• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tumor Palatum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tumor Palatum"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

TUMOR PALATUM TUMOR PALATUM

II.. PPEENNDDAAHHUULLUUAANN

Tumor rongga mulut adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang Tumor rongga mulut adalah suatu pertumbuhan jaringan abnormal yang terj

terjadi adi padpada a ronrongga gga mulmulut. ut. JariJaringangan n terstersebuebut t dapdapat at tumtumbuh buh padpada a bagbagianian anterior atau posterior rongga mulut, dan tulang rahang. Pertumbuhannya anterior atau posterior rongga mulut, dan tulang rahang. Pertumbuhannya dapat digolongkan sebagai ganas (maligna) atau jinak (benigna). Tindakan dapat digolongkan sebagai ganas (maligna) atau jinak (benigna). Tindakan  bedah

 bedah dibutuhkan untuk dibutuhkan untuk mengangkat tumor, mengangkat tumor, agar agar tumor tumor tidak tidak tumbuh lebihtumbuh lebih  besar

 besar dan dan bermetastase bermetastase ke ke tempat tempat lain lain yang yang dapat dapat mengganggu mengganggu kesehatan,kesehatan, estetika dan fungsi organ.

estetika dan fungsi organ.11 Ti

Tindandakan kan pempembedbedahaahan n mermerupaupakan kan tintindakdakan an opeoperasi rasi yanyang g dildilakuakukankan untuk mengangkat jaringan tumor yang terdapat pada bagian rongga mulut. untuk mengangkat jaringan tumor yang terdapat pada bagian rongga mulut. Hasi

Hasil l dardari i pempemotootongangan n tumtumor or berberakiakibat bat keckecacatacatan an padpada a bagbagian ian tertersebsebut.ut. ecacatan hasil dari pemotongan berupa hilangnya bentuk anatomis yang ecacatan hasil dari pemotongan berupa hilangnya bentuk anatomis yang mengakibatkan terganggunya fungsi secara nyata dan estetika.

mengakibatkan terganggunya fungsi secara nyata dan estetika.11 Pal

Palatum atum mermerupaupakan kan atap atap ronrongga gga mumulutlut, , memmemisahisahkan kan ronrongga gga mumulutlut denga

dengan n ronggrongga a hiduhidung dan ng dan terdirterdiri i atas palatum keras atas palatum keras dan lunak. ejadiandan lunak. ejadian tum

tumor or papalatlatum um menmencacapai pai seksekititar ar !" !" dadari ri kekegagananasan san kekepalpala a dadan n leleheher.r. #ebagian besar dari tumor palatum adalah karsinoma sel skuamos. $amun #ebagian besar dari tumor palatum adalah karsinoma sel skuamos. $amun adapula karsinoma sel non%skuamos, meliputi tumor pada kelenjar sali&a, adapula karsinoma sel non%skuamos, meliputi tumor pada kelenjar sali&a, sarkoma, dan melanoma.

sarkoma, dan melanoma.!!

IIII.. AANNAATTOOMMII

#ecara anatomi, palatum terbagi menjadi palatum durum (merupakan #ecara anatomi, palatum terbagi menjadi palatum durum (merupakan  bagian

 bagian dari dari rongga rongga mulut) mulut) dan dan palatum palatum molle molle (merupakan (merupakan bagian bagian daridari oropharyn'). Palatum memisahkan rongga mulut dengan rongga hidung dan oropharyn'). Palatum memisahkan rongga mulut dengan rongga hidung dan sinus maksilaris. ukosa palatum merupakan keratinisasi epitel skuamos sinus maksilaris. ukosa palatum merupakan keratinisasi epitel skuamos  bertingkat

 bertingkat semu. semu. $amun $amun demikian, demikian, submukosa submukosa memiliki memiliki banyak banyak sekalisekali kele

kelenjanjar r salisali&a &a minminoror, , terterutamutama a padpada a palpalatuatum m durdurum. um. PerPeriosiosteal teal yanyangg membu

membungkungkus s palatum durum menjadi palatum durum menjadi pembapembatas tas relatif terhadap pemisahanrelatif terhadap pemisahan kanker kedalam tulang palatina.

kanker kedalam tulang palatina.!!

atas%batas rongga mulut ialah* atas%batas rongga mulut ialah* 1,!1,! •

• +epan +epan * * tepi tepi &ermilion &ermilion bibir bibir atas atas dan dan bibir bibir baahbaah

1 1

(2)

• --ttaass * * ppaallaattuum m dduurruum m ddaan n mmoollllee •

• aatteerraall * * bbuukkaal l kkaannaan n ddaan n kkiirrii •

• aah aah * * dasar dasar mulut mulut dan dan lidahlidah •

• eellaakkaanng g * * aarrkkuus s fafarriinnggeeuus s aannteterriioor r kkaannaan n kkiiri ri ddaann u&ula, arkus

u&ula, arkus

glossopalatinus kanan kiri, tepi lateral pangkal lidah, glossopalatinus kanan kiri, tepi lateral pangkal lidah,  papilla sirkum&alata lidah.

 papilla sirkum&alata lidah.

/uang lingkup tumor rongga mulut meliputi daerah spesifik di baah ini* /uang lingkup tumor rongga mulut meliputi daerah spesifik di baah ini* 11 aa.. bbiibbiir  r  

 b.

 b. lidah !0 anterior lidah !0 anterior  cc.. mmuukkoosa sa bbuukkaall d

d.. ddaasasar r mmuululutt e.

e. gigingnggigi&a &a ataatas ds dan an babaaahh f.

f. trtrigigononum um reretrtromomololar ar  g.

g. papalalatutum m dudururumm h.

h. papalalatutum mm molollele11 #up

#uplai lai neuneuro&ro&askaskular ular palpalatuatum m berberasal asal dardari i forforamiamina na palpalatinatina, a, yanyangg  berada

 berada di di medial medial sampai sampai gigi gigi molar molar ketiga. ketiga. 2oramina 2oramina ini ini membagi membagi jalur jalur  unt

untuk uk pempemisaisahan han tumtumoror. . -r-rteri teri palpalatinatina a desdesendendens ens dari dari artearteri ri makmaksilasilarisris interna membagi suplai darah. Pembuluh darah meleati secara anterior  interna membagi suplai darah. Pembuluh darah meleati secara anterior  me

melallalui ui foforaramemen n nanasosopapalatlatinina a samsampapai i ke ke hihidudungng. . #e#ensnsororis is dadan n serseratat sekretomotor dari ner&us

sekretomotor dari ner&us maksilaris (3.maksilaris (3.44) cabang dari 44) cabang dari ner&us trigeminus danner&us trigeminus dan ganglion pterygopalatina melintasi palatum durum melalui ner&us palatina ganglion pterygopalatina melintasi palatum durum melalui ner&us palatina major dan minus.

major dan minus.!! #ec

#ecara ara anaanatomtomi, i, palpalatum atum molmolle le adaladalah ah bagbagian ian dardari i oroorophapharynryn'. '. 4ni4ni men

mengangandundung g mukmukosa osa padpada a kedkedua ua permpermukaukaanyanya. a. 4nt4nter&er&ensensi i antantara ara kedkeduaua  permukaan

 permukaan mukosa mukosa adalah adalah jaringan jaringan penyambung, penyambung, serat serat otot, otot, aponeurosis,aponeurosis,  banyak

 banyak pembuluh pembuluh darah, darah, limfatik, limfatik, dan dan kelenjar kelenjar sali&a sali&a minor. minor. #ecara#ecara fun

fungsigsionaonal, l, palpalatuatum m molmolle le berberperperan an ununtuk tuk memmemisahisahkan kan oroorophapharynryn' ' dardarii nasopharyn' selama menelan dan berbicara. Palatum molle mendekat ke nasopharyn' selama menelan dan berbicara. Palatum molle mendekat ke din

dindinding g posposteriterior or phapharynryn' ' selselama ama menmenelan elan untuntuk uk menmencegcegah ah regregurgurgitaitasisi nasoph

nasopharyn' dan aryn' dan mendmendekat selama ekat selama berbicaberbicara ra untuuntuk k mencegmencegah ah udara keluar udara keluar  dari hidung.

(3)

5ambar 1. -natomi ca&um nasi tampak anterior. (+ikutip dari kepustakaan )

5ambar !. 6tot%otot pada faring. (+ikutip dari kepustakaan )

III. FISIOLOGI

(4)

Palatum merupakan atap rongga mulut, memisahkan rongga mulut dengan rongga hidung dan terdiri atas palatum keras dan lunak (di bagian  posteriornya). Palatum ini terbagi dua yaitu 7 *

a. Palatum keras (palatum durum) yang terdiri atas tulang (prosesus  palatina dari ma'illa dan tulang%tulang palatina). #ifatnya kaku, sehingga lidah dapat melakukan tekanan untuk mencampur makanan dan memperlancar mekanisme menelan). Terdiri atas epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk, lamina proprianya bersatu dengan periosteum. +i dalam lamina propia terdapat banyak kelenjar kecil dan sedikit jaringan lemak. Pada garis tengah lamina propianya tipis dan melekat pada jalur  median tulang. +aerah linear disebut /aphe. Terdapat suatu tonjolan  jaringan di bagian tengah, hampir tepat di belakang incisor centralis dan disebut papilla incisi&us. #edangkan di bagian baah papilla tersebut terdapat foramen incisi&us (membaa ner&us nasopalatina ke membrane mucus lingua lalu ke incisor ma'illaris).7

• +i bagian posterolateral, menuju ke arah

molar ma'illaries kedua dan ketiga, terdapat dua lubang palatina major  dan juga dua lubang palatina minor (tempat saraf yang lainnya menuju ke palatum durum)

• Jaringan di baah epitel palatum, ber&ariasi dari bagian ke bagian. +i bagian tengah, jaringan sedikit tipis dan  palatum terasa keras dan bertulang. +i bagian anterolateral jaringan tersebut mengandung sel%sel lemak dan lebih tebal. +i bagian  posterolateral tetap ada sel%sel lemak tetapi ada beberapa glandula sali&a minor yang mengsekeresikan mukus yang berfungsi menjaga agar epitel tetap basah.7

• Tidak jarang terdapat juga tulang berlebih

tumbuh di bagian tengah dari palatum durum, sejajar dengan foramen incisi&us, disebut torus palatinus.

• Penghubung antara palatum durum dan

molle membentuk ! garis kur&a, dengan spina posterior nasi dari os  palatina menjadi garis batas yang utama di bagian tengah. +an juga

(5)

terdapat ! turunan kecil, satu di setiap spina, disebut fo&ae palatinae, yang menandai spina sebagai garis batas pembentukan gigi%gigi atas.

 b. Palatum lunak (palatum molle) yang di bagian tengahnya terdiri atas  jaringan ikat fibrosa kuat dan karenanya dapat digerakkan. #ifatnya lunak, berfungsi untuk menutup nasofaring dan orofaring seaktu menelan, sehingga mencegah masuknya makanan ke dalam rongga hidung.7

Penyusun bagian tengah terdiri atas jaringan ikat fibrosa kuat, sedangkan bagian baah diliputi oleh epitel berlapis gepeng tak   bertanduk, dengan banyak kelenjar dalam lamina propianya. #elapis otot

rangka (muskulus u&ulus) terletak di antara lamina propia dan aponeurosis palatina, suatu lembaran jaringan ikat fibrosa. Pada sisi nasal palatum molle dilapisi oleh epitel bertingkat silindris bersilia dari rongga hidung, meskipun di bagian belakang epitel mulut melanjutkan diri melampaui tepi belakang palatum molle ke  permukaan nasal bagian superior. Hampir semua bagian belakang merupakan bagian dari faring. +i bagian belakang tepat di tengah%tengah terdapat u&ula.7

• Pada kondisi istirahat atau santai, palatum molle bergerak ringan dari satu sisi ke sisi lain tetapi ketika berbicara atau mengunyah palatum molle  bergerak ke berbagai posisi dan menutup bagian depan dari nasopharyn'. 5erakan ini disebabkan oleh muskulus le&ator &eli  palatini, yang mendorong palatum molle naik dan ke belakang hingga

menyentuh dinding tenggorokan bagian belakang.

• Terdapat lima macam otot di palatum molle, yakni m. palatoglossus, m.  palatopharyngeus, m. u&ula, m. le&ator &eli palatini, m. tensor &eli  palatini.7

IV. EPIDEMIOLOGI

ejadian tumor palatum molle mencapai sekitar !" dari keganasan kepala dan leher. #ebagian besar dari tumor palatum durum adalah

(6)

karsinoma sel skuamos. arsinoma sel non%skuamos, meliputi tumor pada kelenjar sali&a, sarkoma, dan melanoma, meliputi sebagian yang lain.!

5ambar . arsinoma sel skuamos pada palatum durum. (+ikutip dari kepustakaan !)

 $amun, pada palatum molle, sekitar 9:" merupakan karsinoma sel skuamos. eganasan karsinoma sel non%skuamos meliputi !:" sisanya. Pre&alensi dari kanker rongga mulut dan oropharyn' memiliki &ariasi geografis, dengan frekuensi terbanyak dilaporkan dari 4ndia, sekitar 8:" kasus berasal dari negara tersebut.!

+istribusi histologi dari keganasan tumor palatum durum, sebagai  berikut* !

a. karsinoma sel skuamos 8"  b. karsinoma kista adenoid 18"

c. karsinoma mukoepidermoid 1:" d. adenokarsinoma 7"

e. karsinoma anaplastik 7" f. lain%lain 17"

Tipe dan frekuensi histologi dari keganasan kelenjar sali&a minor dari  palatum, sebagai berikut* !,8

a. benigna !;"

 b. maligna <7", secara keseluruhan % karsinoma kista adenoid :" % karsinoma mukoepidermoid 1;" % adenokarsinoma 19"

% tumor mi' 9" % lain%lain !"

(7)

5ambar 7. arsinoma sel skuamos pada palatum molle. (+ikutip dari kepustakaan ;)

5ambar 8. elanoma maligna pada palatum durum. (+ikutip dari kepustakaan ;)

5ambar ;. -denoma pleomorfik pada palatum durum. (+ikutip dari kepustakaan ;)

5ambar <. -denoma pleomorfik pada palatum molle. (+ikutip dari kepustakaan ;)

(8)

5ambar 9. Polip jinak pada palatum durum. (+ikutip dari kepustakaan ;)

5ambar =. #arkoma aposi pada palatum durum. (+ikutip dari kepustakaan ;)

V. ETIOLOGI

#eperti halnya tumor pada umumnya, etiologi tumor pada rongga mulut tidak diketahui secara pasti dan bersifat multifaktorial. 2aktor%faktor resiko terjadinya tumor palatum antara lain *!,<

1. erokok 

erokok dan penggunaan tembakau seperti menginang  berkaitan dengan sekitar <8" kasus kanker mulut, disebabkan oleh iritasi mukosa mulut dari rokok dan panas saat menghisap rokok atau cerutu. Tembakau mengandung karsinogenik yang poten seperti nitrosamine (nikotin),  polycyclic aromatic hydrocarbons, nitrosodicthanolamine, nitrosoprolinedan polonium.!,<

!. -lkohol

Tiga dari empat orang yang menderita kanker mulut, termasuk  tumor palatum dan tenggorokan sering mengkonsumsi alkohol. 6rang yang sering minum alkohol memiliki resiko ; kali lebih besar  terjadinya kanker rongga mulut. #edangkan orang yang minum alkohol dan merokok memiliki resiko yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang hanya menggunakan tembakau. Penggunaan alkohol dan tembakau mempunyai efek sinergistik. -lkohol sebagai

(9)

suatu >at yang memberikan iritasi, secara teori menyebabkan terjadinya pembakaran terus%menerus dan meningkatkan  permeabilitas selaput lendir. Hal ini menyebabkan penyerapan >at

karsinogen yang ada di alkohol maupun tembakau. !,<

. 4nfeksi HP3 (Human Papilloma 3irus)

4nfeksi HP3, terutama tipe 1;, merupakan faktor resiko dan faktor penyebab kanker mulut. anker oral karena &irus ini cenderung pada tonsil dan peritonsil, dasar lidah dan orofaring. !,<

7. 6ral higiene yang jelek 

6ral higiene yang jelek meningkatkan resiko terjadinya infeksi kronis yang dapat menyebabkan transformasi sel epitel. 4ritasi kronis dari tambalan gigi, gigi yang tajam atau alat yang lain diduga dapat meningkatkan resiko. !,<

8. ?sia

Tumor palatum biasanya timbul pada usia @ 7: tahun, kemungkinan disebabkan karena menurunnya sistem imunitas karena bertambahnya usia, akumulasi dari perubahan%perubahan genetik dan lamanya terpapar oleh inisiator dan promotor keganasan (meliputi iritan kimia dan fisik, &irus, efek hormonal, penuaan sel dan penurunan imunitas. !,<

;. Jenis kelamin

anker rongga mulut lebih banyak terjadi pada laki%laki dibandingkan anita, dengan perbandingan *! sampai !*1. !,<

VI. PATOFISIOLOGI

Perjalanan penyakit dan pemeriksaan fisik dapat membantu untuk  menilai perkembangan tumornya. arsinoma sel skuamos perluasan luar  dari palatum durum terjadi pada sekitar <:" lesi. Perluasan posterior  meliputi palatum molle, dengan kemungkinan terjadinya insufisiensi &elopharingeal dan bicara hypernasal. Hipestesi palatum menunjukkan keterlibatan saraf trigeminus di foramen sphenopalatina atau perpanjangan fossa pterygopalatina. etiadaan refleks kornea mengindikasikan perluasan  basis cranii melalui foramen rotundum, foramen o&ale, atau fissura inferior 

orbitalis. 5igi yang mati rasa dapat mengindikasikan in&asi perineural. Afusi  pada telinga tengah merupakan sugestif dari perluasan nasopharyngeal atau

in&asi dari muskulus tensor &eli palatina.!

(10)

eterlibatan dari di&isi mandibula dari ner&us trigeminus dapat  bermanifestasi sebagai hipestesi sepanjang mandibula atau kelelahan pada temporalis atau muskulus masseter. 4ni merupakan indikatif dari keterlibatan fossa infratemporal. Trismus, maloklusi, dan nyeri merupakan gejala dari in&asi terhadap muskulus pterygoid. Perluasan terhadap gingi&al membutuhkan penanganan. #oket gigi menyediakan sebuah jalur in&asi menuju ke proses al&eolar dari tulang maksilla dan menuju ke sinus maksillaris. eterlibatan dasar hidung dapat terjadi akibat perluasan langsung melalui palatum.!

eterlibatan nodus limfatik mendapat perhatian khusus terhadap kejadian karsinoma sel skuamos dan kanker mukoepidermoid derajat tinggi. #angat  jarang terjadi pada karsinoma kelenjar sali&a. #ekitar :" pasien mengalami metastasis nodul cer&ical pada tiap kejadian. $odul submandibular (tingkat 1) dan nodul limfatik jugular dalam bagian atas (tingkat !) merupakan eselon pertama dari drainage nodul. $amun, pada tumor palatum molle posterior perluasan, nodul retropharyngeal dapat terlibat. Tumor palatum digolongkan sebagai kanker oropharyngeal  berdasarkan American Joint Committee on Cancer .!

Hampir separuh dari pasien menunjukkan manifestasi berupa perluasan dari tumor palatum molle. okasi yang sering menunjukkan perluasan meliputi tonsil, trigonum retromolar, proses al&eolar inferior atau superior,  palatum durum, dan dasar lidah. Perluasan ke dalam foramen sphenopalatina dapat menyebabkan hipostasis palatum. Pada lesi yang luas,  perluasan ke dalam nasopharyn', efusi telinga tengah sering terjadi. Tumor 

dapat meluas secara anterosuperior kedalam pterygoma'illaris dan fossa infratemporal.!

VII. DIAGNOSIS

a. -namnesis

Tumor palatum bermanifestasi sebagai lesi permukaan yang  bersifat ulseratif. #eringkali, asimptomatik pada pasien dengan stadium aal, tetapi mereka dapat mengalami nyeri pada stadium lanjut. #ebuah massa pada palatum, perdarahan, bau mulut, sakit gigi pada pasien

(11)

edentulous atau kehilangan gigi dapat terjadi pada stadium lanjut kanker   palatum molle, insufisiensi &elopharyngeal, perubahan cara bicara,

kesulitan menelan, otalgia, trismus, atau sebuah massa pada leher dapat terjadi. arena area ini mudah untuk dilihat, tumor seringkali ditemukan

 pada stadium aal secara tidak sengaja oleh pasien atau pemeriksa.!

+i sisi lain, tumor kelenjar sali&a minor bermanisfestasi sebagai lesi submukosa, dengan dibungkus mukosa normal yang li cin. elamona adalah lesi hitam licin namun dapat berarna coklat atau abu%abu kecoklatan. arsinoma aposi berupa lesi kebiruan yang sering

ditemukan pada pasien dengan infeksi H43. Hiperplasia

 pseudoepitelomatous dan nekrosis sialometaplasia adalah lesi benigna yang dapat menyerupai karsinoma sel skuamos dan perlu dipisahkan secara histologis. Torus palatinus (misalnya, hyperplasia tulang dari  palatum) berupa massa keras pada garis tengah yang tidak memberikan

gejala dan tidak seharusnya mengacaukan dengan tumor.!

 b. Pemeriksaan 2isis

1. eadaan umum pasien.9

!. Pemeriksaa rongga mulut, e&aluasi gerakan dan kekuatan otot mulut

dan otot lidah.9,=

. Pemeriksaan orofaring, pergerakan palatum molle, sensibilitas orofaring dengan sentuhan spatel lidah, refle' muntah, refle'

menelan, dan e&aluasi suara (keterlibatan laring).=

7. Pemeriksaan faring%laring * gerakan pangkal lidah, gerakan arkus faring, u&ula, epiglottis, pita suara, plika &entrikularis, dan sinus

 piriformis. =

a) 2aringoskopi9

4nspeksi

Penderita diinstruksikan membuka mulut. akukan penekanan lidah dengan spatel lidah. Perhatikan keadaan ca&um oris sampai

orofaring.9

 b) Palpasi

+engan menggunakan sarung tangan lakukan palpasi pada daerah mukosa bukkal, dasar lidah dan daerah palatum untuk 

menilai adanya kelainan%kelainan dalam rongga mulut.9

c) aringoskopi indirek 

(12)

elakukan pemilihan cermin laring yang tepat, kemudian instruksikan penderita untuk membuka mulut dan menjulurkan lidah sejauhnya. Pegang lidah dengan kasa steril. Pasien diinstruksikan untuk bernafas secara normal lalu masukkan cermin laring yang telah dilidahapikan ke dalam orofaring . Posisikan cermin laring sedemikian rupa hingga tampak struktur  di daerah hipofaring. enilai mobilitas plika &ocalis dengan menyuruh penderita mengucapkan huruf i berulang kali. 9

8. Pemeriksaan neurologis fungsi motorik dan sensorik saraf cranial. emeriksa paresis palatum mole

a. $ormalnya saat istirahat * u&ula menunjuk ke baah, konka&itas  palatum mole simetris, bila mengucapkan Baa, eeC * bergerak%

gerak, tetap simetris.

 b. Paresis bilateral pada saat istirahat* seperti normal bila mengucapkan Baaa, eeeC * mungkin u&ula sedikit bergerak  c. Paresis bilateral pada saat istirahat* seperti normal bila

mengucapkan Baaa, eeeC * mungkin u&ula sedikit bergerak  d. Paresis unilateral pada saat istirahat* seperti normal, bila

mengucapkan Baaa, eeeC * palatum mole terangkat ke sisi sehat, u&ula miring, menunjuk ke sisi sehat, konka&itas asimetris.9

;. Periksa posisi dan kelenturan leher0tulang ser&ikal, e&aluasi massa leher, pembesaran 5 leher.9

c. Pemeriksaan Penunjang 1. /adiologi

A&aluasi radiologi dapat membantu meningkatkan keakuratan diagnosis stadiumnya. DT scan dan /4 adalah modalitas pilihan. erikut tampilan DT scan a'ial dan coronal. Tampilan coronal, sebagaimana dilihat di baah, adalah posisi terbaik untuk menilai sejauh mana in&asi tulang pada palatum dan perluasannya ke daerah fosa nasal atau sinus maksilaris. !,1:,11

% DT scan dapat menilai perluasan pada dasar cranial. Pembesaran  pada foramina basis cranii mengindikasikan in&asi tumor 

tersebut. Penampakan aksial dapat menilai perluasan secara hori>ontal sepanjang palatum molle, pterygoid, otot, fossa infratemporal, dan ruang mastikator !,=

(13)

% DT scan dengan kontras seharusnya meliputi leher untuk menilai keterlibatan nodul ser&ikal. 4ni sangat penting terutama untuk  karsinoma sel skuamos dan karsinoma mukoepidermoid stadium  berat.!,1:

Gambar 10. DT #can kepala potongan aksial. (+ikutip dari kepustakaan 17)

Gambar 11. DT #can kepala potongan koronal. (+ikutip dari kepustakaan 17)

% /4, seperti pada gambar dibaah, lebih akurat untuk menilai  perluasan perineural melalui foramina. 4ni penting utamanya untuk karsinoma kista adenoid dengan propensitas untuk in&asi  perineural.!,=

(14)

% Pada tumor tingkat lanjut dengan keterlibatan sinus paranasalis,  pencitraan /4 lebih baik dibandingkan DT scan dalam

membedakan penyakit infeksi dari neoplasma.!,=

Gambar 12.-denoma Pleomorfik di palatum laki%laki, 8= tahun. Pinggir tumor,  batas tumor,dan resorpsi tulang dapat di deteksi dengan DT dan /4. (-) Tumor tidak  homogen, intensitas signal intermediet pada DT4. () #etelah pemakaian medium kontras

tumor menunjukkan peningkatan yang tidak homogen pada DA DT4. (D)T1-weighted 

/4 menunjukkan intensitas massa intermediet. (+)T2-weighted/4 2# teknik  menunjukkan intensitas massa tidak homogen. (A) #etelah pemakaian medium kontras tumor menunjukkan peningkatan DAT1- weightedmenggunakan 2# teknik. (2) /esorpsi

tulang pada tulang palatal dapat di deteksi dengan koronal DAT1- weighted/4 menggunakan 2# teknik. (+ikutip dari kepustakan 17)

% Penampakan radiografi dada untuk menilai metastasis pulmo, merupakan pilihan kedua atau dua%duanya. Tes fungsi li&er, adekuat untuk menilai metastasis ke li&er. erdasarkan DT scan abdomen dan dada dapat menilai ukuran metastasis secara lebih akurat.!,=

!. iopsi

iopsi lesi ulseratif dapat dengan mudah dapat diambil dengan menggunakan biopsi forceps dengan pasien berada dibaah pengaruh anestesi. #ecara alternatif, aspirasi jarum

(15)

sitologi dapat dilakukan jika terdapat sitopatologis yang  berpengalaman.!,=

?ntuk lesi ulseratif, sangat penting pengambilan spesimen  biopsi dilakukan pada pusat tumor secara dekat untuk 

menghindari nekrosis dari komponen pusat.!,=

Pada palatum non%ulseratif ukuran besar, sebuah insisi melalui mukosa yang intak perlu dilakukan lebih dulu untuk   biopsi. Tempat insisi biopsi memungkinkan pemindahan

subsekuen dari skar biopsi pada kontinuitas tumor.!,=

esi submukosa dapat ditangani dengan biopsi eksisi. Jika hasil patologi mengindikasikan keganasan, maka perlu dilakukan  penanganan. !,=

VIII. STADIUM

Pengelompokan stadium berdasarkan  American Joint Committee on Cancer  sebagai protocol karena penting untuk prognosis penyakit pasien. #tatus tumor dan nodus untuk rongga mulut dan oropharyn' digunakan untuk stadium. #tadium untuk kanker dari oropharyn' dan rongga mulut, diambil dari American Joint Committee on Cancer   tahun !::!, sebagai  berikut * 11,1!,1

T (tumor primer)

% TE F tumor primer tidak dapat ditemukan % T: F tidak ada tumor primer 

% T1 F tumor ! cm atau lebih kecil

% T! F tumor lebih besar dari ! cm tetapi tidak lebih besar dari 7 cm % T F tumor lebih besar dari 7 cm

% T7 F tumor merusak jaringan sekitar (seperti tulang kortikal,  jaringan lunak leher, dalam otot lidah)

 $ (kelenjar limfa regional)

% $E F tidak dapat ditemukan kelenjar limfa regional % $: F tidak ada metastasis kelenjar limfa regional

% $1 F metastasis pada satu ipsilateral nodul limfa, lebih besar dari  cm tetapi tidak lebih besar dari ; cmG pada multiple ipsilateral nodul limfa, tidak lebih besar dari ; cmG atau pada bilateral atau kontralateral nodul limfa, tidak lebih besar dari ; cm.

% $!a F metastasis pada salah satu ipsilateral nodul limfa lebih besar  dari  cm tapi tidak lebih besar dari ; cm

(16)

% $!b F metastasis pada multiple ipsilateral nodul limfa, tidak lebih  besar dari ; cm.

% $!c F metastasis pada bilateral atau kontralateral nodul limfa, tidak  lebih besar dari ; cm

% $ F metastasis pada sebuah nodul limfa lebih besar dari ; cm  (metastase jauh)

% E F tidak ditemukan metastasis jauh % : F tidak ada metastasis jauh

- 1 F terdapat metastasis jauh

IX. PENATALAKSANAAN

Penanganan yang spesifik pada tumor palatum tergantung dari lokasi tumor (palatum durum &s palatum molle), stadium tumor, dan tipe patologis dari kanker.!

  Pembedaa!

Pembedahan adalah penanganan lebih untuk karsinoma sel skuamos  palatum durum. $amun, radiasi mega&oltase juga telah berhasil digunakan sebagai alternatif dalam menangani pasien dengan tumor ini. esi kecil T1 dan T! dapat diatasi dengan penanganan pembedahan atau terapi radiasi. +i sisi lain, pembedahan untuk lesi tersebut cukup sederhana, dengan morbiditas yang rendah dan tidak ada kehilangan fungsi.!

Pendekatan transoral memberikan paparan yang adekuat untuk tumor  superfisial pada palatum durum yang belum mengin&asi tulang. -nestesi general membantu memberikan kenyamanan pasien. Pasien diposisikan pada  posisi supine dengan kepala ekstensi.!

Gambar 1". /eseksi transoral dari karsinoma mukoepidermoid pada palatum (+ikutip dari kepustakaan !)

(17)

Gambar 1#. #kematik pendekatan per%oral palatum menggunakan retractor  mulut +ingman. (+ikutip dari kepustakaan !)

#ecara alternatif, bantalan gigit keras atau penyumbat +enhardt dapat digunakan untuk meretraksikan pembukaan mulut untuk eksposur lapangan  pandang. esinya dipetakan dengan margin yang adekuat yakni sekitar 1 cm. 4nsisi jaringan lunak dibuat dengan pisau atau alat elektrokauter. Alektrokauter mengurangi kehilangan darah. Dara lain adalah dengan  penggunaan laser karbondioksida yang adekuat untuk hemostasis dan menyebabkan kerusakan yang lebih sedikit. Penggunaan ele&ator periosteal,  periosteum meningkat dibaah secara langsung dan ketika tumor 

dipindahkan.!,17

Pada kasus dimana tumor menyerang periosteum dan tulang, tulang harus diangkat dengan tepinya. +isini dibolehkan penggunaan pemotongan duri. Jika memungkinkan, penjagaan cakupan mukoperiosteal superior untuk  mencegah fistula oronasal, meskipun ini nampaknya sulit. -lat prostetik  sangat efektif untuk rehabilitasi menelan dan bicara.!,17

Pada kasus dimana tumor berada di daerah lateral dan meliputi  pengerutan al&eolar, maka al&eolektomi meliputi reseksis palatum. ?ntuk 

meningkatkan eksposur, sebuah inisisi pada sulkus buccogingi&al dibuat  pada le&el dinding maksila anterior. $er&us infraorbital dibutuhkan. #ebuah  pembukaan dibuat kedalam antrum maksilaris untuk memaparkan  permukaan superior dari palatum. erdasarkan insisi jaringan lunak,  pemotongan tulang dibuat menggunakan gergaji #tryker. Pemaparan  permukaan jaringan lunak dibungkus dengan skin graft yang tebal, kecuali

(18)

untuk menutupi rongga. /ehabilitasi prostetik dilakukan dengan pertolongan  prostodontis yang mempersiapkan alat prostetik sementara.!,17

?ntuk tumor palatum durum yang perluasaanya meliputi palatum durum bilateral, palatektomi total dan maksilekstomi bilateral inferior perlu dilakukan. /eseksi ini dapat meninggalkan bekas midfasial pada palatum, rahang atas dan sinus. Pengangkatan dan rekonstruksi graft pada defek ini terbilang sulit, seringkali hasilnya membaa pada fistula oroantral atau oronasal. /ehabilitasi prostetik total sangat efektif untuk mengembalikan deglusi, bicara dan kontur ajah dan untuk membuat pembedahan post operatif lebih mudah dimonitor.!,17

Pada kasus kanker palatum molle, lesi mukosa sangat kecil dapat direseksi dengan transoral dengan preser&asi mukosa superior. Jika defeknya dekat dengan palatum durum, rotasi lanjutan dari palatum durum dapat digunakan untuk mendekatkan defeknya. +efek yang kecil pada margin  posterior dari palatum molle mungkin dapat ditutup dengan mendekatkan superior dan inferior mukosanya. Hasil dari insufisiensi &elopharyngeal  benar setiap aktu. Pengangkatan dasar superior dari pharyngeal dapat

digunakan untuk menutup defeknya.!   Rad$%&era'$

Terapi radiasi diberikan dengan dosis total ;:%<: 5y yang diberikan selama < minggu. omplikasi dari tumor tulang dan komplikasi yang  potensial yakni osteoradionekrosis membuat terapi radiasi kurang memberi

harapan untuk penanganan lesi ini.

aik radioterapi dan pembedahan adekuat untuk mengendalikan lesi aal. ?ntuk lesi tingkat lanjut T dan T7, radioterapi tradisional dengan sinar eksternal sendiri memberikan harapan hidup yang buruk. -kibatnya, untuk tumor stadium lanjut 444 dan 43, direncanakan penatalaksanaan  bersama, meliputi pembedahan reseksi yang diikuti terapi radiasi untuk 

tumor primer dan leher. !

+ikarenakan sulitnya rekonstruksi yang adekuat, terapi radiasi telah direkomendasikan sebagai penatalaksaan pada kanker palatum molle dimasa lalu. eskipun kemajuan dalam teknik rekonstruksi dan prostetik yang efektif telah banyak dilakukan pada pasien dengan kanker palatum molle,

(19)

namun terapi radiasi masih menjadi modalitas utama pada beberapa pusat untuk lesi T1, T!, dan T yang memberikan hasil yang sebanding dengan  pembedahan. Penggunaan radioterapi sebagai penatalaksaan utama, dapat

mengendalikan lesi T1 sebanyak 9:%=:", lesi T! ;:%<:", dan lesi T 88% ;8". -ngka ini kurang dari 8:" pada lesi T7.

omplikasi yang potensial pada penananganan radioterapi meliputi 'erostomia berat, fibrosis muscular, dan trismus, osteoradionekrosis pada mandibula, dan ulkus jaringan lunak. omplikasi dari radioterapi  bergantung pada &olume dan dosis. aru%baru ini, beberapa pusat penelitian lebih memilih penggunaan brachyterapi interstisial menggunakan iridium 4r  1=! mengaali penggunaan sinar ekternal pada radioterapi. Tumor primer  diberikan 7:%;: 5y radiasi sinar eksternal, diikuti !:%7: 5y dari  brachyterapi. Pendorongan tumor primer dengan dosis tinggi memberikan  peningkatan kendali lokoregional dari tumor, disertai penurunan komplikasi

dengan mengabaikan luas bidang, radiasi dosis tinggi. !

Kem%&era'$

Terapi alternatif yakni dengan kemoterapi dipadukan dengan radioterapi, yang diikuti pembedahan. Displatin dan 8 flurouracil merupakan agen kemoterapi yang digunakan. emoterapi mungkin diberikan sebanyak  !% siklus untuk melihat respon pasien dan e&aluasinya. Jika pasien  berespon terhadap kemoterapi, radiasi diberikan sebanyak <: 5yG  pembedahan disediakan untuk penyelamatan. Pembedahan diperlukan jika

 pasien memberikan respon yang buruk terhadap kemoterapi.!

emoterapi mungkin diberikan bersamaan dengan radioterapi,  persiapan pembedahan untuk penyelamatan. -dministrasi 8 fluorourasil dapat diberikan secara bolus intra&ena atau infus kontinous diatas <!%1!:  jam. +osis yang diberikan berkisar 9::%1!:: mg0m. ?ntuk cisplatin,  biasanya dosis yang digunakan ;:%1:: mg0m setiap  minggu. Percepatan fraksinasi radioterapi telah meningkatkan harapan hidup yang sebanding dengan penyakit tertentu ketika dibandingkan dengan kemoterapi (cisplatin) seiring dengan penggunaan lokal pada stadium tingkat lanjut pada kanker  oropharyngeal stadium 444 dan 43 -0, dimana menghasilkan angka yang

(20)

rendah untuk ketergantungan jangka panjang pada pemberian makan dengan selang nasogastrik.!

X. KOMPLIKASI

omplikasi dari tumor palatum meliputi (1) insufisiensi &elopharyngeal, paling sering, (!) bicara hypernasal, () disfagia, dan (7) efusi telinga dari skar pada pembukaan tuba eustachius atau kehilangan fungsi muskulus tensor dan0atau muskulus le&ator palatina. #ecara jelas,  pembesaran dan potensial dari komplikasi ini tergantung dari perluasan tumor, ukuran defek, dan metode rekonstruksi. #emakin besar tumor dan defeknya, semakin besar kemungkinan terjadinya komplikasi. Palatum molle merupakan struktur yang dinamisG fungsi yang optimal darinya memerlukan aksi dari otot untuk mengele&asi dan menegang selama deglusi dan relaksasi selama respirasi nasal. arenanya, destruksi apapun pada  palatum molle dan prostetik tidak menghasilkan fungsi ini, malah akan

membatasi fungsinya.!

omplikasi dari tumor palatum durum tergantung pula dari perluasaan tumor. ?ntuk tumor jaringan dengan preser&asi dari tulang palatum durum dan palatum molle, hasilnya penyembuhan defek dengan granulasi dan epitalisasi, dan tidak ada komplikasi yang diharapkan. Jika pasien telah menjalani terapi radiasi sebelumnya pada daerah itu, penyembuhan mungkin dapat tertunda.!

?ntuk perluasan yang lebih pada oroantral atau defek oronasal, oronasal dan fistula oroantral dapat berkembang. +efek yang lebih besar  diatasi secara adekuat dan efektif dengan penyumbat. arena organ ini tidak 

dinamis, penyumbat sangat efektif dan toleran.!

XI. PROGNOSIS

Pada 8 tahun terakhir, keputusan pengobatan untuk kanker kepala dan leher dipertimbangkan berdasarkan kualitas hidup pasien. anker  oropharyngeal yang meliputi palatum molle merupakan area yang menjadi  banyak penelitian aktif, menggunakan kualitas hidup pasien sebagai standar 

ukuran hasilnya. +engan menggabungkan modalitas terapi yakni meliputi  pembedahan dan radioterapi atau kemoradiasi, keduanya sebanding dalam

(21)

mengatasi kanker stadium lanjut, prediksi kualitas hidup pasien menjadi  penting mengingat dalam membantu membuat keputusan penanganan.!,1.

DAFTAR PUSTAKA

1. /eksoprairo, #unarto. Protokol Peraboi !::. Protokol Penatalaksanaan anker /ongga ulut. JakartaG !::.

!. #adeghi, $ader. alignant Tumor of Palate. edscape /eference +rug, +iseases, and Procedur internetI. Juli !:11. -&ailable from * http*00emedicine.medscape.com0article097<9:<%o&er&ie

. $etter, 2rank H. -tlas of Human -natomi. Philadelphia * Alse&ier 

#aunders internetIG !:1!. -&ailable from*

http*00.netterimages.com0images0&p&0:::0:::0::9097!%

:88:':7<8.jpg ,

http*00.netterimages.com0images0&p&0:::0:::0:8;08;9<1% :88:':7<8.jpg

7. esson, Paparo. uku -jar Histologi. Jakarta * Penerbit uku edoktern A5DG 1==; * hal 7;%7<.

8. ectrack,$. inor sali&ary gland tumors of the palate* clinical and  pathologic correlates of outcome internetI. $o&ember. 1==8. -&ailable

from * http*00.ncbi.nlm.nih.go&0pubmed0<7<89;<.

(22)

;. 5horayeb, .. 6tolaryngology Houston. Te'as internetIG!:17. -&ailable from * http*00.ghorayeb.com0Palate#KuamousDellDarcinoma.html http*00.ghorayeb.com0alignantelanomaP--TA.html http*00.ghorayeb.com0PalatePleomorphic-denoma.html http*00.ghorayeb.com0PalatePolyp.html http*00.ghorayeb.com0aposi#arcoma.html

<. /obbins. uku -jar Patologi. Adisi <. Jakarta * Penerbit uku edokteran A5D G !::< * hal. ;1%;17

9. Hasanuddin, ?ni&ersitas. Pemeriksaan 2isis Telinga Hidung dan Tenggorokan. !::=. agian 4lmu esehatan Telinga Hidung dan Tenggorokan. 2akultas edokteran ?ni&ersitas Hasanuddin.

=. ontgomery, Lilliam. -natomi, A'amination, and +iagnosis, Dhapter1. #urgery 6f The aryn', Trachea, Asophagus, and $eck. Pennsyl&ania* #aundersG !::!* hal 1%;

1:. Harrison, ouis. Head and $eck Dancer - ultidisciplinary -pproach #econd Adition. Philadelphia* ippincott Lilliams M Lilkins +esktop +i&isionG !::7* hal !;;%7:.

11. rockstein, ruce. Head and $eck Dancer. Dhicago* luer -cademic PublisherG !::!* hal 9;%=7

1!. oies, -dam. uku -jar Penyakit THT. Jakarta * Penerbit uku edokteran A5DG 1==<* hal. 7!=%7<

1. #oepardi, -rsyad. uku -jar 4lmu esehatan THT Adisi eenam. Jakarta* 2akultas edokteran ?ni&ersitas 4ndonesia. !::<* hal 1=1%1=

17. /ahman, #ukri. 5ambaran /adiologi -denoma Pleomorfik Palatum. ?ni&ersitas #umatra ?tara. !:1:* hal 1!%17

18. ore, John. -n -tlas of Head M $eck #urgery 2ourth Adition. Philadelphia * Alse&ier #aundersG!::8* hal <8!%<;8.

(23)

ampiran /eferensi

Gambar

Gambar 10 . DT #can kepala potongan aksial. (+ikutip dari kepustakaan 17)
Gambar 12 .-denoma Pleomorfik di palatum laki%laki, 8= tahun. Pinggir tumor,  batas tumor,dan resorpsi tulang dapat di deteksi dengan DT dan /4

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) Yang Dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.. Skripsi Mahasiswa FKM

Memperhatikan ketentuan-ketentuan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana diubah terakhir dengan

Pelaku utama adalah pengusaha yang membuka lahan dalam skala besar (40 – 150 ha per pengusaha) dan diikuti masyarakat yang membuka lahan dalam skala kecil per KK (2 - 4

menyusun rencana kegiatan Sub Bidang Pembinaan dan Kesejahteraan Pegawai dengan berpedoman kepada tugas pokok dan fungsi serta data dan program kerja Badan

Apabila sesaat sebelum saklar S ditutup kapasitor tidak bertegangan, maka setelah saklar ditutup tegangan kapasitor akan meningkat mulai dari nol. Tegangan kapasitor tidak

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Kinerja

Sebaliknya pada tahun 2009, jumlah penduduk perempuan yang lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki, hal ini dapat dilihat dari sex rasionya, dimana sex rasio

Lisensi Publik Umum kami dirancang untuk menjamonbahwa anda memiliki kebebasan untuk mendistribusikan salinandari perangkat lunak bebas (dan member harga untuk jasa tersebut jika