaban dari

lembaga survei tersebut yang tedapat pada Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2002 tentang Penyiaran jo Undang-Undang Nomor 14

Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Pendekatan

yang digunakan penulis adalah undang-undang atau statute

approach dan pendekatan secara kasus atau case approach.

Pendekatan kasus (case approach) adalah pendekatan yang

berhubungan dengan suatu ratio decidendi, yaitu alasan-alasan

hukum yang digunakan oleh hakim untuk sampai kepada

putusannya. Fakta-fakta tersebut berupa orang, tempat, waktu, dan

segala yang menyertainya asalkan tidak terbukti sebaliknya

fakta-fakta tersebut di sebut fakta-fakta materiel. Perlunya fakta-fakta materiel

tersebut diperhatikan karena baik hakim maupun para pihak akan

mencari aturan hukum yang tepat untuk dapat diterapkan kepada

fakta tersebut. Ratio decidendi inilah yang menunjukkan bahwa

ilmu hukum merupakan ilmu yang bersifat preskriptif, bukan

deskriptif. Oleh karena itulah, pendekatan kasus bukanlah merujuk

kepada diktum putusan pengadilan, melainkan merujuk kepada

ratio decidendi. 26 Kasus yang digunakan dalam penulisan

penelitian ini adalah kasus perbedaan hasil hitung cepat atau quick

count dari lembaga survei yang disiarkan di televisi, yang

membingungkan masyarakat sebagai individu penerima informasi

26

(27)

dikaitkan dengan UU No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran dan

UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Selain pendekatan undang-undang atau statute approach

dan pendekatan secara kasus atau case approach, penulis pun

menggunakan pendekatan konseptual atau conceptual approach

yang menitikberatkan pada doktrin yang berkembang dalam ilmu

hukum terkait dengan status hukum lembaga survei,

pertanggungjawaban hukum lembaga survei dan pengawasan yang

dilakukan oleh pemerintah.

3. Sumber Penelitian

Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini, penulis

menggunakan tiga jenis Bahan Hukum yaitu:

a. Bahan Hukum Primer, adalah bahan hukum yang mengikat

terutama perundang-undangan.27 Menurut pasal 1 angka 2

UU No. 12 Tahun 2011, perundang-undangan adalah

peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang

mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh

lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui

prosedur yang ditetapkan dalam peraturan

27

(28)

undangan.28 Bahan hukum primer yang penulis bersumber

pada :

1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;

2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

3) Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang

Penyiaran;

4) Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 Tentang

Keterbukaan Informasi Publik;

5) Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 Tentang

Perseroan Terbatas (PT), mengatur perusahaan

berbentuk PT sebagai pengganti ketentuan tentang

PT sebagaimana yang terdapat di dalam KUH

Dagang. Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 ini

kemudian diganti dengan Undang-Undang No. 40

Tahun 2007; dan

6) Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 sebagaimana

yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 28

Tahun 2004 Tentang Yayasan.

b. Bahan hukum sekunder, yakni bahan hukum yang

memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer

seperti litelatur dan artikel dalam internet serta jurnal dan

publikasi hukum lainnya yang relevan dengan

28

(29)

permasalahan yang diteliti. Di samping itu juga,

kamus-kamus hukum, dan komentar-komentar atas putusan

pengadilan.

Kegunaan bahan hukum sekunder adalah memberikan

kepada peniliti sebagai awal memulai proses penelitian.29

c. Bahan hukum tersier, yakni bahan hukum yang

memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti buku,

makalah, laporan penelitian, ensiklopedi hukum, artikel

atau surat kabar, dan lain sebagainya.30

G. Sistematika Penulisan

Pada penelitian ini, sistematika penulisan yang digunakan oleh

Penulis adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang masalah lembaga survei yang tidak

menggunakan metode yang tepat sehingga menimbulkan konflik,

identifikasi masalah dari lembaga survei, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

29

Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit, hlm. 196.

30

(30)

BAB II PEMILIHAN UMUM, MEKANISME PEMUNGUTAN DAN PERHITUNGAN OLEH KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) SERTA PENERAPAN PERHITUNGAN QUICK COUNT SEBAGAI

HASIL PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DI INDONESIA.

Berisikan uraian teori , konsep, asas, norma, doktrin yang relevan

dengan lembaga survei, baik yang diteliti baik dari buku, jurnal ilmiah,

yurisprudensi, perundang-undangan dan sumber lainnya. Tata cara

pemilihan umum dan perhitungan pemilihan umum secara manual dan

cepat

BAB III LEMBAGA SURVEI DAN PERHITUNGAN CEPAT (QUICK COUNT) SERTA KETERKAITAN LEMBAGA SURVEI

DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002

TENTANG PENYIARAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

Berisikan uraian peranan lembaga survei dalam pemilu terutama

pemilihan umum presiden dan wakil presiden di Indonesia yang hasil

lembaga survei yakni perhitungan cepat (quick count) menjadi tolak ukur

sementara jumlah suara atas kemenangan calon presiden dan wakil

presiden dan bagaimana metode yang digunakan.

(31)

TERHADAP LEMBAGA SURVEI DALAM PERHITUNGAN CEPAT (QUICK COUNT)

Berisikan uraian yang memuat status hukum lembaga survei,

pertanggungjawaban hukum lembaga survei yang hasil perhitungan

cepatnya menggunakan metode yang tidak tepat, dan pengawasan yang

dilakukan oleh pemerintah.

BAB V PENUTUP

Berisikan uraian kesimpulan dan saran dari penelitian yang sudah

(32)

A. Kesimpulan

1. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 23 Tahun 2013 Tentang

Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum

menjelaskan bahwa pendirian lembaga survei harus berbentuk badan

hukum dan menyerahkan akte pendirian lembaga survei. Terdapat 56 (lima

puluh enam) lembaga survei yang telah terdaftar di Komisi Pemilihan

Umum (KPU) yang berbentuk badan hukum yang terdiri dari jenis badan

hukum Perseroan Terbatas (PT), Yayasan dan Perkumpulan Badan Hukum

(Perkumpulan Saling Menanggung).

2. Pertanggung jawaban lembaga survei dibagi atas beberapa kategori yakni

berdasarkan status badan hukum lembaga survei, hukum pidana Indonesia

dan undang-undang terkait dengan lembaga survei. Pertanggung jawaban

lembaga survei berbentuk PT adalah pertanggung jawaban terbatas dengan

adanya rumusan pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab

secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak

bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang

telah dimiliki. Jadi, pertanggungjawaban terbatas disimpulkan dengan

jalan penafsiran. Pertanggungjawaban pada lembaga survei yang

berbentuk Yayasan adalah jika pengurus dan pengawas Yayasan

melakukan tindakan diluar dari anggaran dasar dan melanggar ketentuan

(33)

Pengurus dan Pengawas dengan melakukan perubahan pada anggaran

dasar. Peratnggungjawaban lembaga survei dalam bentuk perkumpulan

badan hukum (Perkumpulan Saling Menanggung) para anggota

perkumpulan tidak bertanggungjawab secara pribadi, sehingga

pertanggungjawab terbatas dengan kekayaan perkumpulan yang dimiliki

oleh perkumpulan.

3. Dalam pemilihan metode penarikan dan perhitungan menjadi penting

untuk setiap lembaga survei karena jika ada kesalahan dalam hal

perhitungan maka dapat diperiksa kembali oleh dewan etik lembaga survei

serta lembaga survei yang memiliki kesalahan dalam perhitungan dapat

dikenakan sanksi tegas untuk tidak melakukan perhitungan cepat atau

quick count pada pemilihan umum berikutnya. Lembaga survei yang telah

terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) tidak semua melaporkan hasil

pemilihan umum sehingga, banyaknya lembaga survei yang melanggar

aturan yang dikeluarkan oleh KPU ini terkait dengan adanya

pertanggungjawaban lembaga survei di samping pertanggungjawaban

status lembaga survei apabila melanggar peraturan yang telah ditetapkan

oleh KPU.

Terkait dengan adanya dewan etik lembaga survey yaitu PERSEPI, dalam

hal ini KPU belum membuat dan merumuskan aturan khusus dan konkret

dalam penindakan lembaga survei yang tidak menaati peraturan yang telah

ditetapkan dan diberlakukan oleh KPU tentang aturan menjadi pemantau

(34)

terhadap lembaga survei tidak jelas keberadaan dan aturannya. Menjadi

penting untuk dicatat dan diperhatikan, tugas dan wewenang KPU dalam

setiap adanya pemilihan umum di Indonesia adalah menyelenggarakan

pemilihan umum dan pendaftaran lembaga survei yang ingin menjadi

pemantau atau partisipan dan melakukan perhitungan cepat atau quick

count pada pemilihan umum di Indonesia.

Pemerintah dalam hal melakukan suatu pengawasan tentang lembaga

survei penting untuk dibuat dan dirumuskan, ini berguna untuk setiap

lembaga survei yang tidak taat aturan yang berlaku dan melanggar etika

keprofesian lembaga survei atau jajak pendapat. Tetapi, sayangnya

pemerintah tidak mengambil langkah tegas dalam penindakan lembaga

survei yang melanggar aturan. Menjadi alasan adanya Perhimpunan Survei

Opini Publik Indonesia (PERSEPI) untuk membuat dan merumuskan

dewan etik lembaga survei yang terdaftar di keanggotaan PERSEPI, dalam

menjalankan fungsi dan wewenangnya PERSEPI berhak melakukan suatu

audit ketika adanya lembaga survei yang tidak mematuhi aturan dan

melanggar kaidah-kaidah ilmu penelitian serta PERSEPI berhak

mengeluarkan anggota yang melakukan tindakan-tindakan yang melanggar

etika keprofesian di sertai dengan pengumuman kepada masyarakat luas

bahwa lembaga survei tertentu telah melakukan pelanggaran kode etik

dengan bukti dan kesalahan yang jelas dan lengkap.

(35)

1. Lembaga survei harus mendapatkan pengawasan secara intensif dari

Pemerintah dan pemerintah melakukan kebijakan terhadap lembaga survei.

2. Merumuskan dan membuat suatu peraturan perundang-undangan yang

mengatur masalah lembaga survei karena dampak yang di timbulkan oleh

lembaga survei cukup luas.

3. Lembaga survei yang melakukan perhitungan cepat untuk pemilihan

umum seharusnya mempunyai dana mandiri sehingga lembaga survei

memiliki kemandirian dalam hal dana, sehingga kepercayaan yang di

timbulkan oleh lembaga survei yang melakukan perhitungan cepat pun

semakin tinggi dan menjadi lembaga yang idenpenden yang tidak

(36)

Tempat, Tanggal Lahir : Sukabumi, 30 Januari 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : (WNI) Indonesia

Alamat (rumah) : Jln. Nagrak-Sukabumi No. 7 RT 003//003, Cibadak-Sukabumi.

Telepon (rumah) : (0266) 532708

Alamat (bandung) : Jln. Babakan jeruk 1 No. 88, Bandung

No handphone : 0857 2209 1908

Email : sailorila30@ymail.com

Data Pribadi Mahasiswa

Nama : Saila Ainillah

NRP : 1187063

Fakultas/Jurusan : Hukum/Bisnis dan Investasi Universitas Kristen Maranatha

Bandung

Angkatan : 2011

Latar Belakang Pendidikan

Formal

1998 – 1999 : TKS Proklamasi 1945 Sukabumi

1999 – 2005 : SDS Proklamasi 1945 Sukabumi

2005 – 2008 : SMP Negeri 1 Cibadak

(37)

Pengalaman : Menjadi Mahasiswa Magang Perpustakaan UKM 2013-1014

Demikian daftar riwayat hidup yang saya buat dengan keadaan sebenarnya dan sejujur-jujurnya.

Bandung, 7 Mei 2015

(38)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Abdulkadir Muhammad, hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2004.

Amrah Muslimin, Beberapa Asas dan Pengertian Pokok Tentang

Administrasi dan Hukum Administrasi, Bandung: Alumni, 1985.

Arus Akbar Silondae dan Wirawan B Ilyas, Pokok-pokok Hukum Bisnis,

Jakarta: Salemba empat, 2011.

Chindir Ali, Badan Hukum, Bandung: Alumni, 2014.

Creswell, John W. Educational Research: Palnning, Conducting, and

Evaluating Quantitative and Qualitatif Research. Jakarta: ghalia,

2008.

Elias M Awad, System Analyziz and Design, Malaysia: lllinois Irwin Book,

1979.

Estok M Nevitte N dan Cowan G. The Quick Count and Election

Observation. Washington: NDI, 2002.

Freidrich Julius Stahl dalam Astim Riyanto, Teori Konstitusi, Bandung:

Yapemdo, 2006.

H.Bohari, Pengawasan Keuangan Negara. Jakarta: Rajawali Press, 1999.

Hamzah Hatrik, Asas Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Hukum

Pidana Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo, 1996.

Janus Sidabalok, Hukum Perusahaan: Analisis Tehadap Peran Perusahaan

Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional Di Indonesia, Bandung:

Penerbit Nuansa Aulia 2012.

Jimly Asshiddiqie dan M. ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum,

Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah

Konstitusi RI (cetakan pertama), 2006.

(39)

Khairunnisa, Kedudukan, Peran dan Tanggung Jawab Hukum Direksi,

Medan: Pasca Sarjana, 2008.

Koentjoroningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 1989.

Komariah, Edisi Revisi Hukum Perdata, Malang: Universitas

Muhammadiyah Malang, 2001.

Michael Stoddard, NDI: Handbook “How Domestic Organizations

Monitor Elections An A to Z Guide” National Democratic Institute

For International Affairs, NDI: National Endownet For Democracy,

2000

Miriam Budiardjo, Edisi Revisi: Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Moh Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia (Edisi

Revisi), Jakarta: Renaka Cipta, 2000.

---, Politik Hukum di Indonesia Ed. Revisi, Jakarta:

Rajagrafindo Persada Rajawali Pers.

Merphin Panjaitan, Logika Demokrasi: Menyongsong Pemilihan Umum

2014 Edisi Kedua, Jakarta: Permata Aksara, 2013.

Muchsan, Sistem Pengawasan Terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah

dan Peradilan Tata Usaha Negara, Yokyakarta:Liberty, 1992.

Muhammad Abdul Kadir, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2010.

Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

(edisi revisi), Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.

Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum: Edisi Revisi, Jakarta: Kencara

Prenada Media Group, 2010.

Prjajudi S Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia

(40)

R Subekti dan R Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan

Undang-Undang Kepailitan, Pasal 36: KUHD, Jakarta: pradnya

paramita,1959

Ronny Hanitijo Soemitro. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri.

Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994.

Scheaffer RL (et.al), Elementary Survei Sampling, Boston: PWSKent,

1990.

Shrode William A dan Dan Voich, Organization and Management : Basic

System Concepts, Malaysia: Irwin Book, 1974.

Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Perusahaan Mengenai Bentuk-Bentuk

Perusahaan (Badan Usaha) Di Indonesia, Bandung: Mandar Maju,

1997.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas

Indonesia, 2005.

---, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2005.

Widiyono, Wewenang dan Tanggung Jawab, Bogor: Ghalia Indonesia,

2004.

Y. Sri Pudyatmoko, Perizinan, Problem dan Upaya Pembenahan, Jakarta:

PT.Gramedia Widiarsana Indonesia, 2009.

Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum Bahasa: Indonesia, Belanda, Inggris,

Edisi Lengkap, Semarang: Aneka Ilmu, 2008.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

perundang-undangan.

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Tata

(41)

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah.

Paraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 13 tahun 2013 tetang

Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum.

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 19 Tahun 2014 Tentang

Pemungutan dan Perhitungan Suara di Tempat Pemungutan Suara dalam

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.

C. LAMAN

Hukum dan Politik di dalam Praktek Penyelaenggaraan Negara"

(Makalah disampaikan pada Studium Generate Universitas

Muhammadiyah), Jakarta, 20 Mei 1994.

Sedarmayanati, Good Governance (Kepemerintahan yang baik) Bagian

(42)

Meningkatan Produktivitas Menuju Good Governance

(Kepemerintahan Yang Baik), Bandung: Mandar Jaya, 2004.

Kismiantini, “Pengumpulan Data Dengan Quick Count dan Exit Poll”,

Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri

Yogyakarta, 2011.

Apri Amalia, “Tanggungjawab Rumah Sakit Terhadap Pasien Tanpa

Identitas (Studi RSUD DR. Pirngadi Medan)”, Medan: Universitas

Referensi

Dokumen terkait

2.Hasil pembelajaran membaca permulaan ada peningkatan ,dari data sebelum dilakukan penelitian skor rata-rata siswa membaca permulaan 4,5.Setelah dilakukan penelitian

UU No.5 Tahun 1999 yang bertujuan untuk menegakkan antara hukum dan memberikan perlindungan yang sama bagi setiap pelaku usaha, agar dunia usaha dapat tumbuh

Berdasarkan ketentuan program kerja magang yang telah Universitas Multimedia Nusantara sampaikan, program kerja magang minimal berlangsung selama 60 hari kerja

Proses pengumpulan koleksi benda-benda pusaka diperoleh dengan berbagai cara, yaitu (1) dari penyerahan dengan imbalan jasa, dimana pihak museum

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pemberian kuersetin dosis 250mg/kgBB, 500mg/kgBB, dan 1000mg/kgBB dapat menurunkan aktivitas SGPT-SGOT dan rasio berat organ hati

v Pendataan seluruh arsip mahasiswa Prodi Akuntansi untuk mempermudah komunikasi serta menyambung tali silaturahmi antara pengurus HIMA AKSI dengan alumnic.

Dengan ini menyetujui untuk mengalihkan semua hak, judul dan seluruh kepentingan yang dimiliki oleh yang bertanda tangan pada Sub 1) dalam penemuan tersebut kepada

Setelah dilakukan pengujian, perangkat PPG digital yang telah direalisasikan dapat bekerja dengan baik dalam menampilkan grafik sinyal PPG, sinyal sudah bersih dari noise,