UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG pemilihan umum yang berbeda dari tahun sebelumnya, masyarakat Indonesia banyak berpartisipasi untuk menjadi pemantau pada pemilihan umum. Bentuk partisipasi guna memantau pemilihan umum salah satunya adalah mendirikan lembaga survei yang melakukan perhitungan cepat (quick count) untuk mengetahui kandidat mana yang memenangkan pemilihan umum presiden dan wakil presiden. Tetapi, pada hasil perhitungan cepat (quick count) lembaga survei yang disiarkan di televisi berbeda-beda dan menimbulkan kerusuhan pada masyarakat. Hasil perhitungan cepat lembaga survei tersebut tidak dipercaya oleh masyarakat, menjadi tidak idependen dan kredibel mengakibatkan lembaga survei di pertanyakan dalam hal status, pertanggung jawaban dan bentuk pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis-normatif, pendekatan yang dilakukan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historis approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual approach). Sehingga, metode penelitian tersebut dapat mendukung dalam hal pengumpulan data.
Status badan hukum lembaga survei, pertanggungjawaban dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap lembaga survei merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam hal pendirian lembaga survei. Status badan hukum lembaga survei menjadi penting untuk menetukan subjek hukum mana yang harus bertanggung jawab. Pertanggung jawaban yang ditimbulkan oleh lembaga survei harus dilihat bentuk badan hukum nya, yang terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) terbagi atas Peseroan Terbatas (PT), Yayasan dan Perkumpulan badan hukum (Perkumpulan Saling menanggung). Terkait pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah menjadi penting untuk menindak lembaga survei yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan yang telah di tentukan oleh KPU.
UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG democracy, many people in Indonesia are participated intensively in that election. One of the participation is forming a survey institute which perform quick count to know who will win the election. However, many quick count result which broad casted on a wide range of te television channels are different from each other and cousing unrest in the society. The quick count result become distrustful, dependent and incredible. The government surveillance is at State.
The method used in this research is juridical-normative. The approach to collect the data is statute approach, case approach, historical approach, comparative approach, and conceptual approach. So that the research method can support data collection.
The legal status of survey institute, surveillance and accountability from the government is a must in survey institute establishment. The legal status of survey institute is important to determine which legal subjects who should be responsible. The accountability of the survey institute must be seen from the types of legal entities, some which registered in the election commissions are divided to limited company, foundation and association of legal entities. Related to government surveillance it is important to ban the survey institute that violates the election commissions rules.
Pernyataan ... i
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
BAB II PEMILIHAN UMUM, MEKANISME PEMUNGUTAN, PERHITUNGAN OLEH KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) DAN PENERAPAN PERHITUNGAN QUICK COUNT SEBAGAI HASIL PEMILIHAN UMUM SERTA KONSEP PERTANGGUNG JAWABAN DALAM PELAKSANAAN PERHITUNGAN CEPAT (QUICK COUNT) ATAS HASIL PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DI INDONESIA. ... 25
A. Pemilihan Umum dan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden ... 25
1. Pemilihan Umum dalam Ketatanegaraan Indonesia yang Berhubungan dengan Hak-Hak Dasar Warga Negara dan Demokrasi ... 25
2. Sistem Penyelenggaraan Pemilihan Umum, Kewenangan Penyelenggaraan Pemilihan Umum, dan Pengawasannya ... 28
3. Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia ... 38
a. Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2004 ... 39
b. Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009 ... 43
2. Mekanisme dan Hasil Perhitungan Pemilihan Umum presiden dan Wakil Presiden
Tahun 2014 Secara Cepat atau Quick Count ... 61
C. Pertanggungjawaban Hukum Lembaga Survei Dalam Pelaksanaan Perhitungan Cepat (Quick Count). ... 65
1. Pengertian Pertanggungjawaban Hukum ... 65
2. Prinsip dan Teori Pertanggungjawaban ... 66
3. Jenis Pertanggungjawaban ... 71
BAB III LEMBAGA SURVEI DAN PERHITUNGAN CEPAT (QUICK COUNT) SERTA KETERKAITAN LEMBAGA SURVEI DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK ... 81
A. Lembaga Survei... 81
1. Sejarah Lembaga Survei ... 81
2. Syarat Pendirian Lembaga Survei ... 87
3. Lembaga Survei di Indonesia ... 95
4. Lembaga Survei di Negara Lain ... 101
B. Perhitungan Cepat (Quick Count) ... 103
1. Sejarah Perhitungan Cepat (Quick Count) ... 103
2. Metode Perhitungan Cepat (Quick Count) ... 108
a. Simple Random Sampling ... 109
b. Systematic Random Sampling ... 110
c. Stratified Random Sampling... 110
d. Cluster Random Sampling... 111
C. Keterkaitan antara Lembaga Survei Dengan Undang-Undang Penyiaran dan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik... 116
SURVEI SERTA PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP LEMBAGA
SURVEI DALAM PERHITUNGAN CEPAT (QUICK COUNT) ... 139
A. Status Hukum Lembaga Survei... 139
B. Pertanggungjawaban Lembaga Survei Dilihat dari Status Badan Hukum Lembaga Survei yang Berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Yayasan dan Perkumpulan Badan Hukum Serta Pertanggungjawaban Secara Umum Berdasarkan Hukum Pidana dan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik ... 168
1. Tanggung Jawab Lembaga Survei Berbentuk Perseroan Terbatas (PT) ... 168
2. Tanggung Jawab Lembaga Survei Berbentuk Yayasan ... 169
3. Tanggung Jawab Lembaga Survei Berbentuk Perkumpulan Saling Menanggung ... 171
4. Tanggung Jawab Lembaga Survei Berdasarkan Hukum Pidana Di Indonesia dan Undang-Undang Terkait dengan Lembaga Survei ... 172
C. Pengawasan Oleh Pemerintah Terhadap Lembaga Survei ... 173
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 181
A. Kesimpulan ... 181
B. Saran ... 184
Daftar Pustaka ... 185
Lampiran ... 189
No Daftar Singkatan
Singkatan
1 PEMILU Pemilihan Umum
2 KPU Komisi Pemilihan Umum
3 KIP Komisi Pemilihan Idependen
4 PPK Panitia Pemilihan Kecamatan
5 PPS Panitia Pemungutan Suara
6 KPPS Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara
7 TPS Tempat Pemungutan Suara
8 DPT Daftar Pemilih Tetap
9 DPTb Daftar Pemilih Tetap tambahan
10 DPK Daftar Pemilih Khusus
11 DPKTb Daftar Pemilih Khusus tambahan
12 LSI Lembaga Survei Indonesia
13 SMRC Saiful Mujani Reasearch and Consulting
14 LSI Lingkaran Survei Indonesia
15 IRC Indonesia Research Center
16 LSN Lembaga Survei Nasional
17 CSIS Center Strategic International Studies
18 NAMFREL National Citizen Movement For Free Elentrons
23 WAPOR World Association Of Public Opinion Research
24 ISPOS Indonesia Sustainable Palm Oil System
A. Latar Belakang Masalah
Negara merupakan organisasi tertinggi di antara satu kelompok
atau beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk
bersatu hidup didalam daerah tertentu, dan mempunyai pemerintahan yang
berdaulat serta hukum yang mengatur dalam negara tersebut.1Mengenai
tugas negara dibagi menjadi tiga kelompok,2 pertama, negara harus
memberikan perlindungan kepada penduduk dalam wilayah tertentu.
Kedua, negara mendukung atau langsung menyediakan berbagai
pelayanan kehidupan masyarakat di bidang sosial, ekonomi, dan
kebudayaan. Ketiga, negara menjadi wasit yang tidak memihak antara
pihak-pihak yang berkonflik dalam masyarakat serta menyediakan suatu
sistem yudisial yang menjamin keadilan dasar dalam hubungan
kemasyarakatan.
Indonesia juga sebagai negara hukum juga merupakan negara yang
menganut sistem pemerintahan Demokrasi. Sistem pemerintahan
demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu
negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atas negara untuk
1
Moh Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia (Edisi Revisi), Jakarta: Renaka Cipta, 2000, hlm. 64.
2
dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Prinsip yang terkenal dalam
sistem demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga
kekuasaan politik Negara yakni; eksekutif, yudikatif dan legislatif untuk
diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas atau
independen dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain.
Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan
agar ketiga lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling
mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances3. Ketiga pilar
tersebut saling berkontribusi dan berkesinambungan dalam kemajuan
bangsa dan bernegara. Tugas negara menurut faham modern saat ini dalam
suatu negara kesejahteraan atau Social Service State, adalah
menyelenggarakan kepentingan umum untuk memberikan kemakmuran
dan kesejahteraan yang sebesar-besarnya berdasarkan keadilan dalam
suatu negara Hukum.4
Tetapi, pada intinya kekuatan dari sistem demokrasi berada di
tangan rakyat disamping adanya prinsip trias politica tersebut. Rakyat
yang menentukan sendiri jalannya suatu sistem negara tersebut karena
semua keputusan pemerintahan ada di tangan rakyat. Berkaitan dengan
adanya kedaulatan yang ada di tangan rakyat, setiap pemilihan pemimpin
di Indonesia menggunakan sistem pemilihan suara langsung melalui rakyat
3
Prinsip checks and balances adalah prinsip yang memisahkan kekuasaan bersifat horizontal dalam arti kekuasaan dipisahkan ke dalam fungsi-fungsi yang tercermin dalam lembaga-lembaga negara yang sederajat dan saling mengimbangi.
4
sebagai aktor utama dalam faktor pemenangan setiap kandidat yang
mencalonkan diri menjadi pemimpin bangsa.
Seperti halnya pada setiap pemilihan umum yang dilaksanakan di
Indonesia pasca reformasi, pemilihan umum dilaksanakan secara langsung
dimana rakyat bebas memilih sesuai dengan keyakinan hati nuraninya,
rakyat pun diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam berjalannya
pemilihan umum tersebut. Selain memilih calon presiden dan wakil
presiden, rakyat pun dapat berpartisipasi untuk mengumpulkan hasil suara,
mengolah hasil suara tersebut yang sering disebut dengan perhitungan
cepat atau quick count. Masyarakat yang berpartisipasi dalam
mengumpulkan hasil suara juga mendirikan suatu lembaga yang
menampung hasil suara tersebut yang di namakan lembaga survei.
Dewasa ini seiring dengan kemajuan teknologi banyak terciptanya
kemudahan-kemudahan yang berguna untuk membantu kinerja manusia,
termasuk dalam mengetahui hasil pemilihan umum presiden dan wakil
presiden. Hasil pemilihan umum pun dapat dikategorikan sebagai
informasi. Informasi menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik adalah keterangan,
pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai,makna, dan
pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar,
dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai
dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara
hasil perhitungan cepat pemilihan calon presiden dan wakil presiden
bersifat sebagai informasi publik.
Pengertian informasi publik pun diterangkan oleh Pasal 1 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim,
dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan
penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan
penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan undang-undang
ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.
Selain dikategorikan sebagai informasi dan informasi publik, hasil
lembaga survei yang berbentuk perhitungan cepat pun disiarkan ditelevisi,
menurut pasal 1 (ayat) 4 penyiaran televisi adalah media komunikasi
massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam
bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup,
berupa program yang teratur dan berkesinambungan. Pelaksanaan siaran
menurut undang-undang penyiaran adalah mengandung informasi yang
tidak bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong.
Masyarakat berpartisipasi dalam mengumpulkan data yang
berupa hasil suara dari seluruh Indonesia. Banyak masyarakat yang
mendirikan lembaga survei untuk mendukung atas berjalannya demokrasi
itu sendiri selain itu pun lembaga survei dijadikan sebagai bisnis yang
menguntungkan dan menjanjikan. Namun demikian, tidak sedikit dari
tunduk pada peraturan yang berlaku serta menggunakan metode
perhitungan yang tidak tepat.
Namun demikian, terdapat permasalahan terkait perhitungan
lembaga survei yaitu adanya hasil dari perhitungan cepat atau quick count
dari masing-masing lembaga survei yang berbeda-beda. Lembaga survei
sebagaimana dimaksud antara lain, Lembaga Survei Indonesia (LSI),
Saiful Mujani Reasearch and Consulting (SMRC), Indikator Politik,
Populi Center, Center Strategic International Studies (CSIS), Litbang
Kompas, Lingkaran Survei Indonesia (LSI), dan Poltracking
memenangkan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut dua
yaitu, Jokowi Dodo dan Jusuf Kalla. Sementara itu, empat lembaga survei
lainnya menunjukan hasil yang sebaliknnya, antara lain lembaga survei
PUSKAPTIS, Indonesia Research Center (IRC), Lembaga Survei
Nasional (LSN), dan Jaringan Suara Indonesia memenangkan pasangan
urut 1 yaitu, Probowo Subianto dan Hatta Rajasa.5
Pengkajian mengenai pertanggungjawaban hukum dan pengawasan
pemerintah dalam hasil perhitungan cepat lembaga survei menurut
pendapat penulis merupakan hal yang penting untuk dikaji, mengingat
perlunya untuk mengetahui secara jelas bagaimana pertanggungjawaban
lembaga survei dalam hasil perhitungan cepat serta peran serta pemerintah
5
dalam melakukan suatu pengawasan terhadap lembaga survei dalam
perhitungan hasil cepatnya berbeda.
Perbedaan hasil perhitungan cepat tersebut menimbulkan masalah
yang terjadi di masyarakat yang mengakibatkan konflik antar pendukung
calon presiden dan wakil presiden. Perbedaan hasil perhitungan cepat
(quick count) ini disebabkan adanya satu/beberapa lembaga survei yang
menggunakan metode yang tidak tepat dalam hal mengolah data sehingga
tidak ada kesamaan satu sama lain terkait hasil perhitungan cepat (quick
count). Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk mengkaji topik
tersebut dengan judul :
“PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM LEMBAGA
SURVEI ATAS HASIL PERHITUNGAN CEPAT PEMILIHAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN YANG DISIARKAN OLEH STASIUN TELEVISI DAN PENGAWASAN PEMERINTAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN JO UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK”.
B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana status hukum lembaga survei dalam penyelenggaraan
perhitungan cepat (quick count) atas pemilihan calon presiden dan
wakil presiden?
2. Bagaimana pertanggungjawaban hukum lembaga survei yang hasil
3. Bagaimana bentuk pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah
atas hasil perhitungan cepat (quick count) lembaga survei?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dan mengkaji status hukum lembaga survei dalam
penyelenggaraan perhitungan cepat (quick count) dalam pemilihan
calon presiden dan wakil presiden.
2. Mengetahui dan mengkaji pertanggungjawaban hukum lembaga
survei yang dalam perhitungan cepat (quick count).
3. Mengetahui dan mengkaji bentuk pengawasan yang dilakukan oleh
pemerintah atas hasil perhitungan cepat (quick count) lembaga
survei.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang terkait, utamanya bagi pihak-pihak berikut ini :
1. Secara Teoritis
a. Menambah pengembangan tentang ilmu hukum khususnya
hukum publik terkait dengan status hukum lembaga survei
dalam penyelenggaraan perhitungan cepat (quick count)
atas pemilihan calon presiden dan wakil presiden,
pertanggungjawaban hukum lembaga survei yang hasil
perhitungan cepatnya (quick count) dan bentuk
perhitungan cepat (quick count) lembaga survei yang
mengunakan metode yang tidak tepat.
b. Menambah pengetahuan tentang perhitungan cepat yang di
hubungkan dengan UU penyiaran dan UU tentang
keterbukaan informasi publik.
2. Secara Praktis
a. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam
melakukan pengawasan terkait hasil perhitungan cepat atau
quick count lembaga survei.
b. Menjadi acuan bagi penyelenggaraan negara yakni, KPU
(Komisi Pemilihan Umum) dalam hal penerimaan daftar
lembaga survei dan untuk Perhimpunan Survei Opini
Publik Indonesia (PERSEPI) dalam mempayungi lembaga
survei.
c. Menjadi acuan bagi lembaga survei bahwa pentingnya
pertanggungjawaban atas hasil perhitungan cepat (quick
count) yang dihasilkan oleh lembaga survei tersebut.
E. Kerangka Pemikiran
Diberlakukannya prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat yang
berfungsi menjamin peran serta masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan kenegaraan menyebabkan setiap peraturan perundang-undangan
hidup di tengah masyarakat. Hukum dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, tidak boleh ditetapkan dan diterapkan secara sepihak untuk
kepentingan penguasa karena bertentangan dengan prinsip-prinsip
demokrasi. Sebab hukum tidak dimaksudkan hanya menjamin kepentingan
sekelompok orang yang berkuasa, melainkan menjamin kepentingan akan
rasa adil bagi semua orang tanpa kecuali.
Dengan demikian, cita negara hukum (rechtsstaat) yang
dikembangkan bukanlah ‘absolute rechtsstaat’, melainkan ‘democratische
rechtsstaat’ atau negara hukum yang demokratis. Dalam setiap Negara
Hukum yang bersifat nomokratis harus menjamin adanya demokrasi,
sebagaimana di dalam setiap Negara Demokrasi harus dijamin
penyelenggaraannya berdasar atas hukum.6
Hukum adalah sarana untuk mencapai tujuan yang diidealkan
bersama. Cita-cita hukum itu sendiri, dilembagakan melalui gagasan
negara demokrasi (democracy) maupun yang diwujudkan melalaui
gagasan negara hukum (nomocrasy) dimaksudkan untuk meningkatkan
kesejahteraan umum. Bahkan sebagaimana cita-cita nasional Indonesia
yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945, tujuan bangsa Indonesia
bernegara adalah dalam rangka melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
6
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.7
Negara Hukum berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan dan
mencapai keempat tujuan bernegara Indonesia itu. Dengan demikian,
pembangunan negara Indonesia tidak terjebak menjadi sekedar
‘rule-driven’, melainkan ‘mission ‘rule-driven’, yang didasarkan atas aturan hukum.8
Dalam negara hukum terdapat sejumlah teori hukum yang mendukung
setiap langkah yang dikeluarkan oleh negara sebagai aktor utama dan
mempelajari ilmu hukum secara keseluruhan karena negara hukum tanpa
ilmu hukum tidak dapat diartikan sebagai negara hukum, teori hukum
merupakan landasan teoritik dalam mempelajari ilmu hukum. Terdapat
banyak teori hukum yang dikembangkan berdasarkan mazhab atau aliran
tertentu. Dalam bahasa inggris teori hukum disebut dengan “theory of
law” dan dalam bahasa belanda disebut dengan “rechsteori hukumeorie”.
Unsur-unsur negara hukum menurut Freidrich Julius Stahl adalah :
1. Berdasarkan dan menegakkan hak-hak asasi manusia;
2. Untuk dapat melindungi hak asasi dengan baik maka
penyelenggaraan negara harus berdasarkan trias politica;
3. Pemerintahan berdasarkan Undang-Undang; dan
7
Sedarmayanati, Good Governance (Kepemerintahan yang baik) Bagian Kedua: Membangun Manajemen Sistem Kinerja Guna Meningkatan Produktivitas Menuju Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik), Bandung: Mandar Jaya, 2004, hlm. 30.
8
4. Apabila pemerintahan yang berdasarkan Undang-Undang masih
dirasa melanggar hak asasi maka harus diadili dengan peradilan
administrasi.9
Karena suatu negara dilaksanakan oleh adanya pemerintahan
berdasarkan undang-undang, oleh sebab itu dalam melaksanakan tugasnya
pemerintah harus berkewajiban terhadap setiap keputusan dan/atau
undang-undang yang telah dibuat. Suatu konsep terkait dengan konsep
kewajiban hukum adalah konsep tanggungjawab hukum (liability).
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah,
keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Berkewajiban menanggung,
memikul tanggung jawab, menanggung segala sesuatunya, atau
memberikan jawab dan menanggung akibatnya.10 Tanggung jawab Hukum
adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang
disengaja maupun yang tidak disengaja.11
Seseorang dikatakan secara hukum bertanggungjawab untuk suatu
perbuatan tertentu adalah bahwa dia dapat dikenakan suatu sanksi dalam
kasus perbuatan yang berlawanan. Menurut teori tradisional, terdapat dua
macam pertanggungjawaban yang dibedakan, yaitu pertanggungjawaban
9
Freidrich Julius Stahl dalam Astim Riyanto, Teori Konstitusi, Bandung: Yapemdo, 2006, hlm. 274.
10
www.wikipedia.com, (diakses dan didownload pada tanggal 23 Oktober 2014, 20:36)
11
berdasarkan kesalahan (based on fault) dan pertanggungjawaban mutlak
(absolute responsibility).12
Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajibannya yang telah dilakukan. Tanggung jawab
hukum sebagai sesuatu akibat lebih lanjut dari pelaksaan peranan, baik
peranan itu merupakan hak dan kewajiban ataupun kekuasaan. Secara
umum tanggung jawab hukum diartikan sebagai kewajiban untuk
melakukan sesuatu atau berprilaku menurut cara tertentu tidak
menyimpang dari pertaturan yang telah ada.13
Teori pertanggungjawabanpun dikenal dalam lingkup perdata,
berupa tanggung jawab seseorang terhadap perbuatan yang melawan
hukum. Perbuatan melawan hukum memiliki ruang lingkup yang lebih
luas dibandingkan dengan perbuatan pidana. Perbuatan melawan hukum
tidak hanya mencakup perbuatan yang bertentangan dengan
undang-undang pidana saja, akan tetapi jika perbuatan tersebut bertentangan
dengan undang-undang lainnya dan bahkan dengan ketentuan-ketentuan
hukum yang tidak tertulis. Ketentuan perundang-undangan dari perbuatan
melawan hukum bertujuan untuk melindungi dan memberikan ganti rugi
kepada pihak yang dirugikan.14
12
Jimly Asshiddiqie dan M. ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI (cetakan pertama), 2006, hlm. 61.
13
Khairunnisa, Kedudukan, Peran dan Tanggung Jawab Hukum Direksi, Medan: Pasca Sarjana, 2008, hlm. 4.
14
Selain terdapat di dalam lingkup Perdata teori pertanggungjawaban
pun dikenal di dalam hukum pidana, Pertanggungjawaban pidana dalam
istilah asing disebut juga dengan teorekenbaardheid atau criminal
responsibility yang menjurus kepada pemidanaan dengan maksud untuk
menentukan apakah seseorang terdakwa atau tersangka
dipertanggungjawabkan atas suatu tindakan pidana yang terjadi atau
tidak.15 Dalam penulisan penelitian ini teori pertanggungjawaban yang
digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Direct Corporate Liability / Identification theory;
2. Strict Liability; dan
3. Vicarious Liability.
Direct Corporate Liability / Identification theory (Doktrin
pertanggungjawaban pidana langsung atau doktrin identifikasi) adalah
salah satu teori yang digunakan sebagai pembenaran bagi
pertanggungjawaban pidana korporasi meskipun korporasi bukanlah
sesuatu yang dapat berdiri sendiri. Menurut doktrin ini perusahaan dapat
melakukan tindak pidana secara langsung melalui “pejabat senior” (senior
officer) dan diidentifikasi sebagai perbuatan perusahaan/korporasi itu
sendiri, dengan demikian maka perbuatan dipandang sebagai perbuatan
korporasi, sehingga pertanggungjawaban perusahaan tidak bersifat
pertanggungjawaban pribadi. Teori ini disebut juga teori/doktrin “alter ego”
atau “teori organ”, sehingga dalam penelitian ini lembaga survei yang hasil
15
perbedaan perhitungan cepat nya dapat dituntut suatu pertanggungjawaban
yang ditanggung oleh kelembagaan lembaga survei itu sendiri.
Teori pertanggungjawaban yang kedua adalah tanggung jawab
mutlak (no-fault liability or liability without fault) di dalam kepustakaan
biasanya dikenal dengan ungkapan “Strict Liability” atau “absolut
liability”. Dengan prinsip atau tanggungjawab tanpa keharusan untuk
membuktikan adanya kesalahan. Atau dengan perkataan lain, suatu prinsip
tanggungjawab yang memandang “kesalahan” sebagai suatu yang relevan
untuk dipermasalahkan apakah pada kenyataan ada atau tidak. Menurut
common law berlaku terhadap tiga macam delik:
a. Public nuisance (gangguan terhadap ketertiban umum);
b. Criminal libel (fitnah, pencemaran nama); dan
c. Contempt of court (pelanggaran tata terbit pengadilan).16
Pertanggungjawaban strict liability banyak terdapat pada
delik-delik yang diatur dalam undang-undang (statutory offences; regulatory
offences; mala prohibita) yang pada umumnya merupakan delik-delik
terhadap kesejahteraan umum (public welfare offences). 17 seperti halnya
bila dihubungkan dengan masalah lembaga survei yang hasil perhitungan
cepatnya mengganggu ketertiban masyarakat luas.
Vicarious Liability bila seseorang agen atau pekerja korporasi
bertindak dalam lingkup pekerjaannya dan dengan maksud untuk
menguntungkan korporasi, melakukan suatu kejahatan, tanggung jawab
16
Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi (edisi revisi), Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, hlm. 111.
17
pidananya dapat dibebankan kepada perusahaan. Tidak menjadi masalah
apakah perusahaan secara nyata memperoleh keuntungan atau tidak atau
apakah aktivitas tersebut telah dilarang oleh perusahaan atau tidak.
Terkait dengan adanya pertanggungjawaban dalam hasil
perhitungan cepat (quick count) oleh lembaga survei pada pemilihan calon
presiden dan wakil presiden juga pentingnya dalam hal pengawasan yang
dilakukan oleh pemerintah. Teori pengawasan penting peranannya terkait
dengan adanya lembaga survei, pemerintah memegang peran aktif dalam
hal pengawasan. Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah adalah
mendirikan lembaga yang bertugas untuk mengawasi jalannya lembaga
survei seperti KPU dan lain-lain yang bertugas untuk mengawasi lembaga
survei.
Pengawasan, menurut H.Bohari adalah suatu upaya agar apa yang
tidak direncanakan sebelumnya diwujudkan dalam waktu yang ditentukan,
serta untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dan kesulitan-kesulitan
dalam pelaksanaan, sehingga berdasarkan pengamatan-pengamatan
tersebut dapat diambil suatu tindakan untuk memperbaikinya demi
tercapainya wujud semula.18
Pengawasan adalah suatu proses pengamatan dari pelaksanaan
seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang
18
sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan.19
Pengawasan terbagi dua, yaitu, pengawasan ekstern dan
pengawasan intern. Pengawasan intern berupa pengawasan dari segi
administrasi yang pengawasannya melekat dan fungsional. Fungsi dari
pengawasan ini bersifat preventif. Preventif merupakan suatu
pengendalian sosial yang dilakukan untuk mencegah kejadian yang belum
terjadi. Atau merupakan suatu usaha yang dilakukan sebelum terjadinya
suatu pelanggaran Pengawasan ekstern berupa pengawasan dari segi
hukum. Pengawasan dari segi hukum terhadap perbuatan aparatur
pemerintah dilakukan oleh badan atau kekuasaan peradilan. Pengawasan
dari segi hukum ini bersifat represif. 20 Represif merupakan suatu
pengendalian sosial yang dilakukan setelah terjadinya suatu pelanggaran.
Atau, merupakan usaha-usaha yang dilakukan setelah pelanggaran terjadi.
Pengawasan intern dari berdiri lembaga survei dilaksanakan oleh
KPU, dan Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia yang bertugas
untuk mengawasi jalannya lembaga survei. Pengawasan ekstern
dilaksanakan oleh Keminfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika)
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
19
Muchsan, Sistem Pengawasan Terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah dan Peradilan Tata Usaha Negara, Yokyakarta:Liberty, 1992, hlm. 37.
20
F. Metode Penelitian
Fungsi penelitian adalah mencari kebenaran. Kebenaran yang
dimaksud adalah kebenaran yang berdasarkan teori atau diskursus
mengenai pengetahuan yang berkaitan dengan hakikat, sumber-sumber,
dan ruang lingkup pengetahuan.21 Menurut Creswell, “Research is a
process of steps used to collect and analyze information to increase our
understanding of a topic or issue., yang artinya penelitian adalah proses
atau langkah-langkah yang digunakan dalam mengumpulkan dan
menganalisa informasi untuk meningkatkan pemahaman suatu topik atau
masalah.22
Penelitian hukum merupakan sebuah kegiatan ilmiah yang
didasarkan suatu metode, sistematika dan serta pemikiran tertentu yang
memiliki tujuan untuk mempelajari permasalahan hukum tertentu, dengan
cara menganalisis dan memeriksa secara menyeluruh terhadap fakta-fakta
hukum tersebut, kemudian mencari suatu pemecahan permasalahan yang
timbul di dalam gejala yang ada tersebut.23
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian
sebagai berikut :
1. Kategori atau Jenis Penelitian
21
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum: Edisi Revisi, Jakarta: Kencara Prenada Media Group, 2010, hlm. 20.
22
Creswell, John W. Educational Research: Palnning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitatif Research. Jakarta: ghalia, 2008, hlm. 60
23
Jenis penelitian yang dilakukan Penulis untuk
mengumpulkan data adalah jenis penelitian Yuridis-Normatif.
Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan masalah dengan
melihat, menelaah dan menginterpretasikan hal-hal yang bersifat
teoritis yang menyangkut asas-asas hukum yang berupa konsepsi,
peraturan perundang-undangan, pandangan, doktrin hukum dan
sistem hukum yang berkaitan. Jenis pendekatan ini menekankan
pada diperolehnya keterangan berupa naskah hukum yang
berkaitan dengan objek atau permasalahan yang diteliti.24
2. Pendekatan Dalam Penelitian
Pendekatan-pendekatan yang digunakan di dalam penelitian
hukum adalah pendekatan undang-undang (statute approach),
pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historis
approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan
pendekatan konseptual (conceptual approach).
Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
undang-undang (statute approach) dilakukan dengan menelaah
semua undang-undang dan regulasi yang relevan dengan isu
hukum 25 yang terdiri dari: status hukum lembaga survei,
pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap lembaga
24
Abdulkadir Muhammad, hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004, hlm. 101.
25
survei atas hasil perhitungan cepat dan pertanggungjawaban dari
lembaga survei tersebut yang tedapat pada Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2002 tentang Penyiaran jo Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Pendekatan
yang digunakan penulis adalah undang-undang atau statute
approach dan pendekatan secara kasus atau case approach.
Pendekatan kasus (case approach) adalah pendekatan yang
berhubungan dengan suatu ratio decidendi, yaitu alasan-alasan
hukum yang digunakan oleh hakim untuk sampai kepada
putusannya. Fakta-fakta tersebut berupa orang, tempat, waktu, dan
segala yang menyertainya asalkan tidak terbukti sebaliknya
fakta-fakta tersebut di sebut fakta-fakta materiel. Perlunya fakta-fakta materiel
tersebut diperhatikan karena baik hakim maupun para pihak akan
mencari aturan hukum yang tepat untuk dapat diterapkan kepada
fakta tersebut. Ratio decidendi inilah yang menunjukkan bahwa
ilmu hukum merupakan ilmu yang bersifat preskriptif, bukan
deskriptif. Oleh karena itulah, pendekatan kasus bukanlah merujuk
kepada diktum putusan pengadilan, melainkan merujuk kepada
ratio decidendi. 26 Kasus yang digunakan dalam penulisan
penelitian ini adalah kasus perbedaan hasil hitung cepat atau quick
count dari lembaga survei yang disiarkan di televisi, yang
membingungkan masyarakat sebagai individu penerima informasi
26
dikaitkan dengan UU No. 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran dan
UU No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Selain pendekatan undang-undang atau statute approach
dan pendekatan secara kasus atau case approach, penulis pun
menggunakan pendekatan konseptual atau conceptual approach
yang menitikberatkan pada doktrin yang berkembang dalam ilmu
hukum terkait dengan status hukum lembaga survei,
pertanggungjawaban hukum lembaga survei dan pengawasan yang
dilakukan oleh pemerintah.
3. Sumber Penelitian
Untuk mengumpulkan data pada penelitian ini, penulis
menggunakan tiga jenis Bahan Hukum yaitu:
a. Bahan Hukum Primer, adalah bahan hukum yang mengikat
terutama perundang-undangan.27 Menurut pasal 1 angka 2
UU No. 12 Tahun 2011, perundang-undangan adalah
peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang
mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh
lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui
prosedur yang ditetapkan dalam peraturan
27
undangan.28 Bahan hukum primer yang penulis bersumber
pada :
1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
3) Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Tentang
Penyiaran;
4) Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 Tentang
Keterbukaan Informasi Publik;
5) Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 Tentang
Perseroan Terbatas (PT), mengatur perusahaan
berbentuk PT sebagai pengganti ketentuan tentang
PT sebagaimana yang terdapat di dalam KUH
Dagang. Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 ini
kemudian diganti dengan Undang-Undang No. 40
Tahun 2007; dan
6) Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 sebagaimana
yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 28
Tahun 2004 Tentang Yayasan.
b. Bahan hukum sekunder, yakni bahan hukum yang
memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer
seperti litelatur dan artikel dalam internet serta jurnal dan
publikasi hukum lainnya yang relevan dengan
28
permasalahan yang diteliti. Di samping itu juga,
kamus-kamus hukum, dan komentar-komentar atas putusan
pengadilan.
Kegunaan bahan hukum sekunder adalah memberikan
kepada peniliti sebagai awal memulai proses penelitian.29
c. Bahan hukum tersier, yakni bahan hukum yang
memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti buku,
makalah, laporan penelitian, ensiklopedi hukum, artikel
atau surat kabar, dan lain sebagainya.30
G. Sistematika Penulisan
Pada penelitian ini, sistematika penulisan yang digunakan oleh
Penulis adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang masalah lembaga survei yang tidak
menggunakan metode yang tepat sehingga menimbulkan konflik,
identifikasi masalah dari lembaga survei, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika
penulisan.
29
Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit, hlm. 196.
30
BAB II PEMILIHAN UMUM, MEKANISME PEMUNGUTAN DAN PERHITUNGAN OLEH KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) SERTA PENERAPAN PERHITUNGAN QUICK COUNT SEBAGAI
HASIL PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DI INDONESIA.
Berisikan uraian teori , konsep, asas, norma, doktrin yang relevan
dengan lembaga survei, baik yang diteliti baik dari buku, jurnal ilmiah,
yurisprudensi, perundang-undangan dan sumber lainnya. Tata cara
pemilihan umum dan perhitungan pemilihan umum secara manual dan
cepat
BAB III LEMBAGA SURVEI DAN PERHITUNGAN CEPAT (QUICK COUNT) SERTA KETERKAITAN LEMBAGA SURVEI
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2002
TENTANG PENYIARAN DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
Berisikan uraian peranan lembaga survei dalam pemilu terutama
pemilihan umum presiden dan wakil presiden di Indonesia yang hasil
lembaga survei yakni perhitungan cepat (quick count) menjadi tolak ukur
sementara jumlah suara atas kemenangan calon presiden dan wakil
presiden dan bagaimana metode yang digunakan.
TERHADAP LEMBAGA SURVEI DALAM PERHITUNGAN CEPAT (QUICK COUNT)
Berisikan uraian yang memuat status hukum lembaga survei,
pertanggungjawaban hukum lembaga survei yang hasil perhitungan
cepatnya menggunakan metode yang tidak tepat, dan pengawasan yang
dilakukan oleh pemerintah.
BAB V PENUTUP
Berisikan uraian kesimpulan dan saran dari penelitian yang sudah
A. Kesimpulan
1. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 23 Tahun 2013 Tentang
Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum
menjelaskan bahwa pendirian lembaga survei harus berbentuk badan
hukum dan menyerahkan akte pendirian lembaga survei. Terdapat 56 (lima
puluh enam) lembaga survei yang telah terdaftar di Komisi Pemilihan
Umum (KPU) yang berbentuk badan hukum yang terdiri dari jenis badan
hukum Perseroan Terbatas (PT), Yayasan dan Perkumpulan Badan Hukum
(Perkumpulan Saling Menanggung).
2. Pertanggung jawaban lembaga survei dibagi atas beberapa kategori yakni
berdasarkan status badan hukum lembaga survei, hukum pidana Indonesia
dan undang-undang terkait dengan lembaga survei. Pertanggung jawaban
lembaga survei berbentuk PT adalah pertanggung jawaban terbatas dengan
adanya rumusan pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab
secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak
bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang
telah dimiliki. Jadi, pertanggungjawaban terbatas disimpulkan dengan
jalan penafsiran. Pertanggungjawaban pada lembaga survei yang
berbentuk Yayasan adalah jika pengurus dan pengawas Yayasan
melakukan tindakan diluar dari anggaran dasar dan melanggar ketentuan
Pengurus dan Pengawas dengan melakukan perubahan pada anggaran
dasar. Peratnggungjawaban lembaga survei dalam bentuk perkumpulan
badan hukum (Perkumpulan Saling Menanggung) para anggota
perkumpulan tidak bertanggungjawab secara pribadi, sehingga
pertanggungjawab terbatas dengan kekayaan perkumpulan yang dimiliki
oleh perkumpulan.
3. Dalam pemilihan metode penarikan dan perhitungan menjadi penting
untuk setiap lembaga survei karena jika ada kesalahan dalam hal
perhitungan maka dapat diperiksa kembali oleh dewan etik lembaga survei
serta lembaga survei yang memiliki kesalahan dalam perhitungan dapat
dikenakan sanksi tegas untuk tidak melakukan perhitungan cepat atau
quick count pada pemilihan umum berikutnya. Lembaga survei yang telah
terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) tidak semua melaporkan hasil
pemilihan umum sehingga, banyaknya lembaga survei yang melanggar
aturan yang dikeluarkan oleh KPU ini terkait dengan adanya
pertanggungjawaban lembaga survei di samping pertanggungjawaban
status lembaga survei apabila melanggar peraturan yang telah ditetapkan
oleh KPU.
Terkait dengan adanya dewan etik lembaga survey yaitu PERSEPI, dalam
hal ini KPU belum membuat dan merumuskan aturan khusus dan konkret
dalam penindakan lembaga survei yang tidak menaati peraturan yang telah
ditetapkan dan diberlakukan oleh KPU tentang aturan menjadi pemantau
terhadap lembaga survei tidak jelas keberadaan dan aturannya. Menjadi
penting untuk dicatat dan diperhatikan, tugas dan wewenang KPU dalam
setiap adanya pemilihan umum di Indonesia adalah menyelenggarakan
pemilihan umum dan pendaftaran lembaga survei yang ingin menjadi
pemantau atau partisipan dan melakukan perhitungan cepat atau quick
count pada pemilihan umum di Indonesia.
Pemerintah dalam hal melakukan suatu pengawasan tentang lembaga
survei penting untuk dibuat dan dirumuskan, ini berguna untuk setiap
lembaga survei yang tidak taat aturan yang berlaku dan melanggar etika
keprofesian lembaga survei atau jajak pendapat. Tetapi, sayangnya
pemerintah tidak mengambil langkah tegas dalam penindakan lembaga
survei yang melanggar aturan. Menjadi alasan adanya Perhimpunan Survei
Opini Publik Indonesia (PERSEPI) untuk membuat dan merumuskan
dewan etik lembaga survei yang terdaftar di keanggotaan PERSEPI, dalam
menjalankan fungsi dan wewenangnya PERSEPI berhak melakukan suatu
audit ketika adanya lembaga survei yang tidak mematuhi aturan dan
melanggar kaidah-kaidah ilmu penelitian serta PERSEPI berhak
mengeluarkan anggota yang melakukan tindakan-tindakan yang melanggar
etika keprofesian di sertai dengan pengumuman kepada masyarakat luas
bahwa lembaga survei tertentu telah melakukan pelanggaran kode etik
dengan bukti dan kesalahan yang jelas dan lengkap.
1. Lembaga survei harus mendapatkan pengawasan secara intensif dari
Pemerintah dan pemerintah melakukan kebijakan terhadap lembaga survei.
2. Merumuskan dan membuat suatu peraturan perundang-undangan yang
mengatur masalah lembaga survei karena dampak yang di timbulkan oleh
lembaga survei cukup luas.
3. Lembaga survei yang melakukan perhitungan cepat untuk pemilihan
umum seharusnya mempunyai dana mandiri sehingga lembaga survei
memiliki kemandirian dalam hal dana, sehingga kepercayaan yang di
timbulkan oleh lembaga survei yang melakukan perhitungan cepat pun
semakin tinggi dan menjadi lembaga yang idenpenden yang tidak
Tempat, Tanggal Lahir : Sukabumi, 30 Januari 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : (WNI) Indonesia
Alamat (rumah) : Jln. Nagrak-Sukabumi No. 7 RT 003//003, Cibadak-Sukabumi.
Telepon (rumah) : (0266) 532708
Alamat (bandung) : Jln. Babakan jeruk 1 No. 88, Bandung
No handphone : 0857 2209 1908
Email : sailorila30@ymail.com
Data Pribadi Mahasiswa
Nama : Saila Ainillah
NRP : 1187063
Fakultas/Jurusan : Hukum/Bisnis dan Investasi Universitas Kristen Maranatha
Bandung
Angkatan : 2011
Latar Belakang Pendidikan
Formal
1998 – 1999 : TKS Proklamasi 1945 Sukabumi
1999 – 2005 : SDS Proklamasi 1945 Sukabumi
2005 – 2008 : SMP Negeri 1 Cibadak
Pengalaman : Menjadi Mahasiswa Magang Perpustakaan UKM 2013-1014
Demikian daftar riwayat hidup yang saya buat dengan keadaan sebenarnya dan sejujur-jujurnya.
Bandung, 7 Mei 2015
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Abdulkadir Muhammad, hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2004.
Amrah Muslimin, Beberapa Asas dan Pengertian Pokok Tentang
Administrasi dan Hukum Administrasi, Bandung: Alumni, 1985.
Arus Akbar Silondae dan Wirawan B Ilyas, Pokok-pokok Hukum Bisnis,
Jakarta: Salemba empat, 2011.
Chindir Ali, Badan Hukum, Bandung: Alumni, 2014.
Creswell, John W. Educational Research: Palnning, Conducting, and
Evaluating Quantitative and Qualitatif Research. Jakarta: ghalia,
2008.
Elias M Awad, System Analyziz and Design, Malaysia: lllinois Irwin Book,
1979.
Estok M Nevitte N dan Cowan G. The Quick Count and Election
Observation. Washington: NDI, 2002.
Freidrich Julius Stahl dalam Astim Riyanto, Teori Konstitusi, Bandung:
Yapemdo, 2006.
H.Bohari, Pengawasan Keuangan Negara. Jakarta: Rajawali Press, 1999.
Hamzah Hatrik, Asas Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Hukum
Pidana Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo, 1996.
Janus Sidabalok, Hukum Perusahaan: Analisis Tehadap Peran Perusahaan
Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional Di Indonesia, Bandung:
Penerbit Nuansa Aulia 2012.
Jimly Asshiddiqie dan M. ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum,
Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi RI (cetakan pertama), 2006.
Khairunnisa, Kedudukan, Peran dan Tanggung Jawab Hukum Direksi,
Medan: Pasca Sarjana, 2008.
Koentjoroningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1989.
Komariah, Edisi Revisi Hukum Perdata, Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang, 2001.
Michael Stoddard, NDI: Handbook “How Domestic Organizations
Monitor Elections An A to Z Guide” National Democratic Institute
For International Affairs, NDI: National Endownet For Democracy,
2000
Miriam Budiardjo, Edisi Revisi: Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Moh Mahfud MD, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia (Edisi
Revisi), Jakarta: Renaka Cipta, 2000.
---, Politik Hukum di Indonesia Ed. Revisi, Jakarta:
Rajagrafindo Persada Rajawali Pers.
Merphin Panjaitan, Logika Demokrasi: Menyongsong Pemilihan Umum
2014 Edisi Kedua, Jakarta: Permata Aksara, 2013.
Muchsan, Sistem Pengawasan Terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah
dan Peradilan Tata Usaha Negara, Yokyakarta:Liberty, 1992.
Muhammad Abdul Kadir, Hukum Perusahaan Indonesia, Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2010.
Muladi dan Dwidja Priyatno, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi
(edisi revisi), Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum: Edisi Revisi, Jakarta: Kencara
Prenada Media Group, 2010.
Prjajudi S Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Ghalia
R Subekti dan R Tjitrosudibio, Kitab Undang-undang Hukum Dagang dan
Undang-Undang Kepailitan, Pasal 36: KUHD, Jakarta: pradnya
paramita,1959
Ronny Hanitijo Soemitro. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri.
Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994.
Scheaffer RL (et.al), Elementary Survei Sampling, Boston: PWSKent,
1990.
Shrode William A dan Dan Voich, Organization and Management : Basic
System Concepts, Malaysia: Irwin Book, 1974.
Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Perusahaan Mengenai Bentuk-Bentuk
Perusahaan (Badan Usaha) Di Indonesia, Bandung: Mandar Maju,
1997.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas
Indonesia, 2005.
---, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2005.
Widiyono, Wewenang dan Tanggung Jawab, Bogor: Ghalia Indonesia,
2004.
Y. Sri Pudyatmoko, Perizinan, Problem dan Upaya Pembenahan, Jakarta:
PT.Gramedia Widiarsana Indonesia, 2009.
Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum Bahasa: Indonesia, Belanda, Inggris,
Edisi Lengkap, Semarang: Aneka Ilmu, 2008.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan
perundang-undangan.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Tata
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
Paraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 13 tahun 2013 tetang
Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum.
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 19 Tahun 2014 Tentang
Pemungutan dan Perhitungan Suara di Tempat Pemungutan Suara dalam
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014.
C. LAMAN
Hukum dan Politik di dalam Praktek Penyelaenggaraan Negara"
(Makalah disampaikan pada Studium Generate Universitas
Muhammadiyah), Jakarta, 20 Mei 1994.
Sedarmayanati, Good Governance (Kepemerintahan yang baik) Bagian
Meningkatan Produktivitas Menuju Good Governance
(Kepemerintahan Yang Baik), Bandung: Mandar Jaya, 2004.
Kismiantini, “Pengumpulan Data Dengan Quick Count dan Exit Poll”,
Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri
Yogyakarta, 2011.
Apri Amalia, “Tanggungjawab Rumah Sakit Terhadap Pasien Tanpa
Identitas (Studi RSUD DR. Pirngadi Medan)”, Medan: Universitas