ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP SISWA HIGH DAN LOW
ACHIEVERS PADA MATERI KELARUTAN DAN HASILKALI
KELARUTAN BERDASARKAN PROSES PEMBELAJARAN
DI SMA UNGGULAN KOTA PADANG
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Oleh: Monica Primasari
NIM. 1102499
KONSENTRASI PENDIDIKAN KIMIA SEKOLAH LANJUTAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
SEKOLAH PASCA SARJANA
Monica Primasari, 2013
Analysis of High and Lo Achie ers’s Conceptual Understanding of
Solubility and Solubility Product Constant Based on The Learning
Process In An Excellent Senior High School in Padang
Oleh Monica Primasari
S.Pd Universitas Negeri Padang, 2010
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam
© Monica Primasari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING:
Mengetahui:
Ketua Program Studi Pendidikan IPA
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Prof. Dr. Hj. Anna Permanasari, M.Si. Pembimbing II
Monica Primasari, 2013
NIP. 195807121983032002
PERNYATAAN
v ABSTRAK
Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasilkali Kelarutan Berdasarkan Proses Pembelajaran Di SMA Unggulan Kota Padang. Monica Primasari. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (2013).
vi
Monica Primasari, 2013
dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan di masa yang akan datang.
Kata Kunci: Pemahaman konsep, High-achievers, Low-achievers, Proses Pembelajaran, Kelarutan, Hasilkali Kelarutan
ABSTRACT
Analysis of High and Low Achievers’s Conceptual Understanding of Solubility and
Solubility Product Constant Based on The Learning Process In An Excellent Senior High School in Padang. Monica Primasari. Science Education (2013).
vii
was narrower than that of regular class; 6) the most frequent forms of students participation are taking notes and asking about lesson. Based on the analysis of four aspects of learning process: the plot of learning process, learning interaction, students’ participation, and teacher’s expectation, some actions which teacher can integrate into teaching practice to improve the quality of learning process of Solubility and Solubility Product Constant in the future were recommended.
vii
Monica Primasari, 2013
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ………....……… i
KATA PENGANTAR ……….………..………... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ……….………... . iii
ABSTRAK ……….………..……….. v
ABSTRACT ………..………. vi
DAFTAR ISI ………..……... vii
DAFTAR TABEL ………. x
DAFTAR GAMBAR ……… xii
DAFTAR LAMPIRAN ………. xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….… 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ……….. ... 4
C. Tujuan Penelitian………... ….… 6
D. Manfaat Penelitian ………. ….... 6
E. Penelitian yang Relevan……….. .….. 6
F. Penjelasan Istilah……….….….. 9
G. Struktur Organisasi………..….….. 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA…….……….…..…. 12
A. Belajar dan Teori Pembelajaran……….….…. 12
B. Hakikat dan Komponen Pembelajaran ……… .….. 15
viii
Low Achievers(LA) dalam Pembelajaran……….….. 19
C. Interaksi dalam Lingkungan Pembelajaran……….. 22
1. Interaksi Guru dengan Siswa dan Interaksi Siswa HA dan LA dalam pembelajaran……….………...… 24
2. Partisipasi Siswa HA dan LA dalam Pembelajaran………..….. … 26
3. Ekspekstansi Guru terhadap Performa Siswa HA dan LA dalam Pembelajaran……… 28
D. Karakteristik Pembelajaran Kimia Untuk Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan………..…. 30
1. Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan……….…………..…....…...…. 31
2. Pengaruh Ion Senama Terhadap Kelarutan ………….…….…...… 33
3. Prediksi Pembentukan Endapan………...…. .…. 34
E. Penilaian Pemahaman Konsep sebagai Hasil Belajar Siswa…... .…. 34
F. Kerangka Berpikir………. 37
BAB III METODE PENELITIAN……….…. .…. 39
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ………..…. .…. 40
B. Desain Penelitian ………..……… .…. 41
C. Data Peneliian……….……... ….. 42
D. Instrumen Penelitian ………. .. 42
E. Teknik Pengumpulan Data ……….……..….. 43
F. Teknik Analisis Data………..……….……..….. 46
G. Tahapan Penelitian…….……….……...…. 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….…………. 55
ix
Monica Primasari, 2013
di SMA Unggulan ….………... …. 118
1. Alur Proses Pembelajaran di Kelas Unggulan dan Reguler……. 119
2. Interaksi Guru dan Siswa dalam Pembelajaran …….………….. 126
3. Partisipasi Siswa HA dan LA dalam Aktivitas Pembelajaran… . 132 4. Ekspektansi Guru terhadap Performa Siswa HA dan LA dalam Pembelajaran………... . 139
C. Hubungan Pemahaman Konsep Siswa HA dan LA pada Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan dengan Proses Pembelajaran Di Kelas……… 142
D. Upaya yang Dapat Dilakukan Guru Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan di SMA Unggulan……….. 181
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………..….. 193
A. Kesimpulan ………..………...… 193
B. Rekomendasi………... 195
DAFTAR PUSTAKA ………..………… 198
x
DAFTAR TABEL
3.1 Daftar Siswa yang Menjadi Subyek Penelitian ……….… .. 41 3.2 Pengelompokkan Pemahaman Konsep Siswa……….….. ... 48 3.3 Penentuan Kategori Skor Berdasarkan Kategori Jawaban Responden….… 49 4.1. Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjawab Soal Konsep Kelarutann…... 59 4.2. Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjawab Soal Konsep Larutan
Belum Jenuh………..… 64 4.3. Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjawab Soal Konsep Larutan
Tepat Jenuh………...……… 69 4.4. Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjawab Soal Konsep Larutan
Lewat Jenuh………..…..…….. 74 4.5. Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menuliskan Persamaan Reaksi
Kesetimbangan Pada Konsep Tetapan Hasilkali Kelarutan………. 78 4.6. Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjawab Soal Penulisan Persamaan
xi
Monica Primasari, 2013
4.7. Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjawab Soal Menghitung Nilai Tetapan Hasilkali Kelarutan Senyawa CaSO4 Pada Konsep Tetapan
Hasilkali Kelarutan………. .. 89 4.8. Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjawab Soal Membandingkan
Kelarutan Molar AgCl dan Ag2CO3 Pada Konsep Tetapan Hasilkali
Kelarutan………... 90 4.9. Bentuk Kesalahan Siswa Dalam Menyimpulkan Data Kelarutan dan
Suhu Pada Soal Konsep Pengaruh Suhu terhadap Kelarutan….…………... 93 4.10.Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjelaskan Pengaruh Ion Senama
terhadap Kelarutan Ag2CrO4 dan CaCO3………..…..…. 95 4.11.Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjelaskan Pengaruh Penambahan
Ion Senama terhadap Kelarutan CaCO3dan AgCl……….………….. 97
4.12. Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjelaskan Pengaruh Perubahan pH
terhadap Kelarutan PbF2 dalam Larutan Jenuhnya………....…… 100 4.13.Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjelaskan Pengaruh Perubahan pH
air hujan terhadap Kelarutan CaCO3(patung presiden)………..…. 103 4.14.Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menggambarkan Diagram Tingkat
Molekuler Larutan PbF2 yang Ditambahkan sejumlah H+………...…. 107 4.15.Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menghitung Kelarutan L(OH)2 dan
Mg(OH)2 Pada Konsep Pengaruh pH terhadap Kelarutan………..….. 109 4.16.Bentuk Kesalahan Siswa dalam Menjelaskan Pengaruh Perbedaan pH
pelarut terhadap Kelarutan Mg(OH)2……….…. 111 4.17.Bentuk Kesalahan Siswa dalam Memprediksi Pembentukan
Endapan Berdasarkan data Ksp Pada Konsep Reaksi Pengendapan……….. 114 4.18.Bentuk Kesalahan Siswa dalam Memprediksi Pembentukan Endapan
xii
4.19.Pengkodean Konsep-konsep Materi Kelarutan dan Hasilkali
Kelarutan……….…..… 118 4.20.Pengkodean Aktivitas Pembelajaran Materi Kelarutan dan Hasilkali
Kelarutan di SMA Unggulan……… 119 4.21.Bentuk dan Frekuensi Interaksi Guru dengan Siswa HA dan LA
Kelas Unggulan dalam Pembelajaran……….……….. 127 4.22.Bentuk dan Frekuensi Interaksi Guru dengan Siswa HA dan LA Kelas
Reguler dalam Pembelajaran……….……….….. 129 4.23.Respon Siswa terhadap Kuesioner Keinginan Untuk Berpartisipasi
dalam Pembelajaran Kimia……….……….. 132 4.24.Bentuk dan Frekuensi Partisipasi Siswa HA dan LA Kelas Unggulan
dalam Pembelajaran Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan…..………. 136 4.25.Bentuk dan Frekuensi Partisipasi Siswa HA dan LA Kelas Reguler
dalam Pembelajaran Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan…..………. 137
DAFTAR GAMBAR
3.1 Diagram Alur Penelitian…...………..……….…. . 52 4.1. Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Unggulan Pada Konsep
Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan………... .. 55 4.2. Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Reguler Pada Konsep-konsep
Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan……… . 56 4.3. Diagram Tingkat Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Unggulan
xiii
Monica Primasari, 2013
4.5. Ilustrasi Percobaan BaSO4 Berdasarkan Deskripsi Verbal yang
Diberikan Dalam Soal………..……….. 63 4.6. Diagram Tingkat Molekuler Larutan AgCl Pada Soal Konsep Larutan
Belum Jenuh………... 63 4.7. Diagram Tingkat Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Unggulan dan
Reguler Pada Konsep Larutan Belum Jenuh ………. 64 4.8. Diagram Tingkat Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Unggulan dan
Reguler Pada Konsep Larutan Tepat Jenuh………... 68 4.9. Diagram Tingkat Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Unggulan dan
Reguler Pada Konsep Larutan Lewat Jenuh………... 73 4.10. Diagram Tingkat Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Unggulan dan
Reguler dalam Menjawab Soal Penulisan Persamaan Reaksi
Kesetimbangan Dari Pelarutan Garam Sukar Larut………... 77 4.11. Soal Penulisan Persamaan Reaksi Kesetimbangan dan Persamaan
Tetapan Hasilkali Kelarutan dari Senyawa CaCO3……….. 81 4.12. Diagram Tingkat Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Unggulan dan
Reguler dalam Menuliskan Persamaan Tetapan Hasilkali Kelarutan…… 82 4.13. Hubungan Pemahaman Siswa Dalam Penulisan Persamaan Reaksi
Kesetimbangan dan Penulisan Persamaan Ksp………... 88 4.14. Tabel dan Grafik Hubungan Kelarutan dan Suhu Pada Soal Konsep
Pengaruh Suhu terhadap Kelarutan……… 92 4.15. Diagram Tingkat Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Unggulan dan
Reguler Pada Konsep Pengaruh Suhu Terhadap Kelarutan……… .. 93 4.16. Diagram Tingkat Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Unggulan dan
xiv
4.18. Diagram Tingkat Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Unggulan dan
Reguler Pada Konsep Pengaruh pH terhadap Kelarutan……… 100 4.19. Diagram Tingkat Pemahaman Siswa HA dan LA Kelas Unggulan dan
Reguler Pada Konsep Reaksi Pengendapan……… .. 114 4.20. Alur Proses Pembelajaran Pertemuan Pertama Materi Kelarutan dan
Hasilkali Kelarutan di kelas unggulan dan kelas reguler (Durasi dalam
menit, alur bergerak searah jarum jam)………. 120 4.22. Alur Proses Pembelajaran Pertemuan Kedua Materi Kelarutan dan
Hasilkali Kelarutan di kelas unggulan dan kelas reguler (Durasi dalam
menit, alur bergerak searah jarum jam)……… 122 4.23. Alur Proses Pembelajaran Pertemuan Ketiga Materi Kelarutan dan
Hasilkali Kelarutan di Kelas Unggulan dan Reguler (Durasi dalam
menit, alur bergerak searah jarum jam)………. 123 4.24. Alur Proses Pembelajaran Pertemuan Keempat Materi Kelarutan dan
Hasilkali Kelarutan di Kelas Unggulan dan Reguler (Durasi dalam
menit, alur bergerak searah jarum jam)………. 124 4.25. Alur Proses Pembelajaran Pertemuan Kelima Materi Kelarutan dan
Hasilkali Kelarutan di Kelas Reguler (Durasi dalam menit, alur bergerak searah jarum jam)……… .. 126 4.26. Frekuensi Interaksi yang Diawali Siswa HA dan LA Di Kelas Unggulan
dan Reguler per Pertemuan……… 131 4.27. Ilustrasi Langkah Percobaan Penentuan Nilai Ksp Ba(OH)2 dalam LKS
Siswa……… . 144
4.28. Soal Latihan Di Kelas Unggulan dan Reguler Pada Materi Hubungan
xv
Monica Primasari, 2013
4.29. Materi Konsep Kelarutan dalam Buku Teks yang Digunakan dalam
Pembelajaran………..………… 149 4.30. Suasana Pembelajaran Ketika Guru Akan Mendemonstrasikan Pelarutan
Garam Dapur………. 154 4.31. Suasana Pembelajaran Kelas Reguler Ketika Demonstrasi Sudah
Berlangsung Selama 15 Menit……….. 155 4.32. Persamaan Reaksi Kesetimbangan Yang Dituliskan Dalam
Pembelajaran Konsep Tetapan Hasilkali Kelarutan……….. 159 4.33. Persamaan Reaksi Kesetimbangan yang Dituliskan Siswa……….... 159 4.34. Persamaan Reaksi Kesetimbangan yang Dituliskan Siswa Di Papan
Tulis………. .. 161 4.35. Penyajian Konsep Tetapan Hasilkali Kelarutan dalam Buku Teks
Pembelajaran………... .. 162 4.36. Penulisan Persamaan Tetapan Hasilkali Kelarutan Menurut Buku Teks
Pembelajaran……….. 163 4.37. Materi Persamaan Tetapan Hasilkali Kelarutan dalam Pembelajaran
Di Kelas Reguler dan Unggulan……….. .. 164 4.38. Materi Pengaruh Ion Senama Terhadap Kelarutan yang Dipresentasikan
Siswa LA Kelas Unggulan……….... 168 4.39. Materi Pengaruh Ion Senama Terhadap Kelarutan Dalam Buku Teks
Pembelajaran……….. 169 4.40. Persamaan Reaksi yang Dituliskan Siswa Kelas Reguler Ketika
Mempresentasikan Pengaruh Ion Senama terhadap Kelarutan………….. 170 4.41. Soal Latihan Siswa Kelas Reguler Untuk Materi Pengaruh Ion Senama
xvi
Kelarutan Dengan Contoh Soal Perhitungan……… . 173 4.43. Soal Latihan Pada Pembelajaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kelarutan (Pengaruh pH)……….. . 175 4.44. Ilustrasi Percobaan yang Pada Konsep Reaksi Pengendapan………. 177 4.45. Soal-soal Pada LKS Praktikum Reaksi Pengendapan……… 177 4.46. Aplikasi Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan pada Reaksi
xvii
Monica Primasari, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Instrumen Penelitian
Lampiran A1. Validasi Kesesuaian Kompetensi Dasar, Indikator, dan
Definisi Konsep Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan……. 204 Lampiran A2. Validasi Kesesuaian Butir Soal dengan Indikator
Pemahaman Konsep Materi Kelarutan dan
Hasilkali Kelarutan……… 208 Lampiran A3. Soal Tes Essay Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan
Tahap I………... 220 Lampiran A4. Soal Tes Essay Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan
Tahap II……….. 222 Lampiran A5. Pedoman Pengelompokkan Pemahaman Konsep Siswa
Terhadap Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan
(Tes Tahap I)……… 226 Lampiran A6. Pedoman Pengelompokkan Pemahaman Konsep Siswa
Terhadap Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan
(Tes Tahap II)………... 236 Lampiran A7. Format Observasi Untuk Partisipasi dan Interaksi Siswa
dalam Pembelajaran Materi Kelarutan dan Hasikali
Kelarutan………... 249 Lampiran A8. Kuesioner Keyakinan Diri Siswa Untuk Berpartisipasi
dalam Pembelajaran Kimia………..… 250 Lampiran A9. Kuesioner Evaluasi Pengalaman Belajar Kimia Siswa untuk
xviii
Lampiran A10. Pedoman Wawancara dengan Siswa………..…………. 254 Lampiran A11. Pedoman Wawancara dengan Guru………..………. …. 256
Lampiran B. Data Penelitian
Lampiran B1. Penentuan Siswa yang Menjadi Subyek Penelitian di Kelas
Unggulan dan Kelas Reguler………. .. 258 Lampiran B2. Transkripsi Pembelajaran Materi Kelarutan dan Hasilkali
Kelarutan di Kelas Unggulan……… .. 261 Lampiran B3. Transkripsi Pembelajaran Materi Kelarutan dan Hasilkali
Kelarutan di Kelas Reguler……… .. 281 Lampiran B4. Alur Proses Pembelajaran Materi Kelarutan dan Hasilkali
Kelarutan di Kelas Unggulan dan Kelas Reguler…………... 307 Lampiran B5. Partisipasi dan Interaksi Siswa dalam Pembelajaran Materi
Kelarutan dan Hasikali Kelarutan……….. .. 313 Lampiran B6. Hasil Kuesioner Evaluasi Pengalaman Belajar Kimia Siswa
untuk Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan……….... 316 Lampiran B7. Hasil Kuesioner Keinginan Siswa Untuk Berpartisipasi dalam
Pembelajaran Kimia ……….. 320 Lampiran B8. Catatan Wawancara dengan Siswa……….………. .. 326 Lampiran B9. Catatan dan Transkrip Wawancara dengan Guru……….………. 334 Lampiran B10. Kategori dan Deskripsi Pemahaman Siswa HA dan LA
dalam Menjawab Soal Tes Pemahaman Konsep Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan dalam Kategori
Pemahaman Konsep……… .. 341 Lampiran B10. Pengelompokkan Pemahaman Konsep Siswa HA dan
xix
Monica Primasari, 2013
1
Monica Primasari, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas pembelajaran adalah target dari setiap satuan pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas tersebut, pihak sekolah berupaya memaksimalkan penyelenggaraan pembelajaran dari komponen-komponen yang terlibat di dalamnya. Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, komponen dalam suatu pembelajaran adalah pendidik (guru), peserta didik (siswa) dan sumber belajar. Ketiga komponen ini saling berinteraksi untuk membentuk suatu lingkungan yang mampu mendukung proses belajar. Untuk sekolah unggulan, komponen tersebut antara lain: siswa yang kompeten, guru yang sudah menyelesaikan S2, dan sarana pembelajaran yang cukup memadai seperti: gedung sekolah, laboratorium, perpustakaan, kurikulum, dan sebagainya (Ditjen Dikmandasmen, 2012: 11).
2
Monica Primasari, 2013
Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Standar Isi KTSP menetapkan bahwa salah satu mata pelajaran yang dipelajari di sekolah menengah atas adalah Kimia. Sebagai salah satu rumpun mata pelajaran IPA, pembelajaran Kimia menekankan pada proses berpikir siswa yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Sebagai suatu bidang ilmu, Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, energetika, dan dinamika zat (BSNP, 2006: 459). Kimia juga merupakan sebuah dunia yang penuh dengan fenomena dan aktivitas percobaan yang menarik serta pengetahuan yang bermanfaat untuk memahami bagian dunia baik yang alami maupun yang sudah diolah manusia (Chiu, 2005: 2). Namun, di sisi lain mata pelajaran Kimia juga mengandung sejumlah konsep abstrak yang menghendaki siswa meluangkan waktu untuk berusaha memahaminya (Wu & Foos, 2008: 3).
Hasil observasi di dua sekolah unggulan di Kota Padang pada tahun 2010– 2012 menunjukkan bahwa pembelajaran Kimia lebih menekankan pada proses transfer pengetahuan deklaratif mengenai konsep-konsep Kimia dan pengetahuan prosedural yang dibutuhkan untuk menjawab soal-soal perhitungan. Konsekuensi dari pembelajaran demikian adalah siswa lebih cenderung menghafal konten dari kedua pengetahuan tesebut dibanding memahaminya. Temuan lainnya adalah hasil belajar siswa dalam satu kelas untuk pembelajaran Kimia masih bervariasi dengan rentang nilai cukup besar; dan jumlah siswa yang berhasil melewati nilai KKM yaitu 80 masih sedikit (3–15%). Temuan mengenai hasil belajar ini menegaskan adanya heterogenitas dari pemahaman siswa terhadap materi Kimia.
Sehubungan dengan heterogenitas dalam hasil belajar tersebut, Zohar et al.,
(2001: 473) membagi siswa ke dalam dua kelompok, yaitu high achievers (HA) dan
3
Monica Primasari, 2013
pada awalnya siswa yang masuk ke dalam sekolah unggulan adalah siswa-siswa berprestasi dan potensial di sekolah sebelumnya, namun hasil belajar yang mereka peroleh dalam pembelajaran Kimia menunjukkan bahwa tidak semua siswa berprestasi tersebut berhasil mendapatkan hasil belajar yang baik. Dengan kata lain berdasarkan hasil belajar Kimia yang diperoleh, siswa-siswa potensial di SMA Unggulan tersebut dapat dikelompokan menjadi high-achivers dan low-achievers.
Siswa di SMA Unggulan dikelompokkan menjadi kelas XI unggulan dan reguler berdasarkan nilai rapor di kelas X. Dari hasil wawancara dengan beberapa guru di sekolah, tujuan pengelompokan ini adalah untuk menciptakan persaingan dengan level lebih tinggi bagi juara-juara di kelas X, dan dengan demikian menghomogenkan siswa di kelas reguler. Kelas unggulan berisi siswa yang meraih peringkat pertama hingga keempat di kelas, sementara kelas reguler berisi siswa dengan peringkat yang beragam. Studi pendahuluan dari penelitian ini menemukan bahwa baik di kelas unggulan maupun kelas reguler, siswa HA dan LA masih dapat ditemui meski jumlahnya tidak sama. Di kelas unggulan, hanya 11–19% siswa yang tidak mampu melewati KKM saat diberikan ulangan, sementara di kelas reguler 21– 25% siswa. Jika temuan ini dihubungkan dengan kenyataan bahwa siswa yang masuk ke sekolah tersebut adalah siswa yang mampu memperoleh hasi belajar sangat baik di SMP, maka terdapat suatu kesenjangan antara potensi siswa dengan pencapaian hasil belajar di SMA. Dengan kemampuan akademik yang sangat baik dan hampir merata, tentunya diharapkan siswa dapat mencapai hasil belajar yang baik pula dalam mata pelajaran Kimia.
4
Monica Primasari, 2013
Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali pada penembakan sinar-x, dan pelarutan email gigi. Untuk dapat memprediksi terbentuknya endapan, siswa harus memahami terlebih dahulu konsep-konsep yang terdapat dalam materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan. Oleh karena itu, pemahaman yang benar terhadap konsep-konsep dalam materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan sangat penting bagi siswa untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan dalam kurikulum.
Dalam pembelajaran, seluruh siswa berhak untuk memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep dalam materi dan guru berkewajiban membantu siswa dalam upaya tersebut. Namun, kenyataan adanya heterogenitas pemahaman siswa terhadap materi Kimia menunjukkan bahwa hak siswa tersebut belum terpenuhi dan guru belum sepenuhnya menunaikan kewajibannya. Jika kesenjangan antara hak siswa dan kewajiban guru ini tidak dihilangkan, maka dikhawatirkan akan selalu ada siswa yang tidak berhasil memahami konsep atau tidak berhasil memperoleh hasil belajar optimal, yang disebut low-achievers. Jika keberadaan siswa low-achievers ini tidak diatasi dengan baik oleh guru, maka kualitas penyelenggaraan pembelajaran Kimia di sekolah unggulan akan sulit untuk ditingkatkan.
5
Monica Primasari, 2013
menyusun rancangan pembelajaran yang mampu mengakomodasi keberadaan siswa
high- dan low-achievers di sekolah unggulan dalam pembelajaran Kimia.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah penelitian ini sebagai berikut: Bagaimanakah Pemahaman Konsep Siswa High dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan Berdasarkan Proses
Pembelajaran Di SMA Unggulan Kota Padang? Dari masalah penelitian tersebut, peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pemahaman konsep siswa high- dan low-achievers pada materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan?
2. Bagaimanakah proses pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan di SMA Unggulan Kota Padang?
3. Bagaimanakah hubungan antara pemahaman konsep siswa high- dan low-achievers pada materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan dengan proses pembelajaran di kelas?
4. Bagaimanakah implikasi hasil analisis pemahaman konsep siswa
high-dan low-achievers terhadap strategi pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan?
Untuk membatasi masalah penelitian di atas, peneliti menetapkan batasan masalah yang diteliti sebagai berikut.
6
Monica Primasari, 2013
Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali kemampuan berpikir siswa untuk menguasai konsep-konsep dalam materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan, yang mencakup elemen pokok dari konsep tersebut yaitu definisi, ciri-ciri, aplikasinya.
2. Proses pembelajaran dalam penelitian ini diteliti dari empat aspek, yaitu: alur proses pembelajaran, interaksi guru dengan siswa HA dan LA serta siswa HA dan LA di kelas, partisipasi siswa HA dan LA dalam pembelajaran, serta ekspektansi guru terhadap performa siswa HA dan LA dalam pembelajaran.
3. Partisipasi siswa HA dan LA dalam aktivitas pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan diukur dari frekuensi siswa tersebut melakukan setiap aktivitas pembelajaran seperti: memanggil guru, mencatat materi, mengerjakan soal latihan, bertanya, berdiskusi dengan teman sebangku, dan sebagainya.
C.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah unggulan melalui analisis terhadap pemahaman konsep siswa high dan low achievers pada materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan berdasarkan proses pembelajaran di SMA Unggulan.
D.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Guru Kimia di sekolah unggulan yang menjadi lokasi penelitian sebagai masukan dalam menyusun rancangan pembelajaran untuk pembelajaran Kimia, khususnya materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.
7
Monica Primasari, 2013
3. Komunitas peneliti bidang pendidikan Kimia sebagai bahan referensi untuk penelitian lanjutan.
E. Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai pembelajaran pada siswa low-achievers lebih umum dilakukan di tingkat sekolah dasar, sementara untuk tingkat sekolah menengah penelitian mengenai siswa tersebut telah dilakukan pada mata pelajaran Fisika dan Matematika. Salah satu penelitian mengenai siswa low-achievers adalah penelitian yang dilakukan oleh McCoach dan Siegle (2001) yang membandingkan karakteristik cara belajar siswa low-achievers dengan siswa high-achievers di sekolah menurut. Aspek karakter cara belajar yang dibandingkan dalam penelitian tersebut antara lain: sikap terhadap sekolah, sikap terhadap guru, penghargaan terhadap tujuan pembelajaran, motivasi, dan persepsi akademik pribadi.
Penelitian tersebut menemukan bahwa siswa high-achievers memperoleh skor yang lebih tinggi untuk kelima faktor tersebut. Artinya, siswa high-achievers
memiliki sikap lebih positif terhadap sekolah, guru, dan tujuan pembelajaran; memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi, serta memiliki persepsi akademik pribadi yang lebih baik dibandingkan siswa low achievers. Persepsi akademik pribadi merupakan kepercayaan diri siswa terhadap kemampuannya sehingga siswa tersebut ingin terlibat dalam aktivitas pembelajaran. Skor persepsi akademik pribadi siswa high achievers yang tinggi terwujud dalam keterlibatan siswa tersebut yang lebih aktif dari siswa low achievers dalam aktivitas pembelajaran di kelas. Tingkat keaktifan siswa dalam aktivitas pembelajaran merupakan salah satu penentu hasil belajar siswa. Analisis lebih jauh dari temuan penelitian ini membenarkan bahwa dua dari lima faktor yang menentukan hasil belajar siswa adalah persepsi akademik pribadi dan motivasi.
8
Monica Primasari, 2013
Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali bahwa siswa low achievers tidak memperoleh manfaat lebih banyak dari guru yang efektif dibandingkan dengan siswa high achievers. Dengan kata lain, baik siswa high achievers maupun low achievers sama-sama memperoleh manfaat dari pengajaran guru yang efektif. Temuan penelitian ini menyiratkan bahwa pengajaran guru yang efektif dapat meningkatkan hasil belajar seluruh siswa, meskipun peningkatannya berbeda-beda.
Baker dan Crist (Peter, 1973) meneliti hubungan antara harapan guru dengan performa pembelajaran siswa. Penelitian tersebut menemukan bahwa harapan guru dapat mempengaruhi hasil belajar siswa secara signifikan. Temuan ini didukung oleh temuan Kususanto et al., (2012) yang mengemukakan bahwa terdapat hubungan linier antara harapan guru dengan sikap siswa terhadap sains. Harapan ini kemudian menyebabkan guru menunjukkan perilaku yang berbeda terhadap siswa di kelas.
Abuseji (2007) melakukan penelitian untuk melihat variabel yang terkait dengan guru dan siswa sebagai faktor penentu hasil belajar Kimia di tingkat sekolah menengah pertama di Afrika. Penelitian ini menetapkan tujuh variabel yang diprediksi mempengaruhi hasil belajar siswa. Empat dari tujuh variabel ini merupakan variabel yang berkaitan dengan guru, sedangkan tiga lainnya adalah variabel yang terkait dengan siswa. Hasilnya adalah empat faktor yang memiliki efek kausal secara signifikan pada hasil belajar siswa berasal dari guru, yaitu usia, gender, kualifikasi, dan pengalaman. Tiga variabel yang terkait dengan siswa (gender, kemampuan matematika dan kebiasaan belajar) tidak memberikan efek kausal yang begitu signifikan. Temuan tersebut menegaskan bahwa peranan guru terhadap hasil belajar siswa jauh lebih berpengaruh dibandingkan faktor-faktor lain yang terkait dengan siswa.
9
Monica Primasari, 2013
di semua setting pembelajaran, siswa high achievers berinteraksi secara lebih baik dibanding siswa low achievers. Berkaitan dengan gender, penelitian ini menemukan bahwa bentuk interaksi guru dengan siswa low achievers yang paling sering teramati adalah “meminta siswa melakukan tugas akademik” baik untuk siswa laki-laki maupun perempuan. Bentuk interaksi yang paling jarang bagi siswa perempuan
adalah “memberi penghargaan/ pujian” sedangkan bagi siswa laki-laki adalah
“kontak mata”.
Kususanto et al., (2012) melakukan penelitian untuk melihat hubungan antara ekspektansi guru dengan sikap siswa jurusan IPA dan non-IPA terhadap pembelajaran sains. Hasilnya menunjukkan terdapat suatu korelasi signifikan antara ekspektansi guru dan persepsi siswa terhadap sikap guru di kelas. Karena siswa jurusan IPA meyakini bahwa guru mendukung mereka dalam belajar, mereka meyakini pula bahwa guru mengharapkan mereka memperoleh hasil belajar sains yang lebih tinggi.
Penelitian lain terkait low achievers adalah mengenai hubungan antara keyakinan guru terhadap siswa low achievers dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa tersebut yang dilakukan Zohar et al. (2001). Penelitian ini menemukan 45% dari 40 guru yang menjadi subyek penelitian meyakini bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi tidak cocok untuk siswa low achievers. Keyakinan seperti ini didasari pandangan bahwa tugas-tugas kognitif dalam pembelajaran tersusun dalam urutan yang hirarkis, mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks. Guru yang memiliki keyakinan seperti ini meyakini bahwa tugas kognitif yang membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi tidak cocok untuk siswa low achievers.
10
Monica Primasari, 2013
Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali guru terhadap siswa low achievers mempengaruhi pola interaksi guru tersebut yang dapat berujung pada pengaruh terhadap hasil belajar siswa low-achievers. Bertolak dari penelitian terdahulu, penulis bermaksud melakukan penelitian terhadap pemahaman konsep siswa high dan low achievers pada materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan berdasarkan proses pembelajaran di SMA unggulan.
F. Penjelasan Istilah
Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini antara lain diuraikan sebagai berikut.
1. Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti secara keseluruhan (Hasan, 2003: 43).
2. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar (UU No. 20 tentang Sispenas, 2003: 2).
3. Sekolah unggulan dalam penelitian ini mengacu pada sekolah yang baru saja melepas status sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Dengan kata lain, sekolah unggulan yang dimaksud disini adalah sekolah atau madrasah yang sudah memenuhi standar nasional pendidikan dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu anggota
Organization for Economic Development (OECD) dan/ latar negara tertentu yang mempunyai keunggulan dalam bidang pendidikan sehingga memiliki daya saing di forum internasional (www.dikdas.kemendiknas.go.id, 2011). 4. Pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini dirumuskan dari
11
Monica Primasari, 2013
mencakup elemen pokok dari konsep tersebut yaitu definisi, ciri-ciri, aplikasinya.
5. Low achievers adalah label yang diberikan kepada siswa yang tidak mampu memberdayakan potensi yang dimiliki dalam mencapai hasil belajar yang maksimal (Lehr dan Harris, 1988: 9); siswa yang seharusnya “dapat
melakukan lebih baik” dari yang diperoleh saat ini (underachievers) (McCoach dan Siegle, 2001: 71); atau siswa yang tidak mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar yang rendah (Zohar et al., 2001: 472). Pelabelan siswa LA dalam penelitian ini mengikuti Zohar et al., (2001: 472) yaitu siswa yang hasil belajarnya berada dalam 27% urutan terbawah. 6. High achievers adalah siswa yang mampu memberdayakan potensi yang
dimiliki dalam mencapai hasil belajar yang optimal (Lehr dan Harris, 1988: 9), atau siswa yang mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar tinggi (Zohar et al., 2001: 472). Pelabelan siswa HA dalam penelitian ini mengikuti Zohar et al., (2001) yaitu siswa yang hasil belajarnya berada dalam 27% urutan teratas.
G. Struktur Organisasi
12
Monica Primasari, 2013
40
Monica Primasari, 2013
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Unggulan yang terletak di tengah Kota Padang, dengan subyek sebagai berikut:
1. Siswa
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Unggulan kota Padang yang dilabeli sebagai high-achievers (HA) dan low-achievers (LA). Sekolah unggulan yang dipilih sebagai lokasi penelitian menggunakan sistem
ability grouping, atau pengelompokkan rombongan belajar siswa berdasarkan kemampuan akademiknya. Berdasarkan hasil belajar kelas X, siswa yang meraih peringkat pertama hingga keempat dikumpulkan dalam satu kelas unggulan. Siswa lainnya kemudian disebar ke dalam enam kelas IPA dan satu kelas IPS. Oleh karena itu, sesuai dengan konteks penelitian ini yang melibatkan siswa HA, kelas unggulan ditetapkan sebagai kelas subyek penelitian.
Selanjutnya, kelas reguler ditentukan berdasarkan kesamaan guru Kimia yang mengajar di kelas unggulan, yaitu guru MZ. Siswa kelas unggulan dan kelas reguler tersebut adalah siswa yang terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 di salah satu SMA unggulan kota Padang. Selanjutnya pada masing-masing kelas, siswa dilabeli HA dan LA berdasarkan rata-rata hasil ulangan harian pertama dan ujian mid-semester genap tahun akademik 2012/ 2013. Setelah siswa diurutkan dari nilai rata-rata tertinggi, HA ditentukan sebagai siswa yang masuk dalam batas 27% teratas, dan LA adalah siswa dalam batas 27% terbawah. Penentuan ini merujuk pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Zohar dan Dori (2003).
41
Monica Primasari, 2013
Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali masing-masingnya adalah 6 orang. Dalam pengolahan data, nama siswa HA dan LA disimbolkan dengan huruf dan angka yang menunjukkan kelas dan nomor urut absen mereka di kelas masing-masing. Siswa kelas unggulan diberi simbol SU, sementara siswa di kelas reguler diberi simbol SR. Label high-achievers
selanjutnya akan disingkat menjadi HA, dan low-achievers menjadi LA. Berikut adalah daftar siswa yang menjadi subyek penelitian.
Tabel 3.1. Daftar siswa yang menjadi subyek penelitian No. Kelas Unggulan Kelas Reguler
HA LA HA LA
42
Monica Primasari, 2013
Strategi penelitian yang digunakan dalam upaya memahami proses pembelajaran siswa tersebut adalah naturalistic inquiry (Basrowi dan Suwandi, 2008: 22) yang dicirikan oleh penyajian keadaan yang sebenarnya tanpa melebih-lebihkan fakta dan ketepatannya. Penekanan strategi ini ada pada kealamiahan
setting penelitian dimana peneliti tidak melakukan manipulasi apapun terhadap objek penelitian. Temuan strategi inkuiri naturalistik diharapkan dapat memberikan gambaran atau deskripsi detail yang dapat menjawab masalah-masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini. Selain pada proses pembelajaran, pendekatan kualitatif juga digunakan dalam mengumpulkan dan menganalisis data pemahaman konsep siswa terhadap materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan.
C.Data Penelitian
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder, yaitu sebagai berikut.
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini antara lain:
a. Video rekaman dan foto pelaksanaan pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan di kelas.
b. Data frekuensi interaksi guru dengan siswa HA dan LA, interaksi serta partisipasi siswa HA dan LA dalam pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan.
c. Catatan wawancara dengan siswa dan guru Kimia.
d. Tanggapan siswa terhadap praktik pengajaran guru dalam pembelajaran Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan.
e. Hasil uji pemahaman konsep siswa untuk materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan.
2. Data Sekunder
43
Monica Primasari, 2013
Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali a. Hasil akhir seleksi masuk siswa kelas X SMA unggulan Kota
Padang.
b. Nilai ulangan Kimia siswa pada semester genap tahun ajaran 2012/ 2013.
c. Buku teks Kimia yang digunakan siswa dalam pembelajaran di Kelas.
D.Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dalam penelitian ini antara lain:
1. Handycam sebagai alat perekam proses pembelajaran
2. Format observasi untuk interaksi guru dengan siswa HA dan LA, interaksi serta partisipasi siswa HA dan LA dalam pembelajaran (Lampiran A7).
3. Pedoman wawancara untuk guru dan siswa (Lampiran A10 dan A11). Wawancara dengan guru dilakukan untuk mendapatkan data profil siswa dan ekspektansi guru mengenai performa siswa HA dan LA dalam pembelajaran. Wawancara dengan siswa dilakukan untuk mendapatkan tanggapan siswa mengenai pengalaman mengikuti pembelajaran Kimia di sekolah.
4. Kuesioner keyakinan diri siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran Kimia. Kuesioner ini bertujuan untuk melihat aspek yang mempengaruhi keinginan siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran Kimia. Kuesioner yang digunakan merupakan hasil modifikasi dari kuesioner yang dikembangkan oleh Tuan et al., (2005) (Lampiran A8).
44
Monica Primasari, 2013
6. Tes essay yang diberikan dalam dua tahap untuk melihat pemahaman konsep siswa mengenai materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan (Lampiran A3 dan A4).
E.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi penelitian adalah pengamatan sistematis dan terencana yang diniatkan untuk perolehan data yang dikontrol validitas dan realibilitasnya (Alwasilah, 2009: 211). Observasi dipilih sebagai teknik pengumpulan data disebabkan karena teknik inilah yang paling baik untuk menjawab fokus penelitian berupa bagaimana suatu proses terjadi (Fraenkel dan Wallen, 2006: 449). Alasan lainnya adalah teknik ini sangat cocok digunakan untuk mengumpulkan data mengenai interaksi yang terjadi antara guru dan siswa selama pembelajaran. Selama observasi, peneliti dapat mencatat setiap kejadian yang berlangsung pada keadaan yang sebenarnya (Basrowi dan Suwandi, 2008: 95).
45
Monica Primasari, 2013
Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali yang disebabkan oleh subjektifitas pengamat, maka dalam kegiatan observasi dibantu teknologi perekaman untuk dokumentasi proses pembelajaran.
2. Analisis Dokumen
Alwasilah (2009: 155) mengemukakan bahwa dokumen adalah barang tertulis yang tidak dipersiapkan secara sengaja atas permintaan peneliti. Dalam penelitian ini, dokumen yang dimaksud adalah hasil tes seleksi masuk siswa. Analisis dokumen dilakukan sejak sebelum tahap kegiatan lapangan untuk kepentingan memperoleh informan/ subyek penelitian, pemilihan kelas sampel, pelabelan siswa high- dan low-achievers, dan analisis proses pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan.
3. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara sebagai pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan yang diberikan (Basrowi dan Suwandi, 2008: 127). Wawancara adalah teknik yang efektif yang dapat digunakan peneliti untuk memverifikasi kesan-kesan yang ditangkap selama observasi (Fraenkel dan Wallen, 2006: 455). Dalam penelitian ini, wawancara akan dilakukan kepada guru dan siswa setelah pembelajaran selesai diamati. Pertanyaan yang diajukan dalam wawancara disusun berdasarkan hasil studi pendahuluan dan observasi.
4. Kuesioner
46
Monica Primasari, 2013
dalam hal keyakinan pada diri sendiri untuk berpartisipasi dalam pembelajaran (Lampiran A8). Kuesioner kedua adalah untuk melihat pendapat siswa HA dan LA mengenai praktik pengajaran guru dalam pembelajaran yang mereka alami. Kuesioner ini diperoleh dari Cullingford (1995). Kuesioner pertama diberikan di tengah jadwal observasi, sementara kuesioner kedua diberikan di akhir pembelajaran.
5. Tes Essay
Tes essay yang digunakan dalam penelitian ini dirancang mengacu pada kompetensi dasar dan indikator pembelajaran materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan (Lampiran 1 dan 2). Pemilihan bentuk essay ini didasarkan pertimbangan bahwa bentuk tes ini sangat baik digunakan untuk mengukur hasil belajar yang sifatnya kompleks seperti: kemampuan menjelaskan hubungan sebab akibat, menjelaskan penerapan prinsip dan prosedur, memberikan argumen yang relevan serta membuat kesimpulan yang valid (Gronlund dan Linn, 1990: 215). Kemampuan yang dapat diukur dengan tes esai tersebut sesuai dengan indikator pemahaman yang akan diteliti.
Tes pemahaman konsep disusun dan divalidasi oleh tujuh ahli terlebih dahulu sebelum digunakan. Validasi dilakukan dengan bantuan tiga orang dosen dan empat guru SMA. Tes yang sudah divalidasi kemudian dibagi sedemikian rupa agar dapat dilaksanakan dalam dua tahap. Pertimbangan pembagian ini adalah karena jumlah soal tes yang cukup banyak dan tidak memungkinkan untuk diselesaikan siswa dalam satu kali pelaksanaan tes. Dasar pembagian soal tes adalah batas materi pembelajaran yang didiskusikan dengan guru. Dari diskusi dengan guru tersebut ditetapkan bahwa tes pertama terdiri dari lima soal dan tes kedua terdiri dari sepuluh soal.
47
Monica Primasari, 2013
Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif mencakup nilai seleksi masuk siswa, nilai hasil belajar di kelas X dan semester ganjil kelas XI, frekuensi aktivitas siswa dalam berpartisipasi mengikuti kegiatan pembelajaran, dan respon siswa terhadap kedua kuesioner yang diberikan. Data kualitatif dalam penelitian ini mencakup hasil tes pemahaman konsep siswa, transkripsi rekaman proses pembelajaran, catatan observasi, serta rekaman wawancara dengan guru dan siswa. Analisis data kualitatif tersebut menggunakan teknik yang berbeda dengan analisis data kuantitatif. Bogdan dan Baiken (Basrowi & Suwandi, 2008: 193) menyatakan bahwa teknik analisis data dalam penelitian kualitatif pada dasarnya adalah upaya untuk mengorganisasikan data, memilah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mengadakan sintesis, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, lalu membuat keputusan apa yang dapat diambil. Sehubungan dengan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian data ini, maka teknik analisis untuk masing-masing data instrumen tersebut adalah sebagai berikut.
1. Transkripsi Data Rekaman Pembelajaran
Seluruh video rekaman pembelajaran ditranskripsi dan diperhalus untuk memperoleh teks dasar dari proses pembelajaran yang diamati. Teks dasar ini kemudian digunakan dalam tahap pengkodean (coding) untuk memperoleh data aktivitas pembelajaran, interaksi guru dengan siswa HA dan LA, interaksi siswa HA dan LA, serta partisipasi siswa HA dan LA dalam pembelajaran.
2. Pengkodean Data Hasil Observasi
48
Monica Primasari, 2013
diteliti (Fraenkel dan Wallen, 2006: 453). Pada penelitian ini, pengkodean terhadap data hasil observasi dilakukan untuk aspek-aspek berikut.
Alur proses dan aktivitas pembelajaran di kelas yang dikodekan menurut urutan terjadinya aktivitas dan durasi berlangsungnya. Interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa HA dan LA, dan
interaksi siswa HA dan LA dalam pembelajaran.
Partisipasi siswa HA dan LA dalam setiap aktivitas pembelajaran yang dilaksanakan guru.
3. Analisis Horizontal dan Pengelompokkan Pemahaman Konsep Siswa
Analisis horizontal adalah analisis data berdasarkan segmen-segmen tertentu dalam instrumen untuk seluruh individu (Zohar et al., 2001: 476). Teknik analisis ini digunakan terhadap jawaban siswa dalam menjawab soal-soal konsep materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan. Analisis ini dilakukan dengan cara jawaban seluruh subyek penelitian per soal yang diujikan. Berdasarkan analisis terhadap jawaban seluruh siswa tersebut, pemahaman konsep siswa terhadap materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan dikelompokkan ke dalam derajat pemahaman yang dikembangkan oleh Abraham et. al (1992: 112) yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2. Pengelompokkan Pemahaman Konsep Siswa
No. Kriteria Tingkat
tapi tidak berhubungan dengan pertanyaan atau tidak jelas.
49
Monica Primasari, 2013
Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali 3. Menjawab dengan penjelasan
tidak logis.
Miskonsepsi Miskonsepsi 4. Jawaban menunjukkan ada konsep
yang dikuasai tetapi ada 5. Jawaban menunjukkan hanya
sebagian konsep dikuasai tanpa ada miskonsepsi.
Miskonsepsi Memahami
6. Jawaban menunjukkan konsep dipahami dengan semua penjelasan benar.
Memahami konsep
Selain pengelompokan pemahaman siswa ke dalam beberapa tingkatan tersebut, bentuk kesalahan siswa dalam menjawab soal juga dianalisis untuk menemukan miskonsepsi yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan tersebut. Analisis terhadap bentuk kesalahan ini kemudian dihubungkan dengan proses pembelajaran yang dialami siswa untuk menemukan kemungkinan penyebab timbulnya miskonsepsi pada siswa.
4. Analisis Data Kuesioner
Siswa yang menjadi subyek penelitian ini diberikan dua kuesioner yang menggunakan skala Likert. Skala Likert tersebut memiliki lima pilihan respon, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Punya Pendapat (TPP), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Respon Sangat Setuju diberi skor 5 sementara respon Sangat Tidak Setuju diberi skor 1. Jumlah skor masing-masing siswa dirata-ratakan per kelompok siswa HA dan LA, kemudian rata-rata skor tersebut diinterpretasikan berdasarkan pengelompokan yang terdapat dalam Sugiyono (2005: 135) sebagai berikut.
Tabel 3.3. Penentuan Kategori Skor Berdasarkan Kategori Jawaban Responden
50
Monica Primasari, 2013
1. 1,00 – 1,80 Sangat tidak baik 2. 1,81 – 2,60 Baik
3. 2,61 – 3,40 Cukup 4. 3,41 – 4,20 Tidak Baik 5. 4,21 – 5,00 Sangat tidak baik
G.Tahapan Penelitian
Bogdan (Basrowi dan Suwandi, 2008: 84) mengemukakan bahwa tahapan dalam penelitian kualitatif dibagi menjadi tiga, yaitu tahap pralapangan, tahap kegiatan lapangan, dan tahap analisis intensif.
1. Tahap Pralapangan
a. Menyusun rancangan penelitian
Penyusunan rancangan penelitian didasarkan pada latar belakang masalah kemudian alasan melakukan penelitian. Kemudian kajian terhadap literatur yang berkaitan dengan masalah tersebut dilakukan untuk mendapatkan pemahaman dasar mengenai masalah yang diteliti. Pada penyusunan rancangan penelitian juga dilakukan pemilihan setting penelitian, penentuan jadwal dan rancangan teknik pengumpulan dan analsis data.
b. Memilih lokasi penelitian dan mengurus perizinan Lokasi penelitian adalah SMA N 10 Padang.
c. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih informan, dan menyiapkan perlengkapan penelitian.
Setelah izin penelitian diperoleh, maka peneliti mulai menetapkan subyek penelitian berdasarkan analisis dokumen dan diskusi dengan guru Kimia di sekolah yang bersangkutan.
2. Tahap Kegiatan Lapangan
a. Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri
51
Monica Primasari, 2013
Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali dilakukan bulan Juli 2012 untuk memahami karakteristik sekolah dan siswa, serta penyelenggaraan pembelajaran secara umum di sekolah. Studi pendahuluan kedua dilakukan bulan April 2012 tepat sebelum pengumpulan data dilakukan untuk menentukan subyek penelitian. Studi pendahuluan kedua memberi informasi mengenai jumlah dan denah tempat duduk siswa, sarana pendukung lingkungan fisik kelas dan hasil belajar siswa pada ulangan dan semester sebelumnya. Dari hasil studi pendahuluan kedua, peneliti mulai mempersiapkan instrumen penelitian yang diperlukan, seperti soal tes, format observasi, kuesioner, dan format wawancara.
b. Memasuki lapangan (Pengumupulan Data)
Pada tahap memasuki lapangan, peneliti mengumpulkan data dengan cara observasi, tes, pemberian kuesioner dan wawancara. Observasi proses pembelajaran dilakukan sesuai jadwal di sekolah yang menjadi lokasi penelitian. Observasi kemudian diikuti dengan kegiatan wawancara dan pemberian kuesioner. Wawancara dilakukan terhadap beberapa orang siswa sebagai subyek penelitian dan guru terkait proses pembelajaran yang diamati, sementara kuesioner diberikan kepada seluruh siswa yang menjadi subyek dari penelitian ini.
c. Pengorganisasian data.
Data dikelompokkan menurut jenis dan kegunaannya dalam menjawab rumusan masalah dan pertayaan penelitian yang ditetapkan.
3. Tahap Analisis Intensif
Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik yang telah ditetapkan, yaitu analisis horizontal, pengkodean, dan analisis longitudinal.
52
Monica Primasari, 2013
pengelompokan pemahaman siswa yang telah disiapkan (lampiran A5 dan A6). Tingkat pemahaman setiap siswa per soal tersebut kemudian diolah menjadi tingkat pemahaman per kelompok siswa (HA dan LA) per soal. Terakhir, tingkat pemahaman masing-masing kelompok siswa per soal tersebut diolah menjadi tingkat pemahaman siswa per kelompok per konsep materi. Dari analisis horizontal terhadap data pemahaman siswa ini diperoleh tingkat pemahaman siswa HA dan LA di kelas unggulan dan reguler per konsep dalam materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan.
b. Pengkodean (Coding)
Pengkodean dilakukan terhadap data penelitian berupa: 1) Hasil observasi pembelajaran (transkripsi dan rekaman)
Salah satu aspek pembelajaran yang diobservasi adalah alur proses pembelajaran yang terjadi. Berdasarkan transkripsi dan rekaman pembelajaran, seluruh aktivitas yang terjadi dalam seluruh pertemuan di kelas unggulan dan kelas reguler. Setiap aktivitas pembelajaran tersebut kemudian dikodekan dan dicatat durasinya. Aktivitas pembelajaran yang terjadi setiap pertemuan di kelas unggulan dan kelas reguler kemudian dibandingkan untuk melihat perbedaan proses pembelajaran yang berlangsung di kedua kelas tersebut.
2) Pemahaman siswa terhadap konsep-konsep materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan.
Pengkodean juga dilakukan terhadap bentuk-bentuk kesalahan yang ditemukan pada siswa HA dan LA dalam menjawab soal pemahaman konsep yang diberikan melalui analisis horizontal.
c. Analisis longitudinal
53
Monica Primasari, 2013
Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali d. Analisis hubungan pemahaman konsep siswa HA dan LA dengan proses
pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan yang dialami. e. Perumusan upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan.
Untuk lebih jelasnya, alur penelitian yang dilaksanakan disajikan dalam diagram berikut ini.
Wawancara dengan wakil kurikulum, guru BK, dan guru Kimia Analisis dokumen (Hasil tes seleksi masuk siswa, hasil ulangan sebelumnya dan hasil belajar Kimia di semester sebelumnya)
Penentuan dan pelabelan subyek penelitian menjadi HA dan LA
Validasi instrumen tes essay dan panduan pengelompokkan pemahaman konsep siswa
Penyusunan instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data Penentuan data yang dibutuhkan dalam penelitian
Penetapan fokus penelitian dan perumusan masalah penelitian Studi literatur tentang:
Teori-teori belajar yang digunakan dalam memandang proses pembelajaran.
Penelitian yang relevan terkait pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan, keberadaan siswa high-dan low-achievers dalam pembelajaran, dan ekspektansi guru terhadap performa belajar dari kedua kelompok siswa tersebut.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan untuk kelas XI dalam kurikulum KTSP, Analisis konsep dan kesesuaian konsep dengan indikator
pembelajaran.
54
Monica Primasari, 2013
Analisis longitudinal terhadap aktivitas dan alur pembelajaran yang terjadi di kelas reguler dan unggulan berdasarkan skema pengkodean Validasi skema pengkodean alur pembelajaran
Pengkodean seluruh aktivitas pembelajaran yang terjadi di kelas unggulan dan reguler
Analisis proses pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan di kelas reguler dan unggulan
Transkripsi rekaman pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan di kelas unggulan dan reguler
Tes Tahap II mengenai seluruh konsep dalam materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan
Tes Tahap I mengenai konsep Kelarutan, Larutan Belum Jenuh, Larutan Tepat Jenuh, Larutan Lewat Jenuh, dan Tetapan Hasilkali Kelarutan.
Pelaksanaan tes pemahaman konsep siswa mengenai materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan
Wawancara dengan guru dan siswa HA dan LA
Observasi terstruktur untuk mengamati interaksi antara guru dengan siswa HA dan LA, interaksi dan partisipasi siswa dalam aktivitas pembelajaran di kelas
Observasi terfokus untuk mengamati proses pembelajaran siswa HA dan LA
55
Monica Primasari, 2013
Analisis Pemahaman Konsep Siswa High Dan Low Achievers Pada Materi Kelarutan Dan Hasil Kali Analisis hubungan antara pemahaman konsep siswa mengenai materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan
Analisis hubungan antara pemahaman konsep siswa HA dan LA mengenai materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan dengan proses pembelajaran di kelas unggulan dan reguler
Validasi skema pengkodean konsepsi alternatif siswa HA dan LA kelas unggulan dan reguler
Penetapan skema pengkodean untuk konsepsi alternatif siswa HA dan LA di kelas unggulan per konsep
Pengkodean konsepsi alternatif atau miskonsepsi siswa HA dan LA di kelas unggulan dan reguler per soal per konsep
Pengelompokkan pemahaman siswa per kelompok HA dan LA per kelas per konsep dalam materi Kelarutan dan Hasilkali Kealrutan Pengelompokkan pemahaman siswa per
kelompok HA dan LA per kelas per soal
Pengelompokkan pemahaman siswa per individu per soal ke dalam kategori pemahaman konsep berdasarkan panduan pengelompokkan yang telah divalidasi
Analisis horizontal terhadap jawaban siswa terhadap tes pemahaman konsep tahap I dan II per soal per individu.
Analisis pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan
56
Monica Primasari, 2013
Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian Penulisan laporan penelitian
193
Monica Primasari, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Dari sembilan konsep, kategori pemahaman siswa HA lebih baik daripada siswa LA pada enam konsep, baik di kelas reguler maupun kelas unggulan. Dari enam konsep tersebut, hanya pada konsep reaksi pengendapan siswa HA kedua kelas berada pada tingkat memahami konsep. Untuk konsep larutan lewat jenuh dan pengaruh pH terhadap kelarutan, baik pemahaman siswa HA maupun LA di kedua kelas sama-sama berada pada tingkat miskonsepsi dan bentuk miskonsepsi yang dimiliki pun seragam.
2. Proses pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan di kelas unggulan sama dengan kelas reguler dalam batas materi dan bentuk aktivitas pembelajaran; berbeda dalam urutan dan durasi masing-masing aktivitas pada setiap pertemuan.
3. Dari segi interaksi pembelajaran, guru lebih sering berinteraksi dengan siswa HA daripada siswa LA di kedua kelas. Khusus interaksi siswa HA dan LA, terdapat kecenderungan berbeda pada kelas unggulan dan reguler. Siswa HA kelas unggulan lebih sering mengawali interaksi daripada siswa LA, sementara siswa LA kelas reguler justru lebih sering mengawali interaksi daripada siswa HA.
4. Dari segi partisipasi dalam pembelajaran, siswa HA di kelas unggulan dan reguler lebih aktif daripada siswa LA. Hal ini sejalan dengan ekspektansi guru yang lebih tinggi terhadap performa pembelajaran siswa HA daripada siswa LA, dan lebih tinggi terhadap siswa kelas unggulan daripada siswa reguler.
194
6. Pemahaman siswa yang menyimbolkan kelarutan dengan M (molaritas), menghitung kelarutan sebagai molaritas, dan ditentukan dari jumlah zat terlarut paling banyak yang ditambahkan berhubungan dengan proses pembelajaran yang memang menyamakan kelarutan dengan konsentrasi. 7. Pemahaman siswa yang mengenali larutan belum jenuh dari tidak adanya
endapan atau masih bisa larutnya zat terlarut; larutan tepat jenuh dari jumlah maksimum dan masih larutnya zat terlarut; serta larutan lewat jenuh dari terbentuknya endapan berhubungan dengan proses pembelajaran yang tidak memberikan definisi dan kriteria yang tepat dalam mengidentifikasi ketiga larutan tersebut.
8. Pemahaman siswa yang menyatakan persamaan hasilkali kelarutan dalam bentuk hubungan antara kelarutan dengan tetapan hasilkali kelarutan berhubungan dengan proses pembelajaran yang tidak menegaskan perbedaan keduanya. Selain itu, dapatnya siswa menuliskan persamaan tetapan hasilkali kelarutan dengan benar meski terdapat kesalahan pada persamaan reaksi setimbang menunjukkan bahwa proses pembelajaran belum menekankan hubungan antara kedua persamaan tersebut.
9. Pemahaman siswa terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan (suhu, ion senama, dan pH) terbatas pada hubungan sebab akibat, belum memadai untuk menjelaskan bagaimana ketiga faktor tersebut mempengaruhi kelarutan. Pemahaman tersebut berhubungan dengan proses pembelajaran yang menyajikan ketiga konsep tersebut sebagai pengetahuan deklaratif yang harus dihafalkan siswa.
195
Monica Primasari, 2013
yang tidak menegaskan perbedaan Ksp dan Qc serta tidak menekankan perhitungan dalam memprediksi endapan.
11.Upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan antara lain: meningkatkan penguasaan materi, memberikan lebih banyak kesempatan siswa untuk berinteraksi dan berpartisipasi dalam pembelajaran, dan memanfaatkan interaksi siswa HA dan LA yang baik untuk mengoptimalkan pemahaman siswa secara klasikal.
B. Rekomendasi
1. Kepada pihak sekolah, yaitu SMA Unggulan di Kota Padang:
a. Proses pembelajaran materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan di kelas unggulan dan kelas reguler berbeda dalam jumlah pertemuannya terkait penyelenggaraan lomba atau acara di sekolah. Perbedaan jumlah pertemuan ini berdampak pada perbedaan kesempatan siswa dan guru dalam berpartisipasi dan berinteraksi dalam pembelajaran. Selain itu, Keterlibatan siswa dalam kepanitiaan atau peserta dapat mengalihkan fokus siswa dari pembelajaran Kimia. Oleh sebab itu, sebaiknya pihak sekolah mengupayakan agar penyelenggaraan kegiatan lomba atau acara sekolah tidak bertepatan dengan jadwal pembelajaran Kimia siswa, dan menghimbau siswa yang terlibat kepanitiaan untuk tetap memprioritaskan pembelajaran.
196
suasana pembelajaran yang kompetitif di kelas unggulan (terutama kelompok HA) mungkin sangat diharapkan karena dapat memacu siswa untuk berprestasi lebih dalam belajar. Namun bagi siswa di kelas reguler, kebijakan tersebut mungkin justru menurunkan keyakinan diri mereka untuk berhasil dalam belajar. Oleh sebab itu, kebijakan pengelompokan rombongan belajar siswa ke dalam kelas unggulan dan kelas reguler perlu ditinjau ulang dengan pertimbangan aspek psikologis siswa.
2. Kepada guru yang menjadi subyek penelitian dan guru Kimia lainnya di sekolah unggulan:
a. Bentuk kesalahan siswa dalam menjawab soal menunjukkan bahwa pemahaman konsep siswa HA dan LA berhubungan dengan proses pembelajaran yang dialami di kelas. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, hasil analisis hubungan pemahaman konsep siswa dengan proses pembelajaran ini sebaiknya dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran Kimia, khususnya materi Kelarutan dan Hasilkali Kelarutan.
b. Hasil observasi di kelas unggulan dan kelas reguler menunjukkan bahwa performa siswa dalam belajar lebih baik ketika guru ada di kelas. Berarti, keberadaan guru di kelas turut memacu keinginan siswa untuk berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran dan memahami materi. Maka dari itu, akan lebih baik jika guru berupaya tetap berada di dalam kelas dan menbimbing siswa selama pembelajaran berlangsung.
3. Kepada peneliti yang tertarik untuk meneliti kesenjangan pemahaman konsep sebagai hasil belajar siswa HA dan LA di sekolah unggulan:
197
Monica Primasari, 2013
dilakukan wawancara pada setiap subyek penelitian untuk mengkonfirmasi jawaban mereka untuk setiap soal. Oleh sebab itu, penelitian mengenai pemahaman konsep siswa sebaiknya dilengkapi dengan protokol interview mendalam agar bisa menemukan miskonsepsi pada siswa.
b. Meski wawancara mendalam dengan siswa tidak dapat dilakukan, miskonsepsi siswa pada beberapa konsep yang diteliti tetap dapat terlihat dari konsistensi siswa menjawab soal. Konsep yang dimaksud adalah konsep yang diuji melalui beberapa soal dengan karakter yang berbeda. Bertolak dari temuan ini, tidak dapatnya dilakukan wawancara dengan setiap subyek penelitian mungkin dapat diatasi dengan penambahan jumlah dan variasi karakter soal untuk menguji pemahaman siswa per konsep.
198
DAFTAR PUSTAKA
Abraham, M.R., Grzybowski, E.B., Renner, J.W., and Marek, E.A. (1992).
“Understanding and Misunderstanding of Eight Graders of Five
Chemistry Concepts Found in Textbooks”. Journal of Research In Science Teaching. 29, 2, 105 – 120.
Abuseji, F.A. (2007). “Student Teacher Related Variables as Determinants Of Secondary School Students Academic Achievement In Chemistry”.
Jurnal Pendidikan. 32, 3 – 18.
Alwasilah, A.C. (2009). Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Jaya
Arifin, M. (1995). Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga University Press
Baharuddin dan Wahyuni, E.N. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Basrowi dan Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Bucat, R. (2005). “Implication Of Chemistry Education Reseacrh For Teaching Practice: Pedogical Content Knowledge as A Way Forward”. Chemical Education International. 6, (1).
Chang, R. (2005). Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti. Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Chiu, M. (2005). “A National Survey Of Students Conceptions In Chemistry In Taiwan”. Chemical Education International. 6. (1).
Cullingford, C. (1995). The Effective Teacher. Great Britain, Whiltshire: Redwook Books, Trowbridge.