PESERTA DIDIK SMA DI KABUPATEN MAJALENGKA
Oleh :
ASTI NURLAELA
NIM (1103389)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
PESERTA DIDIK SMA DI KABUPATEN MAJALENGKA
Oleh
Asti Nurlaela, S.Pd UPI Bandung, 2008
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Geografi
© Asti Nurlaela 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH
PEMBIMBING :
Pembimbing I,
PROF. DR. GURNIWAN KAMIL PASYA, M.Si NIP. 19610323 198603 1 002
Pembimbing II
PROF. DR. WANJAT KASTOLANI, M.Pd NIP. 19620512 198703 1 002
Mengetahui
Ketua Program Studi,
PERANAN LINGKUNGAN
SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARANGEOGRAFI
DALAM MENUMBUHKAN SIKAP DAN PERILAKU KERUANGAN PESERTA DIDIK SMA DI KABUPATEN MAJALENGKA
Oleh :
ASTI NURLAELA (1103389), 2013
Pembimbing : Prof. DR. Gurniwan Kamil Pasya,M.Si dan Prof. DR. Wanjat Kastolani, M.Pd
Abstrak
Lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran geografi, karena lingkungan merupakan laboratorium geografi. Peserta didik diharapkan untuk belajar di luar kelas agar dapat memahami fenomena geografi yang nampak dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, lingkungan dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran geografi untuk menumbuhkan sikap dan perilaku keruangan peserta didik.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan analisis model multigroup sample. Penelitian ini dilakukan di SMA yang ada di Kabupaten Majalengka. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik SMA kelas XI IPS di Kabupaten Majalengka. Adapun sampel penelitian ini sebanyak 81 peserta didik. Metode pengambilan sampel penelitian ini adalah proportional random sampling. Data primer diperoleh dari hasil penyebaran alat ukur penelitian yang berupa kuesioner.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi memiliki hubungan yang signifikan terhadap sikap keruangan dengan dipengaruhi oleh kompetensi professional guru sebesar 14,1 %. Begitu juga dengan sikap berpengaruh terhadap perilaku keruangan peserta didik SMA kelas XI IPS di Kabupaten Majalengka sebesar 23,5%. Hal ini membuktikan teori hubungan antara sikap dan perilaku (teori postulat kontigensi tergantung) bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat tergantung pada situasi tertentu.
THE ENVIRONMENT IS AS LEARNING SOURCES OF GEOGRAPHY TO GROWING UP SPATIAL ATTITUDE AND SPATIAL BEHAVIOR
THE STUDENT OF SMA GRADE XI SOCIAL AT REGENCY OF MAJALENGKA
By :
ASTI NURLAELA (1103389), 2013
Guidance : Prof. DR. Gurniwan Kamil Pasya,M.Si
Prof. DR. Wanjat Kastolani, M.Pd
Abstract
The environment has an important role in geography’s learning. The student hoped to understand about the geography’s phenomena. The
environment can help the student to increase the understanding and hoped
increase the understanding and hoped can grow the student’s attitude and
behavior space.
This research used survey’s research with analysis multigroup
samples technique. The research is done at SMA grade XI social in this research around 81 students. The method of taking sample in this research was using proportional random sampling. Primer data was gotten measurement instrument research and questioner form.
The result of this research shows that the environment as the source
of geografphy’s learning has a role at the spatial attitude with influenced by
teachers professional competency in amount of 14,1 %. Same as the attitude influenced to the spatial behavior the student of SMA grade XI social at regency of Majalengka in amount of 23,5%. It prove correlation theory between attitude and behavior (teori postulat kontigensi tergantung) that correlation attitude and behavior so depended to the certain situation.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS……….. i
ABSTRAK……….. ii
KATA PENGANTAR……… iv
UCAPAN TERIMAKASIH……….. v
DAFTAR ISI………... vi
DAFTAR TABEL……… vii
DAFTAR GAMBAR……….. viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar belakang……….. 1
1.2Rumusan Masalah………. 9
1.3Tujuan penelitian……….. 10
1.4Manfaat penelitian……… 10
BAB II TINJAUAN TEORITIK 2.1 Kajian Pustaka………..……...…. 11
2.2 Hipotesis……… 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi, populasi, dan sampel……… 31
3.2 Desain Penelitian……….. 32
3.3 Metode penelitian ……… 33
3.4 Teknik pengumpulan data……… 33
3.5 Definisi Operasional………. 33
3.6 Teknik analisis data……….. 34
3.7 Validitas dan reliabilitas……… 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran sekolah sampel………. 43
4.2 Uji normalitas……… 44
4.3 Hasil penelitian……….. 45
4.4 Pembahasan ………. 61
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan……… 65
5.2 Rekomendasi………. 66
DAFTAR PUSTAKA………. 67
LAMPIRAN……… 71
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang Masalah
Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam meningkatkan sumberdaya
manusia terus diperbaiki dan direnovasi dari segala aspek. Tidak dapat
dipungkiri bahwa setiap tempat yang memiliki sejumlah populasi manusia pasti
membutuhkan pendidikan. Perkembangan zaman sekarang ini, menuntut
peningkatan kualitas individu. Sehingga dimanapun berada individu tersebut
dapat digunakan setiap saat. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran pendidikan
dalam pembentukan tingkah laku individu. Dalam hal ini, pendidikan di
Indonesia terus diperhatikan dan ditingkatkan dengan berbagai cara. Namun
kenyataannya, upaya pemerintah tersebut belum sepenuhnya berhasil. Jika
dianalisis, usaha tersebut ternyata belum menekankan pada penyelenggaraan
dan pelaksanaannya. Hal ini terlihat dari sebagian besar peserta didik didalam
proses pembelajaran belum memiliki motivasi belajar yang optimal. Kurangnya
motivasi belajar pada peserta didik disebabkan oleh pembelajaran yang
disajikan selama ini cenderung tekstual. Selain itu, pembelajaran tekstual ini
terkontaminasi oleh sistem lama yang lebih menekankan hafalan. Dengan
demikian, peserta didik tidak memahami fakta-fakta dalam materi sehingga
menimbulkan kebosanan pada peserta didik.
Melihat kondisi seperti ini, maka perlu diadakan strategi baru yang
memanfaatkan lingkungan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut seiring
dengan yang dikemukakan oleh Mohamad (2012 : 136), bahwa :
Dengan menggunakan pendekatan lingkungan, pembelajaran lebih
menyenangkan dan terkesan melekat pada siswa di banding guru hanya
bertindak sebagai penceramah. Pendekatan ini juga dapat memperkuat motivasi
belajar siswa pada pembelajaran, khususnya pembelajaran sains karena mereka
dihadapkan langsung dengan situasi yang konkret bahkan menjadi cambuk
tersendiri untuk mengamati, mengidentifikasi, serta bereksperimen.
Seperti telah diketahui bahwa motivasi merupakann unsur penting
dalam prosese pembelajaran dan dipandang sebagai dorongan mental untuk
menggerakakkan sekaligus mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku
belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan, harapan, kebutuhan,
tujuan, sasaran, dan insentif. Kondisi kejiwaan inilah yang mengaktikan,
menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap atau perilaku belajar
individu. Adanya dorongan mental dalam diri siswa, secara otomatis akan
berimbas langsung pada perilaku fisik siswa yang ditunjukkan ketika siswa
mengamati, memperhatikan, berdiskusi, memecahkan masalah, dan
mengadakan perbandingan antara buku teks dan kenyataan di lapangan, sampai
pada waktu membuat kesimpulan akhir. Dapat dikatakan pula, kegiatan fisik
dalam proses pembelajaran itu tidak berdiri sendiri-sendiri atau semata-mata
karena kegiatan fisik, namun juga dalam waktu bersamaan memerlukan
kegiatan mental. Dari hal tersebut, diketahui bahwa dorongan mental
(motivasi) dan aktifitas fisik (keaktifan) akan berpengaruh langsung pada hasil
belajar siswa. Diantara ketiganya, terdapat keterkaitan kuat karena hasil belajar
merupakan puncak dari proses belajar mengajar. Pada hakikatnya, hasil belajar
adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar mengajar.
Perubahan itu dapat berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap.
Dalam pembelajaran geografi, lingkungan mempunyai peranan yang
sangat penting. Karena dalam mempelajari ilmu geografi, seharusnya peserta
didik tidak hanya belajar di dalam kelas. Tetapi, harus terjun ke lapangan untuk
mengetahui fenomena-fenomena alam dan sosial yang nampak dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga peserta didik dapat mengambil makna dari
di muka bumi. Seperti definisi geografi yang di kemukakan dari hasil seminar
lokakarya Ikatan Geografi Indonesia (IGI) di semarang pada 1988, bahwa
geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena
geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks
keruangan.
Hal tersebut jelas, bahwa geografi adalah ilmu yang kompleks karena
mengkaji semua gejala-gejala yang ada di muka bumi baik gejala alam maupun
gejala sosial. Karena itu, buku-buku yang hanya menyajikan bacaan dan
gambar dirasakan kurang memadai untuk ketercapaian tujuan pembelajaran
geografi. Bahkan media pembelajaran audio visual yang disajikan dalam
bentuk video pun belum bisa menumbuhkan motivasi belajar apalagi merubah
sikap dan perilaku peserta didik. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang
menghasilkan perubahan perilaku yang dilakukan dengan sengaja untuk
memperoleh pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman baru ke arah yang lebih
baik. Dalam hal ini, lingkungan sebagai sistem kehidupan yang merupakan
kesatuan ruang dengan segenap pengada (entity) baik pengada ragawi, abiotik
atau benda (materi) maupun pengada insan, biotik atau makhluk hidup
termasuk manusia dengan perilakunya, keadaan (tatanan alam), daya (peluang,
tantangan, dan harapan) yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta kesejahteraan makhluk hidup lainnya dapat
dijadikan sumber pembelajaran geografi agar tujuan pembelajaran geografi
dapat tercapai. Sumaatmadja (1996 : 63) menyatakan :
Tujuan pembelajaran geografi selaras dengan pembelajaran lingkungan hidup yaitu mengembangkan keterampilan dans ikap dalam memahami dan menghargai hubungan timbal arah antara manusia dengan alam lingkungannya yang selanjutnya dapat membina kemampuan menghadapi dan mencari alternatif pemecahan masalah lingkungan yang terjadi dalam kehidupan.
Pada kurikulum SMA tahun 2004, dijelaskan bahwa fungsi pelajaran geografi
adalah :
1. Mengembangkan pengetahuan tentang pola-pola keruangan dan proses
2. Mengembangkan keterampilan dasar dalam memperoleh data dan
informasi, mengkomunikasikan dan menerapkan pengetahuan geografi
3. Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan dan
sumberdaya serta toleransi terhadap keragaman budaya masyarakat.
Maryani (2007 : 107) mempertegas tujuan pendidikan geografi yang
seharusnya menjadi tujuan dalam proses pembelajaran di sekolah. Melalui
pembelajaran disekolah, peserta didik diharapkan tertanam nilai-nilai
geografinya sehingga memiliki perilaku keruangan yang berbasis ekologi.
Tujuannya tiga aspek yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap.Dalam aspek pengetahuan yang akan dikembangkan sangat relevan dengan tugas keilmuan yaitu memahami dan mengembangkan konsep dasar geografi yang berkaitan dengan ruang dan prosesnya. Sumberdaya alam peluang dan keterbatasannya, lingkungan sekitar dan wilayah negara/dunia. Keterampilan yang hraus dikembangkan adalah keterampilan seorang ilmuan yang mengamati, mengumpulkan, mencatat, menganalisis, sintesis, dan kecenderungan serta hasil interaksi geografi. sikap yang ingin dikembangkan sangat sesuai dengan tujuan pendidikan pada umumnya yaitu menimbulkan kesadaran akan fenomena geografis, mengembangkan sikap tanggung jawab terhadap kualitas lingkungan, mengembangkan kepekaan terhadap masalah, sikap toleransi terhadap perbedaan sosial budaya dan mewujudkan rasa cinta terhadap tanah air dan persatuan bangsa.
Dalam pembelajaran geografi, peserta didik diharapkan mampu memanfaatkan,
mengelola ruang/lingkungan dengan bijaksana. Untuk itu dalam pembelajaran
geografi harus menekankan pembelajaran yang memiliki wawasan keruangan.
Menurut sumaatmaja (1996 : 128) dengan kemampuan wawasan keruangan ini,
manusia sebagai penghuni bumi dapat memperhitungkan daya dukung ruang
muka bumi terhadap segala macam perkembangan sebagai akibat pertumbuhan
dan perkembangan melainkan juga termasuk aspek sosial, politik,
hukum,ekonomi, dan budaya. Wawasan keruangan mampu membuat peserta
didik bijaksana dalam memanfaatkan lingkungan. Sehingga terjadi
kelangsungan lingkungan yang berkelanjutan. Metode yang sangat baik untuk
memperluas pengetahuan dan wawasan keruangan dalam pemanfaatan ruang
adalah metode pembelajaran afektif keruangan. Sehingga peserta didik
Namun, seiring dengan keinginan tercapainya tujuan pembelajaran
geografi tersebut nampaknya masih sangat sulit untuk terealisasi dengan baik.
Hal ini, tidak terlepas dari peran guru yang masih kurang memiliki kompetensi
professional dalam mengajar dan mengelola kelas. Kondisi seperti ini, terjadi di
sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Majalengka, khususnya sekolah
menengah atas (SMA). Dalam hal ini tim Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) memegang peranan penting sebagai wadah komunikasi guru dalam
menumbuhkan minat belajar peserta didik serta memajukan pendidikan di
Indonesia. Tetapi, pada kenyataannya guru geografi SMA di Kabupaten
Majalengka, hanya mengadakan MGMP ketika akan di laksanakan Ujian
Nasional untuk membuat soal-soal Pra-Unas.
Seharusnya, hal yang paling penting untuk dilakukan dalam MGMP
adalah mengadakan musyawarah yang berkaitan dengan profesinya sebagai
pendidik dalam pelajaran geografi. Misalnya, membahas mengenai model,
metode, dan media pembelajaran yang cocok untuk pelajaran geografi.
Sehingga dengan musyawarah tersebut dapat membuahkan hasil yang lebih
baik untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam mengikuti proses
pembelajaran geografi dan diharapkan dapat menumbuhkan sikap dan perilaku
keruangan peserta didik, sesuai dengan objek kajiannya geografi selalu
berkaitan dengan ruang (space). Karena itu, jika sikap dan perilaku keruangan
telah tumbuh dalam diri siswa maka dapat di nyatakan bahwa pembelajaran
geografi telah berhasil mencapai tujuan. Melakukan proses pembelajaran, jelas
jauh lebih penting di bandingkan dengan mengolah soal-soal.
Selain itu, guru geografi di Kabupaten Majalengka kurang peka
terhadap lingkungan disekitar dalam artian jarang mengungkap
fenomena-fenomena alam dan sosial yang ada di Kabupaten Majalengka. Hal ini terbukti
dengan banyak peserta didik yang kurang mengetahui potensi yang ada di
daerah tempat tinggalnya. Kondisi peserta didik yang seperti itu dirasakan
sangat memprihatinkan dan mata pelajaran geografi terkesan tidak berfungsi
dengan baik. Sehingga menyebabkan kurangnya minat peserta didik dalam
kaya akan fenomena alam maupun sosial yang layak untuk di jadikan sumber
pembelajaran geografi. Menurut Musfiqon (2012 : 132) lingkungan yang
dikategorikan dapat menjadi sumber belajar antara lain :
1. Masyarakat di sekeliling sekolah 2. Lingkungan fisik di sekitar sekolah
3. Bahan-bahan yang tersisa atau tidak terpakai dan bahan-bahan bekas yang bila di oleh dapat dimanfaatkan sebagai sumber dan media dalam pembelajaran, seperti : tutup botol, batu-batuan, kerang, kaleng bekas, bahan yang tersisa dari kayu dan sebagainya. 4. Peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat
Dalam ungkapan tersebut, jelas bahwa lingkungan layak untuk dijadikan
sebagai sumber pembelajaran setiap mata pelajaran. Begitu juga pada mata
pelajaran geografi. Sudah seharusnya guru geografi yang berperan sebagai
fasilitator dalam proses belajar mengajar membawa peserta didik keluar untuk
studi lapangan. Hal tersebut bertujuan untuk menjadikan proses pembelajaran
lebih bermakna dan dengan peserta didik terlibat langsung di lapangan, maka
peserta didik akan memahami lingkungan tempat tinggal mereka. Sehingga
dapat menumbuhkan sikap dan perilaku keruangan pada peserta didik.
Untuk studi lapangan, guru tidak harus membawa peserta didik jauh
dari sekolah, kondisi lingkungan di sekitar sekolah atau pun di daerah sendiri
pun bisa dilakukan dengan syarat tempat yang dipilih sesuai dengan materi
yang akan di bahas. Seperti halnya di Kabupaten Majalengka yang
mempunyai beragam fenomena alam dan sosial. Meskipun wilayahnya sempit,
tetapi karakteristik wilayahnya sangat mendukung untuk pembelajaran
geografi.
Majalengka merupakan kabupaten kecil yang memiliki banyak tempat
pendidikan. Di Kabupaten Majalengka terdapat 21 SMA yang tersebar
diberbagai wilayah bagian, diantaranya wilayah bagian timur, selatan, tengah
dan utara. Pembagian wilayah SMA yang tersebar memiliki topografi yang
berbeda. Wilayah bagian tengah dan selatan, merupakan wilayah dataran
tinggi sedangkan wilayah timur dan utara merupakan wilayah dataran rendah.
Dengan topografi yang berbeda, keadaan alam yang berbeda, maka kebiasaan
perbedaan topografi, keadaan alam dan kebiasaan masyarakat merupakan
bagian dari kajian pembelajaran geografi. Pengkajian lingkungan seperti itu
sangat penting di bahas dalam proses pembelajaran geografi di sekolah
sehingga sikap dan perilaku keruangan peserta didik dapat tumbuh karena
mengetahui kondisi tempat tinggalnya. Jika sikap dan perilaku keruangan
telah tumbuh, maka akan timbul rasa kepedulian terhadap lingkungan
minimalnya peduli dengan keadaan di lingkungan sekitarnya.
Wilayah Kabupaten Majalengka bagian selatan merupakan daerah
yang rawan bencana alam. Bencana alam yang sering terjadi adalah gempa
bumi, gerakan tanah dan longsor. Fenomena alam yang menimbulkan bencana
ini jelas merupakan kajian dari pelajaran geografi terdapat yang pada materi
lithosfer. Begitu juga dengan angin kencang yang sering terjadi di wilayah
bagian timur dan tengah, perbedaan suhu di daerah dataran tinggi dengan
daerah dataran rendah, itu merupakan pembahasan pada materi atmosfer.
Selain itu, kualitas air di daerah pegunungan yang berada di wilayah selatan
dan daerah industri di wilayah bagian timur, curah hujan yang tidak merata di
setiap wilayah bagian, pembahasan tersebut merupakan kajian dari materi
hidrosfer. Bentuk muka bumi seperti gunung, pegunungan, patahan, sungai,
lahan pertanian, perkebunan dan hutan semuanya ada di Kabupaten
Majalengka. Sehingga sebenarnya guru geografi di Kabupaten Majalengka
sangat mudah untuk mentransferkan ilmunya kepada peserta didik karena
kondisi Kabupaten Majalengka sangat mendukung untuk keberhasilan dalam
pembelajaran geografi.
Kabupaten Majalengka juga mempunyai beberapa tempat wisata yang
cocok di gunakan sebagai sumber pembelajaran geografi contohnya curug
maja, situ talaga remis, dan gunung tilu. Ada juga beberapa tempat yang
memiliki nilai-nilai kearifan lokal seperti taman makam prabu siliwangi.
Selain itu, kehidupan sosial dan budaya masyarakat Kabupaten Majalengka
pun menarik untuk menjadi topik pembahasan. Misalnya, masyarakat yang
pasar yang tersebar di setiap kecamatan pun dapat di jadikan sebagai kajian
geografi dalam pembahasan mobilitas penduduk.
Fenomena alam dan fenomena sosial tersebut, seharusnya di ketahui
oleh peserta didik agar mereka mengetahui potensi yang ada di daerah tempat
tinggalnya, masalah-masalah yang ada, sehingga ketika mempelajari geografi
mereka dapat dengan sendirinya mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu peserta didik akan memahami pentingnya mempelajari ilmu
geografi karena objek kajian geografi ternyata dekat sekali dengan kehidupan
mereka yaitu lingkungan disekitarnya. Geography for life (1994 : 23),
menyatakan “Geography is an integrative dicipline that enables student to
apply geography skills and knowledge to life situation of home, at work, and
in the community” dijelaskan pula orang perlu mempelajari geografi:
The existential reason, human want to understand the intristic nature of their home. Geography enable them to understand where they are, literally and figuratively
The ethical reason, earth is the only home that’s human know or are likely to know. Life is fragile, human are fragile. Geography provides knowledge of the earth physical and human system and of the interdependency of living things and physical environment The intelektual reason, geography captures the imagination. It
stimulates coriously about the world and the world diverse in habitants and place, as well as local, regional, and global issues The practical reason, with strong grasp of geography, people are
better equipped to solve issues at not only the local level but also at the global level.
Empat alasan itulah yang membuat geografi sangat penting untuk dipelajari
oleh manusia. Untuk itu, cara yang paling strategis agar semua orang dapat
mempelajari geografi yaitu dengan memasukkan geografi ke dalam kurikulum
pendidikan formal. Sehingga pembelajaran geografi dapat di sampaikan
dengan baik pada peserta didik khususnya peserta didik SMA dan tujuan
pembelajaran geografi yang terdiri dari aspek pengetahuan, keterampilan dan
sikap pun akan tercapai.
Pada kenyataannya, mata pelajaran geografi dirasakan kurang menarik
dan kurang bermakna bagi peserta didik SMA di Kabupaten Majalengka. Hal
tidak terbentuk. Contoh kecilnya, mereka tidak peka dengan lingkungan
sekitarnya. Dalam kehidupan sehari-harinya mereka cenderung merusak atau
mencemari lingkungan daripada melestarikan atau pun memanfaatkannya.
Peserta didik masih bersikap acuh dengan pelestarian lingkungan disekolah,
contohnya membuang sampah sembarang tanpa memikirkan dampaknya dan
masih menggunakan alat transportasi yang menimbulkan polusi. Peserta didik
sering terlambat datang ke sekolah karena berbagai alasan karena mereka
tidak dapat memperhitungkan antara lokasi, jarak, dan keterjangkauan dari
rumah ke sekolah. Hal-hal seperti itu lah yang terjadi pada peserta didik SMA
di Kabupaten Majalengka. Karena itu, penelitian ini ingin membahas
mengenai pengaruh konsep pembelajaran yang menggunakan lingkungan
sebagai sumber pembelajaran geografi yang dimaksudkan agar peserta didik
tertarik untuk mempelajari geografi lebih dalam. Sehingga pembelajaran
geografi dapat tersampaikan dengan baik dalam artian bukan hanya
meningkatkan minat belajar dan meningkatkan hasil belajar tetapi juga dapat
merubah sikap dan perilaku keruangan peserta didik SMA di Kabupaten
Majalengka.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka dapat di rumuskan
beberapa masalah diantaranya adalah :
1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan sebagai
sumber pembelajaran geografi dengan sikap keruangan peserta didik SMA
di Kabupaten Majalengka?
2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan sebagai
sumber pembelajaran geografi dengan perilaku keruangan peserta didik
SMA di Kabupaten Majalengka?
3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara sikap keruangan dengan
perilaku keruangan peserta didik SMA di Kabupaten Majalengka?
Setiap penelitian, tentunya memiliki tujuan. Adapun tujuan dari penelitian
ini adalah :
1. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh lingkungan sebagai
sumber pembelajaran geografi dalam menumbuhkan sikap keruangan
peserta didik SMA di Kabupaten Majalengka
2. Penelitian ini betujuan mengidentifikasi pengaruh lingkungan sebagai
sumber pembelajaran geografi dalam menumbuhkan perilaku keruangan
peserta didik SMA di Kabupaten Majalengka
1.4Manfaat Penelitian
Selain memiliki tujuan, penelitian juga harus bermanfaat bagi diri
sendiri maupun orang lain. Begitu juga dengan penelitian ini diharapkan
dapat:
1. Menjadi referensi dalam melakukan pembelajaran geografi di sekolah
dalam menumbuhkan sikap dan perilaku peserta didik dengan
mengguunakan lingkungan sebagai sumber belajar
2. Dijadikan sebagai pengembangan teori yang berkaitan dengan geografi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi, populasi dan sampel penelitian
3.1.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Majalengka yang memiliki 21
SMA yang terdiri dari 16 SMA negeri dan 5 SMA swasta. Adapun yang
memiliki kelas IPS berjumlah 18 sekolah. SMA negeri 1 dan 2 Majalengka
terdapat di kawasan perkotaan yang terdapat di Kabupaten Majalengka
bagian tengah. SMA negeri 1 kadipaten, kasokandel, jatiwangi, leuwi
munding, sumberjaya SMA alhidayah dan almizan terdapat di Kabupaten
Majalengka bagian timur, SMA negeri 1 jatitujuh dan ligung terdapat di
Kabupaten Majalengka utara, SMA negeri 1 rajagalu, sukahaji, talaga,
cikijing, bantarujeg, maja, sinangwangi, SMA prakarya sindang dan darul
amanah terdapat di Kabupaten Majalengka bagian selatan.
3.1.2 Populasi dan sampel
Menurut Arikunto (1998 : 115)”populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik SMA kelas XI IPS
di Kabupaten Majalengka. Metode pengambilan sampel penelitian adalah
dengan proportional random sampling dengan mengambil secara acak SMA
yang akan dijadikan sampel, lalu membuat proporsi masing-masing jumlah
sampel di SMA sesuai dengan peserta didik SMA kelas XI IPS yang ada di
sekolah tersebut. Pengambilan sampel ini berdasarkan rumus Taro Yamane
(dalam Riduwan, 2012 : 44)
n =
Tabel 3.1
Jumlah populasi penelitian
No Nama sekolah Jumlah peserta
didik kelas IPS
1 SMAN 1 MAJALENGKA 141
2 SMAN 2 MAJALENGKA 158
3 SMAN 1 KASOKANDEL 109
4 SMAN 1 JATITUJUH 64
5 SMAN 1 JATIWANGI 183
6 SMAN 1 LEUWIMUNDING 134
7 SMAN 1 RAJAGALUH 136
8 SMAN 1 SUKAHAJI 75
9 SMAN 1 TALAGA 168
10 SMAN 1 CIKIJING 48
11 SMAN 1 BANTARUJEG 87
12 SMAN 1 KADIPATEN 78
13 SMAN 1 LIGUNG 88
14 SMAN 1 SUMBERJAYA 57
15 SMAN 1 MAJA 162
16 SMAN 1 SINDANGWANGI 53
17 SMA PGRI 1 MAJALENGKA 106
18 SMA PRAKARYA SINDANG 25
Total
SMA Negeri 1741
SMA Swasta 131
Total Keseluruhan 1872
Sumber : Dinas pendidikan Kabupaten Majalengka
Tabel 3.2 Jumlah sampel
No Nama sekolah Jumlah peserta
didik IPS kelas XI
Jumlah sampel
1 SMAN 1 MAJALENGKA 141 30
2 SMAN 1 TALAGA 168 30
3 SMAN 1 KASOKANDEL 109 21
Total 418 81
3.2 Desain penelitian
Penelitian ini terdiri dari 4 variabel, yaitu variable laten peranan
lingkungan (X1), variabel moderator kemampuan pendidik mengelola kelas
(X2), variabel antara dan sikap keruangan (Y1) dan perilaku keruangan (Y2).
Berikut ini merupakan penjabaran mengenai variabel.
Variable (X1) atau variabel independen adalah peranan lingkungan
sebagai sumber pembelajaran, dalam hal ini lingkungan yang digunakan
adalah lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan akan efektif
untuk di jadikan sebagai sumber pembelajaran geografi karena pengaruh dari
kompetensi professional guru. Maka kompetensi professional guru di jadikan
variabel moderator (X2). Kompetensi professional guru akan mempengaruhi
sikap keruangan peserta didikik, sikap keruangan peserta didik merupakan
variabel antara (Y1) karena sebelum seseorang melakukan suatu tindakan atau
keputusan diperlukan sikap terlebih dahulu. Setelah dapat menentukan sikap,
maka akan di dapatkan suatu keputusan atau perilaku keruangan peserta
didik. Karena itu, perilaku peserta didik dijadikan variabel (Y2) atau variabel
dependen. Berikut ini adalah hubungan antar variabel.
Variabel independen Variabel antara Variabel dependen
Variabel moderator
Gambar 3.3 Hubungan antar variabel Variabel Y1
Sikap keruangan peserta didik
Variabel Y2
Perilaku keruangan peserta didik Variabel X1
Lingkungan sebagai sumber pembelajaran
geografi
Variabel X2
Kompetensi professional
3.3 Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey dengan
menggunakan teknik analisis model multigroup sampel. Model multigroup
sampel adalah adalah melibatkan satu variable moderator ke dalam model
yang di uji. Menurut kusnendi (2008 : 19) variable moderator adalah variable
independen kedua atau ketiga yang dapat mempengaruhi (memperkuat atau
memperlemah) hubungan antara variable eksogen dan endogen. Metode
survey dilakukan untuk pengujian konstruk yang sudah ada sebelumnya.
Menurut singarimbun (1992 : 1). Penelitian survey adalah penelitian yang
mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner dan tes
sebagai alat pengumpul data yang pokok. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Musianto, (2002 : 125) “Pendekatan kuantitatif ialah pendekatan yang dalam usulan penelitian, proses, hipotesis,
turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai dengan
penulisannya mempergunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus, dan kepastian data numerik”.
3.4 Definisi operasional
1. Lingkungan sebagai sumber belajar adalah segala kondisi di luar diri
siswa dan guru baik berupa fisik maupun non fisik yang dapat menjadi
perantara agar pesan pembelajaran tersampaikan kepada siswa secara
optimal. Lingkungan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
kondisi fisik maupun non fisik.
2. Sikap keruangan adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afektif),
pemikiran (kognisi), dan predisposisi (konatif), tindakan seseorang
terhadap lingkungan.
3. Perilaku keruangan adalah keputusan dan tindakan manusia yang
dilakukan berdasarkan atas konfirmasi hasil pengamatan yang terkait
3.5 Teknik pengumpulan data
Penelitian ini memperoleh data primer dari hasil penyebaran alat ukur
penelitian yang berupa instrument kuesioner. Instrument kuesioner dipakai untuk
mengukur variable. Independen, variabel moderator, variabel antara, dan variabel
dependen. Setiap variabel di ukur dengan menggunakan rating scale, menurut Azwar (2007 : 128) “Ratting scale, yang sering kali digunakan untuk berbagai dimensi psikologis sering kali diperlakukan seolah-olah sebagai skala interval
meskipun mereka mempresentasikan skala ordinal.
Tabel 3.3
Kisi-kisi instrument penelitian
No Variabel Indikator No soal
1 Lingkungan sebagai
sumber pembelajaran Lingkungan fisik Lingkungan sosial Fenomena alam Fenomena sosial 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 11,12,13,14,15,16,17 21,22,23,24 25,36,27,28
2 Kompetensi
professional guru Kompetensi akademik Kompetensi pedagogic Kompetensi kepribadian Kompetensi sosial 1,2,3,4,5,6 7,8,9,10,11,12,13,14,15 21,22,23,24,25 27,28,29,30
3 Sikap keruangan Afektif
Kognitif
Konatif
1,2,3,4,5
6,7,8,9,10
11,12,13,14,15
4 Perilaku keruangan Sikap keruangan peserta
didik
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,
3.6 Teknik analisis data
Penelitian ini menggunakan analisis jalur model multigroup sample.
Analisis jalur model multigroup sample adalah melibatkan satu variabel
moderator ke dalam model yang di uji. Menurut kusnendi (2008 : 19)
variable moderator adalah variable independen kedua atau ketiga yang dapat
mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variable
eksogen dan endogen. Uji validitas dengan menggunakan korelasi item total
(item total correlation). Uji reliabilitas dengan menggunakan koefisien alpha
cronbach. Uji validitas adalah kemampuan instrumen penelitian mengukur
dengan tepat atau benar apa yang hendak di ukur. Uji reliabilitas adalah
keajegan, kemantapan, atau kekonsistenan suatu instrument penelitian
mengukur apa yang di ukur. Menurut kusnendi (2008 : 94 )Uji validitas
korelasi item total (ri) di definisikan sebagai berikut :
] ]
Keterangan :
X = skor setiap item
Y = skor total
n = banyaknya observasi
Menurut Azwar (2003 : 88) uji reliabilitas dengan menggunakan koefisien
alpha cronbach, di definisikan sebagai berikut :
( )
Keterangan :
K = jumlah item
Si2 = jumlah variansi setiap item
3.7 Validitas dan reliabilitas
Berdasarkan penelitian pendahuluan terhadap 30 orang untuk menguji
kelayakan kuesioner penelitian diperoleh hasil validitas dan reliabilitas sebagai
berikut:
Tabel 3.4
Validasi instrument lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi
No. Item
Koefisien Validitas
Titik
Kritis Keterangan
1 0,610
0,300
Valid
2 0,552 Valid
3 0,510 Valid
4 0,596 Valid
5 0,688 Valid
6 0,346 Valid
7 0,566 Valid
8 0,133 Tidak
9 0,566 Valid
10 0,378 Valid
11 0,647 Valid
12 0,760 Valid
13 0,605 Valid
14 0,407 Valid
15 0,657 Valid
16 0,227 Tidak
17 0,595 Valid
18 0,455 Valid
19 0,490 Valid
20 0,274 Tidak
21 0,575 Valid
22 0,402 Valid
23 0,313 Valid
24 0,574 Valid
25 0,472 Valid
No. Item
Koefisien Validitas
Titik
Kritis Keterangan
27 0,755 Valid
28 0,376 Valid
Untuk item lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi dengan 28
item pernyataan dapat dilihat nilai koefisien validitas antara 0,133 dan 0,760.
Terdapat 24 item yang memiliki nilai koefisien validitas lebih besar dari nilai
batas atau kriteria validnya suatu item yaitu 0,300. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa 24 item tersebut sudah valid. Sedangkan terdapat 4 item yang
memiliki nilai koefisien validitas lebih kecil dari nilai batas atau kriteria validnya
suatu item yaitu 0,300. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 4 item tersebut
tidak valid. Berikut ini hasil perhitungan koefisien reliabilitas.
Koefisien Reliabilitas
Titik
Kritis Keterangan
0,895 0,700 Reliabel
Nilai koefisien reliabilitasnya (0,895) di atas standar yang ditetapkan yaitu
0,700. Nilai koefisien reliabilitasnya (0,895) menunjukkan kuesioner tersebut
mempunyai keandalan yang baik dalam mengukur lingkungan sebagai sumber
pembelajaran geografi. Dengan demikian, kuesioner lingkungan sebagai sumber
pembelajaran geografi sudah layak dipergunakan untuk penelitian dengan
membuang item yang tidak valid.
a. Kompetensi Profesional Guru
Tabel 3.5
No. Item
Koefisien Validitas
Titik
Kritis Keterangan
1 0,501
0,300
Valid
2 0,879 Valid
3 0,386 Valid
4 0,695 Valid
5 0,400 Valid
6 0,405 Valid
7 0,362 Valid
8 0,546 Valid
9 0,526 Valid
10 0,621 Valid
11 0,315 Valid
12 0,806 Valid
13 0,705 Valid
14 0,757 Valid
15 0,353 Valid
16 0,655 Valid
17 0,678 Valid
18 0,585 Valid
19 0,364 Valid
20 0,659 Valid
21 0,380 Valid
22 0,293 Tidak
23 0,430 Valid
No. Item
Koefisien Validitas
Titik
Kritis Keterangan
25 0,214 Tidak
26 0,637 Valid
27 0,497 Valid
28 0,616 Valid
29 0,346 Valid
30 0,401 Valid
Untuk item kompetensi profesional guru dengan 30 item pernyataan dapat
dilihat nilai koefisien validitas antara 0,214 dan 0,879. Terdapat 28 item yang
memiliki nilai koefisien validitas lebih besar dari nilai batas atau kriteria validnya
suatu item yaitu 0,300. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 28 item tersebut
sudah valid. Sedangkan terdapat 2 item yang memiliki nilai koefisien validitas
lebih kecil dari nilai batas atau kriteria validnya suatu item yaitu 0,300. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa 2 item tersebut tidak valid. Berikut ini hasil
perhitungan koefisien reliabilitas.
Koefisien Reliabilitas
Titik
Kritis Keterangan
0,914 0,700 Reliabel
Nilai koefisien reliabilitasnya (0,914) di atas standar yang ditetapkan yaitu
mempunyai keandalan yang baik dalam mengukur kompetensi profesional guru.
Dengan demikian, kuesioner kompetensi profesional guru sudah layak
dipergunakan untuk penelitian dengan membuang item yang tidak valid.
b.Sikap Keruangan
Tabel 3.6
Validasi instrument sikap keruangan
No. Item
Koefisien Validitas
Titik
Kritis Keterangan
1 0,371
0,300
Valid
2 0,155 Tidak
3 0,300 Valid
4 0,494 Valid
5 0,584 Valid
6 0,714 Valid
7 0,468 Valid
8 0,442 Valid
9 0,509 Valid
10 0,311 Valid
11 0,562 Valid
12 0,515 Valid
13 0,660 Valid
14 0,538 Valid
Untuk item sikap keruangan dengan 15 item pernyataan dapat dilihat nilai
koefisien validitas antara 0,155 dan 0,714. Terdapat 14 item yang memiliki nilai
koefisien validitas lebih besar dari nilai batas atau kriteria validnya suatu item
yaitu 0,300. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 14 item tersebut sudah
valid. Sedangkan terdapat 1 item yang memiliki nilai koefisien validitas lebih
kecil dari nilai batas atau kriteria validnya suatu item yaitu 0,300. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa 1 item tersebut tidak valid. Berikut ini hasil
perhitungan koefisien reliabilitas.
Koefisien Reliabilitas
Titik
Kritis Keterangan
0,824 0,700 Reliabel
Nilai koefisien reliabilitasnya (0,824) di atas standar yang ditetapkan yaitu
0,700. Nilai koefisien reliabilitasnya (0,824) menunjukkan kuesioner tersebut
mempunyai keandalan yang baik dalam mengukur sikap keruangan. Dengan
demikian, kuesioner sikap keruangan sudah layak dipergunakan untuk penelitian
dengan membuang item yang tidak valid.
c. Perilaku Keruangan
Tabel 3.7
Validasi instrument perilaku keruangan
No. Item
Koefisien Validitas
Titik
Kritis Keterangan
1 0,352
0,300
Valid
2 0,472 Valid
4 0,255 Tidak
5 0,327 Valid
6 0,667 Valid
7 0,505 Valid
8 0,405 Valid
9 0,472 Valid
10 0,642 Valid
11 0,631 Valid
12 0,466 Valid
13 0,611 Valid
14 0,290 Tidak
15 0,568 Valid
Untuk item perilaku keruangan dengan 15 item pernyataan dapat dilihat
nilai koefisien validitas antara 0,255 dan 0,667. Terdapat 13 item yang memiliki
nilai koefisien validitas lebih besar dari nilai batas atau kriteria validnya suatu
item yaitu 0,300. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 13 item tersebut sudah
valid. Sedangkan terdapat 2 item yang memiliki nilai koefisien validitas lebih
kecil dari nilai batas atau kriteria validnya suatu item yaitu 0,300. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa 2 item tersebut tidak valid. Berikut ini hasil
perhitungan koefisien reliabilitas.
Koefisien Reliabilitas
Titik
Kritis Keterangan
Nilai koefisien reliabilitasnya (0,844) di atas standar yang ditetapkan yaitu
0,700. Nilai koefisien reliabilitasnya (0,844) menunjukkan kuesioner tersebut
mempunyai keandalan yang baik dalam mengukur perilaku keruangan. Dengan
demikian, kuesioner perilaku keruangan sudah layak dipergunakan untuk
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 KESIMPULAN
Hubungan antar variabel ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian
telah terjawab dalam bab pembahasan dan hasil penelitian. Lingkungan sebagai
sumber pembelajaran geografi memiliki hubungan langsung dan tidak langsung
dalam menumbuhkan sikap dan perilaku keruangan peserta didik. Secara
langsung, Lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi memiliki hubungan
yang signifikan dengan sikap keruangan. Begitu juga dengan sikap keruangan
memiliki hubungan langsung dengan perilaku keruangan.
Secara tidak langsung, lingkungan sebagai sumber pembelajaran geografi
memiliki hubungan yang signifikan dengan sikap dan perilaku keruangan dengan
dipengaruhi oleh kompetensi professional guru. Namun, pengaruh kompetensi
professional guru tidak kuat dalam mempengaruhi peranan lingkungan sebagai
sumber pembelajaran geografi terhadap sikap dan perilaku keruangan.
Berdasarkan hal diatas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru
yang diduga akan memiliki pengaruh yang besar terhadap sikap dan perilaku
keruangan peserta didik dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber
pembelajaran geografi ternyata tidak terbukti. Masih banyak faktor yang dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku keruangan peserta didik selain menggunakan
lingkungan sebagai sumber pembelajaran dengan melalui kompetensi profesional
guru. Hal ini membuktikan teori hubungan antara sikap dan perilaku (teori
postulat kontigensi tergantung) bahwa hubungan sikap dan perilaku sangat
tergantung pada situasional tertentu.
Lingkungan memiliki peranan dalam proses pembelajaran geografi yang
menjadi salah satu hal yang cukup penting karena akan sangat mempengaruhi
sikap dan perilaku keruangan peserta didik. Peserta didik diarahkan untuk berpikir
tingkat tinggi dan juga berpikir kritis sehingga akan peka terhadap karakteristik
ruang dimana mereka tinggal. Lingkungan sekolah merupakan faktor eksternal
5.2 REKOMENDASI
Rekomendasi pertama ditujukan kepada pengambil kebijakan, rendahnya
peranan lingkungan dalam membentuk sikap dan perilaku keruangan dapat
dijadikan dasar dalam pembuatan kurikulum geografi yang mampu membentuk
sikap dan perilaku keruangan.
Selanjutnya, rekomendasi ditujukan kepada sekolah untuk menata dengan
baik lingkungan sekitarnya agar dapat dijadikan sebagai sumber belajar bagi
peserta didik.
Rekomendasi untuk peneliti lain, terkait dengan penelitian ini. Peranan
lingkungan sebagai sumber pembelajaran terhadap sikap dan perilaku keruangan
rendah meskipun telah di dukung oleh kompetensi professional guru. Sehingga
hal tersebut memberikan kesempatan peneliti lain untuk meneliti variabel lain
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, maman. Geografi perilaku suatu pengantar studi tentang
persepsi lingkungan. Jakarta : depdikbud
Arjana, gusti bagus. 2013. Geografi lingkungan. Jakarta : PT. raja grafindo persada
Asrori, mohamad. 2009. Psikologi pembelajaran. Bandung : CV. Wacana prima
Bintarto. 1975. Pengantar geografi pembangunan. Yogyakarta : fakultas geografi UGM
Dahar, ratna willis. 2006. Teori-teori belajar dan pembelajaran. Jakarta : Erlangga
Emzir, 2010. Metodologi penelitian pendidikan, Jakarta :Raja grafindo persada
Furqon, 2002. Statistika terapan untuk penelitian. Bandung : alfabeta
Hendriyani, Yeni. 2005. Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber
Belajar. Bandung: IPA UPI Bandung.
Jauhar Mohammad. 2011. Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai
Konstruktivistik.Jakarta, Pustaka Karya.
Kusnendi, 2008. Model-Model Persamaan structural. Bandung : Alfabeta
Kauchak, Donald. 2009. Methods for teaching. Yogyakarta : pustaka pelajar
Keraf, sonny. 2010. Etika lingkungan hidup. Jakarta : kompas media nusantara
Morgan, R.F. 1974, Education For The Environment. Longman
Purnomo, heri. 2012. Pemodelan dan simulasi untuk pengelolaan adaptif
sumberdaya alam dan lingkungan. Bogor : IPB press
Rachmawati, yeni. 2010. Pengelolaan lingkungan belajar. Jakarta : kencana prenada media grup
Rosnenty, Raja. 2010. Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber
Belajar IPS Terhadap Penguasaan Konsep Dan Kepedulian Lingkungan Pada Peserta Didik Sekolah Dasar. Prodi IPS, UPI
Bandung..
Setiawan Iwan,2008. Isu-Isu Lingkungan Global, Jurnal Geografi, UPI Bandung.
Slameto, 1998.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta, Bina Aksara.
Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta
Sumaatmadja, Nursid.1996. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa
Keruangan. Bandung: Alumni.
Sumaatmadja, Nursid.1998. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara
Sumaatmadja, Nursid. 1998. Manusia dalam konteks sosial, budaya, dan
lingkungan hidup. Bandung : CV. Alfabeta.
Sumarmi, 2012. Model-model pembelajaran Geografi. Malang : Aditya Media Publishing
Uno, Hamzah. 2012. Metode pembelajaran PAILKEM. Bandung : CV.Alfabeta
UPI.2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.
Yani Ahmad. 2009. Media Pembelajaran untuk Pendidikan Lingkungan