DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... ..1
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... ..4
C. Pembatasan Masalah………....5
D. Penjelasan Istilah ... ..6
E. Tujuan Penelitian ... ..6
F. Manfaat Penelitian ... ..7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) ... ..9
B. Penguasaan Konsep ... 13
C. Kemampuan Berpikir Kritis ... 16
D. Tinjauan Pembelajaran Tema pH dan Pencemaran Air ... 20
E. Penelitian Yang Relevan ... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 31
B. Subyek Penelitian ... 31
C. Prosedur Penelitian ... 32
D. Alur Penelitian ... 35
E. Instrumen Penelitian ... 36
F. Analisis Butir Soal ... 38
G. Hasil Analisis Butir Soal ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat yang
Dikembangkan ... 47
B. Dampak Implementasi Pembelajaran STM Terhadap Penguasaan Konsep ... 53
C. Dampak Implementasi Pembelajaran STM Terhadap Beberapa Aspek Penguasaan Konsep ... 55
D. Dampak Implementasi Pembelajaran STM Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis ... 60
E. Dampak Implementasi Pembelajaran STM Terhadap Beberapa Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 63
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 74
B. Rekomendasi ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 76
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penguasaan ilmu – ilmu dasar (basic science) pada siswa, khususnya Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA), merupakan fondasi bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pada masa yang akan datang. Namun di sisi lain mata
pelajaran IPA sering dianggap sebagai materi sulit dan menjadi hal yang
menakutkan bagi sebagian siswa, bahkan sebagian guru. Pembelajaran siswa di
sekolah kemudian sekedar menjadi kewajiban menjalankan kurikulum, kehilangan
daya tariknya dan lepas relevansinya dengan dunia nyata yang seharusnya
menjadi objek ilmu pengetahuan tersebut (Dikdasmen, 2003).
Dalam rangka transformasi sosial menuju masyarakat maju dan modern,
hendaknya pengajaran kimia tidak semata-mata berupa alih pengetahuan, tetapi
diharapkan siswa mampu memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Liliasari (2005)
yang mengatakan bahwa ide dasar dari kurikulum berbasis kompetensi adalah
memperbaiki penguasaan ilmu-ilmu yang dipelajari di sekolah agar dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Idealnya pendidikan IPA itu hendaknya
dapat berimplikasi langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan kimia sebagai bagian dari pendidikan umumnya memiliki peran
penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan
peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif,
menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Menurut Wartono (1996) pembelajaran sains masih mengutamakan pada
penguasaan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum dan teori-teori sains
(produk sains). Pola pengajaran seperti ini menyebabkan pelajaran IPA di
lapangan kurang memberi bekal yang cukup bagi siswa untuk menghadapi
perkembangan dan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan yang berdampak
pada kurangnya minat siswa terhadap kimia. Diungkapkan oleh Hidayat (1996),
bahwa siswa sekolah lanjutan kurang menyukai sains karena:
1. Guru dalam mengajarkan IPA terlalu banyak menekankan pada fakta-fakta dan konsep-konsep tanpa menghubungkan dengan lingkungan sekitar.
2. Pengajaran IPA cenderung menyiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yang hanya berorientasi pada pengetahuan. 3. Guru IPA kurang memberi kesempatan siswa untuk bertanya.
4. Kurangnya perhatian guru terhadap berbagai masalah lingkungan yang timbul dari interaksi antara sains dan teknologi dalam masyarakat.
5. Evaluasi, lebih banyak ditekankan pada pengetahuan dan kurang memperhatikan sikap, proses dan kreativitas siswa.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi
kendala kurangnya minat siswa terhadap sains adalah pembelajaran Sains
Teknologi Masyarakat (STM). Pada pembelajaran ini siswa dapat berperan aktif
dalam proses pembelajaran dan dapat menampilkan peranan Sains dan Teknologi
di dalam kehidupan masyarakat (Poedjiadi, 2005). Pembelajaran dengan
menggunakan STM memperkenalkan siswa dengan isu-isu dan masalah yang
berkembang di masyarakat akibat adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Diharapkan dengan diterapkannya pembelajaran STM, siswa dapat
menggunakan kemampuan berpikir kritisnya. Menurut Zohar (Ernawati, 2007),
kemampuan berpikir kritis ini dapat dikembangkan melalui bahan kajian yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Menurut Saharuddin (2000) bahwa pembelajaran pencemaran air dengan
pendekatan STM dapat dipergunakan sebagai alternatif dalam membantu
meningkatkan pemahaman konsep, pengembangan sikap kepedulian terhadap
lingkungan dan keterampilan proses sains siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Windayani, 2005) yang menyatakan bahwa terjadi
peningkatan hasil belajar siswa (penguasaan konsep) melalui pendekatan STM
pada pencemaran tanah. Demikian juga pada penelitian lain melalui pendekatan
STM dengan metode bermain peran dapat membantu meningkatkan hasil belajar
siswa karena dengan pendekatan tersebut mampu mendorong dan memotivasi
siswa mengungkapkan gagasan-gagasan atau pemikiran siswa yang diperoleh dari
pengalamannya, melibatkan secara aktif baik mental, sikap-sikap ilmiah maupun
keterampilan intelektual di dalam menanggapi isu-isu sosial/masalah aktual yang
dihadapi dalam kehidupan sebagai angota masyarakat, juga menjadikan
lingkungan sebagai sumber belajar, sehingga timbul keinginan siswa untuk
memahami lebih mendalam tentang sains dan teknologi yang dapat berdampak
pada perubahan sikap siswa terhadap sains dan teknologi tersebut (Apriana, 2002)
Banyak konsep-konsep kimia yang terkait dengan kehidupan sehari-hari.
Salah satu materi kimia yang sangat erat hubungan dengan kehidupan sehari-hari,
dan dapat dijelaskan dengan pendekatan STM adalah materi asam-basa terkait
dengan tema aplikasi pH pada pencemaran air dapat kita terapkan dengan
pendekatan pembelajaran STM. Tema aplikasi pH pada pencemaran air ini
berhubungan langsung dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Teknologi yang
digunakan dalam pencemaran air ini adalah teknologi penyaringan air sederhana
dengan penambahan kapur dan tawas. Masyarakat akan tahu mana air yang
tercemar dan yang tidak tercemar dengan teknologi sederhana ini.
Materi asam basa pada sub materi pokok derajat keasaman dengan tema
aplikasi pH pada pencemaran air bila dirancang dengan pendekatan pembelajaran
STM diyakini dapat meningkatkan penguasaan konsep dan mengembangkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis siswa akan
berkembang bila menggunakan pembelajaran STM melalui kemampuan siswa
membedakan air yang tercemar dan yang tidak tercemar secara visual dan
kemampuan penguasaan konsep siswa akan tumbuh melalui kemampuan siswa
menyebutkan ciri-ciri dari air yang tercemar dan air yang tidak tercemar.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merasa perlu untuk meneliti
pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat yang dapat meningkatkan penguasaan
konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa SMA pada sub materi pokok derajat
keasaman dengan tema aplikasi pH pada pencemaran air.
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pembelajaran
Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan penguasaan konsep dan
kemampuan berpikir kritis siswa SMA kelas XI ?”. Beberapa permasalahan dalam
1. Bagaimanakah karakteristik pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
(STM) pada Sub Materi Pokok Derajat Keasaman dengan Tema pH
pada Pencemaran Air untuk Siswa SMA Kelas XI?
2. Bagaimanakah pengaruh pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
(STM) terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa SMA kelas XI
pada Sub Materi Pokok Derajat Keasaman dengan Tema pH pada
Pencemaran Air ?
3. Bagaimanakah pengaruh pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
(STM) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa SMA kelas XI pada
Sub Materi Pokok Derajat Keasaman dengan Tema pH pada
Pencemaran Air ?
C. Pembatasan Masalah
Agar lebih terarah maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada:
1. Kemampuan penguasan konsep pada aspek memahami (C2), aspek
menerapkan (C3), dan aspek menganalisis (C4)
2. Kemampuan berpikir kritis pada indikator mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan definisi, memfokuskan pertanyaan, bertanya dan
menjawab pertanyaan, menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi,
mengidentifikasi asumsi-asumsi, mendeduksi dan mempertimbangkan
D. Penjelasan Istilah
1. Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)
Sains Teknologi Masyarakat (STM) adalah pembelajaran yang
memunculkan isu-isu yang berkembang di masyarakat akibat perkembangan
IPTEK dan dampaknya bagi masyarakat, dan dalam pembelajaran tersebut
guru melalui topik yang dibahas menghubungkan antara sains dan teknologi
yang terkait dengan kegunaannya di masyarakat (Poedjiadi, 1994)
2. Penguasaan Konsep
Menurut Rosser (Dahar, 1996) Penguasaan Konsep merupakan
tingkatan hasil proses belajar seseorang sehingga dapat menjelaskan suatu
bagian informasi dengan kata-kata sendiri. Dalam penguasaan konsep siswa
dituntut tidak hanya sebatas mengingat sesuatu bahan pelajaran tetapi juga
mampu menjelaskan dari bahan pelajaran tersebut dengan menggunakan
kata-kata sendiri, meskipun penjelasan yang diberikan siswa susunannya tidak
sama dengan konsep yang diberikan guru kepada siswa tetapi kandungan atau
maknanya tidak berbeda.
3. Berpikir Kritis
Peningkatan berpikir kritis adalah kemampuan bernalar dan berpikir
reflektif yang difokuskan pada keputusan untuk menentukan apa yang
diyakini atau apa yang harus dilakukan (Ennis 1985).
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan penelitian secara umum, tujuan
1. Menghasilkan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)
pada Sub Materi Pokok Derajat Keasaman dengan Tema pH pada
Pencemaran Air untuk Siswa SMA Kelas XI.
2. Mendapatkan informasi berkaitan dengan :
a. karakteristik pembelajaran STM yang mampu meningkatkan
penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa SMA kelas XI
pada Sub Materi Pokok Derajat Keasaman dengan Tema pH dan
Pencemaran Air.
b. mendapatkan informasi berkaitan dengan pengaruh pembelajaran STM
terhadap peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir
kritis siswa SMA kelas XI
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis
sebagai salah satu alternatif dalam upaya perbaikan pembelajaran, antara lain:
1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, siswa dapat memperoleh
hasil belajar yang optimal melalui proses pembelajaran yang
bermakna bagi siswa.
b. Meningkatkan kesadaran siswa terhadap masalah yang berhubungan
dengan lingkungan , khususnya dampak pencemaran air dalam
2. Bagi Guru
Menjadi alternatif dalam menerapkan pembelajaran kimia lainnya serta
mengefektifkan waktu pembelajaran.
3. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan
untuk penelitian sejenis dengan menggunakan model pembelajaran dan
konsep yang berbeda.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Weak experiment yang digunakan untuk
mengukur penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa. Metode Weak
experiment yang digunakan berupa “One group pretest-postest design” (Fraenkel &
Wallen, 1993). Rancangan desain penelitiannya dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1.
Desain Penelitian Weak Experiment
Kelompok Pretest Perlakuan Postest
Eksperimen O1 X O2
Keterangan:
O1 = Pretest untuk mengukur penguasaan konsep dan kemampuan
berpikir kritis sebelum perlakuan
O2 = Postest untuk mengukur penguasaan konsep dan kemampuan
berpikir kritis setelah perlakuan
X = Perlakuan dengan menggunakan pembelajaran sains teknologi
masyarakat.
B. Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek adalah siswa kelas XI SMA “X”
di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau tahun ajaran 2011/2012 dengan
C. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap Persiapan
a) Studi pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan untuk mengkaji beberapa teoritis yang relevan
dengan penelitian. Hal ini dikaji dalam studi pendahuluan berupa kajian teoritis
tentang pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat, kurikulum kimia SMA, sub
materi pokok derajat keasaman dengan tema pH pada pencemaran serta kajian
teoritis tentang penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis.
b) Membuat proposal penelitian
Proposal penelitian yang diajukan berisi masalah yang akan dikaji, sumber data,
serta langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan.
c) Seminar proposal penelitian
Seminar ini merupakan tahapan sebelum dilaksanakan kegiatan penelitian.
Tujuan awal dari kegiatan seminar adalah pemaparan proposal dan mencari
masukan untuk penyempurnaan rencana penelitian.
d) Perbaikan proposal penelitian
Proposal yang sudah diseminarkan kemudian direvisi/diperbaiki agar tujuan
yang ingin dicapai dapat terlaksana
e) Pembuatan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dan instrumen
Rencana pembelajaran dalam penelitian ini memuat tahapan-tahapan STM.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda
beralasan, lembar observasi, dan angket siswa.
f) Mengurus surat izin penelitian
g) Judgement instrumen dan ujicoba instrumen penelitian
Sebelum instrumen diujicoba, instrumen tersebut di judge oleh beberapa dosen
ahli untuk melihat jenjang kognitif, kedalaman materi dan tata bahasa. Setelah
di-judge, instrumen tersebut diujicoba.
h) Melakukan analisis instrumen penelitian
Instrumen yang telah diujicoba berupa soal penguasaan konsep dan kemampuan
berpikir kritis, kemudian dianalisis dengan menggunakan uji validitas, uji
reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.
i) Revisi instrumen penelitian
Revisi dilakukan setelah instrumen diujicoba dan dianalisis, dengan
mempertimbangkan susunan kalimat, bahasa, konsep pada pertanyaan soal
pilihan ganda serta hasil analisis.
2. Tahap Pelaksanaan
a) Memberikan soal Tes Awal kepada siswa sebagai subjek penelitian, sebelum
pemberian perlakuan (pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat). Pada tahap
berikutnya siswa dibagi dalam bentuk kelompok.
b) Melakukan PBM (Proses Belajar Mengajar) menggunakan pembelajaran Sains
Proses pembelajaran dengan pembelajaran STM dilakukan selama dua kali
pertemuan.
c) Setelah selesai PBM (Proses Belajar Mengajar) selanjutnya dilaksanakan Tes
Akhir
3. Tahap analisis data dan penyusunan laporan
Tahapan selanjutnya adalah melakukan pengolahan data hasil penelitian dan
sekaligus menyusun laporan penelitian. Untuk lebih jelas, prosedurnya
D. Alur Penelitian
Gambar 3.1. Alur Penelitian
Studi Kepustakaan Penguasaan Konsep dan KBKr Analisis Standar Isi Mata
Pelajaran Kimia SMA tentang Asam-Basa
Studi Kepustakaan Pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat (STM)
Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran STM terhadap Penguasaan Konsep dan KBKr Perumusan indikator dan tujuan
pembelajaran aspek kognitif melalui telaah konteks, konten dan
kompetensi
Analisis wacana
Pembuatan peta konsekuensi
Penyusunan RPP dan Instrumen Penelitian
Penentuan Validitas Isi RPP dan Instrumen Penelitian
Uji Coba Butir Soal Instrumen
Tes Awal
Perbaikan
Proses Kegiatan Belajar Mengajar Menggunakan Pembelajaran STM
Tes Akhir
Analisis Data dan Pembahasan
Kesimpulan
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data penelitian adalah berupa
instrumen penguasaan konsep, kemampuan berpikir kritis, lembar observasi dan
angket siswa.
1. Tes
Instrumen penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis berupa soal
pilihan ganda beralasan yang diberikan pada saat test awal dan test akhir
berdasarkan jenjang kognitif taksonomi Bloom yang telah direvisi dan berdasarkan
indikator kemampuan berpikir kritis menurut Ennis. Adapun kisi-kisi soal
penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan
Tabel 3.3.
Tabel 3.2.
Kisi-kisi Soal Penguasaan Konsep
No Aspek Jumlah Soal Nomor Soal
1 C 2, Memahami 11 1, 2, 3, 4, 5, 6, 12,
16, 18, 19, 20
2 C 3, Menerapkan 1 10
3 C 4, Menganalisa 8 7, 8, 9, 11, 13, 14,
Tabel 3.3
Kisi-kisi Soal Kemampuan Berpikir Kritis
No Indikator Jumlah Soal Nomor Soal
1 Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan
definisi
6 1, 2, 5, 6, 10, 12,
2 Memfokuskan pertanyaan 1 3
3 Bertanya dan menjawab
pertanyaan
1 4
4 Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi
6 7, 9, 13, 14, 15, 20
5 Mengidentifikasi asumsi-asumsi
2 8, 11
6 Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil deduksi
2 16, 17
7 Menentukan suatu
tindakan
2 18, 19
2. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk
melihat kesulitan siswa dalam menerapkan pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat (STM) yang dikembangkan dari kesulitan siswa dalam praktikum dan
kesulitan dalam diberikan memanfaatkan waktu dalam mengikuti alur pembelajaran
STM (Poedjiadi, 2005). Hal yang akan diobservasi adalah tahapan-tahapan dari
setiap pembelajaran STM yakni tahap invitasi/ apersepsi/ inisiasi/ eksplorasi, tahap
pembentukan konsep, tahap aplikasi konsep, tahap pemantapan konsep dan tahap
kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran. Observasi yang digunakan
adalah observasi terstruktur dengan menggunakan lembaran daftar ceklist.
3. Angket Siswa
Angket siswa yang digunakan pada penelitian ini berupa angket tertutup,
artinya angket yang berisi pertanyaan tanpa disediakan jawaban. Angket diberikan
kepada siswa untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan
pembelajaran STM. Model angket yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan skala Guttman yakni skala yang digunakan untuk jawaban yang
bersifat jelas (tegas) dan konsisten, misalnya ya-tidak (Akdon, 2007).
F. Analisis Butir Soal
Sebelum instrumen digunakan, instrumen tersebut terlebih dahulu
diujicobakan dan dianalisis kelayakannya melalui uji validitas, uji reliabilitas,
tingkat kesukaran dan indeks daya beda soal. Instrumen yang diujicobakan adalah
berupa soal penguasaan konsep dan soal kemampuan berpikir kritis. Dengan
demikian diperoleh instrumen yang benar-benar baik dan dapat memenuhi syarat
untuk dijadikan alat pengumpul data.
Pengujian instrumen berdasarkan hasil uji coba soal terhadap siswa kelas XII
yang berjumlah 28 siswa dengan instrumen tes berbentuk pilihan ganda beralasan
sebanyak 20 butir soal.
1. Uji Validitas
Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Tes yang
1996). Dalam penelitian ini menghitung validitas item butir soal menggunakan
program Anates V4 Program. Datanya dapat dilihat pada Lampiran C.
Penafsiran nilai validitas dapat dilihat pada Tabel 3.4 berdasarkan kriteria berikut:
Tabel 3.4.
Kriteria acuan untuk Validitas
Rentang Keterangan
0,800 – 1,00 Sangat Tinggi
0,600 – 0,800 Tinggi
0,400 – 0,600 Cukup
0,200 – 0,400 Rendah
0,00 – 0,200 Sangat Rendah
(Arikunto, 2010)
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yaitu sejauh
mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/tidak
berubah-ubah (Karno To, 1996). Untuk menghitung reliabilitas soal tes menggunakan
program Anates V4 Program. Hasil reliabilitas yang didapat sebesar 0,92 yang
tergolong pada derajat keterandalan sangat tinggi. Datanya dapat dilihat pada
Lampiran C.
Menurut Arikunto (2010) tolak ukur untuk menafsirkan derajat keterandalan
Tabel 3.5.
Kriteria acuan untuk Reliabilitas
Rentang Keterangan
0,900 – 1,00 Sangat Tinggi
0,700 – 0,900 Tinggi
0,400 – 0,700 Cukup
0,200 – 0,400 Rendah
Kurang dari 0,200 Sangat Rendah
3. Tingkat Kesukaran
Perhitungan tingkat kesukaran ini dimaksudkan untuk mengetahui sukar atau
mudahnya soal yang digunakan. Menghitung taraf kesukaran soal menggunakan
Anates V4 Program dan untuk datanya dapat dilihat pada lampiran C.
Kriteria acuan untuk tingkat kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.6
Tabel 3.6.
Kriteria acuan untuk Tingkat Kesukaran
Rentang Keterangan
0,00 – 0,300 Sukar
0,300 – 0,700 Sedang
0,700 – 1,00 Mudah
(Arikunto, 2010)
4. Daya Pembeda
Daya pembeda dapat digunakan untuk melihat kemampuan soal yang dapat
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
dilakukan dengan Anates V4 Program. Datanya dapat dilihat pada Lampiran C.
Kriteria acuannya dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7.
Kriteria acuan untuk Daya Pembeda
Rentang Keterangan
0,00 – 0,200 Jelek
0,200 – 0,400 Cukup
0,400 – 0,700 Baik
0,700 – 1,00 Baik Sekali
G. Hasil Analisis Butir Soal
Sebelum digunakan instrumen soal penguasaan konsep dan kemampuan
berpikir kritis yang berjumlah 20 soal dilakukan uji coba terlebih dahulu. Setelah
dilakukan ujicoba dan dianalisis dengan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran,
dan daya pembeda ternyata terdapat 5 soal yang perlu diperbaiki untuk soal
penguasaan konsep dan 4 soal yang perlu diperbaiki untuk soal kemampuan
berpikir kritis dan setelah itu baru dapat digunakan (dipakai) dalam penelitian ini.
Nilai reliabilitas tes hasil uji coba penguasaan konsep adalah 0,92 dan kemampuan
berpikir kritis adalah 0,91 Rekapitulasi kualitas instrumen tes penguasaan konsep
terlihat pada Tabel 3.8 dan untuk kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada
Tabel 3.8.
Gambaran Kualitas Soal Penguasaan Konsep
No
Soal
Validitas Reliabilitas Tingkat
Kesukaran (%)
Daya Pembeda (%) Keterangan
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
1 0,333 Rendah
0,92 (Sangat
Tinggi)
60,71 Sedang 37,50 Baik Diperbaiki
2 0,526 Cukup 75,00 Mudah 50,00 Sangat Baik Dipakai
3 0,430 Cukup 64,29 Sedang 50,00 Sangat Baik Dipakai
4 0,674 Tinggi 46,43 Sedang 75,00 Sangat Baik Dipakai
5 0,360 Rendah 50,00 Sedang 50,00 Sangat Baik Diperbaiki
6 0,711 Tinggi 60,71 Sedang 100 Sangat Baik Dipakai
7 0,616 Tinggi 67,86 Sedang 62,50 Sangat Baik Dipakai
8 0,391 Rendah 50,00 Sedang 37,50 Baik Diperbaiki
9 0,516 Cukup 32,14 Sedang 62,50 Sangat Baik Dipakai
10 0,441 Cukup 17,86 Sukar 37,50 Baik Dipakai
11 0,416 Rendah 53,57 Sedang 62,50 Sangat Baik Diperbaiki
12 0,545 Cukup 35,71 Sedang 62,50 Sangat Baik Dipakai
13 0,444 Cukup 57,14 Sedang 62,50 Sangat Baik Dipakai
14 0,476 Cukup 60,71 Sedang 62,50 Sangat Baik Dipakai
15 0,505 Cukup 46,43 Sedang 62,50 Sangat Baik Dipakai
16 0,650 Tinggi 75,00 Mudah 62,50 Sangat Baik Dipakai
17 0,237 Rendah 32,14 Sedang 25,00 Agak Baik Diperbaiki
18 0,498 Cukup 50,00 Sedang 75,00 Sangat Baik Dipakai
19 0,500 Cukup 42,86 Sedang 62,50 Sangat Baik Dipakai
Tabel 3.9
Gambaran Kualitas Soal Kemampuan Berpikir Kritis
No
Soal
Validitas Reliabilitas Tingkat
Kesukaran (%)
Daya Pembeda (%) Keterangan
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
1 0,460 Cukup
0,91 (Sangat
Tinggi)
75,00 Mudah 50,00 Sangat Baik Dipakai
2 0,517 Cukup 81,25 Mudah 37,50 Baik Dipakai
3 0,492 Cukup 54,17 Sedang 33,33 Baik Dipakai
4 0,708 Tinggi 56,25 Sedang 75,00 Sangat Baik Dipakai
5 0,540 Cukup 43,75 Sedang 62,50 Sangat Baik Dipakai
6 0,736 Tinggi 56,25 Sedang 87,50 Sangat Baik Dipakai
7 0,614 Tinggi 68,75 Sedang 62,50 Sangat Baik Dipakai
8 0,380 Rendah 56,25 Sedang 37,50 Baik Diperbaiki
9 0,506 Cukup 43,75 Sedang 62,50 Sangat Baik Dipakai
10 0,453 Cukup 18,75 Sukar 37,50 Baik Dipakai
11 0,413 Cukup 56,25 Sedang 62,50 Sangat Baik Diperbaiki
12 0,616 Tinggi 34,38 Sedang 68,75 Sangat Baik Dipakai
13 0,583 Cukup 62,50 Sedang 75,00 Sangat Baik Dipakai
14 0,367 Rendah 62,50 Sedang 50,00 Sangat Baik Diperbaiki
15 0,554 Cukup 59,38 Sedang 68,75 Sangat Baik Dipakai
16 0,620 Tinggi 71,88 Mudah 56,25 Sangat Baik Dipakai
17 0,269 Rendah 28,13 Sukar 31,25 Agak Baik Diperbaiki
18 0,637 Tinggi 45,83 Sedang 66,67 Baik Dipakai
19 0,626 Tinggi 29,17 Sukar 58,33 Sangat Baik Dipakai
H. Teknik Pengolahan Data
Setelah data hasil penelitian (Tes Awal dan Tes Akhir) penguasaan konsep
dan kemampuan berpikir kritis terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data
dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pemberian skor tiap siswa (skor penguasaan konsep dan kemampuan berpikir
kritis)
2. Mengubah skor total menjadi skor baku (nilai), dengan menggunakan rumus:
Skor siswa
Nilai = --- x 100%
Skor total
Nilai yang diperoleh siswa kemudian ditafsirkan dengan kategori berdasarkan
Tabel 3.10
Tabel 3.10 Kategori Nilai (Mulyadiana, 2000)
Rentang Keterangan
90% ≤ A ≤ 100% Sangat baik
75% ≤ B ≤ 90% Baik
55% ≤ C ≤ 75% Cukup
40% ≤ D ≤ 55% Kurang
0% ≤ E ≤ 40% Jelek
3. Untuk mengetahui peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran
dihitung dengan rumus nilai N-gain Hake (Meltezer, 2003 dalam Asikin, 2006)
Nilai tes akhir – nilai tes awal
Gain Ternormalisasi = ---
Nilai max – nilai tes awal
N-gain yang diperoleh kemudian ditafsirkan dengan kategori berdasarkan Tabel
3.11
Tabel 3.11. Kategori N-gain
(Meltzer, 2003 dalam Asikin, 2006)
Rentang Keterangan
0,00 – 0,20 Sangat rendah
0,21 – 0,40 Rendah
0,41 – 0,60 Cukup
0,61 – 0,80 Tinggi
0,81 – 1,00 Sangat tinggi
4. Uji Normalitas
Uji Normalitas dalam penelitian ini dilakukan terhadap data Tes Awal,Tes Akhir
dan N-gain penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa. Uji
normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan
program SPSS for Windows versi standar 17.00.
5. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan terhadap data Tes Awal dan Tes
Akhir penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa. Berdasarkan uji
kemampuan berpikir kritis siswa berdistribusi normal. Oleh sebab itu untuk
mengetahui ada tidaknya peningkatan yang signifikan antara tes awal dan tes
akhir penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa melalui
pembelajaran STM, digunanakan uji hipotesis parametrik (Uji t). Perhitungan uji
t dilakukan dengan program SPSS for Windows versi standar 17.00
6. Untuk mengetahui korelasi antara dua faktor X dan Y dalam hal ini penguasaan
konsep dan kemampuaan berpikir kritis dapat dilihat melalui indeks gain,
digunakan uji korelasi Pearson jika datanya terdistribusi normal dan uji
Spearman jika datanya tidak terdistribusi normal. Perhitungan uji Pearson dan
uji Spearman dilakukan dengan program SPSS for Windows versi standar 17.00
7. Menghitung prosentase hasil angket respon siswa dengan menggunakan rumus:
Jumlah frekuensi yang normal
Rumus = --- X 100%
Jumlah siswa
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Implementasi model ini diawali dengan isu-isu atau masalah-masalah yang
sedang berkembang di masyarakat, ditindak lanjuti dengan penyajian konsep
terpadu pada tema pH dan pencemaran air, sumber-sumber dan dampak negatif
dari pencemaran air, implementasi model ini membutuhkan partisipasi
langsung dari siswa, berorientasi pada konteks nyata yang terjadi dalam
kehidupan di sekitar siswa, dan mengembangkan pembelajaran mandiri.
2. Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan penguasaan
konsep pada aspek C2 (memahami) sebesar 49% dengan kategori cukup, pada
aspek C3 (menerapkan) sebesar 3,8% dengan kategori sangat rendah dan pada
aspek C4 (menganalisa) sebesar 53% dengan kategori cukup maka
peningkatan tertinggi berdasarkan N-gain (%) terjadi pada aspek C4
(menganalisa) yaitu sebesar 54% dan terendah pada aspek C3 (menerapkan)
yaitu sebesar 3,8%.
3. Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa pada indikator mendefinisikan istilah dan
pertanyaan sebesar 37%, pada indikator bertanya dan menjawab pertanyaan
sebesar 48%, pada indikator menginduksi dan mempertimbangkan hasil
induksi sebesar 59%, pada indikator mengidentifikasi asumsi-asumsi sebesar
38%, pada indikator mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi sebesar
72% dan pada indikator menentukan suatu tindakan sebesar 54% maka
peningkatan tertinggi berdasarkan N-gain (%) terjadi pada indikator
mendeduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi yaitu sebesar 72% dan
terendah terjadi pada indikator memfokuskan pertanyaan yaitu sebesar 37%.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis memberikan beberapa
rekomendasi antara lain:
1. Dalam menggunakan pembelajaran STM ini guru hendaknya mempersiapkan
semua hal dengan sebaik mungkin.
2. Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi dengan
DAFTAR PUSTAKA
Akdon, dkk. (2007). Rumus dan Data dalam Analisis Statistik. Bandung. Alfabeta
Anderson, L. W. dan Krathwohl, D. R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching and Assessing; A Revision of Bloom´s Taxonomy of Educational Objectives. NY: Addison Wesley Longman Inc.
Apriana, E. (2002). Penerapan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Dengan Metode Bermain Peran Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Sikap dan Keterampilan Siswa SMU Menerapkan Konsep Pelestarian Sumber Daya Alam Hayati. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Arikunto. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.
Asikin, W. (2006). Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Pencemaran Tanah melalui praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Dahar, R. W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta. Erlangga.
Daryanto. (2004). Masalah Pencemaran. Bandung. Tarsito.
Dirjen Dikdasmen. (2003). Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Depdiknas
Ennis, R.H. (1985). Goal for a Critical Thinking Curriculum, Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: ASDC.
Ernawati. (2007). Profil kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat pada Materi Pencemaran Air. Skripsi UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Fuad, M. (2000). Penggunaan Sains-Teknologi-Masyarakat pada Pembelajaran Pupuk dan Pemupukan Tesis PPS UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.
Galib,L.M.(2002) Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Dalam
Pembelajaran Sains Di Sekolah. ( Online).Tersedia
:http://www.Depdiknas.co.id /Jurnal/Editorial Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Edisi 34.html( 1 Juli 2011).
Hanaswati. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Pencemaran Air Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Madrasah Aliyah Melalui Belajar Kooperatif. Tesis PPS UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.
Hartati, S. (2001). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Perkembangbiakan Tumbuhan dengan Menggunakan Pendekatan STM. Skripsi. FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Hidayat. (1996). “Pendidikan dan Pembelajaran Sains yang Bagaimana yang cocok dan berguna untuk siswa-siswa Sekolah di Indonesia”. Khazanah Pengajaran IPA.
Holbrook, J. (2005). Making Chemistry Teaching Relevant. Chemical Education International. 6(1), 1-12.
Hungerford., HR, Volk & Ramsey. (1990). Science Technology Society Investigating & Evaluating STS Issues and Solution Illinois. STIPES Publishing Co.
Karno To. (1996). Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program Komputer ANATES). FIP IKIP Bandung.
Mulyadiana, T.S. (2000). Kemampuan Berkomunikasi Siswa Madrasah Aliyah melalui Pembelajaran Kooperatif pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Poedjiadi, A. (1994). Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dalam Pendidikan sebagai Upaya Meningkatkan Literasi Sains dan Teknologi. Makalah untuk Seminar Karya Ilmiah.
Poedjiadi, A. (2005). Sains Teknologi Masyarakat. Bandung. PT Remaja Rosda Karya.
Priyadi. (2005). Berpikir kritis. Online. Tersedia: http://www.priyadi.net.
Purwanto, N. (1997). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Resmiati, S. (2004). Upaya Meningkatkan Potensi Belajar Siswa Pada Konsep Perkembangbiakan Tumbuhan Dengan Menggunakan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Sahal, E.C. (2005). Identifikasi Kesulitan Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada Sub Konsep Lingkungan dengan Sub Konsep Sistem Syaraf. Skripsi UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Saharuddin, (2000). Pengajaran Pencemaran Air Dengan Pendekatan STM pada salah satu MAN di Samarinda. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Slameto. (1995). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta. Reneka Cipta.
Suanda, D. (2010). Pembelajaran IPA Terpadu dengan Multimedia pada Tema Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis S2 UPI Bandung.
Wardhana, Wisnu Arya. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta. Andi
Wartono. (1996). “Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pendidikan Sains di sekolah Dasar”. Khazanah Pengajaran IPA.
Windayani, N. (2005). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada Konsep Pencemaran Tanah. Tesis PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.
Yager R.E. (1996). Science Technology Society Providing Userful and Appropriate Science for All. Makalah pada Literasi Sains dan Teknologi USA. The University of Iowa.