PERKALIAN BILANGAN CACAH
(Penelitian Eksperimen yang Dilakukan di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pringkasap dan Sekolah Dasar Negeri Karanghegar Kecamatan Pabuaran
Kabupaten Subang Tahun Ajaran 2012/2013)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salahsatu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
NENENG NURHASANAH 0903213
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGARUH PERMAINAN PUZZLE ANGKA DENGAN MENGGUNAKAN BATANG NAPIER TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERKALIAN BILANGAN CACAH
(Penelitian Eksperimen yang Dilakukan di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pringkasap dan Sekolah Dasar Negeri Karanghegar Kecamatan Pabuaran
Kabupaten Subang Tahun Ajaran 2012/2013)
Oleh
NENENG NURHASANAH 0903213
Diajukan untuk memenuhi salahsatu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
© Neneng Nurhasanah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
i
1. Pengertian Matematika ... 9
2. Pembelajaran Matematika di SD ... 10
3. Tujuan Mata Pelajaran Matematika di SD ... 12
4. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di SD ... 13
B. Teori Belajar-Mengajar Matematika di SD ... 15
1. Teori Belajar Jean Piaget ... 15
2. Teori Belajar Jerome S. Bruner ... 16
3. Teori Belajar Zoltan P. Dienes ... 18
4. Teori Belajar Skinner ... 20
5. Teori Belajar Thorndike ... 21
C. Hasil Belajar Siswa ... 22
D. Bilangan Cacah ... 27
1. Pengertian Bilangan Cacah ... 27
2. Operasi pada Bilangan Cacah ... 28
3. Operasi Perkalian Bilangan Cacah ... 28
E. Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika ... 29
1. Pengertian Alat Peraga ... 29
2. Fungsi dan Manfaat Alat Peraga ... 30
3. Persyaratan Alat Peraga ... 31
4. Keuntungan dan Kelemahan Alat Peraga... 33
ii
F. Permainan dalam Pembelajaran ... 35
1. Bermain ... 35
2. Permainan ... 36
3. Metode Permainan ... 37
4. Tujuan Metode Permainan ... 37
5. Manfaat Metode Permainan ... 38
6. Permainan Puzzle Angka dengan Menggunakan Batang Napier 39 G. Hasil Penelitian yang Relevan ... 49
H. Hipotesis Penelitian ... 51
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 52
1. Metode Penelitian ... 52
2. Desain Penelitian ... 53
B. Subjek Penelitian ... 54
1. Populasi Penelitian ... 54
2. Sampel Penelitian ... 56
C. Prosedur Penelitian ... 56
D. Instrumen Penelitian ... 59
1. Tes Hasil Belajar ... 59
2. Angket ... 67
3. Observasi ... 68
4. Catatan Lapangan ... 69
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 69
1. Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 70
2. Teknik Analisis Data Kualitatif ... 72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Persyaratan Analisis ... 76
1. Analisis Hasil Pretes ... 76
2. Analisis Hasil Postes ... 82
3. Analisis Gain Normal ... 88
B. Hasil Penelitian ... 94
1. Pembelajaran dengan Menggunakan Permainan Puzzle Angka Batang Napier dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa secara Signifikan ... 94
2. Pembelajaran Konvensional dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa secara Signifikan ... 101
3. Pembelajaran dengan Menggunakan Permainan Puzzle Angka Batang Napier Lebiha Baik secara Signifikan daripada Pembelajaran Konvensional ... 104
4. Respon Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Permainan Puzzle Angka Batang Napier ... 106
5. Faktor Pendukung dan Penghambat Terlaksananya Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Permainan Puzzle Angka Batang Napier ... 119
iii
Belajar Siswa secara Signifikan ... 142
3. Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Permainan Puzzle Angka Batang Napier Lebih Baik secara Signifikan daripada Pembelajaran Konvensional ... 144
4. Respon Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Permainan Puzzle Angka Batang Napier ... 147
5. Faktor Pendukung dan Penghambat Terlaksananya Pembelajaran dengan Menggunakan Permainan Puzzle Angka Batang Napier ... 148
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 150
B. Saran ... 153
DAFTAR PUSTAKA ... 154
LAMPIRAN ... 157
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 14
Tabel 3.1 Daftar Sekolah Dasar Berdasarkan Nilai UN ... 55
Tabel 3.2 Interpretasi Validitas ... 60
Tabel 3.3 Validitas Tiap Butir Soal Tes Hasil Belajar ... 61
Tabel 3.4 Tingkat Keberartian Soal berdasarkan nilai thitung ... 62
Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas ... 63
Tabel 3.6 Interpretasi Indeks Daya Pembeda ... 64
Tabel 3.7 Daya Pembeda Butir Soal ... 65
Tabel 3.8 Klasifikasi Indeks Kesukaran... 66
Tabel 3.9 Analisis Tingkat Kesukaran ... 66
Tabel 3.10 Rekapitulasi Analisis Butir Soal ... 67
Tabel 3.11 Kriteria Pemberian Skor Pernyataan Angket ... 73
Tabel 4.1 Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 77
Tabel 4.2 Data Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 77
Tabel 4.3 Uji Normalitas Data Pretes ... 79
Tabel 4.4 Uji Homogenitas Data Pretes ... 81
Tabel 4.5 Uji Perbedaan Rata-rata Data Pretes ... 82
Tabel 4.6 Data Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 83
Tabel 4.7 Data Hasil Postes Kelas Kontrol ... 83
Tabel 4.8 Uji Normalitas Data Postes ... 85
Tabel 4.9 Uji Homogenitas Data Postes ... 87
Tabel 4.10 Uji Perbedaan Rata-rata Data Postes ... 88
Tabel 4.11 Gain Normal Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 89
Tabel 4.12 Uji Normalitas Data Gain ... 91
Tabel 4.13 Uji Homogenitas Data Gain ... 93
Tabel 4.14 Uji Uji Perbedaan Rata-rata Data Gain ... 94
Tabel 4.15 Uji Hipotesis Rumusan Masalah 1 ...100
Tabel 4.16 Uji Hipotesis Rumusan Masalah 2 ...104
Tabel 4.17 Uji Hipotesis Rumusan Masalah 3 ...105
Tabel 4.18 Rekapitulasi Hasil Angket Siswa dari Pernyatan Positif ...107
Tabel 4.19 Rekapitulasi Hasil Angket Siswa dari Pernyatan Negatif ...113
Tabel 4.20 Persentase Hasil Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...120
Tabel 4.21 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa di Kelas Eksperimen ...124
Tabel 4.22 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa di Kelas Kontrol ...125
Tabel 4.23 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa dalam Permainan ...129
Tabel 4.24 Hasil Catatan Lapangan Kelas Eksperimen Pertemuan Ke-1 ...133
Tabel 4.25 Hasil Catatan Lapangan Kelas Eksperimen Pertemuan Ke-2 ...134
Tabel 4.26 Hasil Catatan Lapangan Kelas Eksperimen Pertemuan Ke-3 ...135
Tabel 4.27 Hasil Catatan Lapangan Kelas Kontrol Pertemuan Ke-1...136
Tabel 4.28 Hasil Catatan Lapangan Kelas Kontrol Pertemuan Ke-2...137
v
vi
DAFTAR HISTOGRAM
Histogram 4.1 Abnormalitas Data Nilai Pretes Kelas Eksperimen... 80
Histogram 4.2 Abnormalitas Data Nilai Pretes Kelas Kontrol ... 80
Histogram 4.3 Normalitas Data Nilai Postes Kelas Eksperimen ... 85
Histogram 4.4 Abnormalitas Data Niai Postes Kelompok Kontrol ... 86
Histogram 4.5 Normalitas Data Gain Kelas Eksperimen... 91
vii
Gambar 2.3 Tampilan Puzzle Angka Batang Napier ... 41 Gambar 2.4 Tampilan Penempatan Bilangan Hasil Kali ... 43 Gambar 2.5 Tampilan Puzzle Angka dengan Menggunakan Batang Napier
dalam Mengisi Kolom Hasil Kali ... 44 Gambat 2.6 Tampilan Puzzle Angka dengan Menggunakan Batang Napier
untuk Menentukan Cara Menjumlahkan Secara Menyamping ... 44 Gambar 2.7 Tampilan Puzzle Angka Batang Napier dalam Menentukan
viii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ... 157
Lampiran 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 158
Lampiran 1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... . 178
LAMPIRAN B INSTRUMEN TES ... 216
Lampiran 2.1 Kisi-Kisi Soal Uji Coba ... 217
Lampiran 2.2 Soal Uji Coba ... 223
Lampiran 2.3 Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Soal Uji Coba ... 226
Lampiran 2.4 Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar ... 229
Lampiran 2.5 Soal Tes Hasil Belajar ... 234
Lampiran 2.6 Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Soal Tes Hasil Belajar ... 237
LAMPIRAN C INSTRUMEN NONTES ... 239
Lampiran 3.1 Kisi-Kisi Angket Siswa ... 240
Lampiran 3.2 Angket Siswa ... 241
Lampiran 3.3 Pedoman Penskoran Angket ... 243
Lampiran 3.4 Kisi-Kisi Observasi Kinerja Guru Kelas Kontrol ... 244
Lampiran 3.5 Lembar Observasi Kinerja Guru Kelas Kontrol ... 257
Lampiran 3.6 Kisi-Kisi Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperimen ... 261
Lampiran 3.7 Lembar Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperimen ... 277
Lampiran 3.8 Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 282
Lampiran 3.9 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 284
Lampiran 3.10 Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen .... 286
Lampiran 3.11 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 288
Lampiran 3.12 Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Siswa dalam Permainan ... 289
Lampiran 3.13 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Permainan.. ... 291
Lampiran 3.14 Kisi-Kisi Catatan Lapangan Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 292
Lampiran 3.15 Format Catatan Lapangan Siswa Kelas Kontrol ... 293
Lampiran 3.16 Format Catatan Lapangan Siswa Kelas Eksperimen ... 294
LAMPIRAN D HASIL UJI COBA INSTRUMEN ... 295
Lampiran 4.1 Validitas Soal Tes Hasil Belajar ... 296
Lampiran 4.2 Reliabilitas Soal Tes Hasil Belajar ... 299
Lampiran 4.3 Tingkat Kesukaran Soal Tes Hasil Belajar ... 302
Lampiran 4.4 Daya Pembeda Soal Tes Hasil Belajar ... 305
LAMPIRAN E DATA HASIL PENELITIAN ... 307
Lampiran 5.1 Daftar Nilai Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol .... 308
Lampiran 5.2 Daftar Nilai Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 312
Lampiran 5.3 Persentase Jawaban Angket Siswa ... 316
ix
Lampiran 5.9 Data Hasil Catatan Lapangan Siswa Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen ... 357
Lampiran 5.10 Dokumentasi Pembelajaran di Kelas Kontrol ... 363
Lampiran 5.11 Dokumentasi Pembelajaran di Kelas Eksperimen ... 365
LAMPIRAN F TABEL STATISTIK ... 367
Lampiran 6.1 Uji Normalitas Data Pretes ... 368
Lampiran 6.2 Uji Homogenitas Data Pretes ... 369
Lampiran 6.3 Uji Beda Rata-Rata Data Pretes ... 370
Lampiran 6.4 Uji Normalitas Data Postes ... 371
Lampiran 6.5 Uji Homogenitas Data Postes ... 372
Lampiran 6.6 Uji Beda Rata-Rata Data Postes ... 373
Lampiran 6.7 Uji Normalitas Data Gain ... 374
Lampiran 6.8 Uji Homogenitas Data Gain ... 375
Lampiran 6.9 Uji Beda Rata-Rata Data Gain ... 376
Lampiran 6.10 Uji Hipotesis Rumusan Masalah 1 ... 377
Lampiran 6.11 Uji Hipotesis Rumusan Masalah 2 ... 377
Lampiran 6.12 Uji Hipotesis Rumusan Masalah 3 ... 378
LAMPIRAN G SURAT-SURAT ... 379
Lampiran 7.1 Surat Keputusan Pembimbing Skripsi ... 380
Lampiran 7.2 Surat Izin Penelitian untuk UPTD ... 381
Lampiran 7.3 Surat Izin Penelitian untuk SDN Karanghegar ... 382
Lampiran 7.4 Surat Izin Penelitian untuk SDN Pringkasap ... 383
Lampiran 7.5 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian di SDN Karanghegar ... 384
Lampiran 7.6 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian di SDN Pringkasap ... 385
Lampiran 7.7 Monitoring Bimbingan Skripsi ... 386
Lampiran 7.8 Daftar Nilai UN SD se-Kecamatan Pabuaran ... 388
LAMPIRAN H BUKTI FISIK PENELITIAN ... 389
Lampiran 8.1 Lembar Jawaban Siswa Hasil Pretes di Kelas Kontrol ... 390
Lampiran 8.2 Lembar Jawaban Siswa Hasil Pretes di Kelas Eksperimen ... 394
Lampiran 8.3 Lembar Jawaban Siswa Hasil Postes di Kelas Kontrol ... 398
Lampiran 8.4 Lembar Jawaban Siswa Hasil Postes di Kelas Eksperimen ... 402
Lampiran 8.5 Hasil Jawaban LKS di Kelas Kontrol ... 407
Lampiran 8.6 Hasil Jawaban LKS di Kelas Eksperimen ... 412
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi yang semakin berkembang, peningkatan sumber daya
manusia (SDM) sangat diperlukan agar masyarakat mampu bersaing dikancah
internasional. Sumber daya manusia tersebut harus dididik keterampilan dan ilmu
pengetahuannya sejak dini di bangku sekolah, sehingga pada masanya nanti
kecakapannya dapat bermanfaat bagi kehidupannya sendiri, keluarga serta bangsa
dan negara. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan peserta didik dan pendidik.
Selama mengikuti proses pendidikan, peserta didik yaitu siswa harus dengan
tekun belajar agar menjadi pribadi yang berdaya saing tinggi. Pendidik dalam hal
ini guru, selama proses pendidikan harus profesional dalam menjalankan
profesinya dan selalu berkembang mengikuti perkembangan jaman sehingga
seiring sejalan dengan globalisasi.
Pendidikan di sekolah dasar sangat penting dalam memberikan pengetahuan
dasar siswa. Pendidikan di sekolah dasar tidak terlepas dari proses pembelajaran
yang berlangsung disekolah dasar tersebut. Pembelajaran di sekolah dasar terbagi
ke dalam beberapa mata pelajaran yang disampaikan oleh guru. Salah satu mata
pelajaran tersebut adalah mata pelajaran matematika.
Mata pelajaran matematika merupakan salah satu dari berbagai mata
pelajaran yang diterima siswa selama proses pembelajaran di sekolah dasar. Pada
jenjang pendidikan dasar, sebagaimana yang tercantum dalam KTSP (BSNP,
2006: 30) mata pelajaran matematika ditujukan agar siswa mampu:
1. memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah;
2. menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;
4. mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;
5. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitumemiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajarimatematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Untuk mencapai tujuan tersebut harus melalui proses belajar. Belajar
merupakan serangkaian kegiatan manusia untuk mengubah perilakunya. Dengan
belajar manusia akan tampak berbeda dengan makhluk lainnya.
Dalam proses belajar seseorang yang mengajar dalam hal ini guru harus
memperhatikan komponen-komponen pendukung pembelajaran. Adapun
komponen pembelajaran tersebut yaitu tujuan pembelajaran, guru, siswa, model,
metode, materi, media, dan evaluasi. Semua komponen tersebut satu sama lain
saling mendukung dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Namun kenyataan yang sering terlihat, sebagian besar pengajaran di sekolah
diberikan dengan metode ceramah termasuk dalam pelajaran matematika. Artinya,
guru memberikan penjelasan kepada sejumlah siswa secara lisan bahkan dalam
pembelajaran matematika jarang menggunakan media atau alat perga sehingga
konsep matematika yang abstrak sulit dipahami oleh siswa. Banyak orang
menganggap, bentuk pengajaran ceramah tersebut merupakan bentuk yang paling
tepat. Selain karena dipandang efisien, metode ceramah juga sudah menjadi tradisi
para guru dari jaman terdahulu. Memang anggapan seperti itu tidak dapat
disangkal kebenarannya. Namun disamping itu perlu diingat bahwa bentuk
pengajaran tersebut mempunyai keuntungan, kerugian, dan keterbatasannya.
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk meningkatkan mutu pendidikan
maka perlu dilakukan upaya-upaya positif salah satunya dengan memilih metode
yang tepat dalam proses belajar-mengajar. Metode tersebut haruslah metode yang
dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Standar proses
pembelajaran sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan menuntut agar proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
3
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
Selain pemilihan metode, media atau alat peraga pun menjadi peranan
penting dalam pembelajaran, sehingga penggunaan alat peraga yang sesuai dan
menarik akan berpengaruh pada tingkat keberhasilan pembelajaran. Dalam
pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa alat
peraga yang dapat memperjelas apa yang disampaikan sehingga cepat dipahami
dan dimengerti oleh siswa. Piaget (Ruseffendi, dkk., 1992: 143) berpendapat
bahwa:
Anak yang tahap berpikirnya masih ada dalam tahap operasi konkret (sebaran umur dari sekitar 7 tahun sampai sekitar 11/12 tahun atau 13 tahun kadang-kadang lebih ), yaitu tahapan umur pada anak-anak SD tidak akan dapat memahai operasi (logis) dalam konsep matematika tanpa dibantu oleh benda-benda konkret.
Berdasarkan hal tersebut, suatu kenyataan dalam pelajaran matematika di
tingkat sekolah dasar, perkalian bilangan cacaha dalah materi yang ternyata cukup
sulit untuk dipahami. Siswa cenderung bingung dalam mengalikan bilangan cacah
tersebut, apalagi untuk bilangan-bilangan cacah yang lebih besar. Tanpa
kalkulator siswa akan kesulitan dalam menghitung perkalian tersebut. Selain itu,
terkadang siswa kebingungan dan keliru dalam menempatkan bilangan puluhan
dari hasil perkalian, sehingga hasil perhitungan operasi perkalian yang didapat itu
salah. Ditambah guru jarang menggunakan alat peraga, padahal alat peraga akan
sangat membantu siswa menghitung perkalian bilangan cacah, seperti dalam
menjumlahkan bilangan cacah. Alat peraga akan mewujudkan konsep-konsep
abstrak yang ada dalam pikiran siswa menjadi benda konkret yang tentunya akan
lebih mudah dimengerti.
Berdasarkan masalah tersebut, salahsatu upaya untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi perkalian bilangan cacah yaitu dengan metode
pembelajaran menggunakan alat peraga berupa Batang Napier yang akan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran operasi perkalian bilangan
cacah. Batang Napier adalah alat bantu perkalian. Cara kerja Batang Napier sangat
penjumlahan. Dengan alat peraga ini diharapkan dapat menarik minat siswa untuk
belajar dan dapat membantu kesulitan siswa dalam mempelajari perkalian
bilangan cacah, sehingga hasil belajar siswa akan meningkat.
Selain penggunaan alat peraga, seorang guru harus pandai menyiasati agar
pembelajaran menjadi menyenangkan dan perhatian siswa dalam pembelajaran
dapat terfokus dan tidak cepat jenuh, maka permainan juga bisa menjadi alternatif
untuk melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Ernest (Maulana, 2010: 32),“Keberhasilan semua pengajaran
matematika tergantung pada keterlibatan aktif siswa, dan sehubungan dengan itu,
suatu permainan mempromosikan keterlibatan aktif dan membantu menciptakan
lingkungan yang positif”.
Berdasarkan hal tersebut, agar penggunaan alat peraga Batang Napier lebih
menarik dan dapat melibataktifkan siswa, maka alat peraga Batang Napier ini
akan disajikan dalam bentuk permainan berupa Puzzle Angka dengan
menggunakan Batang Napier. Sebagaimana menurut Ismail (Julianti, 2010) bahwa
puzzle adalah permainan yang menyusun suatu gambar atau benda yang telah
dipecah dalam beberapa bagian. Puzzle memiliki manfaat besar dalam melatih
intelegensi. Siswa benar-benar terpacu kemampuan berpikirnya untuk dapat
menyatukan kembali posisi, sehingga membentuk suatu bangun yang sesuai
dengan perintah. Permainan Puzzle Angka dengan menggunakan Batang Napier
ini tidak hanya sekedar menyusun suatu gambar atau bentuk saja, melainkan siswa
menyusun suatu bentuk berdasarkan operasi perkalian Batang Napier. Jadi,
permainan Puzzle Angka dengan menggunakan Batang Napier adalah alat bantu
yang digunakan oleh siswa dalam pembelajaran perkalian bilangan cacah yang
disajikan dalam sebuah permainan Puzzle Angka. Puzzle Angka disini merupakan
Puzzle Angka dalam bentuk tabel perkalian Batang Napier. Puzzle Angka Batang
Napier berbentuk tabel yang terdiri dari sekumpulan bilangan pengali, bilangan
yang dikali, bilangan hasil kali, dan bilangan hasil akhir yang disusun dalam
sebuah tabel secara teratur di dalam baris dan kolom. Angka-angka yang terdapat
5
siswa akan menyusun kembali angka-angka yang terdapat pada kotak hasil kali
sesuai dengan bilangan yang dikalikannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka sebagai upaya konkret untuk menciptakan
suasana belajar yang melibataktifkan siswa, menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan, dan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
operasi perkalian bilangan cacah, dilakukan penelitian ini dengan judul:
“Pengaruh Permainan Puzzle Angka dengan Menggunakan Batang Napier
terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Perkalian Bilangan Cacah (Penelitian
Eksperimen yang Dilakukan di Kelas IV SDN Pringkasap dan SDN Karanghegar
Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang Tahun Ajaran 2012/2013)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “Apakah ada pangaruh permainan Puzzle Angka dengan menggunakan
Batang Napier terhadap hasil belajar siswa pada materi perkalian bilangan
cacah?”. Agar penelitian lebih terarah, rumusan masalah tersebut diuraikan
menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunaan permainan Puzzle
Angka Batang Napier dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan
pada materi perkalian bilangan cacah?
2. Apakah pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional dapat
meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan pada materi perkalian
bilangan cacah?
3. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan permainan Puzzle
Angka Batang Napier lebih baik secara signifikan daripada pembelajaran
konvensional dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
perkalian bilangan cacah?
4. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan permainan Puzzle Angka Batang Napier?
5. Faktor-faktor apa saja yang mendukung atau menghambat terlaksananya proses
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan umum dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh permainan Puzzle Angka dengan menggunakan
Batang Napier terhadap hasil belajar siswa pada materi perkalian bilangan cacah.
Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa secara signifikan pada
materi perkalian bilangan cacah yang mengikuti pembelajaran matematika
dengan menggunakan permainan Puzzle Angka Batang Napier.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa secara signifikan pada
materi perkalian bilangan cacah yang mengikuti pembelajaran konvensional.
3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa secara signifikan pada materi
perkalian bilangan cacah yang mengikuti pembelajaran matematika dengan
menggunakan permainan Puzzle Angka Batang Napier dan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional.
4. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
menggunakan permainan Puzzle Angka Batang Napier.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung atau penghambat terlaksananya
proses pembelajaran matematika dengan menggunakan permainan Puzzle
Angka Batang Napier.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
memiliki kepentingan dalam penelitian ini. Berikut disajikan manfaat-manfaat
bagi masing-masing pihak:
1. Bagi Siswa
a Meningkatkan kemampuan siswa khususnya dalam operasi perkalian.
b Melatih siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
c Melalui permainan Puzzle Angka dengan menggunakan Batang Napier
dapat meningkatkan motivasi belajar matematika.
2. Bagi Guru
7
b. Memperoleh informasi tentang kelebihan permainan Puzzel Angka
dengan menggunakan Batang Napier.
c. Meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang
menyenangkan dengan menerapkan permainan Puzzle Angka dengan
menggunakan Batang Napier.
3. Bagi Peneliti
a. Dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai permainan Puzzle
Angka dengan menggunakan Batang Napier dalam meningkatkan hasil
belajar siswa.
b. Peneliti dapat mengetahui pengaruh pembelajaran matematika dengan
menggunakan permainan Puzzle Angka dengan menggunakan Batang
Napier dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa pada materi
perkalian bilangan cacah.
4. Bagi Sekolah
a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah pada
peningkatan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal matematika
pada pembelajaran operasi perkalian bilangan cacah.
b. Sekolah yang dijadikan tempat penelitian bisa lebih meningkat mutu
pembelajarannya dibandingkan dengan sekolah yang lainnya.
E. Definisi Operasional
Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap
judul penelitian yang dibuat. Penjelasan mengenai istilah-istilah yang terdapat
dalam judul penelitian adalah sebagai berikut ini.
1. Permainan Puzzle Angka dengan menggunakan Batang Napier adalah alat
bantu yang digunakan oleh siswa dalam pembelajaran perkalian bilangan cacah
yang disajikan dalam sebuah permainan Puzzle Angka. Puzzle Angka disini
merupakan Puzzle Angka dalam bentuk tabel perkalian Batang Napier. Puzzle
Angka Batang Napier berbentuk tabel yang terdiri dari sekumpulan bilangan
pengali, bilangan yang dikali, bilangan hasil kali, dan bilangan hasil akhir yang
Angka-angka yang terdapat pada tabel perkalian Batang Napier dipecah ke dalam
beberapa bagian sehingga siswa akan menyusun kembali angka-angka yang
terdapat pada kotak hasil kali sesuai dengan bilangan yang dikalikannya.
2. Hasil belajar diperoleh dari sebuah proses pembelajaran dan berkaitan erat
dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan ajar
yang disampaikan oleh guru pada proses pembelajaran. Hasilnya berupa
perubahan tingkah laku siswa yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Hal ini
dapat diketahui pada saat akhir proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar yang dialami oleh
individu dengan lingkungannya. Hasil belajar yang diukur yaitu hasil belajar
ranah kognitif yang diklasifikasikan oleh Bloom. Ranah kognitif berkaitan
dengan intelektual siswa yang meliputi enam aspek. Namun dari enam aspek
tersebut hasil belajar yang diukur yakni aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis
(C5), dan evaluasi (C6). Keempat aspek merupakan bagian dari enam aspek
ranah kognitif yang diklasifikasikan oleh Bloom.
3. Operasi perkalian bilangan cacah adalah hasil penjumlahan berulang
bilangan-bilangan cacah (Maulana, 2008: 187). Dalam penelitian ini pencapaian
indikator dibatasi antara perkalian bilangan dua angka (puluhan) dengan
bilangan dua angka (puluhan); perkalian bilangan dua angka (puluhan) dengan
bilangan tiga angka (ratusan); dan menyelesaikan soal cerita perkalian.
4. Bilangan cacah adalah gabungan bilangan asli dengan bilangan 0 (Adjie dan
Maulana, 2006: 184). Bilangan asli itu sendiri adalah himpunan A = {1, 2, 3, 4,
5, 6, 7, ...}. Adapun himpunan bilangan cacah adalah himpunan C= {0, 1, 2, 3,
4, 5, 6, 7, ...}.
5. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasanya dilakukan di
sekolah dasar dengan menggunakan metode ceramah, tanya-jawab, diskusi,
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode penelitian
Menurut Maulana (2009: 3), “Penelitian adalah suatu cara mencari
kebenaran melalui metode ilmiah”. Berdasarkan pendapat tersebut, penelitian
yaitu suatu cara mencari jawaban dari suatu permasalahan yang dilakukan melalui
metode ilmiah.
“Penelitian eksperimen (experimental research), merupakan pendekatan
penelitian kuantitatif yang paling penuh, dalam arti memenuhi semua persyaratan
untuk menguji hubungan sebab akibat” (Sukmadinata, 2012: 194). Ada beberapa
variasi dari penelitian eksperimental, yaitu eksperimen murni, eksperimen kuasi,
eksperimen lemah, dan eksperimen subjek tunggal (Sukmadinata, 2012).
Menurut Maulana (2009: 23), syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
penelitian eksperimen adalah sebagai berikut ini.
a. Membandingkan dua kelompok atau lebih.
b. Adanya kesetaraan (ekuivalensi) subjek-subjek dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Kesetaraan ini biasanya dilakukan secara acak (random).
c. Minimal ada dua kelompok/kondisi yang berbeda pada saat yang sama, atau satu kelompok tetapi untuk dua saat yang berbeda.
d. Variabel terikatnya diukur secara kuantitatif maupun dikuantitatifkan. e. Menggunakan statistika inferensial.
f. Adanya kontrol terhadap variabel-variabel luar (extraneous variables). g. Setidaknya terdapat satu variabel bebas yang dimanipulasikan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan sebab-akibat yakni
untuk melihat pengaruh permainan Puzzle Angka dengan menggunakan Batang
Napier terhadap hasil belajar siswa pada materi perkalian bilangan cacah.
Sebagaimana menurut Maulana (2009: 20), “Penelitian eksperimen benar-benar
Berdasarkan jenisnya, metode eksperimen yang digunakan dalam
penelitian ini adala metode eksperimen murni. Menurut Sukmadinata (2012: 203),
“Dalam eksperimen murni (true experimental) pengujian variabel bebas dan variabel terikat dilakukan terhadap sampel kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol”. Subjek dalam kelompok tersebut diambil secara acak. Pengambilan
sampel secara acak dimungkinkan karena subjek-subjek tersebut memiliki
karakteristik yang sama.
Pada penelitian ini terdapat dua kelompok kelas yang dibandingkan, kedua
kelas yang dimaksud adalah kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada
pelaksanaanya, dilakukan pemilihan sampel secara acak untuk menentukan kelas
yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen
mendapat perlakuan pada proses pembelajarannya dengan menggunakan
permainan Puzzle Angka Batang Napier sedangkan kelas kontrol menggunakan
pembelajaran konvensional seperti biasanya kelas tersebut belajar. Untuk
mengetahui hasil belajarnya, kedua kelompok tersebut diberikan pretest dan
posttest.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain
kelompok kontrol pretes-postes (pretest-posttest control group design).
Sebagaimana menurut Ruseffendi (2005: 50), “Pada jenis desain eksperimen ini
terjadi pengelompokan secara acak (A), adanya pretes (0), dan adanya postes (0).
Kelompok yang satu tidak memperoleh perlakuan, sedangkan yang satu lagi
memperoleh perlakuan (X)”. Dalam desain ini digunakan dua kelompok subjek
yang dibentuk secara acak dan diasumsikan memiliki karakteristik yang sama
(homogen). Satu kelompok diberi perlakuan (eksperimen), sementara kelompok
yang satunya lagi dijadikan sebagai kelompok kontrol. Pada kedua kelompok
tersebut diberikan pretest (tesnya sama), kemudian diberikan perlakuan khusus
54
Adapun bentuk desain penelitiannya sebagaimana menurut Ruseffendi
(2005: 50) adalah sebagai berikut ini.
A 0 X 0 A 0 0
Keterangan:
A = pemilihan secara acak
0 = pretest dan posttest
X = perlakuan terhadap kelompok eksperimen
Pada bentuk desain penelitian di atas terlihat adanya pemilihan secara acak
(A) baik untuk kelompok eksperimen maupun untuk kelompok kontrol. Kemudian
adanya pretest (0) untuk kedua kelompok tersebut. Selanjutnya kelompok
eksperimen diberikan perlakuan (X) yakni pembelajaran perkalian bilangan cacah
dengan menggunakan permainan Puzzle Angka dengan menggunakan Batang
Napier, sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan atau
pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran konvensional. Terakhir, pada
kedua kelompok diberikan posttest (0) untuk mengukur peningkatan hasil belajar
masing-masing kelas atau melihat adanya perbedaan hasil belajar masing-masing
kelas terhadap materi perkalian bilangan cacah.
B. Subjek Penelitian 1. Populasi Penelitian
Menurut Maulana (2009: 25-26), populasi merupakan:
a. keseluruhan subjek atau objek penelitian,
b. wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya,
c. seluruh data yang menjadi perhatian dalam lingkup dan waktu tertentu, d. semua anggota kelompok orang, kejadian, atau objek lain yang telah
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD
se-Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang yang peringkat sekolahnya termasuk ke
dalam golongan kelompok sedang. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh dari
UPTD Pendidikan Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang yang
pengelompokannya berdasarkan jumlah nilai ujian nasional (UN) tingkat SD/MI
Kecamatan Pabuaran tahun ajaran 2011/2012. Dari seluruh SD yang ada di
Kecamatan Pabuaran sekitar 34 SD yang dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu
kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah. Urutan kelompok
tinggi dari nomor urut 1-9, kelompok sedang dari nomor urut 10-25, dan
kelompok rendah sisanya yaitu dari nomor urut 26-34. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1
Daftar Sekolah Dasar Berdasarkan Nilai UN
56
2. Sampel Penelitian
“Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti” (Maulana,
2009: 26). Setiap sampel yang diambil harus bisa mewakili subjek lain yang tidak
terambil, lebih jauhnya hasil penelitian teruji keabsahan generalisasinya. Sampel
yang secara nyata akan diteliti harus representatif dalam arti mewakili populasi.
Lebih jauhnya hasil penelitian teruji keabsahan generalisasinya (Maulana, 2009).
Menurut Gay (Maulana, 2009: 28) „Menentukan ukuran sampel untuk penelitian
eksperimen yakni minimum 30 subjek per kelompok‟.
Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah dua kelas dari dua
sekolah yang berbeda. Setelah ditentukan kelompok sedang yang menjadi
populasi pada penelitian ini, kemudian dilakukan pemilihan secara acak dari
sekian banyak SD yang berada dalam kelompok sedang, dan terpilihlah dua SD
yakni SDN Pringkasap dan SDN Karanghegar sebagai tempat penelitian ini, dan
yang terakhir dilakukan pemilihan kembali untuk kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, maka terpilihlah SDN Pringkasap sebagai kelompok
eksperimen dan SDN Karanghegar sebagai kelompok kontrol.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini sampel
penelitiannya adalah siswa kelas IV SDN Pringkasap sebanyak 32 siswa sebagai
kelas eksperimen dan siswa kelas IV SDN Karanghegar sebanyak 46 siswa
sebagai kelas kontrol.
C. Prosedur Penelitian
Secara umum penelitian ini terbagi dalam tiga tahap yang dilakukan, yaitu
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data.
1. Tahap Perencanaan
Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini
yaitu terdiri dari pembuatan judul, pembuatan instrumen yang akan digunakan
dalam penelitian, mengkonsultasikan instrumen yang sudah dibuat kepada pihak
ahli untuk menentukan validitas isi, kemudian melakukan ujicoba instrument
untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran
sehingga instrumen sudah siap diteskan ke kelas eksprerimen dan kelas kontrol.
Adapun uji coba instrumen dilaksanakan di kelas V SDN Cikeusik, SDN
Sukamanah 1 dan SDN Cupuwangi Kecamatan Rancakalong Kabupaten
Sumedang.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu sebelum melaksanakan
penelitian, terlebih dahulu meminta ijin kepada UPTD Pendidikan Kecamatan
Pabuaran sekaligus meminta data nilai UN SD se-Kecamatan Pabuaran untuk
menentukan kelompok SD yang akan dijadikan populasi penelitian. Setelah
menentukan populasi kemudian memilih sampel secara acak dengan karakteristik
yang sama untuk dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kemudian
dilanjutkan dengan melakukan pretest pada masing-masing kelas untuk mengukur
kesetaraan kemampuan awal subjek penelitian. Selanjutnya pada kelas eksperimen
(X) dilakukan pembelajaran matematika dengan permainan Puzzle Angka Batang
Napier sedangkan untuk kelas kontrol (Y) dilakukan pembelajaran konvensional
atau pembelajaran yang biasanya kelas tersebut belajar. Pada akhir tindakan,
diberikan posttest untuk melihat perbedaan peningkatan hasil belajar setelah
diberikan perlakuan yang berbeda.
3. Tahap Analisis Data
Pada tahap ini dilakukan analisis data dan membuat kesimpulan. Analisis
data yang dilakukan yaitu analisis data kuantitatif dengan melakukan uji
normalitas, uji homogenitas, uji beda rata-rata, dan analisis data kualitatif dengan
menghitung persentase kriteria kemudian di interpretasikan. Hasil dari analisis
data kuantitatif dan analisis data kualitatif ditafsirkan dan dibuat penarikan
kesimpulan.
58
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
Penyusunan Instrumen
Uji Coba
Pretest
X : Kelompok Eksperimen Pembelajaran dengan Menggunakan Permainan
Puzzle Angka Batang Napier
Y : Kelompok Kontrol Pembelajaran Konvensional Sampel
X Y
Posttest
Analisis Data
Penarikan Kesimpulan Revisi Instrumen
D. Instrumen Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini menggunakan instrumen untuk
mengumpulkan data. Adapun intrumen yang digunakan sebagai berikut ini.
1. Tes Hasil Belajar
Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan subjek penelitian
terhadap materi pembelajaran pada saat penelitian. Tes ini terbagi menjadi dua
bagian, ada pretest untuk mengukur kemampuan awal subjek penelitian baik kelas
eksperimen maupun kelas kontrol, dan posttest yang digunakan untuk mengukur
peningkatan hasil belajar siswa terhadap materi perkalian bilangan cacah pada
kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Untuk mengukur ketepatan (validitas) isi
soal yang dibuat, sebelumnya dikonsultasikan terlebih dahulu kepada ahli dalam
pembuatan soal, dalam hal ini dosen pembimbing. Selain validitas isi, konsultasi
juga dilakukan untuk mengetahui adanya validitas muka dalam arti bentuk soal
dalam tes hasil belajar yang digunakan memang tepat untuk diberikan kepada
subjek penelitian. Setelah validitas isi dan validitas muka terpenui, maka
terbentuklah soal tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini yang
berjumlah 10 butir soal dengan rincian 5 soal untuk pilihan ganda dan 5 soal
untuk soal cerita (soal tes hasil belajar terlampir).
Selanjutnya untuk mengukur ketepatan dan keajegan (reliabilitas)
instrumen tes tersebut, maka dilakukan uji instrumen kepada siswa kelas V (lima)
SD yang telah memperoleh pembelajaran mengenai perkalian bilangan cacah
sebelumnya. Uji coba instrumen tes hasil belajar siswa dilakukan kepada siswa
kelas V SDN Cikeusik Kecamatan Rancakalong, SDN Sukamanah 1 Kecamatan
Rancakalong, dan SDN Cupuwangi Kecamatan Rancakalong dengan jumlah total
siswa sebanyak 52 siswa (daftar lengkap hasil uji coba tes hasil belajar terlampir).
Penjelasan mengenai hasil uji coba instrumen yang dilakukan dijelaskan dalam
teknik pengolahan data tes hasil belajar dan hasil uji coba instrumennya berikut
ini.
a. Validitas Instrumen
Validitas merupakan hal yang paling penting untuk bahan pertimbangan
60
2009). Validitas dijadikan bahan pertimbangan dari suatu instrumen yang hendak
digunakan, karena validitas menunjukkan tingkat ketepatan atau keabsahan
terhadap instrumen tersebut.
Adapun untuk mengukur tingkat validitas instrumen dalam penelitian ini
yaitu menggunakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi ini dihitung dengan
product moment raw score dari Pearson (Suherman dan Sukjaya, 1990: 154)
dengan formula sebagai berikut ini.
= N XY−( X)( Y)
[N X2−( X)²][N Y2−( Y)²]
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara x dan y
N = banyaknya peserta tes
X = nilai hasil uji coba
Y = nilai rata-rata harian
Rumus di atas digunakan untuk menghitung validitas soal secara
keseluruhan. Sementara itu, untuk mengetahui validitas masing-masing butir soal
masih menggunakan product moment raw score tetapi variabel x untuk jumlah
skor soal yang dimaksud dan variabel y untuk skor total soal tes hasil belajar.
Nilai koefisien korelasi yang sudah dihitung kemudian diinterpretasikan
dengan menggunakan klasifikasi koefisien korelasi menurut Guilford (Suherman
dan Sukjaya, 1990: 147) sebagai berikut ini.
Tabel 3.2 Interpretasi Validitas
Koefisien Korelasi Interpretasi
0,80 < ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 < ≤ 0,80 Validitas tinggi
0,40 < ≤ 0,60 Validitas sedang
0,20 < ≤ 0,40 Validitas rendah
Hasil ujicoba yang telah dilakukan kemudian dibandingkan dengan nilai
ulangan harian menunjukkan bahwa secara keseluruhan soal yang digunakan
dalam penelitian ini koefisien kolerasinya 0,55 yang artinya termasuk kriteria
sedang dan layak untuk digunakan berdasarkan Tabel 3.2 (perhitungan validitas
instrumen terlampir). Sementara itu, validitas instrumen masing-masing soal dapat
dilihat dari Tabel 3.3 di bawah ini.
Tabel 3.3
Validitas Tiap Butir Soal Tes Hasil Belajar Soal Koefisien Korelasi Interpretasi
1 0,37 Rendah
2 0,66 Tinggi
3 0,38 Rendah
4 0,38 Rendah
5 0,57 Sedang
6 0,55 Sedang
7 0,04 Sangat Rendah
8 0,21 Rendah
9 0,38 Rendah
10 0,28 Rendah
11 0,83 Sangat Tinggi
12 0,76 Tinggi
13 0,69 Tinggi
14 0,75 Tinggi
15 0,61 Tinggi
Berdasarkan Tabel 3.3, terdapat 6 butir soal yang memiliki validitas
rendah dan satu butir soal yang memiliki validitas sangat rendah. Oleh karena itu,
untuk mengetahui taraf keberartian soal tersebut harus diuji melalui uji t pada
taraf nyata tertentu dengan derajat bebas n – 2 ( Sudjana, 2009).
Langkah-langkah menentukan harga ℎ� � adalah sebagai berikut.
1) Menentukan tingkat keberartian α sebesar 0,05.
2) Menentukan derajat kebebasan dk = n – 2 dengan n = banyaknya peserta
tes.
3) Menentukan harga ℎ� � dengan rumus berikut.
62
Keterangan :
ℎ� � = nilai ℎ� �
r = koefisien korelasi butir soal
n = jumlah peserta tes
4) Pengambilan kesimpulan dengan cara membandingkan harga ℎ� �
dengan harga � . Untuk tingkat keberartian α sebesar 0,05 sehingga
harga � = 1,675.
Kriteria:
Jika ℎ� � > � , maka soal tersebut signifikan (bisa digunakan).
Jika ℎ� � ≤ � , maka soal tersebut tidak signifikan (tidak bisa
digunakan)
Berikut rincian tingkat keberartian soal yang digunakan adalah sebagai
berikut ini.
Tabel 3.4
Tingkat Keberartian Soal berdasarkan nilai � Soal Koefisien
Korelasi
Interpretasi Nilai � Signifikansi
1 0,37 Rendah 2,82 Signifikan
2 0,66 Tinggi 6,18 Signifikan
3 0,38 Rendah 2,89 Signifikan
4 0,38 Rendah 2,89 Signifikan
5 0,57 Sedang 4,88 Signifikan
6 0,55 Sedang 4,65 Signifikan
7 0,04 Sangat Rendah 0,28 Tidak Signifikan
8 0,21 Rendah 1,52 Tidak Signifikan
9 0,38 Rendah 2,89 Signifikan
10 0,28 Rendah 2,06 Signifikan
11 0,83 Sangat Tinggi 10,54 Signifikan
12 0,76 Tinggi 8,29 Signifikan
13 0,69 Tinggi 6,76 Signifikan
14 0,75 Tinggi 7,99 Signifikan
Berdasarkan Tabel 3.4, maka butir soal yang tidak dapat dipakai untuk tes
hasil belajar yaitu soal nomor 7 dan nomor 8 karena harga ℎ� � dari kedua soal
tersebut kurang dari harga � .
b. Reliabilitas
Istilah reliabilitas mengacu kepada kekonsistenan skor yang diperoleh,
seberapa konsisten skor tersebut untuk setiap individu dari suatu daftar instrumen
terhadap yang lainnya (Maulana, 2009: 45). Untuk mengukur reliabilitas dapat
dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha (Suherman dan Sukjaya,
1990: 194) sebagai berikut:
11 = −
1 1− �2
2
Keterangan:
11 = koefisien reliabilitas.
= banyaknya butir soal.
�2 = variansi skor setiap butir soal.
2 = variansi skor total.
Koefisien reliabilitas yang diperoleh kemudian diinterpretasikan dengan
menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (Suherman dan
Sukjaya, 1990: 177).
Tabel 3.5
Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Interpretasi
0,80 < 11≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 < 11≤ 0,80 Reliabilitas tinggi
0,40 < 11≤ 0,60 Reliabilitas sedang
0,20 < 11≤ 0,40 Reliabilitas rendah
11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah
Berdasarkan Tabel 3.5, hasil uji coba soal yang telah dilaksanakan
diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,70. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
soal yang telah diujicobakan memiliki reliabilitas yang tinggi (perhitungan
64
c. Daya Pembeda
Daya pembeda dari satu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan
butir soal tersebut membedakan antara testi yang mengetahui jawabannya dengan
benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut (atau testi yang
menjawab salah). Dengan kata lain, daya pembeda dari sebuah butir soal adalah
kemampuan butir soal tersebut membedakan siswa yang mempunyai kemampuan
tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Suherman dan Sukjaya, 1990).
Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal, digunakan rumus sebagai
berikut (Suherman dalam Mariana, 2011: 47):
��=� − � ���
Keterangan:
�� = daya pembeda
� = rata-rata skor kelompok atas
� = rata-rata skor kelompok bawah
��� = skor maksimum ideal
Daya pembeda yang diperoleh melalui perhitungan dengan rumus diatas,
selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria seperti pada Tabel 3.6.
(Suherman dan Sukjaya, 1990: 202).
Tabel 3.6
Interpretasi Indeks Daya Pembeda
Daya Pembeda Interpretasi
DP ≤ 0,00 Sangat Jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik
Berikut ini merupakan data daya pembeda hasil uji coba instrumen tes
Tabel 3.7
Daya Pembeda Butir Soal
Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,26 Cukup
2 0,79 Sangat Baik
3 0,43 Baik
4 0,50 Baik
5 0,64 Baik
6 0,64 Baik
7 0,07 Jelek
8 0,36 Cukup
9 0,43 Baik
10 0,36 Cukup
11 0,80 Sangat Baik
12 0,51 Baik
13 0,43 Baik
14 0,68 Baik
15 0,56 Baik
d. Tingkat Kesukaran
Menurut Sudjana (2009: 135), “Asumsi yang digunakan untuk
memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas dan
reliabilitas, adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut”.
Untuk mengetahui tingkat kesulitan atau kesukaran, maka digunakan rumus
sebagai berikut:
�� = � ���
Keterangan:
�� = tingkat/indeks kesukaran
� = rata-rata skor setiap butir soal
SMI = skor maksimum ideal
Setelah melakukan perhitungan dengan rumus di atas, selanjutnya hasil
yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria menurut Guilford
66
dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9
Analisis Tingkat Kesukaran
Soal Nilai Tingkat Kesukaran Interpretasi
1 0,65 Sedang
Setelah berkonsultasi dengan pihak ahli (expert), bahwa dalam penelitian
ini akan menggunakan 10 soal. Adapun soal-soal yang akan digunakan, yaitu soal
nomor 2, 3, 5, 6, 9, 11, 12, 13, 14 dan 15. Meskipun soal yang digunakan
memiliki koefisien korelasi (validitas) rendah akan tetapi masih bisa digunakan
karena memiliki tingkat keberartian yaitu harga ℎ� � lebih besar dari harga
Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, butir soal yang digunakan
untuk instrumen tes yaitu rincian rekapitulasi analisis butir soal dapat dilihat pada
Tabel 3.10.
Tabel 3.10
Rekapitulasi Analisis Butir Soal
No Soal
Validitas Daya Pembeda Tingkat
Kesukaran Tingkat Keberartian
Keterangan Koefisien Interpretasi Nilai
DP Interpretasi
Tinggi 0,80 Sangat Baik 0,62 Sedang 10,54 Signifikan Digunakan
12 0,76 Tinggi 0,51 Baik 0,36 Sedang 8,29 Signifikan Digunakan
13 0,69 Tinggi 0,43 Baik 0,30 Sedang 6,76 Signifikan Digunakan
14 0,75 Tinggi 0,68 Baik 0,33 Sedang 7,99 Signifikan Digunakan
15 0,61 Tinggi 0,56 Baik 0,51 Sedang 5,43 Signifikan Digunakan
Keterangan:
= soal yang digunakan sebagai instrumen tes
= soal yang tidak digunakan sebagai instrumen tes
2. Angket
Menurut Ruseffendi (Maulana 2009: 35), “Angket adalah sekumpulan
pernyataan atau pertanyaan yang harus dilengkapi oleh responden dengan
memilih jawaban atau menjawab pertanyaan melalui jawaban yang sudah
disediakan atau melengkapi kalimat dengan mengisinya”. Angket yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu terbagi ke dalam dua pernyataan yaitu pernyataan
68
yaitu: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), RR (Ragu-ragu), TS (Tidak Setuju), dan
STS (Sangat Tidak Setuju). Angket diberikan setelah seluruh pembelajaran
dilakukan pada kelas eksperimen dengan tujuan untuk mengetahui respon siswa
terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan permainan
Puzzle Angka Batang Napier.
Menurut Suherman dan Sukjaya (1990: 237), “Kriteria penilaian sikap
yang diperoleh dari angket ini adalah jika skor pernyataan kelas lebih dari 3 maka
siswa memberikan sikap yang positif, sebaliknya, jika skor pernyataan kelas
kurang dari 3 maka siswa memberikan sikap yang negatif”.
3. Observasi
“Observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, dan jika perlu pengecapan”
(Maulana, 2009: 35). Observasi yang dilakukan adalah observasi terhadap kinerja
guru dan observasi terhadap aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran di
kelas. Observasi dilakukan bertujuan untuk mengetahui aktivitas, kinerja,
partisipasi, dan keterampilan siswa dan guru dalam pembelajaran.
Observasi terhadap kinerja guru mulai dari tahapan perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, hingga evaluasi yang dilakukan untuk
mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. Pada observasi kinerja guru diukur
melalui format observasi yang dibuat dalam bentuk daftar cek (checklist). Aspek
yang diukur dalam observasi kinerja guru ini terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek
perencanaan, aspek pelaksanaan, dan aspek evaluasi. Setiap kegiatan diukur
dengan skor pada rentang 0-3 dengan deskriptor yang telah disusun berdasarkan
pengembangan dari IPKG 1 dan IPKG 2 yang dibuat oleh UPI. Skor 0 apabila
tidak ada satupun indikator yang muncul, skor 1 apabila hanya ada 1 indikator
yang muncul, skor 2 apabila ada dua indikator yang muncul, dan skor 3 apabila
semua indikator muncul dan dilaksanakan dengan baik.
Selain observasi terhadap kinerja guru, observasi juga dilakukan terhadap
aktivitas siswa baik itu di kelas kontrol maupun di kelas eksperimen. Sama seperti
observasi kinerja guru, pada observasi aktivitas siswa juga diukur melalui format
diukur dalam aktivitas siswa di kelas kontrol yaitu, partisipasi, kerjasama, dan
motivasi. Setiap aspek diukur dengan skor pada rentang 0-3 dengan indikator
yang telah disusun (format observasi aktivitas siswa beserta indikatornya
terlampir). Skor yang telah diberikan untuk masing-masing aspek dijumlahkan
dan hasilnya ditafsirkan ke dalam bentuk perilaku baik (B), cukup (C), atau
kurang (K).
Pada kelas eksperimen, format observasi aktivitas siswa dibagi menjadi
dua bagian yaitu observasi aktivitas siswa pada saat pembelajaran dan observasi
siswa pada saat permainan. Aspek yang diukur dalam observasi aktivitas siswa
pada saat pembelajaran masih sama seperti observasi aktivitas siswa di kelas
kontrol. Sedangkan observasi aktivitas siswa pada saat permainan terdiri dari tiga
aspek yaitu aspek mematuhi aturan permainan, ketepatan dalam menjawab,
keterlibatan dalam melaksanakan permainan. Setiap aspek diukur dengan skor
pada rentang 0-3. Skor yang telah diberikan untuk masing-masing aspek
dijumlahkan dan hasilnya ditafsirkan ke dalam bentuk perilaku baik (B), cukup
(C), atau kurang (K).
4. Catatan Lapangan
Menurut Maulana (2009: 36), “ Cara lain untuk merekam/mencatat tingkah
laku individu adalah dengan menggunakan catatan lapangan”. Catatan lapangan
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu untuk mencatat kejadian-kejadian luar
biasa yang dianggap penting. Selain itu, catatan lapangan ini digunakan dengan
tujuan untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang objek penelitian.
Format catatan lapangan ini terdiri dari kolom nomor, waktu, dan peristiwa yang
terjadi.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian terbagi ke dalam dua kelompok,
yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil
pretest dan posttest. Adapun data kualitatif diperoleh dari hasil angket, observasi,
wawancara, dan catatan lapangan. Analisis data kualitatif dimulai dengan
70
diidentifikasi terlebih dahulu kemudian dianalisis. Selanjutnya sebagian data yang
terkait dengan keperluan tertentu diolah dan dikualifikasikan seperlunya untuk
menghasilkan suatu kesimpulan tertentu.
Di bawah ini dijelaskan secara lebih jelas analisis data kuantitatif dan
kualitatif adalah sebagai berikut.
1. Teknik Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari instrumen tes. Data kuantitatif yang berupa
hasil tes pada saat pretest dan posttets diolah dengan cara sebagai berikut.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data skor postes kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol terdistribusi secara normal atau tidak. Uji
normalitas dihitung melalui uji chi-kuadrat dengan rumus sebagai berikut
(Maulana, 2009: 91).
� = � − � � �
=
Keterangan :
x2 = nilai statistik uji chi-kuadrat Oi = frekuensi observasi
Ei = frekuensi ekspektasi
Selain menggunakan rumus tersebut, uji normalitas dapat dihitung
dengan menggunakan program aplikasi SPSS 16.0 for windows dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan melihat homogenitas atau
kesamaan beberapa bagian sampel atau seragam tidaknya variansi sampel-sampel
yaitu apakah mereka berasal dari populasi yang sama.
1) Jika data berdistribusi normal, maka digunakan uji F dengan rumus sebagai
berikut.
�ℎ� � = 2 �
Keterangan :
F = nilai statistik uji Fisher
s2 besar = simpangan baku terbesar dari kedua kelompok
s2 kecil = simpangan baku terkecil dari kedua kelompok
Selain menggunakan rumus di atas, uji homogenitas dapat dihitung
dengan menggunakan program aplikasi SPSS 16.0 for windows dengan
menggunakan uji F.
2) Jika data beristribusi tidak normal, maka untuk menguji homogenitas yaitu
dengan menggunakan uji non-parametrik yaitu uji Chi-Square dalam SPSS
16.0 for windows.
c. Uji Perbedaan Rata-rata
Uji perbedaan rata-rata dilakukan untuk data tes awal, tes akhir, dan
indeks gain yang diperoleh. Uji perbedaan rata-rata untuk menguji hipotesis, ada
tiga alternatif yang bisa dilakukan, antara lain sebagai berikut ini.
1) Jika data dari kedua kelas tersebut normal dan homogen , maka digunakan
uji-t.
2) Jika hasil tes yang diperoleh memiliki distribusi normal dan memiliki
variansi yang tidak sama (tidak homogen) maka uji perbedaan dua
rata-rata dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows dengan uji t’.
3) Jika data yang diperoleh tidak normal, maka dilakukan uji homogenitas
dengan menggunakan uji non-parametrik yaitu chi-square (χ2), kemudian
melakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan
non-parametrik yaitu uji U dalam SPSS 16.0 for windows.
d. N-Gain
Menghitung peningkatan hasil belajar siswa pada kedua kelas (kelas
eksperimen dan kelas kontrol) sebelum dan sesudah pembelajaran dengan rumus
gain yang dinormalisasi (N-Gain). Gain yang dinormalisasi adalah proporsi gain
aktual dengan gain maksimal yang telah dicapai. Menurut Meltzer (Fauzan,
72
�= � − � �
� − � �
Keterangan:
g = gain normal
� = skor postes
� � = skor pretes
� = skor maksimum
Hasil nilai gain yang dihitung berdasarkan rumus di atas, kemudian di
tafsirkan dengan kriteria tingkat N-Gain menurut Hake (Fauzan, 2012: 81) adalah
sebagai berikut.
�≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ � < 0,7 Sedang
� < 0,3 Rendah
2. Teknik Analisis Data Kulitatif
Data kualitatif diperoleh dari hasil angket, observasi, wawancara dan
catatan lapangan. Analisis data kulitatif dimulai dengan mengelompokkan data
kedalam kategori tertentu. Data yang diperoleh diidentifikasi terlebih dahulu
kemudian dianalisis. Selanjutnya data yang terkait dengan tujuan keperluan
tertentu diolah dan dikualifikasikan seperlunya untuk menghasilkan suatu
kesimpulan.
a. Angket
Angket dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Hal ini
dikarenakan untuk menghendaki jawaban yang benar-benar mewakili sikap dan
respon siswa terhadap pernyataan yang diberikan, sehingga dalam angket ini
terdapat lima alternatif pilihan jawaban.
Angket terbagi ke dalam dua pernyataan, pernyataan positif dan
pernyataan negatif. Setiap pernyataan diberikan lima pilihan jawaban, SS (Sangat
Setuju). Untuk tiap pernyataan, pilihan jawaban diberi skor seperti tertera pada
Tabel 3.11.
Tabel 3.11
Kriteria Pemberian Skor Pernyataan Angket
Pernyataan Skor Tiap Pilihan
SS S RR TS STS
Positif 5 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4 5
Menurut Suherman dan Sukjaya (1990: 237) “Kriteria penilaian sikap
yang diperoleh dari angket ini adalah jika skor pernyataan kelas lebih dari 3 maka
siswa memberikan sikap yang positif, sebaliknya, jika skor pernyataan kelas
kurang dari 3 maka siswa memberikan sikap yang negatif”. b. Observasi
1) Pengolahan data observasi kinerja guru
Dari hasil observasi kinerja guru ditafsirkan dengan menggunakan
persentase kriteria penilaian. Kriteria tersebut ditentukan oleh aspek kegiatan
yang muncul dalam lembar observasi kinerja guru. Setiap aspek yang diamati
diberi indikator penilaian, masing-masing aspek terdiri dari 3 aspek indikator.
Setiap kegiatan diukur dengan skor pada rentang 0 – 3. Skor 0 apabila tidak
ada satupun indikator yang muncul, skor 1 apabila hanya ada 1 indikator yang
muncul, skor 2 apabila ada dua indikator yang muncul, dan skor 3 apabila
semua indikator muncul dan dilaksanakan dengan baik. Adapun kriteria
penilaiannya adalah sebagai berikut ini.
Sangat Baik (SB) = indikator yang muncul 81 - 100%
Baik (B) = indikator yang muncul 61 - 80%
Cukup (C) = indikator yang muncul 41 - 60%
Kurang (K) = indikator yang muncul 21 - 40%
74
2) Pengolahan data observasi aktivitas siswa pada saat pembelajaran
Data hasil observasi aktivitas siswa ditafsirkan dengan menggunakan
jumlah kemunculan aspek kegiatan yang diamati dari lembar observasi
aktivitas siswa secara individu.
Aspek yang diukur dalam aktivitas siswa terdiri dari tiga aspek yaitu
sebagai berikut ini.
a) Aspek partisipasi
b) Aspek kerjasama
c) Aspek motivasi
Setiap aspek terdiri dari tiga indikator. Ketentuan skornya adalah sebagai
berikut ini.
3 = Jika siswa mampu melaksanakan tiga indikator dari setiap aspek yang
diukur dalam pembelajaran.
2 = Jika siswa hanya mampu melakukan dua indikator dari setiap aspek yang
diukur dalam pembelajaran.
1 = Jika siswa hanya mampu melakukan satu indikator dari setiap aspek yang
diukur dalam pembelajaran.
0 = Jika siswa tidak melakukan indikator dari setiap aspek yang diukur dalam
pembelajaran.
Kriteria:
Kurang (K) = jika perolehan jumlah skor siswa 0 sampai 3
Cukup (C) = jika perolehan jumlah skor siswa 4 sampai 6
Baik (B) = jika perolehan jumlah skor siswa 7 sampai 9
3) Pengolahan data observasi aktivitas siswa pada saat permainan
Data hasil observasi aktivitas siswa pada saat permainan ditafsirkan
dengan menggunakan jumlah kemunculan aspek kegiatan yang diamati dari
Aspek yang diukur dalam aktivitas siswa pada saat permainan terdiri dari
tiga aspek yaitu sebagai berikut ini.
a) Mematuhi aturan permainan
b) Ketepatan dalam menjawab
c) Keterlibatan dalam melaksanakan permainan
Setiap aspek terdiri dari tiga indikator. Ketentuan skornya adalah sebagai
berikut ini.
3 = Jika siswa mampu melaksanakan tiga indikator dari setiap aspek yang
diukur dalam pembelajaran.
2 = Jika siswa hanya mampu melakukan dua indikator dari setiap aspek yang
diukur dalam pembelajaran.
1 = Jika siswa hanya mampu melakukan satu indikator dari setiap aspek yang
diukur dalam pembelajaran.
0 = Jika siswa tidak melakukan indikator dari setiap aspek yang diukur dalam
pembelajaran.
Kriteria:
Kurang (K) = jika perolehan jumlah skor siswa 0 sampai 3
Cukup (C) = jika perolehan jumlah skor siswa 4 sampai 6
Baik (B) = jika perolehan jumlah skor siswa 7 sampai 9
c. Catatan lapangan
Catatan lapangan dilakukan untuk mendeskripsikan kejadian-kejadian
yang terjadi selama penelitian berlangsung baik kejadian-kejadian yang terjadi di
kelas eksperimen maupun kejadian-kejadian yang terjadi di kelas kontrol. Catatan
lapangan ini dicatat dalam format catatan lapangan kemudian hasilnya