• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN FUNGSI SERTA EKSISTENSI MUSIK PADA TRADISIONAL NGLAENG LAWE DI SANGGAR PUTRI METUAH DESA LAWE SUMUR KABUPATEN ACEH TENGGARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN FUNGSI SERTA EKSISTENSI MUSIK PADA TRADISIONAL NGLAENG LAWE DI SANGGAR PUTRI METUAH DESA LAWE SUMUR KABUPATEN ACEH TENGGARA."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN FUNGSI SERTA EKSISTENSI MUSIK PADA TARIAN

TRADISIONAL NGALENG LAWE DI SANGGAR

PUTRI METUAH DESA LAWE SUMUR

KABUPATEN ACEH TENGGARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

ELDA SARI SIHOMBING

NIM. 2103340018

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan berkat-Nya Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di

Universitas Negeri Medan. Skripsi ini berjudul “Kajian Fungsi serta Eksistensi

Musik pada Tarian Tradisional Ngaleng Lawe di Sanggar Putri Metuah Desa Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara”.

Dalam penyelesaian Skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak baik moral maupun materil. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan

kerendahan hati penulis menuturkan ucapan terimakasih yang tiada terhingga

kepada :

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan,

3. Dra. Tuti Rahayu, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sendratasik, serta Dosen

Pembimbing Skripsi I

4. Uyuni Widiastuti, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Sendratasik,

sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi II

5. Panji Suroso, M.Si. selaku Ketua Prodi Pendidikan Seni Musik,

6. Lamhot Basani Sihombing, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing

Akademik,

7. Seluruh Dosen di Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Medan,

8. Bahrun Saleh Sekedang, selaku Kepala Sanggar Putri Metuah,

9. Teristimewa kepada kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda J.

Sihombing dan Ibunda D. Br Manurung yang selalu mendidik,

memberikan kasih sayang yang tak terhingga mendukung baik secara

moril maupun materil, memberikan motivasi, semangat dan doa yang

tulus yang tiada hentinya demi kesuksesan ananda.

10.Adik-adikku yang tersayang Devita Sari Sihombing, Cindy

Sihombing, Beta Ria Sonya Sihombing, Josua Sihombing, Aron

(7)

iii

11.Teman-teman terbaikku Risna Margaretta Damanik, Gusti Tamba,

Lerin Riwanti Sitohang, Octa Maria Sihombing, Devi Novita Sari

Hutapea, Putri Ginting yang telah memberikan doa, motivasi untuk

menyelesaikan Skripsi ini.

12.Teman-teman seperjuangan Risna Margaretta Damanik, Gusti Tamba,

Lerin Riwanti Sitohang, Prawika Lestari Purba, Christin Juliema

Prangin-angin, Nova Simamora dan teman-teman lainnya di Prodi Seni

Musik angkatan 2010 terimakasih atas kerjasamanya selama

perkuliahan.

13.Henok Arif Sinurat yang telah memberikan doa serta motivasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Semoga Tuhan memberikan berkat yang berlimpah kepada seluruh pihak

yang telah memberikan bantuan, baik materil maupun nonmateril kepada penulis

dalam penyelesaian Skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari yang

diharapkan, baik dari segi kalimat, isi dan juga teknik penguraiannya. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

penyempurnaan Skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Skripsi yang sederhana ini dapat

berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam usaha peningkatan mutu

pendidikan, khususnya di bidang pendidikan musik.

Medan, September 2014

Penulis,

(8)

i

ABSTRAK

ELDA SARI SIHOMBING, NIM 2103340018, KAJIAN FUNGSI SERTA EKSISTENSI MUSIK PADA TARIAN TRADISIONAL NGALENG LAWE DI SANGGAR PUTRI METUAH DESA LAWE SUMUR KABUPATEN ACEH TENGGARA, Skripsi Medan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. 2014.

Penelitian ini membahas tentang fungsi musik dalam Tari Ngaleng Lawe, Eksistensi musik pada Tarian Tradisional Ngaleng Lawe, Perkembangan musik pada Tarian Tradisionl Ngaleng Lawe, serta instrumen musik yang digunakan untuk mengiringi Tarian Tradisional Ngaleng Lawe di Sanggar Putri Metuah Desa Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara.

Landasan teoretis dan kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan beberapa teori-teori yang mendukung dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu Eksistensi, Teori Fungsi, Teori Musik, Musik Iringan, Instrumen Musik, dan Teori Tari.

Sedangkan teknik analisis data, penulis menggunakan teknik deskriptif kualitatif, ditafsirkan dan dirumuskan antara data yang satu dengan data yang lain agar data tersebut akurat dan cermat, sehingga menghasilkan bentuk laporan ilmiah atau skripsi, dengan pengumpulan data di lapangan meliputi studi kepustakaan, observasi, wawancara dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka, Fungsi musik dalam Tari Ngaleng Lawe adalah sebagai pengiring tarian. Tari Ngaleng Lawe berarti mengambil air dengan menggunakan peralatan seperti calung dan cukhan. Dalam Tari Ngaleng Lawe terdapat beberapa gerakan. Perkembangan musik pada Tari Ngaleng Lawe adalah Tahun 1975 awal terciptanya hingga tahun 1990 tarian ini cukup dikenal oleh masyarakat suku Alas, namun sejak tahun 1990 Tari Ngaleng Lawe tidak lagi dipertunjukan oleh masyarakat setempat. Akan tetapi tahun 2013 Tari Ngaleng Lawe mengkuti festival tari tradisional di Sabang Adapun musik pengiring Tari Ngaleng Lawe pada saat itu adalah terdiri dari instrumen bangsi,

gendang, rafa’i, dan keyboard. Keketuk layar, biola, accordion, tidak lagi digunakan. Namun instrumen organ beralih pada keyboard. Adapun instrumen musik yang digunakan dalam mengiringi Tari Ngaleng Lawe sekarang ini adalah

bangsi, gendang, rafa’i debus, dan keyboard.

(9)

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 7

C.Pembatasan Masalah ... 8

D.Rumusan Masalah ... 9

E.Tujuan Penelitian... 10

F.Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORETIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A.Landasan Teoretis ... 12

1.Eksistensi ... 12

2.Teori Fungsi ... 13

3.Teori Musik ... 15

4.Musik Iringan ... 16

5.Instrumen Musik ... 18

6.Teori Tari ... 20

(10)

v BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

B.Populasi dan Sampel ... 25

1.Populasi ... 25

2.Sampel... 25

C.Teknik Pengumpulan Data ... 26

1.Studi Kepustakaan ... 27

2.Observasi. ... 29

3.Wawancara. ... 30

4.Dokumentasi ... 31

D.Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Geografis Wilayah Kabupaten Aceh Tenggara ... 33

B. Sosial Budaya Masyarakat ... 34

C. Fungsi Musik pada Tari Ngleng Lawe ... 35

D. Eksistensi Musik pada Tari Ngaleng Lawe... 36

E. Perkembangan Musik pada Tarian Ngaleng Lawe ... 41

F. Instrumen yang digunakan ... 42

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan. ... 63

B. Saran... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(11)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Wilayah Aceh Tenggara ... 33

Gambar 4.2 Gerak pertama Cindekh ni kas megeken lagam ... 46

Gambar 4.3 Medalan be muke ... 47

Gambar 4.4 Sehadepen... 48

Gambar 4.5 Tandok ... 49

Gambar 4.6 Mekusik... 50

Gambar 4.7 Cindekh... 51

Gambar 4.8 Medalan laus be lawe ... 52

Gambar 4.9 Tandok53 Gambar 4.10 Cibalken calung ... 54

Gambar 4.11 Cibalkan cukhan ni tepi lawe. ... 55

Gambar 4.12 Megukhokh khut imbang ... 56

Gambar 4.13 Megedebung khut khidi ... 57

Gambar 4.14 Mekuse ... 58

Gambar 4.15 Mengketken lawe be calung ... 59

Gambar 4.16 Mengketken lawe be cukhan ... 60

Gambar 4.17 Cindekh embah calung khut cukhan... 61

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seni adalah salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang

sejajar dengan perkembangan manusia selaku penggubah dan penikmat seni. Seni

memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan mengandung ide-ide

yang dinyatakan dalam bentuk aktivitas atau rupa sebagai lambang.

Kehadiran seni dapat memperoleh kenikmatan sebagai akibat dari refleksi

perasaan terhadap stimulus yang kita terima. Kenikmatan seni bukanlah

kenikmatan fisik lahiriah, melainkan kenikmatan batiniah yang muncul bila kita

menangkap dan merasakan simbol-simbol estetika dari penggubah seni. Tingkat

pengembangan dan kemajuan bukan hanya dilihat dari segi politik dan

ekonominya saja, tetapi juga dapat dilihat dari tingkat perkembangan nilai

seninya, diantaranya musik menjadi satu bagian penting di dalamnya.

Seni musik adalah seni menata bunyi menjadi suatu harmoni yang indah

didengar. Secara mendasar dapat dikatakan bahwa musik merupakan bunyi

sebagai aktivitas manusia yang memiliki tujuan tertentu. Musik merupakan suatu

yang dihasilkan oleh manusia yang melakukan aktivitas musik seperti membuat

komposisi, membuat aransemen, dan memainkan atau menampilkan karya-karya

musik. Musik tidak dapat dilepas dari kehidupan manusia, bahkan musik bisa

untuk melengkapi kehidupan manusia baik dari segi sosial, budaya, maupun dari

(13)

2

Seni tradisional adalah seni yang berkembang di daerah sekitar seni itu

berasal. Kesenian tradisional suku Alas terdiri dari: Pelebat, Mesekat, Landok

Alun, Vokal Suku Alas. Kata Pelebat berasal dari kata Rubat, yaitu suatu

perkelahian yang menunjukkan keperkasaan, memakai alat yang terbuat dari

benda tajam seperti: pisau Mekhemu atau pedang, mengingat pedang dapat

berbahaya terhadap si pelaku permainan, oleh karena itu maka dari sejak zaman

penjajahan Belanda sudah dilarang memakai benda tajam dalam permainan. Oleh

sebab itu masyarakat suku Alas menyepakati permainan Pelebat dengan

menggunakan alat sekeping bambu yang sudah diraut. Pelebat juga digunakan

dalam acara pernikahan pada penjemputan mempelai laki-laki dari rumah

perempuan yang disebut tempat ni Pengembunan maka kedua belah pihak

mempelai saling menjagokan salah seorang dari pemudanya untuk memainkan

Pelebat, dimana pemain sebelum bermain terlebih dahulu saling bersalaman,

mengukur panjang bambu yang digunakan sebagai alat dalam permainan,

memberi hormat kepada kedua mempelai dan penonton.

Masekat adalah tarian yang dibawakan oleh anak-anak sampai orang

dewasa secara berkelompok dengan posisi berbaris seperti halnya orang shalat

saat membaca tahayatul akhir. Dalam permainannya peserta memakai baju adat

yang mana jumlahnya minimal 18 orang.

Landok Alun adalah menari dengan gerakan lambat, atau dikenal juga

dengan julukan tari Alas yang sangat sensitif, dimainkan oleh kalangan pemuda

(14)

3

Kabupaten Aceh Tenggara dengan Ibukota Kutacane merupakan salah satu

kabupaten yang terletak di bagian Tenggara Provinsi Aceh. Kabupaten ini berada

di daerah pegunungan dengan ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut,

yang berada di bagian dari pegunungan Bukit Barisan. Kabupaten Aceh Tenggara

memiliki kekayaan dan keanekaragaman potensi wisata alam, seperti Taman

Nasional Gunung Leuser, Taman Wisata Lawe Gurah, Lawe Alas, Sungai Alas,

pemandangan pegunungan, mata air panas, gua alam, air terjun dan lain-lain.

Suku Alas merupakan salah satu suku yang bermukim di Kabupaten Aceh

Tenggara. Kata Alas dalam bahasa Alas berarti tikar. Hal ini ada kaitannya

dengan keadaan daerah itu yang membentang datar seperti tikar di sela-sela

pegunungan Bukit Barisan. Daerah tanah Alas dilalui banyak sungai, salah satu

diantaranya adalah Lawe Alas.

Suku Alas memiliki budaya seni yang merupakan milik asli suku Alas.

Salah satu diantaranya adalah Tari Ngaleng Lawe. Ngaleng Lawe berarti

mengambil air, Tari Ngaleng Lawe adalah salah satu kesenian yang terdapat di

Kutacane, Kabupaten Aceh Tenggara tepatnya masyarakat suku Alas. Tarian ini

tercipta pada tahun 1975 oleh Muhammad Arsad Sekedang. Kemudian pada tahun

1985 Tari Ngaleng Lawe dikembangkan oleh Bahrun Saleh Sekedang di Sanggar

Putri Metuah Desa Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara. Sanggar Putri

Metuah sudah sering membawakan Tarian Ngaleng Lawe dalam festival kesenian

tradisional Aceh seperti PKA (Pekan Kebudayaan Aceh). Sanggar Putri Metuah

juga merupakan Sanggar tertua di Kabupaten Aceh Tenggara. Sanggar ini cukup

(15)

4

maupun tingkat provinsi. Selain itu Sanggar ini juga sudah pernah membawakan

tarian tradisional hingga ke Jakarta.

Tarian Ngaleng Lawe tercipta dari hasil kebiasaan sehari-hari para gadis

suku Alas pada zaman dahulu. Setiap pergi ke sungai, para gadis tersebut pergi

bersama-sama dengan membawa peralatan seperti Calung dan Cukhan. Calung

dan cukhan merupakan sebuah alat yang sama-sama terbuat dari bambu, tetapi

mempunyai perbedaan. Calung merupakan bambu yang berukuran pendek dan

mempunyai sebuah gagang yang berfungsi untuk memegang calung. Cukhan

merupakan bambu yang berukuran panjang dan mempunyai tali yang diikat pada

ujung dan pangkal bambu yang berfungsi untuk membawa cukhan di atas bahu.

Kedua alat yang terbuat dari bambu ini digunakan masyarakat dan berfungsi

sebagai tempat untuk mengambil air dari sungai sebagai pengganti ember atau

tempayan air.

Tahun 1990 Tari Ngaleng Lawe tidak pernah ditarikan lagi, hal ini

disebabkan oleh perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang begitu cepat

mempengaruhi pola pikir masyarakat. Bukan hanya itu saja budaya luar juga salah

satu penyebab perubahan minat terhadap kesenian tradisi yang perlahan-lahan

mulai terkikis. Oleh sebab inilah Tari Ngaleng Lawe mulai hilang daya tariknya

dan seiring berjalannya waktu tarian ini pun lenyap ditelan zaman.

Tahun 1988 Tari Ngaleng Lawe pernah dipertunjukan di PKA (Pekan

Kebudayaan Aceh) tepatnya di kota Banda Aceh. PKA merupakan sebuah cara

yang menampilkan kebudayaan tradisi Aceh, tarian ini berhasil meraih juara I.

(16)

5

mengangkat dan mempertunjukan kembali Tari Ngaleng Lawe. Tari Ngaleng

Lawe memiliki syair-syair yang menceritakan tentang kebersamaan gadis-gadis

remaja pergi ke sungai untuk mengambil air sambil bersenda gurau.

Secara nyata musik merupakan salah satu cabang seni yang memiliki

banyak fungsi diantaranya sebagai hiburan, mengiringi lagu, tari, sarana

mewujudkan simbol-simbol dari nilai-nilai tradisi dan budaya setempat. Dengan

demikian fungsi musik pada Tarian Tradisional Ngaleng Lawe adalah untuk

mengiringi. Musik juga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, bahkan

musik dapat melengkapi kehidupan manusia baik dari segi sosial, budaya, maupun

dari segi religiusnya. Daerah Alas mempunyai beberapa jenis alat musik

tradisional. Biasanya alat musik tradisional di daerah Alas dimainkan pada

upacara pernikahan dan penjemputan tamu atau pejabat di Kabupaten Aceh

Tenggara.

Adapun alat musik tradisional yang masih ada dan sering digunakan

sampai saat ini dalam upacara adat perkawinan masyarakat Alas dan penjemputan

tamu atau pejabat bahkan untuk acara hiburan adalah alat musik tradisional

Canang (alat musik yang memainkannya dengan cara dipukul). Canang ada dua

jenis, yaitu Canang Situ (terbuat dari tembaga), dan Canang Buluh (terbuat dari

buluh khegen atau bambu). Selain Canang ada juga alat musik tradisional

masyarakat Alas yaitu Bangsi (alat musik yang memainkannya dengan cara ditiup

dan berfungsi sebagai pembawa melodi). Selain itu ada juga alat musik tradisional

masyarakat Alas yaitu Keketuk Layar (alat musik yang terbuat dari bambu atau

(17)

6

ini masih ada, namun tidak semua masyarakat Alas dapat memainkannya. Hal ini

disebabkan oleh kurangnya minat masyarakat suku Alas memainkan alat musik

tradisional.

Beberapa alat musik tradisional inilah yang digunakan untuk mengiringi

Tari Ngaleng Lawe pada tahun 1988 dipertunjukan di PKA (Pekan Kebudayaan

Aceh) tepatnya di kota Banda Aceh, salah satu diantaranya adalah Bangsi. Selain

alat musik tradisionl Alas, alat musik lainnya juga digunakan pada waktu itu

untuk mengiringi Tari Ngaleng Lawe yakni alat musik Akordion, Rapa’i Debus,

organdanBiola.

Akibat perkembangan zaman yang berkembang semakin moderen dan

kemajuan teknologi serta sulitnya mencari pemain musik, penggunaan instrumen

pada Tarian Ngaleng Lawe sekarang ini sudah bergeser pada instrument

Keyboard, gendang, bangsi, dan rafa’i debus.

Selain pengaruh dari perkembangan zaman, Tari Ngaleng Lawe juga

dipengaruhi tarian-tarian yang lebih banyak digemari orang saat ini. Hal inilah

yang menyebabkan Tarian Ngaleng Lawe semakin sedikit peminatnya.

Belakangan ini masyarakat Alas khususnya pemuda-pemudi maupun

anak-anak di Aceh Tenggara kurang berminat pada seni tradisi serta

memainkannya, khususnya musik tradisi Alas. Hanya sedikit orang tua yang

mengetahui fungsi dan makna, nama dan bentuk alat musik, serta bentuk

penyajian musik tradisi Alas. Bahkan kurangnya sosialisasi dari pemerintahan

Kabupaten Aceh Tenggara mengenai musik tardisi Alas pada masyarakat di

(18)

7

Menurut hasil pengamatan peneliti, penulis tertarik untuk membuat

penelitian dengan judul “Kajian Fungsi serta Eksistensi Musik pada Tarian

Tradisional Ngaleng Lawe di Sanggar Putri Metuah Desa Lawe Sumur Kabupaten

Aceh Tenggara”.

B.Identifikasi Masalah

Buchari (2004 : 4) mengatakan Identifikasi masalah pada umumnya

mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan

berkaitan dari judul penelitian atau dengan masalah atau variabel yang akan

diteliti. Hasil identifikasi dapat diangkat sejumlah masalah yang saling keterkaitan

satu dengan lainnya. Apabila dalam latar belakang penelitian penjelasannya sudah

dikemukakan dengan lengkap dan jelas, maka akan memudahkan dalam proses

identifikasi masalah. Identifikasi masalah merupakan proses merumuskan

permasalahan-permasalahan yang akan diteliti. Untuk memudahkan dalam proses

selanjutnya dan memudahkan pembaca memahami hasil penelitian, permasalahan

yang muncul dirumuskan dalam bentuk pertanyaan tanpa tanda tanya.

Berdasarkan latar belakang, diperoleh identifikasi masalah dalam

penelitian dengan rincian sebagai berikut.

1. Apakah fungsi musik pada Tarian Tradisional Ngaleng Lawe di Sanggar

(19)

8

2. Instrumen musik apa yang digunakan untuk mengiringi Tarian Tradisional

Ngaleng Lawe di Sanggar Putri Metuah Desa Lawe Sumur Kabupaten

Aceh Tenggara

3. Bagaimana eksistensi musik pada Tarian Tradisional Ngaleng Lawe di

Sanggar Putri Metuah Desa Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara

4. Bagaimana perkembangan musik pada Tarian Tradisional Ngaleng Lawe

di Sanggar Putri Metuah Desa Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara

5. Bagaiman cara memainkan alat musik tradisional Alas pada masyarakat

Alas

6. Apakah musik tradisi Alas digemari pemuda-pemudi di kabupaten Aceh

Tenggara

C.Pembatasan Masalah

Juliansyah (2010 : 245) mengatakan batasan masalah yaitu membatasi atau

mempersempit ruang lingkup masalah yang telah teridentifikasi. Batasan masalah

ini berguna bagi kita untuk mengidentifikasi faktor mana saja yang termasuk

dalam ruang lingkup masalah penelitian dan faktor mana yang tidak termasuk

dalam ruang lingkup masalah penelitian. Pemilihan batas masalah yang hendak

diteliti haruslah didasarkan kepada alasan yang tepat, baik alasan teoretis maupun

alasan praktis.

Luasnya permasalahan yang diambil, perlu dilakukan pembatasan masalah

untuk mempermudah masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Adapun

(20)

9

1. Apakah fungsi musik pada Tarian Tradisional Ngaleng Lawe di Sanggar

Putri Metuah Desa Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara

2. Bagaimana eksistensi musik pada Tarian Tradisional Ngaleng Lawe di

Sanggar Putri Metuah Desa Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara

3. Bagaimana perkembangan musik pada Tarian Tradisional Ngaleng Lawe

di Sanggar Putri Metuah Desa Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara

4. Instrumen musik apa yang digunakan untuk mengiringi Tarian Tradisional

Ngaleng Lawe di Sanggar Putri Metuah Desa Lawe Sumur Kabupaten

Aceh Tenggara

D.Rumusan Masalah

Juliansyah (2010:247) perumusan masalah merupakan upaya untuk

menyatakan secara tersurat pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya.

Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan perinci mengenai

ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan

masalah. Rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas, dan

dituangkan dalam bentuk kalimat tanya.

Berdasarkan uraian-uraian dari latar belakang masalah, identifikasi

masalah, dan pembatasan masalah, maka penulis membuat rumusan masalah yang

menjadi kajian penelitian ini adalah Bagaimanakah fungsi musik pada Tarian

Tradisional Ngaleng Lawe di Sanggar Putri Metuah Desa Lawe Sumur Kabupaten

(21)

10

E. Tujuan Penelitian

Buchari (2004:6) mengatakan Tujuan penelitian merupakan

keinginan-keinginan peneliti atas hasil penelitian dengan mengetengahkan

indikator-indikator apa yang hendak ditemukan dalam penelitian, terutama yang berkaitan

dengan variabel-variabel penelitian.

Dalam penelitian ini penulis merumuskan tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Mengetahui fungsi musik pada Tarian Tradisional Ngaleng Lawe di

Sanggar Putri Metuah Desa Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara

2. Mengetahui eksisitensi musik pada Tarian Tradisional Ngaleng Lawe di

Sanggar Putri Metuah Desa Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara

3. Mengetahui perkembangan musik pada Tarian Tradisionl Ngaleng Lawe

di Sanggara Putri Metuah Desa Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara.

4. Mengetahui instrumen musik yang digunakan untuk mengiringi Tarian

Tradisional Ngaleng Lawe di Sanggar Putri Metuah Desa Lawe Sumur

Kabupaten Aceh Tenggara.

F. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat untuk berbagai

pihak. Pihak-pihak tersebut adalah:

1. Peneliti

Dapat menambah wawasan bagi peneliti.

(22)

11

Memperkenalkan kesenian tradisional kepada peserta didik dalam

pembelajaran seni budaya.

3. Lembaga pendidikan

Khususnya bagi jurusan pendidikan seni musik, diharapkan dapat memberikan

informasi mengenai alat musik tradisional serta tarian tradisional di Aceh

Tenggara.

4. Masyarakat

Untuk memberikan motivasi kepada masyarakat khususnya generasi muda

sebagai satu-satunya pewaris budaya bangsa untuk terus melestarikan kesenian

daerah.

5. Pemerintah

Memberikan kontribusi berupa data-data yang diperlukan dalam

mengembangkan tradisi maupun kebudayaan khususnya di Aceh Tenggara,

sehingga pemerintah dapat menyediakan buku-buku pembelajaran yang sesuai

dengan kebutuhan, karena dewasa ini jarang sekali adanya buku mengenai

pembelajaan tradisi maupun kebudayaan bagi mahasiswa maupun anak sekolah

(23)

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tari Ngaleng Lawe pada masyarakat Alas merupakan salah satu bentuk seni

tari yang memiliki nilai estetika dan kaya akan nilai budaya. Berdasarkan bahasan

di atas yang telah dijelaskan secara rinci sesuai dengan apa yang telah didapatkan

selama penelitian, baik itu melalui wawancara, mencari dan membaca buku-buku

yang relevan, akhirnya penulis menarik kesimpulan bahwa:

1. Fungsi musik pengiring dalam Tari Ngaleng Lawe sangat berperan penting

dalam penyajian Tari Ngaleng Lawe ini karena musik pengiring dapat

membuat tarian ini menjadi lebih indah dan bermakna. Musik pengiring

berperan dalam mengatur tempo bagi penari. Membentuk kekompakan

bagi penari serta menciptakan keindahan suatu pertunjukan tari. Tarian

Ngaleng Lawe dapat disaksikan pada acara pernikahan atau penyambutan

tamu pejabat-pejabat besar dan pertunjukan pergelaran seni, hal ini

bertujuan agar kesenian Alas dikenal oleh masyarakat luas terutama

putra-putri daerah dan terus dilestarikan sebagai salah satu kesenian dan budaya

negeri.

2. Tari Ngaleng Lawe merupakan tarian yang tercipta pada tahun 1975 oleh

Muhammad Arsad Sekedang. Tarian ini tercipta dari hasil kebiasaan

sehari-hari para gadis suku Alas pada zaman dahulu. Setiap pergi ke

(24)

70

peralatan seperti calung dan cukhan. Tahun 1988 Tari Ngaleng Lawe

pernah dipertunjukan di PKA (Pekan Kebudayaan Aceh) tepatnya di kota

Banda Aceh. Sejak tahun 1990 Tari Ngaleng Lawe tidak lagi

dipertunjukan oleh masyarakat setempat, hal ini disebabkan karena

perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang begitu cepat

mempengaruhi pola pikir masyarakat, selain itu kurangnya perhatian

pemerintah setempat dalam menyediakan sarana dan prasarana

mengakibatkan tarian tersebut tidk lagi dipertunjukan. Akan tetapi tahun

2013 Tari Ngaleng Lawe ini mengkuti festival tari tradisional di Sabang

dan berhasil meraih lima besar. Tahun 2014 tepatnya bulan september

mendatang tarian ini akan mengikuti fesival di Banda Aceh.

3. Tahun 1975 awal terciptanya hingga tahun 1990 tarian ini cukup dikenal

oleh masyarakat suku Alas. Hal ini dapat dilihat dari seringnya Tari

Ngaleng Lawe dipertunjukan sebagai hiburan di berbagai acara, seperti

acara penyambutan tamu atau pejabat, acara perkawinan. Tarian ini pernah

dipertunjukan pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) di Banda Aceh pada

tahun 1988 dan berhasil meraih prestasi. Namun Sejak tahun 1990 Tari

Ngaleng Lawe tidak lagi dipertunjukan oleh masyarakat setempat, hal ini

disebabkan karena perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang

begitu cepat mempengaruhi pola pikir masyarakat, selain itu kurangnya

perhatian pemerintah setempat dalam menyediakan sarana dan prasarana

mengakibatkan tarian tersebut tidk lagi dipertunjukan. Akan tetapi tahun

(25)

71

dan berhasil meraih lima besar. Adapun musik pengiring Tari Ngaleng

Lawe pada saat itu adalah terdiri dari instrumen bangsi, gendang, rafa’i,

dan keyboard. Keketuk layar, biola, accordion, tidak lagi digunakan.

Namun instrumen organ beralih pada keyboard.

4. Pada tahun 1975 awal terciptanya Tari Ngaleng Lawe hingga tahun 1990,

tarian ini diiringi musik tradisional dan modren. Adapun instrumen musik

yang mengiringi Tari Ngaleng Lawe adalah Bangsi, Keketuk Layar, Rafa’i

Debus, Biola, Gendang, accordion dan organ. Namun sekarang ini

instrumen musik yang digunakan untuk mengiringi Tari Ngaleng Lawe

adalah sebagai berikut: Bangsi, Rafa’i Debus, Gendang, dan Keyboard.

B. Saran

Untuk menyempurnakan skripsi ini maka penulis membuat beberapa saran

yaitu sebagai berikut:

1. Diharapkan bagi seluruh masyarakat Alas agar tetap bersama-sama

menjaga dan melestarikan apa yang telah diwariskan oleh leluhur kita,

warisan yang telah diberikan oleh leluhur merupakan harta terbesar dan

aset negara yang tidak terhingga nilainya. Menjaga warisan leluhur berarti

juga menjaga identitas bangsa di mata dunia.

2. Peneliti berharap kepada pihak yang berwenang untuk tetap menjaga

kelestarian Tari Ngaleng Lawe agar bisa diwariskan kepada generasi

selanjutnya sehingga kebudayaan ini tidak akan punah dimakan waktu dan

(26)

72

3. Meningkatkan minat generasi muda untuk mencintai dan mengenal budaya

kesenian tradisional masyarakat Alas agar tidak dikalahkan dengan

kemajuan teknologi yang semakin canggih.

4. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi para peneliti selanjutnya

yang ingin membahas lebih jauh lagi masalah-masalah lain yang belum

(27)

73

DAFTAR PUSTAKA

Azzaristia, Sastrinda.2008. Musik Pengiring Tari Munalo dalam Upacara Adat Perkawinan di Kecamatan Bukit Simpang Tiga Kabupaten Bener

Meriah. Medan: FBS Unimed.

Arikunto, Suharsimi.2006. prosedur Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Agustina, Milana.2012. Kesenian Didong Alo dan Didong Tepok pada Acara

Pesta Perkawinan Juelen di Gayo Lues. Medan: FBS Unimed.

Aminudin.2009. Apresiasi Karya Seni Musik Daerah Nusantara. Bandung: Sarana Ilmu Pustaka.

Ali, Matius.2006. Seni Musik SMA untuk Kelas XII. Jakarta: Esis

Astono, Sigit.2007. Seni Tari & Seni Musik 3 SMA Kelas XII. Jakarta: Yudhistira. Buchari.2004. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta

Banoe, Pono.2009. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius.

Derman.2007. Keberadaan Musik Tradisi Alas pada Masyarakat Kabupaten Aceh

Tenggara. Medan: FBS Unimed.

Damayanti, Siska.2012. Peranan Pepongoten pada Acara Pesta Pernikahan di

Gayo. Medan: FBS Unimed.

Eka Ftri, Yulina.2005. Keberadaan Tari pada Masyarakat Suku Alas Kuta Cane

Kajian Terhadap Tari Ngaleng Lawe. Medan: FBS Unimed.

Edward.2013. Filsafat Pendidikan. Medan: Percetakan Unimed.

Juliansyah.2010. Metodologi Penelitian. Tambara Raya: Prenada Media. Nursantara, Yayat.2007. Seni Budaya untuk SMA Kelas X. Bekasi: Erlangga. Nurwani.2011. Pengetahuan Seni Tari. Medan: Universitas Negeri Medan. Nurwani.2013. Pengetahuan Seni Tari. Medan: Universitas Negeri Medan. Prier, Karl-Edmund.2009. Kamus Musik. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

(28)

74

Suroso, Panji.2011.Musik Iringan Tari. Medan: Diktat Prodi Seni Musik Universitas Negeri Medan.

Sugiyono.2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono.2011.Seni Budaya untuk SMK dan MAK Kelas X.Jakarta: Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait

keterampilan proses sains, lembar observasi, dan angket siswa.. Instrumen tes keterampilan

Apakah makna simbol yang terdapat dalam lirik lagu Camellia I, II,. III,dan

Perusahaan manufaktur menerbitkan laporan keuangan yang terdiri dari elemen-elemen akun dimana dapat digunakan untuk mengevaluasi dan mengukur variabel independen yakni

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Nomor: In.15/PJ.SKO/09/2017 tanggal Tiga Puluh bulan Maret tahun Dua Ribu Tujuh Belas, maka dengan ini kami umumkan pemenang

Karena cerita yang dirancang berupa fabel, maka tokoh-tokoh yang digunakan dalam cerita ini adalah binatang. Penjaringan ide dari tokoh-tokoh ini dengan

Abstract : Scabies is itch human skin disease caused by the mite Sarcoptes scabiei var. The prevalence of scabies in boarding school was relative high. That condition must be

ketiga dan meneruskan kepada pihak yang berkepentingan dan melakukan klarifikasi atas pengaduan tersebut. 2) Memantau tindak lanjut pengaduan yang berkaitan dengan

PENGARUH APLIKASI CUKA KAYU TERHADAP HAMA DAN PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT DENGAN SISTEM BUDIDAYA ORGANIK.. Pembimbing: Subagiya,