• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eliminasi Sweet Potato Feathery Mottle Virus (SPFMV) pada Empat Kultivar Ubijalar Unggul Lokal Asal Papua melalui Teknik Kultur Meristem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Eliminasi Sweet Potato Feathery Mottle Virus (SPFMV) pada Empat Kultivar Ubijalar Unggul Lokal Asal Papua melalui Teknik Kultur Meristem"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

~

Bul. Agron. (31) (3) 81

-

88 (2003)

Elimiuasi Sweet Potato Feathery Mottle Virus (SPFMV) pada Empat Kultivar Ubijalar Unggul Lokal Asal Papua melalui Teknik Kultur Meristem

Sweet Potato Feathery Mottle Virus (SPFMJ1 Elimination of Four Sweet Potato Local Superior Varieties of Papua Origin by Using Meristem Culture Technique

. Barahima, Wasgito Purnomol)

Diterima 15 April 2003 / Disetujui 18 Juli 2003

ABSTRACT

The objective of this research was to eliminate Sweet Potato Feathery Mottle Virus (SPFMV) infection from local superior sweet potato varieties (PN-II, Maria, Seri, and Numfor) by using meristem culture technique. Shoot tips of sweet potato were grown on solid MS modified medium enriched with naphthalene acetic acid (NAA) and benzyl adenine (BA) with various concentrations. Growth and development of explants were recorded for three months. The results showed that elimination of SPFMV infection of foW'- varieties by using shoot tip explants were successfully achieved. Shoot tips were the best explants used to eliminate SPFMV infection. Murashige and Skoog (MS) modification called UbI medium, which enriched with NAA (0.02 mg/l) and BA (0.2 mg/l) is the best medium for developing meristem segment of sweet potato. Nitrocellulose membrane-enzyme linked immunosorbent' assay (NCM-ELISA) analysis showed that plantletsproducedfrom shoot tip explants offour varieties, tested were free from SPFMV infection. The plantlets offour varieties were maintained in in vitro culture in Biotechnology Laboratory, Faculty of Agriculture, State University of Papua (UNIPA), Manokwari.

Key words: Sweet potato, SPFMJI; Meristem culture technique

PENDAHULUAN prioritas untuk dikembangkan sebagai sumber bahan

makanan altematif selain beTas dan yang terpenting Ubijalar (Ipomoea batatas (L) Lamb) merupakan menjadikan bahan baku industri, terutama industri salah satu jenis tanaman penghasil karbohidrat yang makanan bayi.

perlu dikembangkan untuk menunjang program Masyarakat di Indonesia bagian barat

meng-diversifikasi pangan non-beTas. Tanaman ubijalar gunakan ubijalar sebagai makanan sampingan, tetapi di meniiliki potensi untuk dikembangkan karena Indonesia bagian timur khususnya di Papua ubijalar di mengandung pati, sukrosa 53.4 - 67.8% (Noda et al., jadikan sebagai makanan pokok oleh sebagian besar

1994) dan protein 3.5% (Chen et al., 1994). a dan J3 masyarakat yang bermukim di daerah pedalaman. amilase yang terdapat pada ubijalar merupakan enzim Oengan demikian kultivar-kultivar ubijalar unggullokal yang sangat berguna untuk memproduksi sirup dengan Papua yang terinfeksi patogen khususnya penyakit yang maltosa tinggi (Shaw, 1994). Oi samping itu ubijalar disebabkan oleh virus dan fitoplasma perlu dilakukan yang diformulasikan dengan kacang-kacangan, baik eliminasi. Eliminasi patogen yang menginfeksi ubijalar untuk makanan bayi (Ameny et al., 1994) dan di dalam merupakan usaha untuk mengantisipasi terjadinya umbi ubijalar ditemukan 3-(6,6-caffeylferulyso- kekurangan pangan akibat ubijalar. tidak dapat phoroside)-5-glucoside sebagai antimutagenik berproduksi dengan baik. Kultivar ubijalar unggullokal

(Yoshimoto et al., 1998). yang terinfeksi patogen dipilih untuk eliminasi karena di

Melihat beberapa komponen penting yang sam ping sudah beradaptasi baik dengan alam Papua dikandung, maka tanaman ubijalar perlu mendapat

I) StafPengajar Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Papua. Jalan Gunung Salju, Manokwari, Kode Pos 98314, Telp, (0986)214210; Fax. (0986)211455, E-mail: barahimaabbas@plasa.com 81 ~

~

--.. c-" . ~~"" ~ ~".""'"""'~...

(2)

Universitas Negeri Papua telah mengkoleksi plasma antiserum SPFMV. Dengan demikian memperkuat nutfah ubijalar daTi berbagai kabupaten di Papua. keyakinan bahwa keempat kultivar ubijalar unggullokal Koleksi-koleksi Papua juga untuk tujuan Tiset dan tersebut telah terinfeksi SPFMV dan kemungkinan juga

J

sumber bibit bagi masyarakat. Masalah yang timbul terinfeksi fitoplasma atau virus lainnya karena di

dalam mempertahankan plasma nutfah yaitu serangan samping ditemukan gejala infeksi SPFMV juga

'-'c penyakit di kebun koleksi. Penyakit yang dilaporkan ditemukan gejala infeksi fitoplasma seperti tangkai '

banyak menyerang kebun koleksi ubijalar PSUS dan daun, batang dan daun mengecil. Pengujian fitoplasma :

kebun ubijalar masyarakat di Papua yaitu penyakit yang dan virus selain SPFMV belum dilakukan pada disebabkan oleh fitoplasma, Elisinoe hatatas (Paiki, penelitian ini.

1998) dan virus (Mulyadi dan Putu, 1998). Virus yang Untuk pembebasan infeksi SPFMV'dan pen yak it telah dilaporkan menginfeksi ubijalar yaitu Sweet sistemik lainnya pada ubijalar dapat dilakukan melalui Potato Feathery Mottle Virus (SPFMV) (Machmud, kultur meristem (Ohkoshi, 1991). Bagian meristem

1998). tanaman yang dikulturkan dapat mengalami regenerasi

Penelitian tentang virus di Papua khususnya virus seCara langsung dan juga dapat mengalami regenerasi yang menginfeksi ubijalar sangat kurang sehingga melalui pembentukan kalus (regenerasi tidak langsung). belum ditemukan laporan yang merinci jenis-jenis virus Regenerasi langsung sangat penting dilakukan untuk , yang menginfeksi ubijalar di daerah ini. Salah satu menghindari terjadinya mutasi planlet yang dihasilkan.

virus yang ditemukan menginfeksi pertanaman ubijalar Proses regenerasi sangat ditentukan oleh ukuran eksplan masyarakat di Papua yaitu SPFMV termasuk di kebun dan komposisi media yang digunakan. Ukuran eksplan koleksi ubijalar PSUS (Widyastuti, 1998). Penurunan yang digunakan yaitu antara 1-2 mm yang diambil dari produksi ubijalar akibat infeksi SPFMV di Papua belum bagian meristem (tunas pucuk) dan bakal tunas aksilar diteliti, tetapi di Cina dilaporkan bahwa penurunan (tunas aksilar dorman yang posisinya berada di ketiak produksi ubijalar akibat infeksi SPFMV mencapai 30 % daun) dengan menggunakan mikroskop binokuler

(Nakano et al., 1994). pernbesaran 40 kali.

Penyakit ubijalar yang disebabkan oleh SPFMV Medium dasar yang digunakan adalah medium MS

atau sering disebut Russet crack virus, Sweet potato (Murashige dan Skoog, 1962) yang dimodiflkasi internal cork virus, Sweet potato chlorotic leaf spot {(NH4NOJ (1650 mg/l), KNOJ (1900 mg/l), HJBOJ (31 virus, dan sweet potato virus A dapat ditularkan oleh mg/l), KH2PO4 (170 mg/l), KI (0.415 mg/l), berbagai jenis aphid dan melalui cara mekanik. Virus ini Na2MoO4.2H2O (0.125 mg/l), CoCl2 (0.0125 mg/l),

ditemukan terse bar luas di dunia (Machmud, 1998). CaCl2 (440 mg/l), MgSO4.7H2O (550 mg/l),

Selama ini upaya penanggulangan penyakit yang MnSO4.4H2O (11.13 mg/l), ZnSO4.7H2O (4.3 mg/l),

dilakukan di kebun koleksi plasmanutfah ubijalar PSUS CuSO.5H2O (0.0125 mg/l), Na2EDTA (18.625 mg/l), yaitu dengan cara pemusnahan tanaman yang terinfeksi. FeSO4.7.H2O (13.925 mg/l), Thiamin HCI (0.05 mg/l), Akibatnya koleksi plasma nutfah ubijalar yang dimiliki NicQtinic Acid (0.5 mg/l), Pyridoksin HCI (0.5 mg/l), semakin berkurang sehingga diperlukan upaya Glycin (2 mg/l), Myoinositol (100 mg/l)} dan sukrosa penanggulangan melalui eliminasi patogen. Salah satu (30 g/l). Komposisi media ini disebut media Vb I cara yang dapat dilakukan untuk eliminasi patogen yang (Barahima, 1999). Ke dalam media Vb I ditambahkan menginfeksi tanaman yaitu dengan cara kultur berbagai macam kombinasi zat pengatur tumbuh (ZPT)

meristem. NAA dan BA. Kombinasi konsentrasi NAA dan BA

yang digunakan pada penelitian ini yaitu: (a) 0.2 mg/l BA, (b) 0.02 mg/l NAA + 0.2 mg/l BA, (c) 0.05 mg/l

METODE PENELITIAN NAA + 0.5 mg/l BA, (d) 0.05 mg/l NAA + I mg/l BA,

(e) 0.1 mg/l NAA + 0.5 mg/l BA, (f) 0.1 mg/l NAA + I Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium mg/l BA, dan (g) tanpa penambahan NAA dan BA Bioteknologi Fakultas Pertanian UNIPA Manokwari. (Kontrol). Pengujian kombinasi konsentrasi ini

Bahan tanaman yang digunakan adalah plasma nutfah dilakukan untuk mendapatkan media yang dapat

ubijalar unggullokal Papua (cv. PN-Il, Maria, Seri, dan menginduksi regenerasi tunas langsung dari eksplan Nunfor) yang telah dikoleksi secara ex situ oleh Pusat meristem tunas pucuk atau tunas aksilar ubijalar Studi Ubi-ubian dan Sagu (PSUS) Universitas Negeri membentuk planlet. Masing-masing perlakuan diulang Papua. Penampakan morfologi dari ke empat kultivar sebanyak 3 kali sehingga seluruhnya terdapat 192 . tersebut memperlihatkan bercak-bercak klorotik pada satuan percobaan dan tiap satuan percobaan dikulturkan

daun dan terlihat abnormal. 2 eksplan.

Pengujian dengan NCM-ELISA daTi ke empat Keberhasilan dari penelitian ini dinilai daTi : (I) varietas tersebut di atas dilakukan dengan menggunakan kemampuan menumbuhkan bagian meristem (tunas

(3)

~

-Bul. Agron. (31) (3) 81 - 88 (2003)

pucuk dan tunas aksilar) membentuk planlet, (2) plan let infeksi penyakitnya. Aklimatisasi dilakukan selama 3 yang dihasilkan tidak memunculkan gejala infeksi bulan di rumah plastik yang terkontrol.

patogen, misalnya fenotip bebas gejala bercak-bercak klorotik pada daun rings pot disease, daun menggulung

dan kecil-kecil, dan (3) pengujian planlet yang HASIL

dihasilkan daTi media tumbuh yang menginduk!ij

regenerasi langsung dengan NCM-ELISA bereaksi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

negatif yang berarti tidak ada infeksi SPMV. Deteksi menunjukkan bahwa bagian meristem tunas pucuk dan virus dengan teknik NCM-ELISA dilakukan mengikuti bakal tunas aksilar yang digunakan sebagai eksplan prosedur yang dikembangkan oleh Machmud (1999). dapat mengalami regenerasi membentuk plan let pada penganiatan pertumbuhan dan perkembangan media MS yang dimodifikasi (Ub 1) yang diperkaya meristem tunas pucuk dan bakal tunas aksilar dilakukan dengan NAA dan BA. Pada penelitian ini respon selama 3 bulan. Planlet yang dihasilkan daTi meristem pertumbuhan kualitatif (proses regenerasinya) yang tunas pucuk dan bakal tunas aksilar daTi media tumbuh dipentingkan dan bukan respon pertumbuhan kuantitatif,

yang menginduksi regenerasi langsung diperbanyak sehingga data pengamatan jumlah eksplan yang

secara in vitro selama 2 bulan untuk dilakukan mengalami regenerasi dan jumlah tunas yang dihasilkan pengujian NCM-ELISA dengan antiserum spesifik tidak disajikan.

SPFMV. Plan let lainnya daTi media tumbuh yang tidak Komposisi media yang digunakan yaitu perlakuan mengalami regenerasi langsung tidak dilakukan A, B, C, dan, D dapat mendorong pertumbuhan eksplan

pengujian NCM-ELISA. NCM-ELISA Kit dan membentuk planlet (akar, batang, dan tunas), sedang

Antiserumnya diperoleh daTi International Potato Center perlakuan F hanya dapat menginduksi pembentukan (CIP). Planlet yang bereaksi negatifterhadap antiserum' kalus dan perlakuan G eksplan tidak berkembang SPFMV daTi masing-masing kultivar diaklimatisasi ; kemudian mati (Tabel 1).

untuk dinilai penampakan morfologinya dan gejala

Tabel 1. Pertumbuhan dan perkembangan meristem tunas ptIcuk dan bakal tunas aksilar yang diku}tur pada media Ub 1 dan diperkaya dengan berbagai konsentarasi NAA dan BA.

,

- ..

..

- -.

i Perlakuan penambahan NAA . .

Kode d BA d d' Respon pertumbuhan clan Respon pertumbuhan dan eksplan perlakuan an bPa h a mUe bl la eksplan meristem tunas pucuk meristem bakal tunas aksilar

pertum u an

.

- - .. - .

-A 0.2 mg/l BA Kalus, tunas, dan batang Kalus, tunas, dan batang

B 0.02 mg/l NAA + 0.2 mg/l BA Akar, tunas dan batang Akar, tunas dan batang

C 0.05 mg/l NAA + 0.5 mg/l BA Kalus, akar, tunas, dan batang Kalus, akar, tunas, dan batang D 0.05 mg/l NAA + 1 mg/l BA Kalus, akar, tunas, dan batarlg Kalus, akar, tunas, dan batang E 0.1 mg/l NAA + 0.5 mg/l BA Kalus, akar, tunas, dan batang Kalus, akar, tunas, dan batang

F 0.1 mg/l NAA + 1 mg/l BA Kalus Kalus

G Kontrol (tanpa NAA dan BA) Eksplan tidak berkembang Eksplan tidak berkembang kemudian

kemudian mati mati

Keterangan: Pengamatan kualitatif ini dilakukan saat tiga bulan setelah dikulturkan

Perlakuan media tidak memberikan perbedaan terjadinya regenerasi langsung bagian meristem tunas terhadap respon pertumbuhan baik pada eksplan pucuk dan meristem bakal tunas aksilar daTi ke empat meristem tunas pucuk maupun meristem bakal tunas kultivar ubijalar yang dikulturkan.

aksilar. Eksplan meristem tunas pucuk clan meristem Planlet yang terbentuk daTi basil kultur meristem bakal tunas aksilar keduanya dapat mengalami tunas pucuk dan bakal tunas aksilar dievaluasi dengan regenerasi membentuk planlet. Respon pertumbuhan tara membandingkan daun yang terbentuk daTi tanaman clan perkembangan eksplan yang dikultur pada media basil kultur meristem dengan daun yang terbentuk daTi

UbI dengan penambahan berbagai macam kombinasi tanaman yang belum mengalami kultur meristem (ada

konsentrasi NAA dan BA terlihat bervariasi (Gambar 1) infeksi penyakit). Penampakan morfologi dalam kultur sesuai dengan data pada Tabel 1. Media yang dapat in vitro daTi daun tanaman yang belum mengalami

i menginduksi pertumbuhan terbaik daTi bagian meristem kultur meristem berbeda dengan daun yang sudah

I yang dikulturkan yaitu perlakuan B (Gambar la). mengalami kultur meristem tunas pucuk (Gambar 2).

i Media tumbuh Ub I yang diperkaya 0.02 mg/l NAA dan Daun tanaman ubijalar yang belum mengalami kultur

0.2 mg/l BA (perlakuan B) dapat menginduksi meristem tunas pucuk memperlihatkan bercak-bercak

Eliminasi Sweet Potato Feathery Mottle Virus (SPFMV) pacta 83

(4)

1agi. Plan let hasil kultur meristem tunas pucuk tidak Maria, Seri, daD Nunfor yang diujikan bereaksi negatif menunjukkan bercak-bercak klorotik, daun tidak kriting, terhadap antiserum SPFMV atau dengan kata lain bebas terlihat sehat daD normal. Sedang tanaman yang belum dari infeksi SPFMV, tetapi sampel planlet (5 sampel mengalami kultur meristem memperlihatkan morfo1ogi tiap-tiap kultivar) hasi1 kultur bakal tunas aksilar dari ke daun kecil-kecil, keriting, terdapat banyak bercak- empat kultivar ubijalar tersebut semuanya menunjukkan bercak klorotik daD terlihat abnormal (Gambar 3). reaksi positip terhadap antiserum SPFMV (ada infeksi). Plantet hasil kultur meristem bakal tunas aksilar masih Sampel analisis NCM-ELISA dari hasil kultur meristem

~ terdapat ber~ak-be.rcak k~orotik pada permukaan kultivar-kultivar ubijalar yang telah dilakukan disajikan

+ daunnya (ada mfeksl penyakrt). pada Gambar 4.

I'

Kalus

Gambar 1. Pertumbuhan daD perkembangan bagian meristem tunas pucuk ubijalar yang dikulturkan pada berbagai macam media yang dicobakan. (a) regenerasi langsung (planlet normal) (perlakuan B), (b) regenerasi yang diawali dengan pembentukan kalus (tidak terbentuk akar) (perlakuan A), (c) regenerasi yang diawati dengan pembentukan kalus (terbentuk akar, kalus, batang dan daun) (perlakuan C, D, d:an E), dan (d) hanya tumbuh kalus (perlakuan F).

I

Bercak klorotik

I

. Gambar 2. Perbandingan morfo1ogi daun dalam kultur in vitro yang terinfeksi penyakit daD yang telah mengalami ku1tur meristem. (A) daun ubijalar yang sehat (hasil kultur meristem) daD (B) daun ubijalar yang terinfeksi penyakit (ubijalar sakit).

84 Barahima, Wasgito Purnomo

(5)

!\Ii

Bul. Agron. (31) (3) 81

-

88 (2003)

Daun menggulung, kecil-kecil daD terdapat bercak-bercak klorotik

Garnbar 3. Perbandingan morfologi daun ubijalar setelah diaklimatisasi. (A) tanarnan yang telah mengalarni kultur meristem (sehat) daD (B) tanarnan yang belum mengalarni kultur meristem (sakit) daD kemungkinan bukan hanya dinfeksi oleh SPFMV tetapi juga diinfeksi oleh fitoplasma daD virus lainnya.

"' : ~, !,;':

ABC

DE

F

G HI:';;,'

,; , ,:" -,-. '-,-. -,-. ~'-,-. ,-,-. , .

Garnbar 4. Contoh basil deteksi virus dengan NCM-ELISA. Ubin baris 'I kolom A adalah kontrol (+), ubin baris I kolom B adalah Kontrol tanarnan belum mengalarni kultur meristem, ubin baris 3 kolom D adalah sarnpel tanarnan basil kultur meristem bakal tunas aksilar, daD ubin-ubin yang lain adalah sarnpel tanarnan basil kultur meristem tunas pucuk. Reaksi positif ditunjukkan oleh bulatan warna ungu pacta ubin.

PEMBAHASAN (regenerasi tidak langsung). Untuk tujuan eliminasi

patogen dari plasma nutfah yang terinfeksi, planlet yang Pacta penelitian ini, meristem tunas pucuk dan terbentuk dari kalus tidak dikehendaki karena kestabilan bakal tunas aksilar yang digunakan sebagai eksplan genetik planlet asal kalus tidak dijarnin memiliki sifat berhasil diregenerasikan membentuk planlet pacta media sarna dengan tetuanya. Pierik (1987) menyatakan tumbuh UbI yang diperkaya dengan NAA daD BA bahwa tanarnan basil regenerasi dari kalus memiliki (perlakuan A, B, C, D, daD E). Perlakuan lainnya yaitu sifat yang bervariasi.

perlakuan F daD G, tidak menginduksi pembentukan Eksplan yang dikulturkan pacta media tanpa zat

planlet. Proses regenerasi eksplan membentuk planlet pengatur tumbuh tidak mengalarni pertumbuhan daD

,

dari masing-masing media tumbuh yang digunakan perkembangan dan akhimya mengalarni kematian. : 1~

b:rvariasi: E~splan mengalarni regenerasi langsung Media yang terbaik untuk pertumbuhan meristem tunas :~\

(tldak dlawall dengan pembentukan kalus) daD pucuk ubijalar kultivar PN-II, Maria, Seri, daD Nunfor ';

regenerasi yang diawali dengan pembentukan kalus adalah media MS yang dimodifikasi (UbI) dan

I

i

Eliminasi Sweet Potato Feathery Mottle Virus (SPFMV) pada 85

..~:,~~.;~1:"-:'"

.

(6)

-diperkaya dengan 0.02 fig/liter IAA clan 0.2 fig/liter yang dihasilkan ini juga bebas dari patogen lainnya BA (Tabel I perlakuan B). Untuk perlakuan I fig/liter seperti fitoplasma, masih perlu dilakukan pengujian NAA + I fig/liter BA (perlakuan F) hanya tumbuh lebih lanjut.

kalus saja, sedang akar clan tunas tidak terbentuk. Hal Gejala klorotik yang muncul pada planlet yang ini sejalan dengan teori keseimbangan auksin clan dihasilkan dari eksplan meristem bakal tunas aksilar sitokinin yang menyatakan bila auks in clan sitokinin diduga disebabkan bakal tunas aksilar yang terdapat di berada dalam keadaan seimbang maka akan terbentuk ketiak clauD dalam keadaan dorman atau dengan kata kalus (George clan Sherrington, 1984). Sedang untuk lain tidak aktif dalam proses pembelahan clan replikasi perlakuan lainnya (A, C, D clan E) masing-masing sel, sedang replikasi virus berjalan terus-menerus terbentuk kalus, akar, batang, clan tunas. Meskipun sehingga sel-sel bakal tunas aksilar yang dorman terbentuk akar, batang clan tunas pada perlakuan ini mengalami transmisi virus dari sel-sel sekitarnya yang tetap tidak dikehendaki karena proses regenerasinya sudah terinfeksi. Dengan demikian bakal pucuk aksilar diawali dengan pembentukan kalus sehingga kestabilan yang berada di ketiak daun tidak dapat digunakan ,,:~ genetiknya diragukan. Dengan demikian planlet yang sebagai bahan eksplan untuk tujuan eliminasi virus clan

dihasilkan pada perlakuan ini tidak dipertahankan untu~ penyakit sistemik lainnya.

dijadikan sumber bibit. Berdasarkan basil uji NCM-ELISA yang telah

Kultivar-kultivar yang belum mengalami kultur dilakukan menunjukkan bahwa planlet yang dihasilkan meristem secara morfologi terlihat ada bercak-bercak dari kultur meristem tunas pucuk (cv. PN-II, Maria, klorotik pada permukaan bagian atas daun, clauD kecil- Seri, clan Nunfor) bebas dari SPFMV. Sampel analisis kecil, clan menggulung. Setelah mengalami pengujian NCM-ELISA dari basil kultur meristem kultivar-NCM-ELISA menunjukkan bahwa kultivar-kultivar kultivar ubijalar tersebut disajikan pada Gambar 2. yang memperlihatkan bercak-bercak klorotik bereaksi Planlet yang dihasilkan dari kultur meristem tunas positif antiserum SPFMV. Kemungkinan ke empat pucuk selain bebas dari infeksi SPFMV, diduga kultivar ubijalar yang dicobakan pada penelitian ini kemungkinan juga bebas dari penyakit sistemik lainnya tidak hanya diinfeksi oleh SPFMV tetapi juga diinfeksi seperti Sweet potato little leaf (SPLL) yang disebabkan oleh fitoplasma clan virus kompleks ubijalar lainnya. oleh fitoplasma atau juga sering disebut witches broom Gejala serangan yang terjadi bukan hanya gejala atau "sapu setan". Di samping penyakit virus, penyakit serangan SPFMV saja tetapi juga gejala serangan SPLL juga dilaporkan banyak menginfeksi kebun

fitoplasma. Machmud (1998) menyatakan gejaJa koleksi plasma nutfah ubijalar PSUS-Uncen (Rusmadi

penyakit SPFMV pada tanaman ubijalar yang terinfeksi et al., 1998) clan kebun ubijalar masyarakat di Papua kadang-kadang tidak nampak, tetapi beberapa varietas 741 (paiki, 1998). Planlet-planlet dari empat kultivar ubijalar menunjukkan gejala bercak klorotik yang yang dicobakan pada penelitian ini telah dibuktikan samar-samar clan kadang-kadang tepi daun berwarna bebas dari infeksi SPFMV melalui pengujian NCM-unglJ, vein clearing, clan nekrosis. Sedang gejala ELISA. Untuk menyatakan bahwa planlet-planlet ini serangan fitoplasma yaitu tangkai daun clan batang juga bebas dari infeksi virus ubijalar lainnya clan mengecil, serta daun mengecil clan terlipat (Paiki, 1998). fitoplasma masih perlu dilakukan pengujian dengan Gejala klorotik, nekrosis, daun kecil clan terlipat antiserum untuk ViruS ubijalar yang lain, grafting

nampak pada tanaman yang belum mengalami kultur dengan Ipomoea setosa dan analisis polymerase chain

meristem tunas pucuk. reaction (PCR).

Plan let yang dihasilkan dari kultur meristem tunas Meskipun tidak dilakukan pengujian berbagai pucuk, gejala tersebut di atas tidak ditemukan lagi tetapi macam penyakit, selain SPFMV dapat diduga bahwa plan let yang dihasilkan dari meristem bakal tunas planlet-planlet basil kultur meristem pucuk terse but juga aksilar masih menunjukkan gejala klorotik pada bebas dari infeksi fitoplasma karena daerah infeksi permukaan daun. Green et al. (1992) menyatakan klon fitoplasma yaitu pada jaringan silem daD fiDem (Agrios, ubijalar yang telah mengalami kultur meristem terbukti 1995; dan Nakashima et al., 1999). Bagian meristem bebas dari penyakit virus dan penyakit sistemik lainnya tunas pucuk yang digunakan sebagai eksplan pada serta dapat berproduksi lebih tinggi. Hasil penelitian ini penelitian ini belum terbentukjaringan pembuluh (xilem menunjukkan bahwa planlet yang dihasilkan dari kultur dan fiDem). Dengan demikian transmisi fitoplasma meristem tunas pucuk dari empat kultivar ubijalar belum sampai ke bagian tanaman yang dijadikan unggullokal yang dicobakan bebas dari infeksi SPFMV. eksplan, sehingga planlet yang dihasilkan diduga bebas Regenerasi meristem tunas pucuk menghasilkan planlet dari infeksi fitoplasma dan didukung oleh data bebas virus karena proliferasi sel-sel meristem tunas penampakan morfologi basil kultur meristem pucuk pucuk jauh lebih cepat dibanding dengan proliferasi yang telah diaklimatisasi tidak menimbulkan gejala .partitel virus sehingga menyebabkan sel-selnya belum infeksi penyakit (tumbuh sehat).

mengalami transmisi virus. Planlet yang dihasilkan daTi sel-sel tidak mengalami transmisi virus menghasilkan planlet bebas virus. Untuk menyatakan bahwa planlet

86 Barahima, Wasgito Pumomo

(7)

--~--~

Bul. Agron. (31) (3) 81- 88 (2003)

KESIMPULAN Green, S.K., S.C.S. Tsou, S.F. Wu. 1992. The effect of

meristeming on yield, quality and on virus Pengujian NCM ELISA pada planlet yang berasal reinfection of sweet potato. Plant Protection

daTi eksplan pucuk tun\is menunjukkan tidak adanya Bulletin Taipei. 34(3): 192-201.

infeksi SPFMV, hal ini menunjukkan bahwa

pengguna-an pucuk tunas sebagai bahpengguna-an eksplpengguna-an terbukti dapat Machmud, M. 1998. Penyakit virus pada ubijalar.

mengeliminasi SPFMV pada perbanyakan kultur CIP-ESEAP, Bogor. p.29-37.

jaringan ubijalar. Kombinasi perlakuan yang terdiri dari

Media MS yang diperkaya dengan NAA (0.02 mg/l) dan . 1999. Teknik NCM-ELISA untuk

BA (0.2 mg/l) merupakan media terbaik untuk pem- deteksi Ra/stonia so/anacearum. BALIT -BI0

bentukan segmen meristem kultur jaringan ubijalar. Bogor. 9p.

Mulyadi, 1. D. Putu S. 1998. Beberapa hama dan penyakit ubijalar yang ditemukan di lahan

UCAPAN TERIMA KASIH pertanian di kabupaten Jayawijaya. BALIT-BIO

Bogor. p. 11-15. Penulis menyampaikan terima kasih kepada

pengelola Proyek Pengembangan Sebelas Lembaga Murashige, T., F. Skoog. 1962. A rev ice medium for

Pendidikan Tinggi (ADB Loan No. 1253-INO) rapid growth and bioassay with tobacco culture.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Plant Physiol. 15:473-497.

Pendidikan dan Kebudayaan atas dukungan dana yang

diberikan melalui proyek Starter Grant No. 211/HEP/ Nakano, M., S. Fuentes, L.F. Salazar. 1994. Sweet VIII/C.SP.99/SG. 1999, CIP (Central International ~ potato virus deseases detected in the tropics of

i Potato) yang bersedia mengirimkan ELISA Kit untuk South and Central America and South East Asia.

deteksi penyakit ubijalar, dan Dr. Muhammad JIRCAS. 1:58-65.

i

Machmud (BALITBIO) yang telah memberi petunjuk ",

untuk deteksi virus dengan NCM-ELISA. " Nakashima, iK., P. Wongkaew, W. Chaleeprom, P.

;

Sirithorn, T. Hayashi. 1999. Molecular detection

, and charcterization of phytoplasmas that cause sugarcane white leaf disease. JIRCAS. Okinawa

DAFTARPUSTAKA Japan. 7:1-17.

Agrios, G.N. 1995. Plant pathology: Plant disease Noda, T., Y. Takahata, T. Sato. 1994. Sugar

caused by mollicutes (Phytoplasmas and composition on cell wall material from sweet

spiroplasmas. 4th edition. Academic Press. p. 457- potato'differing and stages development, Tissue

470. zone a~d variety. Applied Glucocine. 41 (3):

311-316. Ameny, M.A., P.W. Wilson, M. Hegsted. 1994.

Protein quality wearing baby food from African Ohkoshi, K. 1991. Production of virus-free plant by White Fleshes sweet potato varieties and Apios meristem culture vegetable and ornamental plants.

Americana with pigeon peas added as a Food and Fertilizer Technology Centre. The

complementary protein. Biological Control of Plant Deseases. 42:87-95.

Barahima. 1999. Konservasi plasma nutfah ubijalar Paiki, F.A. 1998. Status penyakit ubijalar di Irian Jaya. asal Irian Jaya secara in vitro. Irian Jaya Agro. CIP-ESEAP, Bogor. p. 1-6.

6(2): 25-35.

Pierik, R.L.M. 1987. In vitro Cultur of Higher Plants. Chen, F .X., W.X. Lin, Z. W. Xiu. 1994. Sweet poatato Martinus Nijhoff Publishers. Netherlands. 344p.

cultivar Jinshan 57. Fujian Agricultural University.

23(3): 243-248. Rusmadi, M. Machmud, D. Erari, C.A. Widyastuti, F.A.

Paiki. Reaksi plasma nutfah ubijalar koleksi PSUS

George, O.L., P.D. Sherrington. 1984. Plant terhadap penyakit daun kecil ubijalar. CIP-ESEAP,

Propagation by Tissue Culture. Hand Book and Bogor. p. 38-42.

Directory of Commercial Laboratories. Exegetics Ltd., England. 790p.

Eliminasi Sweet Potato Feathery Mottle Virus (SPFMV) pada 87

(8)

Shaw, J.F. 1994. Production of high-malt os a syrup and Yoshimoto, M., S. Okuno, M. Yashinaga, O. high protein by product from material that contain Yamakawa. 1998. Antimutagenic activity of starch and protein by enzimatic process. National water extract from sweetpotato. Trop. Agric.

Science Council. 4: 69-79. (Trinidad) 75 (2):308-313.

Widyastuti, C.A. 1998. Pengetahuan petani tentang hama dan penyakit ubijalar. CIP-ESEAP, Bogor. p.7-10. c,jC;P!;'.c ., :,"": ,! : .i ;I ;

:

i ;i " , "

~:i1i:

\ I

88 Barahima, Wasgito Pumomo

Gambar

Tabel 1.  Pertumbuhan  dan perkembangan  meristem tunas ptIcuk dan bakal tunas aksilar yang diku}tur pada media Ub 1 dan diperkaya dengan berbagai konsentarasi  NAA  dan BA.
Gambar 1.  Pertumbuhan  daD perkembangan  bagian meristem tunas pucuk ubijalar yang dikulturkan pada berbagai macam media yang dicobakan

Referensi

Dokumen terkait

Pada Tabel 1, enam topik yang dijadikan bahan penelitian mempunyai skor rerata lebih rendah daripada skor ideal yang artinya mahasiswa mengalami kesulitan tentang

Maka dari itu dengan penulisan agar dalam kapal ini mempunyai sistem pengolah limbah domestik grey water yang bertujuan mengolah kembali dari limbah untuk menjadi

Untuk itu, perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) Komnas Perempuan agar dapat dipakai sebagai pedoman bagi Komnas Perempuan untuk menetapkan sejumlah program berdasarkan

Kekuatan dari aplikasi ini adalah pada keamanan untuk menjaga isi pesan dari pengirim kepada penerima pesan dari penyadap. Dengan menggunakan Algoritma kriptografi AES 128

Artinya 76,5% variabel respon petani terhadap kegiatan teknologi budidaya bawang merah ramah lingkungan di Kabupaten Tegal dapat dijelaskan oleh ketiga

3.3 Hasil Perhitungan Q (kalor) Penekukan Kabel Sebesar 60 ˚. Gambar 3.8 penekukan kabel sebesar 60˚.. 32 Penelitian yang ketiga dilakukan dengan kabel instalasi dengan

biasa disebut dengan sistem informasi akuntansi memerlukan investasi yang tidak murah, tetapi ada keunggulan-keunggulan yang didapatkan dari pengunaan komputer,

Setelah melakukan pembimbingan, telaahan, arahan dan koreksi terhadap penelitian skripsi berjudul :UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN