• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS XI PADA PEMBELAJARAN SIFAT-SIFAT KOLOID MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY–INQUIRY.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS XI PADA PEMBELAJARAN SIFAT-SIFAT KOLOID MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY–INQUIRY."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

v LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I Pendahuluan ... 1

A. LatarBelakang ... 1

B. RumusanMasalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Penjelasan Istilah ... 8

BAB II Tinjauan Pustaka ... 10

A. Kegiatan Pembelajaran ... 10

B. Penguasaan Konsep ... 11

C. Metode Pembelajaran Discovery-Inquiry ... 14

1.Metode Discovery ... 15

2. Metode Inquiry ... 16

3. Metode Discovery-Inquiry ... 17

D. Deskripsi Materi Sifat-Sifat Koloid ... 25

1. Efek Tyndall... 25

2. Gerak Brown ... 27

3. Adsorpsi ... 28

BAB IIIMetodologi Penelitian ... 30

A. Metode Penelitian... 30

B. Desain Penelitiaan ... 31

C. Alur Penelitian ... 32

1. Tahap Persiapan ... 34

(2)

vi

E. Instrumen Penelitian... 36

1. Soal Tes Tertulis ... 36

2. Pedoman Wawancara ... 36

F. Pengujian Instrumen... 37

1. Validitas ... 37

2. Reliabilitas ... 38

3. Daya Pembeda ... 39

4. Tingkat Kesukaran ... 41

G. Teknik Pengumpulan Data ... 42

H. Teknik Analisis Data... 43

1. Mengolah Data Pretes dan Postes ... 43

2. Pengolahan Data Wawancara ... 45

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 46

A. Penguasaan Konsep Siswa Berdasarkan Indikator Pembelajaran 46

B. Penguasaan Konsep Setiap Kelompok Siswa ... 53

C. Penguasaan Konsep Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 57

Bab V Kesimpulan dan Saran ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 65

(3)

vii

Tabel 3.1 Nilai r dan Tafsirannya ... 39

Tabel 3.2 Tafsiran Daya Pembeda ... 40

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ... 41

Tabel 3.4 Kriteria N-Gain ... 44

Tabel 3.5 Skala Kriteria Kemampuan ... 44

Tabel 4.1 Pengelompokkan Soal Tes TertulisSetiap Indikator Pembelajaran 47

Tabel 4.2 Persentase Rata-Rata Nilai Postes dan Kriteria Penguasaan Konsep 47

(4)

viii Gambar 3.1 Desain Penelitian... 31

Gambar 3.2 Alur Penelitian ... 33 Gambar 4.1 Penguasaan Konsep Siswa Setiap Indikator Pembelajaran... 48

Gambar 4.2 Persentase Nilai Rata-Rata Postes Penguasaan Konsep Siswa pada Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah ... 54

(5)

ix Lampiran A

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Kelas Eksperimen 69

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Kelas Kontrol 80 A.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) 91

A.4 Jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) 107

A.5 Kisi-Kisi Soal 116

A.6 Soal Tes Tertulis Sifat-Sifat Koloid 118

A.7 Jawaban Tes Tertulis Sifat-Sifat Koloid 125

A.8 Pedoman Wawancara 126

A.9 Hasil Wawancara 127

Lampiran B B.1 Hasil Validasi Instrumen 143

B.2 Analisis Uji Reliabilitas B.3 Analisis Uji Daya Pembeda Dan Tingkat Kesukaran Lampiran C C.1 Nilai Tes Berdasarkan Indikator Pembelajaran 157

C.2 Nilai Tes Berdasarkan Siswa Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah 177 C.3 Nilai Tes Seluruh Siswa 179

Lampiran D

(6)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktivitas belajar dan pembelajaran tidak terlepas dari penguasaan konsep. Kemampuan siswa dalam menguasai materi bisa terlihat dari penguasaan konsep yang dimilikinya. Penguasaan konsep menunjukkan keberhasilan siswa dalam mempelajari sebuah konsep.

Menurut Utomo (1997) penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa menangkap arti atau fenomena alam tertentu melalui pengamatan, dimana analisis hasil pengamatannya (proses asimilasi dan akomodasi) dibangun dan disimpan dalam pikiran siswa sebagai memori yang tersimpan dan suatu saat dapat dipanggil kembali (recall) melalui tes. Penguasaan konsep memberikan pengertian bahwa konsep-konsep yang diajarkan kepada siswa bukanlah sekedar bahan hafalan saja, tetapi konsep itu harus dipahami agar dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

(7)

Menurut Amri dan Ahmadi (2010), penguasaan konsep diperlukan dalam pembelajaran, karena siswa selalu dihadapkan pada permasalahan yang memerlukan pemecahan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa memerlukan dalam menghubungkan pemecahan masalah tersebut dengan konsep yang sudah dipelajarinya. Oleh sebab itu, penguasaan konsep merupakan salah satu aspek penting yang harus diterapkan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa.

Secara keseluruhan, siswa belum sepenuhnya menguasai konsep yang diberikan oleh guru di sekolah. Nurmalasari (2010) mengungkapkan rendahnya penguasaan konsep siswa karena siswa hanya belajar menghafal konsep-konsep, menerima pengetahuan sebagai informasi, dan tidak dibiasakan mencoba menemukan sendiri pengetahuan atau informasi yang mereka butuhkan. Hal ini dapat dikarenakan kondisi pembelajaran di sekolah masih didominasi oleh aktivitas guru (teacher centered), sehingga siswa menjadi pasif dan kurang dapat menguasai konsep secara baik dalam proses pembelajaran.

(8)

Dalam rangka penguasaan konsep siswa yang lebih baik, perlu ditunjang dengan situasi pembelajaran yang baik. Untuk menghasilkan proses pembelajaran yang dapat menjadikan penguasaan konsep siswa lebih baik, maka harus dipilih metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran yang dapat dipilih adalah discovery-inquiry, yaitu rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada analisis penguasaan konsep untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dikemukakan. Dengan menggunakan metode discovery-inquiry, guru hanya berperan sebagai fasilitator yang menciptakan proses belajar secara aktif, kreatif, dan menyenangkan.

Metode pembelajaran discovery-inquiry memungkinkan siswa terlibat secara aktif menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip materi yang sedang dipelajari. Metode pembelajaran ini mengajak siswa untuk menemukan masalah-masalah yang terkait dengan materi, sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, penggunaan metode discovery-inquiry dapat mengubah cara pembelajaran di kelas, yang umumnya didominasi aktivitas guru menjadi pembelajaran yang didominasi oleh aktivitas siswa. Perubahan cara belajar ini memungkinkan siswa untuk dapat menguasai konsep dan bekerja atas inisiatifnya sendiri (Bruner, dalam Amien 1987).

(9)

akan terjadi apabila metode pembelajaran discovery-inquiry digunakan (Nurmalasari, 2010). Padapenerapanmetode discovery-inquiry, siswa lebihdapat menggali kemampuandirinya untuk berpendapat dan mengajak siswa untuk dapat menemukan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran.Dengan demikian, siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar.

Peneliti-peneliti terdahulu telah menggunakan metode discovery-inquiry pada pembelajaran kimia untuk mengetahui pengaruhnya terhadap

aspek kognitif siswa. Sulistyastuti (2009) menggunakan metode discovery-inquiry pada materi minyak bumi. Susanti (2010) menggunakan metode

discovery-inquiry pada materi dampak pembakaran bahan bakar kendaraan

bermotor. Hanum (2010) menggunakan metode discovery-inquiry pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit, sertaNurmalasari (2010) menggunakan

metode discovery-inquiry pada materi efek

Tyndall.Padatahunberikutnya,Rudini (2011) menggunakan metode discovery-inquiry pada materi perkembangan konsep redoks.

Kelima peneliti tersebut sama-sama memfokuskan penelitiannya pada aspek penguasaan konsep. Hasil analisis kelima penelitian tersebut, bahwa pembelajaran menggunakan metode discovery-inquiry dapat memberikanpenguasaan konsep siswa yang lebih baik.

(10)

ada di lingkungan sekitarnya. Namun, pada umumnya pembelajaran sifat-sifat koloid kurang dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa di kelas. Hal ini dikarenakan siswa cenderung menghapalkan materi sifat-sifat koloid, sehingga siswa kurang dapat mengembangkan daya nalarnya untuk menemukan dan mencari informasi yang berkaitan dengan materi tersebut. Siswa kurang menguasai konsep pada pembelajaran materi sifat-sifat koloid, karena tidak terlepas dari proses pembelajaran yang umumnya dilakukan dengan ceramah dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali penguasaan konsepnya. Materi sifat-sifat koloid merupakan materi yang kontekstual sehingga siswa bisa menguji dan menemukan konsep dari materi tersebut secara mandiri. Oleh karena itu, metode discovery-inquiry dipilih sebagai metode yang digunakan untuk proses pembelajaran materi sifat-sifat koloid.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dan karakteristik materi pembelajaran mengenai sifat-sifat koloid, mendorong peneliti untuk melakukan

penelitian dengan judul “Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI pada

(11)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijabarkan, maka rumusan masalah penelitian secara umum adalah bagaimana penguasaankonsepsiswaSMA kelas XIpadapembelajaran sifat-sifat koloid

menggunakanmetodediscovery-inquiry?

Rumusan masalah tersebut dapat diuraikan menjadi beberapa sub masalah yaitu:

1. Bagaimana penguasaan konsep siswakelaseksperimenberdasarkan setiap indikator pembelajaran dan keseluruhan indikator pembelajaran?

2. Bagaimana penguasaan konsep kelompok siswa kelaseksperimen pada pembelajaran sifat-sifat koloid?

3. Bagaimana penguasaan konsep siswa kelas eksperimen yang menggunakan metode discovery-inquiry jika dibandingkan dengan penguasaan konsep siswa kelas kontrol yang tidak menggunakan metodediscovery-inquiry pada pembelajaran sifat-sifat koloid?

C. Pembatasan Masalah

(12)

D. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenaipenguasaankonsepsiswaSMA kelas XIpadapembelajaran sifat-sifat koloid menggunakanmetodediscovery-inquiry.Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara rinci penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana:

1. Penguasaan konsep siswa kelas eksperimen didasarkan pada setiap indikator pembelajaran dan keseluruhan indikator pembelajaran.

2. Penguasaan konsep kelompok siswa kelas eksperimen pada pembelajaran sifat-sifat koloid.

3. Penguasaan konsep siswa kelas eksperimen yang menggunakan metode discovery-inquiry jika dibandingkan dengan penguasaan konsep siswa

kelas kontrol yang tidak menggunakan metode discovery-inquirypada pembelajaran sifat-sifat koloid.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya mengembangkan metode pembelajaran kimia yang efektif di SMA. Hasil penelitian dapat digunakan untuk:

1. Memberikan alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran kimia.

(13)

3. Memotivasi guru untuk mengembangkan metode pembelajaran yang membuat siswa belajar lebih bermakna.

4. Meningkatkan pengalaman belajar siswa dengan pembelajaran discovery-inquiry.

5. Memberikan masukan bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian selanjutnya mengenai pembelajaran dengan metode discovery-inquiry.

F. Penjelasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan pada penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan dari istilah-istilah tersebut yaitu:

1. Penguasaan adalah pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan (pengetahuan, kepandaian) (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2007).

2. Konsep adalah ide (abstrak) yang dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan atau menggolongkan sesuatu obyek (Arifin, 2003).

(14)

dan suatu saat dapat dipanggil kembali (recall) melalui tes (Utomo, 1997).

4. Metode discovery-inquiry adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya (Amien, 1987).

5. Sifat koloid adalah sifat yang menunjukkan bahwa suatu zat adalah suatu koloid, yang meliputi efek Tyndall, gerak Brown dan adsorpsi. 6. Efek Tyndall adalah gejalapenghamburan cahaya oleh partikel koloid. 7. Gerak Brown adalah gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium

pendispersi.

(15)

30 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dikemukakan mengenai metodologi penelitian yang digunakan meliputi metode dan desain penelitian, alur penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian beserta hasil pengujiannya, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. Penjelasan dari masing-masing subjudul tersebut mendeskripsikan secara sistematis bagaimana penelitian ini dilaksanakan sampai pada penarikan kesimpulan.

A. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode kuasi eksperimen. Metode ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2009). Eksperimen ini disebut kuasi karena bukan merupakan eksperimen murni tetapi seperti murni, seolah-olah murni (Sukmadinata, 2005). Dengan menggunakan metode ini, peneliti memberi suatu perlakuan terhadap sekelompok subjek. Perlakuan ditujukan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi setelah sekelompok subjek tersebut diberi perlakuan.

B. Desain Penelitian

(16)

dipilih secara random dari populasi yang homogen. Kelas pertama sebagai kelas eksperimen dan kelas kedua sebagai kelas kontrol. Kedua kelas diberi tes awal (pretes) yang sama. Kelas eksperimen adalah kelas yang diberi perlakuan berupa metode pembelajaran discovery-inquiry, sedangkan kelas kontrol tidak menggunakan metode pembelajaran discovery-inquiry pada saat pembelajaran. Setelah beberapa saat, kedua kelas dites dengan tes yang sama sebagai tes akhir (postes). Hasil pretes dan postes pada masing-masing kelas dibandingkan (diuji perbedaannya). Perbedaan nilai N-Gain pada kedua kelas menunjukkan pengaruh dari perlakuan yang diberikan. Desain yang digunakan pada penelitian ini dapat diilustrasikan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Desain Penelitian (Firman, 2008)

Keterangan: O1= pretes O2= postes

Xa= perlakuan berupa metode discovery inquiry

Xb= perlakuan tanpa menggunakan metode discovery-inquiry C. Alur Penelitian

Dalam penelitian ini, disusun alur penelitian agar penelitian berlangsung secara terarah, sistematis, dan sesuai dengan tujuan. Alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2.

(17)

---

--- Revisi

---

Gambar 3.2 Alur Penelitian

Analisis Standar Isi Kimia SMA Studi Kepustakaan Penguasaan

Konsep

Studi Kepustakaan Pembelajaran

Discovery-Inquiry

Penentuan Materi Kimia yang Akan Diteliti

Studi Literatur Sifat-Sifat Koloid

Pembuatan Perangkat Pembelajaran

 RPP

 LKS Pembuatan Instrumen Penelitian

 Soal Tes Tertulis

 Pedoman Wawancara

Validasi

Uji Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran untuk Tes Tertulis

Pretes

KBM tidak Menggunakan Metode Pembelajaran Discovery-Inquiry KBM dengan Metode

Pembelajaran Discovery-Inquiry

Postes

Kesimpulan Analisis Data Pengolahan Data

(18)

Berdasarkan alur penelitian pada Gambar 3.2, dapat diuraikan tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi: a. Menganalisis standar isi Kimia SMA.

b. Studi kepustakaan penguasaan konsep.

c. Studi kepustakaan yang berhubungan dengan metode pembelajaran discovery-inquiry.

d. Penentuan materi kimia yang akan diteliti.

e. Analisis topik sifat-sifat koloid berdasarkan KTSP. f. Membuat perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS.

g. Menyusun instrumen penelitian berupa soal tes dan pedoman wawancara.

h. Melakukan validasi instrumen penelitian berupa soal tes tertulis. i. Mengkaji saran dan komentar para ahli sebagai bahan pertimbangan

dalam memperbaiki instrumen penelitian (soal tes).

j. Melakukan uji reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran untuk tes tertulis.

(19)

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada jam pelajaran yang berbeda.

c. Melaksanakan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. d. Melakukan wawancara pada kelas eksperimen.

3. Tahap Akhir

a. Mengolah data hasil penelitian.

b. Melakukan analisis data hasil penelitian dalam rangka pengambilan kesimpulan.

c. Membahas hasil penelitian serta menarik kesimpulan dan saran.

D. Subyek Penelitian

(20)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat untuk memperoleh data. Instrumen penelitian yang digunakan, diuji terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Instrumen diujicobakan pada kelompok yang bukan subyek penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Soal Tes Tertulis

Tes tertulis yang dilakukan dalam penelitian terdiri atas pretes dan postes. Soal yang digunakan untuk pretes maupun postes adalah sama yaitu berupa pilihan ganda, yang dibuat berdasarkan indikator pembelajaran untuk materi sifat-sifat koloid. Tes tertulis ini berfungsi untuk mengukur tingkat kemampuan pemahaman yang dicapai siswa sebelum dan setelah menempuh proses belajar mengajar, serta sebagai pengukur keberhasilan suatu program pengajaran.

2. Pedoman Wawancara

(21)

Hasil wawancara direkam oleh alat perekam. Wawancara dilakukan setelah pelaksanaan postes.

F. Pengujian Instrumen

Pengujian instrumen bertujuan untuk menguji kelayakan instrumen sebelum digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Tahapan pengujian instrumen adalah sebagai berikut:

1. Validitas

Alat ukur yang baik harus memiliki validitas tinggi. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang harus diukur (Sugiyono, 2009). Suatu tes kimia dikatakan mempunyai validitas tinggi jika tes itu benar-benar mengukur taraf penguasaan konsep siswa terhadap materi pelajaran kimia yang telah diajarkan. Uji validitas yang dilakukan oleh peneliti adalah validitas isi.

(22)

Tahap selanjutnya yaitu uji reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran pada soal tes tersebut.

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah ukuran sejauh mana suatu alat ukur memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang (Firman, 2000). Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2009). Uji reliabilitas tes pilihan ganda dilakukan menggunakan program Anates versi 4.0 for Windows. Pada program ini menggunakan reliabilitas tes metode belah dua (split-half method), menggunakan rumus Pearson’s Product Moment yaitu:

rxy= � ⅀ − ⅀ (⅀ ) � ⅀ 2 − ⅀ 2( 2( )2}

Oleh karena tes dibelah dua, maka koefisien korelasi ganjil-genap tersebut dikoreksi sehingga menjadi koefisien reliabilitas. Rumusnya sebagai berikut:

= 2 1 +

Keterangan:

rtt=koefisien reliabilitas tes

(23)

Tabel 3.1 Nilai r dan Tafsirannya (Arikunto, 2009)

Besarnya Nilai r Tafsiran

0,000-0,199 Sangat Rendah 0,200-0,399 Rendah 0,400-0,599 Cukup 0,600-0,799 Tinggi 0,800-1,000 Sangat Tinggi

Berdasarkan hasil uji reliabilitas dari soal pada tes tertulis menggunakan program Anates versi 4.0 for Windows, diperoleh nilai reliabilitas 0,79. Menurut Arikunto (2009), nilai reliabilitas soal pilihan ganda tersebut termasuk kategori tinggi. Dengan demikian, tes tertulis tersebut dapat dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai instrumen dalam penelitian. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.2.

3. Daya Pembeda

Ukuran daya pembeda (D) ialah selisih antara proporsi jawaban benar dari kelompok tinggi dengan proporsi jawaban benar dari kelompok rendah. Untuk mengukur daya pembeda dari setiap butir soal, peneliti menggunakan program Anates versi 4.0 for Windows. Pada program ini, daya pembeda dihitung dengan rumus sebagai berikut:

DP= −

� 100% (To, 2003) Keterangan:

(24)

BB= jumlah jawaban benar pada kelompok bawah NA= jumlah siswa pada salah satu kelompok A dan B

Ukuran untuk mengetahui tinggi rendahnya tingkat reliabilitas, digunakan kriteria daya pembeda seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Tafsiran Daya Pembeda (Arikunto, 2009)

Daya Pembeda Kriteria 0,00-0,20 Jelek 0,21-0,40 Cukup 0,41-0,70 Baik 0,71-1,00 Baik Sekali

Hasil analisis daya pembeda menggunakan program Anates versi 4.0 for Windows, menunjukkan bahwa untuk soal nomor 2 dan 10 memiliki nilai

(25)

4. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran menunjukkan apakah butir soal tergolong sukar, sedang, atau mudah. Untuk mencari tingkat kesukaran, peneliti menggunakan program Anates 4.0 for Windows. Pada program ini, tingkat kesukaran dihitung dengan rumus sebagai berikut:

TK= +

� +� x 100% (To, 2003)

Keterangan:

TK= indeks tingkat kesukaran butir soal tertentu (satu butir)

BA= jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok A

BB= jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok B

NA= jumlah siswa pada kelompok A (atas/unggul) NB= jumlah siswa pada kelompok B (bawah/asor)

Makin besar harga TK, makin mudah butir soal tersebut sehingga dapat juga disebut tingkat kemudahan. Kriteria untuk menafsirkan nilai tingkat kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal

Nilai Tingkat Kesukaran Tafsiran

0%-15% Sangat Sukar

16%-30% Sukar

31%-70% Sedang

71%-85% Mudah

(26)

Berdasarkan hasil analisis tingkat kesukaran menggunakan program Anates versi 4.0 for Windows, menunjukkan bahwa soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, serta 13 memiliki nilai tingkat kesukaran antara 31%-70% yang termasuk kriteria sedang. Soal nomor 9 dan 14 memiliki nilai tingkat kesukaran antara 16%-30% yang termasuk kriteria sukar. Soal nomor 15 memiliki nilai tingkat kesukaran antara 71%-85% yang termasuk kriteria mudah.

Pada soal yang sudah dianalisis tingkat kesukarannya, ternyata ada soal yang memiliki kriteria sukar dan mudah. Soal dengan kriteria sukar yaitu pada nomor 9 dan 14, sedangkan soal dengan kriteria mudah yaitu pada nomor 15. Berdasarkan analisis daya pembedanya, ternyata soal pada nomor 9, 14, dan 15 (soal dengan kriteria sukar dan mudah) memiliki nilai daya pembeda antara 0,41-0,70 yang termasuk kriteria baik. Dengan demikian, tes tertulis dapat digunakan sebagai instrumen pada penelitian. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.3.

G. Teknik Pengumpulan Data

(27)

digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh dari hasil pretes dan postes.

H. Teknik Analisis Data

1. Mengolah data pretes dan postes siswa sebagai berikut:

a. Jawaban siswa pada pretes dan postes diperiksa kemudian jawaban tersebut dibandingkan dengan acuan jawaban yang benar (kunci jawaban). b. Data hasil pretes dan postes diberi skor dengan menggunakan kriteria berikut. Item yang dijawab benar diberi nilai satu (1) dan bagi item yang dijawab salah diberi nilai nol (0) (Makmun, 2003).

c. Mengubah nilai pretes dan postes ke dalam bentuk persen (%), dengan rumus:

NP= R

SN x 100 (Purwanto, 1990)

Keterangan:

NP= Nilai persentase yang dicari atau diharapkan

R= Skor mentah yang diperoleh siswa

SN = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

100= Bilangan Tetap

d. Menghitung nilai rata-rata pada keseluruhan hasil belajar untuk keseluruhan siswa, dengan rumus:

(28)

e. Menghitung normalisasi gain (N-Gain) untuk setiap siswa, dengan rumus:

N-Gain (setiap siswa) = � � % − � � � (%)

� � − � � � (%)

Setelah nilai N-Gain setiap siswa dihitung, selanjutnya dihitung rata-rata nilai N-Gain, dengan rumus:

Rata-rata nilai N-Gain = � ℎ � � �−�� �

� ℎ �

Nilai N-Gain ditafsirkan berdasarkan kriteria peningkatan N-Gain pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4. Kriteria N-Gain(Hake, 1998)

f. Menilai tingkat penguasaan siswa berdasarkan kategori kemampuan. Nilai persentase ditafsirkan berdasarkan kategori kemampuan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Skala Kriteria Kemampuan (Arikunto, 2009)

Nilai (%)

Kriteria Kemampuan 81-100 Sangat Baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

0-20 Sangat Kurang Tingkat Nilai N-Gain

Tinggi ≥0,7

Sedang 0,7>N-Gain≥0,3

(29)

2. Pengolahan Data Wawancara

(30)

63 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian ini dikemukakan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan. Selain itu, dikemukakan pula saran-saran untuk perbaikan dan pembelajaran di masa mendatang.

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu:

1. Penguasaan konsep siswa pada setiap indikator pembelajaran (indikator 1-5) berbeda yaitu dengan persentase nilai rata-rata postes berturut-turut 93,33%; 99,17%; 98,89%; 76,67%; dan 100%, sedangkan untuk keseluruhan indikator pembelajaran persentase nilai rata-rata postes yang diperoleh yaitu 93,16%. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa, siswa bisa menguasai konsep pada materi sifat-sifat koloid untuk setiap indikator pembelajaran maupun keseluruhan indikator pembelajaran.

2. Penguasaan konsep siswa kelas eksperimen untuk kelompok tinggi, sedang, dan rendah berbeda yaitu dengan persentase nilai rata-rata postes berturut-turut 95,32%; 91,88%; dan 88,88%. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa, siswa bisa menguasai konsep materi sifat-sifat koloid untuk setiap kategori kelompok siswa.

(31)

sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 76,2%. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa, penguasaan konsep pada kelas eksperimen lebih efektif dari kelas kontrol.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka saran yang dapat dikemukakan yaitu:

1. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis, disarankan memperhatikan tahap pengumpulan data saat pembelajaran berlangsung. Alasannya, karena pada tahap ini siswa diharapkan dapat mengumpulkan informasi sebanyak mungkin untuk menjawab hipotesis atau pertanyaan. 2. Karakter materi yang dapat digunakan untuk penelitian dengan metode

discovery-inquiry yaitu materi yang ketika diajarkan, siswa dapat mencoba

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan

Menggunakan Metode “Discovery dan Inquiry”. Jakarta: DEPDIKBUD

Amri, S dan Ahmadi K. (2010). Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka

Anitah, S., dkk. (2007). Strategi Pembelajaran Kimia. Universitas Terbuka: Jakarta

Arifin, M. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara

Brady, J.E. (1990). General Chemistry Principles and Structure. New york: John Wiley & Sons, Inc

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Hake, R.R. (1998). “Interactive-Engagement versus Traditional Methods: A Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses”. American Association Of Physics Teachers. 66, (1), 64-74

Hamalik, O. (2000). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Hamalik, O. (2001). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara

Hanum, M. (2010). Analisis Pemahaman Konsep Siswa Kelas XIpada Pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit Menggunakan Metode Discovery-Inquiry. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

(33)

Mulyono. (2002). Ilmu Kimia 2 untuk SMU/ MA Kelas 2 Edisi Kedua. Bandung: Acarya Media Utama

Nurmalasari, R. (2010). Analisis Penguasaan Konsep Siswa Kelas XIpada Pembelajaran Efek Tyndall Menggunakan Metode Discovery-Inquiry. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Rudini, A. (2011). Analisis Penguasaan Konsep Siswa Kelas X Pada Pembelajaran Perkembangan Konsep Redoks Menggunakan Metode Discovery-Inquiry. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya

Sulistyastuti, E. (2009). Pengaruh Penerapan Metode Discovery-Inquiry Terhadap Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa SMA Kelas XI pada Materi Pokok Minyak Bumi. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Sunarya, Y. (2007). Kimia Umum. Bandung: Alkemi Grafisindo Press

Suryosubroto. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Susanti, V. (2010). Analisis Pemahaman Konsep Siswa Kelas X pada

Pembelajaran Dampak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Menggunakan Metode Discovery Inquiry. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Susilana, R., Riyana, C., Dewi, L., dan Tim Dosen Kurikulum & Pembelajaran. (2006). Kurikulum & Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI

Syamsuddin, M. Abin. (2009). Psikologi Kependidikan.Bandung: Remaja Rosda Karya

Tim Penyusun Kamus Pustaka Bahasa. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

(34)

To, K. (2003). Mengenal Analisis Tes (Pengantar Ke Program Komputer ANATES) (Edisi Ke-2). Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UPI

Utomo, D.H. (1997). Penguasaan Konsep Udara Melalui Metode Percobaan dalam Pengajaran IPA di Sekolah Dasar. Tesis PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan

Gambar

Tabel 3.1 Nilai r dan Tafsirannya ............................................................
Gambar 4.3 Persentase Nilai Rata-Rata Pretes, Postes, dan N- Gain pada Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol                                                         57
Gambar 3.1. Desain Penelitian (Firman, 2008)
Gambar 3.2 Alur Penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelaksanaannya, pembinaan akhlak mulia dapat dilakukan melalui.. proses internalisasi yaitu dengan memberikan pemahaman dan

“Model Pembelajaran MPK Terpadu: Inovasi Pendidikan Karakter Bangsa di Perguruan Tinggi’, dalam Prosiding Seminar Aktualisasi Pendidikan Karakter Bangsa.. Bandung:

Hasil penelitian adalah sebagai berikut (1) Strategi harga dan pelayanan secara langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan anggota (2) Strategi harga

Teknik penggunaan sumber energi yang lain memungkinkan ditemukannya metode metode atomisasi baru, diantaranya metode Water Atomisasi, Rotating disk atomisasi, closed

Teknik pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dengan menggunakan kolam anaerobik kurang efisien, membutuhkan lahan yang luas selain itu limbah cair pabrik kelapa

efektif untuk melatih kemampuan kognitif level dasar (C1+C2) siswa, tetapi kurang melatih kemampuan kognitif level tinggi (C3+C4) siswa.. Sebaliknya, metode DQQ

Alat bantu tersebut adalah Microsoft Project 98, karena dengan Microsoft Project 98 segala macam aktivitas seperti penjadwalan tugas, pengupdatean informasi sampai penyebaran

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METOD E D RILL D AN D QQ TERHAD AP PENINGKATAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF SISWA SMA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu