• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tesis Eva Nurhidayati S 541208024

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tesis Eva Nurhidayati S 541208024"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH ASAL JURUSAN DAN KOMPETENSI DOSEN TERHADAP

PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PRODI DIII KEBIDANAN

UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP

TESIS

Disusun untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh: Eva Nurhidayati

S 541208024

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014

(2)

ii

PENGARUH ASAL JURUSAN DAN KOMPETENSI DOSEN TERHADAP

PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PRODI DIII KEBIDANAN

UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP

TESIS

Disusun Oleh:

Eva Nurhidayati

S 541208024

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr. MM. M. Kes, PAK... ...

Pembimbing IIDr.Hari Wujoso, dr, Sp. F, MM ... ...

Telahdinyatakanmemenuhisyarat Padatanggal ...Agustus 2014

Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga MinatUtamaPendidikanProfesiKesehatan

Program Pascasarjana UNS

Dr. dr. HariWujoso, Sp.F. MM NIP.196210221995031001

(3)

iii

PENGARUH ASAL JURUSAN DAN KOMPETENSI DOSEN TERHADAP

PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PRODI DIII KEBIDANAN

UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP

Nama TandaTangan Tanggal

Ketua

Dr. dr. HariWujoso, Sp.F. MM NIP.196210221995031001

Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga MinatUtamaPendidikanProfesiKesehatan

Progam Pascasarjana UNS

Dr. dr. HariWujoso, Sp.F. MM NIP.196210221995031001

(4)
(5)

v

Eva Nurhidayati, Pengaruh Asal Jurusan Dan Kompetensi DosenTerhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan Universitas Wiraraja Sumenep. TESIS. Didik Tamtomo, Hari Wujoso. vhava_06@yahoo.com

ABSTRAK

Latar belakang : Permasalahan utama yang dihadapi dunia pendidikan dewasa ini adalah rendahnya pencapaian prestasi belajar mahasiswa. Asal jurusan mahasiswa merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar. Selain itu kompetensi dosen juga merupakan faktor yang mempengaruhi dalam pencapaian prestasi belajar.

Metode penelitian : desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelasional dengan rancangan cross-sectional. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester III Prodi DIII Kebidanan Universitas Wiraraja tahun 2013-2014 sebanyak 52 mahasiswa. Alat pengumpulan data berupa kuesioner. Analisis data menggunakan uji Regresi linier berganda. Hasil : hasil dalam penelitian ini bahwa terdapat pengaruh asal jurusan mahasiswa dan kompetensi dosen terhadap prestasi belajar dengan nilai t hitungnya lebih besar dari t tabel (3,642> 2,920). Terdapat pengaruh antara asal jurusan mahasiswa terhadap prestasi belajar dengan nilai probability menunjukkan nilai lebih kecil dari nilai α yang diharapkan (ρ < 0,05). terdapat pengaruh antara kompetensi dosen terhadap prestasi belajar dengan nilai probability menunjukkan nilai lebih kecil dari nilai α yang diharapkan (ρ < 0,05). Ada Pengaruh Asal Jurusan Mahasiswa Dan Kompetensi Dosen Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa di Prodi DIII Kebidanan Universitas Wiraraja Sumenep dengan nilai probability menunjukkan nilai lebih kecil dari nilai α yang diharapkan ( ρ< 0,05)

Kesimpulan : Ada Pengaruh Asal Jurusan Dan Kompetensi Dosen Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa di Prodi DIII Kebidanan Universitas Wiraraja Sumenep.

Kata Kunci : Asal Jurusan, Kompetensi Dosen dan Prestasi Belajar

(6)

vi

Eva Nurhidayati, The Influence Of Student’s Origin Majors And Lecturer’s Competence Toward Education Achievement On University Student In D-Iii Faculty Of Midwifery Wiraraja University. TESIS. Didik Tamtomo, Hari Wujoso. vhava_06@yahoo.com

ABSTRACTION

BACKGROUND OF STUDY: Main problem faces education world nowadays is the low level on University Student’s achievement. Origin major of the Student is one of the factors which influence on the educational achievement beside lecturer’s competence.

RESEARCH METHODOLOGY: Research design use in this research is Cross sectional as correlational analytic. While respondents population are 52 taken from third semester students in D-III Faculty Of Midwifery Wiraraja University year 2013 – 2014. And instrument use to collect data is in form of Questioner. Further, the data is analyzed by using Double Linier Regression test.

RESULT OF THE RESEARCH: Result of this research is known that there is significant influence between student’s origin major and the lecturer’s competence toward University student’s education achievement by t amount is more than t table on 3,642 > 2,920. So there is influence between origin major toward student achievement with the probability less than expectation α on ρ < 0,05. Also there is influence between lecturer’s competence toward University student’s education achievement with the probability less than expectation α on ρ < 0,05.

CONCLUSION: From the research it is concluded that there is influence between student’s origin majors and lecturer’s competence toward education achievement on university student in D-III Faculty Of Midwifery Wiraraja University.

KEYWORD : origin majors, lecturer’s competence, educational achievement

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat Rahmat dan KaruniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis dengan judulPengaruh Asal Jurusan Mahasiswa Dan Kompetensi Dosen Terhadap Prestasi Belajar Kebidanan Universitas Wiraraja Sumenep”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah ke zaman penuh ilmu dan teknologi seperti sekarang ini.

Terwujudnya tesis ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menempuh ProgramPascasarjana Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Hari Wujoso, dr. Sp.F, M.M selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran

Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan dan selaku pembimbing II

yang telah memberikan dorongan, bimbingan, dan arahan kepada penulis

dalampenyusunan tesis.

(8)

viii

4. Ari Natalia Probandari, dr. M.P.H, Ph.D, selaku Sekretaris Program Studi Magister

Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan.

5. Prof. Dr. dr. Didik Tamtomo, selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyusun tesis ini.

6. dr. S. Susianto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja

Sumenep yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di

Prodi D III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja Sumenep.

7. Semuaresponden penelitian di Prodi DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Wiraraja Sumenep, atas kerjasamanya dan kesediaannya menjadi

responden penelitian.

8. Almarhum Bapak, Ibunda tercinta dan suami tercinta serta semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Sumenep, Agustus 2014

Penulis

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

ABSTRAK ... iv

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi belajar ... 14

e. Sistem evaluasi perkuliahan ... 23

3. Konsep Kompetensi ... 31

a. Karakteristrik dan unsur kompetensi ... 32

b. Kompetensi dosen ... 38

(10)

x

B. Relevansi Penelitian... ... 68

C. Kerangka Pikir ... 69

D. Hipotesis ... 70

BAB III METODE PENELITIAN ... 70

A. Tempat dan Waktu ... 70

B. Jenis Penelitian ... 70

C. Populasi dan sampel ... 70

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 71

E. Tehnik dan Instrumen Untuk Mengumpulkan Data ... 72

F. Pengolahan Data ... 73

G. Uji Validitas dan Reabilitas... 74

H. Tehnik Analisa Data ... 76

I. Etika Penelitian ... 77

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...79

A. Deskripsi Daerah Penelitian ... 79

B. Deskripsi Hasil Data Penelitian ... 79

C. Uji Hipotesis ... 82

D. Pembahasan ... 85

BAB VKESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...90

A. Kesimpulan ... 90

B. Implikasi ... 90

C. Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA

(11)

xi

DAFTAR SINGKATAN

IPA : Ilmu Pengetahuan Alam

IPS : Ilmu Pengetahuan Sosial

IPK : Indeks Prestasi Mahasiswa

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Salah satu tujuan didirikannya negara ini dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Kehidupan bangsa yang cerdas hanya bisa dicapai melalui sistem pendidikan yang baik dengan melakukan upa-upaya pendidikan untuk mencapai tujuan dan cita-cita yang luhur itu. Untuk lebih mudah mencapai tujuan negara tersebut, Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional maka dirumuskan tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (UU No. 20 tahun 2003).

Pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas melaui pendidikan menekankan pembentukan sumber daya manusia yang memiliki etos kerja yang tinggi, produktif, profesional dan manpu menguasai serta memanfaatkan ilmu pengetahuan.

Kegiatan belajar merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran. Mahasiswa kebidanan Universitas Wiraraja Sumenep berasal dari macam-macam jurusan, diantaranya adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dimana masing-masing mempunyai kompetensi yang berbeda, Hal ini akan mempengaruhi

1

(13)

2

mahasiswa dalam mendalami materi perkuliahan dan prestasi belajar (Dokumentasi Wiraraja 2013).

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Dan belajar juga merupakan aktifitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalamanpengalaman. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya (Baharuddin, 2008).

Dari data Indeks Prestasi Mahasiswa (IPK) mahasiswa semester II Prodi DIII Kebidanan Universitas Wiraraja 2013 ditemukan pencapaian prestasi belajar pada mahasiswa semester II, dimana dari 60 mahasiswa angkatan 2012 - 2013, hanya 30 % yang mendapat Indeks Prestasi Mahasiswa (IPK) 2,76 sampai 3,50 . Sedangkan 66,67% mahasiswa mendapat Indeks Prestasi Mahasiswa (IPK) 2,00 sampai 2,75 dan 3,33% mahasiswa mendapat IPK < 2,00. Setelah dilihat lebih jauh, rendahnya Indeks Prestasi Mahasiswa (IPK) mahasiswa angkatan 2012 dan 2013 ternyata tidak hanya terjadi pada semester ini saja, namun nilai Indeks Prestasi Mahasiswa (IPK) juga terjadi pada semester sebelumnya. Kondisi tersebut merupakan sebuah koreksi bagi seorang dosen sebagai seorang pendidik karena dengan rendahnya pencapaian prestasi belajar mahasiswa semester III memcerminkan suatu proses pendidikan dan pembelajaran yang gagal.

Hal yang menimbulkan masalah adalah tentang tingkat penguasaan teori mahasiswa yang notabene berasal dari beragam reportoar kognitif dan jurusan pendidikan sebelumnya. Perbedaan tersebut tampak pada input

(14)

3

mahasiswa yang berasal dari jurusan yang berbeda-beda. Sebagian dari mereka berasal dari Sekolah Menengah Atas (SMA) jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), sebagian lagi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Hal itu berdampak pada perbedaan tingkat intelegensi atau daya serap materi dan motivasi berprestasi mereka sehingga memengaruhi prestasi belajar mereka, (Fitria, 2009).

Berkaitan dengan pretasi belajar, Imran (1996) menyatakan dalam bukunya bahwa tingginya motivasi berprestasi berhubungan dengan tingginya pretasi belajar. Dalam proses belajar mengajar motivasi sangat besar peranannya terhadap pretasi belajar. Motivasi dapat menumbuhkan minat belajar, begitu pula kwalitas dosen pengajar yang kompeten sesuai dengan bidangnya sangat memberikan konstribusi aktif dalam menumbuhkan semangat motivasi masiswa untuk menggapai prestasi belajar.

Menurut Surya dalam Ridwan (2006), Dosen berfungsi sebagai mitivator mahasiswa, harus mampu untuk (1) membangkitkan dorongan mahasiswa untuk belajar, (2) menjelaskan secara konkrit kepada mahasiswa tentang tujuan akhir yang harus dicapai setelah pembelajaran, (3) memberikan reward untuk pretasi yang dapat dicapai dikemudian hari dan (4) membuat regulasi atau aturan perilaku mahasiswa yang diharapkan. Dalam proses belajar mengajar di perguruan tinggi sekalipun, motivasi para mahasiswa sangatlah penting, karena hasil belajar mahasiswa akan menjadi optimal jika ada motivasi yang tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat Hawlwy (Ridwan, 2006) yang menyatakan bahwa para mahasiswa yang memiliki motivasi yang tinggi, belajar lebih baik dibandingkan dengan para

(15)

4

mahasiswa yang memiliki motivasi rendah. Untuk tetap memelihara motivasi demi mencapai prestasi mahasiswa perilaku dosen menjadi penting diperhatikan saat terjadi proses belajar mengajar.

Dari uraian latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitan tentang “Pengaruh Asal Jurusan Mahasiswa dan Kompetensi Dosen Terhadap Prestasi belajar Mahasiswa di Prodi Kebidanan Universitas Wiraraja Sumenep.

B.Rumusan Masalah

Asal jurusam Mahasiswa Kebidanan Universitas Wiraraja Sumenep dan kompetensi dosen merupakan stimulan yang dapat berpengaruh terhadap prestasi mahasiswa. Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah “Apakah ada Pengaruh Asal Jurusan Mahasiswa Dan Kompetensi Dosen Terhadap Prestasi Belajar Kebidanan Universitas Wiraraja Sumenep?”

C.Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Untuk menganalisis Pengaruh Asal Jurusan Mahasiswa dan Kompetensi Dosen Terhadap Prestasi belajar Mahasiswa di Prodi Kebidanan universitas Wiraraja Sumenep.

b. Tujuan Khusus

1. Menganalisis Pengaruh asal jurusan mahasiswa IPA dan IPS terhadap prestasi belajar mahasiswa kebidanan Universitas Wiraraja Sumenep.

(16)

5

2. Menganalisis Pengaruh kompetensi dosen terhadap prestasi belajar mahasiswa Kebidanan Universitas Wiraraja Sumenep

3. Menganalisis pengaruh asal jurusan mahasiswa dan kompetensi dosen terhadap prestasi belajar kebidanan Universitas Wiraraja Sumenep.

D. Manfaat Penelitian

Kegunaan atau manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian tentang Pengaruh asal jurusan mahasiswa Dan Kompetensi Dosen Terhadap Prestasi Belajar Kebidanan Universitas Wiraraja Sumenep ini sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah:

a. Dapat mengetahui ada pengaruh atau tidak ada pengaruh asal jurusan mahasiswa Dan Kompetensi Dosen Terhadap Prestasi Belajar Kebidanan Universitas Wiraraja Sumenep.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan dan sumber data dosen, Pembantu Direktur Bidang Akademik, dan Direktur Akademi Kebidanan Universitas Wiraraja Sumenep guna perbaikan dan peningkatan dalam seleksi penerimaan Mahasiswa baru, serta kepada dosen tidak hanya bertugas sebagai pengajar, dalam arti hanya menyampaikan ilmu atau bahan ajar tanpa memperhatikan kelebihan atau kekurangan yang dialami oleh Mahasiswa karena ada perbedaan asal jurusan Mahasiswa

(17)

6

b. Dari hasil penelitian ini hendaknya dosen dipacu untuk menerapkan tugasnya sebagai pendidik sekaigus pembimbing agar masalah-masalah yang dihadapi oleh mahasiswa dapat diatasi, dengan atau tanpa bantuan dosen sehinggan hasil PMB akan menhadi optimal sesuai dengan kemampuan mahasiswa.

c. Sebagai bahan pertimbangan bagi yayasan atau Manajemen Prodi Kebidanan Universitas Wiraraja Sumenep dalam proses penerimaan Mahasiswa baru terutama dalam status asal jurusan calon Mahasiswa baru.

(18)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Kajian Teori

1. Asal Jurusan Mahasiswa

Sepanjang perkembangan Pendidikan formal di Indonesia teramati bahwa penjurusan di SMU telah dilaksanakan sejak awal kemerdekaan yaitu tahun 1945 sampai sekarang, yang dipilah menjadi Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Bahasa. Pergantian kurikulum dari tahun ke tahun, mulai dari kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, 1994, sampai dengan yang terakhir yaitu kurikulum 2004, tetap memberlakukan penjurusan sebagai bagian integral untuk mencapai tujuan pendidikan yakni mewujudkan potensi anak sesuai dengan kemampuannya pada masing- masing gugus ilmu pengetahuan.

a. Pengertian IPS

(19)

8

tentang masyarakat”. Dalam mengkaji masyarakat, guru dapat melakukan

kajian dari berbagai perspektif sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geokrafi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.

Nu’man Soemantri menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran

ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Penyederhanaan mengandung arti: a) menurunkan tingkat kesukaran ilmu-ilmu sosial yang biasanya dipelajari di universitas menjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir siswa siswi sekolah dasar dan lanjutan, b) mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu-ilmu sosial dan kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran yang mudah dicerna.

S. Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran

(20)

9

manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.

Tim IKIP Surabaya mengemukakan bahwa IPS merupakan bidang studi yang menghormati, mempelajari, mengolah, dan membahas hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah human relationship hingga benarbenar dapat dipahami dan diperoleh pemecahannya. Penyajiannya harus merupakan bentuk yang terpadu dari berbagai ilmu sosial yang telah terpilih, kemudian disederhanakan sesuai dengan kepentingan sekolah-sekolah. Dengan demikian, IPS bukan ilmu sosial dan pembelajaran IPS yang dilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat, yang bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masingmasing. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian siswa dan siswi yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia. Dengan bertolak dari uraian di depan, kegiatan belajar mengajar IPS membahas manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswa dan siswi.

(21)

10

Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh memahami apa dan bagaimana bidang studi IPS itu.

b. Pengertian IPA

IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998:23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”.

Menurut Abdullah (2007:18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan dididapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di sempurnakan.

Dalam pembelajaran IPA mencakup semua materi yang terkait dengan objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya. IPA terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi dan Kimia. Pada apek Fisika IPA lebih memfokuskan pada benda-benda tak hidup. Pada sapek Biologi IPA mengkaji pada persoalan yang terkait dengan makhluk

(22)

11

hidup serta lingfkungannya. Sedangkan pada aspek Kimia IPA mempelajari gejala-gejala kimia baik yang ada pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam.

Dari uraian di atas mengenai pengertian pendidikan dan IPA maka pendidikan IPA merupakan penerapan dalam pendidikan dan IPA untuk tujuan pembelajaran termasuk pembelajaran di SMP.

Pendidikan IPA menurut Tohari (2008), merupakan “usaha untuk menggunakan tingkah laku siswa hingga siswa memahami proses-proses IPA, memiliki nilai-nilai dan sikap yang baik terhadap IPA serta menguasi materi IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hokum dan teori IPA”.

Pendidikan IPA menurut Sumaji (1998:46) merupakan “suatu ilmu

pegetahuan social yang merupakan disiplin ilmu bukan bersifat teoritis melainkan gabungan (kombinasi) antara disiplin ilmu yang bersifat produktif”.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA merupakan suatu usha yang dilakukan secara sadar untuk mengungkap gejala-gejala alam dengan menerapkan langkah-langkah ilmiah serta untuk membentuk kepribadian atau tingkah laku siswa sehingga siswa dapat memahami proses IPA dan dapat dikembangkan di masyarakat.

2. Pretasi Belajar Siswa

a. Pengertian Prestasi

Menurut pendapat (Syaiful Bahri Djamarah: 2012) tentang pengertian prestasi adalah “hasil dari suatu kegiatan yang telah

dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok”.

(23)

12

Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan.

Aadesanjaya (2012), “prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu”.

Dari beberapa pengertian prestasi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah bukti dari suatu hasil kegiatan yang dapat dicapai baik individu maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Prestasi didapat dari kerja keras dan keuletan.

b. Pengertian Belajar

M. Dalyono (2005: 49) berpendapat bahwa “belajar adalah suatu

usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya”. Menurut W. S.

Winkel (2004: 59) “belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas”.

Santrock dan Yussen (dalam Sugihartono, dkk., 2007: 74) mendefinisikan belajar “sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman”. Pengertian belajar dikemukakan oleh

(24)

13

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Menurut Witherington dalam Ngalim Purwanto (2007: 84) “belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan

diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu perintah”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan yang relatif bersifat permanen yang berasal dari pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan.

c. Prestasi Belajar

Muhibbin Syah (2011: 141), ”prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program”. Prestasi belajar yang dicapai siswa adalah sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Prestasi belajar ini digunakan untuk menilai hasil pembelajaran para siswa pada akhir jenjang pendidikan tertentu.

“Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari

perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik” (Nana Syaodih

2003: 102-103). Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut di sekolah dilambangkan dengan angka-angka atau huruf. Sedangkan Oemar Hamalik (2005: 159) mengartikan

(25)

14

“prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan

tingkah laku siswa”.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Secara umum, menurut Toto Ruhimat, dkk (2011), hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri siswa. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berada di luar diri siswa. Yang tergolong faktor internal adalah:

1. Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh, dan sebagainya.

2. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan meliputi: a) Faktor intelektual terdiri atas:

1) Faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat. 2) Fakor aktual yaitu kecakapan nyata dan prestasi.

b) Faktor non-intelektual yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dan sebagainya.

c) Faktor kematangan baik fisik maupun psikis. Yang tergolong faktor eksternal adalah:

1) Faktor sosial yang terdiri atas: a) Faktor lingkungan keluarga b) Faktor lingkungan sekolah. c) Faktor lingkungan masyarakat.

(26)

15 d) Faktor kelompok.

2) Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan danteknologi, kesenian dan sebagainya.

3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,iklim, dan sebagainya.

4) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.

Menurut Nana Sudjana (2005: 39), “hasil belajar yang dicapai

siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan”. Faktor yang

datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor dari luar diri siswa adalah lingkungan belajar, yang paling dominan salah satunya adalah kualitas pengajaran.

Menurut Djaali H (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu:

1. Faktor Dari Dalam Diri

a. Kesehatan, apabila kesehatan sering terganggu dengan sering sakit kepala, pilek, demam dan lain-lain, maka hal ini dapat membuat tidak bergairah untuk mau belajar, secara psikologi, gangguan pikirandan perasaan kecewa karena konflik juga dapat mempengaruhi proses belajar b. Intlegensi, faktor intlegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Menurut Gardner dalam teori Multiple Intellegence,

intlegensi memiliki tuju dimensi yang semiotonom, yaitulinguistik,

(27)

16

musik, matematik logis, visual spesial, kinestik fisik, sosial interpersonal dan intrapersonal

c. Minat dan motivasi, minat yang besar terhadap sesuatu terutama dalam belajar akan mengakibatkan proses berlajar lebih mudah dilakukan, motivasi merupakan dorongan agar mau melakukan sesuatu, motivasi bisa berasal dari dalam diri ataupun daluar lingkungan.

d. Cara belajar, perlu untuk diperhatikan bagaimana teknik belajar, bagaimana bentuk catatan buku, pengaturan waktu belajarm tempat sert fasilitas belajar.

2. Faktor Dari Lingkungan

a. Keluarga, situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak. Pendidikan orang tua, status ekonomi, rumah, hubungan dengan orang tua dan suadara, bimbingan orang tua, dukungan orang tua, sengat mempengaruhi prestasi belajar.

b. Sekolah, tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat kelas, relasi teman sejolah, rasio jumlah murid perkelas, juga mempengaruhi dalam proses belajar mengajar.

c. Masyarakat, apabila masyarakat sekitar adalah masyrakat yang berpendidikan dan moran yang baik, hal ini dapat esbagai pemicu untuk lebih giat belajar.

d. Lingkungan sekitar, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas daniklim juga dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar.

(28)

17

Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut:

1. Faktor Internal

a. Faktor psikis (jasmani), kondisi umum jasmani dan tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam mengikuti pelajaran, begitu pula sebaliknya.

b. Faktor psikologis (kejiwaan), faktor yang termasuk aspek psikologi yang dapat mempengaruhi hasil belajar : intlegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi.

2. Faktor Eksternal

a. Lingkungan sosial, lingkungan sosial sekolah seperti guru atau dosen, staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi belajar seseorang.

b. Lingkungan non-sosial, faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu bwlajar yang digunakan.

3. Faktor Pendekatan Belajar

Disamping faktor-faktor internal dan eksternal sebagai mana dijelaskan diatas, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan peroses belajar tersebut. Cara guru dan

(29)

18

orang tua dalam mendidik anak juga berpengaruh besar terhadap minat belajar seseorang.

Menurut Muhibbin Syah (2008), faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:

1. Faktor internal ( faktor dari dalam siswa/pelajar) yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa atau pelajar.

2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa/pelajar) yaitu lingkungan siswa.

3. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa atau pelajar untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi pelajaran.

Menurut Sumadi Suryabrata (2000), secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal :

1. Faktor internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa/pelajar yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Faktor fisiologis

Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan panca indera:

1).Kesehatan badan

Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa/pelajar perlu memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik yang lemah dapat

(30)

19

menjadi penghalang bagi pelajar dalam menyelesaikan studinya. Dalam upaya memelihara kesehatan fisiknya, siswa/pelajar perlu memperhatikan pola makan dan pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya. Selain itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur.

2).Panca indera

Berfungsinya panca indera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa ini diantara panca indera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia dipelajri melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian, seorang pelajar yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi belajarnya disekolah atau akademik.

b. Faktor Psikologis

Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain adalah :

1. Intelligensi

Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa. Hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan sesuai tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Taraf

(31)

20

intelensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seseorang siswa, dimana siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki taraf inteligensi yang rendah diprkirakan juga akan memiliki prestasi yang rendah. Namun bukanlah sustu suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya.

2. Sikap

Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat merupakan faktor yang dapat menghambat siswa dalam menampilkan prestasi belajarnya.

3. Motivasi

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam gairah atau semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

2. Faktor Ekternal

Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa/ pelajar, ada hal-hal lain di luar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain adalah:

a. Faktor lingkungan keluarga 1). Sosial Ekonomi Keluarga

(32)

21

Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah

2). Pendidikan orang tua

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.

3). Perhatian Orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga.

Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemicu semangat berprestasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung, berupa pujian atau nasihat; namun secara tidak langsung, seperti hubungan keluarga yang harmonis.

b. Faktor Lingkungan Sekolah 1). Sarana dan prasarana

Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP, LCD akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar.

2). Kompetensi guru dan siswa

Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seseorang siswa merasa

(33)

22

kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik disekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang berkualitas, yang dapat memenuhi rasa ingintahunya, hubungan dengan guru dan teman-temannya berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar yang menyenagkan, dengan demikian, ia akan terdorong untuk terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.

3). Kurikulum dan metode mengajarnya

Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut. Metode pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran. c. Faktor Lingkungan Masyarakat

1). Sosial Budaya

Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan mempengaruhi kesungguahan pendidik dan peserta didik. Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan enggan mengirimkan anaknya kes ekolah dan denderung memandang rendah pekerjaan guru dan atau pengajar.

2). Partisipasi Terhadap Pendidikan

Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyrakat bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengatahuan.

d. Pengukuran Prestasi Belajar

(34)

23

Dalam dunia oendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu proses belajar dan mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi belajar bidang akademik disekolah-sekolah dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut dengan rapor. Dalam rapor dapat diketahui sejauhmana prestasi belajar seseorang siswa, apakah siswa tersebut berhasil atau gagal dalam suatu mata pelajaran. Didukung oleh pendapat Sumadi Suryabrata, bahwa rapor merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-muridny selama masa tertentu.

e. Sistem Evaluasi Perkuliahan

a. Jenis Evaluasi

Evaluasi mata kuliah dilakukan melalui Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester dan Penulisan Tugas Akademik.

1). Ujian Tengah Semester

Pelaksanaan Ujian Tengah Semester diadakan pada pertemuan minggu ke VIII.

2). Ujian Akhir Semester

Pelaksanaan Ujian Akhir Semester diadakan pada pertemuan minggu XVI.

3). Penulisan Tugas Akademik

(35)

24

Penulisan tugas akademik dapat berupa Kajian Kepustakaan, Komentar, Kritik, Resensi Buku, Laporan Studi Lapangan, Studi Kasus, dan Makalah. Setiap mahasiswa diwajibkan menulis tugas akademik sebanyak dua atau tiga sesuai dengan ketentuan mata kuliah masing-masing.

b. Persyaratan Mengikuti Ujian

1). Mahasiswa yang diperbolehkan mengikuti ujian adalah mereka yang mengikuti perkuliahan minimal 70 % dari jumlah tatap muka yang terselenggarakan.

2). Pada saat pelaksanaan Ujian, mahasiswa harus dapat menunjukkan Kartu Mahasiswa dan KSM.

c. Penilaian

1). Komponen dan Pembobotan

Komponen nilai akhir, terdiri dari:

1. Makalah atau tugas harian 60-70 % 2. UAS bobot 30 – 40 %

2). Pemberian Nilai

Nilai final dinyatakan dengan angka dan huruf yang merupakan jumlah nilai dibagi seluruh komponen seperti tersebut di atas.

d. Penyerahan Nilai

(36)

25

Dosen diharapkan menyerahkan nilai ujian paling lambat sepuluh hari setelah mata kuliah tersbut diujikan.

e. Pemberitahuan Nilai

Nilai Ujian Akhir Semester diumumkan dua minggu setelah pelaksanaan ujian mata kuliah yang bersangkutan.

f. Kartu Hasil Studi (KHS)

KHS adalah hasil evaluasi belajar mahasiswa dalam satu semester dan menunjukkan Indeks Prestasi Mahasiswa yang bersangkutan dan sebagai dasar pengambilan jumlah SKS pada semester berikutnya. Penyerahan KHS dilaksanakan tiga minggu setelah Ujian Akhir Semester dilaksanakan.

g. Transkrip Nilai

Transkrip nilai adalah hasil evaluasi belajar mahasiswa untuk keseluruhan mata kuliah yang telah ditempuh dan menunjukkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Mata kuliah dengan nilai D dan E boleh tidak diperhitungkan pada transkrip nilai sejauh bukan termasuk mata kuliah yang diwajibkan dan sisa kreditnya masih di atas 154 SKS. Transkrip nilai diberikan kepada mahasiswa untuk keperluan pengajuan judul dan ujian skripsi.

h. Indeks Prestasi (IP)

(37)

26

Indeks Prestasi (IP) adalah nilai rata-rata yang diperoleh mahasiswa setelah menempuh sejumlah mata kuliah. Indeks Prestasi dibedakan menjadi IP semester dan IP Kumulatif.

IP semester adalah IP yang perhitungannya berdasarkan mata kuliah-mata kuliah yang ditempuh selama satu semester tertentu.

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) adalah IP yang perhitungannya berdasarkan seluruh mata kuliah yang telah ditempuh.

Cara Menghitung IP dan IPK

Perhitungan IP :

Maksud dari rumus tersebut adalah bahwa Indeks Prestasi (IP) merupakan angka rata-rata yang diperoleh dari perhitungan yaitu :

"Jumlah perkalian nilai mata kuliah yang dicapai (N) dengan SKS yang ditempuh (K) dibagi dengan jumlah SKS yang diambil (K)". (Alimudin, 2009)

(38)

27

3. Sistem Evaluasi di Prodi D III Kebidanan fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja Sumenep.

a. Penyelenggaraan Tekhnis Pendidikan di di Prodi D III Kebidanan fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja Sumenep.

Kurikulum di Prodi D III Kebidanan fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja Sumenep.disusun berdasarkan kajian kompetensi yang disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan kesehatan, industri dan masyarakat pada saat ini dan masa mendatang serta memperhatikan standar yang dituntut oleh profesi.

b. Proses Belajar Mengajar

Penyelenggaraan program pendidikan di Prodi D III Kebidanan fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Wiraraja Sumenep mengacu pada Sistem Kredit Semester (SKS) yang dimodifikasi dengan sistem paket dan mewajibkan semua mahasiswa menempuh seluruh mata kuliah yang disajikan pada semester itu atau yang diprogramkan. Sistem Kredit Semester (SKS) adalah suatu sistem penyelenggaraan pendidikan dengan menggunakan satuan kredit semester (sks) untuk menyatakan beban studi mahasiswa, beban kerja dosen, pengalaman belajar, dan beban penyelenggaraan program.

c. Beban dan Masa Studi

(39)

28

kurangnya 6 semester atau 3 tahun, selambat- lambatnya 10 semester atau 5 tahun. Pengalaman belajar yang diperoleh selama satu semester melalui kegiatan terjadwal perminggu sebanyak 1 jam perkuliahan atau 2 jam praktikum atau 4 jam kerja lapangan, yang masing- masing diiringi oleh sekitar 1-2 jam kegiatan terstruktur dan sekitar 1-2 jam kegiatan mandiri. Yang dimaksud 1 jam adalah 50 menit. Jadwal kuliah diatur oleh masing- masing jurusan atau prodi berdasarkan kalender akademik yang berlaku.

d. Evaluasi Hasil Belajar

Untuk menilai kemampuan akademik mahasiswa dilakukan evaluasi meliputi 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

1). Jenis Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan salah satu atau kombinasi dari beberapa jenis evaluasi dibawah ini:

a). Ujian tulis, ujian praktek.

b). Tugas

d). Makalah

e). Seminar

f). Ujian tahap dilaksanakan setiap akhir semester genap yaitu Ujian Tahap I, II, dan III

2). Sistem Penilaian Hasil Belajar

(40)

29

Cara penilaian yang digunakan adalah PAP (Penilaian Acuan Patokan) dan nilai hasil belajar berupa nilai absolut atau nilai angka. Nilai absolut adalah nilai angka untuk masing- masing mata kuliah hasil dari beberapa evaluasi mata kuliah yang bersangkutan.

Nilai absolut ditentukan dengan rumus:

NA =

i i

f x

f.

Keterangan :

NA = Nilai akhir

fxi = bobot ke i

fi = nilai ke i

Nilai absolut/ nilai angka dari suatu mata kuliah ini dikonversikan ke skala nilai, kemudian kenilai mutu (AM) dan selanjutnya diberi huruf mutu (HM) dengan peringkat sebagai berikut:

Tabel: Konversi Nilai

Angka Absolut Angka Mutu Huruf Mutu

80< x ≤100 4 A

75< x ≤80 3,5 B+

68< x ≤75 3 B

59< x ≤68 2,5 C+

50< x ≤59 2 C

(41)

30

40< x ≤50 1 D

0< x ≤40 0 E

Sumber : Buku Panduan Akademik FIK Universitas Wirarja Sumenep

3). Pencapaian Prestasi Semester

Indek Prestasi atau IP semester pada sistem SKS adalah nilai dari gabungan mata kuliah yang dicapai oleh mahasiswa pada semester yang bersangkutan, dihitung dengan rumus sebagai berikut:

IPs=

SKS

dalam semester

MK SKS x AM

1

Keterangan :

AM = Jumlah sks mata kuliah pada semester x angka mutu

SKS= Jumlah sks pada semester tersebut

b). Evaluasi Akhir Studi (Indeks Prestasi Kumulatif/ IPK)

Evaluasi akhir studi merupakan evaluasi dari nilai semester I sampai semester IV atau Indeks Prestasi Komulatif (IPK) yaitu prestasi yang dicapai mahasiswa dari seluruh program kuliah yang telah ditempuh. Mahasiswa dinyatakan lulus pada akhir studi bila mencapai nilai IPK minimal 2,00.

c). Evaluasi Akhir Program dan Predikat Kelulusan

(42)

31

Untuk menentukan predikat kelulusan didasarkan pada nilai IPK dan IPK Ujian Akhir diperoleh dari IP Semester 1 sampai dengan semester 6/ total SKS. Predikat kelulusan terdiri dari 3 tingkat, yaitu: memuaskan, sangat memuaskan dan dengan pujian. Dasar penentuan predikat kelulusan sesuai dengan SK. Mendiknas nomor 232/U/2000 adalah sebagai berikut:

a). IPap 2,00 - < 2,76 : Memuaskan

b). IPap 2,76 - <3,51 : Sangat Memuaskan

c). IPap 3,51- 4,00 : Dengan Pujian.

Keterangan :

IPap : Indeks Prestasi Akhir Program

3. Konsep Kompetensi

"Kompetensi" merupakan istilah kunci dalam penelitian ini. Kata "kompetensi" berasal dari bahasa Inggris competence, yang berarti kemampuan, keahlian, wewenang dan kekuasaan. Hornby (1982 : 172) mengartikan

competence sebagai person having ability, power, authority, skill, knowledge to do what is needed.. Bertolak dari pengertian ini maka kompetensi dapat diberi makna, orang yang memiliki kemampuan, kekuasaan, kewenangan, keterampilan, pengetahuan yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas tertentu.

(43)

32

menurut Kepmendiknas 045/U/2002, kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu.

1. Karakteristik dan Unsur Kompetensi

Dengan menyimak makna kompetensi tersebut di atas, maka dapat dimaklumi jika kompetensi itu dipandang sebagai pilarnya kinerja dari suatu profesi. Hal itu mengandung implikasi bahwa seorang professional yang kompeten itu harus dapat menunjukkan karakteristik utamanya, antara lain: a. Mampu melakukan sesuatu pekerjaan tertentu secara rasional. Dalam arti,

ia harus memiliki visi dan misi yang jelas mengapa ia melakukan apa yang dilakukannya berdasarkan analisis kritis dan pertimbangan logis dalam membuat pilihan dan mengambil keputusan tentang apa yang dikerjakannya.

b. Menguasai perangkat pengetahuan (teori dan konsep, prinsip dan kaidah, hipotesis dan generalisasi, data dan informasi, dan sebagainya) tentang seluk beluk apa yang menjadi bidang tugas pekerjaannya.

c. Menguasai perangkat keterampilan (strategi dan taktik, metode dan teknik, prosedur dan mekanisme, sarana dan instrumen, dan sebagainya) tentang cara bagaimana dan dengan apa harus melakukan tugas pekerjaannya. d. Memahami perangkat persyaratan ambang (basic standars) tentang

ketentuan kelayakan normatif minimal kondisi dari proses yang dapat ditoleransikan dan kriteria keberhasilan yang dapat diterima dari apa yang dilakukannya.

(44)

33

e. Memiliki daya (motivasi) dan citra (aspirasi) unggulan dalam melakukan tugas pekerjaannya. Ia bukan sekedar puas dengan memadai persyaratan minimal, melainkan berusaha mencapai yang sebaik mungkin (profesiencies).

f. Memiliki kewenangan (otoritas) yang memancar atas penguasaan perangkat kompetensinya yang dalam batas tertentu dapat didemonstrasikan (observable) dan teruji (measurable), sehingga memungkinkan memperoleh pengakuan pihak berwenang (certifiable). (Syahidin, 2008 :5-6)

Menurut Johnson (1974) pada setiap kompetensi itu pada dasarnya terdapat enam unsur, yaitu:

a. Performance component, yaitu unsur kemampuan penampilan kinerja yang nampak sesuai dengan bidang keprofesiannya (dalam hal ini teaching), b. Subject component, yaitu unsur kemampuan penguasaan bahan/substansi

pengetahuan yang relevan dengan bidang keprofesiannya sebagai prasyarat (enabling competencies) bagi penampilan komponen kinerjanya,

c. Professional component, yaitu unsur kemampuan penguasaan substansi pengetahuan dan keterampilan teknis sesuai dengan bidang keprofesiannya sebagai prasyarat bagi penampilan kinerjanya,

d. Process component, yaitu unsur kemampuan penguasaan proses-proses mental (intelectual) mencakup proses berfikir (logis, kritis, rasional, aktif) dalam pemecahan masalah, pembuatan keputusan, dan sebagainya, sebagai prasyarat bagi penampilan kinerjanya,

(45)

34

e. Adjustment component, yaitu unsur kemampuan penyerasian dan penyesuaian diri berdasarkan karakteristik pribadi pelaku dengan tugas penampilan kinerjanya,

f. Attitudes component, yaitu unsur komponen sikap, nilai, kepribadian pelaku sebagai prasyarat yang fundamental bagi keseluruhan perangkat komponen kompetensi lainnya bagi terwujudnya komponen penampilan kinerja keprofesiannya.

Titik Sumarti (2008), menyebutkan bahwa berdasarkan Kepmendiknas no. 232/U/2000, kompetensi dibangun berdasarkan empat pilar pendidikan yaitu :

a. Landasan kemampuan pengembangan kepribadian (to know),

b. Kemampuan penguasaan ilmu dan keterampilan ( know how and know why), dan kemampuan berkarya ( know to do)

c. Kemampuan mensikapi dan berperilaku dalam berkarya sehingga dapat mandiri, menilai dan mengambil keputusan secara bertanggung jawab (To be).

d. Dapat hidup bermasyarakat dengan bekerjasama, saling menghormati dan menghargai nilai-nilai pluralisme, dan kedamaian (to live together).

Dalam memahami standar kompetensi guru, menurut Udin Saud dkk (2008), perlu diperhatikan sosok dari core competency yang ditelusuri dari dua sisi. Sisi pertama adalah pengupayaan beranjaknya profil kompetensi guru dari nuansa content transmission di satu pihak menjadi kepada yang lebih berorientasi kepada pembentukan profil kompetensi secara utuh sehingga lebih berpeluang memfasilitasi pembentukan profil kompetensi yang dituntut untuk

(46)

35

menggelar berbagai kegiatan pembelajaran yang mendidik di pihak lain. Dengan kata lain, sepintas penggunaan label knowledge (pengetahuan) untuk ketiga pilahan ini memang mengesankan kesejajaran sehingga cukup ditansmisikan saja sebagai informasi yang merupakan ciri khas pendekatan

content transmission. Namun apabila didalami lebih jauh akan menjadi jelas bahwa kandungan maknanya berbeda-beda tingkatannya. Sedangkan sisi kedua yang perlu diperhatikan adalah profil kemampuannya sendiri termasuk tingkat ke-umum-an (level of generality) yang dapat disepakati. Artinya profil kemampuan tersebut hendaknya cukup utuh namun cukup ringkas rinciannya sehingga menampilkan sosok yang menyeluruh (holistic) namun cukup luwes sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut untuk menyesuaikannya ke dalam berbagai konteks terapan. Dalam membicarakan standar kompetensi guru, perlu diperhatikan alur pikir berikut. Pertama-tama, apabila pekerjaan guru memang dikehendaki menjadi pekerjaan professional dalam arti layanan ahlinya itu mengemban missi sosial - budaya yang teramat penting, maka penunaian tugas-tugas professional guru itu perlu bertumpu pada 3 pilar yang sama kokohnya: pilihan nilai (baca: manusia dan masyarakat masa depan yang dikehendaki), temuan penelitian (baca: berbagai asas dan praktek kependidikan yang teruji) yang diramu melalui interaksi pendapat ahli (baca: berbagai pra- kiraan mengenai tujuan dan asas-asas pendidikan beserta berbagai seluk beluk penyelenggaraannya yang didasarkan atas pertimbangan ahli). Dari berbagai asumsi landasan program itu, maka pertama, terproyeksikanlah peranan yang diharapkan (expected role) dari jajaran guru di masyarakat umumnya dan dalam konteks pelaksanaan tugasnya di sekolah khususnya, dalam melihat

(47)

36

dirinya, dalam melihat dunianya. Kerangka pikir inilah yang dinamakan wawasan kependidikan guru. Dari peranan guru yang diharapkan itu dapat dijabarkan profil kemampuan guru yang dipersyaratkan, mulai dari sosok yang lebih bersifat umum (core competency profile) sampai dengan yang lebih rinci dan operasional.

Beberapa kompetensi yang termasuk ke dalam profil standar kompetensi guru antara lain:

a. Penguasaan Bidang Studi, menyangkut kemampuan guru dalam menguasai kurikulum yang berlaku serta pendalaman terhadap disiplin ilmu yang menjadi tugas pokoknya mengajar dengan memperhatikan karakteristik ilmu yang dikuasainya untuk kemudian mampu memilih bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum serta bagaimana pemilihan strategi pembelajarannya agar siswa dapat menyerap ilmu yang diajarkannya.

b. Pemahaman Peserta Didik, menyangkut kemampuan guru dalam memahami aspek fisik dan psikologis peserta didik sesuai dengan tingkat perkembangannya. Hal ini merupakan salah satu hal yang tidak dapat diabaikan, karena dalam perkembangan pembelajaran peserta didik tidak diletakkan sebagai obyek didik, tetapi sudah mengarah kepada subyek didik yang dituntut untuk lebih aktif dan proaktif dalam proses belajarnya. Dengan memahami peserta didik, guru dapat membantu dalam memilihkan tugas belajar para peserta didik sesuai dengan tingkat perkembangannya, dalam arti guru dapat melakukan tindakan remedial bagi peserta didik yang perlu mendapat bantuan dan juga mampu memberikan penguatan kepada peserta didik yang lebih dari temannya. Lebih jauh guru dapat mengetahui kondisi

(48)

37

sosial ekonomi peserta didik yang dianggap dapat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar peserta didik di sekolah.

c. Penguasaan Pembelajaran yang Mendidik, menyangkut upaya guru dalam melakukan proses belajar mengajar yang mengarah kepada pendewasaan peserta didik secara proporsional. Dalam banyak kasus ditemukan bahwa proses dan hasil belajar ternyata tidak mampu membuat siswa lebih mandiri akan tetapi membuat mereka tergantung terhadap apa yang diajarkan guru dan hal ini tentu bukan merupakan model pembelajaran yang mendidik yang telah dilakukan guru, untuk itu guru dituntut untuk menguasai bagaimana suatu proses pembelajaran dapat menciptakan kondisi belajar siswa yang lebih mandiri, aktif dan inovatif.

d. Pengembangan Kepribadian dan Profesionalitas menyangkut upaya guru dalam meningkatkan kapasitas diri (capacity building) untuk mampu berkompetisi dengan yang lain di era persaingan yang demikian ketat. Kemampuan guru dalam mengembangkan diri secara berkelanjutan untuk terus menempa diri baik secara pribadi dalam hal mengembangkan nilai-nilai luhur yang agung sebagai seorang pribadi dengan jati diri seorang guru (suri tauladan), maupun secara professional dengan terus belajar dari segala sumber sesuai dengan kapasitasnya serta berusaha mengembangkan kemampuan berpikir aktif, kritis, dan reflektif sebagai seorang pendidik. Dalam hubungannya dengan tenaga profesional kependidikan, menurut Raka Joni (1980), kompetensi menunjuk kepada perbuatan (performance) yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas- tugas kependidikan. Dikatakan "perbuatan" karena ia merupakan tingkah laku yang dapat diamati, meskipun

(49)

38

sebenarnya seringkali terlibat pula proses yang tidak nampak, seperti klasifikasi dan penilaian informasi atau pengambilan keputusan yang dilakukan sebelum perbuatan yang menampak dilaksanakan. Ini pulalah yang menyebabkan bahwa kompetensi profesional itu selalu ditandai oleh "rasionalitas" karena perbuatan profesional selalu dilakukan dengan kesadaran penuh akan "mengapa" di samping "bagaimana" perbuatan yang dimaksud dilaksanakan. Dengan demikian, masih menurut Raka Joni, dapatlah disimpulkan bahwa istilah kompetensi dipergunakan di dalam dua konteks, yaitu: pertama, sebagai indikator kemampuan yang menunjuk kepada perbuatan yang bisa diamati, dan kedua, sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan perbuatan (performance) serta tahap-tahap pelaksanaannya secara utuh.

2. Kompetensi Dosen

Dosen dan guru sama-sama sebagai tenaga kependidikan. Dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menjelaskan bahwa kompetensi guru atau dosen adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Di dalam Pola Pembaharuan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan di Indonesia disebutkan adanya tiga dimensi kompetensi yang secara tunjang-menunjang membentuk profil kompetensi profesional tenaga kependidikan, yaitu: 1) kompetensi pribadi, 2) kompetensi profesional, dan 3) kompetensi kemasyarakatan. (Raka Joni, 1980 : 11). Ketiga dimensi profesional guru ini

(50)

39

terdapat pula dalam Suharsimi Arikunto (1996). Hanya Suharsimi Arikunto mengganti istilah kemasyarakatan dengan "sosial".

Menurut Atwi Suparman (2005), seorang dosen hendaknya memiliki tiga kompetensi yaitu penguasaan bidang ilmu, ketrampilan kurikulum dan ketrampilan pedagodis (pembelajaran dan pengembangan cara mensikapi pemahaman materi ajar). Menurut Raka Joni (1980) cara-cara pengelompokan kompetensi yang lain masih bisa dilakukan. Akan tetapi yang jelas, pembentukan dan perwujudannya di dalam perbuatan-perbuatan pelaksanaan tugas terjadi secara kait- mengait dan saling menunjang. Sekarang dimensi kompetensi guru dan dosen dapat dikatakan sudah tuntas karena Undang-undang Guru dan Dosen 2005 menyebutkan adanya 4 dimensi kompetensi, yakni: kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi pribadi, dan kompetensi sosial.

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik berhubungan dengan tugas-tugas dosen sebagai tenaga kependidikan. Menurut Depdiknas (2014), pada pokoknya kompetensi pedagogik ini terlihat dari bagusnya mengajar dan terkuasainya bahan kuliah oleh mahasiswa. Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi ini berhubungan dengan: (1) kesiapan

(51)

40

memberikan kuliah dan/atau praktek/praktikum, (2) keteraturan dan ketertiban penyelenggaraan perkuliahan, (3) kemampuan menghidupkan suasana kelas, (4) kejelasan penyampaian materi dan jawaban terhadap pertanyaan di kelas, (5) pemanfaatan media dan teknologi pembelajaran, (6) keanekaragaman cara pengukuran hasil belajar, (7) pemberian umpan balik terhadap tugas, (8) kesesuaian nilai yang diberikan dengan hasil belajar. Lebih lanjut Mulyasa (2008: 75) mengemukakan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru atau dosen dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Landasan kependidikan

2) Pemahaman terhadap peserta didik 3) Pengembangan kurikulum/ silabus 4) Perancangan pembelajaran

5) Pelaksanaan pembelajaran

6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran 7) Evaluasi hasil belajar

8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Dari berbagai sumber yang membahas tentang kompetensi guru dan dosen, secara umum kompetensi pedagogik dosen dapat disarikan sebagai berikut; 1) Latar belakang pendidikan dan pelatihan pedagogik, 2) Persiapan perkuliahan, 3) Kedisiplinan dosen menyelenggarakan perkuliahan, 4) Pengelolaan kelas, 5) Penggunaan media dan metode

(52)

41

pembelajaran, 6). Bimbingan mahasiswa, dan 7) Persepsi terhadap kemampuan mahasiswa dan penilaian prestasi belajar mahasiswa.

1) Latar belakang pendidikan dan pelatihan pedagogik

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan yang tugas utamanya mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan-teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Kedudukan dosen sebagai tenaga profesional berfungsi meningkatkan martabat dan perannya sebagai agen pembelajaran, pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta pengabdian kepada masyarakat dalam kerangka meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Upaya peningkatan kompetensi dosen dalam hal pembelajaran selalu menjadi perhatian dari Ditjen Dikti. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa dosen merupakan salah satu komponen yang sangat berperan dalamproses pembelajaran, dan secara langsung mempengaruhi peningkatan kualitas belajar mahasiswa.

Program Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik Pengajaran (PEKERTI) dan Appied Approach (AA) merupakan program pelatihan yang yang dapat dimanfaatkan dalam rangka peningkatan kompetensi profesional dosen dalam memangku jabatan fungsional, terutama dalam peningkatan ketrampilan pedagogis. Program PEKERTI ditujukan untuk dosen pemula, agar menguasai konsep-konsep dasar dalam pembelajaran dan memiliki kemampuan mengajar yang memadai. Sementara itu, program AA ditujukan untuk dosen senior

(53)

42

agar memiliki wawasan dan ketrampilan untuk mengembangkan profesinya sebagai dosen, yang pada akhirnya mampu meningkatkan kualitas proses belajar dan hasil belajar mahasiswa. Program AA merupakan kelanjutan dari program PEKERTI.

Pelatihan PEKERTI dan AA yang diikuti oleh dosen diharapkan mampu memberikan alternatif jalan keluar dalam pemecahan masalah yang dialami dosen perguruan tinggi berkenaan dengan upaya peningkatan kualitas pembelajaran (Pusposutarjo, 2001). 2) Persiapan Perkuliahan

Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang dosen seyogyanya melalui persiapan yang baik. Persiapan perkuliahan yang dimaksud disini adalah adanya strategi pengajaran berikut bahan pengajarannya. Persiapan perkuliahan atau pengajaran merupakan bagian dari perancangan strategi pembelajaran. Adanya penyusunan program pengajaran merupakan bukti bahwa dosen melakukan perencanaan strategi pembelajaran yang akan dilakukan.

Salah satu langkah dalam penyusunan program pembelajaran adalah mengembangkan strategi pengajaran yang didalamnya terkandung empat komponen yaitu urutan kegiatan pengajaran, metode pengajaran, media pengajaran, dan waktu. Berdasarkan strategi tersebut seorang dosen dapat mengembangkan bahan pengajaran. Dalam praktek di lapangan, para pengajar jarang membuat strategi pengajaran dengan keempat komponen tersebut di atas. Kebanyakan dari mereka membuat Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP)

(54)

43

dan Satuan Acara Pengajaran (SAP). Baik GBPP maupun SAP merupakan program pengajaran.

GBPP merupakan program pengajaran satu mata kuliah untuk diajarkan selama satu semester. Sedangkan SAP adalah program pengajaran yang meliputi satu atau beberapa pokok bahasan untuk diajarkan selama satu kali atau beberapa kali pertemuan. GBPP sebagai

Course Outlines yaitu rumusan tujuan dan pokok-pokok isi mata kuliah. GBPP memberikan petunjuk secara keseluruhan mengenai tujuan dan ruang lingkup materi yang harus diajarkan (Atwi Suparman, 2005: 3).

SAP sebagai rencana pelaksanaan pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu sistem, yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berhubungan dan saling berinteraksi satu sama lain, dan memuat langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan atau membentuk kompetensi tertentu (Mulyasa, 2008: 102). SAP memberikan petunjuk secara rinci, pertemuan demi pertemuan mengenai kegiatan belajar-mengajar, mengenai tujuan, ruang lingkup materi yang harus diajarkan, kegiatan belajar-mengajar, media dan evaluasi yang harus digunakan. Dosen merupakan seorang manajer dalam pembelajaran, dia bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program pembelajaran. Untuk menjamin efektivitas pembelajaran, dosen harus menjabarkan isi dari GBPP (kurikulum) secara lebih rinci dan operasional.

3) Kedisiplinan dalam menyelenggaraan Perkuliahan

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Asal Jurusan Mahasiswa Dan
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi berdasarkan umur mahasiswa semester
Tabel 4.2  Distribusi Frekuensi mahasiswa tentang Asal Jurusan
Tabel 4.4  Distribusi Frekuensi berdasarkan Prestasi Mahasiswa
+4

Referensi

Dokumen terkait

peningkatan jalan atau pengaturan lalu-lintas. 8) Penentuan rute yang efisien untuk arus lalu-lintas. 9) Untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi kemacetan lalu-lintas. 10) Untuk studi

tindak pidana perkosaan yang telah diproses sampai ke Pengadilan, tapi dari kasus-kasus itu pelakunya tidak dijatuhi hukuman yang maksimal sesuai dengan ketentuan

Setelah Anda melakukan simulasi dengan membangkitkan nilai acak sebanyak iterasi yang telah ditentukan sebelumnya, kemudian buatlah analisis dari hasil simulasi tersebut

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim Pengadilan Tinggi membaca, meneliti dan mempelajari berkas perkara yang terdiri dari surat-surat, berita acara persidangan serta

Pembatalan akad jual beli online pada sistem cash on delivery di lingkungan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) khusus nya di kalangan Mahasiswa Fakultas

1) Dengan adanya Manajemen Bandwidth, maka pembagian bandwidth pada setiap client ISP akan dengan mudah diatur sesuai permintaan pelanggan akan bandwidth yang digunakan. 2)

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana korelasi curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin dengan kejadian diare di Kota Jakarta

Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan pada alinea sebelumnya, dibuatlah saran untuk memperbaiki setiap masalah yang ada yang dapat dijadikan pertimbangan oleh perusahaan