• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Kawasan. Peta Kawasan : Logo : Nama : Branding : Luas : TN Bukit Barisan Selatan Ha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Profil Kawasan. Peta Kawasan : Logo : Nama : Branding : Luas : TN Bukit Barisan Selatan Ha"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Profil Kawasan

Peta Kawasan :

Logo :

Nama :

TN Bukit Barisan Selatan

Branding :

Luas :

(2)

Koordinat :

-5.194580078125 104.131271362305

Letak geografis :

Bujur : 104’ 27” 09° - 104’ 46” 04° Lintang :05’ 43” 05° LS - 05’ 58” 02° ls2

Sejarah :

Terletak di ujung selatan dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan yang membujur sepanjang Pulau Sumatera mulai dari Tanjung Cina di bagian Selatan sampai ke Aceh bagian utara sehingga memiliki topografi yang cukup bervariasi yaitu mulai datar, landai, bergelombang, berbukit-bukit curam dan bergunung-gunung dengan ketinggian berkisar antara 0 – 1.964 m dpl. Lereng timurnya cukup curam sedangkan lereng barat kearah Samudera Hindia agar landai.

Daerah berdataran rendah (0 – 600 mdpl) dan berbukit (600 – 1000 mdpl) terletak di bagian selatan taman nasional sementara daerah pegunungan (1000 – 2000 mdpl) terletak di bagian tengah dan utara taman nasional. Puncak tertinggi adalah Gunung Palung (1.964 mdpl) yang terletak di sebelah barat Danau Ranau, Lampung Barat. Gunung-gunung lain yang memiliki ketinggian > 1.500 mdpl adalah G. Sekincau (1.738 m) dan G. Balirang (1.703 m), di bagian barat taman nasional. Bukit Gedang (1.627 m) dan Bukit Pandan (1.678 m) di perbatasan Propinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu serta Bukit napalan (1.526 m) di bagian utara taman nasional termasuk dalam wilayah Kabupaten Kaur.

Keadaan lapangan bagian utara bergelombang sampai berbukit-bukit dengan kemiringan bervariasi anatar 20 – 80%. Bagian selatan merupakan daerah yang datar dengan beberapa bukit yang agak tinggi dan landai dimana makin selatan makin datar dengan kemiringan berkisar antara 3 – 5%. Lereng dan arah sisi timur taman nasional tergolong terjal (20 – 45%) sedangkan arah barat lebih landai.

Menurut Peta Geologi Sumatera yang disusun oleh Lembaga penelitian Tanah (1966), kawasan TNBBS terdiri dari batuan endapan (Miosin Bawah, Neogen, Paleosik Tua, Aluvium). Batuan Vulaknik (Recent, Kuatener Tua, Andesit Tua, Basa Intermediet) dan Batuan Plutonik (Batuan Asam) dimana yang tersebar paling luas adalah batuan Vulkanik yang dijumpai di bagian tengah dan utara taman nasional.

Kawasan TNBBS berdasarkan Peta Lerang dan Kemampuan Tanah Propinsi Lampung, berada pada Zona Sesar Semangka yang rawan gempa, tanah longsor, banjir dan peka terhadap erosi. Terbentuk dari depresi tektonik yang ditutupi oleh sediment-sedimen dari celah

vulkanik (ficuves eruption) yang menutupi wilayah Bukit Barisan pada zaman kuarter. Patahan aktif akan terus bergerak sehingga menimbulkan kerusakan di dalam dan di atas permukaan tanah. Pada siklus waktu, pergeseran ini akan menimbulkan gempa dengan kekuatan yang cukup besar (Bappeda Lampung Barat, 1993) gempa bumi besar terjadi pada tahun 1933 yang diakibatkan oleh meletusnya Gunung Ratu dan memunculkan Gunung Loreng di dalam

kawasan TNBBS. Kemudian pada tahun 1994 kembali terjadi gempa bumi besar berskala 6,9 Scala Richter yang mengakibatkan sebagian Gunung Loreng tenggelam.

(3)

tanah di kawasan TNBBS terdiri dari 6 jenis tanah yaitu Aluvial, Rensina, Latosol, Podsolik Merah Kuning dan 2 jenis Andosol yang berbeda di dalam bahan induknya, dimana yang paling labil dan rawan erosi, sangat asam dan kurang sesuai untuk mengembangkan pertanian

karena kombinasi asam dan lereng yang terjal dengan potensi tererosi tinggi.

Topologi :

Terletak di ujung selatan dari rangkaian pegunungan Bukit Barisan yang membujur sepanjang Pulau Sumatera mulai dari Tanjung Cina di bagian Selatan sampai ke Aceh bagian utara sehingga memiliki topografi yang cukup bervariasi yaitu mulai datar, landai, bergelombang, berbukit-bukit curam dan bergunung-gunung dengan ketinggian berkisar antara 0 – 1.964 m dpl. Lereng timurnya cukup curam sedangkan lereng barat kearah Samudera Hindia agar landai.

Daerah berdataran rendah (0 – 600 mdpl) dan berbukit (600 – 1000 mdpl) terletak di bagian selatan taman nasional sementara daerah pegunungan (1000 – 2000 mdpl) terletak di bagian tengah dan utara taman nasional. Puncak tertinggi adalah Gunung Palung (1.964 mdpl) yang terletak di sebelah barat Danau Ranau, Lampung Barat. Gunung-gunung lain yang memiliki ketinggian > 1.500 mdpl adalah G. Sekincau (1.738 m) dan G. Balirang (1.703 m), di bagian barat taman nasional. Bukit Gedang (1.627 m) dan Bukit Pandan (1.678 m) di perbatasan Propinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu serta Bukit napalan (1.526 m) di bagian utara taman nasional termasuk dalam wilayah Kabupaten Kaur.

Keadaan lapangan bagian utara bergelombang sampai berbukit-bukit dengan kemiringan bervariasi anatar 20 – 80%. Bagian selatan merupakan daerah yang datar dengan beberapa bukit yang agak tinggi dan landai dimana makin selatan makin datar dengan kemiringan berkisar antara 3 – 5%. Lereng dan arah sisi timur taman nasional tergolong terjal (20 – 45%) sedangkan arah barat lebih landai.

Menurut Peta Geologi Sumatera yang disusun oleh Lembaga penelitian Tanah (1966), kawasan TNBBS terdiri dari batuan endapan (Miosin Bawah, Neogen, Paleosik Tua, Aluvium). Batuan

Vulaknik (Recent, Kuatener Tua, Andesit Tua, Basa Intermediet) dan Batuan Plutonik (Batuan Asam) dimana yang tersebar paling luas adalah batuan Vulkanik yang dijumpai di bagian tengah dan utara taman nasional.

Kawasan TNBBS berdasarkan Peta Lerang dan Kemampuan Tanah Propinsi Lampung, berada pada Zona Sesar Semangka yang rawan gempa, tanah longsor, banjir dan peka terhadap erosi. Terbentuk dari depresi tektonik yang ditutupi oleh sediment-sedimen dari celah vulkanik (ficuves

eruption) yang menutupi wilayah Bukit Barisan pada zaman kuarter. Patahan aktif akan terus

bergerak sehingga menimbulkan kerusakan di dalam dan di atas permukaan tanah. Pada siklus waktu, pergeseran ini akan menimbulkan gempa dengan kekuatan yang cukup besar (Bappeda Lampung Barat, 1993) gempa bumi besar terjadi pada tahun 1933 yang diakibatkan oleh meletusnya Gunung Ratu dan memunculkan Gunung Loreng di dalam kawasan TNBBS. Kemudian pada tahun 1994 kembali terjadi gempa bumi besar berskala 6,9 Scala Richter yang mengakibatkan sebagian Gunung Loreng tenggelam.

Berdasarkan Peta Tanah yang dikeluarkan oleh Lembaga Penelitian Tanah Bogor (1976), tanah di kawasan TNBBS terdiri dari 6 jenis tanah yaitu Aluvial, Rensina, Latosol, Podsolik Merah Kuning dan 2 jenis Andosol yang berbeda di dalam bahan induknya, dimana yang paling labil dan rawan erosi, sangat asam dan kurang sesuai untuk mengembangkan pertanian karena kombinasi asam dan lereng yang terjal dengan potensi tererosi tinggi.

(4)

Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (1973), berdasarkan curah hujan rata-rata tahunan, kawasan TNBBS dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu bagian barat taman nasional dengan curah hujan cukup tinggi yaitu berkisar antara 3000 – 3500 mm per tahun dan bagian timur taman nasional berkisar antara 2500 – 3000 mm per tahun. Perbedaan ini disebabkan oleh pengaruh rantai pegunungan Bukit Barisan Selatan sehingga kawasan bagian timur lebih kering.

Berdasarkan klasifikasi Scmidt dan Ferguson, bagian barat kawasan TNBBS termasuk dalam tipe ilkim A sedangkan di bagian timur termasuk dalam tipe ilkim B. Menurut Koppen, kawasan TNBBS termasuk dalam tipe iklim A.

Musim hujan berlangsung dari bulan November sampai Mei. Musim kemarau dari bulan Juni sampai Agustus. Bulan-bulan agak kering adalah September – Oktober. Jumlah hari hujan di musim

penghujan rata-rata tiap bulannya 10 – 16 hari dan dimusim kemarau 4 – 8 hari. Keadaan angin musim hujan lebih besar dari musim kemarau.

Kondisi Masyarakat :

Masyarakat sekitar kawasan TNBBS secara administrasi pemerintahan terdapat 115 desa yang tersebar di Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat Propinsi Lampung, dan Kabupaten Kaur Propinsi Bengkulu, serta Kabupaten OKU Propinsi Sumatera Selatan.

Masyarakat sekitar yang berada di Propinsi Lampung sangat plural, terdiri dari berbagai macam suku bangsa dengan keanekaragaman budaya masyarakat. Suku dominan adalah suku jawa, sedangkan suku asli Lampung hanya sekitar 15%.

Terdapat 4 (empat) wilayah enclave masing-masing adalah enclave Way Haru (4.900 ha),

Pengekahan (671 ha), Kubuperahu (100 ha), dan Suoh (15.000 ha) yang seluruhnya masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Lampung Barat.

Mata pencaharian masyarakat sekitar kawasan sebagian besar di sektor pertanian dan perkebunan. Budaya pertanian terbuka dibawa oleh masyarakat pendatang sedangkan pertanian tertutup

berbentuk kebun campuran tanaman keras oleh masyarakat asli semakin terbatas di daerah Pesisir Barat Kabupaten Lampung Barat Propinsi Lampung.

Salah satu contoh pertanian masyarakat asli Lampung adalah Repong (kebun) Damar Mata Kucing di sepanjang Pesisir Kabupaten Lampung Barat. Kebiasaan masyarakat setempat untuk menanami bekas ladangnya dengan tanaman dammar telah menjadikan hutan setempat pulih secara fisik dan ekologis. Ladang-ladang baru jika dibutuhkan dapat dibuat pada areal hutan alam, namun hutan dammar itu sendiri tidak diganggu lagi. Pohon dammar yang tidak produktif ditebang dan diganti dengan anakan damar yang telah disiapkan beberapa tahun sebelumnya. Budaya demikian

merupakan suatu proses perubahan/konversi hutan alam yang heterogen.

Bagi pengelolaan TNBBS, Repong Damar merupakan salah satu alternatif upaya pembinaan daerah penyangga dan perluasan habitat satwa liar dalam bentuk sabuk hijau sepanjang sisi barat taman nasional.

Potensi Fauna :

Secara umum telah teridentifikasi 90 jenis mamalia termasuk 7 jenis primata dan 322 jenis burung termasuk 9 jenis burung rangkong, 52 jenis herpetofauna (reptil dan amphibi) serta 51 jenis ikan hidup di kawasan TNBBS. Tercatat 6 jenis binatang mamalia terancam menurut Red Data Book IUCN masing-masing Gajah Asia(Elephas maximus sumatranus), Badak Sumatera (Dicerorhinus

(5)

Madu (Helarctos malayanus), dan Ajag (Cuon alpinus).

Kawasan TNBBS diperkirakan sedikitnya terdapat 100 – 130 ekor gajah terdiri dari beberapa

kelompok tersebar masing-masing di sekitar Sekincau, Lemong, Bengkunat, Sumberejo, Pemerihan, Way Haru, Belimbing, Tampang, Way Nipah, dan Sukaraja.

Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) pada mulanya tersebar di seluruh Pulau Sumatera, namun karena fragmentasi hutan maka habitatnya terpisah dalam kantong-kantong diantaranya adalah kawasan TNBBS. Di kawasan TNBBS diperkirakan populasi badak 30 – 40 ekor.

Penyebarannya terdapat di bagian tengah selatan kawasan TNBBS yaitu mulai dari Marang sampai Belimbing. Namun demikian di bagian utara kawasan masih dilakukan survey terhadap keberadaan Badak Sumatera.

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrensis) merupakan salah satu jenis mamalia langka yang memiliki daya jelajah paling luas dibandingkan mamalia lainnya. Populasi satwa di kawasan TNBBS diperkirakan 45-60 ekor.

Kerbau Liar (Bubalus bubalus) terdapat di bagian selatan kawasan TNBBS di Belimbing (Blambangan dan Way Sleman), Kalong (Pteuropus vampyrus) banyak ditemukan di sepanjang Muara Way Sleman. Sedangkan jenis kelelawar kecil menempati bagian-bagian gua Way Paya dan Way Nenok.

Beberapa penyu antara lain Penyu Sisik, Penyu Hijau dan Penyu Blimbing dapat dijumpai antara Danau Menjukut, Blambangan, Penerusan. Satwa penting lainnya adalah kambing hutan, rusa, dan Kelinci Sumatera.

Di kawasan TNBBS terdapat 7 jenis primate yaitu Siamang (Symphalangus syndactylus), Owa (Hylobates agilis), Lutung (Presbytis cristata dan Presbytis melalophos), Beruk (Macaca

nemestrina), Kera (Mecaca fascicularis), dan Binatang Hantu (Tarsius bancanus).

Untuk jenis burung terdapat Tokhtor Sumatera (Carposossyx viridis) yang dilaporkan tidak pernah lagi ditemukan sejak tahun 1916. Ditemukan pula jenis Kuau Kerdil Sumatera (Polyplectron

chalcurum) dan Pita Raksasa (Pitta caeurella).

Potensi Flora :

Secara umum telah teridentifikasi paling sedikit 514 jenis pohon dan tumbuhan bawah dari famili anatara lain Dipterocapaceae, Lauraceae, Myrtaceae, Fagaceae, Annonaceae, Rosaceae,

Zingibberaceae, dan lain-lain serta 126 jenis anggrek, 26 jenis rotan, dan 15 jenis bambu yang hidup

di akwasan TNBBS. Kawasan TNBBS merupakan habitat bagi jenis-jenis tumbuhan berbunga unik, langka, dan masih ada dalam proses evolusi yaitu Bunga Rafflesia (Rafflesia sp), dan 2 jenis bunga bangkai masing-masing Amorphophallus titanium, dan Amorphophallus deculsivae.

Jenis-jenis rumput laut (sea weed) ditemukan di pesisir selatan Sumatera diantaranya Sargassym

gracillum, Acnthopora specifesa, Hypnea musciformis, Sargassum echinocarpum dan Turbinaria ornate sementara sea gress jenis Thallasis sp hidup di sepanjang Teluk Belimbing.

Kawasan TNBBS juga merupakan habitat penting bagi berbagai jenis tumbuhan yang memiliki nilai pemanfaatan tradisional seperti jenis-jenis penghasil getah diantaranya Damara Mata

Kucing (Shorea javanicia), Damar Batu (Shorea ovalis) dan Jelutung (Dyera sp).

Potensi Wisata Alam :

Potensi wisata alam yang ada di dalam zona pemanfaatan adalah sebagai berikut : 1. SukarajaAtas

(6)

Teluk Semangka, penjelajahan sungai dan hutan, pengamatan flora dan fauna, berkemah dan foto hunting.

2. Suoh

Di kawasan ini dapat dinikmati gejala dan fenomena alam pengamatan burung, memancing, berenang, bersampan, tracking, foto hunting, dan interaksi sosial budaya dengan masyarakat Enclave Suoh.

3. Tampang-Belimbing

Kawasan Belimbing terletak di ujung selatan tamannasional. Kawasan Tampang-Belimbing terdiri dari ekosistem hutan pantai sampai hutan dataran rendah yang realtif masih asli, merupakan habitat penting bagi berbagai jenis flora penyusun hutan pantai dan hutan hujan dataran rendah, jenis-jenis satwa liar langka seperti rusa (Cervus unicolor). Kerbau liar (Bubalus bubalis) dan mentok rimba (Caerina sp) di muara Way Sleman terdapat pulau endapan yang didominasi oleh jenis Nypa fruticans dan merupakan habitat bagi populasi kalong yang jumlahnya ribuan ekor.

Selain itu dapat dijumpai pantai pasir yang panjang dan indah, pantai karang Sawang Bajau, Savana Kobakan Bandeng, Way Sleman, Way Blambangan, Danau Menjukut, yang dipisahkan dengan laut hanya oleh pasir pantai selebar puluhan meter, mercusuar setinggi ± 70 m, habitat penyu laut di Penipahan dan Enclave Pengekahan.

Di kawasaninidapat dilakukan berbagai kegiatan olahraga air (berenang, surfing, snorkeling,

diving, foto hunting, penjelajahan hutan dan pantai, susur sungai, pengamatan flora fauna,

memancing, safari malam. 4. MuaraCanguk – Pemerihan

Kawasan Muara Canguk-Pemerihan terletak di bagian tengah sebelah barat taman nasional. Di kawasan ini dapat dilakukan kegiatan penjelajahan hutan dan pantai, susur sungai, pengamatan flora fauna, foto hunting, berenang, memancing, dan camping.

5. Kubuperahu

Kawasan Kubuperahu terletak di bagian tengah sebelah timur taman nasional ± 5 km sebelah barat Liwa, Lampung Barat. Di Kubuperahu juga terdapat dua buah air terjun, masing-masing Sepapa Kanan (20 km) dan Sepapa Kiri (60 km). Di kawasan ini dapat dinikmati hawa sejuk dan segar, penjelajahan hutan, pengamatan flora fauna, foto hunting, berkemah, memancing, dan rekreasi air terjun.

Atraksi Sosial Budaya :

a. Interaksi sosial budaya dengan masyarakat Enclave Suoh.

b. Pemanfaatan Getah Damar Mata Kucing oleh Masyarakat di Zona tradisional TNBBS di daerah Bandar Dalam, daerah Way Haru, daerah Gunung Kemala Krui.

Fasilitas Wisata :

1. SukarajaAtas

Sarana yang ada adalah jalan setapak, jalan trail wisata, shelter, MCK, pintu gerbang, pondok kerja, pondok jaga, papan interpretasi dan petunjuk arah serta bumi perkemahan.

(7)

Sarana yang telah tersedia adalah jalan setapak mengintari danau, pagar-pagar pengaman letupan panas bumi, pondok kerja, pos jaga, pintu gerbang, MCK, Shelter, pusat informasi, dermaga, speed boat, papan-papan interpretasi dan petunjuk arah.

3. Tampang-Belimbing

Pengelolaan kawasan wisata Tampang-Belimbing saat ini dilaksanakan oleh PT. Adhi niaga Kreasi nusa di atas lahan seluas 100 ha sesuai SK Menhut No. 294/Kpts-II/2007 tanggal 28 Agustus 2007 melalui kemitraan dengan PT. Adhiniaga Kreasinusa. Sarana prasarana yang tersedia cukup lengkap diantaranya dermaga, air strip sepanjang ± 1,5 km, shelter, 4 buah cottage, guest house, kendaraan roda empat, kendaraan roda dua, kuda, speed boat, kapal motor laut Bronco II, restoran, pondok kerja, posjaga dan jalan setapak.

4. Muara Canguk – Pemerihan

Sarana pengelolaan sampai saat ini belum tersedia mengingat kawasan ini baru dipersiapkan sebagai lokasi pemanfaatan intensif untuk wisata alam.

5. Kubuperahu

Sarana yang telah tersedia adalah jalan setapak menuju air terjun sepanjang ± 2,5 km, bumi perkemahan, jalan trail wisata, pintu gerbang, shelter, MCK, pondok kerja, pos jaga, papan-papan interpretasi dan petunjuk arah.

Jalur Wisata Alam :

Aksesbilitas :

1. Menuju kawasan TNBBS dapat ditempuh melalui jalan darat dengan rute :

Ø Dari Bandar Lampung – Kotaagung – Sedayu – TNBBS (Sukaraja) ± 125 km dapat ditempuh selama ± 3 jam.

Ø Dari Bandar Lampung – Kotaagung – Banding – TNBBS (Suoh) ± 142 km dapat ditempuh selama ± 7 jam.

Ø Dari Bandar Lampung – Kotabumi – Bukit Kemuning – Liwa – TNBBS (Kubuperahu) ± 246 km dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat selama ± 6 jam.

Ø Dari Bengkulu – Manna – Merpas – TNBBS (Way Menula) ± 180 km dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat selama ± 3 jam.

2. Menuju kawasan TNBBS dapat ditempuh melalui jalan laut dengan rute : Ø Dari Kotaagung – TNBBS (Tampang) selama ± 4 jam.

Ø Kotaagung – TNBBS (Belimbing) selama ± 6 jam.

Ø Bandar Lampung (Tarahan) – TNBBS (Belimbing) selama ± 8 jam.

3. Menujukeseluruhanaksesjalan darat mengitari TNBBS, terdapat beberapa ruas jalan tembus memotong kawasan TNBBS masing-masing :

Ø Jalan tembus Sanggi – Bengkunat ± 12 km. Ø Jalan tembus Liwa – Krui sepanjang ± 15 km.

Ø JalantembusPugungTampak – Manulasepanjang ± 14 km. Ø Jalan tembus Suoh – Sukabumi sepanjang ± 8 km.

(8)

Paket Wisata :

Alamat Kantor :

Galeri Foto :

Alamat Galeri Video :

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara disiplin belajar dan kemandirian belajar dengan hasil belajar

Hasil analisis kasus Malaria berdasarkan tempat, baik pada Tahun 2010 dan 2011, Desa Banjarpanepen merupakan desa dengan jumlah pasien yang diperiksa tertinggi dan

Judul Skripsi : Pengaruh Berbagai Konsentrasi Insektisida Nabati Larutan Tepung Biji dan Daun Sirsak (Annona muricata L.) terhadap Mortalitas Larva Ulat

Paramita Mentari Kesuma Pimpinan Redaksi, Penulis Swiny Adestika Penulis Iyat Hamiyati Penulis Purnama Graha Layouter.. “Kementerian Koperasi dan UKM akan bekerja sesuai tugas dan

Analisis Hujan Bulan Agustus dan Prakiraan hujan bulan Oktober, November dan Desember 2017 disusun berdasarkan hasil analisis data hujan yang diterima dari

Analisis regresi adalah studi mengenai hubungan antara variabel terikat (variabel dependent, Respon, Y) pada satu atau lebih variabel bebas (variabel independent, pediktor,

This research obtained four species of kupang, namely Musculita senhousia (senhoue’s mussel or kupang renteng), Corbula faba (white clam or kupang putih), Corbula amurensis (asian

(3) Dana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk membiayai program pengembangan satuan pendidikan bertaraf internasional, bantuan operasional