• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat Stenosis Aorta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Referat Stenosis Aorta"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

REFERAT

STENOSIS AORTA

Pembimbing: dr. Subroto Sp.PD dr. Andreas Arie Sp.PD-KKV Disusun oleh: S. Krissattryo Rosarianto I. 11.2014.164

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM-RS PANTI WILASA Dr. CIPTO Periode 4 Mei 2015-11 Juli 2015

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA 2015

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.Atas rahmat dan berkat-NYA penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Stenosis Aorta”. Referat yang berjudul “Stenosis Aorta” ini bertujuan untuk mengetahui tentang kelainan dan mengenali tanda-tanda terjadinya stenosis aorta secara lebih luas melalui, definisi, klasifikasi, etiologi, epidemiologi, patogenesis, gejala klinis, diagnosis,penatalaksanaan, komplikasi, prognosis, dan pencegahan serta melengkapi tugas di kepaniteraan klinik di Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Panti Wilasa Dr Cipto,

Penyusun menyadari dalam penulisan referat ini masih banyak kekurangan dan masih banyak yang perlu diperbaiki.Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna menambah ilmu dan pengetahuan penyusun dalam ruang lingkup Ilmu Penyakit Dalam, khususnya yang berhubungan dengan referat ini.

Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih pada seluruh pembimbing di Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Panti Wilasa Dr. Cipto Semarang, atas ilmu dan bimbingannya selama ini, khususnya kepada dr. Subroto Sp.PD dan dr. Andreas Arie Sp.PD-KKV selaku pembimbing dalam penyusunan referat ini. Semoga referat ini bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, Mei 2015

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... Kata Pengantar ... Daftar Isi ... BAB I PENDAHULUAN ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA... BAB III KESIMPULAN ... DAFTAR PUSTAKA ...

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penyakit katup jantung dahulu dianggap sebagai penyakit yang hampir selalu disebabkan oleh rematik, tetapi sekarang telah lebih banyak ditemukan penyakit jatup jenis baru. Penyakit katup jantung yang paling sering dijumpai adalah penyakit katup degeneratif yang berkaitan dengan meningkatnya masa hidup rata-rata pada orang yang hidup di negara industri dibandingkan dengan yang hidup di negara berkembang. Di Amerika Utara dan Eropa Barat, stenosis katup aorta merupakan penyakit utama pada orang tua, yang merupakan akibat dari pembentukan jaringan parut dan penimbunan kalsium di dalam daun katup. Stenosis katup aorta seperti ini timbul setelah usia 60 tahun, tetapi biasanya gejalanya baru muncul setelah usia 70-80 tahun. Stenosis katup aorta juga bisa disebabkan oleh demam rematik pada masa kanak-kanak. Pada keadaan ini biasanya disertai dengan kelainan pada katup mitral baik berupa stenosis, regurgitasi maupun keduanya.

2. Rumusan Masalah

Referat ini membahas mengenai stenosis aorta yang terdiri dari beberapa topik seperti definisi, etiologi, epidemiologi, gejala klinis, patofisiologi, komplikasi serta pengobatan dan prognosisnya

3. Tujuan Penulisan

a. Mengetahui etiologi dan patofisiologi dari penyakit stenosis aorta

b. Mengetahui cara mendiagnosis dan penatalaksanaan penyakit stenosis aorta 4. Metode Penulisan

Referat ini disusun berdasarkan studi kepustakaan dengan merujuk ke berbagai literatur.

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta. Penyempitan pada Katup aorta ini mencegah katup aorta membuka secara maksimal sehingga menghalangi aliran darah mengalir dari jantung menuju aorta. Dalam keadaan normal, katup aorta terdiri dari 3 kuncup yang akan menutup dan membuka sehingga darah bisa melewatinya.1

Pada stenosis katup aorta, biasanya katup hanya terdiri dari 2 kuncup sehingga lubangnya lebih sempit dan bisa menghambat aliran darah. Akibatnya ventrikel kiri harus memompa lebih kuat agar darah bisa melewati katup aorta.1

2. Etiologi

Pada orang dewasa stenosis aorta terjadi karena kalsifikasi dari katup aorta yang pada umumnya sering terjadi pada kelainan kongenital katup aorta bikuspid dan inflamasi rematik sebelumnya. Studi di AS menunjukkan bahwa 53% terjadi karena katup aorta bikuspid dan 4% katup aorta unikuspid. Proses terjadinya perburukan dan kalsifikasi pada katup aorta bukan merupakan proses yang pasif, melainkan terjadi karena proses aktif yang melibatkan banyak faktor seperti aterosklerosis vaskular ,disfungsi endotel, akumulasi lipid, aktifasi sel-sel inflamasi, dan pelepasan sitokin.2

Beberapa faktor penyebab aterosklerosis juga berhubungan dengan perkembangan dan progresi dari kalsifikasi pada stenosis aorta seperti LDL, kolesterol, lipoprotein a, diabetes mellitus, merokok, penyakit ginjal kronis dan sindrom metabolik. Terjadinya sklerosis katup aorta (penebalan fokal dan kalsifikasi katup belum cukup untuk menyebabkan obstruksi yang berat) berhubungan dengan meningkatnya resiko kematian kardiovaskular dan infark miokard pada orang berumur lebih dari 65 tahun.2

(6)

Penyakit rematik pada katup aorta menghasilkan penggabungan komisural, yang terkadang membuat katup menjadi bikuspid. Kondisi ini menjadikan katup lebih rentan terkena trauma dan dapat mengarah pada terjadinya fibrosis, kalsifikasi, dan penyempitan lebih jauh. Ketika obstruksi aliran ventrikel kiri menyebabkan kecacatan klinis yang serius, daun katup biasanya sudah tampak seperti massa berkalsifikasi yang kaku, dan pada keadaan ini sangat sult untuk menentukan etiologi dari kelainan yang mendasarinya.2

3. Epidemiologi

Stenosis aorta adalah penyakit jantung ketiga yang paling umum terjadi di negara berkembang setelah hipertensi dan penyakit jantung koroner. Stenosis aorta adalah salah satu indikasi terbanyak untuk tindakan penggantian katup aorta, terhitung di Eropa sebanyak 40.000 tindakan dan 95.000 tindakan di Amerika Serikat per tahunnya. Banyak studi melaporkan bahwa stenosis aorta adalah masalah kesehatan dunia di negara berkembang dan memberi masalah kesehatan yang siginifikan terutama pada pasien usia lanjut.3

4. Diagnosis

Pada tahap asimtomatik, stenosis aorta ditandai oleh murmur sistolik ejeksi di basis jantung yang menyebar ke leher, paling keras di daerah aorta dan apeks. Pada awalnya karena curah jantung masih baik, murmur ini keras dan kasar puncak mid sistol dan disertai thrill. Pada perkembangannya di mana curah jantung mulai menurun, murmur ini menjadi lebih halus dengan puncak di akhir sistole. Pada stenosis aorta kongenital, murmur ini biasanya didahului oleh klik sistolik.4

Perabaan amplitude nadi menurun (pulsus parvus et tardus). Bunyi jantung kedua melemah atau terdengar hanya satu komponen saja. Bila disertai regurgitasi aorta akan ditemukan early diastolik murmur. Foto toraks dapat normal tahap awal karena hipertrofi konsentrik ventrikel kiri. Kalsifikasi aorta dapat terlihat pada flouroskopi. Pada tahap lanjut akan ditemukan dilatasi post stenotik aorta desendens, dilatas ventrikel kiri, kongesti paru, pembesaran atrium kiri dan rongga jantung kanan.4

Elektrokardiografi menunjukkan pembesaran ventrikel kiri. Pada kasus lanjut akan ditemukan depresi segmen ST dan inversi gelombang T (LV strain) di sadapan I, AVL dan prekordial. Namun beratnya AS tidak bisa disingkirkan walaupun tanpa hipertrofi ventrikel kiri pada EKG. Elektrokardiografi sangat membantu untuk menunjukkan penebalan dan kalsifikasi daun katup aorta.4

(7)

Pemeriksaan baku emas untuk mendiagnosis aorta stenosis adalah Ekokardiografi non-invasif 2 dimensi. Temuan pada pemeriksaan fisik dan Doppler-ekokardiografi dapat menunjukkan perluasan dan keparahan dari stenosis aorta. Kateterisasi jantung menggunakan cara invasif untuk menilai secara langsung tekanan intrakardiak dan aorta. Kateterisasi diperlukan apabila hasil pemeriksaan non-invasif kurang mendukung temuan secara klinis dan sebelum pembedahan katup aorta pada pasien yang beresiko terkena penyakit jantung koroner. Indikasi kateterisasi adalah: pasien dengan 1) AS serta tanda iskemia miokard untuk memastikan keterlibatan arteri koronaria, 2) Kelainan multivalvular untuk memastikan kelainan di masing-masing katup, 3) Pasien AS muda asimtomatik dan non-kalsifikasi dimana tindakan valvotomi balon masih dapat dilakukan, 4) Kecurigaan obstruksi infra valvular seperti kardiomiopati hipertrofi obstruktif.5

Excersise Stress Test dikontraindikasikan pada pasien dengan stenosis aorta simptomatik

tetapi dapat dipertimbangkan pada pasien asimptomatik untuk menilai adanya tanda dan gejala dari kelainan yang mendasari. Banyak pasien mengeluhkan bahwa mereka yang sebelumnya asimptomatik menjadi simptomatik setelah melakukan test ini. Excersise Stress

Test ini harus dilakukan dengan supervisi oleh praktisi yang berpengalaman sambil melakukan observasi ketat terhadap EKG dan tekanan darah. Ketika melakukan tes ini, pasien akan mengalami tanda dan gejala seperti hipotensi atau kegagalan dalam mencapai tekanan darah normal. Respon hemodinamik yang abnormal menandakan perubahan status pasien dari asimptomatik menjadi simtompmatik.5

Brain natriuretic peptide (BNP) adalah hormon peptida yang dihasilkan oleh ventrikel sebagai respon dari peningkatan tekanan ventrikel. BNP serum meningkat pada pasien dengan stenosis aorta asimptomatik beberapa saat sebelum munculnya tanda dan gejala, dan kadar yang tinggi berhubungan dengan derajat keparahan dari tanda dan gejalanya. Pasien dengan BNP serum lebih dari 130 pg/mL cenderung menjadi simptomatik dalam waktu 6 bulan, dan BNP yang lebih dari 550 pg/mL memiliki outcome yang buruk. 5

5. Gejala Klinis

AS jarang menunjukkan tanda-tanda secara klinis sampai orifisium katup menyempit kira-kira 1cm2. Bahkan AS yang berat pun dapat bertahan selama bertahun-tahun tanpa

(8)

menghasilkan tekanan intraventrikular yang diperlukan untuk menjaga stroke volume yang normal. Ketika gejala muncul, maka perlu dilakukan penggantian katup. 2

Pada kebanyakan pasien dengan AS memiliki peningkatan obstruksi secara perlahan yang berlangsung selama bertahun-tahun, tetapi tidak menjadi simtomatik sampai dekade ke-enam dan ke-delapan. Pada pasien dewasa dengan kelainan BAV mengalami disfungsi katup dan gejala yang signifikan dalam waktu satu sampai dua dekade lebih awal. Dispnea, angina pectoris dan sinkop adalah tiga tanda gejala utama. 2

Dispnea terjadi karena peningkatan dari tekanan kapiler pulmoner yang disebabkan oleh peningkatan tekanan diastolik ventrikel kiri akibat berkurangnya kemampuan ventrikel kiri untuk meregang dan berelaksasi. Angina pectoris biasanya terjadi kemudian dan menunjukkan ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardial dengan ketersediaan oksigen. PJK dapat/ tidak ditemukan, tetapi umumnya terjadi pada pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Sinkop terjadi karena penurunan tekanan arterial akibat vasodilatasi pada otot yang digunakan dan vasokonstriksi yang inadekuat pada otot yang tidak digunakan karena terikat CO, atau akibat CO yang dihasilkan oleh aritmia.2

Klasifikasi Stenosis Aorta

Stenosis aorta diklasifikasikan sebagai ringan, sedang atau berat. Sistem klasifikasi didasarkan pada parameter hemodinamik yang diukur dengan menggunakan ekokardiografi Doppler; aortic jet velocity, mean aortic valve gradient, dan aortic valve area. Aortic jet velocity adalah aliran darah yang diukur pada bagian tersempit dari orifisium aorta pada sat sistol. Aortic jet velocity adalah pengukuran langsung terhadap tingkat keparahan dari stenosis dan prediktor terkuat terhadap hasil temuan klinis. Orifisium yang sempit menghasilkan efek seperti mulut pipa ketika aliran darah melewati katup yang membuka, makin sempit orifisium, makin besar kecepatannya. 5

Mean aortic valve pressure gradien adalah perbedaan antara tekanan ventrikel kiri yang

lebih tinggi dan tekanan aorta yang lebih rendah, yang diukur tepat di atas katup aorta pada saat sistol. Gradien ini menandakan derajat resistensi valvular terhadap ejeksi ventrikel kiri.

Aortic valve area didapat berdasarkan pengukuran sepanjang katup aorta. Parameter ini

lebih peka terhadap kesalahan pengukuran dibandingkan jet velocity dan pressure gradient. 5

Walaupun sistem klasifikasi stenosis aorta berpegang pada pengukuran dari aortic jet

velocity, pressure gradient, dan aortic valve area, tidak satupun menunjukkan keparahan dan

(9)

Stenosis aorta dianggap penting secara hemodinamik ketika luas katup kurang dari 1.0 cm2,

tetapi derajat dari obstruksi yang berdampak pada tanda dan gejala sangat bervariasi. 5

Klasifikasi Stenosis Aorta

Tingkat Aortic jet velocity,

m/s

Mean aortic valve pressure gradient, mmHg

Aortic valve area, cm2

Ringan < 3.0 < 25 1.5

Sedang 3-4 25-40 1.0-1.5

Berat >4 >40 <1.0

Tabel 1. Klasifikasi Stenosis Aorta5

6. Patofisiologi

Stenosis aorta menghalangi aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta pada waktu sistolik ventrikel. Dengan meningkatnya resistensi terhadap ejeksi ventrikel, maka beban tekanan ventrikel kiri meningkat. Sebagai akibatnya, ventrikel kiri menjadi hipertrofi agar dapat menghasilkan tekanan yang lebih tinggi untuk mempertahankan perfusi perifer; hal ini menyebabkan timbulnya selisih tekanan yang mencolok antara ventrikel kiri dan aorta. Hipertrofi mengurangi daya regang dinding ventrikel, dan dinding relatif menjadi kaku. Jadi meskipun curah jantung dan volume ventrikel dapat dipertahankan dalam batas normal, tekanan terakhir diastolik ventrikel akan sedikit meningkat. 6

Ventrikel kiri mempunyai cadangan daya pompa yang cukup besar. Untuk mengompensasi dan mempertahankan curah jantung, ventrikel kiri tidak hanya memperbesar tekanan tetapi juga memperpanjang waktu ejeksi. Oleh karena itu, meskipun terjadi penyempitan progresif pada orifisium aorta yang menyebabkan peningkatan kerja ventrikel, efisiensi mekanis jantung masih dapat dipertahankan dalam waktu lama. Namun, akhirnya kemampuan ventrikel kiri untuk menyesuaikan diri terlampaui. Timbul gejala-gejala progresif yang mendahului titik kritis dalam perjalanan stenosis aorta. Titik kritis pada stenosis aorta adalah bila lumen katup aorta mengecil dari ukuran 3-4 cm2 menjadi kurang

dari 0,8 cm2. Biasanya tidak terdapat perbedaan tekanan pada kedua sisi katup sampai ukuran

(10)

7. Penatalaksanaan

Penggantian katup aorta adalah satu-satunya cara yang efektif untuk keadaan stenosis aorta yang berpengaruh secara hemodinamik. Pembedahan tersebut memiliki rata-rata angka kematian sebesar 4% dan resiko kegagalan penggantian katup sekitar 1% per tahun.7

Tidak ada terapi medis yang terbukti mengurangi progresifitas dari penyakit katup aorta atau untuk meningkatkan kelangsungan hidup. Tetapi banyak pasien dengan stenosis aorta asimptomatis memiliki kelainan jantung yang bersamaan, seperti hipertensi, atrial fibrilasi dan PJK, kondisi-kondisi seperti ini harus dikendalikan secara hati-hati. 7

Pasien Simtompmatik

Angka mortalitas meningkat secara drastis ketika stenosis aorta sudah menimbukan gejala. Rata-rata angka kehidupan pada pasien simptomatik tanpa pembedahan adalah 2 sampai 3 tahun. Walaupun tidak ada penelitian teracak yang membandingkan antara penggantian katup aorta dengan pengobatan medis , studi observasi retrospektif telah menunjukkan bahwa pembedahan memberikan peningkatan angka kelangsungan hidup secara signifikan. 7

Walaupun mungkin studi observasional ini memiliki keterbatasan, penanganan pada pasien simptomatik dengan pembedahan menunjukkan perbedaan sebanyak empat kali lipat dalam hal peningkatan angka kelangsungan hidup dibandingkan dengan pasien yang diberikan pengobatan secara medis, itulah sebabnya mengapa prosedur pembedahan sangat dianjurkan untuk dilakukan sesegera mungkin pada pasien simptomatik. 7

Apabila hasil pemeriksaan ekokardiografi pada pasien simptomatik menunjukkan gejala stenosis aorta yang berat, gejala – gejala yang terdapat pada pasien harus dipastikan berasal dari stenosis aorta, meskipun mungkin terdapat kausa potensial lain seperti CAD. Tetapi, jika hasil ekokardiografi menunjukkan stenosis aorta yang sedang, pemeriksaan diagnostik lain yang lebih lanjut( angiografi koroner, tes fungsi paru-paru, evaluasi aritmia) mungkin diperlukan. 7

Walaupun informasi tentang pengobatan medis sangat sedikit, untuk mengatasi angina dapat dilakukan dengan tirah baring, terapi oksigen, pengunaan β-blocker untuk mengurangi konsumsi oksigen dan pengobatan dengan nitrat untuk meningkatkan penyaluran oksigen lewat dilatasi dari arteri koronaria. β-blocker dan nitrat harus digunakan dengan hati-hati karena resiko terhadap penurunan preload dan tekanan darah sistemik pada pasien yang rentan. Nitrogliserin intravena dosis rendah atau nitrogliserin sub lingual dosis rendah dapat menjadi pilihan.5

(11)

Sinkop biasanya terjadi saat latihan dan tidak ditangani secara spesifik setelah kejadian selesai. Jika sinkip berhubungan dengan kejadia taki/bradi- aritmia, medikasi anti aritmia atau implantasi untuk pacemaker dan/atau defibrillasi kardiak interna dapat diberikan. 5

Kongesti pulmonar yang disebabkan oleh gagal jantung diobati dengan digitalis, diuretik dan ace- inhibitor atau angiotensin receptor blocker, dengan observasi yang ketat terhadap terjadinya reduksi preload yang dapat memicu terjadinya hipotensi dan penurunan cardiac output. 5

Intervensi Bedah untuk Stenosis Aorta

Prosedur Indikasi Deskripsi

Penggantian katup aorta Stenosis aorta bergejala berat Stenosis aorta berat dengan fraksi ejeksi <50%

Stenosis aorta berat dan keperluan untuk operasi jantung lain

Katup aorta diangkat dan katup baru (mekanik atau biologis) dijahit ke annulus dari katup aslinya.

Baloon aortic valvuloplasty Awal penggantian katup aorta pada pasien yang tidak stabil

Terapi paliatif untuk mengurangi gejala jika pembedahan beresiko tinggi

Balon diletakkan sepanjang katup aorta dan dipompa dan dikempiskan beberapa kali per detik untuk melebarkan annulus dan mengurangi derajat stenosis.

Transcatheter aortic vlave implantation

Pasien dengan gejala yang lebih serius dan tidak bisa diatasi dengan menggunakan pembedahan biasa

Penggantian katup di dalam stent yang diletakkan di atas annulus katup aorta secara transapikal atau transkateter Guideline dari The European Society of Cardiology/ European Association for Cardio-Thoracic Surgery 2012 menyatakan bahwa Indikasi kelas 1 untuk AVR (Aortic Valve

Replacement) adalah 1) stenosis aorta dengan simptom yang berat, 2) pasien asimtompmatik

dengan stenosis aorta berat yang sedang menjalani operasi CABG; operasi aorta asendens, atau operasi katup lain, 3) pasien asimptomatik dengan stenosis aorta berat dengan fraksi

(12)

ejeksi ventrikel kiri kurang dari 50% dan 4) stenosis aorta berat asimptomatik dengan

exercise test yang abnormal dan menunjukkan gejala yang berhubungan dengan stenosis

aorta.

Indikasi kelas 2a untuk AVR adalah 1) pasien beresiko tinggi dengan stenosis aorta berat asimptomatik yang memenuhi syarat untuk AVR transapikal setelah dinilai profil anatominya, 2) stenosis aorta berat asimptomatik dengan excercise test abnormal yang menunjukkan penurunan tekanan darah dibawah batas normal, 3) stenosis aorta sedang pada pasien yang menjalani CABG, operasi aorta asendens atau operasi katup lain, 4) pasien stenosis aorta berat simptomatik dengan fraksi ejeksi ventrikel yang normal dan gradien ynag rendah ( kurang dari 40mmHg), 5) pasien stenosis aorta berat simptomatik, berkurangnya fraksi ejeksi ventrikel kiri, gradien yang rendah dan 6) pasien stenosis aorta berat asimptomatik tanpa semua ketentuan di atas jika resiko operasi kecil dan peak transvalvular

velocity lebih besar dari 5,5 m/s atau terdapat kalsifikasi yang berat pada katup aorta dan

rata-rata progresi transvalvular velocity ≥ 0,3m/s per tahun.

Transapikal AVR harus dipertimbangkan pada pasien dengan stenosis aorta berat simptomatik yang tidak dapat menjalani operasi AVR karena komorbiditas yang berat.

Pasien Asimptomatik

Penggantian katup aorta juga direkomendasikan untuk pasien asimptomatik dengan stenosis aorta berat disertai dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri ( fraksi ejeksi < 50%). Ketika stenosis aorta berat menjadi kelainan utama, penggantian katup aorta adalah terapi

life-saving dan dapat memperbaiki fungsi ventrikel kiri.7

Tetapi, observasi ketat juga direkomendasikan pada kasus pasien dengan stenosis aorta asimptomatik, termasuk mereka dengan penyakit berat. Pembedahan pada pasien asimptomatik memiliki resiko sudden death sebanyak 1% per tahunnya. Pembedahan dilakukan pada pasien yang memiliki outcome buruk apabila tidak dilakukan penggantian katup aorta secepatnya. 7

Pasien dengan stenosis aorta berat ( area katup aorta < 0,6cm2 atau aortic jet velocity

5m/s), peningkatan aortic jet velocity yang cepat sepanjang waktu, atau kalsifikasi katup yang parah memiliki resiko tinggi untuk menjadi simptomatik dan membutuhkan operasi penggantian katup aorta dalam waktu satu atau dua tahun selanjutnya. 7

Pasien beresiko tinggi, termasuk pasien yang tinggal berjauhan dengan fasilitas kesehatan, mungkin memerlukan observasi yang lebih ketat atau mempertimbangkan untuk

(13)

melalukan operasi penggantian katup secepatnya jika prediksi kematian operasi 1 % atau kurang ( untuk pasien usia 70 tahun atau lebih muda tanpa komorbiditas yang berarti). 7

Ketika status simptom tidak jelas, ACC/AHA merekomendasikan bahwa excersise stress

testing dilakukan dibawah pengawasan langsung oleh kardiologis yang berpengalaman.

Penggantian katup aorta harus dipertimbangkan apabila simptom terjadi ketika pasien memiliki rata –rata denyut jantung maksimum < 80% dari nilai yang diprediksi atau jika pasien memiliki respon tekanan darah yang abnormal.7

Pedoman untuk terapi medikasi sangat terbatas dan terapi medis saat ini didasarkan pada konsensus dari para ahli. Dalam beberapa penelitian, terapi statin dinilai dapat memperlambat progresifitas dari stenosis aorta, tetapi dalam beberapa penelitian yang lebih besar, tidak mendukung hal itu. Pedoman saat ini merekomendasikan terapi statin untuk pasien dengan stenosis aorta dan hiperkolesterolemia untuk mengurangi kejadian kardiovaskular. 5

Antibiotik profilaksis sebelum tindakan dental dan prosedur invasif lainnya adalah terapi standar pada pasien dengan stenosis aorta. Saat ini, antibiotik profilaksis diberikan pada pasien dengan stenosis aorta rematik, untuk mencegah terjadinya demam rematik berulang. Bukti terbaru menunjukkan bahwa bakteremia lebih sering terjadi pada kegiatan sehari-hari seperti menyikat gigi, flossing, dan mengunyah dibandingkan dengan tindakan prosedur dental. Oleh karena itu, menjaga higiene dan kesehatan oral yang maksimal dapat menurunkan resiko kejadian yang lebih besar. 5

Prevalensi pasien dengan hipertensi dan stenosis aorta cukup tinggi. Studi dari 1873 pasien menunjukkan 50% diantaranya memiliki hipertensi. Hipertensi pada pasien dengan stenosis aorta berpengaruh pada peningkatan afterload yang menambah beban kerja dari ventrikel kiri yang sudah hipertrofi. 5

8. Prognosis

Survival rate 10 tahun pasien pasca operasi ganti katup aorta adalah sekitar 60% dan

rata-rata 30% katup artifisial bioprotesis mengalami gangguan setelah 10 tahun dan memerlukan operasi ulang. Katup metal artifisial harus dilindungi dengan antikoagulan untuk mencegah trombus dan embolisasi. Sebanyak 30% pasien ini akan mengalami komplikasi perdarahan ringan- berat akibat dari terapi tersebut. Valvuloplasti aorta perkutan dengan balon dapat dilakukan pada pasien anak atau anak muda dengan AS kongenital-non kalsifikasi. Pada orang dewasa dengan kalsifikasi, tindakan ini menimbulkan restenosis yang tinggi.4

(14)

BAB III

KESIMPULAN

Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup aorta, yang menyebabkan meningkatnya tahanan terhadap aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta. Penyempitan pada Katup aorta ini mencegah katup aorta membuka secara maksimal sehingga menghalangi aliran darah mengalir dari jantung menuju aorta.

Pada orang dewasa stenosis aorta terjadi karena kalsifikasi dari katup aorta yang pada umumnya sering terjadi pada kelainan kongenital katup aorta bikuspid dan inflamasi rematik sebelumnya.

Stenosis aorta adalah penyakit jantung ketiga yang paling umum terjadi di negara berkembang setelah hipertensi dan penyakit jantung koroner.

Pemeriksaan baku emas untuk mendiagnosis aorta stenosis adalah Ekokardiografi non-invasif 2 dimensi. Temuan pada pemeriksaan fisik dan Doppler-ekokardiografi dapat menunjukkan perluasan dan keparahan dari stenosis aorta.

Stenosis aorta bisa tampak asimptomatik, bisa juga tampak simptomatik. Tiga gejala utama yang timbul pada stenosis aorta adalah dispnea, angina dan sinkop. Stenosis aorta diklasifikasikan berdasarkan aortic jet velocity, mean gradien pressure dan aortic valve area

menjadi ringan, sedang dan berat.

Stenosis aorta menghalangi aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta pada waktu sistolik ventrikel. Dengan meningkatnya resistensi terhadap ejeksi ventrikel, maka beban tekanan ventrikel kiri meningkat. Sebagai akibatnya, ventrikel kiri menjadi hipertrofi agar dapat menghasilkan tekanan yang lebih tinggi untuk mempertahankan perfusi perifer; hal ini menyebabkan timbulnya selisih tekanan yang mencolok antara ventrikel kiri dan aorta.

(15)

Penggantian katup aorta adalah satu-satunya cara yang efektif untuk keadaan stenosis aorta yang berpengaruh secara hemodinamik. Pembedahan tersebut memiliki rata-rata angka kematian sebesar 4% dan resiko kegagalan penggantian katup sekitar 1% per tahun.

Survival rate 10 tahun pasien pasca operasi ganti katup aorta adalah sekitar 60% dan

rata-rata 30% katup artifisial bioprotesis mengalami gangguan setelah 10 tahun dan memerlukan operasi ulang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

2. Longo, Fauci, Kasper, Hauser, Jameson, Loscalzo. Harrison’s principles of internal medicine. 18th Ed. Vol 1. New York: McGraw Hill; 2012. P. 1938-9

3. Aggeli C, Lampropoulos K, Stefanadis C. Aortic stenosis and hypertension: is there any relationship?. Hellenic J Cardiol. 2009; 50(1-2); 1.

4. Sudoyo WA, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jilid 2. Jakarta: Interna Publishing; 2009. H. 1686-7.

5. Cary T, Pearce J. Aortic stenosis: pathophysiology, diagnosis, and medical management of nonsurgical patients. Critical Care Nurse. April 2013; 33(2). 63-9.

6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2005.h. 620-1.

7. Grimard BH, Larson JM. Aortic stenosis: diagnosis and treatment. Am Fam Physician. 2008; 78(6): 720-2.

8. Aronow WS. Indications for surgical aortic valve replacement. J Cardiovasc Dis Diagn. 2013; 1(4). 1.

(16)

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi Stenosis Aorta 5 6. Patofisiologi

Referensi

Dokumen terkait

Pembacaan string dimulai dari state awal, ditelusuri karakter perkarakter dari string yang dibaca, dicocokkan dengan input yang di terima pada setiap state , apabila

rancangan peraturan daerah diusulkan kembali kedalam prolegda tahun 2011 yang diprakarsai oleh Komisi IV melalui hak Inisiatif DPRD dengan judul Rancangan

Maksud dan tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menciptakan alat yang dapat memenuhi kebutuhan listrik, dalam hal ini adalah sebuah alat pengisi ulang atau

• Melakukan pembelian ulang konsumen untuk melakukan pembelian Kemudian penelitian lainnya yang tentang hubungan kualitas produk dengan keputusan pembelian yang dilakukan oleh Bayu

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan, antara lain: (1) Melakukan pengumpulan informasi, yaitu dengan cara melakukan penelitian mengenai

Di Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Hutan (Puslitbang-SDH) Perum Di Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Hutan (Puslitbang-SDH) Perum Perhutani Cepu, tanaman

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat dari 25 data yang di ujikan hanya ada 1 data yang tidak cocok dengan identifikasi program yaitu, pada data ke-17 yang seharusnya adalah kelainan