• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERMAINAN PUZZLE ANGKA DENGAN MENGGUNAKAN BATANG NAPIER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERKALIAN BILANGAN CACAH (Penelitian Eksperimen yang Dilakukan di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pringkasap dan Sekolah Dasar Negeri Karanghegar Kecam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERMAINAN PUZZLE ANGKA DENGAN MENGGUNAKAN BATANG NAPIER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERKALIAN BILANGAN CACAH (Penelitian Eksperimen yang Dilakukan di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pringkasap dan Sekolah Dasar Negeri Karanghegar Kecam"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PERKALIAN BILANGAN CACAH

(Penelitian Eksperimen yang Dilakukan di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pringkasap dan Sekolah Dasar Negeri Karanghegar Kecamatan Pabuaran

Kabupaten Subang Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salahsatu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

NENENG NURHASANAH 0903213

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGARUH PERMAINAN PUZZLE ANGKA DENGAN MENGGUNAKAN BATANG NAPIER TERHADAP

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERKALIAN BILANGAN CACAH

(Penelitian Eksperimen yang Dilakukan di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pringkasap dan Sekolah Dasar Negeri Karanghegar Kecamatan Pabuaran

Kabupaten Subang Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh

NENENG NURHASANAH 0903213

Diajukan untuk memenuhi salahsatu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Neneng Nurhasanah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

i

1. Pengertian Matematika ... 9

2. Pembelajaran Matematika di SD ... 10

3. Tujuan Mata Pelajaran Matematika di SD ... 12

4. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di SD ... 13

B. Teori Belajar-Mengajar Matematika di SD ... 15

1. Teori Belajar Jean Piaget ... 15

2. Teori Belajar Jerome S. Bruner ... 16

3. Teori Belajar Zoltan P. Dienes ... 18

4. Teori Belajar Skinner ... 20

5. Teori Belajar Thorndike ... 21

C. Hasil Belajar Siswa ... 22

D. Bilangan Cacah ... 27

1. Pengertian Bilangan Cacah ... 27

2. Operasi pada Bilangan Cacah ... 28

3. Operasi Perkalian Bilangan Cacah ... 28

E. Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika ... 29

1. Pengertian Alat Peraga ... 29

2. Fungsi dan Manfaat Alat Peraga ... 30

3. Persyaratan Alat Peraga ... 31

4. Keuntungan dan Kelemahan Alat Peraga... 33

(4)

ii

F. Permainan dalam Pembelajaran ... 35

1. Bermain ... 35

2. Permainan ... 36

3. Metode Permainan ... 37

4. Tujuan Metode Permainan ... 37

5. Manfaat Metode Permainan ... 38

6. Permainan Puzzle Angka dengan Menggunakan Batang Napier 39 G. Hasil Penelitian yang Relevan ... 49

H. Hipotesis Penelitian ... 51

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 52

1. Metode Penelitian ... 52

2. Desain Penelitian ... 53

B. Subjek Penelitian ... 54

1. Populasi Penelitian ... 54

2. Sampel Penelitian ... 56

C. Prosedur Penelitian ... 56

D. Instrumen Penelitian ... 59

1. Tes Hasil Belajar ... 59

2. Angket ... 67

3. Observasi ... 68

4. Catatan Lapangan ... 69

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 69

1. Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 70

2. Teknik Analisis Data Kualitatif ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Persyaratan Analisis ... 76

1. Analisis Hasil Pretes ... 76

2. Analisis Hasil Postes ... 82

3. Analisis Gain Normal ... 88

B. Hasil Penelitian ... 94

1. Pembelajaran dengan Menggunakan Permainan Puzzle Angka Batang Napier dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa secara Signifikan ... 94

2. Pembelajaran Konvensional dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa secara Signifikan ... 101

3. Pembelajaran dengan Menggunakan Permainan Puzzle Angka Batang Napier Lebiha Baik secara Signifikan daripada Pembelajaran Konvensional ... 104

4. Respon Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Permainan Puzzle Angka Batang Napier ... 106

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Terlaksananya Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Permainan Puzzle Angka Batang Napier ... 119

(5)

iii

Belajar Siswa secara Signifikan ... 142

3. Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Permainan Puzzle Angka Batang Napier Lebih Baik secara Signifikan daripada Pembelajaran Konvensional ... 144

4. Respon Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Permainan Puzzle Angka Batang Napier ... 147

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Terlaksananya Pembelajaran dengan Menggunakan Permainan Puzzle Angka Batang Napier ... 148

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 150

B. Saran ... 153

DAFTAR PUSTAKA ... 154

LAMPIRAN ... 157

(6)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 14

Tabel 3.1 Daftar Sekolah Dasar Berdasarkan Nilai UN ... 55

Tabel 3.2 Interpretasi Validitas ... 60

Tabel 3.3 Validitas Tiap Butir Soal Tes Hasil Belajar ... 61

Tabel 3.4 Tingkat Keberartian Soal berdasarkan nilai thitung ... 62

Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas ... 63

Tabel 3.6 Interpretasi Indeks Daya Pembeda ... 64

Tabel 3.7 Daya Pembeda Butir Soal ... 65

Tabel 3.8 Klasifikasi Indeks Kesukaran... 66

Tabel 3.9 Analisis Tingkat Kesukaran ... 66

Tabel 3.10 Rekapitulasi Analisis Butir Soal ... 67

Tabel 3.11 Kriteria Pemberian Skor Pernyataan Angket ... 73

Tabel 4.1 Data Hasil Pretes Kelas Eksperimen ... 77

Tabel 4.2 Data Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 77

Tabel 4.3 Uji Normalitas Data Pretes ... 79

Tabel 4.4 Uji Homogenitas Data Pretes ... 81

Tabel 4.5 Uji Perbedaan Rata-rata Data Pretes ... 82

Tabel 4.6 Data Hasil Postes Kelas Eksperimen ... 83

Tabel 4.7 Data Hasil Postes Kelas Kontrol ... 83

Tabel 4.8 Uji Normalitas Data Postes ... 85

Tabel 4.9 Uji Homogenitas Data Postes ... 87

Tabel 4.10 Uji Perbedaan Rata-rata Data Postes ... 88

Tabel 4.11 Gain Normal Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 89

Tabel 4.12 Uji Normalitas Data Gain ... 91

Tabel 4.13 Uji Homogenitas Data Gain ... 93

Tabel 4.14 Uji Uji Perbedaan Rata-rata Data Gain ... 94

Tabel 4.15 Uji Hipotesis Rumusan Masalah 1 ...100

Tabel 4.16 Uji Hipotesis Rumusan Masalah 2 ...104

Tabel 4.17 Uji Hipotesis Rumusan Masalah 3 ...105

Tabel 4.18 Rekapitulasi Hasil Angket Siswa dari Pernyatan Positif ...107

Tabel 4.19 Rekapitulasi Hasil Angket Siswa dari Pernyatan Negatif ...113

Tabel 4.20 Persentase Hasil Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...120

Tabel 4.21 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa di Kelas Eksperimen ...124

Tabel 4.22 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa di Kelas Kontrol ...125

Tabel 4.23 Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa dalam Permainan ...129

Tabel 4.24 Hasil Catatan Lapangan Kelas Eksperimen Pertemuan Ke-1 ...133

Tabel 4.25 Hasil Catatan Lapangan Kelas Eksperimen Pertemuan Ke-2 ...134

Tabel 4.26 Hasil Catatan Lapangan Kelas Eksperimen Pertemuan Ke-3 ...135

Tabel 4.27 Hasil Catatan Lapangan Kelas Kontrol Pertemuan Ke-1...136

Tabel 4.28 Hasil Catatan Lapangan Kelas Kontrol Pertemuan Ke-2...137

(7)

v

(8)

vi

DAFTAR HISTOGRAM

Histogram 4.1 Abnormalitas Data Nilai Pretes Kelas Eksperimen... 80

Histogram 4.2 Abnormalitas Data Nilai Pretes Kelas Kontrol ... 80

Histogram 4.3 Normalitas Data Nilai Postes Kelas Eksperimen ... 85

Histogram 4.4 Abnormalitas Data Niai Postes Kelompok Kontrol ... 86

Histogram 4.5 Normalitas Data Gain Kelas Eksperimen... 91

(9)

vii

Gambar 2.3 Tampilan Puzzle Angka Batang Napier ... 41 Gambar 2.4 Tampilan Penempatan Bilangan Hasil Kali ... 43 Gambar 2.5 Tampilan Puzzle Angka dengan Menggunakan Batang Napier

dalam Mengisi Kolom Hasil Kali ... 44 Gambat 2.6 Tampilan Puzzle Angka dengan Menggunakan Batang Napier

untuk Menentukan Cara Menjumlahkan Secara Menyamping ... 44 Gambar 2.7 Tampilan Puzzle Angka Batang Napier dalam Menentukan

(10)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ... 157

Lampiran 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 158

Lampiran 1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... . 178

LAMPIRAN B INSTRUMEN TES ... 216

Lampiran 2.1 Kisi-Kisi Soal Uji Coba ... 217

Lampiran 2.2 Soal Uji Coba ... 223

Lampiran 2.3 Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Soal Uji Coba ... 226

Lampiran 2.4 Kisi-Kisi Soal Tes Hasil Belajar ... 229

Lampiran 2.5 Soal Tes Hasil Belajar ... 234

Lampiran 2.6 Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Soal Tes Hasil Belajar ... 237

LAMPIRAN C INSTRUMEN NONTES ... 239

Lampiran 3.1 Kisi-Kisi Angket Siswa ... 240

Lampiran 3.2 Angket Siswa ... 241

Lampiran 3.3 Pedoman Penskoran Angket ... 243

Lampiran 3.4 Kisi-Kisi Observasi Kinerja Guru Kelas Kontrol ... 244

Lampiran 3.5 Lembar Observasi Kinerja Guru Kelas Kontrol ... 257

Lampiran 3.6 Kisi-Kisi Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperimen ... 261

Lampiran 3.7 Lembar Observasi Kinerja Guru Kelas Eksperimen ... 277

Lampiran 3.8 Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 282

Lampiran 3.9 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 284

Lampiran 3.10 Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen .... 286

Lampiran 3.11 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 288

Lampiran 3.12 Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Siswa dalam Permainan ... 289

Lampiran 3.13 Lembar Observasi Aktivitas Siswa dalam Permainan.. ... 291

Lampiran 3.14 Kisi-Kisi Catatan Lapangan Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 292

Lampiran 3.15 Format Catatan Lapangan Siswa Kelas Kontrol ... 293

Lampiran 3.16 Format Catatan Lapangan Siswa Kelas Eksperimen ... 294

LAMPIRAN D HASIL UJI COBA INSTRUMEN ... 295

Lampiran 4.1 Validitas Soal Tes Hasil Belajar ... 296

Lampiran 4.2 Reliabilitas Soal Tes Hasil Belajar ... 299

Lampiran 4.3 Tingkat Kesukaran Soal Tes Hasil Belajar ... 302

Lampiran 4.4 Daya Pembeda Soal Tes Hasil Belajar ... 305

LAMPIRAN E DATA HASIL PENELITIAN ... 307

Lampiran 5.1 Daftar Nilai Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol .... 308

Lampiran 5.2 Daftar Nilai Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 312

Lampiran 5.3 Persentase Jawaban Angket Siswa ... 316

(11)

ix

Lampiran 5.9 Data Hasil Catatan Lapangan Siswa Kelas Kontrol dan

Kelas Eksperimen ... 357

Lampiran 5.10 Dokumentasi Pembelajaran di Kelas Kontrol ... 363

Lampiran 5.11 Dokumentasi Pembelajaran di Kelas Eksperimen ... 365

LAMPIRAN F TABEL STATISTIK ... 367

Lampiran 6.1 Uji Normalitas Data Pretes ... 368

Lampiran 6.2 Uji Homogenitas Data Pretes ... 369

Lampiran 6.3 Uji Beda Rata-Rata Data Pretes ... 370

Lampiran 6.4 Uji Normalitas Data Postes ... 371

Lampiran 6.5 Uji Homogenitas Data Postes ... 372

Lampiran 6.6 Uji Beda Rata-Rata Data Postes ... 373

Lampiran 6.7 Uji Normalitas Data Gain ... 374

Lampiran 6.8 Uji Homogenitas Data Gain ... 375

Lampiran 6.9 Uji Beda Rata-Rata Data Gain ... 376

Lampiran 6.10 Uji Hipotesis Rumusan Masalah 1 ... 377

Lampiran 6.11 Uji Hipotesis Rumusan Masalah 2 ... 377

Lampiran 6.12 Uji Hipotesis Rumusan Masalah 3 ... 378

LAMPIRAN G SURAT-SURAT ... 379

Lampiran 7.1 Surat Keputusan Pembimbing Skripsi ... 380

Lampiran 7.2 Surat Izin Penelitian untuk UPTD ... 381

Lampiran 7.3 Surat Izin Penelitian untuk SDN Karanghegar ... 382

Lampiran 7.4 Surat Izin Penelitian untuk SDN Pringkasap ... 383

Lampiran 7.5 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian di SDN Karanghegar ... 384

Lampiran 7.6 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian di SDN Pringkasap ... 385

Lampiran 7.7 Monitoring Bimbingan Skripsi ... 386

Lampiran 7.8 Daftar Nilai UN SD se-Kecamatan Pabuaran ... 388

LAMPIRAN H BUKTI FISIK PENELITIAN ... 389

Lampiran 8.1 Lembar Jawaban Siswa Hasil Pretes di Kelas Kontrol ... 390

Lampiran 8.2 Lembar Jawaban Siswa Hasil Pretes di Kelas Eksperimen ... 394

Lampiran 8.3 Lembar Jawaban Siswa Hasil Postes di Kelas Kontrol ... 398

Lampiran 8.4 Lembar Jawaban Siswa Hasil Postes di Kelas Eksperimen ... 402

Lampiran 8.5 Hasil Jawaban LKS di Kelas Kontrol ... 407

Lampiran 8.6 Hasil Jawaban LKS di Kelas Eksperimen ... 412

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi yang semakin berkembang, peningkatan sumber daya

manusia (SDM) sangat diperlukan agar masyarakat mampu bersaing dikancah

internasional. Sumber daya manusia tersebut harus dididik keterampilan dan ilmu

pengetahuannya sejak dini di bangku sekolah, sehingga pada masanya nanti

kecakapannya dapat bermanfaat bagi kehidupannya sendiri, keluarga serta bangsa

dan negara. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan peserta didik dan pendidik.

Selama mengikuti proses pendidikan, peserta didik yaitu siswa harus dengan

tekun belajar agar menjadi pribadi yang berdaya saing tinggi. Pendidik dalam hal

ini guru, selama proses pendidikan harus profesional dalam menjalankan

profesinya dan selalu berkembang mengikuti perkembangan jaman sehingga

seiring sejalan dengan globalisasi.

Pendidikan di sekolah dasar sangat penting dalam memberikan pengetahuan

dasar siswa. Pendidikan di sekolah dasar tidak terlepas dari proses pembelajaran

yang berlangsung disekolah dasar tersebut. Pembelajaran di sekolah dasar terbagi

ke dalam beberapa mata pelajaran yang disampaikan oleh guru. Salah satu mata

pelajaran tersebut adalah mata pelajaran matematika.

Mata pelajaran matematika merupakan salah satu dari berbagai mata

pelajaran yang diterima siswa selama proses pembelajaran di sekolah dasar. Pada

jenjang pendidikan dasar, sebagaimana yang tercantum dalam KTSP (BSNP,

2006: 30) mata pelajaran matematika ditujukan agar siswa mampu:

1. memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah;

2. menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika;

(13)

4. mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;

5. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitumemiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajarimatematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Untuk mencapai tujuan tersebut harus melalui proses belajar. Belajar

merupakan serangkaian kegiatan manusia untuk mengubah perilakunya. Dengan

belajar manusia akan tampak berbeda dengan makhluk lainnya.

Dalam proses belajar seseorang yang mengajar dalam hal ini guru harus

memperhatikan komponen-komponen pendukung pembelajaran. Adapun

komponen pembelajaran tersebut yaitu tujuan pembelajaran, guru, siswa, model,

metode, materi, media, dan evaluasi. Semua komponen tersebut satu sama lain

saling mendukung dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Namun kenyataan yang sering terlihat, sebagian besar pengajaran di sekolah

diberikan dengan metode ceramah termasuk dalam pelajaran matematika. Artinya,

guru memberikan penjelasan kepada sejumlah siswa secara lisan bahkan dalam

pembelajaran matematika jarang menggunakan media atau alat perga sehingga

konsep matematika yang abstrak sulit dipahami oleh siswa. Banyak orang

menganggap, bentuk pengajaran ceramah tersebut merupakan bentuk yang paling

tepat. Selain karena dipandang efisien, metode ceramah juga sudah menjadi tradisi

para guru dari jaman terdahulu. Memang anggapan seperti itu tidak dapat

disangkal kebenarannya. Namun disamping itu perlu diingat bahwa bentuk

pengajaran tersebut mempunyai keuntungan, kerugian, dan keterbatasannya.

Sehubungan dengan hal tersebut, untuk meningkatkan mutu pendidikan

maka perlu dilakukan upaya-upaya positif salah satunya dengan memilih metode

yang tepat dalam proses belajar-mengajar. Metode tersebut haruslah metode yang

dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Standar proses

pembelajaran sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan menuntut agar proses

pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

(14)

3

serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.

Selain pemilihan metode, media atau alat peraga pun menjadi peranan

penting dalam pembelajaran, sehingga penggunaan alat peraga yang sesuai dan

menarik akan berpengaruh pada tingkat keberhasilan pembelajaran. Dalam

pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa alat

peraga yang dapat memperjelas apa yang disampaikan sehingga cepat dipahami

dan dimengerti oleh siswa. Piaget (Ruseffendi, dkk., 1992: 143) berpendapat

bahwa:

Anak yang tahap berpikirnya masih ada dalam tahap operasi konkret (sebaran umur dari sekitar 7 tahun sampai sekitar 11/12 tahun atau 13 tahun kadang-kadang lebih ), yaitu tahapan umur pada anak-anak SD tidak akan dapat memahai operasi (logis) dalam konsep matematika tanpa dibantu oleh benda-benda konkret.

Berdasarkan hal tersebut, suatu kenyataan dalam pelajaran matematika di

tingkat sekolah dasar, perkalian bilangan cacaha dalah materi yang ternyata cukup

sulit untuk dipahami. Siswa cenderung bingung dalam mengalikan bilangan cacah

tersebut, apalagi untuk bilangan-bilangan cacah yang lebih besar. Tanpa

kalkulator siswa akan kesulitan dalam menghitung perkalian tersebut. Selain itu,

terkadang siswa kebingungan dan keliru dalam menempatkan bilangan puluhan

dari hasil perkalian, sehingga hasil perhitungan operasi perkalian yang didapat itu

salah. Ditambah guru jarang menggunakan alat peraga, padahal alat peraga akan

sangat membantu siswa menghitung perkalian bilangan cacah, seperti dalam

menjumlahkan bilangan cacah. Alat peraga akan mewujudkan konsep-konsep

abstrak yang ada dalam pikiran siswa menjadi benda konkret yang tentunya akan

lebih mudah dimengerti.

Berdasarkan masalah tersebut, salahsatu upaya untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada materi perkalian bilangan cacah yaitu dengan metode

pembelajaran menggunakan alat peraga berupa Batang Napier yang akan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran operasi perkalian bilangan

cacah. Batang Napier adalah alat bantu perkalian. Cara kerja Batang Napier sangat

(15)

penjumlahan. Dengan alat peraga ini diharapkan dapat menarik minat siswa untuk

belajar dan dapat membantu kesulitan siswa dalam mempelajari perkalian

bilangan cacah, sehingga hasil belajar siswa akan meningkat.

Selain penggunaan alat peraga, seorang guru harus pandai menyiasati agar

pembelajaran menjadi menyenangkan dan perhatian siswa dalam pembelajaran

dapat terfokus dan tidak cepat jenuh, maka permainan juga bisa menjadi alternatif

untuk melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Ernest (Maulana, 2010: 32),“Keberhasilan semua pengajaran

matematika tergantung pada keterlibatan aktif siswa, dan sehubungan dengan itu,

suatu permainan mempromosikan keterlibatan aktif dan membantu menciptakan

lingkungan yang positif”.

Berdasarkan hal tersebut, agar penggunaan alat peraga Batang Napier lebih

menarik dan dapat melibataktifkan siswa, maka alat peraga Batang Napier ini

akan disajikan dalam bentuk permainan berupa Puzzle Angka dengan

menggunakan Batang Napier. Sebagaimana menurut Ismail (Julianti, 2010) bahwa

puzzle adalah permainan yang menyusun suatu gambar atau benda yang telah

dipecah dalam beberapa bagian. Puzzle memiliki manfaat besar dalam melatih

intelegensi. Siswa benar-benar terpacu kemampuan berpikirnya untuk dapat

menyatukan kembali posisi, sehingga membentuk suatu bangun yang sesuai

dengan perintah. Permainan Puzzle Angka dengan menggunakan Batang Napier

ini tidak hanya sekedar menyusun suatu gambar atau bentuk saja, melainkan siswa

menyusun suatu bentuk berdasarkan operasi perkalian Batang Napier. Jadi,

permainan Puzzle Angka dengan menggunakan Batang Napier adalah alat bantu

yang digunakan oleh siswa dalam pembelajaran perkalian bilangan cacah yang

disajikan dalam sebuah permainan Puzzle Angka. Puzzle Angka disini merupakan

Puzzle Angka dalam bentuk tabel perkalian Batang Napier. Puzzle Angka Batang

Napier berbentuk tabel yang terdiri dari sekumpulan bilangan pengali, bilangan

yang dikali, bilangan hasil kali, dan bilangan hasil akhir yang disusun dalam

sebuah tabel secara teratur di dalam baris dan kolom. Angka-angka yang terdapat

(16)

5

siswa akan menyusun kembali angka-angka yang terdapat pada kotak hasil kali

sesuai dengan bilangan yang dikalikannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka sebagai upaya konkret untuk menciptakan

suasana belajar yang melibataktifkan siswa, menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan, dan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

operasi perkalian bilangan cacah, dilakukan penelitian ini dengan judul:

“Pengaruh Permainan Puzzle Angka dengan Menggunakan Batang Napier

terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Perkalian Bilangan Cacah (Penelitian

Eksperimen yang Dilakukan di Kelas IV SDN Pringkasap dan SDN Karanghegar

Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang Tahun Ajaran 2012/2013)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “Apakah ada pangaruh permainan Puzzle Angka dengan menggunakan

Batang Napier terhadap hasil belajar siswa pada materi perkalian bilangan

cacah?”. Agar penelitian lebih terarah, rumusan masalah tersebut diuraikan

menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunaan permainan Puzzle

Angka Batang Napier dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan

pada materi perkalian bilangan cacah?

2. Apakah pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional dapat

meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan pada materi perkalian

bilangan cacah?

3. Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan permainan Puzzle

Angka Batang Napier lebih baik secara signifikan daripada pembelajaran

konvensional dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

perkalian bilangan cacah?

4. Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

menggunakan permainan Puzzle Angka Batang Napier?

5. Faktor-faktor apa saja yang mendukung atau menghambat terlaksananya proses

(17)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan umum dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh permainan Puzzle Angka dengan menggunakan

Batang Napier terhadap hasil belajar siswa pada materi perkalian bilangan cacah.

Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa secara signifikan pada

materi perkalian bilangan cacah yang mengikuti pembelajaran matematika

dengan menggunakan permainan Puzzle Angka Batang Napier.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa secara signifikan pada

materi perkalian bilangan cacah yang mengikuti pembelajaran konvensional.

3. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa secara signifikan pada materi

perkalian bilangan cacah yang mengikuti pembelajaran matematika dengan

menggunakan permainan Puzzle Angka Batang Napier dan siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional.

4. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan

menggunakan permainan Puzzle Angka Batang Napier.

5. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung atau penghambat terlaksananya

proses pembelajaran matematika dengan menggunakan permainan Puzzle

Angka Batang Napier.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

memiliki kepentingan dalam penelitian ini. Berikut disajikan manfaat-manfaat

bagi masing-masing pihak:

1. Bagi Siswa

a Meningkatkan kemampuan siswa khususnya dalam operasi perkalian.

b Melatih siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

c Melalui permainan Puzzle Angka dengan menggunakan Batang Napier

dapat meningkatkan motivasi belajar matematika.

2. Bagi Guru

(18)

7

b. Memperoleh informasi tentang kelebihan permainan Puzzel Angka

dengan menggunakan Batang Napier.

c. Meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang

menyenangkan dengan menerapkan permainan Puzzle Angka dengan

menggunakan Batang Napier.

3. Bagi Peneliti

a. Dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai permainan Puzzle

Angka dengan menggunakan Batang Napier dalam meningkatkan hasil

belajar siswa.

b. Peneliti dapat mengetahui pengaruh pembelajaran matematika dengan

menggunakan permainan Puzzle Angka dengan menggunakan Batang

Napier dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa pada materi

perkalian bilangan cacah.

4. Bagi Sekolah

a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah pada

peningkatan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal matematika

pada pembelajaran operasi perkalian bilangan cacah.

b. Sekolah yang dijadikan tempat penelitian bisa lebih meningkat mutu

pembelajarannya dibandingkan dengan sekolah yang lainnya.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap

judul penelitian yang dibuat. Penjelasan mengenai istilah-istilah yang terdapat

dalam judul penelitian adalah sebagai berikut ini.

1. Permainan Puzzle Angka dengan menggunakan Batang Napier adalah alat

bantu yang digunakan oleh siswa dalam pembelajaran perkalian bilangan cacah

yang disajikan dalam sebuah permainan Puzzle Angka. Puzzle Angka disini

merupakan Puzzle Angka dalam bentuk tabel perkalian Batang Napier. Puzzle

Angka Batang Napier berbentuk tabel yang terdiri dari sekumpulan bilangan

pengali, bilangan yang dikali, bilangan hasil kali, dan bilangan hasil akhir yang

(19)

Angka-angka yang terdapat pada tabel perkalian Batang Napier dipecah ke dalam

beberapa bagian sehingga siswa akan menyusun kembali angka-angka yang

terdapat pada kotak hasil kali sesuai dengan bilangan yang dikalikannya.

2. Hasil belajar diperoleh dari sebuah proses pembelajaran dan berkaitan erat

dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu bahan ajar

yang disampaikan oleh guru pada proses pembelajaran. Hasilnya berupa

perubahan tingkah laku siswa yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Hal ini

dapat diketahui pada saat akhir proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan

perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar yang dialami oleh

individu dengan lingkungannya. Hasil belajar yang diukur yaitu hasil belajar

ranah kognitif yang diklasifikasikan oleh Bloom. Ranah kognitif berkaitan

dengan intelektual siswa yang meliputi enam aspek. Namun dari enam aspek

tersebut hasil belajar yang diukur yakni aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis

(C5), dan evaluasi (C6). Keempat aspek merupakan bagian dari enam aspek

ranah kognitif yang diklasifikasikan oleh Bloom.

3. Operasi perkalian bilangan cacah adalah hasil penjumlahan berulang

bilangan-bilangan cacah (Maulana, 2008: 187). Dalam penelitian ini pencapaian

indikator dibatasi antara perkalian bilangan dua angka (puluhan) dengan

bilangan dua angka (puluhan); perkalian bilangan dua angka (puluhan) dengan

bilangan tiga angka (ratusan); dan menyelesaikan soal cerita perkalian.

4. Bilangan cacah adalah gabungan bilangan asli dengan bilangan 0 (Adjie dan

Maulana, 2006: 184). Bilangan asli itu sendiri adalah himpunan A = {1, 2, 3, 4,

5, 6, 7, ...}. Adapun himpunan bilangan cacah adalah himpunan C= {0, 1, 2, 3,

4, 5, 6, 7, ...}.

5. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasanya dilakukan di

sekolah dasar dengan menggunakan metode ceramah, tanya-jawab, diskusi,

(20)

52

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode penelitian

Menurut Maulana (2009: 3), “Penelitian adalah suatu cara mencari

kebenaran melalui metode ilmiah”. Berdasarkan pendapat tersebut, penelitian

yaitu suatu cara mencari jawaban dari suatu permasalahan yang dilakukan melalui

metode ilmiah.

“Penelitian eksperimen (experimental research), merupakan pendekatan

penelitian kuantitatif yang paling penuh, dalam arti memenuhi semua persyaratan

untuk menguji hubungan sebab akibat” (Sukmadinata, 2012: 194). Ada beberapa

variasi dari penelitian eksperimental, yaitu eksperimen murni, eksperimen kuasi,

eksperimen lemah, dan eksperimen subjek tunggal (Sukmadinata, 2012).

Menurut Maulana (2009: 23), syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam

penelitian eksperimen adalah sebagai berikut ini.

a. Membandingkan dua kelompok atau lebih.

b. Adanya kesetaraan (ekuivalensi) subjek-subjek dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Kesetaraan ini biasanya dilakukan secara acak (random).

c. Minimal ada dua kelompok/kondisi yang berbeda pada saat yang sama, atau satu kelompok tetapi untuk dua saat yang berbeda.

d. Variabel terikatnya diukur secara kuantitatif maupun dikuantitatifkan. e. Menggunakan statistika inferensial.

f. Adanya kontrol terhadap variabel-variabel luar (extraneous variables). g. Setidaknya terdapat satu variabel bebas yang dimanipulasikan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan sebab-akibat yakni

untuk melihat pengaruh permainan Puzzle Angka dengan menggunakan Batang

Napier terhadap hasil belajar siswa pada materi perkalian bilangan cacah.

Sebagaimana menurut Maulana (2009: 20), “Penelitian eksperimen benar-benar

(21)

Berdasarkan jenisnya, metode eksperimen yang digunakan dalam

penelitian ini adala metode eksperimen murni. Menurut Sukmadinata (2012: 203),

“Dalam eksperimen murni (true experimental) pengujian variabel bebas dan variabel terikat dilakukan terhadap sampel kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol”. Subjek dalam kelompok tersebut diambil secara acak. Pengambilan

sampel secara acak dimungkinkan karena subjek-subjek tersebut memiliki

karakteristik yang sama.

Pada penelitian ini terdapat dua kelompok kelas yang dibandingkan, kedua

kelas yang dimaksud adalah kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada

pelaksanaanya, dilakukan pemilihan sampel secara acak untuk menentukan kelas

yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen

mendapat perlakuan pada proses pembelajarannya dengan menggunakan

permainan Puzzle Angka Batang Napier sedangkan kelas kontrol menggunakan

pembelajaran konvensional seperti biasanya kelas tersebut belajar. Untuk

mengetahui hasil belajarnya, kedua kelompok tersebut diberikan pretest dan

posttest.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain

kelompok kontrol pretes-postes (pretest-posttest control group design).

Sebagaimana menurut Ruseffendi (2005: 50), “Pada jenis desain eksperimen ini

terjadi pengelompokan secara acak (A), adanya pretes (0), dan adanya postes (0).

Kelompok yang satu tidak memperoleh perlakuan, sedangkan yang satu lagi

memperoleh perlakuan (X)”. Dalam desain ini digunakan dua kelompok subjek

yang dibentuk secara acak dan diasumsikan memiliki karakteristik yang sama

(homogen). Satu kelompok diberi perlakuan (eksperimen), sementara kelompok

yang satunya lagi dijadikan sebagai kelompok kontrol. Pada kedua kelompok

tersebut diberikan pretest (tesnya sama), kemudian diberikan perlakuan khusus

(22)

54

Adapun bentuk desain penelitiannya sebagaimana menurut Ruseffendi

(2005: 50) adalah sebagai berikut ini.

A 0 X 0 A 0 0

Keterangan:

A = pemilihan secara acak

0 = pretest dan posttest

X = perlakuan terhadap kelompok eksperimen

Pada bentuk desain penelitian di atas terlihat adanya pemilihan secara acak

(A) baik untuk kelompok eksperimen maupun untuk kelompok kontrol. Kemudian

adanya pretest (0) untuk kedua kelompok tersebut. Selanjutnya kelompok

eksperimen diberikan perlakuan (X) yakni pembelajaran perkalian bilangan cacah

dengan menggunakan permainan Puzzle Angka dengan menggunakan Batang

Napier, sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan atau

pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran konvensional. Terakhir, pada

kedua kelompok diberikan posttest (0) untuk mengukur peningkatan hasil belajar

masing-masing kelas atau melihat adanya perbedaan hasil belajar masing-masing

kelas terhadap materi perkalian bilangan cacah.

B. Subjek Penelitian 1. Populasi Penelitian

Menurut Maulana (2009: 25-26), populasi merupakan:

a. keseluruhan subjek atau objek penelitian,

b. wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya,

c. seluruh data yang menjadi perhatian dalam lingkup dan waktu tertentu, d. semua anggota kelompok orang, kejadian, atau objek lain yang telah

(23)

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD

se-Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang yang peringkat sekolahnya termasuk ke

dalam golongan kelompok sedang. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh dari

UPTD Pendidikan Kecamatan Pabuaran Kabupaten Subang yang

pengelompokannya berdasarkan jumlah nilai ujian nasional (UN) tingkat SD/MI

Kecamatan Pabuaran tahun ajaran 2011/2012. Dari seluruh SD yang ada di

Kecamatan Pabuaran sekitar 34 SD yang dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu

kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah. Urutan kelompok

tinggi dari nomor urut 1-9, kelompok sedang dari nomor urut 10-25, dan

kelompok rendah sisanya yaitu dari nomor urut 26-34. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1

Daftar Sekolah Dasar Berdasarkan Nilai UN

(24)

56

2. Sampel Penelitian

“Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti” (Maulana,

2009: 26). Setiap sampel yang diambil harus bisa mewakili subjek lain yang tidak

terambil, lebih jauhnya hasil penelitian teruji keabsahan generalisasinya. Sampel

yang secara nyata akan diteliti harus representatif dalam arti mewakili populasi.

Lebih jauhnya hasil penelitian teruji keabsahan generalisasinya (Maulana, 2009).

Menurut Gay (Maulana, 2009: 28) „Menentukan ukuran sampel untuk penelitian

eksperimen yakni minimum 30 subjek per kelompok‟.

Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah dua kelas dari dua

sekolah yang berbeda. Setelah ditentukan kelompok sedang yang menjadi

populasi pada penelitian ini, kemudian dilakukan pemilihan secara acak dari

sekian banyak SD yang berada dalam kelompok sedang, dan terpilihlah dua SD

yakni SDN Pringkasap dan SDN Karanghegar sebagai tempat penelitian ini, dan

yang terakhir dilakukan pemilihan kembali untuk kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol, maka terpilihlah SDN Pringkasap sebagai kelompok

eksperimen dan SDN Karanghegar sebagai kelompok kontrol.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini sampel

penelitiannya adalah siswa kelas IV SDN Pringkasap sebanyak 32 siswa sebagai

kelas eksperimen dan siswa kelas IV SDN Karanghegar sebanyak 46 siswa

sebagai kelas kontrol.

C. Prosedur Penelitian

Secara umum penelitian ini terbagi dalam tiga tahap yang dilakukan, yaitu

tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data.

1. Tahap Perencanaan

Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini

yaitu terdiri dari pembuatan judul, pembuatan instrumen yang akan digunakan

dalam penelitian, mengkonsultasikan instrumen yang sudah dibuat kepada pihak

ahli untuk menentukan validitas isi, kemudian melakukan ujicoba instrument

untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran

(25)

sehingga instrumen sudah siap diteskan ke kelas eksprerimen dan kelas kontrol.

Adapun uji coba instrumen dilaksanakan di kelas V SDN Cikeusik, SDN

Sukamanah 1 dan SDN Cupuwangi Kecamatan Rancakalong Kabupaten

Sumedang.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu sebelum melaksanakan

penelitian, terlebih dahulu meminta ijin kepada UPTD Pendidikan Kecamatan

Pabuaran sekaligus meminta data nilai UN SD se-Kecamatan Pabuaran untuk

menentukan kelompok SD yang akan dijadikan populasi penelitian. Setelah

menentukan populasi kemudian memilih sampel secara acak dengan karakteristik

yang sama untuk dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kemudian

dilanjutkan dengan melakukan pretest pada masing-masing kelas untuk mengukur

kesetaraan kemampuan awal subjek penelitian. Selanjutnya pada kelas eksperimen

(X) dilakukan pembelajaran matematika dengan permainan Puzzle Angka Batang

Napier sedangkan untuk kelas kontrol (Y) dilakukan pembelajaran konvensional

atau pembelajaran yang biasanya kelas tersebut belajar. Pada akhir tindakan,

diberikan posttest untuk melihat perbedaan peningkatan hasil belajar setelah

diberikan perlakuan yang berbeda.

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini dilakukan analisis data dan membuat kesimpulan. Analisis

data yang dilakukan yaitu analisis data kuantitatif dengan melakukan uji

normalitas, uji homogenitas, uji beda rata-rata, dan analisis data kualitatif dengan

menghitung persentase kriteria kemudian di interpretasikan. Hasil dari analisis

data kuantitatif dan analisis data kualitatif ditafsirkan dan dibuat penarikan

kesimpulan.

(26)

58

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian

Penyusunan Instrumen

Uji Coba

Pretest

X : Kelompok Eksperimen Pembelajaran dengan Menggunakan Permainan

Puzzle Angka Batang Napier

Y : Kelompok Kontrol Pembelajaran Konvensional Sampel

X Y

Posttest

Analisis Data

Penarikan Kesimpulan Revisi Instrumen

(27)

D. Instrumen Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini menggunakan instrumen untuk

mengumpulkan data. Adapun intrumen yang digunakan sebagai berikut ini.

1. Tes Hasil Belajar

Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan subjek penelitian

terhadap materi pembelajaran pada saat penelitian. Tes ini terbagi menjadi dua

bagian, ada pretest untuk mengukur kemampuan awal subjek penelitian baik kelas

eksperimen maupun kelas kontrol, dan posttest yang digunakan untuk mengukur

peningkatan hasil belajar siswa terhadap materi perkalian bilangan cacah pada

kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Untuk mengukur ketepatan (validitas) isi

soal yang dibuat, sebelumnya dikonsultasikan terlebih dahulu kepada ahli dalam

pembuatan soal, dalam hal ini dosen pembimbing. Selain validitas isi, konsultasi

juga dilakukan untuk mengetahui adanya validitas muka dalam arti bentuk soal

dalam tes hasil belajar yang digunakan memang tepat untuk diberikan kepada

subjek penelitian. Setelah validitas isi dan validitas muka terpenui, maka

terbentuklah soal tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini yang

berjumlah 10 butir soal dengan rincian 5 soal untuk pilihan ganda dan 5 soal

untuk soal cerita (soal tes hasil belajar terlampir).

Selanjutnya untuk mengukur ketepatan dan keajegan (reliabilitas)

instrumen tes tersebut, maka dilakukan uji instrumen kepada siswa kelas V (lima)

SD yang telah memperoleh pembelajaran mengenai perkalian bilangan cacah

sebelumnya. Uji coba instrumen tes hasil belajar siswa dilakukan kepada siswa

kelas V SDN Cikeusik Kecamatan Rancakalong, SDN Sukamanah 1 Kecamatan

Rancakalong, dan SDN Cupuwangi Kecamatan Rancakalong dengan jumlah total

siswa sebanyak 52 siswa (daftar lengkap hasil uji coba tes hasil belajar terlampir).

Penjelasan mengenai hasil uji coba instrumen yang dilakukan dijelaskan dalam

teknik pengolahan data tes hasil belajar dan hasil uji coba instrumennya berikut

ini.

a. Validitas Instrumen

Validitas merupakan hal yang paling penting untuk bahan pertimbangan

(28)

60

2009). Validitas dijadikan bahan pertimbangan dari suatu instrumen yang hendak

digunakan, karena validitas menunjukkan tingkat ketepatan atau keabsahan

terhadap instrumen tersebut.

Adapun untuk mengukur tingkat validitas instrumen dalam penelitian ini

yaitu menggunakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi ini dihitung dengan

product moment raw score dari Pearson (Suherman dan Sukjaya, 1990: 154)

dengan formula sebagai berikut ini.

= N XY−( X)( Y)

[N X2−( X)²][N Y2−( Y)²]

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara x dan y

N = banyaknya peserta tes

X = nilai hasil uji coba

Y = nilai rata-rata harian

Rumus di atas digunakan untuk menghitung validitas soal secara

keseluruhan. Sementara itu, untuk mengetahui validitas masing-masing butir soal

masih menggunakan product moment raw score tetapi variabel x untuk jumlah

skor soal yang dimaksud dan variabel y untuk skor total soal tes hasil belajar.

Nilai koefisien korelasi yang sudah dihitung kemudian diinterpretasikan

dengan menggunakan klasifikasi koefisien korelasi menurut Guilford (Suherman

dan Sukjaya, 1990: 147) sebagai berikut ini.

Tabel 3.2 Interpretasi Validitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 < ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi 0,60 < ≤ 0,80 Validitas tinggi

0,40 < ≤ 0,60 Validitas sedang

0,20 < ≤ 0,40 Validitas rendah

(29)

Hasil ujicoba yang telah dilakukan kemudian dibandingkan dengan nilai

ulangan harian menunjukkan bahwa secara keseluruhan soal yang digunakan

dalam penelitian ini koefisien kolerasinya 0,55 yang artinya termasuk kriteria

sedang dan layak untuk digunakan berdasarkan Tabel 3.2 (perhitungan validitas

instrumen terlampir). Sementara itu, validitas instrumen masing-masing soal dapat

dilihat dari Tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3

Validitas Tiap Butir Soal Tes Hasil Belajar Soal Koefisien Korelasi Interpretasi

1 0,37 Rendah

2 0,66 Tinggi

3 0,38 Rendah

4 0,38 Rendah

5 0,57 Sedang

6 0,55 Sedang

7 0,04 Sangat Rendah

8 0,21 Rendah

9 0,38 Rendah

10 0,28 Rendah

11 0,83 Sangat Tinggi

12 0,76 Tinggi

13 0,69 Tinggi

14 0,75 Tinggi

15 0,61 Tinggi

Berdasarkan Tabel 3.3, terdapat 6 butir soal yang memiliki validitas

rendah dan satu butir soal yang memiliki validitas sangat rendah. Oleh karena itu,

untuk mengetahui taraf keberartian soal tersebut harus diuji melalui uji t pada

taraf nyata tertentu dengan derajat bebas n – 2 ( Sudjana, 2009).

Langkah-langkah menentukan harga ℎ� adalah sebagai berikut.

1) Menentukan tingkat keberartian α sebesar 0,05.

2) Menentukan derajat kebebasan dk = n – 2 dengan n = banyaknya peserta

tes.

3) Menentukan harga ℎ� dengan rumus berikut.

(30)

62

Keterangan :

ℎ� � = nilai ℎ� �

r = koefisien korelasi butir soal

n = jumlah peserta tes

4) Pengambilan kesimpulan dengan cara membandingkan harga ℎ�

dengan harga . Untuk tingkat keberartian α sebesar 0,05 sehingga

harga = 1,675.

Kriteria:

Jika ℎ� > , maka soal tersebut signifikan (bisa digunakan).

Jika ℎ� , maka soal tersebut tidak signifikan (tidak bisa

digunakan)

Berikut rincian tingkat keberartian soal yang digunakan adalah sebagai

berikut ini.

Tabel 3.4

Tingkat Keberartian Soal berdasarkan nilai Soal Koefisien

Korelasi

Interpretasi Nilai Signifikansi

1 0,37 Rendah 2,82 Signifikan

2 0,66 Tinggi 6,18 Signifikan

3 0,38 Rendah 2,89 Signifikan

4 0,38 Rendah 2,89 Signifikan

5 0,57 Sedang 4,88 Signifikan

6 0,55 Sedang 4,65 Signifikan

7 0,04 Sangat Rendah 0,28 Tidak Signifikan

8 0,21 Rendah 1,52 Tidak Signifikan

9 0,38 Rendah 2,89 Signifikan

10 0,28 Rendah 2,06 Signifikan

11 0,83 Sangat Tinggi 10,54 Signifikan

12 0,76 Tinggi 8,29 Signifikan

13 0,69 Tinggi 6,76 Signifikan

14 0,75 Tinggi 7,99 Signifikan

(31)

Berdasarkan Tabel 3.4, maka butir soal yang tidak dapat dipakai untuk tes

hasil belajar yaitu soal nomor 7 dan nomor 8 karena harga ℎ� dari kedua soal

tersebut kurang dari harga .

b. Reliabilitas

Istilah reliabilitas mengacu kepada kekonsistenan skor yang diperoleh,

seberapa konsisten skor tersebut untuk setiap individu dari suatu daftar instrumen

terhadap yang lainnya (Maulana, 2009: 45). Untuk mengukur reliabilitas dapat

dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha (Suherman dan Sukjaya,

1990: 194) sebagai berikut:

11 = −

1 1− �2

2

Keterangan:

11 = koefisien reliabilitas.

= banyaknya butir soal.

�2 = variansi skor setiap butir soal.

2 = variansi skor total.

Koefisien reliabilitas yang diperoleh kemudian diinterpretasikan dengan

menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (Suherman dan

Sukjaya, 1990: 177).

Tabel 3.5

Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 < 11≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,60 < 11≤ 0,80 Reliabilitas tinggi

0,40 < 11≤ 0,60 Reliabilitas sedang

0,20 < 11≤ 0,40 Reliabilitas rendah

11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

Berdasarkan Tabel 3.5, hasil uji coba soal yang telah dilaksanakan

diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,70. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

soal yang telah diujicobakan memiliki reliabilitas yang tinggi (perhitungan

(32)

64

c. Daya Pembeda

Daya pembeda dari satu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan

butir soal tersebut membedakan antara testi yang mengetahui jawabannya dengan

benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut (atau testi yang

menjawab salah). Dengan kata lain, daya pembeda dari sebuah butir soal adalah

kemampuan butir soal tersebut membedakan siswa yang mempunyai kemampuan

tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Suherman dan Sukjaya, 1990).

Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal, digunakan rumus sebagai

berikut (Suherman dalam Mariana, 2011: 47):

��=� − � ���

Keterangan:

�� = daya pembeda

= rata-rata skor kelompok atas

= rata-rata skor kelompok bawah

��� = skor maksimum ideal

Daya pembeda yang diperoleh melalui perhitungan dengan rumus diatas,

selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria seperti pada Tabel 3.6.

(Suherman dan Sukjaya, 1990: 202).

Tabel 3.6

Interpretasi Indeks Daya Pembeda

Daya Pembeda Interpretasi

DP ≤ 0,00 Sangat Jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Berikut ini merupakan data daya pembeda hasil uji coba instrumen tes

(33)

Tabel 3.7

Daya Pembeda Butir Soal

Soal Daya Pembeda Interpretasi

1 0,26 Cukup

2 0,79 Sangat Baik

3 0,43 Baik

4 0,50 Baik

5 0,64 Baik

6 0,64 Baik

7 0,07 Jelek

8 0,36 Cukup

9 0,43 Baik

10 0,36 Cukup

11 0,80 Sangat Baik

12 0,51 Baik

13 0,43 Baik

14 0,68 Baik

15 0,56 Baik

d. Tingkat Kesukaran

Menurut Sudjana (2009: 135), “Asumsi yang digunakan untuk

memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas dan

reliabilitas, adalah adanya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut”.

Untuk mengetahui tingkat kesulitan atau kesukaran, maka digunakan rumus

sebagai berikut:

�� = � ���

Keterangan:

�� = tingkat/indeks kesukaran

= rata-rata skor setiap butir soal

SMI = skor maksimum ideal

Setelah melakukan perhitungan dengan rumus di atas, selanjutnya hasil

yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria menurut Guilford

(34)

66

dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9

Analisis Tingkat Kesukaran

Soal Nilai Tingkat Kesukaran Interpretasi

1 0,65 Sedang

Setelah berkonsultasi dengan pihak ahli (expert), bahwa dalam penelitian

ini akan menggunakan 10 soal. Adapun soal-soal yang akan digunakan, yaitu soal

nomor 2, 3, 5, 6, 9, 11, 12, 13, 14 dan 15. Meskipun soal yang digunakan

memiliki koefisien korelasi (validitas) rendah akan tetapi masih bisa digunakan

karena memiliki tingkat keberartian yaitu harga ℎ� lebih besar dari harga

(35)

Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, butir soal yang digunakan

untuk instrumen tes yaitu rincian rekapitulasi analisis butir soal dapat dilihat pada

Tabel 3.10.

Tabel 3.10

Rekapitulasi Analisis Butir Soal

No Soal

Validitas Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Tingkat Keberartian

Keterangan Koefisien Interpretasi Nilai

DP Interpretasi

Tinggi 0,80 Sangat Baik 0,62 Sedang 10,54 Signifikan Digunakan

12 0,76 Tinggi 0,51 Baik 0,36 Sedang 8,29 Signifikan Digunakan

13 0,69 Tinggi 0,43 Baik 0,30 Sedang 6,76 Signifikan Digunakan

14 0,75 Tinggi 0,68 Baik 0,33 Sedang 7,99 Signifikan Digunakan

15 0,61 Tinggi 0,56 Baik 0,51 Sedang 5,43 Signifikan Digunakan

Keterangan:

= soal yang digunakan sebagai instrumen tes

= soal yang tidak digunakan sebagai instrumen tes

2. Angket

Menurut Ruseffendi (Maulana 2009: 35), “Angket adalah sekumpulan

pernyataan atau pertanyaan yang harus dilengkapi oleh responden dengan

memilih jawaban atau menjawab pertanyaan melalui jawaban yang sudah

disediakan atau melengkapi kalimat dengan mengisinya”. Angket yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu terbagi ke dalam dua pernyataan yaitu pernyataan

(36)

68

yaitu: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), RR (Ragu-ragu), TS (Tidak Setuju), dan

STS (Sangat Tidak Setuju). Angket diberikan setelah seluruh pembelajaran

dilakukan pada kelas eksperimen dengan tujuan untuk mengetahui respon siswa

terhadap pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan permainan

Puzzle Angka Batang Napier.

Menurut Suherman dan Sukjaya (1990: 237), “Kriteria penilaian sikap

yang diperoleh dari angket ini adalah jika skor pernyataan kelas lebih dari 3 maka

siswa memberikan sikap yang positif, sebaliknya, jika skor pernyataan kelas

kurang dari 3 maka siswa memberikan sikap yang negatif”.

3. Observasi

“Observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, dan jika perlu pengecapan”

(Maulana, 2009: 35). Observasi yang dilakukan adalah observasi terhadap kinerja

guru dan observasi terhadap aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran di

kelas. Observasi dilakukan bertujuan untuk mengetahui aktivitas, kinerja,

partisipasi, dan keterampilan siswa dan guru dalam pembelajaran.

Observasi terhadap kinerja guru mulai dari tahapan perencanaan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, hingga evaluasi yang dilakukan untuk

mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran. Pada observasi kinerja guru diukur

melalui format observasi yang dibuat dalam bentuk daftar cek (checklist). Aspek

yang diukur dalam observasi kinerja guru ini terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek

perencanaan, aspek pelaksanaan, dan aspek evaluasi. Setiap kegiatan diukur

dengan skor pada rentang 0-3 dengan deskriptor yang telah disusun berdasarkan

pengembangan dari IPKG 1 dan IPKG 2 yang dibuat oleh UPI. Skor 0 apabila

tidak ada satupun indikator yang muncul, skor 1 apabila hanya ada 1 indikator

yang muncul, skor 2 apabila ada dua indikator yang muncul, dan skor 3 apabila

semua indikator muncul dan dilaksanakan dengan baik.

Selain observasi terhadap kinerja guru, observasi juga dilakukan terhadap

aktivitas siswa baik itu di kelas kontrol maupun di kelas eksperimen. Sama seperti

observasi kinerja guru, pada observasi aktivitas siswa juga diukur melalui format

(37)

diukur dalam aktivitas siswa di kelas kontrol yaitu, partisipasi, kerjasama, dan

motivasi. Setiap aspek diukur dengan skor pada rentang 0-3 dengan indikator

yang telah disusun (format observasi aktivitas siswa beserta indikatornya

terlampir). Skor yang telah diberikan untuk masing-masing aspek dijumlahkan

dan hasilnya ditafsirkan ke dalam bentuk perilaku baik (B), cukup (C), atau

kurang (K).

Pada kelas eksperimen, format observasi aktivitas siswa dibagi menjadi

dua bagian yaitu observasi aktivitas siswa pada saat pembelajaran dan observasi

siswa pada saat permainan. Aspek yang diukur dalam observasi aktivitas siswa

pada saat pembelajaran masih sama seperti observasi aktivitas siswa di kelas

kontrol. Sedangkan observasi aktivitas siswa pada saat permainan terdiri dari tiga

aspek yaitu aspek mematuhi aturan permainan, ketepatan dalam menjawab,

keterlibatan dalam melaksanakan permainan. Setiap aspek diukur dengan skor

pada rentang 0-3. Skor yang telah diberikan untuk masing-masing aspek

dijumlahkan dan hasilnya ditafsirkan ke dalam bentuk perilaku baik (B), cukup

(C), atau kurang (K).

4. Catatan Lapangan

Menurut Maulana (2009: 36), “ Cara lain untuk merekam/mencatat tingkah

laku individu adalah dengan menggunakan catatan lapangan”. Catatan lapangan

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu untuk mencatat kejadian-kejadian luar

biasa yang dianggap penting. Selain itu, catatan lapangan ini digunakan dengan

tujuan untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang objek penelitian.

Format catatan lapangan ini terdiri dari kolom nomor, waktu, dan peristiwa yang

terjadi.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian terbagi ke dalam dua kelompok,

yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil

pretest dan posttest. Adapun data kualitatif diperoleh dari hasil angket, observasi,

wawancara, dan catatan lapangan. Analisis data kualitatif dimulai dengan

(38)

70

diidentifikasi terlebih dahulu kemudian dianalisis. Selanjutnya sebagian data yang

terkait dengan keperluan tertentu diolah dan dikualifikasikan seperlunya untuk

menghasilkan suatu kesimpulan tertentu.

Di bawah ini dijelaskan secara lebih jelas analisis data kuantitatif dan

kualitatif adalah sebagai berikut.

1. Teknik Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari instrumen tes. Data kuantitatif yang berupa

hasil tes pada saat pretest dan posttets diolah dengan cara sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data skor postes kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol terdistribusi secara normal atau tidak. Uji

normalitas dihitung melalui uji chi-kuadrat dengan rumus sebagai berikut

(Maulana, 2009: 91).

� = � − � � �

=

Keterangan :

x2 = nilai statistik uji chi-kuadrat Oi = frekuensi observasi

Ei = frekuensi ekspektasi

Selain menggunakan rumus tersebut, uji normalitas dapat dihitung

dengan menggunakan program aplikasi SPSS 16.0 for windows dengan

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan melihat homogenitas atau

kesamaan beberapa bagian sampel atau seragam tidaknya variansi sampel-sampel

yaitu apakah mereka berasal dari populasi yang sama.

1) Jika data berdistribusi normal, maka digunakan uji F dengan rumus sebagai

berikut.

�ℎ� � = 2

(39)

Keterangan :

F = nilai statistik uji Fisher

s2 besar = simpangan baku terbesar dari kedua kelompok

s2 kecil = simpangan baku terkecil dari kedua kelompok

Selain menggunakan rumus di atas, uji homogenitas dapat dihitung

dengan menggunakan program aplikasi SPSS 16.0 for windows dengan

menggunakan uji F.

2) Jika data beristribusi tidak normal, maka untuk menguji homogenitas yaitu

dengan menggunakan uji non-parametrik yaitu uji Chi-Square dalam SPSS

16.0 for windows.

c. Uji Perbedaan Rata-rata

Uji perbedaan rata-rata dilakukan untuk data tes awal, tes akhir, dan

indeks gain yang diperoleh. Uji perbedaan rata-rata untuk menguji hipotesis, ada

tiga alternatif yang bisa dilakukan, antara lain sebagai berikut ini.

1) Jika data dari kedua kelas tersebut normal dan homogen , maka digunakan

uji-t.

2) Jika hasil tes yang diperoleh memiliki distribusi normal dan memiliki

variansi yang tidak sama (tidak homogen) maka uji perbedaan dua

rata-rata dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows dengan uji t’.

3) Jika data yang diperoleh tidak normal, maka dilakukan uji homogenitas

dengan menggunakan uji non-parametrik yaitu chi-square (χ2), kemudian

melakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan

non-parametrik yaitu uji U dalam SPSS 16.0 for windows.

d. N-Gain

Menghitung peningkatan hasil belajar siswa pada kedua kelas (kelas

eksperimen dan kelas kontrol) sebelum dan sesudah pembelajaran dengan rumus

gain yang dinormalisasi (N-Gain). Gain yang dinormalisasi adalah proporsi gain

aktual dengan gain maksimal yang telah dicapai. Menurut Meltzer (Fauzan,

(40)

72

�= � − � �

� − � �

Keterangan:

g = gain normal

� = skor postes

� � = skor pretes

� = skor maksimum

Hasil nilai gain yang dihitung berdasarkan rumus di atas, kemudian di

tafsirkan dengan kriteria tingkat N-Gain menurut Hake (Fauzan, 2012: 81) adalah

sebagai berikut.

�≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ � < 0,7 Sedang

� < 0,3 Rendah

2. Teknik Analisis Data Kulitatif

Data kualitatif diperoleh dari hasil angket, observasi, wawancara dan

catatan lapangan. Analisis data kulitatif dimulai dengan mengelompokkan data

kedalam kategori tertentu. Data yang diperoleh diidentifikasi terlebih dahulu

kemudian dianalisis. Selanjutnya data yang terkait dengan tujuan keperluan

tertentu diolah dan dikualifikasikan seperlunya untuk menghasilkan suatu

kesimpulan.

a. Angket

Angket dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Hal ini

dikarenakan untuk menghendaki jawaban yang benar-benar mewakili sikap dan

respon siswa terhadap pernyataan yang diberikan, sehingga dalam angket ini

terdapat lima alternatif pilihan jawaban.

Angket terbagi ke dalam dua pernyataan, pernyataan positif dan

pernyataan negatif. Setiap pernyataan diberikan lima pilihan jawaban, SS (Sangat

(41)

Setuju). Untuk tiap pernyataan, pilihan jawaban diberi skor seperti tertera pada

Tabel 3.11.

Tabel 3.11

Kriteria Pemberian Skor Pernyataan Angket

Pernyataan Skor Tiap Pilihan

SS S RR TS STS

Positif 5 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4 5

Menurut Suherman dan Sukjaya (1990: 237) “Kriteria penilaian sikap

yang diperoleh dari angket ini adalah jika skor pernyataan kelas lebih dari 3 maka

siswa memberikan sikap yang positif, sebaliknya, jika skor pernyataan kelas

kurang dari 3 maka siswa memberikan sikap yang negatif”. b. Observasi

1) Pengolahan data observasi kinerja guru

Dari hasil observasi kinerja guru ditafsirkan dengan menggunakan

persentase kriteria penilaian. Kriteria tersebut ditentukan oleh aspek kegiatan

yang muncul dalam lembar observasi kinerja guru. Setiap aspek yang diamati

diberi indikator penilaian, masing-masing aspek terdiri dari 3 aspek indikator.

Setiap kegiatan diukur dengan skor pada rentang 0 – 3. Skor 0 apabila tidak

ada satupun indikator yang muncul, skor 1 apabila hanya ada 1 indikator yang

muncul, skor 2 apabila ada dua indikator yang muncul, dan skor 3 apabila

semua indikator muncul dan dilaksanakan dengan baik. Adapun kriteria

penilaiannya adalah sebagai berikut ini.

Sangat Baik (SB) = indikator yang muncul 81 - 100%

Baik (B) = indikator yang muncul 61 - 80%

Cukup (C) = indikator yang muncul 41 - 60%

Kurang (K) = indikator yang muncul 21 - 40%

(42)

74

2) Pengolahan data observasi aktivitas siswa pada saat pembelajaran

Data hasil observasi aktivitas siswa ditafsirkan dengan menggunakan

jumlah kemunculan aspek kegiatan yang diamati dari lembar observasi

aktivitas siswa secara individu.

Aspek yang diukur dalam aktivitas siswa terdiri dari tiga aspek yaitu

sebagai berikut ini.

a) Aspek partisipasi

b) Aspek kerjasama

c) Aspek motivasi

Setiap aspek terdiri dari tiga indikator. Ketentuan skornya adalah sebagai

berikut ini.

3 = Jika siswa mampu melaksanakan tiga indikator dari setiap aspek yang

diukur dalam pembelajaran.

2 = Jika siswa hanya mampu melakukan dua indikator dari setiap aspek yang

diukur dalam pembelajaran.

1 = Jika siswa hanya mampu melakukan satu indikator dari setiap aspek yang

diukur dalam pembelajaran.

0 = Jika siswa tidak melakukan indikator dari setiap aspek yang diukur dalam

pembelajaran.

Kriteria:

Kurang (K) = jika perolehan jumlah skor siswa 0 sampai 3

Cukup (C) = jika perolehan jumlah skor siswa 4 sampai 6

Baik (B) = jika perolehan jumlah skor siswa 7 sampai 9

3) Pengolahan data observasi aktivitas siswa pada saat permainan

Data hasil observasi aktivitas siswa pada saat permainan ditafsirkan

dengan menggunakan jumlah kemunculan aspek kegiatan yang diamati dari

(43)

Aspek yang diukur dalam aktivitas siswa pada saat permainan terdiri dari

tiga aspek yaitu sebagai berikut ini.

a) Mematuhi aturan permainan

b) Ketepatan dalam menjawab

c) Keterlibatan dalam melaksanakan permainan

Setiap aspek terdiri dari tiga indikator. Ketentuan skornya adalah sebagai

berikut ini.

3 = Jika siswa mampu melaksanakan tiga indikator dari setiap aspek yang

diukur dalam pembelajaran.

2 = Jika siswa hanya mampu melakukan dua indikator dari setiap aspek yang

diukur dalam pembelajaran.

1 = Jika siswa hanya mampu melakukan satu indikator dari setiap aspek yang

diukur dalam pembelajaran.

0 = Jika siswa tidak melakukan indikator dari setiap aspek yang diukur dalam

pembelajaran.

Kriteria:

Kurang (K) = jika perolehan jumlah skor siswa 0 sampai 3

Cukup (C) = jika perolehan jumlah skor siswa 4 sampai 6

Baik (B) = jika perolehan jumlah skor siswa 7 sampai 9

c. Catatan lapangan

Catatan lapangan dilakukan untuk mendeskripsikan kejadian-kejadian

yang terjadi selama penelitian berlangsung baik kejadian-kejadian yang terjadi di

kelas eksperimen maupun kejadian-kejadian yang terjadi di kelas kontrol. Catatan

lapangan ini dicatat dalam format catatan lapangan kemudian hasilnya

Gambar

Gambar 2.2 Puzzle Gambar 2.3 Tampilan Angka Fakta Dasar Perkalian Bilangan Cacah ...................
Tabel 3.1 Daftar Sekolah Dasar Berdasarkan Nilai UN
Gambar 3.1  Prosedur Penelitian
Tabel 3.2 Interpretasi Validitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perihal : Undangan Pembuktian Kualifikasi Paket Pekerjaan Belanja Modal Pengadaan Konstruksi Peningkatan Jalan Lawang Agung Menuju Jembatan Multifungsi Sugiwaras Kec Tebing

Tanah dalam ilmu teknik sipil, mempunyai peranan penting karena tanah sebagai pendukung kekuatan kontruksi di atasnya , maka dari itu pentingnya mengetahui

bahan yang sudah disiapkan, seperti sistem minimum ATMEGA8 berfungsi pengolahan data atau pengendali dari input dan output rangkaian alat smart alarm rumah, sensor.. ultrasonik

3) Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian

Metode yang dipakai penulis dalam pembuatan penulisan ilmiah ini menggunakan metode penulisan berdasarkan studi pustaka yaitu membaca buku-buku serta literatur-literatur yang

Proses pementasan naskah Surat untuk Gubernur yang telah dijalani oleh anggota Teater Zenith selama ± 6 bulan, selain mempunyai tujuan untuk menyampaikan pesan

Akan tetapi pada kenyataannya, koleksi yang ada di Perpustakaan Keliling Badan Perpustakaan Daerah Kabupaten Bantul memiliki berbagai kendala, salah satunya adalah

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan pada proses pengolahan untuk melengkapi dan memperbaiki mutu dari produk yang dihasilkan oleh suatu proses produksi dan merupakan