• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBASIS BUDAYA SUNDA DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SD: Didactical Design Research danEksperimen di Kelas III Sekolah Dasar Negeri.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBASIS BUDAYA SUNDA DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SD: Didactical Design Research danEksperimen di Kelas III Sekolah Dasar Negeri."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Ratu Utari Rohmah, 2016

PENGARUH PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING (CTL) BERBASIS BUDAYA SUNDA DALAM

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIS SISWA SD

( Dedactical Design Research dan Eksperimen di Kelas III Sekolah Dasar Negeri)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

Ratu Utari Rohmah

1103655

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SERANG

(2)

Ratu Utari Rohmah, 2016

PENGARUH PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING (CTL) BERBASIS BUDAYA SUNDA DALAM

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIS SISWA SD

Oleh

RATU UTARI ROHMAH

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pendidikan

©RATU UTARI ROHMAH 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)
(4)
(5)

Ratu Utari Rohmah, 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas berkat Rahmat dan Karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbasis Budaya Sunda Dalam Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SD” tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda kita Nabi Muhamad SAW. Kepada keluarga, sahabatnya serta umatnya sampai akhir zaman.

Penyusunan skripsi ini ditunjukkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar SarjanaPendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Pendidikan matematika saat ini, tidak menuntut siswa terlibat aktif dalam proses belajar dan siswa pun tidak berani dalam menyelesaikan sebuah masalah matematika.sehingga pola berfikir siswa dalam menyelesaikan masalahtidak berkembang dengan baik. Diharapkan adanya pembelajaran menggunakan PKBBS ini dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matmatis siswa SD.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih memiliki banayak kekurangan. Oleh karena iu penulis bersedia menerima kritik dan saran apapun yang bersifat membangun.semoga dengan adanya skripsi ini dapat bermanfaat dan mengembangkan kualitas pendidikan di Indonesia. Khususnya dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa sekolah dasar,

Serang, 15 Juni 2015

(6)

Ratu Utari Rohmah, 2016

ABSTRAK

Pembelajaran matematika memasuki kehidupan sehari-hari dan sering kita jumpai.

Peneliti menggunakan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) Berbasis

Budaya Sunda yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa SD. Penelitian ini dilakukan di SDN Cipare Tegal kelas III. Untuk kelas

eksperimen peneliti menggunakan kelas IIIA dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa,

dan kelas kontrol menggunkan kelas IIIB sebanyak 30 siswa. Metode penelitian yang

digunakan yaitu metode DDR dan eksperimen. Dengan instrument DDR yaitu Learning

Obstacles, DDA, dan R-DD. Sedangkan instrument eksperimen yaitu postest, skala

disposisi, wawancara, lembar observasi dan jurnal harian siswa. Setelah melakukan tes

LO, peneliti menemukan beberapa kesulitan belajar siswa antara lain dalam

menyelesaikan masalah yang terdapat pada soal cerita, siswa kesulitan mengidentifikasi

dan memecahkan masalah dikarenakan soal yang begitu panjang dan isinya terlalu

banyak angka. Hasil dilapangan diperoleh masing-masing kelasnya baik eksperimen

yang mendpatkan perlakuan PKBBS rata-rata postest kelas eksperimen 76.91 sedangkan

kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional diperoleh 56.68. hal ini menunjukkan

berarti bahwa kelas eksperimen yang pembelajarannya meggunakan pendekatan

Contextual Teaching Learning (CTL) Berbasis Budaya Sunda – DDR lebih baik

dibandingkan dengan kelas kontrol yang pembelajarannya dengan menggunakan

pendekatan konvensional.

(7)

Ratu Utari Rohmah, 2016

ABSTRACT

Learning mathematics enters everyday life and often we encounter. Researchers used

the Learning Contextual Teaching And Learning (CTL) Based Sundanese culture that aims

to develop students' mathematical problem solving abilities SD. This research was

conducted at Tegal Cipare SDN class III. For the experimental class researchers used a

class IIIA the number of students by 30 students, and classes using the class IIIB control

as many as 30 students. The method used is DDR methods and experiments. With DDR,

namely the instrument Learning Obstacles, DDA, and R-DD. While the experimental

instrument that is postest, scale disposition, interviews, observation sheets and daily

journals students. After conducting tests LO, researchers found some students' learning

difficulties, among others, to solve the problems found on story problems, students

difficult to identify and solve the problem because the problem is so long and it was too

many numbers. Field results obtained by each class either experimental treatment

PKBBS mendpatkan average of 76.91 while the experimental class posttest control group

with conventional learning acquired 56.68. this shows means that the experimental class

learning approach receipts Contextual Teaching Learning (CTL) Based Sundanese culture

(8)

Ratu Utari Rohmah, 2016

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR DIAGRAM ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan dan Batasan Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) Berbasis Budaya Sunda (PKBBS) ... 8

B. Didactical Design Research (DDR) ... 17

C. Pembelajaran Konvensional ... 19

D. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 21

E. Hasil Penelitian Terdahulu ... 23

F. Hipotesis Penelitian ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 27

B. Definisi Operasional ... 32

C. Partisipan dan Tempat Penelitian ... 32

(9)

Ratu Utari Rohmah, 2016

E. Instrumen Penelitian ... 35

F. Prosedur Penelitian ... 44

G. Teknik Pengumpulan Data ... 46

H. Teknik Analisis Data ... 47

I. Pngembangan Bahan Ajar ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 54

B. Pembahasan ... 101

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 116

B. Rekomendasi ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 121

(10)

Ratu Utari Rohmah, 2016

DAFTAR TABEL

3.1 Hasil Uji Validitas Postest ... 37

3.2 Uji Reliabilitas Instrumn ... 37

3.3 Daya Pembeda ... 37

3.4 Kelompok Daya Pembeda ... 38

3.5 Hasil Uji tingkat Kesukaran Soal ... 38

3.6 Kriteria Persentase Skala Disposisi ... 40

3.7 Kisi-kisi Uji Coba Skala Disposisi Matematis siswa ... 40

3.8 Skala Disposisi Matematis siswa ... . 42

3.9 Kriteria penilaian kemampuan pemecahan masalah ... 48

4.1 Nilai Postest kelas eksperimen ... 75

4.2 Nilai Postest kelas kontrol ... 77

4.3 Statistik Deskriptif Data Postest ... . 78

4.4 Uji Normalitas Postest ... 80

4.5 Uji Parametrik ... 80

4.6 Uji Homegenitas postest ... 83

4.7 Independent Sampel Test Postest ... 84

4.8 Deskriptif Statistik tes akhir ... . 85

4.9 Pengelompokkan kelas ekperimen ... 86

4.10 Pengelompokkan rendah,sedang dan tinggi kelas ekperimen ... 88

4.11 Hasil Uji Scheffe ... 89

4.12 Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran dengan Menggunakan Matematika .... . 92

4.13 Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran dengan Menggunakan PKBBS-DDR . . 93

4.14 Sikap Siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis ... 95

4.15 Hasil Wawancara Siswa ... . 97

4.16 Hasil Observasi aktivitas guru dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan Pembelajaran CTL ... 99

4.17 Hasil Obsevasi Aktivitas Siswa ... .100

4.18 Hasil Jurnal Siswa dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan Pembelajaran CTL ... 101

(11)

Ratu Utari Rohmah, 2016

DAFTAR DIAGRAM

4.1 Nilai Uji Tes Akhir Kelas Eksperimen ... 76

4.2 Nilai Uji Tes Akhir Kelas Kontrol ... 78

4.3 Plot Tes Akhir Kelas Eksperimen ... 81

(12)

Ratu Utari Rohmah, 2016

DAFTAR GAMBAR

3.1 Rancangan Penelitian... .. 27

3.2 Tahap Persiapan ... . 28

3.3 Tahap Pelaksanaan ... 29

3.3 Jurnal Uji DDA Siswa ... .38

3.3 Jurnal Uji DDA-Revisi Siswa ... . 41

4.1 Soal Learning Obstacle ... .. 55

4.2 Jawaban 1 soal Learning Obstacle ... .. 55

4.3 Jawaban 2 soal Learning Obstacle ... .. 56

4.4 Jawaban 3 soal Learning Obstacle ... .. 57

4.5 Jawaban 4 soal Learning Obstacle ... .. 57

4.6 Soal Learning Obstacle ... .. 58

4.7 Jawaban 1 soal Learning Obstacle ... . 58

4.8 Jawaban 2 soal Learning Obstacle ... . 59

4.9 Jawaban 3 soal Learning Obstacle ... . 50

4.10 Jawaban 4 soal Learning Obstacle ... . 50

4.11 Soal Learning Obstacle ... . 60

4.12 Jawaban 1 soal Learning Obstacle ... . 60

4.13 Jawaban 2 soal Learning Obstacle ... . 60

4.14 Jawaban 3 soal Learning Obstacle ... . 61

4.15 Jawaban 4 soal Learning Obstacle ... . 61

4.16 Soal DDA ... . 63

4.17 Jawaban 1 soal DDA ... . 63

4.18 Soal DDA ... . 63

4.19 Jawaban 1 soal DDA ... . 63

4.20 Jawaban 2 soal DDA ... . 64

4.21 Jawaban 3 soal DDA ... ...64

4.22 Jawaban 4 soal DDA. ... .. 65

4.23 Soal DDA ... . 65

4.24 Jawaban soal DDA ... . 65

(13)

Ratu Utari Rohmah, 2016

4.26 Jawaban 1 soal Revisi DDA ... .. 66

4.27 Jawaban 2 soal Revisi DDA ... . 67

4.28 Jawaban 3 soal Revisi DDA. ... . 67

4.29 Jawaban 4 soal Revisi DDA ... . 67

4.30 Soal Revisi DDA ... .. 68

4.31 Jawaban 1 soal Revisi DDA ... . 68

4.32 Jawaban 2 soal Revisi DDA ... . 68

4.33 Jawaban 3 soal Revisi DDA ... .. 69

4.34 Jawaban 4 soal Revisi DDA ... .. 69

4.35 Soal Revisi DDA ... . 70

4.36 Jawaban 1 soal Revisi DDA ... . 70

4.37 Jawaban 2 soal Revisi DDA ... .. 71

4.38 Jawaban 3 soal Revisi DDA ... .. 71

4.39 Jawaban 4 soal Revisi DDA ... . 72

4.40 Aktivitas Siswa dalam kelas ... . 99

(14)

Ratu Utari Rohmah, 2016

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP ... .123

Lampiran 2. Instrumen Skala Disposisi Matematis ... .134

Lampiran 3. Instrumen Wawancara ... .137

Lampiran 4. Instrumen Observasi Guru ... .138

Lampiran 5. Instrumen Observasi Siswa ... .140

Lampiran 6. Instrumen Jurnal Harian Siswa ... .141

Lampiran 7. Instrumen Learning Obstacle ... .142

Lampiran 8. Instrumen LKS DDA ... .143

Lampiran 9. Instrumen Revisi DDA ... .144

Lampiran 10. Kisi-kisi Penulisan soal ... .145

Lampiran 11 Indikator Implementasi DDA. ... 147

Lampiran 12 Tes Kemampuan Awal ... .149

Lampiran 13. Soal Postest. ... .150

Lampiran 14.Analisis tes Learning Obstacle ... .152

Lampiran 15. Analisis Implementasi DDA ... .154

Lampiran 16. Analisis Implementasi Revisi DDA ... .156

Lampiran 17. Skala Disposisi Matematis Siswa ... .162

Lampiran 18. Hasil Observasi Siswa ... .165

Lampiran 19. Hasil Observasi guru ... .167

Lampiran 20. Hasil Wawancara Siswa ... .171

Lampiran 21. Prediksi Jawaban Siswa ... .172

Lampiran 22. Hasil Eksperimen ... 179

Lampiran Foto Kegiatan ... 185 Hasil Uji Learning Obstacle

Hasil LKS DDA

Hasil LKS Revisi DDA

Hasil jawaban siswa pada Tes Kmampuan Awal dan postest

SK Pembimbing

(15)

Ratu Utari Rohmah, 2016

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal di dalam kehidupan manusia. Dimanapun dan kapan pun di dunia ini terdapat pendidikan. Pendidikan dipandang merupakan kegiatan manusia untuk memanusiakan sendiri, yaitu manusia berbudaya. Pandangan klasik yang selama ini berkembang di masyarakat adalah bahwa pengetahuan ini secara utuh dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran anak (Jhonson, 2007 hlm. 65). Namun dalam pembelajaran matematika, pandangan pandangan ini kurang mewakili pembelajaran matematika di SD. Pembelajaran matematika sebagaimana mestinya anak lebih baik mengalami langsung pembelajaran. dan bahwa yang sebenarnya terjadi adalah guru harus memahami apa yang disukai dan dianggap mudah oleh untuk dipahami anak.

Tujuan pembelajaran matematika menurut NCTM (National Council of

Teacher of Mathematics) tahun 2000 yang dikenal dengan kemampuan matematis

(mathematical power) yaitu: 1) Kemampuan pemecahan masalah (problem solving), 2) Kemampuan penalaran (reasoning), 3) Kemampuan berkomunikasi (communication), 4) Kemampuan membuat koneksi (connection), 5) Kemampuan representasi (representation).

Sejalan dengan tujuan pembeljaran menurut NCTM tersebut pemerintah menetapkan tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika sekolah yang tercantum dalam KTSP tahun 2006 (Depdiknas, 2006), diantaranya agar siswa memiliki kemampuan:

(16)

2

Ratu Utari Rohmah, 2016

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melalukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyususn bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematis.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Pembelajaran matematika memasuki kehidupan sehari-hari dan sering kita jumpai, dari mulai bangun tidur sampai kita tidur kembali. Pada saat bangun tidur kita melihat jam, kita memprediksi berapa menit untuk mandi, makan, dan bersiap-siap pergi ke sekolah. Dijalan kita berjalan kaki menuju sekolah dengan melewati bebarapa rumah, kita berhitung ada banyak rumah yang sudah kita lewati, ada banyak pohon yang kita jumpai, dan kendaraan baik motor Maupun mobil yang melintas dapat kita hitung. Di sekolah ada banyak murid, kita juga dapat menghitung lama jam pelajaran di sekolah. Dari contoh tersebut kita dapat memahami matematika dengan cara mengalaminya secara langsung.

(17)

3

Ratu Utari Rohmah, 2016

menggunakan pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL). Pembelajaran dan pengajaran kontekstual (CTL) melibatkan

para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pembelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa dapat melihat makna di dalam tugas yang diberikan guru. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka dapat mengaitkan informasi baru dengan pengalaman yang sudah mereka miliki. Pembelajaran mengaitkan informasi baru dengan pengalaman yang sudah siswa alami dapat disebut dengan pembelajaran bermakna (Jhonson, 2007 hlm. 14).

Jika dilihat pada teori yang dikemukakan Jean Piaget (Supriadi, 2012 hlm.41) tahap operasional konkret yaitu perkembangan kognitif yang terjadi pada usia 7 sampai 11 tahun. Operasi-operasi dalam periode ini terikat pada pengalaman perorangan yang bersifat konkret dan bukan operasi formal. Masa anak di sekolah dasar, merupakan masa perkembangan anak dalam tahapan opersi konkret dan juga matematika tidak terlepas dari kehidupan kita sehari-hari, oleh sebab itu pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) sangat cocok dengan pembelajaran matematika di sekolah dasar. Hal ini sesuai dengan kemempuan siswa yang ingin dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran, dan pada pembelajarannya menggunakan pemodelan yang ditemukan dikehidupan sehari-hari.

(18)

4

Ratu Utari Rohmah, 2016

Kontekstual hanya sebagai strategi pembelajaran. seperti halnya srategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna (Riyanto, 2014 hlm. 163). Pendekatan kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada (Riyanto, 2014 hlm. 160).

Latar belakang diatas membuat peneliti untuk melakukan dan melaksanakan penelitian dengan menggunakan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SD. Namun peneliti menambahkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) yang digabungkan dengan struktur budaya yang terdapat di daerah Serang, yaitu budaya Sunda. Sehingga peneliti menggunakan pendekatan Contextual Teaching

and Learning (CTL) berbasis budaya Sunda. Penelitian ini akan dibandingkan

dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) berbasis budaya Sunda dengan pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan konvensional. Serta membandingkan kemampuan pemecahan masalah menggunakan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) berbasis budaya Sunda dengan menggungan pendekatan

konvensional.

Pembelajaran matematika di SD agar menghasilkan hasil yang optimal, peneliti mencoba menggunakan metode Didactical Design Research (DDR) dalam penyusunan bahan ajar pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) berbasis budaya Sunda. Proses menggunakan

(19)

5

Ratu Utari Rohmah, 2016

Pembelajaran matematika menggunakan pendekatan Contextual Teaching

and Learning (CTL) berbasis budaya Sunda akan mengalami banyak pertanyaan

apakah dapat pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) berbasis budaya Sunda dapat mengembangkan kemampuan

pemecahan masalah dibandingkan dengan pendekatan biasa yang hanya duduk dan mendengarka guru memberikan materi dan soal-soal? Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) berbasis budaya Sunda, apakah akan tertarik dan

bersemangat atau membosankan? peneliti ingin meneliti dan melihat bagaimana pengaruh dan seberapa besar pengaruh dari pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis budaya Sunda dan yang menggunakan pendekatan konvensional untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa SD. Hal ini mendorong peneliti untuk meneliti tentang “Pengaruh Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbasis Budaya Sunda dalam Mengembangkan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SD”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka penelitian ini dirumuskan dan diberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) berbasis budaya Sunda lebih tinggi dari pada siswa yang

menggunakan pendekatan konvensional ?

2. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis budaya Sunda pada

konsep perkalian bilangan bulat kelas III SD Negeri Cipare Tegal ?

C. Tujuan Penelitian

(20)

6

Ratu Utari Rohmah, 2016

Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis budaya Sunda. Adapun tujuan

khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) berbasis budaya Sunda dengan

menggunakan pendekatan konvensional.

2. Mengidentifikasi sikap siswa terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis budaya Sunda.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan kualitas pembelajaran matematika di SD lebih baik. Secara khususnya hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk beberapa golongan, diantaranya:

1. Bagi peneliti: Penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan yang baru tentang bahan ajar yang baik untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa SD dengan menggunakan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis budaya Sunda.

2. Bagi dosen: dengan penelitian ini membantu dosen untuk mengetahui penggunaan pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching

and Learning (CTL) berbasis budaya Sunda secara nyata dilapangannya

atau di sekolah dasar dan bagaimana pengaruhnya terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SD.

3. Bagi siswa

a. Mengembangkan pemahaman materi

b. Membantu siswa menemukan makna dalam pembelajaran matematika c. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis

(21)

7

Ratu Utari Rohmah, 2016

e. Memiliki sikap mandiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kratif, menghargai orang lain, mencapai standar tinggi, dan berperan serta dalam tugas-tugas penilaian autentik.

4. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dan dijadikan referensi untuk penulisan penelitian yang sejenis

E. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi yang diberi judul “Pengaruh Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbasis Budaya Sunda dalam Mengembangkan Pemecahan

Masalah Matematis Siswa SD” ini terdiri dari V (lima) bab. Bab I berisi tentang

(22)

Ratu Utari Rohmah, 2016

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk membuat bahan ajar melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis budaya Sunda Siswa Kelas III SD, dengan menggunakan Didactical Design Research (DDR) dalam pembuatan bahan ajar dan dengan metode eksperimen.

Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimen atau penelitian eksperimen semu dan desain yang digunakan adalah (posttest only control group design). Menurut Ruseffendi (Supriadi, 2014 hlm. 442) “This study was conducted to see causal relationships through manipulation of independent variables and test the changes

caused by manipulation before, but the subject is not grouped randomly”, berikut gambaran desain pada penelitian ini:

X1 0 X2 0

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian (Supriadi, 2014. hlm. 71)

Keterangan: 0 : Postes

(23)

28

Ratu Utari Rohmah, 2016

Gambar 3. 1. Alur Pelaksanaan Didactical Design Tes LO

Bila setelah implementasi DDA atau

(24)

29

Ratu Utari Rohmah, 2016

(Supriadi, 2014a. hlm. 74) Studi Lapangan

Bahan ajar (DDR dan Kontrol), Pembuatan

Instrumen tes

Intrumen tes

Uji coba dan revisi instrumen Sampel (eksperimen

dan kontrol)

Pretest

Kelas kontrol: Pembelajaran Konvensional (PKV) Kelas eksperimen:

Pendekatan Berbasis Budaya Sunda (PKBBS)

+ DDR

Postest

Pemberian Skala Disposisi dan Pendapat, Lembar

Wawancara

Analisis data

Penarikan Kesimpulan Kelas Penelitian

(25)

30

Ratu Utari Rohmah, 2016

Pada tahapan menggunakan desain ini peneliti melaksanakan dengan dua tahapan, yaitu penyusunan bahan ajar, dan instrumen soal. Seperti pada bagan tahap persiapan di atas maka akan dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Mengembangkan perangkat pembelajaran b. Menyusun instrument dan memvalidasi isinya

c. Mengujicobakan soal-soal tes kemampuan pemecahan masalah ke kelas di luar objek penelitian dengan memilik kelas sebanyak minimal 3 kelas atau 100 siswa.

d. Kemudian menyusun pembelajaran untuk medapatkan hasil yaitu Desain Didaktik Awal (DDA)

e. Menganalisis hasil DDA dan mengetahui kesulitan belajar siswa kemudian membuat revisi DDA yang di inplementasikan pada siswa kelas 3

f. Memberikan jurnal harian baik pada saat DDA maupun revisi DDA

g. Mewawancari siswa setelah pembelajaran berlangsung, hal ini untuk mengetahui skala disposisi siswa

h. Menganalisis hasil tes apakah sudah baik atau tidak dan merevisi instrument yang telah dilakukan.

i. Memilih sampel penelitian secara acak

Tahapan selanjutnya dalam penelitian ini yaitu tahap pelaksanaan seperti bagan tahap pelaksanaan di atas yang akan dilakukan hal-hal berikut:

a. Observasi ke sekolah dan menentukan kelas yang akan dipilih sebagai kelas kontrol dan eksperimen;

b. Menyiapkan bahan ajar untuk nanti diterapkan ke dalam kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas kontrol menggunakan PKV, sedangkan kelas eksperimen mengggunakan PKBBS;

c. Setelah menentukan kelas yang akan dijadikan penelitian, selanjutnya memberi tes kemampuan awal dalam bentuk pretest/tes awal untuk kedua kelas tersebut. Pretest/tes awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum uji coba bahan ajar dilaksanakan;

d. Tes yang akan dilakukan sebelumnya sudah sudah diuji cobakan ke kelas yang lebih tinggi/yang sebelumnya mendapatkan pelajaran ini;

(26)

31

Ratu Utari Rohmah, 2016

kontrol dengsn menggunakan PKV dan kelas eksperimen dengan menggunakan PKBBS;

f. Setelah melakukan ujicoba, untuk mendapatkan hasil yang baik dalam penelitian. Maka dilakukan tes akhir atau biasa disebut pretest. Pretest dilakukan setelah pembelajaran berakhir;

g. Setelah itu peneliti memberi angket kepada siswa untuk diisi setelah posttest dilaksanakan, agar peneliti mengetahui sejauh mana siswa merespon tentang pembelajaran menggunakan PKBBS;

h. Kemudian tidak lupa peneliti meminta siswa membuat jurnal harian tentang kesan dan ungkapan perasaan terhadap pembelajaran menggunakan PKBBS;

i. Setelah itu dalam penelitian ada bentuk tes dan non tes. Wawancara adalah bentuk non tes yang dilakukan peneliti untuk mengetahui secara langsung bagaimana pembelajaran menggunakan PKBBS. Wawancara ini menggunakan siswa setiap kelasnya 10 orang yang terdiri atas kemampuan rendah, sedang dan tinggi;

j. Setelah melakukan pengumpulan data dari mulai tes awal sampai tes akhir, peneliti melakukan analisis data yang akan membuktikan bahwa bahan ajar dan instrument tes yang sudah kita buat lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran biasa;

(27)

32

Ratu Utari Rohmah, 2016 B. Definisi Operasional

Berdasarkan permasalahan yang terjadi diperoleh suatu bentuk judul yang bila didefinisikan secara operasional adalah sebagai berikut:

1. Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis budaya Sunda merupakan

sutau pembelajaran kontekstual yang menggunakan budaya Sunda dalam pemodelan agar siswa lebih memahami konsep perkalian. Karena pembelajaran PKBBS ini mengutamakan pengalaman siswa yang dibawa ke dalam kelas dan dimasukan ke dalam pembelajaran matematika. PKBBS memiliki tujuh komponen yang akan membuat pembelajaran bermakna bagi siswa;

2. Kemampuan pemecahan masalah perkalian adalah suatu kemampuan yang akan digunakan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Kehidupan sehari-hari siswa tidak luput dari matematika dan perkalian. Kemampuan ini membiasakan siswa berhitung secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pendekatan konvensional merupakan pendekatan pembelajaran yang biasa atau menggunakan metode ceramah secara lisan yang dilakukan guru untuk berinteraksi dengan siswa. Pendekatan ini disebut pendekatan tradisional. Pendekatan yang hanya mengutamakan kualitas guru dan hasil akhir siswa tanpa melihat proses di dalamnya.

C. Partisipan dan Tempat Penelitian 1. DDR

a. Learning Obstacle (LO)

Nama Sekolah : SDN 09 Pandeglang dan SDN 10 Pandeglang Kelas Uji Coba : 4 dan 5

b. Desain Didaktik Awal (DDA) Nama Sekolah : SDN Penggung Kelas Uji Coba : III (tiga)

(28)

33

Ratu Utari Rohmah, 2016

2. Eksperimen

Nama Sekolah : SDN Cipare Tegal Kepala Sekolah : Dra. E. Rosdiah Kelas Eksperimen : III A

Jumlah Siswa : 30 siswa

18 siswa perempuan dan 12 siswa laki-laki Guru Kelas : Evawati, S.E

Kelas Kontrol : III B Jumlah Siswa : 30 siswa

15 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki Guru Kelas : Devi Yathna, S. Pd

D. Populasi, Sampel dan Subjek Penelitian

Dalam sebuah penelitian dibutuhkan populasi, sampel dan subjek untuk diteliti. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2009: hlm. 80).

1. DDR

Penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dengan menggunakan Contextual Teaching Learning (CTL) Berbasis Budaya Sunda ini, memerlukan beberapa tahapan dengan menggunakan

Design Didactikal Research (DDR) yaitu mengetahui Learning Obstacle

(LO), Desain Didaktis Awal (DDA), Implementasi dan Desain Didaktis Revisi. Tahapan tersebut dikatakan selesai apabila tidak ada lagi kesulitan siswa dalam belajar. Siswa yang digunakan untuk melakukan ketiga tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

Learning Obstacle (LO) atau Kesulitan dalam belajar

(29)

34

Ratu Utari Rohmah, 2016

dan siswa kelas 5 SDN 10 Pandeglang berjumlah 38 Siswa, merupakan subjek penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan pemecahan masalah siswa.S

 Desain Didaktis Awal

Siswa kelas 3 SDN Tembong 2 yang berjumlah 20 siswa diantaranya 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan

 Implementasi

Siswa kelas 3 SDN Penggung yang berjumlah 30 siswa diantaranya 18 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan

 Desain Didaktis Revisi

Siswa kelas 3 SDN Tembong 2 yang berjumlah 25 siswa diantaranya 15 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan

2. Eksperimen

a.Populasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di daerah Serang. Namun untuk penelitian, peneliti menggunakan Sekolah Dasar wilayah Kota Serang yaitu SDN Cipare tegal.

b.Sampel Penelitian

(30)

35

Ratu Utari Rohmah, 2016 E. Instrumen Penelitian

1. DDR

Penelitian menggunakan Design Didactical Research (DDR) memerlukan beberapa tahapan, yaitu desain didaktis awal, implementasi dan desain didaktis revisi. Tahapan pada Design Didactical Research (DDR) berhasil apabila tidak ada lagi kesulitan dalam belajar pada siswa. Berikut tahapan yang ada pada Design Didactical Research (DDR):

 Desain Didaktis Awal

Pada tahap ini peneliti melihat Learning Obstacle (LO) yang sebelumnya pernah dilakukan oleh peneliti pada kelas tinggi (4 dan 5) di beberapa sekolah. Soal yang digunakan untuk mengetahui LO diberikan sebanyak 5 soal yang masing-masing sudah sesuai dengan indikator pemecahan masalah. Selanjutnya setelah diketahui hasil dari LO, peneliti melanjutkan dengan Desain Didaktis Awal (DDA) yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. DDA yang dilakukan berupa situasi alternatif untuk mengatasi LO berupa RPP dan LKS. Kemudian peneliti menganalisis soal menggunaka Anates. Berikut hasil analisis menggunakan Anates:

 Implementasi Revisi DDA

Setelah mengetahui LO dan melakukan DDA, peneliti mencari LO kembali dari hasil DDA yang telah dilakukan, apabila masih ada yang kurang dan siswa masih mengalami kesulitan belajar, maka peneliti merencanakan kembali situasi pembelajaran dan mengimplementasikan berupa RPP dan LKS. Berikut hasil analisis hasil implementasi revisi DDA menggunakan SPSS 21.0

2. Eksperimen

a. Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

(31)

36

Ratu Utari Rohmah, 2016

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis budaya Sunda, kemudian setelah pembelajaran siswa diberi tes.

Dalam penyusunan tes kemampuan penyelesaian masalah matematis siswa, diawali dengan penyusunan kisi-kisi soal yang mencakup subpokok bahasan, kompetensi dasar, indikator, aspek kemampuan pemecahan masalah matematis, serta jumlah butir soal. Setelah membuat kisi-kisi, dilanjutkan dengan menyusun soal disertai kunci jawaban dan pedoman penskoran untuk setiap butir soal. Kisi-kisi penulisan soal, perangkat soal, serta pedoman penskoran untuk setiap butir soal (Irmayanti, 2013 hlm. 25).

Dalam penelitian ini tes yang digunakan peneliti berupa uraian. Tes uraian akan digunakan siswa sebagai alat penghubung antara peneliti dan siswa. Tes uraian dikerjakan secara berkelompok, karena akan menimbulkan keaktifan siswa dalam proses pembelajarannya. Setelah dikerjakan secara berkelompok, siswa diminta untuk menjelaskan hasil diskusi atau pengerjaannya melalui perwakilan kelompok. Mereka akan saling tukar pikiran sehingga menambah wawasan bagi siswa itu sendiri. Setelah itu siswa diberi lembar kerja individu. Siswa diberi lembar kerja sebagai bahan tulisan apa yang telah dilakukan saat pembelajaran.

Sebelum soal yang peneliti buat diuji ke dalam kelas baik eksperimen maupun kelas kontrol, soal harus diuji kevalidannya. Seperti dalam buku Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Agar dapat diperoleh data yang valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid Arikunto, 2012 hlm. 79 (Irmayanti, 2013 hlm. 25).

1) Validitas Soal

Penelitian yang sudah dilakukan dalam menentukan Learning

Obstacle atau yang akan dilakukan dalam pengujian soal tes

(32)

37

Ratu Utari Rohmah, 2016

Tabel 3.1

Uji Validitas Instrumen

Tabel 3.2

Uji Reliabilitas Instrumen

Tabel 3.3

(33)

38

Ratu Utari Rohmah, 2016

Tabel 3.4

Daya Pembeda Soal

Tabel 3.5

Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal

b. Skala Disposisi

(34)

39

Ratu Utari Rohmah, 2016

berpikir fleksibel untuk mengeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian masalah. Sumarno, 2010 (Eka, 2013. hlm. 29-30) mengungkapkan bahwa disposisi matematika adalah keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika.

Berdasarkan NCTM (1989) disposisi matematika memuat tujuh komponen. Komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut: (1) percaya diri dalam menggunakan matematika; (2) fleksibel dalam melakukan kerja matematika (bermatematika); (3) gigih dan ulet dalam mengerjakan tugas-tugas matematika; (4) memiliki rasa ingin tahu dalam bermatematika; (5) melakukan refleksi atas cara berpikir; (6) menghargai aplikasi matematika; dan (7) mengapresiasi peranan matematika.

Skala Disposisi digunakan untuk mengukur sikap, pendapatm dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial, dengan skala disposisi maka variable yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variable. Kemudian indikator dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Skala disposisi yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk skala disposisi yang terdiri atas lima pilihan, yaitu: selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (K), dan tidak pernah (TP)

(35)

40

Ratu Utari Rohmah, 2016

Tabel 3.7

KISI-KISI UJICOBA

SKALA DISPOSISI MATEMATIS SISWA

Variabel Indikator Sifat

Pertanyaan Butir Pertanyaan

Disposisi

Negatif 12 Saya malas mencari penyelesaian soal tersebut

(36)

41

(37)

42

Ratu Utari Rohmah, 2016

Tabel 3.8

SKALA DISPOSISI MATEMATIS SISWA

Petujuk pengisian:

Bacalah pernyataan-pernyataan berikut dengan seksama, kemudian isilah kolom yang tersedia sesuai dengan kenyataan, dengan member tanda ( ) berdasarkan kriteria berikut:

SL = selalu J = jarang

SR = sering TP = tidak pernah

No. Pernyataan SL SR J TP

1 Saya senang mengerjakan soal-soal cerita untuk melatih kemampuan menyelesaikan soal cerita

2 Saya malu bertanya kepada guru saat diberi kesempatan

3 Saya mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal cerita matematika

4 saya dapat menyelesaikan soal matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

5 Saya senang mencoba cara lain untuk mendapatkan hasil

6 Saya malas membaca soal cerita apalagi terlalu banyak angka

7 Saya malas mengerjakan soal yang berhubungan dengan masalah sehari-hari

8 Saya tidak senang mengerjakan soal-soal cerita karena sulit dan banyak angka

9

Saya mengerjakan soal matematika dengan menggunakan cara yang bervariasi untuk menguji pemahaman saya terkadap perkalian

(38)

43

Ratu Utari Rohmah, 2016

11 Saya malas mencari penyelesaian soal tersebut

12

Saya dapat menyelesaikan soal-soal

matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

13 Saya putus asa jika dalam menyelesaikan soal cerita matematika mengalami kebingungan

14

Saya dapat melatih kemampuan pemecahan masalah saya melalui pembelajaran perkalian matematika

c. Lembar Observasi

Observasi sebagai tehnik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik biila dibandingkan dengan tehnik yang lain, yaitu wawancara dan kuisioner (Sugiyono, 2012 hlm. 203). Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan semuaaktifitas siswa dan guru selama pembelajaran, serta interaksi siswa dalm pembeajaran matematika menggunakan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis budaya Sunda.

Pembelajaran yang dilakukan siswa diamati melalui lembar observasi. Hal-hal yang diamati antara lain yaitu perhatian siswa ke guru saat menjelaskan, interaksi antar siswa dalam memecahkan masalah, keaktifan siswa dalam belajar. Sedangkan aktifitas guru yang diamati antara lain yaitu penyampaian tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, menjelaskan materi secara lisan/tulis, mengajukan pertanyaan, member petunjuk, interaksi antara guru dan murid, membimbing siswa dalam menyelesaikan pemecahan masalah, dan menutup pembelajaran.

d. Wawancara

(39)

44

Ratu Utari Rohmah, 2016

pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) berbasis Budaya Sunda. Peneliti ingin mengetahui sejauh mana respon yang dihasilkan dari pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) berbasis Budaya Sunda. Wawancara dilakukan kepada mereka yang sudah dipilih menjadi kelompok rendah dan tinggi, serta apabila peneliti belum merasa puas dengan jawaban yang telah dilontarkan, maka peneliti membuat kelompok rendah untuk setiap kelasnya sebagai pelengkap wawancara yang dilakukan. Namun apabila sudah merasa puas dengan jawaban yang sudah ada, peneliti tidak perlu membuat kelompok sedang untuk setiap kelasnya.

e. Jurnal

Jurnal dalam penelitian ini dimaksud agar siswa mampu mengungkapkan perasaan mereka terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) berbasis budaya Sunda, selain itu siswa dapat menyampaikan kesan dan pesan terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) berbasis budaya Sunda.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dikelasan dalam tiga tahap, yaitu: persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap analisis data.

1. Persiapan

Tahap persiapan pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu mencari tahu kemampuan siswa dengan cara uji tes Learning Obstacle (LO), kemudian dianalisis dan dibuat bahan ajar hasil analisis, ini dinamakan Desain Didaktik Awal (DDA), dan peneliti menganalisis kembali dan dibuat kembali menjadi Revisi Desain Didaktik (R-DD).

(40)

45

Ratu Utari Rohmah, 2016

yang telah memenuhi persyaratan: validitas, uji normalitas, dan uji homogenitas variansi; 3) Skala disposisi pemecahan masalah.

2. Pelaksanaan

Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan penelitian menggunakan metode eksperimen dengan menggunakan desai quasi eksperimen. Pada penelitian ini, peneliti memilih 2 kelompok untuk diteliti, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Yang dimana masing-masing kelompok terdiri dari satu kelas. Seperti yang terlihat pada bagan gambar tahap pelaksanaan, istrumen tes yang sudah dibuat akan di ujicobakan melalui beberapa sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui baik atau tidaknya suatu instrument tes yang akan di ujicobakan pada kelas kontrol dan eksperimen.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan sebab-akibat mellui pemanipulasian variabel bebas dan menguji perubahan yang diakibatkan oleh pemanipulasian tadi, namun subjek tidak dikelompokkan secara acak Russefendi, 2005 (Supriadi, 2014. hlm. 85). Dari hasil pemanipulasian tadi didaptkan pengembangan kemampuan pemecahan masalah matematis pada siswa kelas 3 SD.

Pada penelitian ini, sampel penelitian dipilih tidak secara acak, salpel dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 1 kelompok eksperimen dan 1 kelompok kontrol. Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan pretest yang dilakukan pada kedua kelompok tersebut. Setelah itu pada kelompok eksperimen diberi perlakuan dalam pembelajaran menggunakan PKBBS sedangkan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran dengan menggunakan PKV.

Setelah pembelajaran selesai, kedua kelas diminta untuk membuat kesan terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Hal ini disebut dengan jurnal harian siswa. Hal ini dilakukan secara rutin setiap selesai pembelajaran. setelah itu data yang sudah didapat kita analisis dan kita simpulkan.

3. Analisis Data

(41)

46

Ratu Utari Rohmah, 2016

G. Teknik Pengumpulan Data

1. DDR

Cara yang digunkan dalam tehnik pengumpulan data pada penelitian ini pada tahap menggunakan DDR yaitu pada tahap persiapan adalah sebagai berikut:

1. Observasi, dilakukan sebelum kita merumuskan judul. Observasi berfungsi sebagai bentuk pengamatan tentang masalah yang terjadi pada siswa dalam proses belajar di kelas. Dan mengetahui cara belajar guru di kelas.

2. Wawancara, dilakukan oleh peneliti yang dimana observer adalah guru di sekolah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan dan hambatan siswa dalam pembelajaran .

3. Tes, dilakukan untuk mengetahui kualitas instrument yang telah dibuat, tes dilakukan di beberapa sekolah untuk mengetahui baik atau tidaknya untuk di ujikan ke kelas eksperimen dan kelas kontrol.

4. Jurnal, diberikan pada saat siswa selesai mengerjakan soal yang diberikan. Dalam jurnal yang diberikan, siswa menuliskan komentar dan kesan terhadap soal yang telah diberikan.

2. Eksperimen

Tahap pelaksanaan dalam teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode eksperimen adalah tahap pelaksanaan sebagai berikut: 1. Tes, dilakukan sebelum proses pembelajaran (tes kemampuan awal)

setelah proses pembelajaran selesai (postest) baik itu kelas eksperimen maupun kelas kontrol

2. Jurnal diberikan kepada seluruh siswa setiap hari setelah pembelajaran selesai untuk diisi dan dikumpulkan kembali setelah selesai mengisi. 3. Lembar observasi di isi oleh observer pada saat pembelajaran matematika

berlangsung ataupun setelah pembelajaran berlangsung. Observer sendiri bisa dari guru yang mengawasi pembelajaran, mahasiswa lain, ataupun peneliti yang merangkap sebagai guru.

(42)

47

Ratu Utari Rohmah, 2016

5. Wawancara, dilakukan pada setiap kelas yang terdiri dari beberapa siswa yang dikelompokan rendah, sedang dan tinggi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa menyimak pembelajaran dan memahami pembelajaran.

H. Teknik Analisis Data

Pada teknik analisis data, data-data yang dianalisis yaitu diurutkan seperti tahapan di bawah ini:

1. DDR

a. Observasi

Observasi dilakukan sebelum melakukan tes LO. Hasil observasi dapat mengetahui bagaimana keadaan sekolah yang akan diteliti dan diberi tes ujicoba untuk mengetahui permasalahan dalam belajar.

b. Wawancara

Wawancara yang dilakukan adalah setelah siswa melakukan tes ujicoba soal. Wawancara dilakukan setiap kelas yang merupakan tempat ujicoba tes. Siswa yang diwawancarai adalah siswa pilihan, baik yang mempunyai nilai rendah, sedang maupun tinggi. Hal ini dilakukan untuk memperkuat hasil jawaban siswa dan mengetahui apa yang siswa rasakan selama pembelajaran.

c. Tes

Adapaun pengolahan data yang dilakukan pada data tes adalah sebagai berikut:

1) Mengukur per-soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis berdasarkan indikator yang digunakan yaitu:

Skor ideal dalam tes ini adalah 100 poin

2) Mengukur hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis

(43)

48

Ratu Utari Rohmah, 2016

Keterangan:

Skor ideal = jumlah siswa x 100

Selanjutnya data tersebut diklasifikasikan berdasarkan kriteria penilaian. Berikut adalah kriteria penilaian.

Tabel 3.9

Jurnal adalah sebuah curhatan siswa setelah pembelajaran berlangsung. Jurnal yang berisi kesan dan pesan selama pembelajaran memberikan motivasi untuk guru yang mengajar dan menguatkan sesuatu yang menarik dalam pembelajaran yang menyebabkan siswa ikut aktif dalam pembelajaran. Jurnal yang dituliskan siswa kemudian menjadi evaluasi bagi guru yang mengajar dan menjadikan motivasi yang baik untuk mengembangkan bahan ajar dalam pembelajaran.

2. Eksperimen

a. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan pemecahan masalah Matematis 1) Uji Normalitas

Metode chi kuadrat (χ²) digunakan untuk mengadakan pendekatan dari beberapa faktor atau mengevaluasi frekuensi yang diselidiki atau frekuensi hasil observasi dengan frekuensi yang diharapkan dari sample apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang signifikan atau tidak (Riduwan dan Sunarto, 2012: hlm. 68). Untuk mempermudah pengolahan data, dalam penelitian ini peneliti menggunakan bantuan

(44)

49

Ratu Utari Rohmah, 2016

2) Uji Homogenitas Variasi (Uji F)

Dalam buku Dasar-dasar Statistika, menurut (Riduwan, 2006: hlm. 185) uji homogenitas variansi dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki varians yang homogen. Untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki varians yang homogeny digunakan uji F, sebagai berikut:

F = 2

Dengan kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: a) Jika signifikansi (Sig.) ≤ 0,05 maka ditolak

b) Jika signifikansi (Sig.) > 0,05 maka diterima

Untuk mempermudah pengolahan data, dalam penelitian ini peneliti menggunakan bantuan software SPSS 21.0 for windows.

3) Uji Hipotesis

Dalam uji hipotesis ini terdiri dari uji t, uji scheffe dan uji gain sebagai berikut.

a) Uji t

Uji t dua sampel ini terdapat tergolong uji perbandingan (uji komparatif) tujuan dari uji ini adalah untuk membandingkan (membedakan) apakah kedua data (variabel) tersebut sama atau berbeda. Guna uji komperatif adalah untuk menguji kemampuan generalisasi (signifikansi hasil penelitian yang berupa perbandingan keadaan variabel dari dua rata-rata sampel (Riduwan, 2006: hlm. 213).

(45)

50

Ratu Utari Rohmah, 2016

a) Jika signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak. b) Jika signifikansi lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima.

Untuk mempermudah pengolahan data, dalam penelitian ini peneliti menggunakan bantuan software SPSS 19.0 for windows.

b) Uji Scheffe

Setelah melakukan uji t maka berlanjut pada uji scheffe untuk mengetahui perbedaan rerata yang signifikan, uji scheffe ini dilakukan pada data yang melibatkan 2 buah sampel, yaitu 1 kelompok eksperimen dan 1 kelompok kontrol.

Selain itu jika terdapat perbedaan pada subkelompok-subkelompok pada kelompok eksperimen maka uji Scheffe pun dilakukan untuk mengetahui mana yang berbeda secara signifikan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis pada subkelompok eksperimen. Untuk mempermudah pengolahan data, dalam penelitian ini peneliti menggunakan bantuan software SPSS 21.0 for windows.

b. Analisis Data Disposisi

Data yang dikumpulkan dari skala sikap kemudian dianalisis dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1) Setiap butir skala disposisi yang terkumpul kemudian dihitung menggunakan cara apriori.

2)Setelah pelaksanaan postes, siswa langsung diberikan seperangkat tes sikap.

(46)

51

Ratu Utari Rohmah, 2016

4) Rerata jumlah siswa yang menjawab SL, SR, J, atau TP dihitung, cara ini bertujuan untuk mengungkap kecendrungan pilihan mahasiswa secara umum.

5) Tingkat persetujuan siswa ungtuk masing-masing hitung. Data ini akan mengungkapkan kecenderungan persetujuan siswa secara umum.

6) Data hasil skala sikap ini kemudian dibuat bentuk persentase untuk mengetahui frekuensi masing-masing alternatif jawaban yang diberikan

Setelah data ditabulasi dan dianalisis, maka terakhir data tersebut ditafsirkan dengan menggunakan persentase berdasarkan kriteria Kuntjaraningrat (Supriadi, 2010: hlm. 57) sebagai berikut:

Tabel 3.10

Kriteria Persentase Skala Disposisi

Persentase Kriteria

P=0% Tak seorang pun

0%<P<25% Sebagian kecil

25%≤P<50% Hampir setengahnya

P=50% Setengahnya

50%<P<75% Sebagian besar

75%≤P<100% Hampir seluruhnya

(47)

52

Ratu Utari Rohmah, 2016

c. Analisis Data Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap 10 siswa pada tiap kelas eksperimen dengan total 30 siswa, yang dipilih secara acak dari masing-masing kelompok rendah, sedang, dan tinggi pada tiap-tiap kelompok eksperimen. Data yang terkumpul ditulis dan diringkas berdasarkan permasalahan yang akan dijawab pada penelitian ini.

d. Analisis Data Hasil Observasi

Data hasil observasi akan disajikan dalam bentuk tabel, hal ini untuk memudahkan dalam membaca data, selanjutnya dianalisis untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran matematika berlangsung.

e. Analisis Data Jurnal Harian Siswa

Data yang berupa karangan siswa tentang kesan dan pesan yang akan dibuat setiap akhir pembelajaran, ditulis dan diringkas sehingga dapat diketahui respon siswa secara keseluruhan terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL).

I. Pengembangan Bahan Ajar

Berdasarkan proses yang akan dan sudah dilakukan untuk mendapatkan data, pada bagian ini akan diuraikan tahapan pengembangan bahan ajar. Tahapan tersebut terdiri dari pengalaman belajar, pengembangan pembelajaran berdasarkan kesulitan belajar siswa atau Learning Obstacle (LO), dan kemampuan pemecahan masalah matematika yang dapat berkembang melalui desain didaktif yang akan dibuat.

Karakteristik Pengembangan Bahan Ajar

a. Hasil Respon Siswa dalam Implementasi DDA dan DDA-R

(48)

53

Ratu Utari Rohmah, 2016

Pada soal no. 1 siswa kebanyakan kurang memahami karena terlalu banyak data dan siswa sulit untuk mencari cara yang digunakan. Soal no.2 kebanyakan siswa dapat mengerjakan karena dianggapnya sering dikerjakan pada saat pembelajaran, namun siswa kesulitan dalam proses menghitung perkalian dua angka.

Desain didaktik awal yang sudah diberikan kemudian direvisi dan diimplementasikan sehingga menghasilkan jawaban yang bervariasi. Siswa kebanyakan dapat mengerjakan soal dan jawaban yang baik. Soal no.1 dapat diselesaikan dengan baik dan benar. Soal no.2 siswa dapat mengerjakan soal karena yang terlibat langsung dalam pengolahan datanya adalah anggota kelompoknya sendiri sedangkan pada soal no.3, siswa hanya menghitung jumlah semua dengan cara mengalikan banyaknya anggota dengan jumlah kue yang dimiliki setiap siswa. Dapat disimpulkan bahwa implementasi desain didaktik awal ini berhasil.

b. Problem Budaya di Masyarakat/Sekolah

Masyarak di sekolah kebanyakan menggunakan pembelajaran yang menggunakan media dan bahan ajar yang sudah modern. Masyarakat di sekolah belum menggunakan bahan ajar dan media yang berhubungan dengan budaya Sunda.

c. Nilai Budaya Masyarakat Sunda

(49)

Ratu Utari Rohmah, 2016

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan terhadap data pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Karakteristik Learning Obstacle yang terkait dengan pemecahan masalah dalam konsep perkalian diantaranya:

a. Learning Obstacles tipe 1 terkait pemahaman prosedural pada soal

cerita konsep operasi perkalian.

b. Learning Obstacles tipe 2 terkait pemahaman konteks dalam soal

cerita konsep operasi perkalian.

c. Learning Obstacles tipe 3 terkait konteks pemodelan dan memilih

strategi untuk memecahkan masalah pada soal cerita konsep operasi perkalian.

2. Kemampuan pemecahan masalah pada siswa dianggap sudah berkembang, hal ini dikarenakan hasil dari posttest antara kelas yang menggunakan pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbasis budaya Sunda – DDR lebih meningkat dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional. Siswa dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbasis budaya Sunda – DDR lebih aktif dan dapat dengan cepat memahami isi dari permalasahan dalam pembelajaran dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

3. Sikap siswa terhadap pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbasis budaya Sunda – DDR positif. Hal ini ditunjukkan melalui skala disposisi yang telah diberikan kepada siswa. Selain itu lembar observasi siswa menguatkan bahwa pembelajaran Contextual Teaching and

(50)

118

Ratu Utari Rohmah, 2016

Sunda – DDR bagus dan baik digunakan dalam pembelajaran matematika di SD pada materi Perkalian siswa kelas III (tiga).

4. Setelah diuji menggunakan SPSS 21 for Windows didapatkan hasil secara keseluruhan untuk nilai postest dari kelas yang menjadi objek penelitian baik itu kelas eksperimen maupun kelas kontrol, dalam uji normalitas keduanya berada dalam data yang normal dan homogen serta untuk uji t postest Ho ditolak yang menandakan adanya perbedaan pada kedua sampel, nilai rata-rata kelas ekperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol. Kemudian jika dilihat dari hasil wawancara, siswa senang dengan pembelajaran yang pembelajarannya dengan cara bermain. Sedangkan jika dilihat dari catatan siswa/jurnal harian setiap pembelajaran siswa menuliskan kesan dan pesan terhadap pembelajaran yang positif. Jika dilihat dari tingkat kecerdasan kedua kelas tersebut memang kelas kontrol memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dibanding kelas eksperimen bisa dilihat pada nilai rata-rata awal siswa antara kelas eksperimen dan kontrol memang lebih unggul kelas kontrol, tetapi dalam pembelajaran dengan adanya treatment pembelajaran pendekatan

Contextual Teaching Learning (CTL) berbasis Budaya Sunda, kelas

eksperimen bisa menyaingi kelas kontrol serta dapat meningkatkan pemecahan masalah matematis.

(51)

119

Ratu Utari Rohmah, 2016

diantaranya adalah waktu yang diperlukan dalam pembelajaran PKBBS memerlukan waktu yang lama sedangkan waktu yang peneliti dapatkan hanya sedikit sehingga hal ini menjadi faktor penghambat penelitian

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian di atas mengenai penerapan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) berbasis Budaya Sunda pada mata pelajaran dan juga hsil dari kesimpulan diatas dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Untuk Rekan Guru

a. Menggunakan pendekatan dan metode pembelajaran yang menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) berbasis Budaya Sunda bisa lebih meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam pembelajaran perkalian.

b. Dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis guru sebagai fasilitator memfasilitasi siswa untuk aktif didalam kelas baik secara individual maupun secara kelompok.

c. Agar siswa aktif dalam diskusi kelas, maka guru harus memberikan motivasi pada siswa untuk belajar aktif ketika sedang berdiskusi dan guru harus membahas hasil diskusi siswa juga memberikan penghargaan bagi siswa sehingga dapat melatih keberanian siswa terutama saat berada didepan kelas.

d. Menggunakan alat peraga yang cukup dan tepat sesuai dengan materi pembelajaran terutama yang ada dilingkungan siswa, sehingga siswa mudah untuk membayangkan ataupun menggunakannya sebagai alat peraga.

(52)

120

Ratu Utari Rohmah, 2016

2. Peneliti Selanjutnya

(53)

Ratu Utari Rohmah, 2016

PENGARUH PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBASIS BUDAYA

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2006). Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006

Tentang Standar Isi Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas

Hanafiah & Suhana, C. (2010). Konsep strategi pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama

Heruman. (2012). Model Pembelajaran Matematika. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Johnson, E. B. (2007). Contextual Teaching and Learning (CTL). Bandung: Mizan Learning Center

Megacahyo, A. (2004). Jurnal: Pengaruh Model PBL dan Motivasi Terhadap

Hasil Fasilisator PNPM Mandiri Pedesaan di Provinsi Jawa Timur. (Tesis). Magister Pendidikan

Nadiartana. Dkk. (2014). Jurnal: Pengaruh Model Pembelajaran CTL Berbasis

Budaya Bali Terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelas V SD Gugus Sukawana, 2(1), hlm. 1–11

NCTM. (2000). Principles and Standars for School Mathematics. Tersedia pada: www.nctm.org (30 Maret 2015)

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. (2008). Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual

dalam Melaksanakan KTSP. Serang: PPPPTK

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. (2011). Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan Karakter Bangsa

melalui Pembelajaran Matematika di SD. Serang: PPPPTK

Rajagukguk, W. (2011). Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa dengan Penerapan Teori Belajar Bruner pada Pokok Bahasan Trigonometri di Kelas X SMA T.A. 2009/2010, 19(1), hlm.

427-442

Ratih, A. N. dkk. (2014). Jurnal: pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) Melalui Pemodelan Sederhana Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V, 2(1), hlm. 1 – 20

Riduwan. (2006). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: ALFABETA

Riduwan dan Sunarto. (2012). Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan,

Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: ALFABETA

(54)

122

Ratu Utari Rohmah, 2016

Santoso, S. (2010) Mastering SPSS 18. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Sari, N. T. (2013). Jurnal: Implementasi Pendidikan Contextual teaching and

Learning (CTL) Bernuansa Pendidikan Berkarakter Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa MTsN, 1(1), hlm. 46

60

Setiawati, D. dkk. (2013). Jurnal: Pengaruh Pendekatan Kontekstual Terhadap

Kemampuan Koneksi Matematika di SD, 1(1), hlm. 1 – 12

Setiawati, D. dkk. (2013). Jurnal:Perbedaan Peningkatan Kemampuan

Pemecahan Masalah dan Komunikasi Mtematika Siswa antara Pendekatan CTL dengan Pembelajaran Konvensional pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Bireun, 6(1), hlm. 1-13

Sudjana, D. (2010). Strategi Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Falah Production

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suryadi, D. (2010). Metapedadidaktik dalam pembelajaran matematika: Suatu Strategi pengembangan diri menuju guru matematika professional.

Pelantikan Guru Besar UPI, tidak diterbitkan

Supriadi. (2003). Komposisi Modul Siswa Agar Pembelajaran Aritmatika

SosialBerdasarkan Pendekatan Realistik dapat Direalisasikan. Tugas akhir

Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: tidak diterbitkan

Supriadi. (2010). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa PGSD

melalui Pembelajaran Inquiry Based Learning. (Tesis). Pascasarjana, UPI

Bandung

Supriadi. (2012). Cara Mengajar Matematika. Serang: UPI Kampus Serang Supriadi. (2013). Strategi Inovatif Pemecahan Masalah Matematika SD. Serang:

UPI Kampus Serang

Supriadi. (2014a). Developing Mathematical Modeling Ability Students

Elementary School Teacher Education through Ethnomathematics-Based Contextual Learning. Bandung: UPI

Supriadi. dkk. (2014b). Mengembangkan Kemampuan dan Disposisi Pemodelan

serta Berpikir Kreatif Matematik Mahasiswa PGSD melalui Pembelajaran Kontekstual Berbasis Etnomatematika. (Disertasi). Pascasarjana, UPI

Bandung

Surya, E. dkk. (2013). Journal: Improving Of Junior high School Visual Thinking

Gambar

gambaran desain pada penelitian ini:
Gambar 3. 1. Alur Pelaksanaan  Didactical Design
Gambar 3.3 Tahap Pelaksanaan
Tabel 3.1 Uji Validitas Instrumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Membahas mengenai dunia otomotif khususnya motor dengan beberapa spesifikasi yang berbeda dengan menggunakan Visual Basic 6.0 dan diharapkan dapat mempermudah dalam

Salah satunya adalah internet, Internet merupakan sumber informasi yang penting bagi masyarakat di seluruh dunia, berbagai fungsi komunikasi dan penyebaran informasi dapat

KARYA YEPPA INDAH INDAH PURWODADI, PANAM, PEKANBARU POS.. 85 RIO FAUZI

[r]

atau muatan listrik yang terjadi di antara kutub positif dan kutub negatif sumber listrik “, misalnya : Accumulator atau AKI. “ Arus listrik adalah besarnya muatan listrik

[r]

Hal yang juga menarik dari temuan peneli- tian ini adalah bahwa ternyata para siswa tersebut memiliki pemikiran yang dapat dijadikan oleh guru sebagai dasar untuk

Uji asam pikrat dalam menganalisis karbohidrat yaitu untuk mengetahui karbohidrat yang bersifat gula pereduksi dengan mereduksi asam pikrat membentuk asam pikramat