A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya zaman, pekerjaan semakin sibuk dan berat. Kadang
beberapa aktivitas dari pekerjaan memberikan resiko seperti rematik dan nyeri.
Nyeri adalah mekanisme perlindungan diri bagi tubuh dan dapat timbul apabila
terjadi kerusakan jaringan sehingga menyebabkan individu tersebut merespon
untuk menghilangkan nyeri (Guyton, 1991). Beberapa respon seperti
memukul-mukul bagian yang nyeri akan memperparah nyeri, sehingga seseorang
membutuhkan analgetik, yaitu senyawa yang dapat meringankan serta menekan
rasa nyeri dalam dosis terapetik (Gunawan et al., 2008).
Masyarakat memiliki minat lebih pada pengobatan yang tradisional dan alami.
Dengan kandungan banyak senyawa seperti fenolik, flavonoid, betasianin, serat,
dan prebiotik pada kulit buah naga daging merah. Limbah kulit buah naga dapat
digunakan sebagai analgetik alami untuk menghindari efek samping yang muncul
dari penggunaan obat NSAID seperti aspirin (Kunnika & Pranee, 2011).
Buah naga mempunyai manfaat umum untuk menyembuhkan rematik. Pada
penyakit rematik biasanya penderita merasakan adanya nyeri yang diderita,
sehingga buah naga dapat digunakan untuk meredakan nyeri (Wirakusumah,
2007). Oligosakarida dari kulit buah naga menunjukkan adanya prebiotik, yang
dapat menurunkan resisten pada kondisi asam pada perut manusia (Wichienchot et
al.,2010). Betasianin dapat melindungi sel-sel tubuh dan jaringan dari kerusakan
yang disebabkan oleh adanya radikal bebas dan spesies oksigen reaktif, sehingga
betasianin juga dapat digunakan sebagai analgetik karena dapat melindungi dari
kerusakan sel-sel tubuh dan jaringan (Rauen dan Groot, 2009), maka perlu
dibuktikan secara ilmiah daya analgetik dari kulit buah naga supaya kulit buah
naga daging merah dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai analgetik.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah apakah ekstrak kulit buah naga daging merah dapat meringankan nyeri dan
dapat digunakan sebagai analgetik ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek analgetik ekstrak etanol 70% kulit
buah naga daging merah pada mencit.
D. Tinjauan Pustaka
1. Ekstraksi
Penarikan kandungan kimia yang terlarut dan terpisah dari bahan yang
tidak larut dalam suatu pelarut disebut dengan ekstraksi. Ada beberapa senyawa
aktif dalam simplisia seperti alkaloid, flavonoid, minyak atsiri, terpenoid, dan lain
sebagainya. Ekstraksi dapat cepat dan tepat dilakukan dengan mengetahui
pemilihan pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif (Ditjen POM, 2000). Ekstrak
merupakan sediaan kering, kental atau cairan yang dibuat dengan menyari
simplisia, baik hewani atau nabati dengan cara yang sesuai, dan berada di luar
pengaruh cahaya matahari langsung (Depkes RI, 1979).
Ada beberapa jenis hasil ekstraksi meliputi ekstrak cair, ekstrak kental,
dan ekstrak kering. Perbedaan jenis ekstrak ini didasari dengan banyak sedikitnya
air yang terkandung didalamnya. Maserasi merupakan cara ekstraksi sederhana
dengan cara merendam simplisia yang telah dihaluskan. Rendaman dari hasil
maserasi dihindarkan dari cahaya langsung untuk mencegah reaksi yang dikatalis
dengan cahaya atau untuk mencegah perubahan warna. Lama dari proses maserasi
berkisar dari 4 sampai 10 hari. Pengadukan atau penggantian pelarut secara
2. Nyeri
Rasa nyeri dapat disebabkan oleh adanya pengaruh kimiawi
ataupun mekanis, dan dapat mengakibatkan adanya kerusakan pada
jaringan serta melepas zat mediator nyeri. Fungsi dari nyeri itu sendiri
ialah memberi sinyal tentang gangguan-gangguan tubuh yang mungkin
terjadi seperti peradangan, infeksi kuman, dan kejang otot. Nyeri timbul
jika ada rangsang mekanik, termal, kimia, dan listrik dan karena itu
menyebabkan kerusakan jaringan, membebaskan mediator nyeri yang
dapat merangsang reseptor nyeri. Rangsang nyeri akan dialirkan melalui
SSP menuju pusat nyeri, sehingga rangsangan dirasakan sebagai nyeri
(Sukandar et al., 2008).
Nyeri berawal dari adanya fosfolipid yang telah berubah menjadi
asam arakhidonat. Asam arakhidonat ini merupakan substrat bagi enzim
postaglandin endoperoxide syntase. Endoperoxidase ini dapat diubah
menjadi berbagai macam postaglandin dan tromboxan. Sekarang ini
dikenal dua nama iso-enzim yaitu COX-1 dan COX-2 (Lelo, 2004).
3. Analgetik
Pada analgetik narkotika memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat
sekali dengan titik kerja yang terletak di SSP sehingga disebut juga analgetik kuat
(hipoanalgetik). Analgetik sentral ini umumnya dapat mengurangi kesadaran,
mengakibatkan toleransi dan kebiasaan serta ketergantungan fisik dan psikis
misalnya golongan morfin dan turunannya (Tjay dan Rahardja, 2002)Mustchler,
1991).
Untuk analgetik perifer (Non narkotik), khasiat lemah sampai sedang yang
bekerja pada perifer karena obat ini tidak mempengaruhi SSP, tidak menurunkan
kesadaran dan tidak mengakibatkan ketagihan. Disamping kerja analgetik,
senyawa ini juga bersifat antipiretik. Contoh analgetik perifer adalah parasetamol
dan asam mefenamat. Mekanisme kerja analgetik ini adalah mempengaruhi proses
sintesis prostagalandin dengan jalan menghambat enzim sikloogsigenase yang
menyebabkan asam arakhidonat dan asam C20 tak jenuh tidak dapat membentuk
endoperoksidase yang merupakan prazat dari postaglandin (Tjay dan Rahardja,
2002).
4. Parasetamol (Asetaminofen)
Asetaminofen atau yang biasa disebut parasetamol, merupakan
alternatif pengganti aspirin yang efektif sebagai obat analgetik dan
antipiretik. Namun parasetamol memiliki aktifitas antiradang yang lebih
lemah dari aspirin, sehingga bukan merupakan obat yang berguna untuk
menangani kondisi radang. Parasetamol dapat ditoleransi dengan baik karena
parasetamol tidak memiliki efek samping seperti aspirin. Parasetamol dapat
diperoleh tanpa resep, sehingga obat ini menonjol sebagai analgetik untuk
kalangan rumah tangga.
Parasetamol menghambat sikloogsigenase dengan mencegah
pengikatan asam arakidonat pada tempat aktif enzim tersebut sehingga
menghambat sisntesa postaglandin dan efektif menghambat sikloogsigenase
di otak tetapi tidak di tempat peradangan di jaringan perifer, ini lah yang
menyebabkan parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai
sedang.
Parasetamol diabsorbsi dengan cepat dan hampir sempurna di seluruh
saluran cerna. Dalam 30 sampai 60 menit konsentrasi plasma parasetamol
sudah mencapai puncak. Parasetamol terdistribusi relatif seragam hampir di
seluruh cairan tubuh. Dosis oral parasetamol yang biasa sebesar 325 sampai
1000 mg dengan dosis total harian tidak boleh melebihi 4000 mg. Untuk
anak-anak dosis tunggal sebesar 40 sampai 480 mg, bergantung pada usia dan
berat badan; tidak boleh lebih dari lima dosis diberikan dalam 24 jam
(Goodman&Gilman, 2007).
5. Tanaman Buah Naga Daging Merah a. Klasifikasi Tanaman
Tanaman Buah Naga Daging Merah (Hylocereus polyrhizus) memiliki
klasifikasi sebagai berikut:
Divisio : Spermathophyta
Sub Divisio : Agiospermae
Classis : Dicotyledonae
Sub Classis : Apetalae (Monoclamydale)
Ordo : Caryophyllales / Centrospermae
Familia : Cactaceae
Genus : Hylocereus
Species : Hylocereus polyrhizus (Beker et al., 1968)
b. Nama Daerah
Buah naga memiliki nama berbeda di setiap negara. Di Indonesia sering
disebut dengan buah naga atau pitaya, di Inggris disebut dengan Dragon Fruit, di
Vietnam disebut dengan Thanh Long, dan di Thailand sering disebut dengan Kaeo
c. Kandungan Kulit Buah Naga
Red Dragon Fruit peel atau kulit buah naga daging merah mengandung
senyawa fenolik, flavonoid, betacyanin, serat, prebiotik, oligosakarida (Kunnika
& Pranee, 2011) (Wichienchot et al., 2010).
d. Farmakologi Kulit Buah Naga
Kulit buah naga banyak diteliti sebagai antioksidan (Kanner et al., 2001)
dan toksisitas (Sook Yee Hor et al.,2012).
E. Landasan Teori
Nyeri adalah mekanisme perlindungan diri bagi tubuh dan dapat timbul apabila
terjadi kerusakan jaringan sehingga menyebabkan individu tersebut merespon
untuk menghilangkan nyeri (Guyton, 1991), sehingga seseorang membutuhkan
analgetik, yaitu senyawa yang dapat meringankan serta menekan rasa nyeri dalam
dosis terapetik (Gunawan et al., 2008).
Salah satu bahan alami yang dapat digunakan adalah kulit buah naga daging
merah yang masih terkandung banyak senyawa seperti fenolik, flavonoid,
betasianin, serat, dan prebiotik (Kunnika & Pranee, 2011). Buah naga mempunyai
manfaat umum untuk menyembuhkan rematik. Pada penyakit rematik biasanya
penderita merasakan adanya nyeri, sehingga buah naga dapat digunakan untuk
meredakan nyeri (Wirakusumah, 2007). Oligosakarida dari kulit buah naga
menunjukkan adanya prebiotik, yang dapat menurunkan resisten pada kondisi
asam pada perut manusia, akibat pemberian asam asetat (Wichienchot et al.,2010)
dan Betasianin dapat melindungi sel-sel tubuh dan jaringan dari kerusakan yang
disebabkan oleh adanya radikal bebas dan spesies oksigen reaktif, dari
mengandung senyawa flavonoid dan betasianin yang dapat digunakan sebagai