• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB KERJASAMA SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS-SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 1 Padalarang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB KERJASAMA SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS-SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 1 Padalarang."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... BAB I PENDAHULUAN ...

I ii iv vii x x 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1.2 Rumusan dan Pertanyaan Penelitian... 1.3 Tujuan Penelitian... 1.4 Manfaat Penelitian... 1.5 Penjelasan Istilah... 1.5.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)... 1.5.2 Numbered Heads Together (NHT)... 1.5.3 Tanggung Jawab... 1.5.4 Siswa... 1.6 Sistematika Penulisan...

1 8 9 10 11 11 11 12 14 14

BAB II LANDASAN TEORITIS ... 16

2.1 Model Pembelajaran Kooperatif... 2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif... 2.2 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif... 2.3 Keterampilan Kooperatif ... 2.3.1 Keterampilan kooperatif tingkat awal ... 2.3.2 Keterampilan kooperatif tingkat menengah ... 2.3.3 Keterampilan kooperatif tingkat mahir ... 2.4 Pengelolaan Kelas ... 2.4.1 Pembentukan Kelompok ... 2.4.2 Pemberian semangat kelompok ... 2.4.3 Penataan ruang kelas ... 2.5 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif... 2.6 Keunggulan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT)... 2.7 Tanggung Jawab Siswa ... 2.7.1 Pengertian tangung jawab ... 2.7.2 Ciri-ciri anak bertanggung jawab ... 2.8 Peranan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

(NHT) Dalam meningkatkan tanggungjawab kerjasama siswa ... 16 16 20 22 22 23 23 28 28 29 29 30 38 42 42 45 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 49

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian... 3.1.1 Pendekatan Penelitian... 3.2 Metode Penelitian... 3.3 Lokasi dan Subyek Penelitian... 3.4 Prosedur Penelitian... 3.4.1 Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)... 3.4.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action) ...

(2)

3.4.4 Tahap Refleksi (Reflection)... 3.5 Instrumen Penelitian... 3.5.1 Catatan Lapangan... 3.5.2 Pedoman Wawancara... 3.5.3 Lembar Panduan Observasi... 3.5.4 Foto ... 3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 3.6.1 Pengumpulan/Kategorisasi data... 3.6.2 Validasi data...

3.6.2.1Member Check ... 3.6.2.2Triangulasi ... 3.6.2.3Expert Opinion ... 3.6.3 Analisis data...

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

4.1 Deskripsi Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... 4.1.1 Profil SMP Negeri 1 Padalarang ... 4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ...

4.1.2.1 Visi Sekolah ... 4.1.2.2 Misi Sekolah ... 4.1.2.3 Tujuan Sekolah ... 4.1.3 Administrasi SMP Negeri 1 Padalarang ...

4.1.3.1 Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Padalarang ... 4.1.4 Keadaan Fasilitas Personal (Guru dan Karyawan) ... 4.1.5 Profil Siswa ... 4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... ...

4.2.1 Kondisi Pra Pembelajaran ... 4.2.2 Pelaksanaan Siklus ke-1 ... 4.2.2.1 Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Siklus ke-1 ... 4.2.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus ke-1 ... 4.2.2.3 Hasil-hasil Penelitian Tindakan Siklus ke-1 ... 4.2.2.3.1 Kelebihan Tindakan Siklus ke-1 ... 4.2.2.3.2 Kekurangan Tindakan Siklus ke-1 ... 4.2.2.4 Solusi permasalahan-permasalahan pada Pelaksanaan

Tindakan Siklus ke-1 ... 4.2.3 Pelaksanaan Siklus ke-2 ... 4.2.3.1 Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Siklus ke-2 ... 4.2.3.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus ke-2 ... 4.2.3.3 Hasil-hasil Penelitian Tindakan Siklus ke-2 ... 4.2.3.3.1 Kelebihan Tindakan Siklus ke-2 ... 4.2.3.3.2 Kekurangan Tindakan Siklus ke-2 ... 4.2.3.4 Solusi permasalahan-permasalahan pada Pelaksanaan

Tindakan Siklus ke-2 ... 4.2.4 Pelaksanaan Siklus ke-3 ... 4.2.4.1 Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Siklus ke-3 ... 4.2.4.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus ke-3 ... 4.2.4.3 Hasil-hasil Penelitian Tindakan Siklus ke-3 ... 4.2.4.3.1 Kelebihan Tindakan Siklus ke-3 ... 4.2.4.3.2 Kekurangan Tindakan Siklus ke-3 ... 4.2.4.4 Solusi permasalahan-permasalahan pada Pelaksanaan

(3)

4.2.5 Pelaksanaan Siklus ke-4 ... 4.2.5.1 Perencanaan Pelaksanaan Tindakan Siklus ke-4 ... 4.2.5.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus ke-4 ... 4.2.5.3 Hasil-hasil Penelitian Tindakan Siklus ke-4 ... 4.2.5.3.1 Kelebihan Tindakan Siklus ke-4 ... 4.2.5.3.2 Kekurangan Tindakan Siklus ke-4 ... 4.2.5.4 Solusi permasalahan-permasalahan pada Pelaksanaan

Tindakan Siklus ke-4 ... 4.3Analisis Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pada Mata Pelajaran IPS-Sejarah ...

4.3.1 Desain Perencanaan Pembelajaran IPS-Sejarah Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Dalam Meningkatkan Tanggung Jawab Kerjasama Siswa ... 4.3.2 Pelaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Dalam Meningkatkan Tanggung Jawab Kerjasama Siswa Pada Mata Pelajaran IPS-Sejarah ... 4.3.3 Hasil-hasil Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered

Heads Together (NHT) Dalam Meningkatkan Tanggung Jawab Kerjasama Siswa Pada Mata Pelajaran IPS-Sejarah ...

4.3.4 Solusi Untuk Mengatasi Hambatan yang Dihadapi Guru dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) ...

BAB V BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...

5.1 Kesimpulan ... 5.2 Saran ... 5.2.1 Bagi Guru ... 5.2.2 Bagi Sekolah ... 5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ...

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu upaya memanusiakan manusia dalam

upaya mentransformasi pengetahuan, kebudayaan, sikap dan perilaku dari

generasi sebelumnya kepada generasi penerus. Pendidikan di Indonesia

terdiri dari dua macam, yaitu pendidikan formal dan pendidikan non-formal.

Pendidikan formal di indonesia dilaksanakan secara berjenjang, dimulai dari

Pendidikan dasar (SD dan SMP), Pendidikan Menengah (SMA), dan

Perguruan Tinggi. Pendidikan jenjang Sekolah Dasar sampai dengan

Jenjang Pendidikan Menengah dilaksanakan dalam instansi sekolah.

Pendidikan menurut Hasan dkk (2010:4) adalah suatu usaha yang

sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik.

Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam

mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan

masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu

ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat

dan bangsa. oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan

karakter bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan

(5)

Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif

peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melainkan proses

internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam

bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih

sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.

Pembelajaran merupakan salah satu faktor yang penting dalam sistem

pendidikan, karena dengan melalui proses tersebut tujuan pendidikan dapat

tercapai dalam bentuk perubahan perilaku siswa. Pihak-pihak yang terlibat

dalam kegiatan belajar mengajar adalah pendidik serta peserta didik yang

berinteraksi edukatif antara satu sama lain. Isi dari kegiatan tersebut adalah

bahan (materi) belajar yang bersumber dari kurikulum. Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) memberikan keleluasaan bagi lembaga

pendidikan khususnya sekolah untuk dapat mengelola kurikulum sesuai

dengan kondisi dan kebutuhan dari peserta didik dan lingkungan tempat

peserta didik tinggal. Menurut Slameto (2010:2) menjelaskan bahwa belajar

adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Dengan demikian bahwa proses pembelajaran yang dilakukan oleh

guru itu harus berorientasi kepada student center. Hal ini sejalan dengan

pendapatnya Huda (2011:3) bahwa pendidikan khususnya sekolah harus

memiliki sistem pembelajaran yang menekankan pada proses dinamis yang

(6)

tentang dunia. Pendidikan harus mendesain pembelajarannya yang responsif

dan berpusat pada siswa (student center) agar minat dan aktivitas sosial

mereka terus meningkat.

Menelaah prinsip pembelajaran yang diharapkan oleh KTSP, yaitu

kegiatan pembelajaran sebaiknya berpusat pada kegiatan siswa, peneliti

menemukan gagasan awal sebagai permasalahan pada Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) bahwa kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh para

guru berpusat pada siswa (student centered) merupakan permbelajaran

dengan menempatkan siswa sebagai subjek belajar, menitikberatkan pada

kegiatan siswa dalam membangun makna dan pemahaman. Siswa dijadikan

subjek dalam pendidikan, siswa dipandang memiliki tahap perkembangan,

potensi masing-masing dan pada dasarnya siswa adalah insan yang aktif,

kreatif, serta dinamis.

Interaksi yang terjadi dalam pembelajaran bertujuan membantu

pengembangan seluruh potensi, kecakapan dan karakteristik peserta didik.

Seluruh potensi, kecakapan dan karakteristik tersebut berkenaan dengan segi

intelektual, sosial, afektif, maupun fisik motorik. Tujuan utama dari

pembelajaran adalah adanya perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan

yang diharapkan. Tujuan dari pembelajaran yang berpusat pada siswa

(student centered) juga tidak lepas dari upaya untuk mengarahkan siswa

kepada perubahan tingkah laku siswa kepada hal-hal yang baik. Hal ini

sejalan dengan pendapatnya Hamalik (2001:28) yang menyatakan bahwa

(7)

interaksi dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkain

pengalaman-pengalaman belajar. Burton dalam (Hamalik, 2001:28)

mengemukakan, bahwa A good learning situation consist of a rich and

varied series of learning experience unified around a vigorous purpose and

carried on in interaction which a rich, varied and provocative environment.

Jadi, situasi belajar yang baik itu adalah situasi yang terjadi karena adanya

interaksi dari berbagai dorongan lingkungan belajarnya yang didasari oleh

keinginan yang kuat dari berbagai interaksi yang peserta didik lakukan.

Berangkat dari keingintahuan kondisi pembelajaran student centered

di SMP Negeri 1 Padalarang, peneliti melaksanakan observasi awal terhadap

proses pembelajaran di kelas VII B. Hasil pengamatan awal peneliti di kelas

tersebut, ditemukan adanya kendala terhadap pencapaian student centered.

Terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan, di antaranya pada proses

belajar mengajar guru kurang berorientasi dalam mengembangkan aspek

afektif (tanggung jawab), di sini guru hanya mengembangkan aspek kognitif

saja. Disamping itu guru yang bersangkutan pernah menerapkan metode

pembelajaran inquiry pada mata pelajaran IPS-Sejarah dalam proses

pembelajaran, namun pada pelaksanaannya banyak murid yang tidak

memperhatikan dan melaksanakan arahan guru dengan baik. Kegiatan yang

dilakukan para siswa ketika metode pembelajaran inquiry ini diterapkan

adalah mengobrol, bercanda dengan sesama teman lainnya. Selain itu

keaktifan siswa dalam kegiatan kelompok masih sangat kecil. Hal ini terjadi

(8)

temannya, dibandingkan dengan mendiskusikan topik yang ditugaskan guru

kepada kelompok mereka. Selain itu permasalahan lain yang penulis

dapatkan adalah kurangnya kesadaran siswa dalam mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru mata pelajaran IPS-Sejarah, baik itu tugas kelompok

maupun tugas individu. Dengan demikian akar permasalahannya adalah

pada proses pembelajarannya. Dewasa ini di dalam situasi belajar sering

terlihat sifat individualistis siswa. Seperti siswa cenderung berkompetisi

secara individual, bersikap tertutup terhadap teman, kurang memberi

perhatian ke teman sekelas, bergaul hanya dengan orang tertentu (adanya

gap di dalam kelas) dan ingin menang sendiri (tidak mengakui kesalahannya

sendiri). Menurut Rusman (2011:205) bahwa kondisi situasi belajar siswa

yang bersifat individualistis akan berdampak negatif dan bilamana kondisi

ini dibiarkan akan menghasilkan warga negara yang egois, inklusif, introfert

(tertutup), kurang bergaul dengan masyarakat acuh tak acuh dengan

tetangga dan lingkungan, kurang menghargai orang lain, serta tidak mau

menerima kelebihan dan kelemahan orang lain. Gejala seperti ini kiranya

mulai terlihat pada masyarakat kita, sedikit-sedikit demonstrasi, main

keroyokan, saling sikut, dan mudah terprovokasi.

Guru sebagai ujung tombak dalam pencapaian tujuan pendidikan perlu

memilih model pembelajaran yang efektif dan efesien serta inovatif agar

pembelajaran tersebut menjadi menyenangkan dan menarik. Proses

pembelajaran yang menyenangkan dan menarik tersebut merupakan titik

(9)

tanggung jawab siswa, sehingga siswa merasa senang mengikuti proses

pembelajaran dan melaksanakan tugas sebaik mungkin dari guru yang

bersangkutan.

Hal di atas didasari oleh salah satu asumsi bahwa ketepatan guru

memilih model pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan

hasil belajar siswa, karena model pembelajaran yang digunakan oleh guru

berpengaruh terhadap kualitas proses belajar-mengajar yang nantinya akan

diterapkan di dalam kelas.

Menurut Hamalik (2001:50)

Ketepatan guru dalam memilih metode pembelajaran akan berpengaruh terhadap kualitas proses belajar mengajar yang dilakukan. Kualitas pembelajaran selalu terkait dengan penggunaan metode pengajaran yang optimal, ini berarti untuk mencapai kualitas pengajaran yang tinggi harus diorganisasikan dengan strategi yang tepat pula.

Selain menurut pendapat Hamalik, ada juga pendapatnya Djahiri

dalam (Romdiani,2010:3) yang mengatakan bahwa :

Salah satu tugas utama guru adalah membelajarkan siswa sesuai dengan keadaan dan kemampuan, minat serta perkembangan tingkat belajar sehingga yang bersangkutan menyerap (menginternalisasi, mempribadikan/personalisasi dan membudidayakan diri) isi pesan pelajaran secara efektif, efisien, dan optimal.

Salah satu model pembelajaran yang dinilai akomodatif dapat

meningkatkan tanggung jawab dalam bekerjasama antara siswa adalah

model pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2009:10) bahwa dalam

semua metode pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa

(10)

timnya mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya. Hal tersebut

memberi peluang lebih besar pada siswa untuk lebih aktif pada proses

pembelajaran serta memungkinkan terjadinya komunikasi dan interaksi

yang berkualitas antara siswa dengan kelompok dan antara siswa dengan

guru.

Jenis dari model pembelajaran kooperatif ini sangat banyak, salah

satunya adalah tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dikembangkan

oleh Kagan. Dalam teknik NHT siswa dibagi dalam kelompok (2-6 orang).

Melalui penerapan model pembelajaran tipe NHT ini diharapkan dapat

meningkatkan tanggung jawab siswa, baik dalam mengambil keputusan

ketika diskusi kelompok maupun keputusan sendiri, mengerjakan tugas

secara mandiri tanpa meminta bantuan orang lain. Tanggung jawab menurut

Clemes dan Beans (2012:15-16) mengambil keputusan yang tepat dan

efektif. Tepat berarti bahwa seseorang anak membuat sebagian besar

pilihannya dalam batasan norma-norma sosial dan harapan yang ada untuk

menciptakan hubungan kemanusiaan yang positif serta memberikan rasa

keselamatan, keberhasilan, dan keamanannya sendiri. Tanggapan efektif,

apabila hal itu memungkinkan anak mencapai tujuan yang akan

meningkatkan perasaan harga dirinya sendiri. Pengambilan keputusan

merupakan sikap bertanggung jawab yang perlu dikembangkan secara terus

(11)

Untuk menjawab hal itu di atas penulis melakukan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe Numbered Heads Together

Dalam Meningkatkan Tanggung Jawab Kerjasama Siswa Pada Mata

Pelajaran IPS-Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas

VII B SMP Negeri 1 Padalarang).

1.2Rumusan dan Pertanyaan Penelitian

Agar penelitian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang

diharapkan, maka peneliti mendasarkan kajian pada masalah pokok yaitu

“Bagaimana Meningkatkan Tanggung Jawab Kerjasama Siswa Pada Mata

Pelajaran IPS-Sejarah Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Numbered Heads Together (NHT)”.

Dari rumusan di atas agar permasalahan dapat lebih terarah, maka

peneliti akan merinci kembali permasalahan tersebut menjadi beberapa

pertanyaan, di antaranya :

1. Bagaimana guru mendesain perencanaan proses pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada mata

pelajaran IPS-Sejarah untuk meningkatkan tanggung jawab

kerjasama siswa?

2. Bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran IPS-Sejarah

melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

(12)

3. Bagaimana hasil-hasil dengan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat

meningkatkan tanggung jawab kerjasama siswa pada mata

pelajaran IPS-Sejarah ?

4. Bagaimana solusi dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi

guru di dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) pada mata pelajaran

IPS-Sejarah?

1.3Tujuan Penelitian

Secara umum dari tujuan penelitian ini adalah meningkatkan tanggung

jawab kerjasama siswa pada mata pelajaran IPS-sejarah melalui model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

1. Mendeskripsikan perencanaan desain pembelajaran IPS-Sejarah

yang akan diterapkan guru selama proses pembelajaran melalui

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT).

2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPS-Sejarah

diterapkan guru selama proses pembelajaran melalui model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

3. Mendapatkan gambaran mengenai sejauh mana pengaruh

(13)

Together (NHT) terhadap peningkatan tanggung jawab kerjasama

siswa pada mata pelajaran IPS-Sejarah.

4. Menganalisis mengenai kendala apa saja yang dihadapi dalam

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) Pada mata pelajaran IPS-Sejarah.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak yang berhubungan secara langsung ataupun tidak langsung dalam

bidang pendidikan, khususnya pada satuan pendidikan SMP dalam mata

pelajaran IPS-Sejarah. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini

secara khusus adalah dapat :

1. untuk penulis, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan

serta menambah keterampilan penulis dalam menerapkan model

pembelajaran.

2. untuk guru, diharapkan hasil penelitian ini dijadikan bahan

masukan untuk kajian tindak lanjut.

3. untuk siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

tanggung jawab kerjasama siswa pada mata pelajaran IPS-sejarah.

4. untuk sekolah, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat

(14)

1.5Penjelasan Istilah

1.5.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Kooperatif mengandung pengertian bekerjasama dalam mencapai

tujuan bersama, yang berarti pula pemanfaatan kelompok kecil dalam

pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerjasama untuk

memaksimalkan belajar mereka dalam anggota tersebut. Menurut Slavin

(2010:8). “Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama

dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi

yang disampaikan oleh guru”.

Menurut Roger, dkk dalam (Huda, 2011:29) menyatakan cooperative

learning is group learning activity organized in such a way that learning is

based on the socially structured change of information between learners in

group in which each learner is held accountable for his or her own learning

and is motivated to increase the learning of others (pembelajaran kooperatif

merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu

prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi

secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya

setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan

didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain).

1.5.2 Numbered Heads Together (NHT)

Teknik belajar mengajar kepala bernomor (Numbered Heads)

dikembangkan oleh Kagan. Teknik ini memberikan kesempatan siswa untuk

(15)

tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan

semangat bekerjasama mereka. Prosedur pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) menurut Huda (2011:138) pada

prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu :

1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor;

2. Guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing-masing kelompok mengerjakannya;

3. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut;

4. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka.

1.5.3 Tanggung Jawab

Tanggung jawab menurut Clemes dan Bean (2012:15-16) mengambil

keputusan yang tepat dan efektif. Tepat berarti bahwa seseorang anak

membuat sebagian besar pilihannya dalam batasan norma-norma sosial dan

harapan yang ada untuk menciptakan hubungan kemanusiaan yang positif

serta memberikan rasa keselamatan, keberhasilan, dan keamanannya sendiri.

Tanggapan efektif, apabila hal itu memungkinkan anak mencapai tujuan

yang akan meningkatkan perasaan harga dirinya sendiri. Tanggung jawab

siswa baik secara pribadi maupun kelompok untuk memperoleh hasil

belajar, dengan memperoleh perubahan sebagaimana ciri-ciri belajar

(16)

Menurut Clemes dan Bean (2012:204-205) seorang anak bertanggung

jawab bila dia :

1) Melakukan tugas secara teratur tanpa harus diingatkan;

2) Mempunyai alasan yang dapat dijelaskannya dalam melakukan pekerjaannya;

3) Tidak selalu menyalahkan orang lain;

4) Mampu membuat pilihan dari berbagai alternatif;

5) Dapat bermain atau bekerja sendiri tanpa merasa terpaksa;

6) Dapat mengambil keputusan yang berbeda dari orang lain dalam kelompok (teman, geng, keluarga, dan sebagainya);

7) Mempunyai bermacam-macam tujuan atau minat yang dapat menyerap perhatiannya;

8) Menghormati dan menghargai batasan yang diberikan orang tua tanpa selalu membantah atau mendebatnya;

9) Dapat memusatkan perhatian atau tugas yang kompleks (relatif terhadap usia) selama beberapa waktu tanpa merasa frustasi berlebihan;

10) Melaksanakan apa yang dikatakan akan dilakukannya;

11) Mengakui kesalahan tanpa memberikan alasan/rasionalisasi yang berlebihan.

Yang dimaksudkan dengan tanggung jawab dalam penelitian ini

adalah bagaimana siswa dapat memiliki tanggung jawab kerjasama dalam

pembelajaran kooperatif. Indikatornya adalah :

1) Sejauh mana siswa dapat bekerjasama dengan anggota

kelompoknya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru

kepada kelompoknya;

2) Sejauh mana kesadaran para siswa dalam menyikapi perbedaan

karakter, watak, etnis, status ekonomi, dan gender diantara sesama

anggota kelompoknya;

3) Sejauh mana para siswa memberikan reward (penghargaan)

(17)

4) Sejauh mana kesadaran para siswa dalam mempelajari materi yang

dia pelajarinya atas dasar kemauan dan kesadarannya sendiri.

1.5.4 Siswa

Yang dimaksudkan Siswa di sini adalah siswa kelas VII B SMP

Negeri 1 Padalarang yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan yang

terdaftar dan tercantun dalam buku kehadiran siswa.

1.6Sistematika Penulisan

Bab Satu, yaitu pendahuluan. Bab I merupakan bagian awal dari

penulisan, dalam bab ini terbagi-bagi dalam beberapa sub bab seperti : latar

belakang masalah yang berisikan mengenai mengapa masalah yang diteliti

itu timbul dan apa yang menjadi alasan peneliti mengangkat masalah

tersebut. Selain latar belakang masalah, dalam penulisan ini terdapat pula

rumusan masalah dan pertanyaan penelitian. Hal ini dibuat agar penelitian

menjadi lebih terfokus. Sub bab selanjutnya adalah tujuan penelitian,

tujuannya adalah untuk menyajikan hal yang ingin dicapai setelah

melaksanakan penelitian. sub bab yang berikutnya adalah manfaat

penelitian, dalam sub bab ini penulis menuliskan manfaat dari hasil

penelitian yang dilakukan penulis. Sub bab berikutnya adalah definisi

operasional dan sistematika penulisan

Bab Dua, merupakan landasan teoritis yang meliputi pembahasan dari

judul penelitian berdasarkan rujukan dari teori-teori yang relevan dengan

(18)

Bab Tiga, merupakan metodologi penelitian yang meliputi

langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitiannya. Dalam bab

ini dipaparkan mengenai pendekatan penelitian, metode dan desain

penelitian yang berisi perencanaan pelaksanaan penelitian, subjek

penelitian, prosedur penelitian, serta teknik-teknik yang digunakan dalam

pengolahan data.

Bab Empat, merupakan pembahasan masalah dan analisis data

berdasarkan hasil penelitian dari keseluruhan instrumen penelitian serta

keseluruhan tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti. Dalam bab ini

diuraikan mengenai pembahasan hasil penelitian yang merupakan jawaban

dari pertanyaan yang ada dalam rumusan masalah.

Bab Lima, merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan hasil yang

telah dilakukan dan saran-saran atau rekomendasi bagi pihak-pihak terkait

dan bagi pengembangna penelitian selanjutnya. Kesimpulan menguraikan

sintesis dan interpretasi dari hasil penelitian dan pembahasan, sedangkan

(19)

Daftar Pustaka

Agustiani, S.(2010). Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif

(Cooperative Learning) Teknik Kepala Bernomor Untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Koperasi

Mata Pelajaran IPS. Skripsi UPI Bandung : Tidak diterbitkan

Anggoro, M.T.(2007). Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Terbuka.

Arends, R.(1997). Classroom Instructional Management. New York : The

Mc Graw-Hill Company

Arikunto, S.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Hamalik, O.(2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara

Haris, C dan Bean, R. (2012). Bagaimana Mengajar Anak Bertanggung

Jawab. Tangerang Selatan : Binarupa Aksara Publisher.

Hasan, S.H. dkk.(2010). Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan

Nilai-Nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter

Bangsa. Bahan Pelatihan. Jakarta : Kementrian Pendidikan Nasional

Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum

___________(2011). Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas.

Terjemahan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Huda, M.(2011). Cooperative Learning, Metode, Teknik, Struktur dan

(20)

Kunaedi, J.(2006). Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan

Kooperatif. Skripsi UPI. Bandung : Tidak Diterbitkan

Kunandar.(2011). Langkah Mudah Penelitian Tindakan kelas sebagai

pengembangan Profesi Guru. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Lie, A.(2008).Cooperative Learning, Mempraktikan Cooperative Learning

di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Mabroer, A. (2006). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Student Teams Achievement Division (STAD) Sebagai Upaya Untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar dan Aktivitas Siswa. Skripsi UPI

Bandung: Tidak diterbitkan.

Margono.(2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka

Cipta

Riyanto, Y.(2001). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : Penerbit

SIC.

Riyanto, Y.(2010). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Kencana

Prenada Media Group.

Romdiani, A.D. (2010). “Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads

Together Untuk Meningkatkan Tanggung Jawab Siswa Pada

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan” Penelitian Tindakan

(21)

Rusman.(2011). Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan

Profesionalisme Guru. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, W.(2008). Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Slameto.(2010). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta :

PT. Rineka Cipta

Slavin, R.E.(2009). Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktik.

Terjemahan. Bandung : PT. Nusa Media.

Solihatin, E. dan Raharjo.(2008). Cooperative Learning, Analisis Model

Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudirman. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student

Teams Achievment Division (STAD) untuk meningkatkan Penguasaan

Konsep Fisika pada Siswa MA Kelas X. Skripsi UPI Bandung: Tidak

diterbitkan.

Sugiyono.(2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung. CV. Alfabeta.

Sukardi.(2007). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan

Prakteknya. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Sukidin, dkk.(2010).Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Penerbit Insan

Cendikia.

Sukmadinata, N.S.(2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT

(22)

Trianto.(2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik. Jakarta: PT Prestasi Pustaka.

_______.(2011). Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas, Classroom

Action Research. Jakarta : Prestasi Pustakaraya.

Wardhani, IGAK, et.al.(2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Wiriaatmadja, R.(2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT

(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

3.1.1 Pendekatan Penelitian

Sehubungan dengan masalah yang akan diteliti dalam penelitian

tindakan kelas memerlukan pengamatan dan penelitian yang mendalam,

maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan

pada permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini membutuhkan sejumlah

data lapangan yang sifatnya aktual dan konteksual. Menurut Sukmadinata

(2012:60) Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan

untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas

sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual

maupun kelompok. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama,

mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetil disertai catatan-catatan

hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan

catatan-catatan. Data yang berhasil diperoleh kemudian dikumpulkan dan kemudian

dianalisis. Menurut Margono (1996:36-37) analisis dalam penulisan

kualitatif lebih bersifat deskriptif-analitik yang berarti interpretasi terhadap

(24)

Oleh karena penelitian ini bersifat deskriptif, maka penulis lebih

memfokuskan penelitian pada masalah yang aktual untuk memberikan

pemahaman yang berarti sehingga menimbulkan pemikiran-pemikiran yang

kritis.

Penelitian yang menggunakan pendekatan Kualitatif memiliki

karakteristik tersendiri, seperti diungkapkan Sukmadinata (2012:95) di

bawah ini :

a. Kajian naturalistik: melihat situasi nyata yang berubah secara alamiah, terbuka, tidak ada rekayasa pengontrolan variabel.

b. Analisis induktif: mengungkap data khusus, detil, untuk menemukan kategori, dimensi, hubungan penting dan asli, dengan pertanyaan terbuka.

c. Holistik: totalitas fenomena dipahami sebagai sistem yang kompleks, keterkaitan menyeluruh tak dipotong padahal terpisah, sebab-akibat.

d. Data kualitatif: deskripsi rinci-dalam, persepsi-pengalaman orang. e. Hubungan dan persepsi pribadi: hubungan akrab peneliti-informan,

persepsi dan pengalaman pribadi peneliti penting untuk pemahaman fenomena-fenomena.

f. Dinamis: perubahan terjadi terus, lihat desain fleksibel.

g. Orientasi keunikan: tiap situasi khas, pahami sifat khusus dan dalam konteks sosial-historis, analisis silang kasus, hubungan waktu-tempat.

h. Empati netral: subjektif murni, tidak dibuat-buat.

3.2 Metode Penelitian

Metode Penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya. “ ... Variasi metode yang dimaksud

adalah : angket, wawancara, pengamatan atau observasi, tes, dokumentasi”

(25)

Sesuai dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, maka

metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

penelitian tindakan (Action Research).

Menurut pendapat Rapoport dalam Hopkins (2011:87) :

bahwa penelitian tindakan bertujuan untuk memberikan kontribusi langsung pada problem-problem praktis masyarakat dalam situasi-situasi problematik dan pada tujuan-tujuan ilmu sosial dengan turut berkolaborasi (bersama masyarakat, penj) dalam kerangka etis yang disepakati antar satu sama lain .

Selain pendapat Rapoport ada juga pendapatnya Ebbutt dalam

Riyanto (2001:49) yang menyatakan bahwa Action research “…is about

the systematic study of attemps to improve educational practice by group of

participants by means of their own practical action and by means of their

reflection upon the effects of these actions”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Wiriaatmadja (2012:13) yang

mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok

guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka dan

belajar dari pengalaman mereka sendiri.

3.3 Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1

Padalarang yang beralamat di Jl. Kertajaya Desa Kertajaya Kecamatan

Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Adapun subjek dalam penelitian ini

adalah kinerja guru IPS dan siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Padalarang

(26)

34 orang yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

Dipilihnya kelas ini sebagai subjek penelitian, didasarkan atas masukan dari

guru mitra, menurut guru mitra kemampuan siswa dalam aspek afektif atau

dalam hal ini tanggung jawab dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh

guru mitra masih kurang. Oleh karena itu peneliti menerapkan model

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe Numbered Heads

Together (NHT) untuk meningkatkan tanggung jawab kerjasama siswa pada

mata pelajaran IPS-Sejarah.

3.4 Prosedur Penelitian

Di dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model

Lewin. Menurut Lewin dalam (Arikunto, 2010:131) bahwa penelitian

tindakan kelas terdiri dari 4 komponen pokok yang juga menunjukan

langkah yaitu : perencanaan atau planning; tindakan atau acting;

pengamatan atau observing; dan refleksi atau reflecting. Prosedur penelitian

tindakan kelas ini dilakukan beberapa siklus. Setiap siklus terdiri dari empat

tahapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK). Adapun empat

tahapan yang dimaksud dapat dilihat di bawah ini :

3.4.1 Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)

Perencanaan adalah persiapan yang harus dilakukan oleh peneliti

sebelum melakukan penelitian. Hal tersebut menjadi penting karena agar

(27)

demikian peneliti dapat membuat perencanaan penelitian yang terencana,

terarah dan sistematis. Dengan demikian ketika peneliti melaksanakan

penelitiannya lebih terarah dan terencana dengan baik.

Perencanaan akan terkait dengan beberapa hal seperti : dimana lokasi

pelaksanaan penelitian serta bagaimana tindakan penelitian tersebut akan

dilakukan. Dalam penelitian ini perencanaan dimulai dengan melakukan

identifikasi masalah pada lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian

penulis, selanjutnya dilakukan perencanaan pembelajaran berdasarkan

analisa masalah yang diperoleh dari lokasi penelitian. Adapun beberapa

tahapan pada perencanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Menentukan kelas yang akan dijadikan sebagai subyek penelitian.

b. Melakukan pengamatan pra-penelitian terhadap kelas yang akan

dilakukan/dijadikan subyek penelitian.

c. Meminta kesediaan guru mata pelajaran IPS-Sejarah untuk menjadi

mitra dalam melakukan penelitian mengamati proses belajar

mengajar (KBM) yang akan dilaksanakan pada kelas yang

dijadikan subyek penelitian.

d. Membuat kesepakatan dengan mitra dalam hal ini guru mata

pelajaran IPS-Sejarah untuk menentukan waktu pelaksanaan

penelitian dimulai.

e. Mendiskusikan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam proses

(28)

f. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar.

g. Menentukan alat evaluasi untuk mengukur peningkatan tanggung

jawab siswa terhadap mata pelajaran IPS-Sejarah dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT).

h. Membuat alat observasi yang akan digunakan dalam penelitian

pada saat proses belajar mengajar berlangsung untuk melihat

aktivitas siswa pada saat pelaksanaan proses belajar mengajar

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT).

i. Mendiskusikan dengan guru mitra mengenai tanggung jawab siswa

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) berdasarkan pengamatan

selama proses penelitian berlangsung.

j. Menyusun rencana untuk untuk mengevaluasi terhadap

kekurangan-kekurangan yang terdapat pada penelitian sebelumnya.

k. Merencanakan pengolahan data yang didapatkan selama penelitian

(29)

3.4.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)

Tahapan yang kedua adalah tahapan tindakan, pada tahapan ini

peneliti melaksanakan penelitiannya dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Tindakan

yang dimaksud di sini adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan

terkendali yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana

(Kunandar, 2011:72).

Tahap pelaksanaan atau kegiatan inti pada proses penelitian ini,

tahapan sangat penting dan memerlukan kerjasama dari berbagai pihak

terkait dalam proses penelitian ini, tindakan dilaksanakan berdasarkan

perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Dalam tahap pelaksanaan ini

dilakukan dalam beberapa siklus di mana hasil yang akan diperoleh sudah

menemui titik jenuh. Beberapa tahapan pada proses tindakan (action) ini

adalah sebagai berikut :

a. Pelaksanaan tindakan dalam proses pembelajaran IPS-Sejarah

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT), pelaksanaannya sesuai dengan silabus dan

rencana pelaksanaan perencanaan pembelajaran (RPP).

b. Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT) dengan optimal dalam proses pembelajaran

(30)

c. Melaksanakan evaluasi untuk melihat tanggung jawab siswa dalam

proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

d. Menerapkan alat observasi yang digunakan untuk melihat aktivitas

siswa pada saat proses pembelajaran IPS-Sejarah dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT).

e. Mendiskusikan proses pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

sesuai dengan pengamatan peneliti.

f. Melakukan evaluasi terhadap kekurangan-kekurangan yang

terdapat dalam proses pembelajaran yang menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

g. Melakukan pengolahan data yang diperoleh setelah melaksanakan

penelitian.

3.4.3 Pengamatan (Observation)

Tahapan yang ketiga adalah dengan melakukan pengamatan terhadap

proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPS-Sejarah di kelas yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT). Dalam tahap observasi ini peneliti mengamati perilaku

siswa seperti aktivitas siswa ketika guru sedang berbicara di depan, aktivitas

(31)

diatur oleh guru yang bersangkutan sebelumnya. Kemudian dalam kegiatan

observasi ini pun perilaku guru mulai dari masuk ke dalam kelas sampai

dengan pelajaran selesai tidak akan luput dari pengamatan peneliti. Hal ini

sejalan dengan pendapat Sukidin. Menurut Sukidin (2010:125) bahwa data

yang dikumpulkan tidak hanya mengenai data tingkah laku dan tanggapan

siswa, tetapi juga cara guru melakukan tindakan serta situasi kelas.

Menurut Hopkins (2011:141) bahwa sebelum observasi, ada beberapa

masalah yang harus dipertimbangkan dan beberapa keputusan yang perlu

dibuat oleh para partner :

1. Peran Observer di ruang kelas; 2. Konfidensialitas diskusi; 3. Komitmen terhadap program; 4. Waktu dan tempat observasi;

5. Waktu dan tempat review, hal ini seharusnya dilaksanakan sedekat mungkin dengan pelaksanaan observasi (dalam jangka waktu 24 jam); tempat haruslah ruangan dan/ atau linkungan yang kondusif, di dalam dan di luar kelas, dan haruslah nyaman, sediakan waktu minimal 40 menit untuk review;

6. Seberapa sering observasi ini dilaksanakan, hal ini bergantung pada situasi, kondisi, dan waktu yang memungkinkan;

7. Kelas-kelas dan pelajaran-pelajaran apa saja yang akan diobservasi;

8. Apakah ini akan menjadi observasi terfokus atau tidak terfokus; dan

9. Metode-metode observasi yang digunakan.

Adapun langkah-langkah pengamatan yang dilakukan peneliti di

dalam kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) adalah sebagai berikut :

a. Pengamatan dilakukan pada kelas VII B SMP Negeri 1 Padalarang

(32)

b. Pengamatan mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap materi yang

dibahas dalam upaya meningkatkan tanggung jawab kerjasama

siswa di kelas.

c. Mengamati kemampuan guru dalam menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

3.4.4 Tahap Refleksi (Reflection)

Refleksi menurut Sukidin (2010:112) adalah kegiatan mengulas secara

kritis (reflective) tentang perubahan yang terjadi, baik pada siswa, suasana

kelas, maupun guru. Pada tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab

pertanyaan mengapa, bagaimana, dan sejauh mana intervensi menghasilkan

perubahan secara signifikan.

Tahap refleksi ini sebagai tahapan melakukan pengkajian ulang

terhadap apa yang telah dilakukan pada proses pelaksanaan penelitian

terhadap subyek penelitian.

Adapun langkah-langkah refleksi yang dilakukan peneliti adalah

sebagai berikut :

a. Peneliti dan guru mitra mengevaluasi proses pembelajaran yang

telah berlangsung dengan menerapkan model pembelajaran

(33)

b. Membuat kesimpulan terhadap kegiatan proses pembelajaran yang

telah dilaksanakan, untuk menentukan penelitian selanjutnya

dilanjutkan atau dihentikan.

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Catatan Lapangan

Catatan lapangan (field notes) menurut Wiriaatmadja (2012:125)

adalah sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian ini yang

dibuat oleh peneliti/mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau

observasi. Berbagai aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan

kelas, hubungan interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa,

mungkin juga hubungan dengan orang tua siswa, iklim sekolah, leadership

kepala sekolah; demikian pula kegiatan lain dari penelitian ini seperti

aspek orientasi, perencanaan, pelaksanaan, diskusi dan refleksi, semuanya

dapat dibaca kembali dari catatan lapangan ini. Sedangkan menurut Trianto

(2011b:57) bahwa catatan lapangan itu berisi rangkuman seluruh data

lapangan yang terkumpul selama sehari atau periode tertentu yang disusun

berdasarkan catatan pendek, catatan harian, log lapangan, dan juga

mencakup data terkait yang berasal dari dokumen, rekaman, dan catatan

telaah dan pemahaman terhadap situasi sosial yang bersangkutan.

Berdasarkan hasil catatan lapangan tersebut, peneliti dapat

mendiskusikan hasil yang telah dicapai dalam kegiatan belajar mengajar

(34)

selanjutnya dan mengecek kebenaran data seperti yang dikemukakan oleh

Hopkins (2011:181) bahwa catatan lapangan merupakan salah satu cara

melaporkan hasil observasi, refleksi, dan reaksi terhadap masalah-masalah

kelas. Idealnya, catatan-catatan ini seharusnya ditulis sesegera mungkin

setelah pelajaran usai meskipun nantinya ia akan menjadi catatan yang

cenderung impresionistik. Jadi, seorang observer harus sesegera mungkin

untuk mencatat setiap kejadian yang dilihat dan didengar olehnya, sehingga

momen-momen aktivitas yang berlangsung di dalam kelas baik itu aktivitas

guru maupun aktivitas siswa-siswinya dapat dideskripsikan secara objektif.

Hal ini untuk mengurangi unsur subjektifitas obsever dalam pembuatan

catatan lapangan tersebut.

Selain itu menurut Hopkins (2011:181) bahwa catatan lapangan ini

dapat berupa catatan yang berisi kesan-kesan umum tentang ruang kelas,

iklimnya, atau peristiwa-peristiwa insidentalnya. Adapun untuk lebih

jelasnya format catatan lapangan tersebut dapat dilihat di bawah ini :

CATATAN LAPANGAN

Pelaksanaan Tindakan : ………

Hari/Tanggal : ………

Waktu : ………

Tempat : ………

Jumlah Siswa : ………

Kompetensi Dasar : ………

Indikator : ………

[image:34.595.128.507.303.744.2]

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Komentar/Temuan Di Lapangan

(35)
[image:35.595.107.517.113.170.2]

Tanggal Jam Lokasi Deskripsi

Tabel 3.2 contoh catatan pendek (Trianto, 2011b:56)

[image:35.595.111.526.219.741.2]

Tanggal Jam Lokasi Deskripsi

Tabel 3.3 contoh catatan harian (Trianto, 2011b:56)

Tanggal Sebelum Observasi Sesudah Observasi

Tabel 3.4 contoh log lapangan (Trianto, 2011b:56)

Hari/Tanggal : ...

Ditulis Jam : ...

Observer : ...

Kategori Deskripsi

(36)

3.5.2 Pedoman wawancara

Wawancara atau interviu menurut Riyanto (2001:82) merupakan

metode pengumpulan data yang menghendaki komunikasi langsung antara

penyelidik dengan subyek atau responden. Dalam interviu biasanya terjadi

tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berpijak pada

tujuan penelitian. Pendapat Riyanto di atas senada dengan pendapatnya

Moleong (2012:186) bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)

yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Adapun Sukmadinata

(2012:216) berpendapat bahwa wawancara dilaksanakan secara lisan dalam

pertemuan tatap muka secara individual.

Menurut Donald Ary dkk dalam (Riyanto, 2001:82-83) dinyatakan

bahwa ada dua jenis wawancara, yaitu wawancara berstruktur dan

wawancara tidak berstruktur. Dalam wawancara berstruktur pertanyaan dan

alternatif jawaban yang diberikan kepada subyek telah ditetapkan terlebih

dahulu oleh pewawancara. Keuntungannya, jawabannya dapat dengan

mudah dikelompokkan dan dianalisis serta proses interviu lebih terarah dan

sistematis. Kelemahannya, suasana kaku dan terlalu formal serta tidak

memberi kesempatan kepada responden untuk mengemukakan pendapatnya

sehubungan dengan persoalan yang sedang diselidiki. Wawancara tak

berstruktur lebih bersifat informal. Pertanyaan-pertanyaan tentang

(37)

diajukan secara bebas kepada subyek. Wawancara jenis ini memang tampak

tampak luas dan biasanya direncanakan agar sesuai dengan subyek dan

suasana pada waktu wawancara dilakukan.

Interviu menurut Esterberg dalam (Sugiyono, 2009:317) yaitu “A

meeting of two persons to exchange information and idea through question

and responses, resulting in communication and joint construction of

meaning about a particular topic”.

Menurut Esterbeg berpendapat bahwa merupakan pertemuan dua

orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Menurut Anggoro (2007:5.17-5.18) faktor-faktor yang perlu

diperhatikan dalam membuat pedoman wawancara adalah sebagai berikut :

1. Pedoman wawancara yang dikembangkan harus dapat mengumpulkan data yang sesuai dengan tujuan khusus studi. 2. Pedoman terdiri dari serangkaian pertanyaan yang akan ditanyakan

pada saat wawancara, termasuk di dalamnya petunjuk kepada pewawancara apa yang harus dikatakan pada saat awal dan pada saat akhir suatu wawancara.

3. Rumusan pertanyaan bisa berbeda namun tetap mempunyai pengertian yang sama.

4. Urutan dan susunan pertanyaan dapat dikontrol oleh pewawancara. 5. Pedoman sebaiknya membutuhkan seminimum mungkin tulisan

dari pewawancara. Untuk itu pedoman wawancara dapat dikombinasikan dengan penggunaan kaset audio. Jika kedua alat ini digunakan maka tugas pewawancara adalah bertanya sedangkan jawaban responden direkam dalam kaset.

6. Pertanyaan setengah terbuka dengan pendahuluan yang jelas tentang topik yang akan dibicarakan umumnya lebih banyak mendapat tanggapan dari responden dan lebih kecil efeknya dibandingkan dengan pertanyaan pendek dan pertanyaan tertutup atau standar.

(38)

pada hakikatnya jawaban mereka sama dan jawaban tersebut dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori.

8. Menanyakan apa kira-kira jawaban atau pendapat teman responden tentang pertanyaan yang diajukan juga dapat meningkatkan jawaban responden.

9. Jika Probing (menggali informasi secara lebih mendalam) memungkinkan untuk diadakan, buatlah daftar pertanyaan probing sehingga semua responden mengalami suasana wawancara yang sama.

Tujuan dari penggunaan wawancara ini adalah untuk memperoleh

gambaran secara langsung dari hasil yang diperoleh dalam pembelajaran

IPS-Sejarah yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT), dalam rangka meningkatkan tanggung

jawab siswa dalam pembelajaran IPS-Sejarah. Dalam hal ini Hopkins

(2011:190) menyatakan bahwa dalam penelitian kelas, wawancara dapat

berlangsung dalam empat kondisi: ia dapat dilaksanakan antara guru dan

siswa, observer, dan siswa, siswa dan siswa, dan terkadang, guru dan

observer.

3.5.3 Lembar Panduan Observasi

Obsevasi atau pengamatan menurut Sukmadinata (2012:220)

merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan

mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.

Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar,

kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan, personil bidang

(39)

Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun nonpartisipatif.

Dalam observasi partisipatif (participatory observation) pengamat ikut serta

dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta

rapat atau peserta pelatihan. Dalam observasi nonpartisipatif

(nonparticipatory observation) pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan,

dia hanya berperan mengamati kegiatan. Adapun observasi dalam penelitian

tindakan ini penulis menggunakan observasi nonpartisipatif.

Menurut Hopkins dalam (Wardhani, 2007:2.23-2.24) menyebutkan

ada lima prinsip dasar atau karakteristik kunci observasi, yang secara

singkat dapat dideskripsikan seperti berikut ini :

1. Perencanaan Bersama

Observasi yang baik diawali dengan perencanaan bersama antara

pengamat dengan yang diamati, dalam hal ini antara teman sejawat

yang akan membantu mengamati dengan guru yang akan mengajar.

Perencanaan bersama ini bertujuan untuk membangun rasa saling

percaya dan menyepakati beberapa hal seperti fokus yang akan

diamati, pelajaran yang akan berlangsung, serta aturan lain seperti

berapa lama pengamatan akan berlangsung, bagaimana sikap

pengamat kepada siswa, dan dimana pengamat akan duduk.

2. Fokus

Fokus pengamatan mungkin sangat luas atau umum, tetapi dapat

pula sangat khusus atau spesifik. Fokus yang luas akan

(40)

yang bersifat subjektif dalam menafsirkan data, sehingga tidak

akan banyak manfaatnya bagi guru yang diamati, kecuali jika

berbagai hal telah disepakati sebelumnya. Sebaliknya, fokus sempit

atau spesifik akan menghasilkan data yang sangat bermanfaat bagi

pertumbuhan profesional guru.

3. Membangun kriteria

Observasi akan sangat membantu guru, jika kriteria keberhasilan

atau sasaran yang akan dicapai sudah disepakati sebelumnya.

Misalnya, guru menargetkan akan melibatkan minimal 30 orang

dari 35 orang siswanya dalam diskusi kelas. Dengan kriteria seperti

ini, pengamat dapat merekam data yang memang relevan. Atau,

sebelum pengamatan pengamat dan guru menyetujui bahwa

pengamat akan merekam kebermaknaan respons siswa dengan cara

mencatat kemunculannya dan memberi komentar.

4. Keterampilan observasi

Seorang pengamat yang baik memiliki tiga keterampilan, yaitu :

(1) dapat menahan diri untuk tidak terlalu cepet memutuskan dalam

menginterpretasikan satu peristiwa; (2) dapat menciptakan suasana

yang memberi dukungan dan menghindari terjadinya suasana yang

menakutkan guru atau siswa; dan (3) menguasai berbagai teknik

untuk menemukan peristiwa atau interaksi yang tepat untuk

direkam, serta alat/instrumen perekam yang efektif untuk episode

(41)

5. Balikan (feedback)

Hasil observasi dapat dimanfaatkan jika ada balikan yang tepat,

yang disajikan dengan memperhatikan hal-hal berikut :

a. Diberikan segera setelah pengamatan, dalam bentuk diskusi.

b. Balikan diberikan berdasarkan data faktual yang direkam

secara cermat dan sistematis.

c. Data diinterpretasikan sesuai dengan kriteria yang sudah

disepakati sebelumnya.

d. Guru yang diamati diberi kesempatan pertama untuk

menafsirkan data.

e. Diskusi mengarah kepada perkembangan strategi untuk

membangun apa yang telah dipelajari.

3.5.4 Foto

Pada penelitian ini, peneliti juga menggunakan foto sebagai alat

perekam terhadap kejadian yang berlangsung pada pelaksanaan tindakan.

Menurut Moleong (2012:160) bahwa foto menghasilkan data deskriptif

yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi

subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif. Jadi, foto yang

dilampirkan dalam penelitian ini adalah salah satu hasil dokumentasi pada

saat proses pembelajaran berlangsung yang bertujuan untuk melengkapi

(42)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan foto ini, sebaiknya

guru (peneliti) dan siswa sebagai subyek yang diteliti tidak menyadari

pengambilan foto tersebut, atau paling tidak proses pengambilan gambar ini

jangan sampai mengganggu pembelajaran di kelas pada saat pelaksanaan

penelitian berlangsung. Pengambilan foto dilakukan dengan meminta

bantuan orang lain atau observer ketika pelaksanaan penelitian tindakan

pada kelas mata pelajaran IPS-Sejarah yang sedang menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Togethers (NHT).

3.6 TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Pengolahan data penelitian tindakan kelas didasarkan atas rancangan

penelitian kualitatif yang dilakukan secara terus menerus dan sistematis oleh

peneliti selama penelitian berlangsung. Adapun analisis dan penafsiran data

merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan. Untuk itu, data tersebut

dianalisis secara deskriptif untuk memberi gambaran yang jelas tentang

tahapan pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan. Proses tersebut antara

lain bagaimana proses belajar mengajar (PBM) IPS-Sejarah berlangsung

dalam upaya untuk meningkatkan tanggung jawab siswa dengan model

(43)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam prosedur pengolahan dan

analisis data terdiri dari :

3.6.1 Pengumpulan/Kategorisasi data

Merupakan kegiatan mengumpulkan data yang dilakukan melalui

observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini data yang

diperoleh berdasarkan observasi, wawancara dan dokumentasi proses

pembelajaran IPS-Sejarah dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Data tersebut kemudian

diproses dan disusun secara lebih sistematis untuk memberi gambaran yang

lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk

mencari kembali data yang diperoleh.

3.6.2 Validasi data

Dalam proses pengolahan data agar data yang diperoleh akurat dan

obyektif maka dilakukan validasi data. Merujuk pada Hopkins dalam

(Wiriaatmadja, 2012:168-171) bahwa langkah-langkah validasi diantaranya:

3.6.2.1 Member Check

Member check yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau

informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari

narasumber, apakah keterangan, informasi, atau penjelasan itu tetap sifatnya

atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya, dan data itu

terperiksa kebenarannya. Dalam proses ini data yang diperoleh dari guru

(44)

3.6.2.2 Triangulasi

Triangulasi yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau

analisis yang anda sendiri timbulkan dengan membandingkan dengan hasil

orang lain, misalnya mitra peneliti lain yang hadir dan menyaksikan situasi

yang sama. Triangulasi menurut Elliot dalam (Wiriaatmadja, 2012:169)

menyatakan bahwa triangulasi dilakukan berdasarkan tiga sudut pandang,

yakni sudut pandang guru, sudut pandang siswa, dan sudut pandang yang

melakukan pengamatan atau observasi/peneliti. Proses triangulasi dilakukan

untuk memeriksa kebenaran data.

3.6.2.3 Expert Opinion

Expert Opinion yaitu pengecekan terakhir terhadap kesahihan temuan

penelitian kepada para pakar yang professional dibidangnya. Dalam

kegiatan ini, peneliti mengkonsultasikan hasil temuan penelitian ini dengan

pembimbing skripsi. Pakar atau pembimbing ini akan memeriksa semua

tahapan penelitian, memberikan arahan atau penghalusan berdasarkan

arahan/opini, pakar atau pembimbing selanjutnya akan memvalidasi

hipotesis, konstruk atau kategori dan pada tahap selanjutnya analisis yang

dilakukan oleh peneliti derajat kepercayaannya akan meningkat.

Setelah melakukan kegiatan validasi menggunakan tiga langkah di

atas, tahap berikutnya adalah proses interpretasi temuan-temuan yang

didapatkan oleh peneliti di lapangan. Hasil interpretasi ini akan sangat

berguna dalam menyusun rencana tindakan selanjutnya dalam menerapkan

(45)

kelas. Interpretasi dilakukan dengan cara membandingkan kondisi-kondisi

riil yang terjadi di lapangan dengan ukuran dari suatu pembelajaran

selanjutnya. Di akhir penelitian interpretasi dilakukan kembali secara

menyeluruh sehingga diperoleh sebuah kesimpulan hasil penelitian.

3.6.3 Analisis data

Analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus selama

penelitian. Analisis data kualitatif berupaya untuk melakukan interpretasi

secara kontekstual terhadap kinerja guru, siswa dan pola interaksi belajar

mengajar yang dikembangkan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Analisis data ini adalah

salah satu faktor penting untuk menguji data yang diperoleh oleh peneliti

berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Setelah tahap analisis data ini

dilakukan, peneliti dapat memberikan jawaban terhadap

pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dibuat oleh peneliti. Selain itu hasil analisis data

juga dapat dijadikan dasar untuk mengevaluasi sejauhmana penelitian

tersebut berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan. Hal ini sejalan

dengan pendapatnya Sukmadinata (2012:155) bahwa hasil analisis dan

interpretasi data akhirnya digunakan untuk memberikan masukan bagi

perbaikan kegiatan baik bagi kegiatan peneliti sendiri maupun teman satu

tim. Jadi, hasil analisis data dapat dijadikan acuan atau dasar pemikiran bagi

peneliti dan mitra peneliti untuk melakukan penyempurnaan terhadap

rancangan program pembelajaran yang telah dibuat dalam rangka

(46)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang peneliti dapatkan berdasarkan dari penelitian yang

dilakukan peneliti dalam empat siklus terhadap penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada mata

pelajaran IPS-Sejarah adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan kesimpulan peneliti bahwa dalam tahap perencanaan

membuat desain pembelajaran IPS-Sejarah ini banyak sekali hal

yang peneliti temukan. Bahwa di dalam tahap perencanaan antara

guru mitra dan peneliti harus menyepakati dan memahami

langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan pada saat

pelaksanaan penelitian berlangsung. Hal ini untuk meminimalisir

kesalahaan-kesalahan yang terjadi pada saat penelitian

dilaksanakan di dalam kelas. Pembagian tugas di dalam penelitian

pun harus ditentukan dan disepakati bersama pada saat tahap

perencanaan ini. Pemahaman antara guru mitra dan peneliti

terhadap model pembelajaran yang akan diterapkan dalam

penelitian harus disamakan terlebih dahulu persepsinya, sehingga

pada saat penelitian tidak terjadi benturan ataupun ketidaksesuaian

(47)

di lapangan. Dalam penelitian ini pun guru mitra dengan peneliti

baru bisa selaras antara perencanaan yang dibuat dengan

pelaksanaan penelitian di dalam kelas terjadi pada saat tindakan

siklus ke-4 dilaksanakan. Hal tersebut bisa terwujud pada saat

tindakan siklus ke-4 dikarenakan koordinasi dan komunikasi yang

dijalin antara guru mitra dengan peneliti sangat baik. Pada saat

setiap tindakan siklus telah selesai dilakukan, peneliti dan guru

mitra melakukan refleksi terhadap kekurangan-kekurangan yang

terjadi pada saat pelaksanaan penelitian dilakukan.

2. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mengenai

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Togther (NHT) yang telah dilaksanakan selama empat siklus tidak

luput dari berbagai hambatan-hambatan yang ditemui oleh guru

mitra dan peneliti. Adapun hambatan-hambatanya yang ditemui

pada saat pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :

a. Guru mitra belum terbiasa dalam menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT). Sehingga ketika model NHT ini diterapkan di kelas

VII B tidak sesuai dengan langkah-langkah teknik dalam

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT).

b. Dikarenakan waktunya yang terbatas ketika model

(48)

(NHT) di terapkan, sehingga para siswa tidak leluasa dalam

mengemukakan pendapatnya.

c. Di dalam pembentukan kelompok masih adanya siswa yang

tidak mau masuk kedalam kelompok yang bukan teman

baiknya atau siswa yang merasa kemampuan akademiknya

tinggi tidak mau disatu kelompokan dengan siswa yang

kemampuan akademiknya rendah.

d. Kondisi meja siswa yang ukurannya panjang membuat siswa

kesulitan dalam menata meja kelompoknya masing-masing

dalam upaya untuk menunjang model pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Heads Together (NHT) secara optimal.

e. Tanggung jawab siswa secara individu masih terlihat rendah.

Hal ini terlihat pada saat pengerjaan Lembar Kerja Siswa

(LKS) yang diberikan oleh guru mitra ada sebagian kecil siswa

yang masih mengobrol atau bercanda dengan teman satu

kelompoknya.

3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

Together (NHT) dapat meningkatkan tanggung jawab kerjasama

siswa hal ini dengan dibuktikan dengan meningkatnya tanggung

jawab individu siswa seperti merapikan kembali bangku dan

mejanya sendiri ketika pembelajaran IPS-Sejarah telah selesai,

menjaga kebersihan kelas tanpa disuruh oleh guru yang

(49)

tertib dan tidak gaduh, berani untuk mengemukakan pendapat dan

mengajukan pertanyaan, menghargai pendapat orang lain dan tidak

memotong pembicaraan teman. Selain itu untuk tanggung jawab

siswa secara kelompok seperti : mengerjakan LKS tepat waktu,

saling membantu satu sama lain dalam belajar dan selalu siap

ketika di tunjuk oleh guru mitra untuk mempresentasikan hasil

kerja kelompoknya. Meni

Gambar

Tabel 3.1  Format Catatan Lapangan
Tabel 3.3 contoh catatan harian (Trianto, 2011b:56)

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu pengobatan dengan menggunakan tanaman obat merupakan langkah efektif tanpa menimbulkan efek samping, tanaman obat (buah mahkota dewa) yang mengandung

[r]

perubahan kurs valas terhadap nilai ekuivalen mata uang domestik atas aktiva dan kewajiban dalam mata uang asing yang dimiliki oleh perusahaan..  Sebagai contoh, sebuah

Scanned by CamScanner... Scanned

Menurut Miller, Balanter dan Primbam dalam Dan Nimmo (2006) mengatakan bahwa citra adalah segala sesuatu yang telah dipelajari seseorang, yang relevan dengan situasi dan dengan

Pertama , periode diskursus kenabian ( Prophetic Discourse ), di mana al-Qur’an lebih suci, lebih autentik, dan lebih dapat dipercaya dibanding ketika dalam bentuk

Melihat pentingnya pengetahuan awal dan bahan ajar dalam pembelajaran maka penelitian ini bertujuan mengembangkan bahan ajar pada konsep sistem kekebalan tubuh manusia

Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana