SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Dita Pramita Dewi NIM 12201241059
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI
waktu sebaik-baiknya kita dapat menghasilkan apa yang kita inginkan.
(
Penulis)
Berhati-hatilah dengan perkataanmu terhadap seseorang hari ini, karena
mungkin besok Anda tidak bertemu dengannya lagi. Dan Anda tidak bisa
sehingga penulisan dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini dengan baik dan
lancar tanpa ada halangan yang berarti. Saya persembahkan karya sederhana ini untuk
kedua orang tua saya, Bapak Suryadi dan Ibu Ita Suharnita yang telah memberikan
perhatian, usaha, materi, fasilitas, kasih sayang, dan tentunya doa yang tak pernah
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Kreatif Puisi dengan Menggunakan Pendekatan SAVI (Somatis, Visual, Auditori, dan Intelektual) pada Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 2 SandenBantul dengan lancar. Penulisan skripsi ini dilakukan guna memenuhi sebagian persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan.
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, saya menyampaikan terima kasih secara tulus kepada Rektor
Universitas Negeri Yogyakarta, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, serta Ketua Jurusan
dan Ketua Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan kesempatan dan
berbagai kemudahan kepada saya.
Rasa hormat, terima kasih, dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya
sampaikan kepada kedua pembimbing, yaitu Prof. Dr. Suminto A. Sayuti dan Ibu
Kusmarwanti, M.Pd,. M.A. yang penuh kesabaran, kearifan, dan bijaksana di
sela-sela kesibukannya untuk membimbing saya.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada guru bahasa Indonesia, Ibu
Rusmini, S.Pd. yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di
SMP Negeri 2 Sanden. Terima kasih untuk siswa kelas VIII E yang telah bekerja
sama dan turut membantu dalam melaksanakan penelitian. Terima kasih untuk kedua
orang tua saya, Bapak Suryadi dan Ibu Ita yang selam ini selalu menyemangati,
mendoakan, dan selalu membantu proses studi maupun penelitian ini. Terima kasih
juga untuk lelaki yang selalu mendukung saya dan menyanyangi saya Reza Aulia
SH., terima kasih juga saya sampaikan kepada teman-teman saya, Suci, Risma,
Nadya, Ipeh, Mblem, Iing, Lita, Sofi, dan Ebi yang selama ini selalu ada untuk saya
HALAMAN PERSETUJUAN ………... ii
HALAMAN PENGESAHAN ………... iii
PERNYATAAN ………... iv
MOTTO ………... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ………... vi
KATA PENGANTAR ………... vii
DAFTAR ISI ………... ix
DAFTAR TABEL ………... xiii
DAFTAR GAMBAR ………... xv
DAFTAR LAMPIRAN ………... xvi
ABSTRAK ………... xviii
BAB I PENDAHULUAN ………... 1
A. Latar Belakang Masalah ………... 1
B. Identifikasi Masalah ………... 5
C. Pembatasan Masalah ………... 5
D. Rumusan Masalah ………... 5
E. Tujuan Penelitian ………... 6
F. Manfaat Penelitian ………... 6
G. Batasan Istilah ………... 7
BAB II KAJIAN TEORI ………... 9
A. Deskripsi Teori ………... 9
1. Hakikat Menulis ………... 9
5. Pembelajaran Menulis Kreatif Puisi di SMP………...………... 16
6. Evaluasi Pembelajaran Menulis Kreatif Puisi ………... 17
7. Pendekatan SAVI ………... 18
8. Kelebihan an Kekurangan Pendekatan SAVI ………... 23
2. Teknik Analisis Data Kuantitatif ……….... 47
2. Tes Kemampuan Awal (Pratindakan) dalam Menulis Puisi …… 55
3. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Kemampuan Menulis Kreatif Puisi dengan Pendekatan SAVI ……… 58
a. Siklus I ………....…… 59 b. Siklus II ……….….. 71
4. Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Peserta Didik dengan Menggunakan Pendekatan SAVI ………. 82
C. Pembahasan ……….. 84
1. Peningkatan Proses dalam Pembelajaran Menulis Puisi dengan Pendekatan SAVI………... 84
2. Sikap Peserta Didik dalam Pembelajaran Menulis Puisi dengan Pendekatan SAVI ………... 85
Tabel 2: Rubrik Penilaian Tes Menulis Puisi ………. 25
Tabe 3: Model Penilaian Menulis dengan Pembobotan Tiap Komponen …. 27
Tabel 4: Pedoman Penilaian Menulis Puisi ……… 29
Tabel 5: Kisi-kisi Teknik Pengumpulan Data ……… 40 Tabel 6: Pengembangan Indikator dari Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar ……… 41 Tabel 7: Kisi-kisi Lembar Keterampilan Menulis Kreatif Menulis Puisi
Peseta Didik ……….. 41 Tabel 8: Kisi-kisi Pedoman Sikap Peserta Didik ……… 42 Tabel 9: Kisi-kisi Catatan Lapangan ………... 43 Tabel 10: Kisi-kisi Pedoman Wawancara Survei dengan
Guru Bahasa Indonesia Kelas VIII E
SMP Negeri 2 Sanden ……….. 44 Tabel 11: Kisi-kisi Pedoman Wawancara Pascatindakan Pembelajaran
Menulis Puisi dengan Guru Bahasa Indonesia
Kelas VIII E SMP N 2 Sanden ……… 44 Tabel 12: Kisi-kisi Angket Pratindakan Pendekatan SAVI dalam
Pembelajaran Menulis Puisi Peserta Didik Kelas VIII E
SMP N 2 Sanden ……… 45 Tabel 13: Kisi-kisi Angket Penerapan Pendekatan SAVI dalam
Pembelajaran Menulis Puisi Peserta Didik Kelas VIII E
Kelas VIII E SMP Negeri 2 Sanden ………..
Tabel 16: Hasil Penilaian Pratindakan ……… 57
Tabel 17: Penilaian Ketuntasan Pratindakan ……… 58
Tabel 18: Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Peserta Didik Selama
Proses Pembelajaran Menulis Puisi Siklus I ……….. 65
Tabel 19: Hasil Penilaian Siklus I ……….. 67 Tabel 20: Perbandingan Skor Rata-rata Kemampuan Menulis Puisi
pada Pratindakan dan Siklus 1 ………. 68
Tabel 21: Penilaian Ketuntasan Siklus I ………... 68
Tabel 22: Disrtibusi Frekuensi Skor Kemampuan Menulis Puisi pada
Pratindakan dan Siklus I ……… 69 Tabel 23: Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Peserta Didik
Selama Proses Pembelajaran Menulis Puisi Siklus II ……… 75 Tabel 24: Hasil Penilaian Siklus II ……… 77 Tabel 25: Perbandingan Skor Rata-rata Kemampuan Menulis Puisi pada
Siklus I dan Siklus II ……….. 78 Tabel 26: Penilaian Ketuntasan Siklus II ………. 78 Tabel 27: Disrtibusi Frekuensi Skor Kemampuan Menulis Puisi pada
Siklus I dan Siklus II ……….. 80 Tabel 28: Hasil Pengisian Angket Pascatindakan oleh Peserta Didik
Kelas VIII E ……….. 81 Tabel 29: Peningkatan Skor Rata-rata Praktik Menulis Puisi pada
Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II ……….. 83 Tabel 30: Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Menulis Puisi
Gambar 2: Siswa Menyimak Materi Penjelasan dari Guru ………... 61 Gambar 3: Siswa Melakukan Kegiatan Menulis Kreatif Puisi
dengan Pendekatan SAVI di Lingkungan Sungai ………... 63 Gambar 4: Grafik Perbandingan Skor Rata-rata Menulis Puisi
pada Pratindakan dan Siklus I ………. 68 Gambar 5: Grafik Perbandingan Skor Rata-rata Menulis Puisi
pada Siklus I dan Siklus II ……… 79 Gambar 6: Grafik Perbandingan Skor Rata-rata Menulis Puisi
Lampiran 3: Hasil wawancara pratindakan ………...
Lampiran 4: Hasil wawancara pascatindakan ………... 116
Lampiran 5: Pedoman Pengamatan terhadap Aktivitas Peserta Didik Selama Proses Pembelajaran Menulis Puisi ………... 119
Lampiran 6: Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Peserta Didik Selama Proses Pembelajaran Menulis Puisi Siklus I ……... 120
Lampiran 7: Hasil Pengamatan terhadap Aktivitas Peserta Didik Selama Proses Pembelajaran Menulis Puisi Siklus II ……... 121
Lampiran 8: Angket Kemampuan Menulis Puisi Kelas VIII SMP Negeri 2 Sanden Sebelum Dilakukan Tindakan ……... 122
Lampiran 9: Angket Kemampuan Menulis Puisi Kelas VIII SMP Negeri 2 Sanden Setelah Dilakukan Tindakan ………... 123
Lampiran 10: Hasil Angket Kemampuan Menulis Puisi melalui Pendekatan SAVI pada Peserta Didik Kelas VIII E SMP Negeri 2 Sanden Sebelum Dilakukan Tindakan ………... 124
Lampiran 11: Hasil Angket Kemampuan Menulis Puisi melalui Pendekatan SAVI pada Peserta Didik Kelas VIII E SMP Negeri 2 Sanden Setelah Dilakukan Tindakan ………... 125
Lampiran 12: Silabus ………... 126
Lampiran 13: RPP Siklus I ………... 132
Lampiran 14: RPP Siklus II ………... 140
Lampiran 19: Hasil Skor Keterampilan Menulis Puisi Siklus I ………. 174
Lampiran 20: Hasil Skor Keterampilan Menulis Puisi Siklus II ……… 175
Lampiran 21: Hasil Tulisan Siswa Pratindakan ……….. 176
Lampiran 22: Hasil Tulisan Siswa Siklus I ………. 179
Lampiran 23: Hasil Tulisan Siswa Siklus II ……… 182
Oleh Dita Pramita Dewi NIM 12201241059
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan proses dan hasil pembelajaran keterampilan menulis kreatif puisi dengan menggunakan pendekatan SAVI (somatis, visual, auditori, dan intelektual) pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 2 Sanden.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII E SMP Negeri 2 Sanden yang berjumlah 28 siswa. Objek penelitian ini adalah peningkatan keterampilan menulis kreatif puisi. Penelitian dilakukan dengan tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, refleksi, dan evaluasi. Data diperoleh dari observasi, wawancara, tes, analisis dokumen, catatan lapangan, dokumentasi foto, dan angket. Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Keberhasilan tindakan ditentukan oleh peningkatan proses dan produk.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, peningkatan proses tampak melalui hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa selama dilakukan penelitian tindakan, keaktifan, keseriusan, dan antusias peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran menulis puisi meningkat secara bertahap dari pratindakan, siklus I, dan siklus II. Kedua, peningkatan produk dengan pendekatan SAVI dalam menulis kreatif puisi dapat dilihat dari karya peserta didik. Pada pratindakan, rata-rata nilai peserta didik sebesar 55,41 dengan keterangan belum ada peserta didik yang tuntas. Pada siklus I, nilai rata-rata peserta didik naik menjadi 68,98 dengan peserta didik tuntas sebanyak 9 orang. Selanjutnya, pada siklus II rata-rata nilai peserta didik naik menjadi 79,80 dengan ketuntasan 100% atau 28 siswa.
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,
dan emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan
dalam mempelajari bidang studi lainnya. Pembelajaran bahasa Indonesia
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan
maupun secara tulis. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia ada empat
keterampilan yang harus dikuasai oleh peserta didik, yaitu menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling berkaitan dan
sangatlah menunjang keberhasilan berbahasa seseorang.
Keterampilan menulis sendiri merupakan kegiatan mengungkapkan ide,
gagasan, pikiran, dan perasaanya ke dalam bentuk tulisan. Dengan menulis, siswa
dapat menuangkan ide serta gagasan ke dalam berbagai jenis tulisan. Pelajaran
Bahasa Indonesia tidak hanya mempelajari bahasa saja, tetapi juga mempelajari
tentang sastra. Sastra dapat memberikan pengertian yang dalam tentang manusia
dan memberikan interpretasi serta penilaian terhadap peristiwa-peristiwa dalam
kehidupan (Sayuti, 1985: 193). Pengajaran sastra direncanakan untuk melibatkan
siswa dalam proses pembelajaran. Pengalaman sastra itu terwujud dalam bentuk
dari apa yang diketahui dan dirasakan oleh siswa yang berupa sensasi, emosi, dan
pemecahan masalah sehingga siswa menjadi lebih aktif dan kreatif, hal tersebut
menyebabkan siswa dapat mencapai kompetensi yang diharapkan.
Keterampilan menulis merupakan hasil cipta yang produktif dari proses
membaca, mendengarkan, dan berbicara. Melalui kegiatan menulis inilah peserta
didik dapat mengungkapkan gagasannya kepada orang lain secara tidak langsung.
Menulis puisi merupakan salah satu materi pembelajaran yang harus dikuasai
peserta didik SMP kelas VIII. Pembelajaran menulis puisi bebas diajarkan sebagai
kegiatan yang produktif dan ekspresif. Melalui pembelajaran ini siswa dapat
mengungkapkan segala pikiran dan perasaannya ke dalam sebuah media. Melalui
ketrampilan menulis puisi bebas, siswa diharapkan dapat mengungkapkan pikiran,
ide, perasaan yang dimilikinya setelah menjalani proses pembelajaran dalam
berbagai tulisan.
Kegiatan menulis puisi peserta didik diharapkan dapat mengungkapkan ide
atau gagasannya kedalam bentuk puisi. Peserta didik diberikan kebebasan dalam
mencipta dan mengolah ekspresi perasaan serta pikirannya, untuk dituangkan ke
dalam salah satu jenis karya sastra tersebut. Akan tetapi, permasalahan yang
ditemui adalah tidak semua peserta didik dapat menulis dengan baik. Berdasarkan
hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII E SMP
Negeri 2 Sanden (Ibu Rusmini, S.Pd.), sebagian besar peserta didik merasa bosan
dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia yang
identik dengan membaca dan menulis saja cenderung monoton. Hal ini
mengakibatkan peserta didik jenuh, dan kurang bersemangat dalam mengikuti
didik dalam menulis puisi masih rendah. Kebanyakan guru masih menggunakan
metode konvensional seperti dengan memberikan ceramah di depan kelas dan
peserta didik sebagai pendengar yang baik, sehingga mereka mudah merasa bosan
dan pembelajaran menjadi tidak efektif. Pembelajaran seperti ini memberikan
kebosanan dan kejenuhan serta kurang menarik dalam pandangan peserta didik,
sehingga minat peserta didik terhadap pembelajaran tersebut menjadi rendah.
Peserta didik di SMP Negeri 2 Sanden rata-rata selalu mengeluh saat
pembelajaran puisi berlangsung. Mereka sering mengeluhkan jika tidak
mempunyai ide saat menulis puisi. Pikiran mereka seakan-akan kosong sehingga
mereka tidak dapat menuangkan hasil pikiran mereka saat menulis puisi.
Permasalahan yang lain juga tampak dari nilai pembelajaran menulis puisi yang
rendah di SMP Negeri 2 Sanden tersebut. Kurangnya minat akan pembelajaran
puisi juga berpengaruh dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik tidak
mengoptimalkan kemampuan mereka dalam proses menulis puisi.
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis siswa, baik faktor
internal seperti kemampuan dan minat siswa, maupun faktor eksternal seperti
lingkungan dan model pembelajaran yang diberikan. Oleh karena itu, guru harus
tepat dalam memilih metode pembelajaran saat sedang mengajar. Berdasarkan
fenomena tersebut, perlu digunakan sebuah metode yang dapat meningkatkan
keterampilan menulis peserta didik. Selain disesuaikan materi dan pendekatan
pembelajaran, metode pembelajaran juga diharapkan dapat memberikan motivasi,
dan menimbulkan daya tarik peserta didik. Dengan demikian, peserta didik akan
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis
kreatif puisi adalah dengan menggunakan pendekatan SAVI ( Somatis, Auditori,
Visual, dan Intelektual). SAVI menekankan belajar berdasarkan aktivitas, yaitu
bergerak aktif secara fisik ketika belajar. Jadi pendekatan SAVI melibatkan
kelima indra dan emosi dalam proses belajar. Kaitan pendekatan SAVI dengan
menulis kreatif puisi sangat relevan karena materi menulis kreatif puisi tidak
semata-mata bersumber dari hal-hal yang fikif dan imajinatif. SAVI juga menjadi
pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif dan pencapaian dari hasil maksimal
dalam menulis kreatif puisi.
Penerapan pendekatan SAVI dapat menjadi inovasi bagi guru dalam
pembelajaran menulis puisi agar guru lebih kreatif. Metode ini juga diharapkan
mampu meningkatkan proses belajar dan prestasi siswa. Oleh karena itu, untuk
mengatasi permasalahan yang ada di SMP Negeri 2 Sanden yang berkaitan
dengan meningkatkan keterampilan menulis puisi, maka peneliti menggunakan
pendekatan SAVI sebagai metode pembelajaran. Peneliti dan guru kolaborator
mengadakan penelitian pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 2 Sanden yang
berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Upaya Meningkatkan
Keterampilan Menulis Kreatif Puisi dengan Menggunakan Pendekatan SAVI
(Somatis, Visual, Auditori, dan Intelektual) pada Siswa Kelas VIII E SMP Negeri
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat
diidentifikasi permasalahan sebagai berikut.
1. Rendahnya minat dan keseriusan siswa dalam keterampilan menulis kreatif
puisi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sanden.
2. Pentingnya kegiatan menulis baik sastra maupun non sastra sehingga harus
lebih ditingkatkan.
3. Kurangnya inovasi guru dalam pembelajaran menulis puisi.
4. Metode yang digunakan guru masih bersifat konvensional.
5. Belum digunakannya pendekatan SAVI di SMP Negeri 2 Sanden.
C. Pembatasan Masalah
Melihat latar belakang dan identifikasi permasalahan di atas, diharapkan
penelitian ini terfokus dalam membatasi masalah yang ada. Penelitian ini dibatasi
pada permasalahan mengenai bagaimana peningkatan keterampilan apresiasi
sastra khususnya dalam pembelajaran menulis puisi pada kelas VIII E SMA
Negeri 2 Sanden. Pembatasan masalah tersebut dipilih terkait dengan adanya
masalah yaitu masih rendahnya keterampilan mengapresiasi sastra pada siswa
khususnya dalam menulis kreatif puisi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sanden.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses dan hasil
SAVI (somatis, visual, auditori, dan intelektual) pada siswa kelas VIII E SMP
Negeri 2 Sanden?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penelitian ini mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran keterampilan menulis kreatif puisi dengan menggunakan
pendekatan SAVI (somatis, visual, auditori, dan intelektual) pada siswa kelas
VIII E SMP Negeri 2 Sanden.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Berdasarkan judul di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat
memberikam manfaat sebagai berikut.
1. Manfaat Teoretis
Adanya penelitian ini diharapkan akan menambah teori atau metode
dalam pembelajaran keterampilan menulis kreatif puisi.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini akan bermanfaat sebagai berikut.
a. Bagi siswa, hasil penelitian diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar
khususnya dalam menulis kreatif puisi
b. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi tolak ukur dalam
dapat digunakan untuk sebuah referensi strategi pembelajaran untuk
meningkatkan keterampilan menulis kreatif puisi.
c. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah pada umumnya.
d. Bagi peneliti diharapkan penelitian ini akan menjadi bentuk pengabdian dan
penerapan dari ilmu yang didapat, memberikan pengalaman kepada peneliti,
serta dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat terutama dalam bidang
pendidikan menulis puisi.
G. Batasan Istilah
Agar diperoleh pemahaman yang sama antara penyusun dan pembaca
tentang istilah judul skripsi ini, maka perlu adanya pembatasan istilah sebagai
berikut.
1. Peningkatan merupakan cara yang dilakukan secara sengaja untuk
memperbaiki dan mempertinggi kemampuan tertentu. Peningkatan juga
diartikan sebagai suatu perubahan dari keadaan tertentu menuju ke keadaan
yang lebih baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Kemampuan menulis merupakan kecakapan seseorang dalam
mengekspresikan pikiran dan perasaannya ke dalam bahasa tulis, sehingga
hasilnya dapat dipahami oleh orang lain.
3. Puisi merupakan bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan
perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan
semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur
4. Pendekatan SAVI merupakan pendekatan yang menekankan belajar
berdasarkan aktivitas, yaitu bergerak aktif secara fisik ketika belajar.
Pendekatan SAVI juga melibatkan kelima indra dan emosi dalam proses
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Menulis
Menulis bagi seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk
mencapai maksud dan tujuan tertentu selain untuk diucapkan. Tarigan (1982: 21)
mengatakan bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang
grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang,
sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut,
kalau mereka memahami bahasa dan gambaran tersebut. Tarigan (1986: 3)
menambahkan menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap
muka dengan orang lain.
Akhadiah (1996: 8), menyatakan bahwa menulis merupakan suatu bentuk
komunikasi, yaitu suatu proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran gagasan
yang disampaikan, merupakan ragam komunikasi yang perlu dilengkapi dengan
alat-alat penjelas serta aturan ejaan dan tanda baca, dan merupakan bentuk
komunikasi untuk menyampaikan gagasan penulis kepada khalayak pembaca
yang dibatasi jarak dan waktu. Aksana (2006: 8), menyatakan bahwa menulis
merupakan kegiatan menuangkan pengetahuan, perenungan, pandangan terhadap
suatu masalah, imanjinasi, perasaan, pengalaman, dan cita-cita dalam sebuah
rangkaian kata. Dari pendapat-pendapat yang sudah disampaikan dapat
digunakan untuk mengungkapkan pikiran atau gagasan dan untuk menyampaikan
pesan (komunikasi) melalui bahasa tulis sebagai alat atau medianya, sehingga
mudah untuk dipahami oleh pembaca.
2. Tujua dan Manfaat Menulis
Di dalam menulis tentunya memiliki tujuan, fungsi, dan manfaat.
Beberapa tujuan tersebut yaitu: Tujuan menulis: 1) Menyampaikan pokok pikiran
atau gagasan kepada para pembaca, 2) Memberi informasi tentang suatu naskah
kepada pembaca, 3) Memberi hiburan kepada pembaca, 4) Mempengaruhi
pembaca atas argumentasi (pendapat) yang diungkapkannya melalui tulisan,
(KBBI: 872). Dengan demikian, tujuan seseorang menulis sangat variatif sesuai
dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
Akhadiah dkk (1996: 1-2) mengemukakan menulis memiliki beberapa
manfaat antara lain: 1) dapat mengenali kemampuan dan potensi diri, 2) melalui
kegiatan menulis kita mengembangkan berbagai gagasan, 3) memperluas
wawasan baik secara teoretis maupun mengenai fakta-fakta yang berhubungan, 4)
menjelaskan permasalahan yang semula masih samar bagi diri kita sendiri, 5)
dapat meninjau serta menilai gagasan kita sendiri secara lebih objektif, 6) dengan
menulis kita akan lebih mudah memecahkan permasalahan, 7) mendorong kita
untuk belajar secara aktif, 8) kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan
kita bepikir serta berbahasa secara tertib. Kegiatan menulis sangat besar
manfaatnya, khususnya dalam dunia pendidikan, untuk itu kegiatan menulis ini
3. Keterampilan Menulis Kreatif Puisi a. Pengertian Puisi
Menurut Tarigan (1984: 4) kata puisi berasal dari bahasa Yunani “poesis”
yang berarti penciptaan. Dalam bahasa Inggris di sebut “poetry” artinya puisi, poet artinya penyair, poem berarti syair atau sajak. Arti yang semacam ini
lama-kelamaan dipersempit ruang lingkupnya menjadi “ hasil seni sastra yang kata -katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama sajak dan
kata-kata kiasan. Menurut Sayuti (2008: 24), puisi adalah karya sastra yang
memanfaatkan sarana bahasa secara khas. Pradopo (2002: 314) menyatakan
bahwa puisi adalah ucapan atau ekspresi tidak langsung. Puisi merupakan ucapan
ke inti pati masalah, peristiwa, atau pun cerita pencritaan. Berdasarkan
pendapat-pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa puisi adalah sebuah
karya sastra yang estetis yang merupakan sebuah ekspresi yang memanfaatkan
bahasa khas seperti rima, majas, dan irama.
Menulis puisi sendiri menurut Jabrohim (2003: 67), adalah suatu kegiatan
seseorang yang menuntut seorang penulis harus cerdas, menguasai bahasa, luas
wawasannya, serta peka perasaannya. Menulis kreatif puisi ialah kegiatan yang
dilakukan oleh individu, sedangkan lingkungan dan orang hanyalah menjadi
stimulus. Menulis kreatif puisi yaitu menulis kembali apa yang dilihat, dirasakan,
dipikirkan, dan dilakukan seseorang yang dituangkan dalam bentuk puisi. Saini
(1993: 153) menyatakan bahwa menulis kreatif puisi dapat membuat seseorang
menggunakan kata-kata secara konotatif, menyusun irama dan bunyi, menyusun
Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan mengenai menulis puisi
dapat disimpulkan bahwa menulis kreatif puisi yaitu kegiatan mengungkapakan
perasaan dan pikiran yang dituangkan melalui tulisan yang memperhatikan
penggunakan diksi, bunyi, dan bentuk sehingga mengandung makan tertentu.
b. Unsur Pembangun Puisi
Puisi tidak semata-mata hanya sebuah kata-kata, namun didalam puisi
terdapat sebuah unsur. Unsur-unsur pembangun puisi merupakan unsur yang
membentuk sebuah puisi menjadi karya sastra yang utuh. Berikut unsur-unsur
pembangun puisi:
1)Diksi
Diksi merupakan pemilihan kata yang dilakukan oleh penyair untuk
mengekspresikan gagasan dan perasaan-perasaan yang bergejolak dan menggejala
dalam dirinya (Sayuti, 2008: 143). Secara sederhana diksi merupakan pilihan kata
yang digunakan oleh penyair dalam mengolah bahasa dalam karya puisinya.
Sayuti (2008: 160) menegaskan bahwa diksi dalam puisi tetap diorientasikan pada
sifat-sifat hakiki puisi itu sendiri, yaitu.
a) Secara emotif, kata-kata pilihan disesuaikan dengan hal yang akan
diungkapkan.
b) Secara objektif, kata-kata disesuaikan dengan kata lain dalam rangka
membangun kesatuan tekstual puisi.
c) Secara imitatif/referensial, kata-kata diperhitungkan potensinya dalam
mengembangkan imajinasi sehingga mampu menghimbau tanggapan
d) Secara konotatif, kata-kata diperhitungkan agar mampu memberikan efek
tertentu pada diri pembacanya. Dengan demikian diksi merupakan media
yang digunakan penyair dalam mengungkapkan gagasannya dalam sebuah
puisi.
2) Citraan
Citraan adalah kesan yang terbentuk dalam imajinasi melalui sebuah kata
atau rangkaian kata yang sering kali merupakan anganangan. Menurut Sayuti
(2008: 170), citraan merupakan gambaran pengalaman indera, dalam puisi, yang
tidak hanya terdiri dari gambaran mental saja, tetapi sesuatu yang mampu pula
menyentuh atau menggugah indera-indera yang lain.
Menurut Sayuti (2008: 174), macam-macam citraan dalam puisi sesuai
dengan jenis indera atau perasaan yang ingin digugah atau yang ingin
dikomunikasikan penyair adalah sebagai berikut.
a)Citra visual, yang berhubungan dengan indera penglihatan.
b)Citra auditif, yang berhubungan dengan indera pendengaran.
c)Citra kinestetik, yang membuat sesuatu yang ditampilkan tampak bergerak.
d)Citra termal atau rabaan, yang berhubungan dengan indera peraba.
e)Citra penciuman, yang berhubungan dengan indera penciuman.
f)Citra pencecapan, yang berhubungan dengan indera pencecapan.
3)Bahasa Kias
Menurut Sayuti (2008: 195), bahasa kias merupakan cakupan semua jenis
ungkapan bermakna lain dengan makna harfiahnya yang bisa berupa kata, frase,
gaya bahasa yang merupakan gaya yang diwujudkan secara khas oleh penyair
terhadap puisi yang dituliskan dengan tujuan fungsi estetis puisi. Sayuti (2008:
195) bahasa kias yang paling sering digunakan dalam puisi dapat dikelompokkan
ke dalam tiga golongan besar, yaitu kelompok pembandingan (metafora-simile),
penggantian (metomini-sinekdok), dan pemanusiaan (personifikasi).
4)Persajakan
Dalam puisi dikenal adanya persajakan, yakni pola estetika bahasa yang
dibangun secara sadar berdasarkan ulangan suara (Sayuti, 2008: 103). Secara luas
persajakan dapat diartikan sebagai kesamaan dan atau kemiripan bunyi tertentu di
dalam dua kata atau lebih, baik yang berposisi di akhir kata, maupun yang berupa
perulangan bunyi yang sama yang disusun pada jarak atau rentangan tertentu
secara teratur (Sayuti, 2008: 104).
5)Makna
Dalam sebuah puisi makna digali dari proses pembacaan puisi dengan
perbandingan bait demi bait yang menggunakan media bahasa. Pada hasil
penggalian makna ini akan ditemukan perasaan penyair terhadap puisinya dan
amanat yang terkandung dalam puisi tersebut. Makna puisi merupakan praksis
transformasi yang dilakukan secara sadar oleh pembaca. Hal ini dikarenakan
bahasa puisi cenderung mengintegrasikan satuan-satuan ekspresi dari tahapan arti
secara mimesis ke tahapan makna secara semiosis. Untuk mengetahui makna yang
terdapat pada sebuah puisi, pembaca harus melalui proses pembacaan mimesis.
akhir, dari judul, bait pertama hingga terakhir dengan mengikuti bentangan
sintagmatik. Inilah yang disebut pembacaan heuristik (Sayuti, 2008: 349).
4. Tahapan Menulis Puisi
Sayuti (2000: 5), menyatakan bahwa tahap-tahap dalam menulis puisi adalah
sebagai berikut.
a. Tahap Preparasi atau Persiapan
Dalam tahap ini merupakan tahap pengumpulan informasi dan data yang
dibutuhkan. Persiapan berupa pengalaman-pengalaman yang mempersiapkan
seseorang untuk melakukan tugas atau memecahkan masalah tertentu. Semakin
banyak pengalaman mengenai masalah atau tema yang dimiliki, maka semakin
mudah dan lancar seseorang dalam proses tersebut.
b. Tahap Inkubasi atau Pengendapan
Pada tahap ini, seluruh bahan mentah diolah dan diperkaya melalui
akumulasi pengetahuan serta pengalaman yang relevan.
c. Tahap Iluminasi
Pada tahap ini iluminasi semuanya menjadi jelas, tujuan tercapainya
penulisan (penciptaan) karya dapat diselesaikan. Seorang penulis akan merasakan
suatu kelegaan dan kebahagiaan karena apa yang semula masih berupa gagasan
dan masih samar-samar akhirnya menjadi suatu yang nyata.
d. Tahap Verifikasi atau Tinjauan secara Kritis
Pada tahap ini penulis melakukan evaluasi terhadap karyanya sendiri. Jika
diperlukan, ia bisa melakukan modifikasi, revisi, dan lain-lain. Berdasarkan uraian
melalui tahap preparasi atau persiapan, inkubasi atau pengendapan, iluminasi, dan
verifikasi atau tinjauan secara kritis.
5. Pembelajaran Menulis Kreatif Puisi di SMP
Di dalam Kurikulum 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) disebutkan bahwa menulis merupakan keterampilan yang harus diajarkan
dan dikuasai oleh siswa (Sulistyorini, 2010: 12). Kompetensi dasar menulis sastra
yang harus dicapai siswa SMP kelas VIII yaitu menulis puisi bebas dengan
menggunakan pilihan kata yang sesuai.
Tabel 1: Standar Kompetensi Menulis Puisi Kelas VIII Semester 2 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 16. Mengungkapkan pikiran dan
perasaan dalam puisi bebas.
16.1 Menulis puisi bebas dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai. 16.2 Menulis puisi bebas dengan memperhatikan unsur persajakan.
Sumber: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
Penelitian ini menggunakan kompetensi dasar menulis kreatif puisi dengan
menggunakan pilihan diksi yang sesuai. Penelitian dilakukan terhadap kelas VIII
SMP Negeri 2 Sanden, dengan asumsi bahwa kelas VIII sangat tepat untuk
mendapatkan perlakuan ini mengingat kemampuan menulis kreatif puisi mereka
harus dimatangkan. Selain hal tersebut, kompetensi dasar menulis puisi bebas
memang diberikan pada siswa kelas VIII.
6. Evaluasi Pembelajaran Menulis Kreatif Puisi
Menurut Nurgiyantoro (2010: 19), penilaian ialah alat ukur untuk
mengetahui seberapa jauh tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dapat
suatu aktivitas yang pada akhirnya menghasilkan suatu bentuk karya sastra berupa
puisi, sehingga tes yang digunakan ialah tes esai menulis kreatif puisi. Tes esai
adalah tes proses berpikir yang melibatkan aktivitas kognitif tingkat tinggi,
menuntut kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan, menganalisis,
menghubungkan konsep-konsep, menilai, dan memecahkan masalah
(Nurgiyantoro, 2010: 95).
Dalam penelitian ini, yang menjadi patokan kriteria penulisan kreatif puisi
pada siswa adalah unsur pembangun puisi yang terdiri dari diksi, citraan, bahasa
kias, persajakan, dan makna atau pesan serta pemilihan judul yang memikat. Hal
ini mengingat instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah soal-soal esai
dalam menulis kreatif puisi, maka penilaian yang dipakai menggunakan penilaian
dengan memberikan skor secara berskala. Nurgiyantoro (2010: 349) menyatakan
bahwa pertanyaan atau soal-soal esai memiliki skor secara berskala karena pada
prinsipnya semua jawaban yang telah diberikan oleh subjek penelitian mempunyai
nilai atau selayaknya diberi skor. Penilaian tes esai menulis kreatif puisi juga
termasuk dalam penilaian ranah kognitif. Nurgiyantoro (2010: 327) mengatakan
bahwa hasil belajar sastra yang bersifat kognitif lebih banyak berhubungan
dengan kemampuan dan proses berpikir.
7. Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual)
Pendekatan pembelajaran ialah pola dalam merencanakan pembelajran di
kelas. Pendekatan pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang
pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar
Pendekatan ini merupakan salah satu pendekatan belajar yang paling maju yang
digunakan pada masa sekarang. Accelerated Learning didasarkan pada penelitian
ini. Dalam pembelajaran ini dapat menggunakan metode dan media yang sifatnya
terbuka dan luwes.
Pada dasarnya, pendekatan SAVI (atau multi indrawi) merupakan bagian
dari teori pembelajaran Accelerated Learning (AL), teori otak kanan/kiri; pilihan
modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan
menyeluruh; belajar berdasarkan pengalaman; dan belajar dengan simbol.
Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan
belajar yang paling baik adalah melibatkan semua indra dan segenap kedalaman
serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari
bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengaitkan sesuatu dengan
hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif, dan hidup. SAVI
menekankan belajar berdasarkan aktivitas, yaitu bergerak aktif secara fisik ketika
belajar dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan membuat seluruh
tubuh/pikiran terlibat dalam proses belajar (Astuti, 2002: 90-91).
Dengan kata lain, pendekatan SAVI melibatkan kelima indra dan emosi
dalam proses belajar. Siswa tidak hanya duduk diam di tempat mendengarkan
penjelasan dari guru. Akan tetapi, mereka diajak bergerak secara aktif dan kreatif
sehingga turut terlibat atau mengalami sendiri peristiwa pembelajaran dan
menemukan sendiri inti yang dipelajari. Pembelajaran SAVI sejalan dengan
Menurut Dave Meirer (via Astuti, 2002: 54-55), prinsip pembelajaran
SAVI adalah sebagai berikut.
a. Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh. Belajar tidak hanya melibatkan
otak tetapi juga melibatkan seluruh tubuh atau pikiran dengan segala emosi, indra,
dan sarafnya.
b. Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi. Pengetahuan bukanlah sesuatu
yang diserap oleh pembelajar, melainkan sesuatu yang diciptakan pembelajar.
c. Kerjasama membantu proses belajar. Siswa biasanya belajar lebih banyak
dengan berinteraksi dengan teman-teman daripada yang mereka pelajari dengan
cara lain mana pun.
d. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan. Belajar
bukan hanya menyerap satu hal kecil pada satu waktu linear melainkan menyerap
hal banyak sekaligus.
e. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri (dengan umpan balik).
f. Belajar paling baik adalah belajar dengan konteks.
g. Emosi positif sangat membantu pelajaran. Perasaan menentukan kualitas dan
kuantitas seseorang.
h. Otak citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
Istilah SAVI yang terdiri dari Somatis (S) yang bermakna gerakan tubuh
(hands-on, aktivitas fisik), yaitu belajar dengan mengalami dan melakukan.
Auditori (A) bermakna bahwa belajar dengan mendengarkan, menyimak,
berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi.
menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media, dan alat
peraga. Intelektual (I) bermakna bahwa belajar menggunakan kemampuan
berpikir (minds-on) belajar dengan konsentrasi pikiran dan berlatih
menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan
mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan. Sesuai
dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu Somatis, Auditori, Visual, dan
Intelektual, maka karakteristiknya ada empat bagian (Hamid, 2011: 60), yaitu:
1. Belajar Somatis
Somatis atau somatic berasal dari bahasa Yunani yaitu tubuh sama. Jika
dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan learning by moving and doing
(belajar dengan bergerak dan berbuat) atau dapat dikatakan keterlibatan dengan
objek-objek empiris. Menurut Meirer (2002: 92), somatis adalah pembelajaran
yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh indra peraba, kinestetik, melibatkan
fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung.
Dalam konteks pembelajaran bahasa, somatis berarti belajar dengan
memanfaatkan indra peraba dan kinestetik yang melibatkan fisik untuk
beraktivitas. Jadi, pembelajaran tidak hanya diarahkan pada pencapaian
kemampuan verbal saja, tetapi diarahkan pada aktivitas fisik yang menyertai
aktivitas verbal sehingga terjadi kepaduan dalam pikiran dan tubuh secara fisik,
bangkit dari tempat duduknya untuk melakukan aktivitas bermakna.
2.Belajar Auditori
Learning by talking and hearing (belajar dengan berbicara dan
kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi
bahkan tanpa kita sadari. Belajar dengan auditori berarti mengakses jenis bunyi
dan kata yang diciptakan maupun diingat. Belajar bahasa secara auditori
ditekankan pada aktivitas mendengarkan suara-suara melalui berbagai dialog yang
tercipta selama proses pembelajaran di kelas.
3.Belajar Visual
Learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan
menggambarkan). Menurut Meier (2002: 97), dalam otak kita terdapat lebih
banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang
lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat
melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau
program komputer. Pembelajaran bahasa secara visual menuntut ketersediaan
berbagai media yang dapat diamati secara langsung oleh pembelajar untuk
kemudian membicarakannya dalam bentuk lisan dan tulis. Meier (2002: 99),
menambahkan hal penting yang dapat dilakukan di kelas untuk meningkatkan
kemampuan visual dan berbahasa siswa adalah dengan meminta mereka
mengamati situasi nyata tertentu, memikirkannya, kemudian membicarakannya
kepada orang lain disertai dengan menggambarkan proses, prinsip, atau makna
yang diamatinya.
4.Belajar Intelektual
Learning by problem solving and reflecting (belajar dengan memecahkan
masalah dan melakukan refleksi). Tindakan pembelajar yang melakukan sesuatu
merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan
nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual adalah
bagian diri yang merenung, mencipta, dan memecahkan masalah (Astuti, 2002:
99). Dengan kemampuan intelektual ini, siswa dapat menghubungkan pengalaman
mental, fisik, emosional, dan intuitif untuk membuat makna baru dan melahirkan
gagasan kreatif dari proses penyaringan informasi. Meier (2002: 100) menjelaskan
bahwa belajar bisa optimal apabila keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa
pembelajaran.
8. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan SAVI
Menurut Meier (2002: 91-99), pendekatan SAVI memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari pendekatan SAVI ialah a)
membangkitkan kecerdasan dan kreativitas siswa melalui penggabungan gerak
fisik dengan aktivitas intelektual, b) menciptakan suasana belajar yang lebih baik,
menyenangkan, menarik, dan efektif, c) memaksimalkan ketajaman konsentrasi
melalui pembelajaran secara visual, auditori, dan intelektual, d) pembelajaran
tidak terpusat pada guru.
Kekurangan dari pendekatan SAVI ialah a) pembelajaran yang melibatkan
semua indra dan pikiran membutuhkan kemampuan yang lebih sehingga
kemungkinan penerapan kedua pokok tersebut akan mengalami kesulitan, b)
sarana dan prasarana yang digunakan akan lebih banyak, c) pembelajaran
membutuhkan persiapan yang lebih matang di segala aspek, d) membutuhkan
pengaturan kelas yang lebih baik oleh guru agar siswa terlibat aktif dalam
9. Tahap-Tahap Pembelajaran Menulis Kreatif Puisi dengan Pendekatan SAVI
Menurut Astuti (2002: 106), SAVI akan berjalan dengan baik apabila
sudah melalui empat tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap penyampaian, tahap
pelatihan, dan tahap penampilan hasil.
a. Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan
positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka
dalam situasi optimal untuk belajar.
b. Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)-Konsep Somatis
1) Guru menjelaskan mengenai pembelajaran menulis kreatif puisi dengan
pendekatan SAVI.
2) Guru dan siswa berdiskusi mengenai puisi dan unsur-unsur pembangun puisi.
3) Guru mengajak siswa melakukan pengamatan lingkungan dengan diberi
lembar kerja pengamatan.
Tema Pengamatan 1: Lingkungan Sungai
Tema Pengamatan 2: Lingkungan Sekolah
4) Siswa diminta mengamati dan berinteraksi dengan lingkungan tersebut.
c. Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti)-Konsep Auditori, Visual, dan Intelektual
5) Siswa diminta melibatkan semua panca indra selama kegiatan pengamatan
berlangsung.
6) Siswa menuliskan apa yang mereka lihat, temukan, dan dengar selama
7) Siswa diminta memilih dan menggunakan kata kunci yang sudah ditulis untuk
dirangkai menjadi sebuah puisi utuh dengan memperhatikan unsur-unsur
pembangun puisi.
8) Siswa menyunting hasil pekerjaan menulis kreatif puisi
d. Tahap Penampilan Hasil (Kegiatan Penutup)
Pada tahap ini guru membantu siswa menerapkan dan memperluas
pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar
akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat.
10. Penilaian Pembelajaran Menulis Puisi
Nurgiyantoro (2012: 6) mengemukakan bahwa, penilaian merupakan suatu
proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Kadar pencapaian tujuan baru
dapat diketahui setelah dilakukannya penilaian. Menulis puisi merupakan salah
satu tugas kesastraan yang berkaitan dengan penciptaan secara kreatif. Adapun
kriteria penilaian puisi dapat bertolak dari kemampuan dalam membangun
harmoni atau keselarasan unsur-unsur puisi (Abidin, 2012: 289).
Pedoman penilaian yang digunakan dalam penelitian ini modifikasi dari
pedoman penilaian menulis puisi yang dikemukakan Nurgiyantoro (2012: 487),
dan pedoman penilaian yang digunakan pada program ESL (English as a Second
Language) yang kemudian dilakukan modifikasi. Adapun rubrik penilaian
Tabel 2: Rubrik Penilaian Tugas Menulis Puisi
No. Aspek yang Dinilai
Tingkat Capaian Kinerja
5 4 3 2 1
1. Kebaruan tema dan makna 2. Keaslian pengucapan 3. Kekuatan imajinasi 4. Ketapatan diksi
5. Pendayaan pemajasan dan citraan 6. Respon aktif guru
Jumlah skor:
Model penilaian yang digunakan pada program ESL (English as a Second
Language) menggunakan model skala interval untuk tiap tingkatan tertentu pada
tiap aspek yang dinilai (Nurgiyantoro, 2012: 440). Dengan demikian, penilaian
dilakukan secara rinci dan teliti dalam memberikan skor. Model penilaian pada
program ESL (English as a Second Language) yang dimodifikasi dari Hartfield
Tabel 3: Model Penilaian Menulis dengan Pembobotan Tiap Komponen
PROFIL PENILAIAN KARANGAN Skor
Isi 27-30 SANGAT BAIK-SEMPURNA: padat informasi* substantif*
pengembangan tesis tuntas* relevan dengan permasalahan dan tuntas 22-26 CUKUP BAIK: Informasi cukup* substansi cukup* pengembangan tesis
terbatas* relevan dengan permasalahan tetapi tidak tuntas
17-21 SEDANG-CUKUP: informasi terbatas* substansi kurang* pengembangan tesis tidak cukup* permasalahan tidak cukup
13-16 SANGAT-KURANG: tidak berisi* tidak ada substansi* tidak ada pengembangan tesis*tidak ada permasalahan*
Organisasi 18-20 SANGAT BAIK-SEMPURNA: ekspresi lancar* gagasan diungkapkan dengan jelas*padat* tertata dengan baik* urutan logis* kohesif
14-17 CUKUP-BAIK: kurang lancar* kurang terorganisir tetapi ide utama terlihat* bahan pendukung terbatas* urutan logis tetapi tidak lengkap 10-13 SEDANG-CUKUP:tidak lancar* gagasan kacau* terpotongpotong*
urutan dan pengembangan tidak logis
5-9 SANGAT-KURANG: tidak komunikatif* tidak terorganisir* tidak layak nilai*
Kosakata 18-20 SANGAT BAIK-SEMPURNA: pemanfaatan potensi kata canggih* pilihan kata dan ungkapan tepat* menguasai pembentukan kata
14-17 CUKUP-BAIK: Pemanfaatan potensi kata agak canggih* pilihan kata dan ungkapan kata kadang kurang tepat tapi tidak mengganggu
10-13 SEDANG-CUKUP: Pemanfaatan potensi kata terbatas* sering terjadi kesalahan penggunaan kosakata dan dapat merusak makna
7-9 SANGAT-KURANG: Pemanfaatan potensi kata asal-asalan* pngetahuan kosakata rendah
Penggunaan bahasa 22-25 SANGAT BAIK-SEMPURNA: konstruksi kompleks tetapi efektif* hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bahasa
18-21 CUKUP-BAIK: konstruksi sederhana tetapi efektif* kesalahan kecil pada konstruksi kompleks* terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tidak kabur
11-17 SEDANG-CUKUP: terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat-kalimat* makna membingungkan atau kabur
5-10 SANGAT-KURANG: tidak menguasai aturan sintaksis* terdapat banyak kesalahan*tidak komunikatif* tidak layak nilai
Mekanik 5 SANGAT BAIK-SEMPURNA: menguasai aturan penulisan* hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan* pengembangan ide pokok dalam tiap paragraf tuntas
4 CUKUP-BAIK: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tidak mengaburkan makna* pengembangan ide pokok dalam tiap paragraf tuntas
3 SEDANG-CUKUP: serius terjadi kesalahan ejaan* makna membingungkan atau kabur*pengembangan ide pokok dalam tiap paragraph
2 SANGAT-KURANG: tak menguasai aturan penulisan* terdapat banyak kesalahan ejaan* tulisan tidak terbaca* tidak layak nilai* pengembangan ide pokok tiap paragraf kacau
Pada penelitian ini enam aspek yang terdapat dalam Tabel 2 Rubrik
Penilaian Tugas Menulis Puisi dikembangkan menjadi tujuh aspek.
Pengembangan aspek penilaian dilakukan dengan menguraikan unsur-unsur
menjadi unsur-unsur pembangun puisi lain yang belum tercantum dalam rubrik
penilaian tersebut.
Selain itu, pedoman penilaian dimodifikasi juga berdasarkan Pedoman
Penilaian Menulis yang digunakan pada program ESL (English as a Second
Language) yang dimodifikasi. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan unuk
mempermudah penilaian terhadap unsur-unsur pembangun puisi. Adapun rubrik
penilaian puisi peserta didik yang mengadaptasi Tabel 2 Rubrik Penilaian Tugas.
Pedoman penilaian pada program ESL (English as a Second Language)
Tabel 4: Pedoman Penilaian Menulis Puisi
No. Aspek Tingkat Capaian Kinerja
Indikator Skor
1. Kebaruan puisi
SANGAT BAIK –SEMPURNA: puisi yang diciptakan meyakinkan pembaca/pendengar bahwa berbeda dengan puisi-puisi yang lain dan menimbulkan kesan baru
5
CUKUP-BAIK: puisi yang diciptakan cukup meyakinkan pembaca/pendengar bahwa berbeda dengan puisi-puisi yang lain dan menimbulkan kesan baru
4
SEDANG-CUKUP: puisi yang diciptakan kurang meyakinkan pembaca/pendengar bahwa berbeda dengan puisi-puisi yang lain dan menimbulkan kesan baru
3
SANGAT KURANG: puisi yang diciptakan tidak
meyakinkan pembaca/pendengar bahwa berbeda dengan puisi-puisi yang lain dan menimbulkan kesan baru
2
2. Kekuatan Imajinasi
SANGAT BAIK –SEMPURNA: imajinasi dapat membangkitkan daya imajinasi pembaca dan memperjelas gagasan yang diungkapkan
5
CUKUP-BAIK: imajinasi cukup membangkitkan daya imajinasi pembaca/pendengar dan cukup memperjelas gagasan yang diungkapkan
4
SEDANG-CUKUP: imajinasi kurang dapat membangkitkan daya pembaca/pendengar dan kurang memperjelas gagasan yang diungkapkan.
3
SANGAT KURANG: imajinsi tidak membangkitkan daya imajinasi pembaca/pendengar dan tidak memperjelas gagasan yang diungkapkan
2
3. Ketepatan Diksi
SANGAT BAIK-SEMPURNA: pemilihan kata dan keefektifan kata yang digunakan tepat
5
CUKUP-BAIK: pemilihan kata dan keefektifan kata yang digunakan cukup tepat 4 SEDANG-CUKUP: pemilihan kata dan keefektifan kata yang digunakan kurang tepat
3
SANGAT KURANG: pemilihan kata dan keefektifan kata yang digunakan tidak tepat
2
4. Pemberda yaan Majas
SANGAT BAIK –SEMPURNA: pemajasan yang digunakan mengekspresikan pikiran yang diungkapkan dan membangun nilai estetis
5
CUKUP-BAIK: pemajasan yang digunakan cukup mengekspresikan pikiran yang diungkapkan dan cukup membangun nilai estetis
4
SEDANG-CUKUP: pemajasan yang digunakan kurang mengekspresikan pikiran yang diungkapkan dan kurang membangun nilai estetis
3
SANGAT KURANG: pemajasan yang digunakan tidak mengekspresikan pikiran yang diungkapkan dan tidak membangun nilai estetis
2
5. Pemberda yaan Citraan
SANGAT BAIK –SEMPURNA: citraan yang digunakan dapat mengonkritkan penggunaan gagasan dan membangkitkan tanggapan imajinasi
5
CUKUP-BAIK: citraan yang digunakan cukup dapat pengonkritkan pengungkapkan gagasan dan membangkitkan tanggapan imajinasi
4
SEDANG-CUKUP: citraan yang digunakan kurang dapat pengonkritkan pengungkapkan gagasan dan membangkitkan tanggapan imajinasi
3
SANGAT KURANG: citraan yang digunakan tidak dapat pengonkritkan pengungkapkan gagasan dan membangkitkan tanggapan imajinasi
2
6. Pengguna an Rima
SANGAT BAIK –SEMPURNA: penggunaan rima membangkitkan nilai estetis puisi
5
CUKUP-BAIK: penggunaan rima cukup dapat membangkitkan nilai estetis puisi 4 SEDANG-CUKUP: penggunaan rima kurang
membangkitkan nilai estetis puisi
3
SANGAT KURANG: penggunaan rima tidak dapat membangkitkan nilai estetis puisi
2
7. Penyampa ian Amanat
SANGAT BAIK –SEMPURNA: amanat disampaiakan dengan jelas dan mudah dimengerti
5
CUKUP-BAIK: amanat disampaikan dengan cukup jelas dan mudah dimengerti 4 SEDANG-CUKUP: penyampaian amanat kurang jelas dan kurang dapat dimengerti
3
SANGAT KURANG: penyampaian amanat tidak jelas dan tidak dapat dimengerti
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh Putri Aprilia Artanti (2012) dengan judul Upaya Peningkatan
Keterampilan Menulis Puisi dengan Menggunakan Strategi Tulis Kini pada Siswa
Kelas VIIB SMP Negeri 1 Seyegan Sleman. Strategi yang digunakan pada
penelitian tersebut menggunakan refleksi pengalaman-pengalaman yang telah
siswa alami. Strategi ini mendramatisir proses pembelajaran guna meningkatkan
perenungan 31 siswa secara mandiri dengan meminta siswa menuliskan apa yang
telah dirasakan dengan pengalaman yang didapat dengan langsung menuliskan
pada selembar kertas. Peningkatan ini dibuktikan dengan skor menulis puisi dari
rata-rata pada pratindakan 16,64 menjadi 28,17 pada rata-rata pengambilan skor
puisi terakhir. Penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini karena sama-sama
merefleksikan pengalaman siswa ke dalam sebuah puisi. Perbedaannya penelitian
tersebut menggunakan strategi Tulis Kini, sedangkan penelitian ini dengan
pendekatan SAVI.
Penelitian yang relevan selanjutnya adalah Welly Desi Prihantari (2010)
dengan judul Keefektifan Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan
Intelektual) dalam Pembelajaran Menulis Kreatif Puisi. Pada skripsi Welly
diperoleh hasil perhitungan analisis uji-t data pretest dan posttest kemampuan
menulis kreatif puisi kelompok eksperimen diperoleh thitung sebesar 15,763,
ttabel sebesar 2,031 dengan db 31. Nilai thitung lebih besar daripada ttabel
uji-t tersebut menunjukkan bahwa pendekatan SAVI efektif digunakan dalam
pembelajaran menulis kreatif puisi.
Persamaan skripsi ini dengan milik Welly yaitu sama-sama menulis kreatif
puisi dengan pendekatan SAVI, namun perbedaannya yaitu pada skripsi ini
penelitian kelas (PTK), sedangkan pada skripsi Welly yaitu eksperimen. Pada
skripsi tersebut pendekatan SAVI untuk pembelajaran menulis kreatif puisi
dinyatakan berhasil karena nilai menulis puisi peserta didik yang menggunakan
pendekatan SAVI lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol.
C. Kerangka Pikir
Pembelajaran menulis puisi tidak selamanya sempurna dan mencapai hasil
yang baik dan maksimal. Ada pun permasalahan dalam pencapaian tujuan
pembelajaran dalam menulis puisi antara lain adalah tidak semua peserta didik
dapat menulis puisi dengan baik. Peserta didik masih menganggap menulis puisi
adalah hal yang sulit, karena mereka harus menemukan ide dan
mengungkapkannya dengan bahasa yang menarik, padat, dan indah. Berdasarkan
fenomena tersebut, perlu digunakan sebuah pendekatan atau metode yang dapat
meningkatkan keterampilan menulis peserta didik.
Pendekatan SAVI dipandang sesuai untuk menangani kendala-kendala dan
hambatan dalam proses pembelajaran menulis puisi. Pembelajaran menulis kreatif
puisi dengan pendekatan SAVI akan melibatkan siswa secara aktif dan
menciptakan lingkungan yang kondusif. Hal itu akan mengubah cara menemukan,
mengalami, menciptakan, dan mengevaluasi sendiri materi yang dipelajari dengan
didik secara langsung, sehingga sangat efisien. Pembelajaran menulis kreatif puisi
dengan pendekatan SAVI yaitu Somatis belajar dengan bergerak dan berbuat,
Auditori belajar dengan berbicara dan mendengarkan, Visual belajar dengan
mengamati dan mendengarkan, dan Intelektual belajar dengan pemecahan
masalah dan melakukan refleksi mampu menjadi alternatif pembelajaran yang
menyenangkan. Melalui pendekatan SAVI, peserta didik dilatih untuk
mengoptimalkan panca indera mereka agar mereka dapat menentukan poin-poin
yang akan menjadi batu loncatan mereka saat mengembangkan menjadi suatu
puisi yang utuh. Selain itu, pendekatan SAVI mengajarkan peserta didik menjadi
lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas dengan pendekatan SAVI dalam pembelajaran
menulis puisi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi peserta
didik. Hasil penelitian ini dapat menjadikan solusi dalam meningkatkan minat dan
motivasi peserta didik dalam pembelajaran menulis puisi, serta dapat
meningkatkan kemampuan menulis puisi peserta didik SMP Negeri 2 Sanden.
D.Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka pikir di atas, hipotesis tindakan yang dapat diajukan
adalah sebagai berikut: “Jika pembelajaran menulis kreatif puisi pada peserta didik kelas VIII E SMP N 2 Sanden, menggunakan pendekatan SAVI, sikap,
proses dan hasil pembelajaran menulis kreatif puisi peserta didik kelas VII E SMP
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian tindakan ini dilakukan di SMP Negeri 2 Sanden Bantul SMP
Negeri 2 Sanden yang beralamat di Jalan Samas, Srigading, Sanden, Bantul
Yogyakarta. Waktu penelitian ini dimulai dari bulan April hingga bulan Mei 2016
pada semester 2 tahun ajaran 2015/2016.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII E SMP Negeri 2
Sanden. Siswa dalam kelas ini berjumlah 28 orang yang di antaranya terdiri dari
16 orang siswa perempuan dan 12 orang siswa laki-laki. Objek penelitian ini
adalah proses pembelajaran menulis kreatif puisi dengan pendekatan SAVI
(somatis, visual, auditori, dan intelektual). Dalam pembelajaran menulis kreatif
puisi di SMP Negeri 2 Sanden pada kelas VIII E guru masih menggunakan
metode konvensional yaitu dengan model ceramah di depan kelas, sehingga
banyak siswa yang merasa bosan dan jenuh sehingga mengurangi minat belajar
siswa saat pembelajaran berlangsung.
Dalam pembelajaran menulis kreatif puisi siswa mengalami kesulitan
ketika ditugaskan untuk menuangkan ide mereka yang dikaji dalam bentuk puisi.
Mereka seperti kesulitan untuk menemukan ide sehingga menghambat kerja
mereka dalam menulis puisi. Berdasarkan hal tersebut, peneliti memilih kelas VIII
E untuk menjadi setting penelitian. Dengan adanya penelitian tentang upaya
peningkatan keterampilan menulis kreatif puisi dengan pendekatan SAVI ini
puisi agar tidak membosankan lagi. Selain itu, dengan adanya penelitian ini dapat
mengoptimalkan keterampilan menulis puisi siswa.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas Classroom Action
Research). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh
guru ke kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan menekankan pada
penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajaran (Arikunto,
2006: 16).
Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif, artinya peneliti melakukan
penelitian ini dengan berkolaborasi atau bekerja sama dengan guru Bahasa
Indonesia SMP Negeri 2 Sanden kelas VIII E, yang bernama Rusmini, S.Pd. Guru
sebagai pelaku tindakan sedangkan peneliti sebagai pelaku pengamatan terhadap
berlangsungnya proses tindakan. Tujuan dari penelitian tindakan ini adalah untuk
meningkatkan keterampilan menulis puisi dengan pendekatan SAVI.
C. Prosedur Penelitian
1. Rencana Tindakan (Planning)
Pada tahap ini tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian yaitu meliputi
prasurvei, menentukan tujuan pembelajaran, yaitu membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), merancang instrumen, membuat lembar observasi dan alat
evaluasi untuk setiap pertemuan. Adapun rincian langkah-langkah yang akan
a. Observasi mengenai kondisi sekolah, kelas, peserta didik, sarana, dan
prasarana yang mendukung pembelajaran serta pendekatan yang digunakan
dalam pembelajaran.
b. Merumuskan tujuan pembelajaran, yaitu untuk meningkatkan keterampilan
menulis kreatif puisi dengan penerapan pendekatan SAVI.
c. Penyamaan persepsi antara mahasiswa observer dan guru kolaborator.
Peneliti bersama kolaborator menyamakan persepsi dan berdiskusi untuk
mengidentifikasi permasalahan yang muncul berkaitan dengan pembelajaran
bahasa khususnya menulis puisi.
d. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
e. Membuat rancangan instrumen.
f. Menyiapkan lembar observasi aktivitas belajar siswa dan catatan lapangan.
2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Pada tahap tindakan ini, guru melakukan kegiatan pembelajaran seperti
yang telah direncanakan, yaitu kegiatan pembelajaran menulis kreatif puisi
dengan menggunakan pendekatan SAVI. Pengamatan merupakan upaya
mengamati pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan lembar observasi. Penelitian ini akan dilaksanakan berdasarkan
proses penelitian tindakan menurut Kemmis dan Mc. Taggart (Madya, 2011:67),
yaitu sebagai berikut.
a. Merumuskan masalah dan merencanakan tindakan.
b. Implementasi tindakan.
d. Perubahan atau revisi untuk perencanaan siklus berikutnya.
3. Refleksi
Refleski dilakukan secara sistematis selama proses pembelajaran
berlangsung. Pada tahap ini dilaksanakan monitoring secara sistematis terhadap
kegiatan yang dilakukan peserta didik selama proses pembelajaran. Monitoring
dilakukan terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran dan hasil pekerjaan
peserta didik. Monitoring bertujuan untuk mengenali dan mengevaluasi
perkembangan yang terjadi dengan adanya tindakan yang telah dilaksanakan.
Kegiatan ini berfungsi untuk mengevaluasi dua hal: (1) apakah pelaksanaan
tindakan telah sesuai dengan rencana tindakan dan (2) apakah telah mulai terjadi
atau sudah terjadi peningkatan, perubahan positif menuju ke arah pencapaian
tujuan yang ditetapkan. Setelah siklus I selesai, kemudian dilanjutkan siklus II.
Langkah kerja pada siklus II sesuai dengan langkah kerja pada siklus I. Siklus II
diharapkan mampu memperbaiki kegiatan pada siklus I. Refleksi pada setiap
pertemuan dirangkum kembali secara keseluruhan agar diperoleh gambaran secara
umum dalam setiap siklusnya.
4. Pelaksanaan Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk menghimpun dan menganalisis data yang
diperoleh. Adanya evaluasi pada setiap siklus akan bermanfaat dalam
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi (pengamatan)
Kegiatan observasi (pengamatan) bertujuan untuk mengetahui seberapa
jauh efek tindakan yang telah dicapai. Pengamatan dilakukan dengan mengamati
proses pembelajaran menulis puisi baik ketika pratindakan maupun ketika
tindakan yaitu menulis puisi dengan pendekatan SAVI. Kegiatan pengamatan
akan dilakukan oleh dua orang pengamat dan dibantu dengan menggunakan
pedoman pengamatan. Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data tentang
penerapan pendekatan SAVI dalam pembelajaran menulis puisi di sekolah, sikap
peserta didik dalam pembelajaran, dan hasil pembelajaran menulis puisi dengan
pendekatan SAVI. Selain itu, pengamatan juga digunakan untuk mengonfirmasi
data yang diperoleh melalui tes, dokumentasi, angket, wawancara, dan catatan
lapangan
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mendapatkan
informasi dari responden dengan melakukan tanya jawab sepihak (Nurgiyantoro,
2011: 96). Wawancara dilakukan kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
Kelas VIII E SMP Negeri 2 Sanden. Jenis wawancara yang digunakan adalah
wawancara terpimpin. Penggunaan pedoman wawancara dalam teknik ini, dapat
menunjukkan arah tanya jawab yang akan dilakukan.Wawancara kepada guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII E SMP Negeri 2 Sanden dilakukan
ketika survei dan setelah kegiatan penelitian berlangsung. Wawancara dilakukan