• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PELATIHAN IN-SERVICE BERBASIS KOMPETENSI DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME BABY SITTER.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PELATIHAN IN-SERVICE BERBASIS KOMPETENSI DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME BABY SITTER."

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ii UCAPAN TERIMA KASIH ………... DAFTAR ISI ………...

A.Latar Belakang Masalah ……….

B.Identifikasi Masalah ………

C.Pembatasan dan Perumusan Masalah ……….

D.Tujuan Penelitian ………

E.Definisi Operasional ………... F. Kegunaan Penelitian ………...

G.Kerangka Berpikir ………

1 BAB II KAJIAN TEORI

A. Hakekat Pelatihan in-service berbasis kompetensi ………... 1. Konsep dan Karakteristik Pelatihan Berbasis Kompetensi ………. 2. Pengertian Pelatihan in-service berbasis kompetensi ……….. 3. Elemen-elemen dalam sistem pelatihan in-service berbasis kompetensi …… 4. Pengelolaan dan Model-Model Pelatihan ……… 5. Strategi dan pendekatan pembelajaran dalam pelatihan berbasis

Kompetensi ……….. B. Hakekat Kompetensi Baby Sitter Profesional ………..

1. Pengertian Kompetensi ……… 2. Definisi Baby Sitter Profesional ……….. 3. Standar Kompetensi Baby Sitter ………..

4. Unit Kompetensi ………..

5. Elemen Kompetensi ……….

6. Kriteria Unjuk Kerja ……… C. Hakekat Kurikulum Berbasis Kompetensi ……… 1. Konsep kurikulum berbasis kompetensi ……….. 2. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi ………... 3. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi ………...

(2)

iii

4. Penilaian berbasis kompetensi ………. D. Hakekat Perkembangan, Perawatan dan Pendidikan Anak Usia Dini …………..

1. Konsep dasar Pendidikan Anak Usia Dini ………... 2. Prinsip perawatan anak usia dini ………..

E. Hakekat Keluarga ………..

82 83 83 93 97 BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ………... B. Subjek dan Lokasi Penelitian ………... C. Pengembangan Alat Pengumpul Data ……….. D. Penyusunan dan Uji Coba Alat Pengumpul Data ………. E. Langkah-Langkah Kegiatan Penelitian ………

F. Teknik Analisis Data ………

113 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ……….

1. Kondisi Empirik model-model pelatihan bagi penyiapan tenaga kerja baby sitter dan profesionalisme baby sitter………. 2. Model konseptual pelatihan in-service berbasis kompetensi dalam

meningkatkan profesionalisme baby sitter………. 3. Implementasi model pelatihan in-service berbasis kompetensi dalam

meningkatkan profesionalisme baby sitter ……… 4. Efektivitas model pelatihan in-service berbasis kompetensi dalam

meningkatkan profesionalisme baby sitter ………

B. Pembahasan ………..

1. Kondisi Empirik model-model pelatihan dan profesionalisme

baby sitter ……….. 2. Model konseptual pelatihan in-service berbasis kompetensi dalam

meningkatkan profesionalisme baby sitter ……… 3. Implementasi model pelatihan in-service berbasis kompetensi dalam

meningkatkan profesionalisme baby sitter ……… 4. Efektivitas model pelatihan in-service berbasis kompetensi dalam

meningkatkan profesionalisme baby sitter ……… 153 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ………..

B. Rekomendasi ………

300 302 DAFTAR PUSTAKA ……….. LAMPIRAN – LAMPIRAN ………... RIWAYAT HIDUP ……….

(3)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Perbandingan Pelatihan Tradisional dan Pelatihan Berbasis

Kompetensi ……….………. 2.2. Struktur Level Evaluasi Pelatihan Kirkpatriks ………... 2.3. JIT Instruction Learning Sequence ………. 2.4. Kriteria Program Berbasis Kompetensi ……….. 3.1. Penyebaran Subjek Penelitian ………. 3.2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ……… 3.2 Kisi-kisi Instrumen (untuk mengungkapkan data model pelatihan dan profesionalisme baby sitter) ……… 3.4. Kisi-kisi instrumen (untuk mengungkapkan data kebutuhan kompetensi baby sitter untuk pengguna jasa) ……….. 3.5. Kisi-kisi instrumen (untuk mengungkapkan data kebutuhan kompetensi

baby sitter untuk akademisi dan praktisi pelatihan) ……….. 3.6. Kisi-kisi Instrumen (untuk mengungkapkan data kebutuhan kompetensi

baby sitter untuk baby sitter ………. 3.7. Kisi-kisi Instrumen (untuk mengungkapkan data kebutuhan kompetensi

baby sitter untuk lembaga pelatihan dan penyalur tenaga kerja

baby sitter) ………..

3.8. Kisi-kisi instrumen pengungkap data persepsi model pelatihan (variable x) melalui angket ……… 3.9. Kisi-kisi alat pengungkap data profesionalisme baby sitter (variabel y) melalui penilaian unjuk kerja ……… 3.10. Validitas Item Variabel (X) ... 3.11. Validitas Item Variabel (Y) ...

(4)

v

3.12. Reliabilitas variabel (X) ………. 3.13. Reliabilitas variabel (Y) ………. 4.1. Karakteristik Model Pelatihan di tiga lembaga ……….. 4.2. Identifikasi Lingkungan Strategik Model-model Pelatihan Baby Sitter……. 4.3. Kesimpulan Analisis Faktor Internal (KAFI) ………. 4.4. Kesimpulan Analisis Faktor Eksternal (KAFE) ……… 4.5. Struktur Kurikulum Unit Kompetensi Mendukung Perkembangan Anak (KOMPA) ……….. 4.6. Penyebaran Subjek Penelitian ……….. 4.7. Agenda Kegiatan Penyiapan Fasilitator Pelatihan Baby Sitter ……….. 4.8. Agenda Kegiatan Seleksi Fasilitator Pelatihan Baby Sitter ……….. 4.9. Profil Peserta Fasilitator ………. 4.10. Skenario Fasilitasi Baby Sitter oleh Fasilitator di Tempat Kerja ... 4.11. Jadwal Fasilitasi kepada Baby sitter di keluarga ………... 4.12. Persepsi Terhadap Model Pelatihan ……….. 4.13. Profesionalisme Baby Sitter ………... 4.14. Profesionalisme Baby Sitter ………...

139 140 157 167 169 171

(5)

vi

DAFTAR BAGAN

Bagan

1.1 Kerangka Berpikir ……….. 2.1 Model Pelatihan yang Berorientasi pada Kompetensi ... 2.2 The variables of Mastery Learning ……… 2.3 Tri Pusat Pendidikan ………... 4.1 Matriks SWOT Keterhubungan antar faktor………. 4.2 Model Konseptual Pelatihan In-Service Berbasis Kompetensi Dalam Meningkatkan Profesionalisme Baby Sitter ………... 4.3 Model Konseptual (Hasil Validasi) Pelatihan In-Service Berbasis Kompetensi Dalam Meningkatkan Profesionalisme Baby Sitter …….. 4.4 Peningkatan Persepsi terhadap Model Pelatihan ………... 4.5 Peningkatan Profesionalisme Baby Sitter ………. 4.6 Model Akhir Pelatihan In-Service Berbasis Kompetensi Dalam Meningkatkan Profesionalisme Baby Sitter ………..

19 37 50 107 173

181

199 260 261

(6)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kisi kisi Instrumen penelitian ………. 2. Standar Kompetensi Baby Sitter (SKKNI) ………. 3. Standar Kompetensi Baby Sitter (Certificate III) Australia ……… 4. Data Lembaga Latihan Kerja Baby Sitter di Jawa Barat ………. 5. Identifikasi Kebutuhan Pengguna Jasa Baby Sitter (Pedoman Wawancara) ………. 6. Angket Kebutuhan Pelatihan ………...………… 7. Hasil Studi Pendahuluan (Viena Rusmiati Hasanah) ……… 8. Analisa dan Pengembangan Standar Kompetensi Baby Sitter ………… 9. Validasi Standar Kompetensi ……….. 10. Struktur Kurikulum Model Pelatihan In-Service Berbasis

Kompetensi ……….. 11. Panduan bagi Fasilitator ……….. 12. Biodata Pendamping ……….... 13. Profil Keluarga ………... 14. Profil Baby Sitter ………... 15. Denah Lokasi Pendampingan………... 16. Contoh Format Kegiatan Harian Anak Asuh dan Rencana Stimulasi … 17. Contoh Format Instrumen Catatan Kegiatan Fasilitasi ……… 18. Format Jadwal Pendampingan ………. 19. Tahapan Pendampingan ……….. 20. Format Identifikasi Aspek Perkembangan (0-3 bln) - (5-6 tahun)…… 21. Materi Pelatihan Perkembangan Anak ……… 22. Soal Pre-Post Test ………... 23. Angket Persepsi tentang Model Pelatihan In-Service Berbasis

(7)

viii

Kompetensi ……….. 24. Kisi-Kisi Alat Pengungkap Data (unit KOMPA)………. 25. Rubrik Penilaian Unjuk Kerja ………. 26. Validitas Variabel X ………. 27. Validitas Variabel Y ………. 28. Skor Persepsi Model Pelatihan ……… 29. Skor Profesionalisme Baby Sitter ……….. 30. Akumulasi skor persepsi model pelatihan (Variabel X) ………. 31. Akumulasi skor profesionalisme baby sitter (Variabel Y) ………

(8)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan mengenai perawatan dan pendidikan anak usia dini

merupakan isu nasional dan internasional sehingga menempatkan sektor ini

menjadi sektor yang sangat penting untuk diperhatikan. Banyak temuan dalam

penelitian-penelitian terbaru, teori yang berkembang serta meningkatnya

kesadaran masyarakat mengenai pentingnya memahami teori perkembangan

manusia merupakan solusi dalam menyelesaikan berbagai permasalahan sosial

yang terjadi. Pemahaman mengenai teori perkembangan manusia membawa pada

pemahaman akan pentingnya peranan pengalaman dan perawatan pada anak usia

dini dalam mendukung perkembangan manusia. Beberapa penelitian mengenai

anak usia dini menyatakan bahwa penanganan yang sungguh-sungguh dengan

baik sejak usia dini dalam kehidupan, akan menjadi dasar dalam pembangunan

manusia di masa yang akan datang hingga akhir hayat (Bloom dan Gershoff

dalam Smidt & Smidt, 2010 :135)

Pada pertemuan dunia yang diselenggarakan di Dakkar, Senegal pada tahun

2000 dalam rangka memperingati ulang tahun ke-10 Pendidikan Untuk Semua

(PUS), isu perawatan dan pendidikan anak usia dini kembali disuarakan. Isu

mengenai perawatan dan pendidikan anak usia dini disoroti menjadi hal sangat

penting dalam meningkatkan perkembangan dan belajar anak. Melalui pertemuan

(9)

Pendidikan dan Perkembangan Anak Usia Dini (Early childhood development,

care and education). Poin pertama dari enam poin tujuan umum pendidikan untuk

semua yang diadopsi dari Forum Pendidikan Dunia untuk periode 2002-2015

menyebutkan bahwa “tujuan umum pendidikan untuk semua adalah memperluas

dan memperbaiki perawatan dan pendidikan serta pengembangan anak usia dini

secara komprehensif, khususnya anak yang paling rawan dan kurang beruntung”

(UNESCO, 2002:53). Bahkan isu-isu mengenai perlindungan anak, menjadi

sebuah isu yang sangat penting dalam proses interaksi keluarga, pengasuh, serta

lembaga pelayanan yang berkaitan dengan keluarga dan anak (UNICEF, 2004:15,

Health Service Executive, 2011:3)

Untuk menunjukkan komitmen tersebut, banyak negara yang bergabung

pada Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang

saat ini sudah memfokuskan pada peningkatan kualitas perawatan dan pendidikan

anak usia dini dengan secara khusus menetapkan standar-standar, akreditasi serta

pelayanan registrasi/pendaftaran untuk menjadi tuntunan dalam merawat dan

mendidik anak pada tahun-tahun sebelum memasuki sekolah.

Di negara-negara maju seperti Amerika dan Australia, komitmen pada

perawatan dan pendidikan anak usia dini secara umum sudah dapat terbangun

dengan baik. Dalam hal ini, Amerika mendirikan lembaga khusus bernama

National Association for the Education of Young Children (NAEYC) yang

memiliki misi untuk mempromosikan kebutuhan, hak-hak dan kesehatan

anak-anak dengan fokus utama yaitu pada penyediaan pendidikan dan pelayanan serta

(10)

organisasi-organisasi tersebut membantu dalam mengatur kualitas dari pelayanan

pendidikan dan perawatan untuk anak-anak pada masa usia 0-8 tahun yang ada

pada lingkup pendidikan formal, non formal maupun informal di Amerika Serikat.

Menunjukkan komitmen yang sama, Australia memiliki otoritas dalam

perawatan anak yang terakreditasi secara nasional (National Child Care

Accreditation Authority) dan sebuah kerangka kurikulum yang dapat

diimplementasikan dan dibangun secara nasional, dikenal dengan nama Early

Year Learning Framework (EYLF). Kerangka ini didesain untuk digunakan oleh

para pendidik sebagai tuntunan profesional dalam mengembangkan program

pendidikan yang berkaitan dengan anak usia dini. Kerangka pembelajaran anak

usia dini EYLF menjadi kerangka kurikulum yang digunakan dalam berbagai

setting pendidikan dan berbagai pelayanan pada anak untuk mendukung dan

memberikan pengalaman belajar dan hasil belajar yang konsisten dan sesuai

dengan pembelajaran kontekstual bagi anak-anak.

Dalam konteks Indonesia, komitmen pemerintah pada pendidikan anak usia

dini, ditunjukkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (USPN)

Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 14 bahwa :

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Lebih jauh lagi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)

Nomor 58 Tahun 2009 sudah mengatur mengenai standar-standar untuk

(11)

informal. Kumpulan aturan standar ini terdiri atas empat kelompok, yaitu: (1)

Standar tingkat pencapaian perkembangan; (2) Standar pendidik dan tenaga

kependidikan; (3) Standar isi, proses, dan penilaian; dan (4) Standar sarana dan

prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Standar-standar yang ada menunjukkan

komitmen yang dini dari pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kualitas

pendidikan anak usia dini, meskipun berdasarkan hasil laporan dari United

Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO)

menyatakan bahwa dalam pelaksanaan perawatan dan pendidikan anak usia dini

di Indonesia pada tahun 2005, jangkauan dalam penyediaan pelayanan dan

kualitasnya masih harus ditingkatkan kembali (Inklusif, 2005:74).

Pelayanan pendidikan anak usia dini di Indonesia dilakukan pada jalur

formal, non formal dan informal. Perawatan pada bayi dan anak, paling banyak

dilakukan di rumah yaitu pada keluarga sendiri. Meningkatnya jumlah angka

wanita dalam dunia kerja, memberikan implikasi pada strategi dan kebutuhan

seorang ibu pada tenaga kerja yang membantu urusan rumah tangganya termasuk

tenaga dalam keperawatan anak di rumah dalam keluarga.

Berdasarkan data dari kementrian pemberdayaan perempuan dan

perlindungan anak Republik Indonesia, dikatakan bahwa jumlah angkatan kerja

perempuan, selama periode 2006-2008 jauh lebih besar dibandingkan dengan

peningkatan jumlah angkatan kerja laki-laki. Jumlah angkatan kerja perempuan

pada tahun 2006 mencapai 38,6 juta orang dan meningkat hingga 42,8 juta orang

(12)

dikarenakan dorongan pemenuhan dan usaha untuk menambah penghasilan

keluarga (Anak, 2009:83).

Jasa perawatan anak di rumah pada keluarga-keluarga di Indonesia,

khususnya di daerah perkotaan, banyak yang menggunakan jasa baby sitter.

Keluarga-keluarga muda ini, umumnya menggunakan jasa baby sitter di rumah

mereka masing-masing untuk merawat bayi dan anak-anak mereka karena kedua

orang tuanya harus bekerja di luar rumah. Di samping jenis keluarga-keluarga

yang orang tuanya bekerja, ada pula keluarga yang tetap menggunakan jasa baby

sitter di rumah mereka meskipun ibunya tidak bekerja, namun baby sitter

berfungsi untuk membantu dalam menjaga dan merawat anak-anak mereka.

Kecenderungan fenomena yang saat ini terjadi mengakibatkan kebutuhan

akan tenaga kerja untuk perawatan anak yang umumnya dilakukan di

rumah-rumah adalah cukup besar. Ada daftar tunggu (waiting list) untuk kebutuhan

pelayanan baby sitter sedangkan sangat sedikit tenaga yang ingin menjadi baby

sitter apalagi yang telah memperoleh berbagai bentuk pendidikan dan pelatihan

atau persiapan untuk perawatan anak di rumah. Kebutuhan keperawatan anak

(Hasil studi pendahuluan, Oktober: 2009.terlampir) menunjukkan bahwa tingkat

kebutuhan keluarga di perkotaan terhadap tenaga kerja baby sitter adalah cukup

tinggi. Sebagai contohnya, lembaga Muslimah Center Daarut Tauhiid di Bandung

menyebutkan bahwa rata-rata dalam 1 hari ada sampai 100 telepon dari calon

pengguna jasa yang membutuhkan tenaga baby sitter. Informasi yang sama,

disampaikan pula oleh lembaga kursus baby sitter di Depok, Sumedang dan Bina

(13)

ada dan seringkali keterbatasan stok tenaga. Keterbatasan tenaga baby sitter

tersebut memaksa calon pengguna jasa untuk mendaftar pada daftar tunggu

(waiting list). Kebutuhan akan perawatan anak, khususnya tenaga baby sitter,

menjadi masalah yang harus segera ditangani dan perlu segera dicarikan

solusinya. Tentu saja, solusi tersebut harus segera dikembalikan pada masyarakat

kita, jika ternyata ada kebutuhan tenaga kerja wanita untuk baby sitter dalam

memberikan kontribusi pada dunia tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar.

Hal ini seharusnya dapat menjadi solusi pula bagi tenaga pengangguran wanita

yang berdasarkan data pada tahun 2009 adalah mencapai 4149 angkatan kerja

(Anak, 2009).

Data melalui wawancara (Hasil studi pendahuluan, Oktober, 2009.terlampir)

pada beberapa pengguna jasa yang mengambil jasa tenaga baby sitter,

menunjukkan bahwa dari sekian banyak baby sitter yang telah bekerja, banyak

yang telah memiliki level kompetensi yang luar biasa dalam kepengasuhan pada

anak usia dini, namun banyak juga baby sitter yang berusia sangat muda, dengan

latar belakang pendidikan yang rendah. Baby sitter yang ada, sebagian besar

berasal dari keluarga yang miskin di daerah pedesaan yang sengaja diambil oleh

agen-agen penyalur tenaga kerja dengan segera, dikarenakan kebutuhan tenaga

kerja baby sitter yang cukup besar dan menjanjikan bagi keuntungan sebagian

agen-agen penyalur tenaga kerja. Tenaga baby sitter yang dipekerjakan tersebut,

terkadang memiliki keterampilan dalam keperawatan anak dan mampu

memberikan perawatan yang berkualitas untuk bayi dan anak-anak. Sebaliknya,

(14)

peralatan rumah tangga di daerah perkotaan. Bahkan yang lebih ekstrim lagi, dari

pemberitaan beberapa surat kabar dan televisi, ditemukan ada oknum tenaga baby

sitter yang melakukan tindakan tidak pantas kepada anak asuhannya, seperti kasus

baby sitter yang memberi obat tidur, bertindak kasar dan bersikap tidak sesuai

dengan etika dan kewajaran dalam keperawatan anak.

Hasil penelitian pada beberapa universitas di negara maju, Hudson

(2010:48) merekomendasikan pentingnya pelatihan untuk meningkatkan

kompetensi dari penyedia jasa pengurusan anak di rumah khususnya pelatihan

untuk memberikan pengetahuan mengenai perkembangan sosial emosi anak. Katz

(2004 :66) memberikan pemahaman bahwa betapa pentingnya pelatihan yamg

memberikan pengetahuan pada perkembangan, perawatan dan pendidikan anak

usia dini bagi pemberi jasa layanan perawatan anak khususnya yang ada pada

lingkup perawatan anak di rumah sehingga standar kompetensi yang dibangun

bagi penyedia jasa layanan keperawatan anak tidak saja mengurusi aspek fisik

anak, melainkan aspek non fisik seperti perkembangan anak yang dibangun

melalui pengetahuan, pemahaman dan keyakinan pengurus anak harus pula

dibangun sebagai dasar pemahaman dalam tindakan lebih lanjut pada anak.

Hasil penelitian tersebut diatas, apabila dikaitkan dengan kondisi saat ini

yang terjadi di Indonesia, menurut peneliti memiliki relevansi dan masukan yang

dapat menjadi solusi. Peneliti melihat dan menemukan bahwa pada satu sisi,

rekruitmen untuk tenaga baby sitter di Indonesia sangat sulit serta pada proses

persiapan baby sitter ini menghasilkan keluaran yang tidak memenuhi standar

(15)

baby sitter yang sudah bekerja di keluarga pengguna jasa pun acapkali

mendapatkan kritik dan saran dari pengguna jasa melalui lembaga penyalur tenaga

kerja tersebut. Pada sisi yang lain, masyarakat sangat kebingungan dan

membutuhkan pekerja pengurus anak yang memiliki kompetensi dalam membantu

merawat anak di rumah. Permasalahan ini perlu dikaji lebih lanjut untuk

mendapatkan solusi dan pemecahannya.

B. Identifikasi Masalah

Saat ini perawatan anak di rumah belum sepenuhnya diatur oleh sebuah

standar yang diakui dan dijalankan oleh berbagai pihak terkait. Khususnya yang

dilakukan oleh tenaga perawat anak seperti baby sitter. Meskipun pemerintah

telah menentukan seperangkat draft standar kompetensi baby sitter dalam Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), namun standar ini belum

diterapkan dan tidak diakui secara meluas dalam pelaksanaannya.

Institusi-institusi yang menyediakan tenaga baby sitter melalui pelatihan-pelatihan yang

dilaksanakan, sangat bervariasi dalam penetapan kurikulum yang berkaitan

dengan kompetensi baby sitter. Secara nasional, belum ada kurikulum dan

pedoman pelatihan dalam penyiapan tenaga kerja baby sitter yang diakui berbagai

pihak.

Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa meskipun saat ini Badan

Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) telah menyusun sebuah draft SKKNI untuk

tenaga kerja baby sitter, namun standar tersebut belum menjadi acuan bagi para

(16)

pelatihan. Lembaga pelatihan baby sitter seperti Muslimah Center Daarut Tauhiid,

Bina Mandiri Dago, Yayasan Karya Bhakti Wijaya Kesuma, Jakarta, LPKS Pelita

Husada Madiun Jatim, Yayasan Jasa Abadi, Jakarta dan Yayasan Ibu Gito Jakarta,

tidak sepenuhnya mengikuti SKKNI dalam menyusun kurikulum dan

melaksanakan pelatihan mereka. Lembaga-lembaga pelatihan baby sitter tersebut

memiliki kurikulum dan materi pelatihan mereka masing-masing yang relatif

cukup berbeda-beda. Seperti misalnya Lembaga Muslimah Center Daarut Tauhiid

lebih mengembangkan materi orientasi diri, materi keagamaan, kesehatan dan gizi

anak, psikologi, praktek langsung dan pembiasaan pada ibadah sesuai keislaman,

sedangkan Lembaga Yayasan Karya Bhakti Wijaya Kesuma Jakarta memberikan

materi kepribadian, etika, komunikasi, motivasi kerja, K3 (Kesehatan dan

Keselamatan Kerja), Pendidikan anak usia dini, gizi dan kesehatan, serta magang,

Lembaga seperti LPKS Pelita Husada Madiun Jatim, memberikan materi

mengenai tumbuh kembang anak, komunikasi dengan anak, perawatan bayi

normal usia 0-5 tahun, gizi dan diet anak, terapi pijat dan etika profesi. (terlampir)

Lembaga-lembaga tersebut memiliki interpretasi yang berbeda-beda mengenai

profil dan kompetensi baby sitter serta pendekatan yang sangat bervariasi dalam

penyampaian materi pelatihan.

Belum diakui dan diterapkannya standar kompetensi baby sitter secara

umum menyebabkan kurang terkoordinasi dan terkontrolnya lembaga-lembaga

dalam memberikan pelayanan pada masyarakat khususnya dalam perawatan dan

pendidikan anak usia dini untuk di rumah. Resikonya adalah apabila lembaga dan

(17)

memperhatikan perawatan dan kebutuhan perkembangan anak, serta ada perhatian

untuk menangani pelatihan secara serius, tentunya lembaga akan

menyelenggarakan program pelatihan yang efektif. Tetapi apabila lembaga

pelatihan dan agen penyalur tenaga kerja ada yang kurang bertanggung jawab dan

hanya menginginkan hasil yang cepat tentunya program pelatihan kurang efektif

dan baby sitter dibiarkan menghadapi sendiri permasalahan di tempat kerjanya

tersebut. Para agen penyalur yang tidak bertanggung jawab tersebut, cenderung

hanya ingin mengambil keuntungan sesaat dari pembayaran biaya penyaluran

tenaga kerja tersebut. Bervariasinya kurikulum, tentunya diikuti pula oleh

beragamnya waktu penyelenggaraan pelatihan yang telah dilaksanakan yaitu

mulai dari pelatihan singkat intensif yang hanya dilaksanakan tujuh hari sampai

dengan masa pelatihan selama tiga bulan.

Dalam tahapan tindak lanjut dari proses penyaluran tenaga baby sitter,

setiap lembaga penyalur tenaga kerja selayaknya memiliki program pembinaan

bagi tenaga baby sitter yang sudah bekerja, meskipun banyak pula lembaga yang

tidak sepenuhnya bertanggung jawab untuk mengurusi tenaga kerja baby sitter

yang telah disalurkannya. Data hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti

pada tahun 2010, melalui wawancara pada beberapa pengguna jasa dan pengelola

di Lembaga Muslimah center Daarut Tauhiid dan Bina Mandiri Dago, didapatkan

data bahwa acap kali pengguna jasa menunjukkan komplain dan ketidakpuasan

terhadap tenaga baby sitter yang ditempatkan. Lembaga-lembaga tersebut sering

mendapatkan kritik mengenai kompetensi baby sitter yang kurang memuaskan

(18)

November 2010. Terlampir) dengan pengguna jasa, didapatkan data bahwa

pengguna jasa berharap baby sitter mampu menunjukkan kompetensinya sebagai

tenaga perawat anak dan pendidik yang profesional. Berbagai masukan yang

didapatkan diantaranya adalah mereka berharap baby sitter mampu lebih kreatif

dalam berinteraksi dengan anak, mampu bersikap dan berkomunikasi yang layak

dengan anak, memiliki manajemen diri yang baik, dan sebagainya. Berbagai

harapan tersebut, mengarah pada harapan bahwa baby sitter tidak hanya mengurus

hal-hal yang bersifat fisik anak saja, namun juga dapat memiliki kompetensi yang

dapat membangun aspek non-fisik anak.

Berkaitan dengan draft standar kompetensi baby sitter yang telah disusun

oleh LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi), yang selayaknya dapat menjadi acuan

bagi berbagai pihak dalam menilai dan sekaligus menjadi acuan dalam

penyelenggaraan pelatihan, peneliti melakukan analisa pada Agustus 2010,

dengan membandingkan pada standar kompetensi baby sitter yang telah diakui

secara internasional. Hasil analisa peneliti dan validasi dengan berbagai ahli,

praktisi dan akademisi, (analisa dan validasi terlampir) bahwa draft standar

kompetensi tersebut lebih banyak berhubungan pada aspek fisik dalam

keperawatan anak, seperti kompetensi memberi makan dan minum, keamanan

secara fisik, dan kesehatan dasar saja, misalnya kompetensi baby sitter dalam

menjauhkan bayi dari benda atau/zat berbahaya, dan melayani kebutuhan susu dan

makan bayi secara periodik. Menurut hemat peneliti, draft standar kompetensi

yang ada, secara eksplisit belum menggambarkan muatan dan aspek yang

(19)

yang kita ketahui bersama bahwa baby sitter adalah seseorang yang merawat dan

mengasuh anak lahir sampai usia balita (0-5 tahun), baik pada saat orangtua atau

walinya tidak berada ditempat maupun ada di tempat sehingga bidang kerja baby

sitter adalah menangani anak usia dini yang berusia 0-5 tahun.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Hasil penelitian pendahuluan (hasil wawancara dan FGD (Forum Group

Discussion).terlampir), diketahui data bahwa ada beberapa keterampilan yang

perlu dimiliki oleh baby sitter untuk dapat meningkatkan performance mereka di

tempat bekerja. Beberapa kompetensi tersebut diantaranya adalah kemampuan

mengenai cara cepat disukai dan memahami anak, mampu mengajarkan kebiasaan

yang baik pada anak, menghadapi kritik dari mitra dan lingkungan, dan

keterampilan dalam berkomunikasi dengan anak apabila ingin memberitahu ketika

anak itu salah. Sedangkan beberapa kebutuhan keterampilan dan pengetahuan

yang perlu ditingkatkan pada baby sitter, berdasarkan harapan pengguna jasa

adalah baby sitter dapat lebih kreatif dan berinisiatif, mampu menjaga kebersihan

diri serta lingkungan, mampu mengajak dan menemani anak bermain sambil

belajar sehingga anak dapat berkembang.

Beberapa kebutuhan akan peningkatan kompetensi baby sitter ini

memberikan implikasi bahwa selayaknya baby sitter memperhatikan aspek lain di

luar aspek perawatan fisik anak, yaitu memperhatikan aspek perkembangan pada

kebutuhan anak secara non fisik dalam Katz, Lilian G.(Smidt & Smidt, 2010). Hal

(20)

pada anak, baby sitter perlu memenuhi kebutuhan stimulasi perkembangan dan

pendidikan serta perawatan bagi anak usia dini dimana berdasarkan hasil

penelitian bahwa masa usia dini (0-6 tahun/0-8 tahun) adalah masa golden age.

Pada masa ini, anak mengalami perkembangan otak yang sangat dahsyat sehingga

apa yang dipelajari pada usia ini menjadi fondasi pada perkembangan berbagai

aspek pertumbuhan manusia sampai akhir hayat. Sehingga dapat kita pahami

bahwa seharusnya baby sitter mampu mengimplementasikan perawatan dan

program pendidikan sesuai dengan prinsip-prinsip perawatan dan pendidikan anak

usia dini.

Prinsip-prinsip mengenai pendidikan anak usia dini sudah direfleksikan

pada USPN No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 14, seperti yang sudah diungkapkan

pada alinea sebelumnya. Hal ini memberikan implikasi bahwa selayaknya seorang

baby sitter pun dapat memberikan stimulasi yang tepat dalam membangun

kapasitas fisik dan mental anak. Stimulasi dilakukan pada semua aspek

perkembangan anak usia dini sehingga akan menjadi dasar bagi perkembangan

selanjutnya.

Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud mengajukan sebuah model

pelatihan bagi baby sitter yang memperhatikan prinsip-prinsip perkembangan,

perawatan dan pendidikan anak usia dini. Model pelatihan yang akan

dikembangkan adalah model pelatihan in-service berbasis kompetensi bagi baby

sitter yang sedang bekerja di keluarga pengguna jasa untuk meningkatkan

(21)

Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti merumuskan beberapa pertanyaan

penelitian :

1. Bagaimana kondisi empirik model pelatihan dan profesionalisme baby sitter

yang ada pada beberapa lembaga pelatihan penyedia jasa baby sitter di Kota

Bandung?

2. Bagaimana model konseptual pelatihan in-service berbasis kompetensi yang

dapat meningkatkan profesionalisme baby sitter?

3. Bagaimana implementasi model pelatihan in-service berbasis kompetensi

dalam meningkatkan profesionalisme baby sitter?

4. Bagaimana efektivitas model pelatihan in-service berbasis kompetensi dalam

meningkatkan profesionalisme baby sitter?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan model pelatihan

in-service bagi baby sitter berbasis kompetensi yang sesuai dengan prinsip

perkembangan, perawatan dan pendidikan anak usia dini untuk meningkatkan

profesionalisme baby sitter.

Atas dasar itu, maka tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :

1. Mendeskripsikan kondisi empirik dari model pelatihan yang saat ini

dilaksanakan pada beberapa lembaga yang ada di kota Bandung dan

profesionalisme baby sitter yang ada.

2. Mengkonstruk model konseptual pelatihan in-service berbasis kompetensi yang

(22)

3. Mengimplementasikan model pelatihan in-service berbasis kompetensi dalam

meningkatkan profesionalisme baby sitter.

4. Mengevaluasi keefektifan model pelatihan in-service dalam meningkatkan

profesionalisme baby sitter.

E. Definisi Operasional

Berikut ini adalah beberapa terminologi yang perlu dijelaskan dalam

penelitian ini. Terminologi tersebut yaitu mengenai : 1) Model; 2) Pelatihan

In-service Berbasis Kompetensi; 3) Profesionalisme baby sitter.

1. Model adalah abstraksi dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang lebih

sederhana serta mempunyai tingkat prosentase yang bersifat menyeluruh atau

model adalah realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa

bagian atau sifat dari kehidupan sebenarnya (Simarmata, 1983: ix-x). Dengan

kata lain model adalah pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu hal yang akan

dihasilkan. Dalam uraian selanjutnya istilah “model” digunakan untuk

menunjukkan pengertian yang pertama yaitu sebagai kerangka konseptual.

2. Pelatihan In-service Berbasis Kompetensi (Competency Based In-service

Training) adalah suatu cara pendekatan pelatihan yang memiliki penekanan

tujuan utamanya pada pencapaian kompetensi yang dibutuhkan tenaga kerja

dalam meningkatkan pelayanan di bidang kerjanya tersebut (Judith S. Rycus,

2000). Dalam penelitian ini, pelatihan in-service adalah pelatihan yang

ditujukan bagi baby sitter yang sudah dan sedang bekerja di keluarga

(23)

kepentingan) yang sangat tinggi bagi masyarakat dan lembaga juga tenaga

baby sitter karena adanya kebutuhan akan peningkatan kompetensi bagi

tenaga kerja yang ada. Pengertian kompetensi menurut UU No. 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan: pasal 1 ayat 10, disebutkan bahwa

“kompetensi adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek

pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang

ditetapkan”. Kompetensi harus dipandang secara terpadu dan holistik, dengan

memfokuskan pada aplikasi dalam konteks tertentu, dari atribut-atribut yang

ada pada seorang individu (pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai)

(Tennant, 2006).

3. Profesionalisme Baby sitter adalah baby sitter yang sudah kompeten yaitu

baby sitter tersebut memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai

yang sesuai dengan standar kompetensi yang sudah ditetapkan serta dapat

melakukan sesuai dengan konteks dan situasi yang sesuai dengan kebutuhan

tempat kerja. Adapun mengenai standar kompetensi yang menjadi acuan

dalam penelitian ini adalah mix kompetensi yang dibangun sesuai dengan

kebutuhan stakeholders (pengguna jasa, lembaga pelatihan dan kebutuhan

lapangan) dengan mengacu pada standar kompetensi certificate III yang

sudah diakui secara internasional di negara Australia, SKKNI dan Standar

(24)

F. Kegunaan Penelitian

Hasil temuan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam peningkatan

profesionalisme baby sitter yang bekerja dalam situasi perawatan anak di dalam

rumah. Secara spesifik kompetensi mereka akan merefleksikan pemahaman pada

prinsip perkembangan, perawatan dan pendidikan anak usia dini. Tujuan

pengembangan kompetensi baby sitter sebagai perawat anak di rumah adalah agar

anak-anak yang memiliki banyak kesempatan, kaya akan pengalaman belajar dan

stimulasi perkembangan di usia awal akan menghasilkan potensi yang jauh lebih

optimal dalam perkembangan belajar danberdasarkan potensi anak yang perlu

dikembangkan di masa-masa yang akan datang.

Penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaat baik pada tataran teoritik

maupun praktik. Adapun beberapa harapan kemanfaatan penelitian dalam tataran

teoritik maupun praktik, adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritik manfaat penelitian ini adalah :

a. Mengembangkan dan mengaplikasikan teori dan konsep dalam keilmuan

Pendidikan Luar Sekolah yang berkaitan dengan teori belajar dan

pendekatan pembelajaran bagi orang dewasa dalam pelatihan, strategi dan

pengelolaan pembelajaran, dan pengembangan kurikulum untuk pelatihan

berbasis kompetensi.

b. Mengembangkan dan mengaplikasikan teori dan konsep dalam

pengembangan kompetensi yang sesuai dengan prinsip-prinsip

(25)

c. Menemukan dan merekomendasikan temuan yang berkaitan dengan

penyiapan tenaga pengasuh anak khususnya dalam lingkungan rumah dan

masyarakat.

d. Memberikan informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian

di bidang pelatihan maupun bidang pengembangan kompetensi pendidik

dan pengasuh anak usia dini.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan :

a. Kualitas pelatihan dalam penyiapan tenaga kerja baby sitter yang

kompeten dan profesional.

b. Pelayanan lembaga penyalur tenaga kerja dalam memelihara

(maintenance) dan melakukan upaya tindak lanjut untuk pembinaan baby

sitter melalui pelatihan in-service.

c. Kontribusi dalam mengembangkan berbagai model pelatihan untuk

penyiapan tenaga kerja pengasuh anak dalam lingkup diluar rumah

sekalipun.

d. Informasi dan masukan bagi lembaga-lembaga yang terkait dan pejabat

pembuat aturan dalam pelayanan anak dan pengambil keputusan tentang

(26)

G. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran yang menjadi acuan penelitian digambarkan dengan

bagan sebagai berikut :

(27)

Penjelasan kerangka berpikir diatas adalah sebagai berikut :

1. Model pelatihan in-service berbasis kompetensi bagi baby sitter menjadi

fokus dalam kajian penelitian dan pengembangan dalam menjawab

permasalahan, yaitu kesenjangan antara kondisi empirik di lapangan dan

kajian teoritis yang ada.

2. Pelatihan in-service berbasis kompetensi yang dilaksanakan menggunakan

standar kompetensi yang merupakan mix-competency antara acuan standar

internasional yang sudah diakui di Australia (Certificate III), SKKNI

sertifikat I bidang tenaga baby sitter pemula dan standar pendidikan anak usia

dini Permendiknas no. 58 tahun 2009.

3. Kegiatan pembelajaran dalam pelatihan in-service, ditujukan dalam

pencapaian kompetensi warga belajar sesuai dengan standar kompetensi telah

disusun. Fokus pengembangan pengetahuan dan keterampilan dalam

pelatihan in-service ini akan disesuaikan dengan lack of

performance/kebutuhan baby sitter dalam pekerjaan sebagai hasil identifikasi

kebutuhan baby sitter di tempat bekerja.

4. Proses pembelajaran dalam pelatihan, dilakukan dengan strategi pembelajaran

yang berbasis pada pengalaman (experential learning) dan pembelajaran

berbasis masalah (problem based learning).

5. Hasil pembelajaran dalam pelatihan diharapkan akan meningkatkan

performance/penampilan baby sitter di tempat bekerja sesuai standar yang

(28)

113 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam

meningkatkan kompetensi tenaga kerja perawatan anak di rumah dengan melalui

model pelatihan in-service yang berbasiskan kompetensi sesuai pada

prinsip-prinsip terkini mengenai perkembangan, perawatan dan pendidikan anak usia dini

dalam meningkatkan profesionalisme baby sitter.

Penelitian ini apabila diklasifikasikan berdasarkan tujuan penelitian

merupakan salah satu bentuk penelitian pengembangan (developmental research)

atau research and development (R&D) (Gay, Mills, & Airasian, 2009). Penelitian

ini pun berdasarkan klasifikasi metode menggunakan desain penelitian

mixed-methods yaitu model QUAL-quan (yang melibatkan baik itu metode penelitian

kualitatif maupun metode penelitian kuantitatif).

Bentuk penelitian ini dapat dikategorikan kepada bentuk penelitian

eksperimen dengan quasi-experiment dalam bentuk time series design. karena

penelitian ini akan melakukan suatu pengujian pada hipotesis yang menunjukkan

hubungan sebab akibat, dengan melakukan treatment tertentu dan implementasi

dari model pelatihan yang telah dikonstruk. Uji coba penelitian ini akan dilakukan

setidaknya pada satu variabel bebas dan melakukan observasi efeknya pada satu

(29)

Borg & Gall (1989) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai

berikut:

Educational Research and development (R & D) is a process used to develop and validate educational products. The steps of this process are usually referred to as the R & D cycle, which consists of studying research findings pertinent to the product to be developed, developing the products based on these findings, field testing it in the setting where it will be used eventually, and revising it to correct the deficiencies found in the filed-testing stage. In more rigorous programs of R&D, this cycle is repeated until the field-test data indicate that the product meets its behaviorally defined objectives.

Tujuan Research and Development (R&D) menurut Borg & Gall (1989),

Richey (2009) yang juga diungkapkan dalam Gay, et al (2009) adalah bahwa

tujuan dari penelitian ini dalam pendidikan bukan untuk memformulasikan atau

menguji teori, namun untuk mengembangkan produk yang efektif untuk

digunakan dalam lingkup pendidikan. Adapun mengenai produk yang dapat

dihasilkan dari jenis penelitian ini adalah bahan materi pelatihan untuk guru,

materi pembelajaran, paket tingkah laku yang harus dilakukan, materi media, dan

sistem manajemen.

Fokus dari penelitian dan pengembangan (R&D) pada prinsipnya memiliki

tujuan umum untuk menghasilkan pengetahuan, pemahaman dan prediksi. Dalam

kerangka ini, penelitian pengembangan memiliki pengaruh yang bervariasi dalam

hal sejauh mana kesimpulan tersebut dapat digeneralisasi atau spesifik secara

kontekstual saja. Penelitian pengembangan juga dapat mengidentifikasi

prinsip-prinsip desain yang baru, pengembangan dan evaluasi (Richey, 2009). Teknik

penelitian dan pengembangan pun tidak hanya meluaskan metodologi empirik

(30)

pengajaran. Sehingga penelitian pengembangan dapat menjadi kendaraan yang

penting di dalam usaha lapangan untuk meningkatkan pembelajaran dan

kinerja/penampilan dari individu-individu dan organisasi-organisasi yang serupa.

Penelitian dan pengembangan dalam penelitian ini adalah untuk

menemukan kebutuhan (ketimpangan dalam kompetensi yang dimiliki baby sitter

di dunia kerja dan harapan akan peningkatan kompetensi yang diharapkan)

dengan mengembangkan sebuah produk berupa model pelatihan in-service untuk

baby sitter dalam menjawab kebutuhan tersebut.

Tahapan dalam penelitian dan pengembangan (R&D) dalam penelitian ini

secara operasional mengikuti langkah-langkah yang disarankan oleh Borg dan

Gall (1989:784-785) yaitu : ”1) research and information collecting; 2) planning;

3) develop preliminary form of product; 4) preliminary field testing; 5) main

product revision; 6) main field testing; 7) operation product revision; 8)

operational field testing; 9) final product revision; 10) dissemination and

implementation”.

Produk atau yang selanjutnya disebut model pada hakekatnya adalah

visualisasi dari suatu konsep. Visualisasi tersebut dirumuskan melalui aktivitas

pemikiran tertentu untuk melakukan konkritisasi atas fenomena abstrak.

Konkritisasi yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang adalah

berdasarkan pijakan pada pemikiran dari model tersebut. Dalam dunia rekayasa

(engineering), model digunakan untuk keperluan interpretasi atas hasil observasi

dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem pengkajian. Dalam

(31)

dalam penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah. Model tersebut dapat

menjadi pola yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang untuk

memperbaiki, meningkatkan, atau mengembangkan program pendidikan luar

sekolah.

Tujuan penelitian dan pengembangan ini adalah mengembangkan dan

mengevaluasi keefektifan model pelatihan in-service berbasis kompetensi dalam

meningkatkan profesionalisme baby sitter. Evaluasi keefektifan pelatihan menurut

pandangan pada umumnya merupakan bagian dari lingkaran program pelatihan

dan memiliki peran kunci sebagai pengawasan kualitas dari lingkaran dengan

menyediakan balikan pada :

a. Keefektifan dari metode yang digunakan

b. Pencapaian tujuan yang ditetapkan baik oleh pelatih maupun peserta pelatihan

sesuai kebutuhan yang telah diidentifikasi baik dalam level organisasi

maupun level individu.

Kriteria yang akan dievaluasi adalah sesuai dengan standar kompetensi yang

telah ditetapkan untuk menjadi capaian dalam pelatihan in-service berbasis

kompetensi bagi baby sitter.

Desain penelitian mixed-methods mengkombinasikan antara pendekatan

kuantitatif dan kualitatif dengan menggabungkan data kualitatif maupun

kuantitatif dalam sebuah studi. Tujuan dari penelitian mixed methods adalah untuk

membangun sinergisitas dan kekuatan yang ada antara metode penelitian

kuantitatif dan kualitatif (Gay, et al., 2009), seperti diungkapkan oleh Krathwohl

(32)

janganlah mengkotakkan pemikiran kita pada pendekatan tertentu yang khusus.

Peneliti selayaknya secara kreatif mengkombinasikan seluruh elemen dari metode

yang ada baik secara kuantitatif maupun kualitatif untuk mendapatkan pemikiran

terbaik dalam studi yang ingin dilakukannya.

Creswell dalam Gay, et al (2009) mengungkapkan tiga tipe umum dari

desain penelitian mixed methods. Ketiga tipe tersebut yaitu : Model QUAL-Quan,

Model QUAN-Qual dan Model QUAN-QUAL. Penelitian ini lebih

mengembangkan tipe penelitian Model QUAL-Quan juga dikenal dengan desain

mixed-methods eksploratori. Artinya penelitian pada prinsipnya didominasi oleh

penelitian kualitatif baik pendekatan maupun data, namun pendekatan kuantitatif

dipergunakan untuk mendukung tujuan penelitian dalam pengolahan data statistik

mengenai hasil score test yang diterapkan pada saat evaluasi sebelum, sesudah

dan masa pelatihan oleh fasilitator di keluarga.

Keefektifan dari model pelatihan in-service berbasis kompetensi dalam

meningkatkan profesionalisme baby sitter ini akan diuji dengan menggunakan

memberikan pre-test sebelum mengikuti pelatihan serta tes berseri yang dilakukan

dalam lingkup tempat bekerja pada saat proses dan sesudah pelatihan. Tes yang

diberikan adalah berupa tes tertulis dan tes unjuk kerja yang akan dilakukan

penilaiannya oleh dua orang penilai yaitu penilai dari unsur fasilitator dan penilai

dari keluarga pengguna jasa. Keefektifan pelatihan pun akan dilakukan dengan

mengevaluasi sistem secara keseluruhan (Systemic evaluation approach) dari

(33)

Menurut Bramley, tujuan umum dari evaluasi secara sistem adalah untuk

membuktikan (Proving), meningkatkan (Improving), dan pembelajaran

(Learning). Membuktikan mengandung arti bahwa evaluasi program pelatihan

harus menunjukkan sebagai hasil akhirnya bahwa sesuatu telah terjadi/mengalami

perubahan sebagai hasil dari pelatihan atau aktivitas pengembangan tersebut.

Meningkatkan mengandung makna bahwa pelatihan telah menunjukkan bahwa

program saat ini dan program yang akan dilaksanakan serta berbagai aktivitasnya

menjadi lebih baik dan mengalami peningkatan dibandingkan yang terjadi pada

saat ini. Pembelajaran menunjukkan bahwa evaluasi menjadi bagian dari proses

dimana pelatihan tersebut berjalan sehingga evaluasi menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari pembelajaran dan yang akan membangun pelatihan/pembelajaran

itu sendiri. Evaluasi dalam penelitian ini secara sistem diharapkan dapat

membuktikan keefektifan model pelatihan, meningkatkan kompetensi yang

dilatihkan dan menjadikan pembelajaran dalam pelaksanaan pelatihan ke depan.

Berdasarkan beberapa pemahaman mengenai konsep metodologi dan

pendekatan tersebut diatas, secara garis besar dan pada prinsipnya tahapan dalam

penelitian ini dilaksanakan dalam 3 langkah besar yaitu Studi pendahuluan, tahap

pengembangan dan tahap evaluasi.

Adapun yang dilaksanakan dalam studi pendahuluan meliputi tahapan studi

eksplorasi mengenai kondisi penyelenggaraan pelatihan di berbagai lembaga dan

kompetensi baby sitter yang dihasilkan. Berdasarkan data yang ada dievaluasi dan

dilakukan analisa SWOT sehingga menghasilkan fokus kajian yang menjadi

(34)

Tahap pengembangan meliputi desain model konseptual mengenai model

pelatihan in-service berbasis kompetensi bagi baby sitter, validasi desain model,

perbaikan desain model, uji coba model, revisi model, uji coba pemakaian dan

revisi model.

Pada tahap evaluasi dilakukan kegiatan evaluasi yang pada penelitian ini

dilakukan pengujian dengan quasi eksperimen, time series desain. Pada desain ini,

tes dilakukan dalam beberapa fase pelatihan dengan membuat tes di setiap fase.

Evaluasi tersebut meliputi evaluasi sebelum pelatihan, evaluasi proses pelatihan

dan evaluasi setelah pelatihan. Bentuk evaluasi yang dilakukan adalah berupa

pre-test dan post pre-test hasil pembelajaran baik melalui tes tertulis maupun tes unjuk

kerja, lembar format balikan 'Happy sheets', reaksi verbal dan kuesioner setelah

pelatihan. Bentuk lain dari evaluasi adalah dilakukan observasi dan wawancara

untuk mengukur tingkah laku peserta pelatihan (Kirkpatrik, Jim:2007)

Keefektifan pelatihan dapat dilihat dari fluktuasi capaian hasil korelasi model

pelatihan dengan kompetensi baby sitter, baik itu yang terjadi di dalam setiap fase

maupun antar fase pelatihan yang dilaksankan. Keefektifan model ditunjukkan

dengan adanya perubahan kompetensi dari setiap fasenya dan secara keseluruhan

pelatihan yang dilaksanakan.

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di kota Bandung dan sebagai populasi

penelitiannya adalah baby sitter yang sudah bekerja di keluarga pengguna jasa,

(35)

(populasi infinit). Hal ini dapat dikatakan karena berdasarkan studi pendahuluan

di dinas tenaga kerja, dinas pendidikan dan dinas sosial, tidak dapat ditemukan

data yang akurat mengenai berapa jumlah lembaga penyalur tenaga baby sitter,

maupun tenaga baby sitter yang bekerja di keluarga. Pada umumnya, baby sitter

atau pengasuh anak yang bekerja di keluarga, meliputi dua sumber yaitu baby

sitter yang bekerja melalui pelatihan dan penyaluran dari lembaga penyalur tenaga

kerja maupun baby sitter yang secara sengaja dicari oleh keluarga atas

pertimbangan keluarga dan bekerja untuk mengurus anak. Kenyataan ini

menjadikan total populasi yang ada adalah masuk pada kategori populasi tidak

terbatas.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu

salah satu teknik dalam non-probability sampling. Teknik ini adalah dengan

melakukan penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan

tertentu yang menjadi penentu dari jumlah sampel dalam penelitian ini adalah

pertimbangan mengenai baby sitter yang mendapatkan dukungan dari keluarga.

Penelitian ini akan melibatkan baby sitter yang sudah bekerja di keluarga

pengguna jasa sehingga baby sitter yang mendapat dukungan keluarga dan

menjadi subjek dari penelitian ini meliputi 10 orang baby sitter yang memberikan

pengasuhan untuk 10 anak di 8 keluarga.

Baby sitter yang menjadi subjek penelitian berasal dari lembaga penyalur

tenaga kerja yang berasal dari 3 lembaga penyalur yang ada di kota Bandung dan

sudah bekerja di keluarga serta baby sitter yang bukan dari lembaga penyalur.

(36)

lembaga tersebut merupakan lembaga yang telah konsisten dalam 7 tahun terakhir

telah menyalurkan tenaga baby sitter, kedua, lembaga tersebut direferensikan oleh

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Bandung, ketiga, lembaga-lembaga

tersebut dianggap memiliki kinerja, kepercayaan dan reputasi yang baik di

masyarakat. Ketiga lembaga tersebut adalah Lembaga Pelatihan dan Kursus

(LPK) Bina Mandiri, Lembaga Muslimah Center Daarut Tauhiid, dan LPK

Mutiara Bandung. Sedangkan baby sitter yang tidak dari lembaga, adalah baby

sitter yang telah bekerja di keluarga pengguna jasa sebagai baby sitter lebih dari 1

tahun.

Tabel 3.1

Penyebaran Subjek Penelitian

Asal Baby

lembaga. Subjek penelitian secara keseluruhan memiliki karakteristik yang sama

dalam hal yaitu dalam hal jenis kelamin yaitu perempuan. Meskipun karakteristik

(37)

1. Lama bekerja

2. Tingkat Pendidikan

3. Lembaga asal yang berimplikasi pada materi pelatihan yang pernah didapat

4. Usia

Ukuran keefektifan pelatihan akan dilihat pada korelasi dari model pelatihan

yang dilaksanakan (variable X) dan profesionalisme baby sitter (variable Y)

dalam beberapa fase pelatihan. Metode penelitian yang dilaksanakan merupakan

bagian dari penelitian eksperimen yaitu quasi eksperimen dalam bentuk time

series design.

C. Pengembangan Alat Pengumpul Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data untuk menganalisis

kebutuhan kompetensi, data untuk melihat keefektifan pelatihan dan data

pencapaian kompetensi sesuai standar kompetensi dari peserta pelatihan di tempat

kelas dan ditempat bekerja. Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer

dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan dari responden,

informan, dan pengamatan langsung dalam penelitian. Sedangkan data sekunder

adalah data untuk melengkapi data primer yang dapat berupa dokumen-dokumen

lembaga yang berkaitan, maupun hasil pengolahan data statistik dalam

pengukuran hasil pembelajaran yang dibutuhkan untuk dapat mengungkap hasil

penelitian ini.

Dalam metode penelitian dan pengembangan dengan pendekatan kualitatif

(38)

sederhana dan juga melakukan observasi serta pengumpulan dokumen. Metode

pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan

data. Metode pengumpulan data dibagi menjadi tiga, yaitu melalui wawancara,

angket (kuisioner), dan observasi (Sugiyono, 2008). Berikut metode pengumpulan

data yang akan dilakukan dalam penelitian ini antara lain:

1. Angket digunakan untuk mengetahui kebutuhan kompetensi dan materi

pelatihan untuk pelatihan in-service dari tenaga kerja baby sitter.

2. Wawancara digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar warga

belajar, sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran yang

tersedia baik oleh lembaga penyelenggara ataupun masyarakat, juga untuk

mencari informasi mengenai pendapat, harapan, sikap serta keyakinan yang

dimiliki oleh warga belajar dan keluarga pengguna jasa.

3. Observasi dan dokumentasi dipergunakan untuk mendukung kegiatan

wawancara. Pedoman observasi dan dokumentasi diperlukan oleh peneliti

sebagai panduan bagi peneliti mengenai informasi atau data apa saja yang

perlu diobservasi dan didokumentasikan. Dalam tataran observasi, penelitian

ini menuntut tercapainya kompetensi yang diharapkan melalui pelatihan ini,

sehingga akan disusun pula instrument berupa angket kriteria unjuk kerja bagi

baby sitter.

Secara keseluruhan alat pengungkap data dapat dilihat pada tabel dibawah

(39)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

NO PERTANYAAN

PENELITIAN

VARIABEL INDIKATOR

VARIABEL

Model pelatihan - Rekruitmen

- Pemateri service berbasis kompetensi

- Tes tertulis untuk calon peserta

- Check list

performance untuk pengguna jasa

(40)

dalam

- Post test, tertulis

- Penilaian unjuk

a.Sikap fasilitator b.Materi pelatihan c.Waktu pelatihan d.Metode pelatihan

dikemukakan sebagai berikut :

1. Alat Pengungkap Data Model Pelatihan dan Profesionalisme Baby Sitter

Untuk dapat mengungkap model-model pelatihan baby sitter yang ada serta

sejauhmana profesionalisme baby sitter yang ada, maka dilakukan kegiatan

wawancara dan observasi serta studi dokumentasi pada beberapa lembaga

pelatihan baby sitter yang ada di beberapa tempat di Jawa Barat. Adapun alat yang

(41)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen untuk mengungkapkan data model pelatihan dan profesionalisme baby sitter

ASPEK INDIKATOR SUMBER

DATA

ALAT

Model pelatihan - Rekruitmen

- Pemateri

2. Alat Pengungkap Data Kebutuhan kompetensi baby sitter di masyarakat

dan Pengembangan Standar Kompetensi Mix bagi baby sitter

Untuk dapat mengembangkan Model Pelatihan In-service Berbasis

Kompetensi dalam meningkatkan profesionalisme baby sitter ini pada tahap awal

perlu dilakukan semacam analisis kebutuhan mengenai kompetensi yang akan

ditetapkan menjadi tujuan dari pelatihan. Pada tahapan pengembangan

kompetensi dalam in-service training, dikemukakan dalam (Weatherman, 1976),

dimana pelatihan in-service mengalami beberapa tahapan penting yang meliputi :

a) menilai kebutuhan kompetensi, tahapan ini meliputi deskripsi pekerjaan

bersamaan dengan analisis kenyataan secara lokal dan nasional; b)

memspesifikasikan kompetensi, tahapan ini meliputi menyusun pernyataan

(42)

kompetensi ini dalam pekerjaan; c) menjelaskan komponen-komponen

kompetensi, tahapan ini ditentukan elemen kompetensi, urutan dan kriteria unjuk

kerja sebagai performance yang harus ditunjukkan dalam pekerjaan; d)

mengidentifikasi prosedur pencapaian kompetensinya, dimana pada tahapan ini

ditentukan isi, metode, materi dari program pelatihan; e) membangun penilaian,

meliputi proses menspesifikkan kriteria dan ukuran dari kompetensi yang akan

dilihat/dinilai. Ini adalah tahapan yang paling penting dalam mendesain program

pelatihan berbasis kompetensi.

Dalam mengungkap data mengenai kebutuhan kompetensi, maka peneliti

mengembangkan alat pengungkap data untuk subjek penelitian keluarga pengguna

jasa, praktisi dan akademisi dalam pelatihan, baby sitter, dan lembaga pelatihan

dan penyalur tenaga kerja baby sitter berdasarkan kisi-kisi sebagai berikut :

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen untuk mengungkapkan data kebutuhan kompetensi baby sitter untuk Pengguna Jasa

ASPEK INDIKATOR ALAT

Persepsi awal Alasan menggunakan jasa

baby sitter

Pemilihan lembaga Kriteria pemilihan baby

sitter

Bidang pekerjaan yang diharapkan

Pedoman Wawancara

Kenyataan Kesesuaian kriteria baby sitter

Kesesuaian bidang kerja yang dilakukan Peran keluarga untuk baby

sitter

Pedoman Wawancara

(43)

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen untuk mengungkapkan data

kebutuhan kompetensi baby sitter untuk akademisi dan praktisi pelatihan

ASPEK INDIKATOR ALAT

Persepsi awal Standar Kompetensi Acuan kurikulum pelatihan

Sertifikasi

Kompetensi baby sitter (Pengetahuan, Keterampilan, Sikap, Nilai) Materi pelatihan (Jenis, Kedalaman,

Strategi penyampaian

Rekruitmen (Usia, Sistem rekruitmen, Kriteria)

Kuesioner Pedoman Wawancara

Kenyataan Pelaksanaan pelatihan (Kesesuaian dengan perencanaan, Waktu, Sarana prasarana, Praktek kerja, Pemantauan

(monev))

Kuesioner Pedoman Wawancara

Harapan Kompetensi ideal baby sitter Kuesioner Pedoman Wawancara Angket Standar

Kompetensi

Tabel 3.6

Kisi-kisi Instrumen untuk mengungkapkan data kebutuhan kompetensi baby sitter untuk Baby sitter

ASPEK INDIKATOR ALAT

(44)

Tabel 3.7

Kisi-kisi Instrumen untuk mengungkapkan data kebutuhan kompetensi baby sitter untuk

Lembaga pelatihan dan penyalur tenaga kerja baby sitter

ASPEK INDIKATOR ALAT

Komponen penyelenggaraan Profil baby sitter keluaran

lembaga Solusi terhadap komplain Mekanisme penanganan Dokumen

Pedoman wawancara

Data-data tersebut diatas, bertujuan untuk mengeksplorasi mengenai

kebutuhan- kebutuhan kompetensi baby sitter di lapangan. Data tersebut

kemudian akan dilakukan analisis gabungan dan kompilasi kompetensinya dengan

Standar kompetensi bagi baby sitter yang sudah berlaku internasional dan Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia bagi baby sitter. Kompilasi dari standar

kompetensi yang ada dan kebutuhan masyarakat, ditetapkan menjadi standar

kompetensi yang dikembangkan dalam penelitian ini.

3. Alat Pengungkap Data Pelaksanaan Model Pelatihan

Untuk dapat melihat keterlaksanaan model pelatihan dengan baik, maka

ditentukan variable X sebagai persepsi tentang model pelatihan yang meliputi

(45)

Tabel 3.8

Kisi-kisi instrumen pengungkap data

persepsi model pelatihan (variable X) melalui angket

Variabel Indikator Item

Persepsi model pelatihan (X)

Sikap fasilitator 1-5,7,9 7 Materi pelatihan 6,8,19-20 4

Waktu pelatihan 11,15 2

Metode pelatihan 10, 12-14, 16-18

7

Jumlah 20

4. Alat Pengungkap data pencapaian Profesionalisme Baby sitter

Untuk dapat mengukur dan menilai serta memperhatikan profesionalisme

baby sitter diukur melalui ketercapaian kompetensi baby sitter sesuai standar yang

telah ditetapkan. Untuk kepentingan tersebut maka disusun alat berupa angket

kriteria unjuk kerja bagi baby sitter sesuai dengan standar kompetensi yang

dilatihkan. Berikut adalah kisi-kisi penyusunan alat pengumpul data yang

berkaitan dengan data profesionalisme baby sitter (variable Y).

Tabel 3.9

Kisi-kisi alat pengungkap data profesionalisme baby sitter (variable Y)

melalui penilaian unjuk kerja

Kompetensi Dasar Indikator No Item

Mengetahui pola

(46)

pada tingkah laku anak yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak. - Menunjukkan strategi

(47)

dengan teman, cara memberi pemahaman pada anak akan aturan di masyarakat/lingkungan sekitar serta mampu mengkondisikan interaksi anak pada lingkup satu teman, interaksi dengan diri, percaya diri, dan mengatasi emosi anak bahasa dapat terbentuk /terbangun pada anak

- Memberikan dukungan pada anak untuk dapat mengekspresikan diri

(48)
(49)

dini dan mampu

menciptakan lingkungan keagamaan dalam kehidupan sehari-hari

secara proporsional - Mendukung anak

untuk melakukan kegiatan berdoa - Memperkenalkan anak

pada ciptaan Tuhan - Melatih anak untuk

memperhatikan sesama dengan empati

Jumlah 30

5. Alat Pengungkap Data Keefektifan Model Pelatihan

Menurut Kirkpatriks bahwa untuk melihat keefektifan pelatihan ada 4 level

evaluasi dalam pelatihan, yang ditunjukkan pada struktur dibawah ini, yaitu :

a. Evaluasi pada level reaksi

Evaluasi reaksi adalah bagaimana peserta pelatihan merasakan pelatihan atau

pengalaman belajar peserta. Alat pengungkap data untuk memperoleh data

mengenai reaksi, dikembangkan dalam bentuk lembar “happy sheet”,

kuesioner, dan wawancara

b. Evaluasi pada level pembelajaran

Evaluasi pembelajaran adalah ukuran dari peningkatan dalam pengetahuan,

sebelum dan sesudah pelatihan. Alat pengungkap data untuk memperoleh

data mengenai pembelajaran, dikembangkan instrumen dalam bentuk tes

tertulis dan tes unjuk kerja, serta observasi dan wawancara

c. Evaluasi pada level tingkah laku

Evaluasi tingkah laku adalah tingkat penerapan kembali dan implementasi

pada pekerjaan. Alat pengungkap data untuk memperoleh data mengenai

(50)

wawancara dari waktu ke waktu dengan panduan fasilitatoran dengan

pedoman standar kompetensi.

d. Evaluasi pada level hasil

Evaluasi hasil adalah efek pada bisnis atau lingkungan dari peserta pelatihan.

Alat pengungkap data untuk memperoleh data mengenai hasil, dikembangkan

instrumen dalam bentuk angket dari pengguna jasa, baby sitter dan lembaga

penyalur tenaga baby sitter.

Artinya untuk melihat keefektifan pelatihan maka digunakan berbagai cara,

baik melalui pendekatan kuantitatif maupun pendekatan kualitatif. Untuk

pendekatan kuantitatif, digunakan analisis kuantitatif dengan melakukan

pengujian hipotesis antara variabel X (persepsi mengenai model pelatihan) dan

variable Y (profesionalisme baby sitter). Sedangkan secara pendekatan kualitatif,

digunakan analisis dalam pendekatan kualitatif, yaitu member check dan

triangulasi dari berbagai data yang ada.

D. Penyusunan dan Uji Coba Alat Pengumpul Data

1. Alat pengungkap data yang diujicobakan dan yang tidak diujicobakan

Berbagai jenis alat pengungkap data yang dikembangkan pada dasarnya

tidak seluruhnya melalui uji coba instrumen dan reliabilitas. Untuk instrumen

berupa wawancara, observasi dan studi dokumen, uji validitas dilakukan pada

validitas teoritis dan empiris. Alat pengumpul data yang berbentuk angket dengan

tanggapan berskala, uji validitas dan reliabilitasnya dilakukan secara empirik

Gambar

Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen untuk mengungkapkan data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, institusi harus menyusun Rencana Induk Pengembangan Penelitian (RIP-P), termasuk peta jalan (road map) dan tema-tema. Secara akademik, hal ini menjadi

Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa putusan Pengadilan Niaga Semarang mengatakan bahwa hakim memutus ini mengenai hal lisensi sedangkan didalam MA hakim mengatakan

Karena rumah tangga kurang aman dan sering terganggu oleh masalah terkait dengan milo, warga yang ingin bekerja kegiatan lain juga terganggu dan tidak bisa

Web Container adalah services yang dijalankan oleh suatu Java Application Server hususnya untuk services yang compliance/kompatibel dengan Servlet dan JSP.. Selain menjadi

United States of America: Lippincott Williams & Wilkins. Universitas

[r]

Ketentuan besaran uang muka (down payment) pembiayaan kendaraan bermotor dalam Surat Edaran OJK Nomor 47/SEOJK.05/2016 perusahaan pembiayaan yang tingkat kesehatan

Risiko serangan jantung secara langsung berhubungan dengan tekanan darah, setiap penurunan tekanan darah diastolik sebesar 5 mmHg risikonya berkurang sekitar 16 %. 25