• Tidak ada hasil yang ditemukan

Request for Proposal (RFP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Request for Proposal (RFP)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Request for Proposal (RFP)

1. Nama Kegiatan Penyusunan Rencana Strategis Penghapusan Kekerasan terhadap

Perempuan dan Pemenuhan Hak Korban Tahun 2020 - 2025

2. Nomor RFP: MAMPU RFP-2019-011 Tanggal: 24 Juni 2019

3. Latar Belakang & Tujuan Umum Kegiatan:

Program MAMPU bertujuan untuk meningkatkan akses perempuan miskin di Indoensia terhadap layanan penting dan program pemerintah lainnya dalam rangka mewujudkan kesetaraan gender dan pemberdayan perempuan.

Melalui MAMPU, organisasi msyarakat sipil (OMS) bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia, parlemen dan berbagai pemangku kepentingan lainnya di tingkat pusat dan daerah untuk menyepurnakan kebijakan, peraturan dan akses terhadap layanan pemerintah yang berdampak pada perempuan miskin dalam lima area tematik berikut:

1. Meningkatkan akses terhadap program perlindungan sosial Pemerintah Indonesia

2. Meningkatkan kondisi pekerjaan dan penghapusan diskriminasi di tempat kerja

3. Meningkatkan kondisi buruh perempuan untuk migrasi keluar negeri 4. Meningkatkan status kesehatan dan gizi perempuan; dan

5. Mengurangi kekerasan terhadap perempuan.

Dalam Tematik-5: Mengurangi kekerasan terhadap perempuan, MAMPU bekerjasama dengan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan / Komnas Perempuan, sebuah lembaga negara yang independen untuk penegakan hak asasi manusia perempuan Indonesia. Periode kepemimpinan Komnas Perempuan ke depan (2020-2024) akan bersamaan dengan periode terakhir pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJPN 2000-2024). Periode ini merupakan momen yang tepat untuk merefleksikan perubahan-perubahan yang terjadi terkait perlindungan dan pemenuhan HAM perempuan terutama hak untuk bebas dari kekerasan dan diskriminasi, baik dalam tataran regulasi, perspektif dan infrastruktur untuk penghapusan kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan, serta bagaimana Komnas Perempuan sebagai mekanisme nasional HAM berkontribusi terhadap perubahan tersebut.

Untuk itu, perlu adanya penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Komnas Perempuan yang akan menjadi pedoman bagi Komnas Perempuan untuk menetapkan program berdasarkan mandatnya, serta akan menjadi rujukan bagi Pemerintah dalam mengembangkan kerangka kerja penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Dokumen Renstra ini akan diserahkan Page 1 of 10

(2)

kepada BAPPENAS agar dapat menjadi rujukan dalam pengembangan Program-Program Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan terhadap Perempuan.

4. Lingkup Pekerjaan: Konsultan Ahli akan mendukung Komnas Perempuan dalam merumuskan

dan menyusun dokumen-dokumen berikut:

1. Konteks Situasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan Tahapan awal ini ditujukan untuk membangun pemahaman yang komprehensif dan kesepakatan mengenai capaian dan perubahan terkini terkait upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan, baik yang dilakukan masyarakat sipil, pemerintah maupun entitas dan kelompok lainnya. Tahapan ini dilakukan melalui dua cara: 2. Visi Nasional (2045), Peta Jalan dan Kerangka Kerja

2020-2024 terkait Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan Indonesia,

Kegiatan ini ditujukan untuk memberikan masukan arah dan kebijakan pemerintah terkait Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan kepada pemerintah, melalui BAPPENAS, untuk mempertajam RPJMN 2020-2024.

3. Renstra Komnas Perempuan (2020-2024)

Fokus tahapan ini adalah pengembangan instrumen strategi kerja dan penyikapan berdasar pengawasan terhadap kebijakan, regulasi dan pelaksanaan program/kegiatan rinci terkait pencegahan kekerasan terhadap perempuan.

5. Output: Rumusan konteks situasi terkini terkait dengan upaya Penghapusan

Kekerasan terhadap Perempuan

• Dokumen Rencana Strategis Komnas Perempuan (2020-2024),

sebagai rujukan dokumen bagi komisioner periode selanjutnya.

• Dokumen rumusan Visi Nasional (2020-2045), Peta Jalan

Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan Indonesia 2020-2024

6. Jadwal Pelaksanaan

Kegiatan:

Kegiatan ini diperkirakan akan berlangsung selama 6 (enam) Bulan dimulai pada Juli 2019 s.d. Desember 2019.

7. Lokasi Lokasi kegiatan di Jakarta dan/atau kota lain jika diperlukan sesuai

dengan rencana kerja yang ditawarkan oleh konsultan.

(3)

8. Persyaratan /

Kualifikasi Organisasi Penyedia

• Memiliki pengalaman minimal 7 tahun dalam melaksanakan program ditingkat nasional dan daerah yang terkait dengan kesetaraan gender, penghapusan kekerasan terhadap perempuan, pembangunan masyarakat dan/atau pengembangan kapasitas.

• Memiliki pengalaman sebagai pelaksana kegiatan penyusunan renstra / rencana kerja organisasi.

• Personil di perusahaan ini memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai di melakukan perencanaan program dan fasilitasi kegiatan. • Bersedia untuk memenuhi tenggat waktu yang ketat dengan anggaran

yang telah disepakati

• Memiliki pengalaman dalam memfasilitasi pertemuan (lokakarya dan pelatihan) yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan.

• Mampu menunjukkan pemenuhan prinsip kesetaraan gender dan

pemberdayaan perempuan

• Menunjukkan kemampuan metodologis yang baik dan memiliki

kemampuan untuk bekerja sama secara efektif dengan masyarakat, pemerintah pusat maupun daerah, tim MAMPU, serta mitra MAMPU. • Tim konsultan dan tim pelaksana kegiatan memiliki latar belakang dan

pengalaman kerja yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan dalam proyek ini.

• Pengalaman terlibat dalam program MAMPU atau program DFAT

lainnya akan terjadi sebuah keuntungan

9. Konsultan Ahli Berdasar TOR, dibutuhkan 3 tenaga ahli yang saling melengkapi, dengan

kualifikasi sebagai berikut:

• Memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang kekerasan terhadap perempuan selama minimal 7 (tujuh) tahun

• Pendidikan minimal S2 bidang Sosial (terutama yang mengambil mata kuliah gender/development/hukum);

• Memiliki pengalaman dalam penyusunan rencana strategis

pembangunan;

• Memiliki inisiatif, bertanggungjawab, dapat bekerja mandiri dan bekerjasama dalam tim.

• Memiliki keterampilan pengalaman dalam fasilitasi

pertemuan/workshop selama minimal 5 (lima) tahun

• Memiliki pengalaman menulis dan dibuktikan dengan contoh2 tulisan yang telah dihasilkan selama ini.

• Memiliki pengetahuan luas tentang kekerasan terhadap perempuan.

• Memiliki jaringan luas dengan stakeholders yang fokus di bidang pencegahan kekerasan terhadap perempuan 

10. Format Penawaran /

Proposal

Proposal harus dapat memberikan informasi yang jelas dan memadai dengan menggunakan format sebagai berikut:

(4)

A. Proposal Teknis

Proposal singkat yang dapat menjelaskan:

• Tanggapan atas RFP dan TOR / Kerangka Acuan Kerja (KAK), metode dan rencana kerja untuk mencapai hasil / output yang diharapkan • Resume / CV dari setiap personalia yang menjadi tim pelaksana

kegiatan termasuk latar belakang pendidikan, pengalaman kerja dan keterampilan dari masing-masing individu.

• Penjelasan singkat dan jelas mengenai tugas dan tanggung jawab dari setiap anggota tim.

• Jadwal pelaksanaan kegiatan

Catatan:

-Isi proposal harus merujuk pada RFP dan TOR ini.

-Calon penyedia dipersilahkan untuk menambahkan atau melakukan perubahan / adaptasi yang dirasa perlu untuk lebih menjelaskan proposalnya.

B. Proposal Harga

• Rate harian/bulanan dari konsultan / SDM yang terlibat dalam pelaksanaan kontrak kerja ini.

• Biaya workshop / transportasi / akomodasi yang diperlukan dalam oleh organisasi dalam penyusunan strategi kampanye, implementasi dan pelaporan kegiatan.

Catatan:

-Biaya workshop/ transportasi/ akomodasi bersifat “reimbursable” dan akan dibayarkan sesuai dengan biaya aktual.

-MAMPU dapat melakukan penyesuaian biaya workshop, transportasi, akomodasi dan perdiem, sesuai dengan peraturan MAMPU.

11. Penyampaian Proposal • Proposal harus sudah diterima MAMPU, selambatnya tanggal 7 Juli 2019

• Proposal dikirimkan melalui email ke:

mnurwaskito@mampu.or.id dan cc ke: gpraceka@mampu.or.id • Mohon menuliskan:

“Proposal MAMPU: Penyusunan Renstra Komnas Perempuan 2020-2024” pada subject line email.

• Format proposal terlampir

12. Evaluasi Proposal MAMPU akan melakukan penilaian Proposal terhadap aspek Teknis dan

Harga. Proposal akan dievaluasi berdasarkan Kriteria Seleksi sebagai berikut:

• Kapasitas Organisasi untuk melaksanakan pekerjaan yang diminta termasuk pengalaman dalam melakukan kegiatan sejenis.

• Metodologi yang diusulkan / Strategi kerja untuk memberikan layanan Page 4 of 10

(5)

seperti yang dipersyaratkan dalam TOR termasuk rencana penyampaian hasil kerja (deliverables) dan jadwal pelaksanaan pekerjaan

• Kualifikasi, keahlian dan pengalaman tim pelaksana • Proposal Keuangan

13. Pertanyaan dan

klarifikasi

Semua pertanyaan atau permintaan klarifikasi mengenai RFP ini dapat disampaikan melalui email ke: mnurwaskito@mampu.or.id

14. Ownership All materials developed under this contract exclusively belong to MAMPU.

15. Terms and Conditions: This request for quotation is issued by MAMPU under the terms and conditions of the MAMPU Service Contract / MAMPU Services Standing Offer. MAMPU reserves the right to: seek Quotes from any organisation; accept or reject any Quote; terminate, extend or vary its selection process for the Services; seek information or negotiate with any organisation that has not been invited to submit a Quote; terminate negotiations at any time and commence negotiations with any other organisation; evaluate bids as MAMPU sees appropriate; and negotiate with any one or more organisations.

*“MAMPU is a child-safe organisation. We have strong recruitment procedures to make sure the safest and most suitable people work with the children in our programs.”*

*“MAMPU also encourage people with disabilities and from other diverse backgrounds to apply. We do not discriminate based on disability.”*

(6)

Terms of Reference

Kerangka Acuan Kerja

Penyusunan Rencana Strategis Penghapusan Kekerasan terhadap

Perempuan dan Pemenuhan Hak Korban, Tahun 2020 - 2025

Komnas Perempuan, Juni - November 2019

I.

LATAR BELAKANG

Bangsa Indonesia sudah melewati dua dekade Reformasi, dengan sejumlah kemajuan dan tantangan dalam upaya pemenuhan HAM, khususnya HAM perempuan. Refleksi gerakan perempuan pada peringatan 20 tahun Reformasi (Mei 2018) menyimpulkan bahwa, perjuangan gerakan perempuan selama kurun waktu ini telah berhasil mencapai pengakuan formal negara, tetapi pengakuan formal tersebut belum diikuti

dengan redistribusi kuasa (power) kepada perempuan, baik di aras makro maupun mikro. Menguatnya

politik identitas mempersubur tumbuhnya gerakan-gerakan atas nama agama yang menggunakan cara teror dan mendomestikkan perempuan kembali. Reformasi di bidang ekonomi tidak cukup memperbaiki ketimpangan penghasilan perempuan dan laki-laki pekerja. Kesenjangan sosial justru semakin menguak lebar kendati pertumbuhan ekonomi nasional semakin meningkat. Menguatnya gerakan dan protes perempuan buruh dan petani, karena dirampasnya ruang hidup mereka untuk kepentingan industri, menunjukkan belum adanya keadilan sosial. Keseluruhan situasi ini tidak terlepas dari perkembangan

global yang mengarah pada gerakan otoritarianisme dan terorisme yang meluas1.

Dalam konteks penghapusan kekerasan terhadap perempuan di Indonesia, selama 20 tahun reformasi, Negara telah mengeluarkan sejumlah regulasi yang kondusif untuk mencegah dan menanggulangi kekerasan terhadap perempuan. Namun regulasi-regulasi tersebut belum sepenuhnya dijalankan, bahkan hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya terus berlangsung tanpa penyikapan. Lembaga-lembaga khusus yang dibentuk untuk menangani kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan pasca reformasi, tidak didukung dengan sumberdaya yang memadai agar mampu menjalankan peran dan fungsinya secara maksimal. Inisiatif masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan sejauh ini masih dilihat sebatas bentuk partisipasi masyarakat, tanpa upaya yang sistemik untuk mendukung

keberlanjutan inisiatif tersebut. Gender budgeting yang belum sepenuhnya berjalan dalam sistem

perencanaan pembangunan, telah menghambat akses perempuan terhadap pemenuhan hak-hak konstitusionalnya, termasuk dalam hal ini akses perempuan korban kekerasan. Situasi ini berlangsung

1Disarikan dari Pernyataan Sikap Komnas Perempuan tentang Refleksi Dua Puluh Tahun Reformasi, Keterlibatan

Perempuan, dan Demokrasi Pasca 1998;

Page 6 of 10

(7)

bersamaan dengan lahirnya 421 kebijakan diskriminatif di tingkat daerah, yang 333 diantaranya menyasar

langsung kepada perempuan2.

Sebagai mekanisme nasional HAM dengan mandat khusus penghapusan kekerasan terhadap perempuan, Komnas Perempuan telah melakukan sejumlah upaya untuk menyikapi situasi penegakan HAM perempuan, khususnya yang berkaitan dengan kekerasan. Berbasis hasil pemantauan, sejumlah rekomendasi bagi pemenuhan hak korban dan perbaikan sistem hukum telah disampaikan kepada negara dan masyarakat. Sejumlah mekanisme pemulihan bagi perempuan korban telah dikembangkan untuk dapat digunakan oleh lembaga-lembaga penyedia layanan. Upaya meningkatkan partisipasi publik dalam penghapusan kekerasan terhadap perempuan terus dilakukan, termasuk dengan melibatkan institusi agama, lembaga pendidikan, lembaga adat dan korporasi. Untuk memperkuat perannya sebagai mekanisme HAM, Komnas Perempuan juga terus merawat dan mengembangkan jaringan advokasinya di tingkat internasional. Sebagian dari upaya ini telah menghasilkan perubahan situasi yang lebih kondusif bagi pemenuhan hak korban dan penghapusan kekerasan terhadap perempuan, namun sebagian lainnya masih pada tataran membangun pengetahuan publik dan pengambil kebijakan dalam mengidentifikasi persoalan.

Salah satu isu yang terus muncul dan menguat dalam 12 tahun terakhir terkait status kelembagaan dan mandat Komnas Perempuan. Publik menghendaki ditingkatkannya status kelembagaan Komnas Perempuan dengan mengubah landasan hukumnya dari Perpres menjadi UU, agar Komnas Perempuan bisa berperan dalam sistem pengambilan keputusan negara, dan ikut dalam sistem peradilan pidana dan HAM. Komnas Perempuan diharapkan memiliki wewenang memeriksa bukti-bukti yuridis dan mengajukan pelaku ke pengadilan yang khusus untuk kekerasan berbasis gender.

Pandangan publik ini tentu perlu disikapi Komnas Perempuan secara komprehensif dan mendalam. Sebagai mekanisme nasional HAM, Komnas Perempuan perlu menguatkan status hukumnya supaya tak makin termarjinalkan dimata negara, namun juga tak hilang dalam aras gerakan sosial. Komnas Perempuan tetap harus mengakar pada basis kekuatan masa sebagai landasan sosiologis-kultural. Untuk itu pula penyikapan terhadap tuntutan penguatan status hukum dan perluasan mandat Komnas Perempuan perlu diletakkan dalam skema perbincangan pembangunan visi ke depan dan Rencana Strategis Komnas Perempuan Dengan sejumlah tantangan yang masih akan terus dihadapi, Komnas Perempuan perlu merefleksikan strategi dan pendekatan yang ada dan mengenali perubahan-perubahan yang dicapai serta yang masih harus diupayakan. Melalui pengenalan ini, Komnas Perempuan dapat merumuskan strategi baru dan pendekatan yang sesuai di masa depan. Periode kepemimpinan Komnas Perempuan ke depan (2020-2024) akan bersamaan dengan periode terakhir pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN 2000-2024). Periode ini merupakan momen yang tepat untuk merefleksikan perubahan-perubahan yang terjadi terkait perlindungan dan pemenuhan HAM perempuan terutama hak untuk bebas dari kekerasan dan diskriminasi, baik dalam tataran regulasi, perspektif dan infrastruktur untuk penghapusan kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan, serta bagaimana Komnas Perempuan sebagai mekanisme nasional HAM berkontribusi terhadap perubahan tersebut.

2Hasil Pendokumentasian Kebijakan Diskriminatif dan Kondusif yang dilakukan Komnas Perempuan sejak 2009

s.d 2016

Page 7 of 10

(8)

Untuk itu, perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) Komnas Perempuan agar dapat dipakai sebagai pedoman bagi Komnas Perempuan untuk menetapkan sejumlah program berdasarkan mandatnya, dan menjadi rujukan bagi Pemerintah dalam mengembangkan kerangka kerja penghapusan kekerasan terhadap perempuan pada 5 tahun terakhir pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 1999-2024. Dokumen Renstra ini akan diserahkan kepada BAPPENAS agar dapat menjadi rujukan dalam pengembangan Program-Program Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan terhadap Perempuan.

II.

TUJUAN:

1. Melakukan review dan brainstorming mengenai konteks situasi terkait pencapaian dan perubahan,

serta tantangan dalam mendorong upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan

2. Menetapkan dan menyusun Renstra (2020-2024) Komnas Perempuan, sebagai acuan bagi

pelaksanaan mandat Komnas Perempuan selama 6 (enam) tahun ke depan (2020 – 2025).

3. Menyusun Peta Jalan dan Kerangka Kerja Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan Indonesia

2020-2024, yang akan diintegrasikan dalam Pengembangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024;

III.

OUTPUT:

1. Rumusan konteks situasi terkait upaya Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan

2. Dokumen Rencana Strategis Komnas Perempuan (2020-2024), sebagai rujukan dokumen bagi

komisioner periode selanjutnya.

3. Dokumen Peta Jalan Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan Indoensia 2020-2024

IV.

TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN:

Pelaksanaan kegiatan dilakukan dalam beberapa tahapan. Sebagai langkah awal, perlu dilakukan kick-off meeting antara Tim Inti Komnas Perempuan dan Tim Konsultan Ahli untuk mempertajam TOR dan rencana aksi (workplan) ke depan. Dibawah ini merupakan gambaran kegiatan secara garis besar:

1. Perumusan Konteks Situasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan

Tahapan awal ini ditujukan untuk membangun pemahaman yang komprehensif dan kesepakatan mengenai capaian dan perubahan terkini terkait upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan, baik yang dilakukan masyarakat sipil, pemerintah maupun entitas dan kelompok lainnya. Tahapan ini dilakukan melalui dua cara:

1.1. Review data sekunder; Tim Pelaksana kegiatan melakukan review terhadap dokumen-dokumen

penting mengenai situasi kekerasan terhadap perempuan di Indonesia.

1.2. Lokakarya brainstorming dengan Tim Inti Komnas Perempuan dan Konsultan Ahli, serta para

pihak terkait lainnya; Lokakarya ditujukan untuk menggali lebih dalam mengenai konteks situasi penghapusan kekerasan terhadap perempuan. Tahapan ini dilakukan secara internal dan eksternal. Page 8 of 10

(9)

Mendapatkan masukan konteks situasi KtP, mengidentifikasi modalitas dan masukan dari mitra arah kerja dan penyikapan strategis terkait penghapusan KtP.

1.3. Perumusan dan penulisan temuan hasil review dan lokakarya; Konsultan Penulis merangkum dan

merumuskan konteks situasi pencegahan kekerasan terhadap perempuan, yang akan menjadi dasar dan referensi bagi pengembangan dokumen visi nasional, peta jalan, dan renstra Komnas Perempuan.

2. Penyusunan Peta Jalan dan Kerangka Kerja Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan Indonesia

2020-2024

Kegiatan ini ditujukan untuk memberikan masukan arah dan kebijakan pemerintah terkait Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan kepada pemerintah, melalui BAPPENAS, untuk mempertajam RPJMN 2020-2024.

2.1. Review data sekunder; Tim Konsultan Ahli melakukan quick review terhadap dokumen-dokumen

RPJPN (1999-2024) dan RPJMN (2015-2020) dan laporan penting pencapaian upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan.

2.2. Lokakarya brainstorming dengan Pemerintah, Masyarakat Sipil dan Entitas dan Kelompok terkait

lain; Tim Pelaksana mempresentasikan draf awal visi nasional, peta jalan dan kerangka kerja kepada stakeholders terkait dan menerima masukan untuk perbaikan.

2.3. Perumusan dan penulisan Peta Jalan dan Kerangka Kerja; Tim Penulis merangkum dan menyusun

draf awal Visi Nasional, Peta Jalan dan Kerangka Kerja untuk direview dan menerima masukan dari Tim Inti Komnas Perempuan untuk perbaikan lebih lanjut.

3. Penyusunan Renstra Komnas Perempuan

Fokus tahapan ini adalah pengembangan instrumen strategi kerja dan penyikapan berdasar pengawasan terhadap kebijakan, regulasi dan pelaksanaan program/kegiatan rinci terkait pencegahan kekerasan terhadap perempuan.

3.1. Lokakarya untuk menetapkan rencana strategis dan perubahan yang akan dicapai

3.2. Penulisan Dokumen Rencana Strategis Komnas Perempuan tentang Penghapusan Kekerasan

terhadap Perempuan (2020-2025).

V.

TIM PELAKSANA

Untuk pelaksanaan kegiatan yang tertuang dalam TOR ini, akan dibentuk Tim Pelaksana yang terdiri dari Tim Inti Komnas Perempuan dan Tim Konsultan Ahli, yang merupakan konsultan yang akan memfasilitasi proses penyusunan Rencana Strategis Komnas Perempuan 2020-2025 dan menyusun dokumen-dokumen yang akan menjadi output TOR ini. Kegiatan akan diawali dengan pertemuan awal antar Tim Inti Komnas Perempuan dan Tim Konsultan Ahli untuk menyempurnakan rencana kerja dan strategi pelaksanaan kegiatan ke depan.

(10)

Komposisi Tim Pelaksana

a. Tim Inti Komnas Perempuan, terdiri dari Pimpinan Komnas Perempuan, dan Staf Bidang

Perencanaan Monitoring dan Evaluasi Komnas Perempuan. Jumlah 4 orang.

b. Tim Konsultan Ahli terdiri dari 3 orang: 2 orang Fasilitator dan 1 Penulis

VI.

JADWAL PELAKSANAAN

Kegiatan ini akan dilaksanakan dalam jangka waktu 6 bulan, segera setelah TOR disetujui dan paling lambat hingga akhir November 2019. Dokumen ini akan dijadikan referensi kepemimpinan komisioner yang baru, yang akan menjalani orientasi pada bulan Desember 2019.

Kegiatan Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des

1. Pengumpulan dan konsolidasi data x x x x 2. Review data sekunder x x x x 3. Lokakarya konteks situasi x x x x 4. Lokakarya Visi, peta jalan x x 5. Lokakarya renstra x x 6. Perumusan dan Penulisan x x x x x x x x 7. Sosialisasi x x Page 10 of 10

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan edukasi cara mencuci tangan sehat sesuai panduan WHO dilaksanakan dengan metode daring (Gambar 4) yang meliputi penyampaian materi mengenai COVID-19 di

Menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 dalam Nugroho (2009:2), Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

bahwa u n t u k menyajikan piutang Satuan Kerja Perangkat Daerah lingkup Pemerintah Kabupaten Pacitan dengan nilai bersih yang dapat direalisasikan, diperlukan penyesuaian

Limbah cair kelapa sawit (LCKS) dikumpulkan di dalam bak penampungan (F-101), dimana pada bagian atasnya terdapat screening filter (H-102 A/B) yang bertujuan untuk

Pengertian pemasaran itu sendiri sebenarnya merupakan proses perenacanaan dan eksekusi dari kegiatan pembentukan konsep, penetapan harga, penetapan strategi

Ini juga sesuai dengan hasil identifikasi molekuler spesimen jamur DE dan PB, membuktikan bahwa kedua spesimen jamur tersebut merupakan pelapuk putih yang memiliki

Peningkatan kadar kolesterol dalam serum darah antara lain disebabkan oleh terganggunya mekanisme dalam pengubahan kolesterol menjadi asam empedu dan berbagai senyawa

Hasil Perhitungan persen penurunan Kadar Asam Urat perbandingan antar kelompok ANAVA. Tests