iv ABSTRAK
ANALISIS TERHADAP KEGIATAN BANCASSURANCE DALAM PRODUK KREDIT KEPEMILIKAN RUMAH OLEH PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO.
5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DAN SURAT EDARAN BANK
INDONESIA NO. 12/35/DNDP
Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh kegiatan bancassurance yang dilakukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (“BRI”) dalam produk Kredit Pemilikan Rumah (“KPR”). BRI dalam kegiatan ini hanya menawarkan 2 (dua) produk asuransi kepada debitur KPR BRI. Kegiatan bancassurance yang seharusnya dilakukan dengan menawarkan pilihan produk asuransi paling kurang 3 (tiga) perusahaan asuransi mitra Bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yaitu Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/35/DPNP (“SEBI”). BRI menolak untuk menambah rekanan baru karena produk atau manfaat asuransi jiwa yang ditawarkan masih dibawah manfaat produk yang ada. Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (“KPPU”) menilai upaya menolak tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya monopoli pada pasar bersangkutan ditinjau dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Tujuan Penelitian ini untuk menganalisis kegiatan bancassurance yang dilakukan oleh BRI, serta memahami dan mengkaji penafsiran pasal dalam putusan KPPU terhadap BRI yang menyatakan BRI telah melakukan pelanggaran praktik monopoli
Penulisan ini menggunakan deskriptif analitis, metode pendekatan yang dilakukan ialah yuridis normatif, tahap penelitian menggunakan kepustakaan yaitu, bahan hukum primer dan sekunder, serta menggunakan penelitian lapangan. Teknik pengumpulan data yaitu menggunakan studi dokumen dan wawancara. Analisis data yang digunakan adalah analisis normatif kualitatif.
Hasil penelitian penulis adalah praktek kegiatan bancassurance yang dilakukan oleh Bank BRI tidak terbukti melanggar ketentuan-ketentuan yang ada di dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dikarenakan dalam praktek kegiatan bancassurance pihak Bank tidak bisa dengan mudah menerima rekanan baru dan atau harus melakukan evaluasi terlebih dahulu terhadap pihak asuransi yang akan menjadi rekanan, dan salah satunya yang harus diperhatikan adalah manajemen risiko sesuai dengan peraturan Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/35/DPNP, sehingga penunjukan rekanan wajib dilakukan dengan adanya persyaratan dan kebijakan yang disusun oleh bank. Upaya yang dapat dilakukan adalah perlu adanya sinkronisasi peraturan terkait pelaksanaan bancassurance antara pihak Komisi Pengawas Persaingan Usaha (“KPPU”) dan Otoritas Jasa