• Tidak ada hasil yang ditemukan

Demam Tifoid New

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Demam Tifoid New"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A.

A. LATAR BELAKANGLATAR BELAKANG

Pada tahun 1829

Pada tahun 1829  Pierre Louis (Prancis)  Pierre Louis (Prancis) mengeluarkan istilahmengeluarkan istilah typhoid typhoid  yang berarti seperti tifus. Baik kata

yang berarti seperti tifus. Baik kata typhoid typhoid maupunmaupun tyfustyfus berasal dari kataberasal dari kata Yunani

Yunani tyfostyfos. Terminology ini dipakai pada penderita yang menderita demam. Terminology ini dipakai pada penderita yang menderita demam disertai kesadaran yang terganggu. Baru pada tahun 1837

disertai kesadaran yang terganggu. Baru pada tahun 1837 William Word William Word  Gerhard 

Gerhard dari Philadelpia dapat membedakandari Philadelpia dapat membedakantyphoid typhoid dandantyfustyfus. Pada tahun . Pada tahun 18801880  Eberth

 Eberth menemukanmenemukan Bacillus Typhosus Bacillus Typhosus pada sediaan histologi yang berasal daripada sediaan histologi yang berasal dari kelenjer limfe mesentarial dan limfa. Pada tahun 1884

kelenjer limfe mesentarial dan limfa. Pada tahun 1884 GaffkyGaffky berhasilberhasil membiakkan

membiakkanSalmonella TyphiSalmonella Typhi dan memastikan bahwa penularannya melalui air dan memastikan bahwa penularannya melalui air  dan bukan udara.

dan bukan udara.

Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat luas. Data

sangat luas. Data World Health Organization (WHO)World Health Organization (WHO) tahun 2003tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun. Di negara berkembang, dengan insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun. Di negara berkembang, kasus demam tifoid dilaporkan sebagai penyakit endemis dimana 95% kasus demam tifoid dilaporkan sebagai penyakit endemis dimana 95% merupakan kasus rawat

merupakan kasus rawat jalan sehingga insidensi yang sjalan sehingga insidensi yang s ebenarnya adalah 15ebenarnya adalah 15-25-25 kali lebih besar dari laporan rawat inap di rumah sakit. Di Indonesia kasus ini kali lebih besar dari laporan rawat inap di rumah sakit. Di Indonesia kasus ini tersebar secara merata di seluruh propinsi dengan insidensi di daerah pedesaan tersebar secara merata di seluruh propinsi dengan insidensi di daerah pedesaan 358/100.000 penduduk/tahun dan di daerah perkotaan 760/100.000 358/100.000 penduduk/tahun dan di daerah perkotaan 760/100.000   penduduk/tahun atau sekitar 600.000 dan 1.5 juta kasus per tahun. Umur    penduduk/tahun atau sekitar 600.000 dan 1.5 juta kasus per tahun. Umur    penderita yang terkena di Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91%   penderita yang terkena di Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91%

kasus. kasus.

Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh

oleh Salmonella TyphiSalmonella Typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negarayang masih dijumpai secara luas di berbagai negara  berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini  berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini   juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena   juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena   penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk,   penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk,

(2)

kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah. Oleh sebab itu, pada bab  berikutnya kami akan membahas lebih lanjut tentang demam tifoid ini.

B. TUJUAN

1. Tujuan umum

Secara umum, penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang demam tifoid.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : - Menjelaskan pengertian demam tifoid.

- Menjelaskan etiologi demam tifoid. - Menjelaskan patogenesis demam tifoid. - Menjelaskan manifestasi klinis demam tifoid. - Menjelaskan kejadian relaps demam tifoid. - Menjelaskan komplikasi demam tifoid. - Menjelaskan penatalaksanaan demam tifoid. - Menjelaskan pencegahan demam tifoid. - Menjelaskan tentang vaksin demam tifoid.

C. METODE PENULISAN

Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan studi kepustakaan dengan berbagai literatur dan r eferensi dari internet.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

 Typhoid  adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi Salmonella Typhi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman  salmonella (Bruner and Sudart, 1994).

 Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi (Arief Maeyer, 1999).

 Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella Thypi dan Salmonella Para Thypi A, B, C . Sinonim dari penyakit ini adalahTyphoid dan Paratyphoid Abdominalis (Syaifullah Noer, 1996).  Typhoid  adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid  disebut juga

  paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan   para typhus abdominalis (Soeparman, 1996).

 Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Typhosa, Salmonella Type A, B, C . Penularan terjadi secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi(Mansoer Orief M, 1999).

y Tifus Abdominalis (demam tifoid, Enteric Fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran(FKUI,1985).

y Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella Typhi. Penyakit ini ditandai dengan penyakit   berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur 

endotelial dan endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus, dan  Peyer¶s  patch (agregasi dari jaringan limfoid yang biasanya ditemukan di bagian terendah dari usus kecil ileum pada manusia, dengan demikian, mereka membedakan ileum dari duodenum dan jejunum ) (IDAI, 2008).

(4)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid  adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh Salmonella Typhi A, B, danC yang dapat menular melalui fecal-oral , makanan dan minuman yang terkontaminasi.

B. ETIOLOGI

Etiologi typhoid adalahSalmonella Typhi. Salmonella Paratyphi A, B dan C . Salmonellaadalah genus yang termasuk famili enterobakteriasiasedan berisi 3 spesies : S.Typhi, S choleraesuis, S. Entereditis. 2 spesies pertama masing-masing memiliki 1 serotip. Tetapi, S. Entereditis mempunyai lebih dari 1800 serotip yang berbeda.

Salmonellaadalah motil, tidak membentuk spora, tidak berkapsul, batang gram negatif. OrganismeSalmonellatumbuh secara aerobik dan mampu tumbuh secara anaerobik fakultatif. Mereka resisten terhadap agen fisik tetapi dapat dibunuh dengan pemanasan sampai 130°F (54,4 °C) selama 1 jam atau 140°F (60°C) selama 15 menit. Mereka tetap dapat hidup pada suhu lingkungan dan suhu yang rendah selama beberapa hari dan dapat bertahan hidupselama  beminggu-minggu dalam sampah, makanan kering, dan bahan tinja.

Salmonella Thyposa, basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam a ntigen yaitu :

1. Antigen O (somatic, terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida, dinding sel stabil panas)

2. Antigen H (flagela, labil panas dan dapat muncul pada fase 1 atau 2) 3. Antigen Vi.

Dalam serum penderita terdapat zat anti (aglutinin) t erhadap ketiga macam antigen tersebut. Ada dua sumber penularan Salmonella Typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan karier. Karier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi Salmonella Typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.

(5)

C. PATOGENESIS

Penularan Salmonella Typhi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.

Feses dan muntah pada penderita typhoid  dapat menularkan kuman Salmonella Thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui   perantara lalat, dimana lalat akan hinggap di makanan yang akan di konsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti tidak mencuci tangan dan makanan tercemar kuman Salmonella Typhi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagia n lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai   jaringan limfoid. Di dalam jaringan limfoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.

Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan   bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid . Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid , karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena Salmonella Thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit  pada jaringan yang meradang.

Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks mengikuti ingesti organisme, yaitu :

1. Penempelan dan invasi sel-sel M Payer¶s patch.

2. Bakteri bertahan hidup, bermultiplikasi di makrofag   Peyer¶s patch, nodus limfatikus mesenterikus, dan organ-organ ekstra interstinal sistem retikuloendotelial.

(6)

4. Produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar Camp didalam kripta usus dan menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal.

D. MANIFESTASI KLINIK 

Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala,   pusing, dan tidak bersemangat. Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa

ditemukan, yaitu: 1. Demam

Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh   berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan

meningkat pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus   berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu tubuh

berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

2. Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-  pecah. Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya

kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungki ditemukan keadaan   perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada   perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin juga normal  bahkan dapat terjadi diare.

3. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.

(7)

Disamping gejala yang biasa ditemukan tersebut, mungkin pula ditemukan gejala lain. Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu   bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit. Biasanya

ditemukan dalam minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan  bradikardi pada anak besar dan mungkin pula ditemukan epistaksis.

E. RELAPS

Yaitu keadaan berulangnya gejala tifus abdominalis, akan tetapi  berlangsung lebih ringan dan lebih singkat. Terjadi dalam minggu kedua setelah suhu badan normal kembali. Terjadinya sukar diterangkan, seperti halnya keadaan kekebalan alam, yaitu tidak pernah menjadi sakit walaupun mendapat infeksi cukup berat.

Menurut teori, relaps terjadi karena t erdapatnya basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat maupun oleh zat anti. Mungkin   pula terjadi pada waktu penyembuhan tukak, terjadi invasi basil bersamaan

dengan pembentukan jaringan-jaringan fibroblas.

F. KOMPLIKASI

Dapat terjadi pada: 1. Usus Halus

Umumnya jarang terjadi, akan tetapi sering fatal, yaitu: Perdarahan usus.

Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan   bensidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila beratdapat disertai  perasaan nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.

Perforasi usus.

Timbul biasanya pada minggu ke-3 atau setelah itu dan terjadi pada bagian distal ileum. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara

(8)

diantara hati dan diafragma pada rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.

Peritonitis.

Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defense musculair) dan nyeri pada tekanan.

2. Komplikasi di luar usus.

Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia) yaitu meningitis, kolesistitis, enselopati, dll. Terjadi karena infeksi sekunder, yaitu   bronkopneumonia. Dehidrasi dan asidosis dapat timbul akibat masukan

makanan yang kurang dan perspirasi akibat suhu tubuh yang tinggi. Komplikasi extra intestinal antara lain :

 Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis.

 Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.

 Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

 Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.  Komplikasi ginjal :   glomerulonephritis, pyelonephritis dan

 perinephritis.

 Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.

 Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,  polineuritis perifer, sindroma Guillain Bare dan sindroma katatonia.

G. PENATALAKSANAAN

Penderita yang dirawat dengan diagnosis observasi tifus abdominalis harus dianggap dan diperlakukan langsung sebagai penderita tifus abdominalis dan diberikan pengobatan sebagai berikut:

(9)

1. Isolasi penderita dan disinfeksi pakaian dan ekskreta.

2. Perawatan yang baik untuk menghindarkan komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah dan anoreksia, dll.

3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali, yaitu istirahat mutlak, berbaring terus ditempat tidur. Seminggu kemudian boleh duduk dan selanjutnya boleh berdiri dan berjalan.

4. Diet. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh banyak mengandung serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas. Susu 2 gelas sehari perlu diberikan. Jenis makanan untuk penderita dengan kesadaran menurun ialah makanan cair yang diberikan melalui pipa lambung. Bila anak sadar dan nfsu makan  baik, maka dapat diberikan makanan lunak.

5. Obat pilihan adalah klorampenikol , kecuali bila penderita tidak cocok  dapat dberikan obat lain misalnya ampisilin, kotrimoksazol, amoxillin, tiampenikol. Dianjurkan pemberian klorampenikol dengan dosis yang tinggi, yaitu 100 mg/kg BB/hari, diberikan 4 hari sekali peroral atau IM atau IV bila diperlukan. Pemberian klorampenikol dosis tinggi tersebut memberikan manfaat yaitu waktu perawatan dipersingkat dan relaps tidak  terjadi. Akan tetapi mungkin pembentukan zat anti kurang, oleh karena   basil terlalu cepat dimusnahkan. penderita yang dipulangkan perlu

diberikan suntikan vaksin Tipa.

6. Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai. Misalnya  pemberian cairan intravena untuk penderita dengan dehidrasi dsn asidosis.

Bila terdapat bronkopneumonia harus ditambahkan penisilin dll.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :

 Pemeriksaan leukosit

Didalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif  tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah

(10)

sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid , jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid .

 Pemeriksaan SGOT DAN SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnyatyphoid .

 Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid , tetapi bila  biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid .

Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor : a. Teknik pemeriksaan Laboratorium.

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu   pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh  biakan darah dapat positif kembali.

c. V aksinasi di masa lampau.

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga  biakan darah negatif.

d.  Pengobatan dengan obat anti mikroba.

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.

(11)

 Uji Widal 

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella Typhi terdapat dalam serum klien dengan typhoid  juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi  salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid . Akibat infeksi oleh Salmonella Thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

y Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari

tubuh kuman).

y Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari

flagel kuman).

y Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari

simpai kuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.

Faktor ± faktor yang mempengaruhi uji widal :  Faktor yang berhubungan dengan klien :

Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.

Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai  puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.

Penyakit ± penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.

Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.

(12)

Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.

Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.

Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah.

Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer  aglutinin terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular  salmonella di masa lalu.

 Faktor-faktor Teknis

Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.

Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.

Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada  penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.

I. PENCEGAHAN

Secara umum untuk memperkecil kemungkinan S. Typhi, maka setiap individu harus memperhatikan harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang merekan konsumsi. Salmonella Typhi di dalam air akan mati

(13)

 pada suhu 57°C untuk beberapa menit. Untuk makanan, pemanasan sampai suhu 57°C beberapa menit dan secara merata juga dapat mematikan kumanS. Typhi. Cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas. Imunisasi aktif dapat menekan angka kejadian demam Tifoid.

J. VAKSIN DEMAM TIFOID

1. Vaksin demam tifoid oral

y Vaksin demam tifoid oral dibuat dari kuman Salmonell Typhi galur non

  pathogen yang telah dilemahkan. Kuman dalam vaksin akan mengalami siklus pembelahan dalam usus dan akan dieleminasi dalam waktu 3 hari setelah pemakaiannya. Tidak seperti vaksin parenteal, respon imun pada vaksin ini termasuk sekretorik IgA. Secara umum efektifitas vaksin oral sama dengan vaksin parenteral yang diinaktifasi dengan pemanasan namun vaksin oral mempunyai reaksi samping lebih rendah. Vaksin tifoid oral dikenal dengan nama Ty-21a.

y Penyimpanan pada suhu 2-8 derajat celcius.

y Kemasan dalam bentuk kapsul untuk anak umur 6 tahun atau lebih.

y Cara pemeberian 1 kapsul vaksin dimakan tiap hari ke 1, 3, dan 5, 1 jam

sebelum makan dnegan minuman yang tidak lebih dari 37 derajat celcius. Kapsul ke-4 pada hari ke 7 terutama bagi turis.

y Kapsul harus ditelan utuh dna tidak boleh dibuka karena kuman dapat mati

oleh asam lambung.

y Vaksin tidak boleh diberikan bersamaan dengan antibiotic, sulfonamide

atau anti malaria yang aktif terhadap salmonella.

y Karena vaksin ini juga menimbulkan respon yang kuat dari interferon

mukosa, pemberian vaksin polio oral sebaiknya ditunda 2 minggu setelah  pemberian terakhir dari vaksin tifus ini.

(14)

y Imunisasi ulangan diberikan tiap 5 tahun. Namun pada individu yang terus

terekspos dengan infeksi salmonella sebaiknya diberikan 3-4 kapsul tiap  beberapa tahun.

y Daya proteksi vaksin inihanya 50-80% maka yang sudah di vaksinasipun

di anjurkan untuk melakukan seleksi pada makanan dan minuman.

y Diberikan pada umur lebih dari 6 tahun, dikemas dalam kapsul diberikan 3

dosis dengan interval selang sehari (hari 1, 3 dan 5).

y Imunisasi ulangan dilakukan setiap 3-5 tahun. Vaksin oral pada umumnya

diperlukan untuk turis yang akan berkunjung kedaerah endemis tifoid.

2. Vaksin Polisakarida Parenteral

y Susunan vaksin polisakarida setiap 0,5 ml mengandung kuman salmonella

typhi, polisakarida 0,02 mg, fenol dan larutan buffer yang mengandung natrium klorida, disodium fosphat, monosodium fosphat dan pelarut untuk  suntikan.

y Penyimpanan dapat suhu 20-8 derajat celcius jangan dibekukan. y Kadaluarsa dalam 3 ta hun.

y Pemberian secara suntikan IM atau SC pada daerah deltoid atau paha. y Imunisasi ulangan tiap 3 tahun.

y Reaksi samping local berupa demam, nyeri kepala, pusing, nyeri sendi,

nyeri otot, nausea, nyeri perut jarang dijumpai. Sangat jarang bisa terjadi reaksi alergi berupa pruritus, ruam kulit dan urtikaria.

y Indikasi kontra: alergi terhadap bahan-bahan dalam vaksin. Juga pada saat

demam penyakit akut maupun penyakit kronik progresif.

y Daya proteksi 60-80% maka yang sudah divaksinasi pun di anjurkan untuk 

melakukan seleksi pada maka nan dan minuman.

y Diberikan pada umur lebih dari 2 ta hun. Ulangan dilakukan tiap 3 tahun. y Kemasan dalam prefilled syringe 0,5 ml, pemberian secara IM.

(15)

K. PROGNOSIS

Umumnya prognosis tifus abdominalis pada anak baik asa l penderita cepat  berobat. Mortalitas pada penderita yang dirawat ialah 60 %. Prognosis menjadi

kurang baik atau buruk bila terdapat gejala klinis yang berat seperti : 1. Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinua.

2. Kesadaran menurun sekali yaitu stupor, koma, atau delirium.

3. Terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi, asidosis, peritonitis,  bronkopneumonia, dan lain-lain.

(16)

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh Salmonella Typhi A, B, danC yang dapat menular melalui fecal-oral , makanan dan minuman yang terkontaminasi. Etiologi typhoid adalah Salmonella Typhi. Salmonella Paratyphi A, B dan C . Penularan Salmonella Typhi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku),  Fomitus (muntah),  Fly (lalat), dan melalui  Feses. Gejala klinis : demam, gangguan pencernaan, penurunan kesadaran (pada keadaan  berat).

Komplikasi demam tifoid dapat terjadi pada usus halus, ataupun diluar  usus halus. Penatalaksanaan demam tifoid adalah : Isolasi penderita dan disinfeksi pakaian dan ekskreta, perawatan yang baik untuk menghindarkan komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah dan anoreksia, dll, istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali, diet, obat pilihan adalah klorampenikol , kecuali bila penderita tidak cocok dapat dberikan obat lain misalnya ampisilin, kotrimoksazol, amoxillin, tiampenikol, bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai.

Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan pada demam tifoid antara lain :   pemeriksaan leukosit, pemeriksaan fungsi hepar, biakan darah, dan uji widal.

Pencegahan dapat dilakukan dengan selalu menjaga personal hygiene, mencuci tangan saat menghidangkan makanan, akan makan, dan sesudah makan, sesudah dari toilet, untuk mencegah masuknya kuman Salmonella Typhi melalui makanan ke tubuh. Selain itu, sekarang juga tersedia vaksin untuk tifoid, vaksin aktif maupun pasif.

Referensi

Dokumen terkait

Teori akuntansi normatif dibentuk berdasarkan pada keyakinan para peneliti  bahwa dalam kondisi tertentu suatu fenomena seharusnya akan terjadi tanpa perlu dilakukan

Dalam penelitian ini juga dilakukan identifikasi subyek terhadap suatu populasi yang merokok dan tidak merokok, dan peneliti melakukan observasi terhadap subyek penelitian selama

Setelah proses kliping Berita Nasional, Regional dan Kota Cimahi dipindahkan ke komputer, lalu penulis mendistribusikan ke bagian terkait seperti : Asisten

Pembebanan Pelat Lantai Jenis beban yang bekerja pada pelat lantai adalah beban mati dan hidup dengan perhitungan sebagai berikut.. Beban plafon

Tabungan Mudharabah (Mudharabah-sav. acc.) Deposito Mudharabah (Mudharabah-inv.. ex tended) Dana Pihak Ketiga (Deposit Fund). FDR (Financing to

Pasal 13 (1) Retribusi menjadi terutang terhitung pada saat Wajib Retribusi memperoleh pelayanan jasa kepelabuhanan termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan

V. M.Endang M.Endang Sri Sri Purwadmi Ra Purwadmi Ra hayu hayu.. ODHA Stigma & diskriminasi SOSIAL Proses penerimaan PSIKO Infeksi  oportunistik BIO.. STIGMA . * Suatu

1 Senin 29-Mei-17 08.00 TIF523 Analisis dan Desain Sistem Informasi A 3 Warsun Najib, S.T., M.Sc.. Lukito Edi Nugroho,