• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI PENDEKATAN SAVI SOMATIS-AUDITORI-VISUAL-INTELEKTUAL (SAVI) PADA SISWA KELAS IV DI SDN BAKULAN JETIS BANTUL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI PENDEKATAN SAVI SOMATIS-AUDITORI-VISUAL-INTELEKTUAL (SAVI) PADA SISWA KELAS IV DI SDN BAKULAN JETIS BANTUL."

Copied!
263
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI MODEL SOMATIS-AUDITORI-VISUAL-INTELEKTUAL

(SAVI) PADA SISWA KELAS IV SDN BAKULAN JETIS BANTUL

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Maulana Asrofu NIM 10108244113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI MODEL SOMATIS-AUDITORI-VISUAL-INTELEKTUAL (SAVI) PADA SISWA KELAS IV SDN BAKULAN JETIS BANTUL” yang disusun oleh Maulana Asrofu, NIM 10108244113 ini telah disetujui oleh dosen pembimbing.

Yogyakarta, Januari 2016 Pembimbing I

Dra. Mujinem, M. Hum. NIP 19600907 198703 2 002

Pembimbing II

(3)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagian acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, Februari 2016 Yang menyatakan

(4)

iv

PENGESAHAN

Skipsi yang berjudul “PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU

PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI MODEL

SOMATIS-AUDITORI-VISUAL-INTELEKTUAL (SAVI) PADA SISWA KELAS IV SDN BAKULAN JETIS BANTUL” yang disusun oleh Maulana Asrofu, NIM 10108244113 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 19 Januari 2015 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Mujinem, M. Hum. Ketua Penguji ………... ………

Banu Setyo Adi, M. Pd. Sekretaris Penguji ………... ………

Dr. Ch. Ismaniati, M. Pd. Penguji Utama ………... ………

Purwono PA, M. Pd. Penguji Pendamping ... ...

Yogyakarta, ……… Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,

Dr. Haryanto, M. Pd.

(5)

v MOTTO

“Para muridlah yang membuat seseorang bisa menjadi guru yang hebat. Jika murid tidak tertawa pada lelucon guru, tidak antusias terhadap gaya mengajar

guru, dan tidak mau membuka diri maka mengajar akan menjadi sulit.” (Sally Pounce-O Rounke, Guru teladan 2003 dari Moorpark College, California)

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah atas izin Allah SWT tugas akhir skripsi ini dapat saya selesaikan,

dan sebagai rasa syukur karya ini saya persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua Bapak Nurkholis dan Ibu Rum Hayani, terima kasih atas doa dan restu yang telah diberikan.

(7)

vii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI PENDEKATAN SAVI

SOMATIS-AUDITORI-VISUAL-INTELEKTUAL (SAVI) PADA SISWA KELAS IV DI SDN BAKULAN JETIS BANTUL

Oleh Maulana Asrofu NIM 10108244113

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil dan proses belajar IPS siswa kelas IV SDN Bakulan Jetis Bantul melalui model Somatis-Auditori-Visual-Intelektual (SAVI) pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Clasroom Action Research), dengan subjek penelitian siswa kelas IV SDN Bakulan Jetis Bantul yang berjumlah 31 siswa. Metode Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar dan observasi. Teknik analisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan rata-rata. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPS aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dapat meningkat menggunakan model SAVI. Data hasil belajar aspek kognitif mengalami peningkatan dari nilai hasil rata-rata pre-test 68,96 (cukup), siklus I 70,83 (baik), dan siklus II 78,56 (baik). Hasil belajar aspek afektif dengan memperoleh persentase pada siklus I 70,93% dan siklus II meningkat 87,1%. Hasil belajar aspek psikomotor memperoleh persentase siklus I 67,74% dan siklus II 90,31%. Penelitian ini dihentikan sampai siklus II sudah memenuhi kriteria keberhasilan yaitu ≥75% sudah mencapai nilai KKM ≥72 pada aspek kognitif dan pada aspek afektif psikomotor ≥75% siswa mendapat kriteria baik. Peningkatan tersebut diperoleh dari tindakan menerapan model SAVI dalam pembelajaran IPS melalui empat dasar, yaitu belajar somatis siswa melibatkan aktivitas fisik selama berlangsungnya proses belajar, belajar auditori siswa dituntut untuk berbicara dan mengutarakan pendapat dengan suara keras tentang apa yang sedang mereka pelajari, belajar visual siswa aktif mengamati berbagai media dalam proses pembelajaran, .intelektual menggunakan pikiran untuk merenungkan pengalaman, merumuskan, dan mengait-ngaitkan makna dengan memfungsikan pikiran secara maksimal.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Model (SAVI) pada

Siswa Kelas IV SDN Bakulan Jetis Bantul” dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terwujud tanpa bantuan, dorongan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memfasilitasi dan memberikan kesempatan penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

2. Ketua Jurusan PSD yang telah memberikan arahan dalam pengambilan tugas akhir skripsi ini.

3. Dosen pembimbing skripsi, Dra. Mujinem, M. Hum. dan Drs. Purwono PA, M. Pd, yang dengan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dosen pembimbing akademik, Supartinah, M. Hum., yang telah memberikan dorongan dan motivasi dalam kegiatan perkuliahan.

5. Dosen penguji skripsi, Dr. Ch. Ismanianti, M. Pd. yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis untuk menyempurnakan skripsi ini.

(9)

ix

7. Kepala Sekolah SDN Bakulan Bapak Subadi, S. Pd., yang telah membantu memberikan arahan dan informasi dalam pelaksanaan penelitian.

8. Wali Kelas IV SDN Bakulan Ibu Siti Istiqomatul ch,S. Pd dan seluruh siswa-siswi kelas IV atas bantuan dan kerjasamanya selama pelaksanaan penelitian berlangsung.

9. Observer Gumilang Adi Nugroho, S. Pd, Kiki Sukinawan, S. Pd, Fandhi Yusuf, S. Pd yang sudah berkenan membantu melakukan pengamatan selama pelaksanaan penelitian berlangsung

10. Teman-teman seperjuangan kelas D angkatan 2010, kelas A angkatan 2011 yang memberikan ide, bantuan, dan semangat terhadap penulisan skripsi ini. 11. Teman-teman saya Hasan Ismail, S. Pd, Eko budi S, S. Pd, Candra AP, S. Pd,

Arief Setiadi, S. Pd, dan Siyang Nur H, S. Pd yang telah memberikan motivasi.

12. Semua pihak yang telah membantu, memberikan doa dan masukan, dukungan, serta memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar ... 11

1. Pengertian Hasil Belajar ... 11

2. Faktor-faktor Keberhasilan Belajar ... 15

B. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 20

1. Pengertian Ilmu pengetahuan Sosial ... 20

2. Tujuan dan fungsi IPS ... 21

C. Hasil Belajar IPS di SD ... 25

(11)

xi

1. Pengertian Model SAVI ... 26

2. Karakteristik Model SAVI ... 29

3. Prinsip-prinsip Model SAVI ... 30

4. Fase Pelaksanaan Model SAVI ... 31

5. Kelebihan dan Kelemahan Model SAVI ... 34

E. Penerapan Model SAVI dalam Pembelajaran IPS... 35

F. Karakteristik Siswa SD ... 37

G. Definisi Operasional ... 39

H. Kajian Penelitian yang Relevan ... 41

I. Kerangka Pikir ... 42

J. Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 45

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 46

C. Setting Penelitian ... 46

D. Desain Penelitian ... 47

E. Metode Pengumpulan Data ... 53

1. Observasi ... 53

2. Tes Hasil Belajar ... 53

F. Instrumen Penelitian ... 54

G. Teknik Analisis Data ... 61

1. Analisis Data Hasil Belajar Siswa ... 63

2. Analisis Data Pengamatan Aktifitas Guru ... 65

H. Indikator Keberhasilan ... 66

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN A. Hasil Penelitian ... 67

1. Deskripsi Langkah Sebelum Pelaksanaan Tindakan ... 67

2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan ... 70

a. Siklus I ... 71

b. Siklus II ... 95

(12)

xii

C. Keterbatasan Penelitian ... 128

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 129

B. Saran ... 131

DAFTAR PUSTAKA ... 132

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Hasil Rata-rata Ujian Tengah Semester... 6

Tabel 2. Standar Kopetensi dan Kopetensi Dasar IPS Kelas IV Semester 2 . 23 Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Tes Pra Siklus ... 55

Tabel 4. Rubrik Instrumen Afektif ... 56

Tabel 5. Rubrik Instrumen Psikomotor ... 58

Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen Aktifitas Guru ... 60

Tabel 7. Kriteria Hasil Belajar Aspek Kognitif ... 64

Tabel 8. Rentang Nilai Hasil Belajar Afektif ... 64

Tabel 9. Rentang Nilai Hasil Belajar Psikomotor ... 65

Tabel 10. Tabel Subjek Penelitian ... 67

Tabel 11. Hasi pre-test aspek Kognitif siswa kelas IV SDN Bakulan, Jetis, Bantul ... 69

Tabel 12. Hasil post-test aspek kognitif siswa kelas IV SDN Bakulan, Jetis, Bantul pada pertemuan 1 siklus I ... 78

Tabel 13. Hasil post-test aspek kognitif siswa kelas IV SDN Bakulan, Jetis, Bantul pada pertemuan 2 siklus I ... 83

Tabel 14. Rata-rata Hasil Belajar IPS Aspek Kognitif Pada Siklus I ... 84

Tabel 15. Ringkasan Hasil Belajar IPS Aspek Kognitif Siklus I ... 85

Tabel 16. Hasil Belajar IPS Aspek Afektif Siklus I ... 87

Tabel 17. Hasil Belajar IPS Aspek Psikomotor Siklus I ... 88

Tabel 18. Hasil post-test aspek kognitif siswa kelas IV SDN Bakulan, Jetis,Bantul pada pertemuan 1 siklus II ... 102

Tabel 19. Hasil post-test aspek kognitif siswa kelas IV SDN Bakulan, Jetis,Bantul pada pertemuan 1 siklus II ... 106

Tabel 20. Rata-rata Hasil Belajar IPS Aspek Kognitif Pada Siklus II ... 107

Tabel 21. Ringkasan Hasil Belajar IPS Aspek Kognitif Siklus II ... 108

Tabel 22. Hasil Belajar IPS Aspek Afektif Siklus II ... 110

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ... 44 Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 47 Gambar 3. Histogram Peningkatan Hasil Belajar IPS Aspek Kognitif

Pre-test, Post-test Siklus I, dan Post-test Siklus II ... 109 Gambar 4. Histogram Peningkatan Hasil Belajar IPS Aspek Kognitif

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 134

Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian ... 137

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 138

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 154

Lampiran 5. Soal Evaluasi Hasil Aspek Kognitif ... 173

Lampiran 6. Lembar Observasi Aktifitas Guru ... 191

Lampiran 7. Lembar Observasi Aktifitas Siswa ... 194

Lampiran 8. Hasil Pengamatan Aktifitas Guru Siklus I dan II ... 197

Lampiran 9. Hasil Belajar Aspek Kognitif ... 205

Lampiran 10. Hasil Belajar Aspek Afektif ... 212

Lampiran 11. Hasil Belajar Aspek Psikomotor ... 217

Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian ... 222

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya sadar untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki manusia tanpa memperhatikan pada usia dan dimana tempatnya. Pendidikan sebagai proses sepanjang hayat dari manusia dilahirkan hingga akhir hidupnya. Sebagai sarana untuk menunjang terselenggaranya pendidikan yang baik, maka pemerintah mengeluarkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar bagi anak usia sekolah yaitu wajib belajar 12 tahun. Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh setiap warga negara Indonesia. Program wajib belajar bertujuan mencerdaskan anak-anak Indonesia sebagai penerus bangsa agar tidak tertinggal dari bangsa lain. Untuk mendukung tercapainya tujuan dari program wajib belajar, maka diperlukan sekolah yang layak, guru yang berkualitas serta sarana prasarana yang mendukung untuk proses pembelajaran.

Strategi untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Menurut beberapa pengertian tentang pendidikan, Arif Rohman (2009: 10) mengatakan bahwa pendidikan merupakan “prose yang dicapai melalui penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran.”Selain

itu, menurut Undang-Undang Repbublik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tetang Sistem Pendidikan Nasional,, Pendidikan diartikan sebagai:

(17)

2

dirinya untuk memiiki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri, Kepribadian, Kecerdasan, akhlak Mulia, serta Ketrampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat, dan bangsa.”

Berdasarkan Pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan proses suatu pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif.

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,masyarakat dan pemeritah melalui kegiatan bimbingan,pengajaran, dan atau latihan yang berlangsung di sekolah dan luar sekolah. Usaha sadar tersebut dilakukan dalam bentuk pembelajaran dimana ada pendidik yang melayani para siswanya melakukan

kegiatan belajar siswa tersebut dengan prosedur yang telah ditentukan. Pendidikan sebagai proses sepanjang hayat (life long process), dan seseorang dilahirkan hingga akhir hidupnya. Belajar adalah suatu proses belajar ditunjukkan dalam bentuk perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, ketrampilan, pemikiran dan kecakapan yang berguna untuk kehidupannya sekarang maupun di masa yang akan datang. Belajar merupaka komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahasa acuan interaksi.

(18)

3

Kerterlibatan siswa dapat diwujutkan dalam berbagai kegiatan. Wina Sanjaya (2009: 182) menyebutkan bahwa keaktifan siswa dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan seperti mendengarkan, berdiskus, memproduksi suatu menyusun laporan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya. Selain itu, siswa yang belajar sambil melakukan akan terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Pendapat tersebut sesuai dengan Mansur muslich (2011: 69) yang menyebutkan bahwa penerapan model belajar sambil bekerja (learning by doing) sangat dianjurkan. Dengan cara belajar tersebut keaktifan siswa dalam belajar dapat mencapai prestasi belajar yang baik.

Hasil belajar yang baik dapat tercapai apaila pembelajaran dirancang secara seimbang dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pendapat tersebut senada dengan Wina Sanjaya (2009: 28) yang menyebutkan bahwaTujuan pembelajaran peda hakikatnya pada hakikatnya adalah perubahan perilaku dalam bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Berdasarkan pendapat tersebut kegiatan pembelajaran bukan hanya berupa penyampaian informasi kepada peserta didik saja, tetapi juga melibatkan gerak motorik dan menanamkan nilai-nilai moral dalam kehidupan.

(19)

4

mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh termasuk pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS). Menurut Sapriya (2012: 194) bahwa pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Berdasarkan pendapat tersebut, pendidikan IPS memberikan pengetahuan sosial yang bisa diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran serta tingkat perkembangan kognitif anak akan memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Model pembelajaran yang menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, memberikan pengalaman, interaksi secara langsung serta menggunakan seluruh aktivitas pikiran dan intelektual akan lebih menarik untuk siswa. salah satu model yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran adalah model SAVI. Dave Maier (2000: 90) menyatakan bahwa pembelajaran dengan penpekatan SAVI adalah pembelajaran yang menggabungakan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan pengunaan semua indera yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran.

(20)

5

dalam presentasi tersebut untuk menyelesaikan masalah (I).

Berdasarkan hasil observasi pada kegiatan pembelajaran semester 2 Tahun ajaran 2014/2015 yang telah peneliti lakukan pada tanggal 20, 28 dan 29 Januari 2015, menunjukkan bahwa model pembelajaran yang digunakan di SD Bakulan pada mata pelajaran IPS masih menggunakan model pembelajaran teacher center. Kegiatan pembelajaran siswa lebih banyak duduk di kursi, mendengarkan penjelasan guru, dan mengerjakan soal latihan di buku LKS secara mandiri. Sumber belajar yang digunakan adalah sumber buku dan kurang memanfaatkan sumber lain di sekitar siswa.

Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa yang duduk di barisan belakang yang diisi oleh siswa laki-laki sering membuat gaduh dengan berbicara dan bermain bersama teman sebangku. Ada juga siswa yang pada saat pembelajaran berlangsung siswa senang berlari-larian dan mengganggu siswa lain yang berbeda meja. Sedangkan siswa putri yang sering kali mengobrol dan tidak fokus pada penjelasan guru. Hal tersebut dilakukan karena siswa merasa bosan dan tidak tertarik dengan pelajaran.

(21)

6

Berdasarkan hasil nilai ujian tengah semester dan wawancara yang telah peneliti lakukan, diketahui bahwa hasil belajar untuk mata pelajaran IPS masih rendah dibandingkan mata pelajaran yang lain, hal ini dapat dilihat dari daftar nilai sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Rata-rata Ujian Tengah Semester

Mata Pelajaran Nilai rata-rata UTS

Matematika 79

IPA 88

IPS 68

PKn 80

Bahasa Indonesia 81

Sumber : Hasil Rata-rata Ujian Tengah Semester SD N Bakulan Patalan Jetis Bantul Tahun Ajaran 2013/2014

Berdasarkan pengalaman peneliti di lapangan, kurang menariknya model pembelajaran IPS yang digunakan oleh guru sehingga proses pembelajaran dan hasil belajar siswa masih rendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pembelajaran adalah guru harus memperkenalkan dan mengakrabkan siswa dengan model pembelajaran yang lebih relevan dan lebih disenangi oleh siswa. Penggunaan model pembelajaran yang tepat sangat diperlukan untuk dapat memudahkan mencapai tujuan pembelajaran.

(22)

7

psikomotor anak pada kelas IV. Sebagai contoh pada materi mengenal permasalahan sosial di daerahnya, siswa kurang memahami materi tersebut. Sebagian besar siswa belum paham benar tentang materi tersebut karena pokok bahasan yang dipelajari cukup banyak. Materi mengenal permasalahan sosial di daerahnya adalah materi yang membutuhkan pemahaman konkret tentang seluk beluk kenampakan alam, sosial, dan budaya serta hubunganya.

Model pembelajaran SAVI melibatkan Somatic atau gerakan (action), Auditory atau berbicara dan mendengar, Visualization atau mengamati dan

Intellectually atau kecerdasan, semua elemen dimaksimalkan sehingga siswa

benar-benar memahami konsep yang diajarkan dengan baik. Dengan model SAVI pembelajaran ini diharapkan pembelajaran lebih aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan karena siswa berinteraksi langsung dengan fenomena dunia nyata sebagai sumber belajar, pembelajaran disesuaikan dengan gaya belajar siswa, siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga pemahaman yang diperoleh oleh siswa akan dapat bertahan lebih lama.

Model pembelajaran SAVI cocok untuk digunakan di SD khususnya untuk mata pelajaran IPS karena model pembelajarannya menggabungkan gerakan fisik dan aktivitas intelektual serta melibatkan semua indera yang berpengaruh besar dalam pembelajaran. Pada materi masalah sosial di daerahnya diharapkan dengan penggunaan model pembelajaran SAVI diharapkan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa akan meningkat.

(23)

8

Belajar IPS melalui Model Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually) pada Siswa Kelas IV SD N Bakulan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu:

1. Guru masih menjadi satu-satunya sumber belajar di kelas. 2. Kurangnya parisipasi siswa secara aktif dalam pembelajaran.

3. Guru lebih mementingkan hasil belajar IPS siswa dalam aspek kognitif saja.

4. Model SAVI belum pernah digunakan dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SD N Bakulan.

5. siswa kurang termotivasi belajar IPS karena berisi materi yang berupa hafalan.

6. Hasil belajar pada mata pelajaran IPS masih rendah. C. Batasan Masalah

Tidak semua masalah pada identifikasi masalah di atas di teliti, agar dalam penelitian ini analisisnya lebih terarah dan mendalam, maka peneliti membatasi permasalahan yang akan dicari pemecahanya sebagai berikut:

(24)

9 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan sebagaimana yang dikemukakan, rumusan masalah peneliti adalah sebagai berikut:

1. Apakah hasil belajar IPS dapat ditingkatkan dengan penerapan model SAVI pada materi mengenal permasalahan sosial di daerahnya?

2. Bagaimana meningkatkan hasil belajar IPS dengan mengunakan model SAVI?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapau melalui kegiatan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan:

1. Hasil belajar aspek kognitif, afektif dan psikomotor mata pelajaran Ilmu pengetahuan dasar melalui Model SAVI pada siswa kelas IV di SDN Bakulan Jetis Bantul.

2. Pelaksanaan pembelajaran IPS melalui Model SAVI pada siswa kelas IV di SDN Bakulan Jetis Bantul.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan data meningatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS di kelas.

2. Manfaat Praktis a. Guru

(25)

10

model SAVI dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Siswa

(26)

11

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Belajar adalah mengetahui kepandaian, kecakapan yang sebelumnya tidak pernah diketahui, dapat mengerjakan suatu yang sebelumnya tidak dapat berbuat, mampu mengkombinasikan dua pengetahuan kedalam pengertian yang baru, keterampilan, dapat menerapkan pengetahuan baru (A. M. Sardiman, 2011:3).

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu. Ada beberapa pengertian belajar yang dikemukakan oleh ahli. Menurut Muhibbin Syah (2011: 68) belajar adalah Tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Berdasarkan pendapat tersebut, belajar bertujuan untuk merubah tingkah laku siswa sebagai hasil berpikir dan berinteraksi dengan lingkungan. Hasil interaksi dengan lingkungan tersebut akan memberikan pengalaman belajar kepada siswa.

(27)

12

dituliskan di dalam buku laporan hasil belajar siswa atau sering disebut dengan buku raport.

Hamzah B. Uno, (2011: 35) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Jadi siswa yang berhasil dalam belajar ialah siswa yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

Nana Sudjana (2013: 111) menyatakan bahwa hasil belajar adalah penilaian atau evaluasi sebagai alat penentu tercapai atau tidaknya dari tujuan pendidikan dan pembelajaran. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Rusman (2012: 123), hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jadi belajar tidak hanya penguasaan teori mata pelajaran saja, tetapi juga penguasaan kebiasaan, persepsi, minat-bakat, sikap, keterampilan, dan lain- lain. Hal tersebut senada dengan pendapat Bloom (Rusman, 2012:125) yang menggolongkan hasil belajar ke dalam tiga ranah (aspek) antara lain sebagai berikut.

a. Aspek kognitif

(28)

13

sintesis (syntesis), dan evaluasi (evaluation). Jadi dapat disimpulkan bahwa aspek kognitif adalah kegiatan belajar yang berawal dari pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi yaitu evaluasi. Namun sesuai dengan perkembangan zaman, salah seorang murid Aderson (Wina Sanjaya, 2011: 128), merevisi taksonomi Bloom yang awalnya berasal dari kata benda menjadi kata kerja, yaitu: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.

Mimin Haryati (2007: 25) menyebutkan alat evaluasi atau tes kognitif diantaranya adalah: (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian singkat, (5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portofolio, dan (8) performans.

b. Aspek Afektif

(29)

14 c. Aspek psikomotor

Aspek psikomotor berkenaan dengan suatu keterampilan atau gerakan-gerakan fisik. Sebagaimana aspek yang lain, Nana Sudjana (2013: 30-31) menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak siswa. Terdapat enam tingkatan keterampilan yaitu: (1) gerakan refleks, (2) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, (3) kemampuan membedakan, (4) kemampuan di bidang fisik, (5) gerakan-gerakan skil, mulai dari keterampilan sederhana sampai dengan keterampilan kompleks, dan kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi.

Mimin Haryati (2007: 27) menyatakan bahwa penilaian hasil belajar ranah psikomotor dilakukan dengan menggunakan tes unjuk kerja, lembar tugas atau lembar pengamatan. Selain itu jenis tagihan dalam penilaian psikomotor dilihat dari caranya dibagi menjadi dua cara, yaitu penilaian kelas dan penilaian berkala. Penilaian kelas dilaksanakan saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, yaitu disaat siswa sedang belajar, mengerjakan tugas, atau menjawab pertanyaan dari guru.

(30)

15

hasil belajar yang akan ditingkatkan bukan hanya pada aspek kognitif saja, melainkan pada aspek afektif dan psikomotor.

2. Faktor-faktor Keberhasilan Belajar

Soekamto dan Winataputra (Baharudin dan Esa Nur Wahyun, 2010: 16) mengemukakan bahwa di dalam melaksanakan pembelajaran, guru perlu memperhatikan faktor-faktor belajar, yaitu sebagai berikut:

1. Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain, untuk itu siswalah yang harus bertindak aktif;

2. Setiap siswa belajar sesuai tingkat kemampuannya;

3. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila dapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses pembelajaran; 4. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa

akan membuat proses belajar lebih berarti;

5. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.

Menurut Slameto (2003: 27-28) bahwa belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda dan setiap siswa secara individual. Prinsip-prinsip itu antara lain:

a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

(31)

16

2) belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional;

3) belajar perlu lingkungan yang menantang agar dapat mengembangakan kemampuan berekplorasi dan belajar dengan efektif;

4) belajar perlu adanya interaksi siswa dan lingkungan. b. Sesuai hakikat belajar

1) belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya;

2) belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery; 3) belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian

yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapat pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberika menimbulkan respon yang diharapkan;

c. Kesesuaian materi yang harus dipelajari

1) belajar bersifat keseluruhan dan materi harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya;

2) belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan intruksional yang harus dicapainya;

d. Syarat keberhasilan belajar

(32)

17

2) repetis, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian siswa /ketrampilan/sikap itu mendalam pada siswa.

Dari prinsip belajar menurut beberapa ahli di atas disimpulkan bahwa prinsip belajar adalah dalam belajar siswa harus berusaha untuk berpartisipasi aktif dan meningkatkan minat belajar selama proses belajar yang didukung dengan adanya sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar dengan tenang serta dapat mengembangakan kemampuan yang dimiliki pada peserta didik. Gagne (Arni Fajar, 2004: 9) menyatakan untuk terjadi belajar pada diri siswa diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal maupun eksternal. Kondisi internal merupakan peningkatan memori siswa sebagai hasil belajar terdahulu. Kondisi eksternal meliputi aspek yang diracang atau ditata dalam suatu pembelajaran.

(33)

18

1. Kondisi fisik yang beraitan dengan tubuh siswa.

2. Kondisi fisik yang berkaitan dengan panca indra (penglihatan, penciuman, perasa, pendengat dan peraba).

3. Keadaan inteligensi siswa yang berkaitan dengan kecerdasan siswa, motivasi, minat dan bakat.

4. Minat dan motivasi siswa terhadap kemauan untuk belajar; dan 5. Sikap dan bakat dalam mengikuti pelajaran.

Syah (Baharudin dan Esa Nur Wahyui, 2010: 26-28) menjelaskan bahwa faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial antara lain:

a. Hubungan guru, administrasi dan teman teman sekelas dalam kegiatan pembelajaran.

b. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa.

c. Kondisi keluarga siswa yang dapat memotivasi siswa untuk belajar.

d. Kondisi lingkungan alam yang mendukung untuk pembelajaran. e. Sarana dan prasarana, alat peraga, kurikulum serta media

pembelajaran yang mendukung dalam pembelajaran.

f. Materi dan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.

(34)

19

dengan memanfaatkan lingkungan alam dan teknologi sehingga siswa dapat belajar secara langsung.

Oemar Hamalik (2008: 32-33) menyatakan bahwa belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional kondisional yang ada, antara lain sebagai berikut:

1. Faktor kegiatan

Siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan seperti melihat, mendengar, merasakan, berfikir, kegiatan motoris, dan minat, belajar memerlukan latihan agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami. Belajar akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasil dan mendapatkan kepuasannya, belajar hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Keberhasilan akan menimbulkan kepuasan dan mendorong belajar lebih baik.

2. Faktor asosiasi

Faktor asosiasi mempunyai manfaat yang besar dalam belajar, karena semua pengalaman belajar antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan menjadi satu kesatuan pengalaman. 3. Faktor minat dan usaha

(35)

20

minat tanpa adanya usaha yang baik maka pencapaian belajar juga sulit untuk berhasil.

4. Faktor fisiologis

Kondisi fisik siswa sangat berpengaruh dalam proses belajar. Badan yang tidak pada kondisi yang baik akan menyebabkan perhatian belajar yang kurang sempurna dan kurang konsentrasi.

5. Fakor intelegensi

Siswa yang cerdas akan akan lebih cepat berhasil dalam kegiatan belajar, karena lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran. Anak yang cerdas lebih mudah berfikir kreatif dan lebih cepat mengambil keputusan.

B. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

(36)

21

jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Pada tingkat sekolah dasar mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Pendapat tersebut diperkuat oleh Nana Supriatna yang mengungkapkan bahwa (2011: 9) Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam kehidupan sosial meliputi aspek geografis, ekonomi, dan politis di masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu pengetahuan sosial (IPS) adalah ilmu yang mengkaji kehidupan sosial manusia dari berbagai aspek, mulai dari geografis, ekonomis, politis, sejarah hingga kesehatan di masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang, bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan pemahaman, dan kemampuan analisis siswa terhadap kondisi sosial.

2. Tujuan dan Fungsi IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada jenjang SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Pada jenjang sekolah dasar kelas IV semua materi tersebut termuat dalam beberapa pokok bahasan yang tercantum dalam BSE IPS Tanya (2008).

(37)

22

pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan. Dengan demikian melalui KTSP diharapkan dapat mendorong sekolah untuk melalukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam perkembangan kurikulum.

Tujuan menyiapkan peserta didik sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik sejalan dengan pendapat Nursid Sumaatmadja dalam Hidayati, dkk (2008: 1-24) bahwa tujuan pendidikan IPS adalah membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, ketrampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara.

(38)
[image:38.595.141.519.90.407.2]

23

Tabel 2. Sandar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas IV SD Semester 2

Standar kompetensi Kopetemsi dasar

2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemejuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi.

2.1 Mengenal aktifitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya

2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan

kesejahteraaan masyarakat. 2.3 Mengenal perkembangan

teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta

pengalaman mengunakanya. 2.4 Mengenal permasalahan sosial

di daerahnya.

Kompetensi di atas memiliki beberapa indikator pembelajaran sebagai tolak ukur kompetensi yang akan dimiiki siswa setelah mempelajari suatu pokok bahasan dalam mata peajaran IPS. Dalam beberapa indikator peneliti memilih materi pada indikator 2.4 mengenal permasalahan sosial di daerahnya.

(39)

24

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dari pendapat tersebut IPS juga bertujuan untuk memberikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada siswa agar menjadi warga negara yang baik.

Menurut Sapriya (2012: 194) tujuan IPS di rancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh melalui pembelajaran IPS dapat diterapkan siswa untuk menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pembelajaran IPS tidak sebatas melatih daya ingat siswa, tetapi lebih kepada mengembangkan kemampuan dan ketrampilan sosial siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penjelasan pasal 33 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2011: 33) dijelaskan bahwa Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis siswa terhadap kondisi sosial masyarakat. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, tujuan IPS adalah sebagai berikut:

a. Mengarahkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan melalui model pedagogis dan psikologis,

(40)

25

c. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial,

d. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan

e. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan pembelajaran IPS di SD memiliki tujuan untuk mendidik siswa agar sadar dengan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Dalam pembelajarn IPS diharapkan dapat memberikan ketrampilan dan pengetahuan dan ketrampilan kepada siswa agar peduli dan mampu memecahkan masalah sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

C. Hasil Belajar IPS di SD

(41)

26

pembelajaran bermakna dengan melibatkan siswa aktif di dalamnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melibatkan siswa aktif di dalam pembelajaran adalah dengan pemilihan model pembelajaran inovatif.

Hasil belajar IPS pada penelitian ini berfokus pada pembelajaran IPS kelas IV pada SK 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi. KD 2.4 mengenal masalah sosial di daerahnya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. D. Model Somatis-Auditori-Visual-Inteligen (SAVI)

1. Pengertian Model SAVI

Teori yang mendasari Dave Meier dalam mencetuskan model

pembelajaran Somatic-Auditori-Visual-Inteligen (SAVI) adalah teori belajar aktif yang diistilahkan dengan Belajar Berdasarkan Aktivitas (BBA). Teori ini dilatarbelakangi oleh pendidikan di New England pada abad ke-19 yang cenderung memandang manusia hanya sebagai tubuh dan pikiran (Dave Meier, 2005:56).

(42)

27

mengamati, menggambarkan, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media, dan alat peraga; dan intelektual yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berfikir (minds-on), belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakan melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, menciptakan, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan (Suyatno, 2009:65).

Aktivitas tubuh dan pikiran dipisahkan dalam kegiatan belajar sehingga pembelajaran berlangsung kaku dan tidak menyenangkan. Selain itu, pendidikan di New England pada saat itu menekankan pada pembelajaran individual saja. Hal ini ditentang oleh Dave Meier dan mendorongnya untuk melakukan penelitian.

(43)

28

dan pelajaran kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan. Berdasarkan pandangan tersebut Dave Meier mengajukan model suatu pembelajaran aktif yang diberi nama model pembelajaran SAVI.

Model pembelajaran SAVI merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan kelima indera dan emosi dalam proses pembelajaran yang merupakan cara belajar secara alami (Rusman, 2013:373). Sedangkan Dave Meier (2005:91) model pembelajaran SAVI merupakan suatu model pembelajaran dengan cara menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua alat indera. Model pembelajaran SAVI merupakan model pembelajaran yang mengaplikasikan lingkungan sekitar sebagai media belajar yang interaktif dengan menerapkan unsur-unsur dalam model pembelajaran SAVI. Model pembelajaran SAVI ini lebih menekankan siswa menciptakan kreativitasnya sendiri dalam proses pembelajarannya melibatkan semua alat indera yang dimilikinya, menggabungkan keterampilan fisik dan aktivitas berfikir (Miftahul Huda, 2013:290).

(44)

29 2. Karakteristik Model SAVI

Sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually maka karakteristiknya antara lain:

a. Somatic

Somatic bermakna gerakan tubuh. Jika dikaitkan dengan belajar

maka dapat diartikan belajar dengan bergerak, berbuat, mengalami dan melakukan (Rusman, 2013:373). Pembelajaran somatic adalah pembelajaran memanfaatkan dan melibatkan seluruh tubuh (indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh).

b. Auditory

Belajar dengan berbicara dan mendengarkan. Hal ini dapat diartikan

dalam pembelajaran yang diterapkan hendaknya mengajak siswa melaksanakan diskusi kelas, meminta siswa untuk presentasi, meminta siswa membaca teks dengan suara lantang, meminta siswa untuk mengungkapkan pendapat dan membuat kelompok belajar (Miftahul Huda, 2013: 291).

c. Visualization

Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Setiap siswa yang

(45)

30 d. Intellectually

Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Intellectually menunjukkan yang dilakukan siswa dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Dalam proses pembelajaran seorang guru harus mengajak siswanya untuk melahirkan gagasan kreatif, mengerjakan perencanaan strategis serta menerapkan gagasan baru (Miftahul Huda, 2013:292).

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik Model pembelajaran SAVI adalah mewakili semua aktivitas siswa yaitu Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually karena dalam pembelajaran siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan semata melainkan dapat benar-benar memahami secara langsung apa yang dipelajari. Guru dituntut untuk mengembangkan kreativitasnya dalam memfasilitasi siswa dengan ragam alat peraga yang menarik dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

3. Prinsip-prinsip Model SAVI

Dalam pelaksanaanya model pembelajaran SAVI memiliki beberapa prinsip pokok. Prinsip-prinsip pokok model pembelajaran SAVI (Dave Meier, 2005:64) adalah sebagai berikut.

(46)

31 c. Kerjasama membantu proses belajar;

d. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan;

e. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri; dan f. Emosi positif sangat membantu pembelajaran.

4. Fase Pelaksanaan Model SAVI

Fase model pembelajaran adalah suatu perencanaan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Fase model pembelajaran SAVI (Rusman, 2013:373-374) melalui beberapa fase sebagai berikut:

a. Fase persiapan (kegiatan pendahuluan)

Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal:

1) memberikan sugesi positif.

2) memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa. 3) memberikan tujuan yang jelas dan bermakna.

4) membangkitkan rasa ingin tahu.

5) menciptakan lingkungan fisik yang positif. 6) menciptakan lingkungan emosional yang positif. 7) menciptakan lingkungan sosial yang positif. 8) menenangkan rasa takut.

(47)

32

10) banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah. 11) merangsang rasa ingin tahu siswa.

12) mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal. b. Fase penyampaian (kegiatan inti)

Pada tahap ini guru membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara menyenangkan, melibatkan panca indera dan latihan menemukan dengan cara berkelompok atau berpasangan. Hal- hal yang dapat dilakukan guru:

1) uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan. 2) pengamatan fenomena dunia nyata.

3) pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh. 4) presentasi interaktif.

5) grafik dan sarana yang presentasi brwarna-warni.

6) aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar. 7) proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim.

8) latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok). 9) pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual. 10)pelatihan memecahkan masalah.

c. Fase pelatihan (kegiatan inti)

(48)

33 1) aktivitas pemrosesan siswa.

2) usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali. 3) simulasi dunia-nyata.

4) permainan dalam belajar. 5) pelatihan aksi pembelajaran. 6) aktivitas pemecahan masalah. 7) refleksi dan artikulasi individu.

8) dialog berpasangan atau berkelompok. 9) pengajaran dan tinjauan kolaboratif.

10)aktivitas praktis membangun keterampilan. 11)mengajar balik.

d. Fase penampilan hasil (tahap penutup)

Pada tahap ini guru membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil (mempresentasikan) akan terus meningkat. Hal –hal yang dapat dilakukan adalah:

1) penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera. 2) penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi.

3) aktivitas penguatan penerapan. 4) materi penguatan prsesi. 5) pelatihan terus menerus.

(49)

34

8) perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung. 5. Kelebihan dan Kelemahan Model SAVI

Model pembelajaran SAVI memiliki kelebihan dan kelemahan (Dave Meier, 2005:91-95) diantaranya:

a. Kelebihan

1. Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual;

2. Siswa tidak mudah lupa karena siswa membangun sendiri pengetahuannya;

3. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena siswa merasa diperhatikan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar; 4. Memupuk kerjasama karena siswa yang lebih pandai diharapkan

dapat membantu yang kurang pandai;

5. Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif; 6. Mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan

psikomotor siswa;

7. Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa;

8. Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar lebih baik;

9. Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat dan berani menjelaskan jawabannya; dan

(50)

35 b. Kelemahan

1. Menuntut adanya guru yang sempurna sehingga dapat memadukan keempat komponen dalam SAVI secara utuh;

2. Membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhannya, sehingga memerlukan biaya pendidikan yang sangat besar. Terutama untuk pengadaan media pembelajaran yang canggih dan menarik. Ini dapat terpenuhi pada sekolah-sekolah maju;

3. Karena siswa terbiasa diberi informasi terlebih dahulu sehingga siswa kesulitan dalam menemukan jawaban ataupun gagasannya sendiri;

4. Membutuhkan waktu yang lama terutama bila siswa yang lemah; 5. Membutuhkan perubahan agar sesuai dengan situasi pembelajaran

saat itu;

6. Model SAVI masih tergolong baru, sehingga banyak pengajar guru yang belum mengetahui dan memahami; dan

7. Model SAVI cenderung kepada keaktifan siswa, sehingga untuk siswa yang memiliki tingkat kecerdasan kurang, menjadikan siswa itu minder.

E. Penerapan Model SAVI dalam Pembelajaran IPS

(51)

36

pembelajaran SAVI. Model pembelajaran SAVI ini lebih menekankan siswa menciptakan kreativitasnya sendiri dalam proses pembelajarannya melibatkan semua alat indera yang dimilikinya, menggabungkan keterampilan fisik dan aktivitas berfikir.

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan ilmu yang mempelajari bidang kehidupan manusia di masyarakat, mempelajari gejala dan masalah sosial yang terjadi dari berbagai kehidupan. Model SAVI sangat cocok diterapkan pada materi permalasahan sosial di sekitarnya karena dengan model SAVI siswa diharapkan dapat mengaplikasikan lingkungan sebagai media belajar sehingga siswa bisa mengalami sendiri secara langsung.

Dalam pengertian diatas penerapan model SAVI memiliki aspek belajar somatis, belajar auditori, belajar visual, dan belajar intelektual. Dalam penerapan dan pelaksanaan di dalam proses pembelajaran model SAVI dapat disimpulkan dalam empat tahap langkah pembelajaran sebagai berikut:

1. Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)

Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.

2. Tahap Penyampaian (kegiatan inti)

(52)

37

3. Tahap Pelatihan (kegiatan inti)

Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara.

4. Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup)

Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat.

F. Karakteristik Siswa SD

(53)

38

Pendapat diatas sejalan dengan Mulyani Sumantri (1999: 12) yang mengemukakan usia SD merupakan masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira usia sebelas atau dua belas tahun. Sri Anitah W (2010: 2.33) pada fase ini proses belajar siswa dilaksanakan secara logis dan sistematis dalam membelajarkan siswa tentang konsep dan generalisasi sehingga penerapanya (menyelesaikan soal, mengabungkan, menghubungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat dan membagi). Banyak strategi belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar di kelas tinggi sekolah dasar diantaranya ceramah, tanya jawab, latihan atau drill, belajar kelompok, observasi atau pengamatan, inkuiri, pemecahan masalah, dan diskaveri.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa merupakan makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu siswa memiliki perbedaan-perbedaan individual yang secara alami ada pada diri siswa. sebagai mahkluk sosial berarti siswa merupakan makhluk yang harus hidup dalam kelompok sosial seshinggatercapai martabat kemanusiaannya. Siswa hidup bersama-sama dengan orang lain, tolong menolong, kerja sama,saling member dan menerima serta menumbuhkan orang lain untuk mengisi dan melengkapi. Salah satu karakteristik siswa pada usia SD dalam proses pembelajaran adalah gemar membentuk kelompok sebaya, belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, dan berinisiatif. Karena itu model SAVI dapat diterapkan untuk anak SD dalam pembelajaran IPS.

(54)

39 G. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah pengertian atau salah tafsir tentang makna istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan makna definisi operasional sebagai berikut:

1. Hasil Belajar IPS

Hasil belajar IPS adalah menyiapkan peserta didik sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik serta member dasar pengetahuan sosial. pencapaian dari kegiatan belajar IPS yang meliputi aspek kogninitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar kognitif adalah nilai atau kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran pada ranah kognitifnya saja. Kemampuan kognitif yang diteliti dibatasi pada aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan/aplikasi (C3). Pada ranah afektif berkaitan dengan nilai. Skala untuk mengukur ranah afektif siswa terhadap kegiatan objek diantaranya skala sikap. Sedangkan ranah psikomotor berkaitan dengan ketrampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah siswa menerima pengalaman belajar. hasil belajar tersebut diharapkan dapat mengkatkan hasil belajar siswa pada meteri masalah sosial di daerahnya.

2. Model SAVI

(55)

40

pengunaan semua indra dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Model tersebut mengunakan empat unsur utama yaitu somatis belajar dengan bergerak, auditori belajar dengan berbicara dan mendengarkan, Visual dengan mengaati dan menggambarkan, intelektual belajar dengan memecahkan masalah. Keempat cara belajar harus ada agar belajar berlangsung optimal. Pada model SAVI mempunyai pengertian sebagai berikut:

a. Belajar Somatis berarti melibatkan aktivitas fisik selama berlangsungnya proses belajar.

b. Belajar Auditori ini mengajak pembelajar berbicara keras-keras tentang apa yang sedang mereka pelajari. Misalnya, pada saat kegiatan membaca, apabila pembelajar menemukan kata-kata yang agak sulit dicerna, ia membacanya dengan keras. Ini membantu sekali menggerakkan saraf-saraf di otaknya agar lebih berkonsentrasi dalam memecahkan makna sederetan teks.

(56)

41 otak manusia, otak kiri dan kanan.

d. Intelektual menggunakan pikiran untuk merenungkan pengalaman, merumuskan, dan mengait-ngaitkan makna dengan memfungsikan pikiran secara maksimal. Jadi, dengan kata lain, belajar intelektual adalah menggunakan kekuatan berpikir untuk mengait-ngaitkan seluruh makna yang telah diperolehnya.

H. Kajian Penelitian yang Relevan

Laredo Muliawan (2014:99) melakukan penelitian bahwa hasil belajar IPA kelas III SD Krajan dapat meningkat setelah menerapkan Model Pembelajaran SAVI (somatis, auditori, visual, inteligen). Hal ini terbukti pada Peningkatan proses pembelajaran tersebut diperoleh dari hasil observasi prasiklus adalah 30% pada siklus I meningkat sebesar 41,3% menjadi 71,3% dan pada siklus II meningkat sebesar 13,7% menjadi 85%. Peningkatan hasil belajar diperoleh dari nilai rata-rata siswa prasiklus adalah 65 dengan persentase ketuntasan siswa 59,1% (13 siswa) pada siklus I meningkat sebesar 11,7 menjadi 76,4 untuk peningkatan persentase ketuntasan siswa sebesar 13,6% sehingga menjadi 72,7% (16 siswa) sedangkan pada siklus II terdapat peningkatan sebesar 5 sehingga nilai rata-rata siswa adalah 81,4 untuk persentase ketuntasan siswa meningkat 9,1% menjadi 81,8% (18 siswa).

(57)

42

dengan peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil perolehan sebelum tindakan, siklus I dan siklus II yaitu untuk motivasi belajar siswa, kondisi awal total motivasi sebesar 3,36 (84,20), pada siklus I meningkat menjadi 3,41 (85,47), dan pada siklus II menjadi 3,49 (87,46). Untuk hasil belajar dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM=70), kondisi awal dari 46 siswa ada 10 siswa belum mencapai KKM pada siklus 1 sebanyak 33 siswa mencapai KKM dengan rata-rata 74,1 sedangkan pada siklus II sebanyak 44 siswa mencapi KKM dengan rata-rata 77,8.

Dari kedua penelitian diatas walaupun sama-sama menggunakan model SAVI dan sama-sama digunakan untuk meningkatkan hasil belajar namun terdapat perbedaaan dengan penelitian ini. Perbedaanya yaitu peningkatan hasil belajar yang digunakan tidak hanya meliputi aspek kognitif saja melainkan juga aspek adektif dan psikomotor khususnya pada mata pelajaran IPS materi masalah sosial di lingkungan sekitarnya pada siswa kelas IV SD Negeri Bakulan Jetis Bantul.

I. Kerangka Pikir

Kegiatan pembelajaran IPS yang digunakan oleh guru yang dipakai

(58)

43

namun kejenuhan dan pasifnya siswa dalam proses pembelajaran menjadi penebab rendahnya hasil belajar IPS pada siswa.

Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran masih didominasi oleh guru, sementara siswa cenderung pasif. Siswa yang pasif perlu mendapatkan perhatian agar kualitas pembelajaran menjadi meningkat. Dengan demikian, guru perlu merancang pembelajaran yang bervariasi, menarik dan melibatkan siswa secara aktif. Salah satu caranya adalah melalui Model SAVI. Model SAVI merupakan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa secara langsung baik di kelas maupun luar kelas.

(59)
[image:59.595.99.504.53.389.2]

44 Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

J. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut. Hasil belajar IPS dapat ditingkatkan dengan mengunakan model somatis, auditori, visual, intelektual (SAVI) pada siswa kelas IV SD N Bakulan Jetis Bantul.

Kondisi Awal

Pembelajaran kurang variatif dan siswa tidak aktif dalam pembelajaran. Guru belum menggunakan model yang membuat siswa aktif dalam pembelajaran

Nilai rata-rata mata pelajaran IPS pada siswa kelas IV belum mencapai KKM

Tindakan

Guru menerapkan model SAVI dalam pembelajaran IPS materi masalah-masalah sosial di lingkungan. Tahapan yang dilakukan guru menerapkan pembelajaran somatis; presentasi, auditori; kegiatan tanya jawab, visual; mengamati media, inteligen; evaluasi

Kondisi Akhir

(60)

45 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan adalah merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa yang bertindak sebagai peneliti. Guru memberikan perlakuan atau tindakan kepada siswa kemudian peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung.

Penelitian ini ditunjukan untuk mengetahui dampak dari kegiatan yang dilakukan. Suharsimi Arikunto (2010: 96) Mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan di sekolah tempat mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran. Berdasarkan definisi tersebut dapat dirumuskan bahwa peneliti tindakan kelas adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran.

(61)

46

luar sekolah untuk melakukan penelitian tindakan kelas secara bersama di kelas atau di sekolah. Peran guru dan peneliti adalah sejajar, artinya guru juga berperan sebagai peneliti selama penelitian berlangsung. Inti penelitian ini terletak pada tindakan yang dibuat kemudian diujicobakan dan dievaluasi, apakah tindakan alternatif ini dapat memecahkan persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah kelas IV SDN Bakulan Jetis Bantul tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 31 siswa, terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS mengunakan Model SAVI.

C. Setting Penelitian

(62)

47

Setiap kelompok akan mendapat lembar kerja kelompok dan mereka akan menyelesaikan secara bersama-sama. Setelah kerja kelompok selesai, para siswa melakukan kegiatan sesuai dengan tugas dari guru. D. Desain Penelitian

[image:62.595.202.457.482.664.2]

Menurut M. Asrori, dkk ( 2009: 17) tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk peningkatan dan perbaikan pembelajaran di kelas dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Menurut Zaenal Aqib, dkk (2009: 3) tujuan diadakannya penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki kinerja guru sehingga hasil belajar siswa meningkat. Model Kemmis dan Taggart yang terdiri dari siklus-siklus, dimana siklus kedua merupakan perbaikan dari siklus pertama dan seterusnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Rancangan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart dengan tahapan alur sebagai berikut:

(63)

48

PTK (Penelitian Tindakan Kelas) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsimi Arikunto, 2013: 130). Dalam pelaksanaan PTK terdapat 4 tahap penting, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation) dan refleksi (reflecting). Keempatnya harus terencana sebaik mungkin agar pelaksanaan penelitian dapat terlaksana dan mendapat hasil yang sesuai dengan keinginan peneliti.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD N Bakulan Jetis Bantul pada pembelajaran IPS dengan Model SAVI. Pada penelitian ini dilakukan beberapa tahapan pelaksanaan. Adapun tahapannya sebagai berikut :

1. Siklus I

a. Perencanaan (planning)

(64)

49

dengan lancar dan sesuai tujuan yang diinginkan. Langkah-langkah tersebut meliputi:

1) Peneliti melakukan wawancara kepada guru untuk mengetahui masalah yang terjadi pada siswa tentang permasalahan hasil belajar yang rendah.

2) Peneliti melakukan observasi awal terhadap siswa kelas IV SD N Bakulan Jetis Bantul untuk mengetahui kondisi subjek yang akan diberi tindakan.

3) peneliti menanyakan masalah-masalah kepada guru dalam pembelajaran sehingga diketahui kesulitan yang dialami siswa.

Langkah selanjutnya, peneliti mempersiapkan instrumen dan teknik pelaksanaan tindakan yang akan diberikan kepada siswa untuk mendukung kelancaran tindakan penelitian. Peneliti berkoordinasi dengan guru dan dosen untuk mengembangkan rencana pembelajaran, lembar observasi, lembar tes yang akan digunakan dalam tindakan penelitian.

(65)

50 b. Pelaksanakan (acting)

Pada tahap ini, peneliti melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran SAVI seperti yang telah direncanakan. Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai RPP yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Dalam pelaksanaannya pembelajaran akan bersifat fleksibel, artinya pembelajaran akan mengikuti perubahan-perubahan yang ada tanpa menghilangkan prosedur dalam pembelajaran mengunakan model SAVI yang telah direncanakan sebelumnya. Tahap-tahap yang dilakukan dalam implementasi tindakan adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, dilanjutkan dengan berdoa dan melakukan presensi

b) Guru melakukan apresepsi

c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 2) Kegiatan Inti

a) Siswa diminta menyebutkan apa saja masalah apa saja yang sering dijumpai di sekolah atau di rumah. b) Siswa memaparkan masalah tersebut di depan

kelas.

(66)

51

d) Guru membagikan 2 buah gambar lingkungan pada setiap kelompok.

e) Guru membagikan LKS pada masing-masing kelompok.

f) Setiap kelompok mengamati 2 gambar tersebut dan menemukan perbedaanyaa kemudian dituliskan dalam LKS yang disediakan.

g) Setiap siswa dalam kelompok berdiskusi untuk menemukan perbedaan 2 buah gambar.

h) Guru membimbing siswa dalam melakukan pengamatan.

i) Setiap kelompok mencatat laporan hasil pengamatan di LKS.

j) Perwakilan kelompok melaporkan hasil diskusi. k) Siswa menanggapi hasil laporan kelompok yang

lain. 3) Kegiatan Akhir

a) Guru memberikan penegasan dari hasil laporan dan jawaban siswa.

b) Guru menanyakan kembali hal–hal yang belum diketahui oleh siswa.

(67)

52

d) Guru memberikan apresiasi kepada seluruh siswa yang telah belajar dengan baik.

e) Guru mengucapkan salam penutup untuk mengakhiri pertemuan.

c. Pengamatan (observing)

Pengamatan dilakukan selama pelaksanaan tindakan sebagai upaya mengetahui jalannya pembelajaran. Dalam melaksanakan observasi peneliti dibantu oleh pengamat lain yaitu guru kelas yang ikut mengamati jalannya proses pembelajaran berdasarkan pedoman observasi keterlaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan oleh peneliti.

d. Refleksi

(68)

53 E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data melalui observasi dan tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa di kelas terhadap mata pelajaran IPS. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data Hasil belajar siswa di kelas. Hamzah B. Uno, Satria Koni dan Nina Lamatenggo (2011: 90) mengatakan bahwa observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian ketika peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian yang meliputi: 1) kondisi/interaksi belajar mengajar; 2) tingkah laku; dan 3) interaksi kelompok. Observasi ini dilakukan menggunakan pedoman observasi untuk mengamati aktivitas belajar siswa dan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal-hal yang diobservasi meliputi: aktivitas siswa selama mengikuti pelajaran dan bagaimana aktivitas guru dalam membelajarkan materi pelajaran kepada siswa dengan menerapan Model SAVI terhadap Hasil belajar siswa kelas IV SD N Bakulan Jetis Bantul pada pelajaran IPS.

2. Tes Hasil Belajar

(69)

54

terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tes dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS melalui model

pembelajaran SAVI. F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah pedoman pengamatan dan lembar observasi dan soal tes. Pedoman pengamatan dan lembar pengamatan digunakan untuk mengumpulkan data dan mencatat segala kejadian selama proses pembelajaran IPS berlangsung. Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar IPS

1. Insrumen tes aspek kogmitif

(70)
[image:70.595.103.566.106.666.2]

55

Tabel. 3 Kisi-kisi Instrumen Tes pra siklus

Kopetensi dasar Kompetensi Dasar Pokok Bahasan

Taksonomi Bloom Jumlah

bu

Gambar

Tabel 2.   Sandar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas IV SD
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Gambar 2. Alur Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, 2013: 16)
Tabel. 3 Kisi-kisi Instrumen Tes pra siklus
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai peningkatan kemampuan kompetensi strategis matematis serta kemandirian belajar siswa melalui pendekatan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Implementasi Pendekatan SAVI ( Somatis, Auditory, Visual, dan Intelektual ) dengan Model Pembelajaran Team Games Tournament

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Implementasi Pendekatan SAVI ( Somatis, Auditory, Visual, dan Intelektual ) dengan Model Pembelajaran Team Games Tournament

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam tiga siklus dengan menerapkan pendekatan SAVI dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui: (1) Adanya manfaat Pendekatan Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI) terhadap motivasi belajar biologi; (2) Adanya

Namun tidak dapat peneliti pungkiri bahwa Metode Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) lebih mengarahkan kepada guru bagaimanakah

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan sebanyak dua siklus, menunjukkan bahwa penerapan pendekatan Somatis, Auditori, Visual, Intelektual (SAVI) dapat

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan yaitu (1) ada perbedaan yang signifikan antara aktivitas belajar IPA fisika siswa menggunakan pendekatan SAVI