• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMPETENSI STRATEGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMPETENSI STRATEGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL)."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMPETENSI STRATEGIS

MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MELALUI

PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL)

(Studi Kuasi Eksperimen pada Salah Satu SMP Negeri di Kota Ternate)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Oleh

NINING PRIYANI GAILEA 1103844

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

ii

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMPETENSI STRATEGIS

MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MELALUI

PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL

Oleh

Nining Priyani Gailea

S.Pd. Universitas Khairun Ternate, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika

© Nining Priyani Gailea, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Tesis dengan Judul:

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMPETENSI STRATEGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL

Oleh:

Nining Priyani Gailea 1103844

Disetujui oleh:

Pembimbing I

Dr. Kusnandi, M.Si

Pembimbing II

Dr. Stanley Dewanto, M. Si.

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika SPs UPI

(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Peningkatan

Kemampuan Kompetensi Strategis dan Kemandirian Belajar Siswa melalui Pendekatan SAVI” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/ sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juli 2013 Yang membuat pernyataan

(5)

(Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)

Nining Priyani Gailea 1103844

ABSTRAK

Penelitian ini difokuskan mengenai rendahnya kemampuan kompetensi strategis matematis serta kemandirian belajar siswa khususnya pada siswa SMP. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan kompetensi strategis matematis serta kemandirian belajar siswa adalah dengan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan SAVI. Dalam proses pembelajaran, siswa melibatkan gerakan fisik (tubuh) yang termasuk didalamnya yaitu indera pendengaran dan penglihatan dengan aktivitas intelektual (berpikir). Keseluruhan dari aktivitas tubuh dan intelektual akan dilibatkan secara optimal dalam pembelajaran ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk menelaah pencapaian dan peningkatan kemampuan kompetensi strategis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran SAVI dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, serta mendeskripsikan gambaran kemandirian belajar siswa setelah memperoleh pembelajaran SAVI. Penelitian ini menggunakan desain non randomized pretest-posttest control group. Siswa kelompok eksperimen mendapat pembelajaran dengan pendekatan SAVI sedangkan siswa kelompok kontrol mendapat pembelajaran konvensional. Populasi penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Ternate kelas VIII semester II tahun ajaran 2012/2013. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pusrposive sample. Dari sepuluh kelas yang ada, terpilih dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas G sebagai kelompok eksperimen dan kelas H sebagai kelompok kontrol. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, maka digunakan instrumen penelitian berupa tes kemampuan kompetensi strategis matematis, skala kemandirian belajar, serta lembar observasi. Data hasil pretest dan posttest dianalisis secara kuantitatif untuk mengetahui perbedaan rerata peningkatan kemampuan kompetensi strategis matematis siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian data diperoleh bahwa rata-rata gain ternomalisasi untuk kelas eksperimen dengan pembelajaran pendekatan SAVI lebih baik secara signifikan daripada rata-rata gain ternomalisasi untuk kelas kontrol yang mendapat pembelajaran konvensional. Secara keseluruhan siswa telah memiliki kemandirian belajar yang baik setelah memperoleh pembelajaran dengan pendekatan SAVI.

(6)

v

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran SAVI ... 10

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 19

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

C. Populasi dan Sampel ... 20

D. Variabel Penelitian ... 20

E. Instrumen Penelitian ... 21

1. Tes Kemampuan Kompetensi Strategis Matematis ... 21

(7)

H. Prosedur Penelitian ... 36

1. Tahap Persiapan Penelitian ... 36

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 36

3. Tahap Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37

1. Deskripsi Data Kemampuan Kompetensi Stategis Matematis . 37

2. Analisis Data Kemampuan Kompetensi Strategis Matematis 39

a. Uji Normalitas Pretest Kemampuan Kompetensi Strategis Matematis ... 41

b. Uji Perbedaan Rata-rata Data Posttest Kemampuan Kompetensi Strategis Matematis ... 42

c. Uji Perbedaan Rata-rata Data N-Gain Kemampuan Kompetensi Strategis Matematis ... 44

3. Deskripsi Skala Sikap Kemandirian Belajar Siswa ... 45

4. Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 51

5. Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 52

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 54

1. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan SAVI ... 55

2. Peningkatan Kemampuan Kompetensi Strategis Matematis ... 58

3. Deskripsi Kemandirian Belajar Siswa Setelah Memperoleh .. Pembelajaran dengan Pendekatan SAVI ... 60

4. Aktivitas Guru dan Siswa Selama Proses Pembelajaran dengan Pendekatan SAVI Berlangsung ... 61

C. Keterbatasan Pelaksanaan Penelitian ... 63

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64

B. Implikasi ... 64

C. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN: LAMPIRAN A Instrumen Penelitian ... 69

LAMPIRAN B Ujicoba Soal Tes ... 148

LAMPIRAN C Data Hasil Penelitian ... 156

(8)

Nining Priyani Gailea, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu unsur dalam pendidikan. Mata pelajaran matematika telah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar sampai ke jenjang yang lebih tinggi, namun demikian kegunaan matematika bukan hanya memberikan kemampuan dalam perhitungan-perhitungan kuantitatif, tetapi juga dalam penataan cara berpikir, terutama dalam pembentukan kemampuan menganalisis, membuat sintesis, melakukan evaluasi hingga kemampuan memecahkan masalah. Untuk menguasai dan mengembangkan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika sejak usia dini, hal ini disebabkan karena matematika membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (Depdiknas : 2006)

Hampir di setiap negara, pergeseran pandangan terhadap matematika sudah sering terjadi. Pergeseran pandangan ini bermula dari memandang matematika sebagai ilmu pengetahuan terstruktur secara rapi ke pandangan bahwa matematika adalah aktivitas kehidupan manusia (Turmudi : 2009). Untuk itu, cara memperolehnya juga berpengaruh yaitu dari penyampaian rumus, definisi, konsep serta algoritma ke penyampaian konsep matematika melalui konteks yang bermakna dan yang berguna bagi siswa.

(9)

menguraikan bahan ajar matematika, maka dipandang bahwa seperti itulah siswa yang sukses. Tetapi ketika siswa menghadapi situasi lain di luar konteks yang diajarkan guru, siswa akan menyerah dan tidak mampu melakukan proses penyelesaian matematika tersebut. Padahal, dengan menggunakan konteks bahan yang telah diberikan, seharusnya siswa sudah mampu menyelesaikan persoalan tersebut. Silver (Turmudi: 2009) berargumentasi bahwa aktivitas siswa sehari-hari dalam pelajaran matematika di kelas terdiri atas “menonton” gurunya, menyelesaikan soal-soal di papan tulis, kemudian bekerja sendiri dengan masalah-masalah (persoalan) yang disediakan dalam LKS.

Dari uraian di atas dapat di lihat bahwa proses belajar-mengajar yang dibutuhkan saat ini yaitu proses belajar yang berpusat kepada siswa, dimana aktivitas siswa harus lebih dominan dari guru. Guru berperan sebagai motivator dan fasilitator di kelas. Dalam menjalankan peranan guru tersebut dibutuhkan kemampuan guru yang cukup agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Djauhari (Depdiknas, 2005) juga berpendapat bahwa kunci keberhasilan pembelajaran di sekolah adalah kreativitas dan inovasi guru dalam mengajar.

Dalam KTSP (BSNP, 2006) dituliskan bahwa pembelajaran matematika di sekolah memiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan dan kecakapan, salah satunya adalah memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Ketika menanamkan konsep baru kepada siswa, seringkali guru tidak mengaitkan dengan pengalaman kehidupan nyata yang dimiliki siswa. Selain itu, guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa mengkonstruksi sendiri ide-ide matematis, sehingga pembelajaran matematika yang dilakukan di kelas kurang bermakna. Van den Henvel-Panhuizen (2000) menegaskan, siswa akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan ketika siswa tersebut belajar matematika terpisah dari pengalamannya sehari-hari.

(10)

luar sekolah, mereka dihadapkan dengan persoalan yang berbeda yaitu mereka menemukan bagian yang sulit dari sebuah permasalahan. Sumarmo (2005) menyatakan bahwa kemampuan untuk menghadapi permasalahan-permasalahan baik dalam permasalahan matematika maupun permasalahan dalam kehidupan nyata merupakan kemampuan Daya Matematis (Mathematical Power). Oleh karena itu bagaimana pembelajaran matematika dilaksanakan sehingga dapat menumbuhkembangkan daya matematis siswa.

Permasalahan kemampuan daya matematis siswa salah satunya adalah kompetensi strategis. Mathematics Learning Study Committee, National Research Council (NRC), Amerika Serikat dalam publikasi buku Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics di tahun 2001 menawarkan konsep lima kemampuan yang harus diraih oleh para siswa untuk dikatakan cakap dalam bidang ilmu matematika, salah satu diantaranya yaitu Strategic Competence, yang merupakan kemampuan untuk memformulasikan, merepresentasikan, serta menyelesaikan permasalahan matematika. Para peneliti pendidikan matematika di National Research Council (NRC) menganggap bahwa kelima aspek atau komponen tersebut mutlak dimiliki oleh siswa sebagai bentuk penguasaan matematika yang utuh. Kemampuan dan kecakapan siswa dikoordinasikan dengan bentuk penguasaan dalam pemecahan masalah yang bersangkutan dengan kehidupan sehari-hari.

Ketika siswa tidak mampu memformulasikan permasalahan yang dihadapi siswa tersebut akan merasa kesulitan untuk menyelesaikannya. Hal ini terbukti dari hasil penelitian Nirawati (2009) bahwa siswa sebagian besar masih kesulitan untuk mengubah soal cerita ke dalam simbol matematis, dan ini menunjukkan bahwa siswa tersebut merasa kesulitan dalam mempresentasikan suatu permasalahan. Hal ini mengindikasikan bahwa masih rendahnya kompetensi strategis siswa. Dengan demikian, kompetensi strategis perlu dikembangkan untuk mendukung peningkatan kemampuan memecahkan masalah seperti yang diungkapkan dalam Academy of Math (2003): Solving mathematical problems proficiently requires a combination of conceptual understanding, computational

(11)

Yuspriyati (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa permasalahan kompetensi strategis siswa dapat dilihat dalam hasil belajar siswa yang kurang maksimal, dikarenakan siswa kurang terbiasa untuk mengerjakan permasalahan matematika secara sistematis. Permasalahan di sini adalah masalah matematika yang bersifat non rutin. Secara keseluruhan siswa belum bisa menyelesaikan masalah matematik dengan tepat, efisien, dan logis.

Sejalan dengan itu untuk meningkatkan kemampuan kompetensi strategis siswa, faktor lain yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah kemandirian belajar siswa dalam matematika. Keterampilan kemandirian belajar pada siswa dirasa masih kurang, hal ini bisa dilihat dari banyaknya aktivitas siswa yang cenderung menunggu instruksi dari gurunya. Siswa kurang atau bahkan belum termotivasi untuk bisa belajar sendiri serta tanggung jawab terhadap tugas belajarnya masih rendah (Nur Izzati : 2012). Ini dapat dilihat dari siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang ditugaskan oleh guru.

Selain itu ketika mengerjakan tugas matematika lainnya, rasa kurang percaya diri pada siswa sering muncul terhadap kebenaran jawaban yang telah dibuatnya. Siswa harus bertanya dulu kepada gurunya untuk meyakinkan apakah jawaban yang dibuatnya sudah benar atau belum. Tidak hanya menunggu jawaban dari guru saja, ada pula siswa yang menunggu jawaban temannya untuk disalin kembali. Ini menunjukkan bahwa siswa tersebut belum mempunyai kemandirian belajar dalam matematika. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ladysa (2012) yang menyatakan bahwa masih rendahnya inisiatif dari siwa untuk bertanya, mengerjakan soal, dan membaca buku.

(12)

Sejalan dengan itu, untuk menumbuhkembangkan daya matematis siswa diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika dengan tepat, efisien dan logis. Dalam kajian tentang upaya mendorong berpikir matematik siswa, Basten, dkk. (2001) menyatakan bahwa untuk mengembangkan kemampuan berpikir matematik siswa serta memperoleh kemandirian dalam belajarnya guru dapat menggunakan berbagai pendekatan mulai dari yang bersifat langsung sampai pendekatan tidak langsung. Pendekatan langsung adalah suatu pendekatan pembelajaran yang lebih berpusat pada guru, sementara pendekatan tidak langsung adalah suatu pendekatan pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa. Dalam penelitian ini, digunakan suatu pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual), dengan materi geometri. Dalam bukunya, Meier (2002) mengemukakan pembelajaran dengan pendekatan SAVI adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indera yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran.

Melalui alat indera tersebut, di dalam aktivitas belajar siswa dapat dilakukan dengan menyimak, berbicara, berdiskusi serta mengeluarkan pendapat dan memecahkan masalah. Unsur-unsur dari pendekatan SAVI antara lain: Somatis (belajar dengan berbuat), misalnya siswa diminta menggambarkan bangun geometri ruang. Auditori (belajar dengan mendengarkan), seperti siswa diminta mengungkapkan pendapat atas informasi yang telah didengarkan dari penjelasan guru, misalnya siswa diminta menjelaskan perbedaan kubus dengan balok. Visual (belajar dengan mengamati dan menggambarkan), melalui alat peraga serta proses belajar mengajar dengan menggunakan powerpoint siswa diharapkan dapat mengamati bangun-bangun geometri secara jelas dan mampu menggambarkannya. Intelektual (belajar dengan memecahkan masalah dan merenungkan), misalnya siswa diminta mengerjakan soal-soal latihan dari materi yang telah dijelaskan guru.

(13)

akan belajar sedikit tentang konsep-konsep geometri dengan menyaksikan presentasi (Visual), tetapi dapat belajar lebih banyak jika mereka dapat melakukan sesuatu (Somatis), membicarakan atau mendiskusikan apa yang mereka pelajari (Auditori), serta memikirkan dan mengambil kesimpulan atau informasi yang mereka peroleh untuk diterapkan dalam menyelesaikan soal (Intelektual).

Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, peneliti perlu melakukan penelitian dengan harapan pembelajaran dengan pendekatan SAVI dapat meningkatkan kemampuan kompetensi strategis matematis dan kemandirian belajar siswa. Penelitian difokuskan pada salah satu Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Kelas VIII.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini masalah dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah kemampuan kompetensi strategis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran SAVI lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

2. Apakah peningkatan kemampuan kompetensi strategis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran SAVI lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?

3. Seperti apakah kemandirian belajar siswa setelah memperoleh pembelajaran SAVI?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk menelaah pencapaian kemampuan kompetensi strategis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran SAVI dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

(14)

3. Mendeskripsikan kemandirian belajar siswa setelah memperoleh pembelajaran SAVI.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah diuraikan, maka hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

1. Menambah khasanah ilmu, khususnya dalam bidang pendidikan mengenai hubungan antara kemandirian belajar dengan kemampuan kompetensi strategis matematis melalui pendekatan SAVI.

2. Memberikan informasi kepada guru atau calon guru matematika tentang penggunaan pembelajaran dengan pendekatan SAVI dalam usaha meningkatkan kemampuan kompetensi strategis matematis dan kemandirian belajar siswa.

3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat lebih aktif, kreatif, dan dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif dan efektif serta menumbuhkan sikap tolong-menolong dan bersaing sehat antar siswa dalam pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan SAVI.

4. Menambah wawasan bagi praktisi pendidikan dalam perkembangan inovasi pembelajaran matematika sebagai rujukan penelitian selanjutnya.

5. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang penggunaan pembelajaran dengan pendekatan SAVI dalam proses belajar-mengajar matematika.

E. Definisi Operasional

Penjelasan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan Pendekatan SAVI

(15)

dengan melibatkan emosi dan seluruh anggota tubuhnya. Peran guru adalah sebagai motivator dan fasilitator. Apabila keempat unsur tersebut terdapat dalam setiap pembelajaran, maka siswa dapat belajar secara optimal. Berikut akan dijelaskan keempat unsur tersebut.

- Belajar Somatis , yaitu belajar harus dengan indera peraba, kinetis, praktis, melibatkan fisik dan menggunakan tubuh sewaktu belajar. Aktivitas belajar somatis seperti siswa diminta menyiapkan kerangka bangun ruang, menggambarkan model kerangka bangun ruang, menggunting serta melipat jaring-jaring bangun ruang tersebut.

- Belajar Auditori, yaitu belajar dengan melibatkan kemampuan auditori (pendengaran). Siswa diminta mengungkapkan pendapat atas informasi yang telah didengarkan dari penjelasan guru. Dalam hal ini siswa diberi pertanyaan oleh guru tentang materi yang telah di ajarkan, misalnya siswa diminta menjelaskan perbedaan kubus dan balok.

- Belajar Visual, yaitu belajar dengan melibatkan kemampuan visual (penglihatan), dengan alasan bahwa di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat memproses informasi visual daripada indera yang lain. Dalam penelitian ini proses belajar mengajar menggunakan alat peraga serta powerpoint mengenai bangun ruang seperti kubus dan balok.

- Belajar Intelektual, yaitu bagian untuk merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. Dalam proses belajar intelektual, siswa diminta mengerjakan soal-soal latihan dari materi yang telah dijelaskan oleh guru.

2. Kompetensi Strategis Matematis

(16)

hubungan matematik, menafsirkan jawaban dan menemukan solusi dari permasalahan yang tidak rutin.

3. Kemandirian belajar

Kemandirian belajar siswa adalah kemampuan siswa untuk mengatur dirinya sendiri dalam kegiatan belajar, atas inisiatifnya sendiri dan bertanggung jawab, tanpa selalu tergantung pada orang lain, yang memiliki ciri-ciri (1) inisiatif belajar, (2) mendiagnosa kebutuhan belajar, (3) menetapkan tujuan belajar, (4) memonitor, mengatur dan mengontrol belajar, (5) memandang kesulitan sebagai tantangan, (6) memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan, (7) memilih dan menetapkan strategi belajar yang tepat, (8) mengevaluasi proses dan hasil belajar, (9) konsep diri (Sumarmo : 2004).

4. Pembelajaran Konvensional

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan eksperimental. Penelitian dilakukan dengan cara memberikan perlakuan terhadap subjek berupa penggunaan metode pembelajaran yang berbeda. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI diberikan kepada siswa kelompok eksperimen, sedangkan pembelajaran konvensional diberikan kepada siswa kelompok kontrol.

Desain penelitian yang digunakan adalah non randomized pretest-posttest control group design (Fraenkel dan Wallen, 1993).

O X O

O O

Keterangan:

X = Pembelajaran geometri yang menggunakan pembelajaran SAVI O = Pretest dan posttest kemampuan kompetensi strategis matematis

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Ternate. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II Tahun Ajaran 2012/2013. Jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

No Waktu

kegiatan

2012 2013

10 11 12 1 2 3 4 5 6

1 Pengajuan judul penelitian

2 Penyusunan proposal penelitian

3 Seminar Proposal

4

Penyusunan perangkat pembelajaran dan instrumen

(18)

5

Uji coba perangkat pembelajaran dan instrumen

penelitian

6 Pelaksanaan penelitian

7

Pengolahan dan analisis data serta penyusunan laporan hasil

penelitian

8 Penyerahan dan revisi laporan hasil penelitian

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 1 Ternate kelas VIII pada semester II Tahun Ajaran 2012/2013. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling (sampel acak bertujuan). Teknik purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel secara sengaja dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008). Sampel yang nantinya terpilih tidak berdasarkan pengacakan, peneliti menerima sampel yang sudah terbentuk sebelumnya.

Sampel terdiri dari dua kelas, yaitu kelas VIII-G sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-H sebagai kelas kontrol. Masing-masing kelas terdiri dari 26 siswa. Dari dua kelas tersebut dipilih kelas eksperimen dan kontrol.

D. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel tidak bebas (variabel terikat). Variabel bebas yaitu faktor yang dipilih, dimanipulasi, diukur, oleh peneliti untuk melihat pengaruh terhadap gejala yang diamati. Variabel bebas ini disebut juga dengan variabel sebab. Berdasarkan pengertian di atas maka yang menjadi variabel bebas pada penelitian ini yaitu: pembelajaran dengan pendekatan SAVI dan pembelajaran Konvensional.

(19)

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan tiga jenis instrumen, yaitu tes kemampuan kompetensi strategis matematis, skala sikap kemandirian belajar siswa, serta lembar observasi.

1. Tes Kompetensi Strategis Matematis

Tes yang digunakan terdiri dari tes awal (pretest)dan tes akhir (posttest). Tes yang diberikan pada setiap kelas eksperimen dan kontrol, baik soal-soal untuk

pretest maupun posttest adalah sama. Tes awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dan digunakan sebagai tolak ukur peningkatan prestasi belajar sebelum mendapatkan pembelajaran dengan metode yang akan diterapkan, sedangkan tes akhir dilakukan untuk mengetahui perolehan hasil belajar dan ada tidaknya pengaruh yang signifikan setelah mendapatkan pembelajaran dengan metode yang telah diterapkan. Jadi, pemberian tes pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kemampuan kompetensi strategis matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan SAVI dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

Sebelum tes dijadikan instrumen penelitian, tes tersebut akan diukur face validity dan content validity oleh ahli (expert) dalam hal ini dosen pembimbing dan rekan sesama mahasiswa. Langkah selanjutnya adalah diujicobakan untuk memeriksa validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya. Ujicoba dilakukan pada siswa yang telah mempelajari materi yang akan diujikan. Analisis instrumennya menggunakan Microsoft Excel 2010 kemudian masing-masing hasil yang diperoleh dikonsultasikan menggunakan ukuran tertentu.

(20)

Tabel 3.2

Pedoman Penskoran Kompetensi Strategis Matematis Skor Memahami masalah Menyusun

rencana/memilih

0 Tidak berbuat (kosong) atau semua interpretasi

(21)

1) Validitas isi

Validitas isi suatu instrumen menunjukkan ketepatan instrumen tersebut ditinjau dari segi materi yang disajikan. Menurut Arikunto (2002) bahwa validitas isi (content validity) artinya tes yang digunakan merupakan sampel yang mewakili kemampuan yang diukur. Pertimbangan dari ahli seperti dosen dan guru matematika yang telah berpengalaman dalam bidangnya sangat berperan dalam penyusunan validitas isi suatu instrumen yang berkaitan dengan konsep matematika.

a) Validitas muka

Validitas muka disebut juga dengan validitas tampilan. Validitas muka adalah kevalidan susunan kalimat dalam soal dan tidak menimbulkan salah arti. Soal tersebut disesuaikan dengan tingkat pendidikan subjek penelitian.

b) Validitas butir soal

Sebuah butir soal disebut valid apabila memiliki pengaruh yang besar terhadap skor total. Validitas butir soal dari suatu tes merupakan ketepatan mengukur apa yang seharusnya diukur melalui butir soal tersebut. Untuk menentukan perhitungan validitas butir soal digunakan rumus korelasi produk momen Pearson (Kusumah dan Suherman, 1990), yaitu:

 

(22)

Tabel 3.3

Klasifikasi Koefisien Validitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,90 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi 0,70 < rxy≤ 0,90 Tinggi 0,40 < rxy≤ 0,70 Sedang 0,20 < rxy≤ 0,40 Rendah 0,00 < rxy≤ 0,20 Sangat rendah

b. Reliabilitas

Reliabilitas tes dihitung untuk mengetahui tingkat konsistensi tes tersebut. Sebuah tes disebut reliabel jika tes itu menghasilkan skor yang konsisten, yaitu jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, tempat yang berbeda pula maka alat ukur tersebut memberikan hasil yang sama (Sugiyono, 2008)

Koefisien reliabilitas dari tes berbentuk uraian dapat ditentukan menggunakan rumus alpha (Kusumah dan Suherman, 1990) sebagai berikut:

[ ] [ ∑ ]

Keterangan :

= reliabilitas tes secara keseluruhan = banyak butir soal (item)

∑ = jumlah varians skor tiap item = varians skor total

(23)

Tabel 3.4

Klasifikasi Tingkat Reliabilitas

Nilai r11 Interpretasi

r11≤ 0, 20 Sangat rendah

0, 20 < r11≤ 0, 40 Rendah 0, 40 < r11≤ 0, 60 Sedang 0, 60 < r11≤ 0, 80 Tinggi 0, 80 < r11≤ 1, 00 Sangat tinggi

c. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan kemampuan siswa. Sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik apabila siswa yang berkemampuan tinggi dapat mengerjakan soal dengan baik dan siswa yang berkemampuan rendah tidak dapat mengerjakannya dengan baik. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi yang berkisar antara 0,00 – 1,00. Discriminatory power (daya pembeda) dihitung dengan membagi siswa dalam dua kelompok, yaitu kelompok atas (the higher group) – kelompok siswa dengan kemampuan tinggi dan kelompok bawah (the lower group) – kelompok siswa dengan kemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus:

A B A

JS JB JB

DP 

dengan,

DP = daya pembeda

(24)

Selanjutnya Suherman, (2003: 161) mengemukakan hasil perhitungan daya pembeda yang kemudian diinterpretasikan dengan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 3.5

Klasifikasi Daya Pembeda

Besarnya DP Interpretasi

DP≤ 0,00 Sangat Jelek

0,00 < DP≤ 0,20 Jelek 0,20 < DP≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP≤ 0,70 Baik 0,70 < DP≤ 1,00 Sangat Baik

d. Tingkat Kesukaran

Menurut Suherman (2003: 170), tingkat pada masing-masing butir soal dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

IK = indeks kesukaran

JBA = jumlah benar untuk kelompok atas JBB = jumlah benar untuk kelompok bawah JSA = jumlah siswa kelompok atas

Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria tingkat kesukaran butir soal di bawah ini (Suherman, 2003: 170) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6

Kriteria Indeks Kesukaran

(25)

IK = 1,00 Terlalu Mudah

2. Skala Sikap Kemandirian Belajar Siswa

Instrumen untuk mengukur tingkat kemandirian belajar siswa menggunakan skala kemandirian belajar. Skala kemandirian belajar dimodifikasi dari skala kemandirian belajar yang disusun oleh Sumarmo (2007). Tujuan memodifikasinya adalah untuk menyesuaikan dengan karekteristik pembelajaran. skala kemandirian belajar yang disusun dan dikembangkan mempunyai indikator; yaitu (1) inisiatif belajar, (2) mendiagnosa kebutuhan belajar, (3) menetapkan tujuan belajar, (4) memonitor, mengatur, dan mengontrol belajar, (5) memandang kesulitan sebagai tantangan, (6) memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan, (7) memilih dan menetapkan strategi belajar yang tepat, (8) mengevaluasi proses dan hasil belajar, (9) konsep diri.

Skala kemandirian belajar dalam matematika terdiri dari pernyataan positif dan negatif dengan menggunakan empat pilihan yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju).

3. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran dengan pendekatan SAVI berlangsung. Aktivitas guru yang diamati adalah kemampuan guru melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan SAVI. Hal ini bertujuan untuk memberikan refleksi pada pembelajaran, agar pembelajaran berikutnya menjadi lebih baik.

Sedangkan aktivitas siswa yang diamati adalah keaktifan siswa dalam memperhatikan penjelasan guru, bekerjasama dalam kelompok, menanggapi dan mengemukakan pendapat. Observasi dilakukan peneliti dan guru matematika.

Selain instrumen tes dan non tes juga terdapat penunjang penelitian, antara lain:

(26)

RPP bertujuan untuk membantu peneliti dan guru agar proses belajar mengajar tetap terlaksana dengan baik, sedangkan bahan ajar merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Bahan ajar yang diberikan sedapat mungkin meningkatkan aktivitas-aktivitas matematika yang berpusat terhadap siswa, sehingga bahan ajar yang disusun harus menantang siswa untuk berpikir dan bermatematika.

F. Analisis Hasil Ujicoba Instrumen

Pada penelitian ini instrumen yang diujicobakan yaitu instrumen tes kemampuan strategis kompetensi matematis. Instrumen diujicobakan pada siswa kelas IX-F di SMP Negeri 1 Ternate. Berikut disajikan hasil analisis ujicoba instrumen tersebut.

Analisis Hasil Tes Uji Coba

Tes kemampuan kompetensi strategis matematis terdiri dari 6 soal uraian yang memiliki masing-masing skor empat. Berikut disajikan perhitungan validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran dari tes kemampuan kompetensi strategis matematis.

a. Validitas Tes

Dari 6 soal tes kemampuan kompetensi strategis matematis siswa yang di uji cobakan, hasilnya menunjukkan keenam soal memiliki validitas. Hasil ujicoba tes kemampuan kompetensi strategis matematis tersebut diperoleh validitas seperti pada Tabel berikut.

Tabel 3.7 Validitas Tes Kemampuan Kompetensi Strategis Matematis

Siswa

Nomor

Soal Koef.Korelasi(r) t

hitung t tabel

Keterang an

1 0,585 3,458 2,0687 Valid

2 0,525 2,958 2,0687 Valid

3 0,590 3,502 2,0687 Valid

4 0,550 3,158 2,0687 Valid

(27)

6 0,444 2,376 2,0687 Valid

b. Reliabilitas Tes

Berdasarkan hasil ujicoba tes kemampuan kompetensi strategis matematis diperoleh koefisien reliabilitas seperti pada Tabel berikut.

Tabel 3.8 Reliabilitas Tes Kemampuan Kompetensi Strategis

Matematis Siswa

Reliabilitas 0.438

Interpretasi Sedang

Reliabilitas butir soal kemampuan kompetensi strategis matematis secara keseluruhan adalah 0.438. Hal ini menunjukkan tes kemampuan kompetensi strategis matematis memiliki reliabilitas yang sedang.

c. Daya Pembeda Tes

Berdasarkan hasil ujicoba tes kemampuan kompetensi strategis matematis diperoleh indeks daya pembeda seperti pada Tabel berikut.

Tabel 3.9 Daya Pembeda Tes Kemampuan Kompetensi Strategis

Matematis Siswa

Nomor Soal SA SB IA DP Keterangan

1 29 20 24 0,375 Cukup

2 21 12 24 0,375 Cukup

3 20 13 24 0,292 Cukup

4 24 10 24 0,583 Baik

5 22 11 24 0,458 Baik

6 21 12 24 0,375 Cukup

Dari 6 soal yang digunakan untuk menguji daya pembeda tes kemampuan kompetensi strategis matematis diperoleh soal nomor 1,2,3 dan 6 memiliki daya pembeda yang cukup dan soal nomor4 dan 5 memiliki daya pembeda yang baik.

(28)

Dari 6 soal yang digunakan untuk menguji tingkat kesukaran tes kemampuan kompetensi strategis matematis diperoleh soal nomor 1 memiliki tingkat kesukaran yang mudah, selanjutnya untuk soal nomor 2 sampai nomor 6 memiliki tingkat kesukaran yang sedang.

Berdasarkan hasil ujicoba tes kemampuan kompetensi strategis matematis diperoleh indeks kesukaran seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.10 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Kompetensi

Strategis Matematis Siswa

Nomor

Soal SA SB IA IB TK Keterangan

1 29 20 24 24 1,021 Mudah

2 21 12 24 24 0,688 sedang 3 20 13 24 24 0,688 sedang 4 24 10 24 24 0,708 sedang 5 22 11 24 24 0,688 sedang 6 21 12 24 24 0,688 sedang

G. Teknik Analisis Data

Analisis berupa hasil tes kemampuan kompetensi strategis matematis dianalisa secara kuantitatif dengan menggunakan uji statistik. Analisis data hasil tes dimaksudkan untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan kompetensi strategis matematis. Skor yang diperoleh dari hasil tes siswa sebelum dan setelah diberi perlakuan pendekatan SAVI dan yang mendapatkan pembelajaran konvensional dianalisis dengan cara membandingkan skor pretes dan postes.

Besarnya peningkatan sebelum dan setelah pembelajaran dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (normalized gain) yang dikembangkan Meltzer : 2002 sebagai berikut:

Gain ternomalisasi (g)

Dengan kriteria indeks gain (Hake, 1999: 1) seperti Tabel berikut:

Tabel 3.11

(29)

Skor Gain Interpretasi

g> 0,7 Tinggi 0,3 < g ≤ 0,7 Sedang

g≤0.3 Rendah

Pengolahan data kuantitatif dilakukan melalui dua tahapan utama, yaitu: a. Tahapan pertama, menguji persyaratan statistik yang diperlukan.

b. Tahapan kedua, untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan dari masing-masing kelompok, terdapat perbedaan atau tidak adanya perbedaan peningkatan sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan sebelumnya.

Untuk pengolahan dan analisis data hasil tes kompetensi strategis matematis siswa menggunakana uji statistik, antara lain:

a. Uji asumsi statistik

Uji asumsi statistik terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas varians, yakni:

1).Uji Normalitas

Menguji normalitas distribusi n-gain ternormalisasi dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dengan rumus hipotesis sebagai berikut:

Ho : Data berdistribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal

Setelah dilakukan perhitungan dibandingkan dengan . Untuk taraf signifikansi , H0 diterima bila dengan syarat , dk = (Sudjana, 2005: 273). Bila tidak berdistribusi normal, dapat dilakukan uji nonparametrik. Perhitungan uji normalitas dilakukan dengan bantuan software SPSS versi 20.

2). Uji Homogenitas

(30)

a) Kemampuan kompetensi strategis matematis H0 :

Varians gain ternormalisasi kemampuan kompetensi strategis matematis kelompok homogen

H0 :

Varians gain ternormalisasi kemampuan kompetensi strategis matematis siswa kedua kelompok tidak homogen

b) Peningkatan Kemampuan Kompetensi Strategis H0 :

Varians gain ternormalisasi kemampuan kompetensi strategis matematis siswa kelompok homogen

H0 :

Varians gain ternormalisasi kemampuan kompetensi strategis matematis siswa kedua kelompok tidak homogen

dengan,

variansi skor gain ternormalisasi kelompok eksperimen variansi skor gain ternormalisasi kelompok kontrol

Uji statistikanya menggunakan uji homogenitas variansi dua buah peubah bebas, yaitu uji F, dengan rumus:

Kriteria pengujian adalah terima H0 jika dengan dan tolak H0 jika F mempunyai harga-harga lain (Kadir, 2010:119). Perhitungan uji homogenitas dilakukan dengan bantuan software

SPSS versi 20.

3) Uji Hipotesis

(31)

a) Uji Perbedaan Dua Rerata

Untuk menguji apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan kompetensi strategis matematis dan kemandirian belajar siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan SAVI bila dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional, maka dilakukan pengujian perbedaan dua rerata dengan taraf signifikan . Adapun hipotesisnya adalah: 1) Kemampuan kompetensi strategis matematis

H0: Tidak terdapat peningkatan kemampuan kompetensi stategis matematis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran pendekatan SAVI dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. H1: Terdapat peningkatan kemampuan kompetensi stategis matematis

antara siswa yang mendapatkan pembelajaran pendekatan SAVI dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

Hipotesis yang diuji adalah: H0:

rata-rata gain ternormalisasi kemampuan kompetensi strategis matematis siswa kelompok eksperimen dan kontrol tidak berbeda H1:

rata-rata gain ternormalisasi kemampuan kompetensi strategis matematisis siswa kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol.

Jika kedua rata-rata skor berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah uji-t independen dengan rumus (Sudjana, 2005:239) sebagai berikut:

(32)

dengan

Keterangan:

simpangan baku gabungan dari kedua kelompok

simpangan baku kelas yang menggunakan pembelajaran dengan pendekatan SAVI

simpangan baku kelas yang mendapatkan pembelajaran konvensional ̅ rata-rata skor dari kelas yang menggunakan pembelajaran dengan

pendekatan SAVI

̅ rata-rata skor dari kelas yang mendapatkan pembelajaran konvensional banyaknya siswa kelas yang menggunakan pembelajaran dengan

pendekatan SAVI

(33)

4) Skala Sikap Kemandirian Belajar

Skala sikap ini dipersiapkan dan dibagikan kepada siswa-siswa di kelas ekperimen setelah tes akhir selesai dilaksanakan. Skala ini diberikan untuk mengetahui kemandirian belajar siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan dan perangkat tes yang mereka terima. Skala ini menggunakan skala Likert dengan empat jawaban terhadap seperangkat pernyataan yang berhubungan dengan kemandirian belajar.

Skala sikap dalam penelitian ini terdiri dari 25 pernyataan dengan 4 pilihan jawaban yang skornya untuk pernyataan positif digunakan skor empat untuk SS (Sangat Setuju), tiga untuk S (Setuju), dua untuk TS (Tidak Setuju) dan satu untuk STS (Sangat Tidak Setuju). Sedangkan untuk pernyataan negatif digunakan skor sebaliknya yaitu satu untuk SS (Sangat Setuju), dua untuk S (Setuju), tiga untuk TS (Tidak Setuju), dan empat untuk STS (Sangat Tidak Setuju). Dalam peneltian ini penulis hanya ingin mengetahui rata-rata skor sikap siswa per item dan persentase sikap positif dan negatif siswa terhadap kemandirian belajar terhadap pengembangan kemampuan kompetensi strategis matematis melalui pendekatan SAVI.

Rata-rata hasil per item dan indikator dari skala kemandirian belajar diberikan kriteria penilaian didasarkan pada asumsi berikut ini:

3,5 ̅ 4 : Baik Sekali 2,5 ̅ 3,5 : Baik 1,5 ̅ 2,5 : Kurang

̅ 1,5 : Kurang Sekali

Untuk persentase, pernyataan SS (Sangat Setuju) diberikan respon Sangat Positif (SP), S (Setuju) diberikan respon Positif (P). Sebaliknya untuk pernyataan TS (Tidak Setuju) diberikan respon Positif (P) dan STS (Sangat Tidak Setuju) diberikan respon Sangat Positif (SP).

(34)

Persentase (%) Interpretasi

0 % Tidak Ada yang Memilih

1 % - 24 % Sebagian Kecil

25 % - 50 % Hampir Setengahnya

50 % Setengahnya

51 % - 74 % Sebagian Besar

75 % - 99 % Hampir Selurunya

100 % Seluruhnya

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini melalui 3 tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

a. Tahap ini dimulai dari pengajuan proposal yang kemudian diterima setelah seminar untuk selanjutnya melaksanakan penelitan.

b. Menyusun rencana pembelajaran, kisi-kisi soal dan instrumen penelitian. c. Memilih sekolah dan kelas yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

d. Mengujicobakan instrumen di luar sampel penelitian, dianalisis dan direvisi.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan pretes instrumen kompetensi strategis matematis dan menyebarkan skala kemandirian belajar siswa.

b. Melaksanakan proses pembelajaran sekaligus observasi.

c. Mengisi lembar observasi kegiatan siswa dari awal hingga akhir pembelajaran.

d. Memberikan postes instrumen kompetensi strategis matematis dan menyebarkan skala kemandirian belajar siswa.

3. Tahap Analisis Data

(35)
(36)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai peningkatan kemampuan kompetensi strategis matematis serta kemandirian belajar siswa melalui pendekatan SAVI, antara siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan pendekatan SAVI dan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional, maka dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan kompetensi strategis siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan SAVI lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

2. Peningkatan kemampuan kompetensi strategis siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan SAVI lebih baik secara signifikan daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

3. Secara keseluruhan siswa sudah memiliki kemandirian belajar selama pembelajaran matematika dengan pendekatan SAVI.

B. Implikasi

Kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, memberikan implikasi sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan pendekatan SAVI memberikan perubahan ke arah yang lebih baik terhadap metode pembelajaran yang dikembangkan oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar.

2. Pembelajaran dengan pendekatan SAVI menjadi salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat memperkaya pendekatan pembelajaran lainnya yang sudah ada tanpa menghilangkan pembelajaran yang menggunakan pendekatan konvensional.

(37)

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan SAVI dapat meningkatkan kemampuan kompetensi strategis matematis siswa dalam matematika. Pembelajaran dengan pendekatan SAVI juga sebaiknya digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan kompetensi strategis matematis siswa di kelas lainnya.

2. Dalam penerapan pembelajaran dengan pendekatan SAVI, hendaknya lebih memperhatikan tentang penggunaan waktu dalam pembelajaran karena siswa diharuskan untuk membentuk kelompok serta dapat mempresentasikan hasil kerja masing-masing kelompok, sehingga banyak waktu terpakai untuk hal tersebut sehingga pembelajaran berjalan tidak sesuai dengan yang sudah direncanakan.

3. Untuk pembelajaran dengan pendekatan SAVI, siswa dituntut untuk mengelola pembelajaran dengan bantuan LKS dan bahan ajar yang disediakan, sehingga guru hendaknya mempersiapkan serta merancang bahan ajar atau LKS sekreatif mungkin.

(38)

Nining Priyani Gailea, 2013

Peningkatan Kemampuan Kompetensi Strategis Serta Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pendekatan Savi (Somatis,Auditori,Visual,Intelektual)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Academy of MATH.(2003). Developing Mathematical Proficiency with the AutoSkill. Tersedia dalam http://www.AutoSkill.Com.pdf/FocusMath.pdf. Basten, J., Boone, S., Fetter, A., Koening, J., Lanius, C., Mabbott, A., McKinstry,

J., Renninger, K.A., Salehi, R., Stein, S. Underwood, J., dan Weimar, S. (2001). Encouraging Mathematical Thinking: Discourse Around A Rich Problem. Colorado: The Math Forum.

Coletta, V.P., Phillips, J.A., & Steinert, J.J. (2007). Interpreting Force Concept Inventory Score: Normalized Gain And SAT Scores. Journal Physical Review Special Topics-Physics Education Research. Vol. 3, pp. 1-5.

Darmawan, D. (2012). Inovasi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Dwi Putra, H. (2011). Pembelajaran Geometri Dengan Pendekatan SAVI Berbantuan Wingeom Untuk Meningkatkan Kemampuan Analogi dan Generalisasi Matematis Siswa SMP. Tesis pada Jurusan Pendidikan Matematika Sps UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Edi Tandililing. (2011). Peningkatan Pemahaman dan Komunikasi Matematis serta Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas melalui Strategi PQ4R dan Bacaan Refutation Text. Disertasi pada Jurusan Pendidikan Matematika Sps UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Depdiknas. 2006. Permendiknas nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas.

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online].

Halim, F. (2011). “Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran SAVI (Somatic,

Auditori, Visual, Intelektual) Terhadap Penguasaan Kosa Kata Bahasa

Inggris Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Anak Usia Dini”. Jurnal

Penelitian Pendidikan. (1), 363. Bandung: LPPM UPI.

Herdian. (2009). Model Pembelajaran Savi. Tersedia: http://herdy07. wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-savi/ [10 Juli 2009]. Kadir. (2010). Statistika Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Rosemata

Sampurna.

(39)

Kilpatrick, J., dkk. (2001). Adding It UP: Helping Children Learn Mathematics.

Washington, DC: National Academy Press.

Krismanto, AL. (2003). Beberapa teknik, Model dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika. Yogjakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika.

Ladysa, D. (2012). Peningkatan Komunikasi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metacognitive Inner Speech (MIS). Tesis Pendidikan Matematika Sps UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Meier, D. (2002). The Accelerated Learning Handbooks: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Kaifa. Nirawati, N. (2009). Pengaruh Model AIR (Auditory, Intelektual, Repetition)

dalam Pembelajaran Matematika terhadap Kompetensi Strategis Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Nur Izzati. (2012). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Pendekatan Pendidikan Matematika. Disertasi pada Jurusan Pendidikan Matematika Sps UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Ridwan (2007). Belajar Mudah Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula.

Bandung: Alfabet.

Romberg, T.A. & Kaput, J.J. (1999). Mathematics worth teaching, mathematics worth understanding. In Elizabeth Fennema & Thomas A. Romberg (Eds.),

Mathematics classroom that promote understanding, (pp. 3-17). New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers.

Ruseffendi, E.T. (1993). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

_________.(2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.

Rose, C., & Nicholl, M. J. (2002). Accelerated Learning For The 21 st Century: Cara Belajar Cepat Abad XXI. Bandung: Nuansa.

Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran, untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabetta.

(40)

problem solving,. Research Agenda for Mathematics Education, Reston, VA: NCTM.

Sudjana, N. (2005). Metoda Statistika. Bandung, Tarsito.

Sumarmo, U. (2004). Kemandirian Belajar: apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Makalah Disajikan pada Seminar Pendidikan Matematika di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Yogyakarta tanggal 8 Juli 2004: tidak diterbitkan.

Suherman, E & Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusuma.

Suherman, E. (2001). Common Text Book : Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA UPI.

___________. (2003). Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

Sutawijaya, A & Afgani. (2011). Pembelajaran Matematika. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: Universitas Terbuka.

Turmudi. (2009). Taktik dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta : Lauser Cita Pustaka.

Uyanto, S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu Van den Heuvel-Panhuizen, M. (2000). Mathematics Education in the

Netherlands: A Guided Tour. Utrecht: Utrecht University.

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Skor maksimal = 2 gambar Skor maks = 2 Skor maksimal = 4
Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien  Validitas
Klasifikasi Tingkat ReliabilitasTabel 3.4
+5

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi merupakan proses untuk mengetahui media pembelajaran yang telah dibuat apakah sudah sesuai dengan kelayakan yang diharapkan. Selain evauasi pada tahap ini

Tujuan penelitian adalah mengetahui efektivitas program bimbingan karir di sekolah untuk meningkatkan adaptabilitas peserta didik SMA.. Pendekatan yang digunakan dalam

Pada saat yang sama lawan lebih memiliki kemampuan untuk menguasai bola karena memiliki kemampuan teknik dribbling yang didukung oleh agilitas dan teknik juggling yang

Kesimpulan yang diperoleh atas penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada bulan januari, februari dan maret adalah diketahui persediaan akhir dengan menggunakan metode

[r]

Ruangan ini berfungsi sebagai ruang pengendali rekaman yang di dalamnya dilengkapi dengan peralatan studio seperti mixer video, TV monitor setiap sumber audio visual satu monitor

PENGEMBANGAN SIKAP BERTANGGUNG JAWAB SISWA MELALUI MODEL HELLISON DAN CANTER ASSERTIVE.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan geladikarya ini dengan judul “analisis