• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Perilaku Prososial Pada Remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Antara Kecerdasan Spiritual Dengan Perilaku Prososial Pada Remaja"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

oleh :

ANIDA UMI NUR ARIFAH F 100 140 236

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)
(3)
(4)
(5)

1

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA

Abstrak

Perilaku prososial diperlukan oleh remaja untuk hidup berdampingan di masyarakat guna mencukupi kebutuhan hidupnya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan spiritual dengan perilaku prososial pada remaja. Hipotesisnya adalah ada hubungan positif antara kecerdasan spiritual dengan perilaku prososial pada remaja. Populasi pada penelitian ini berjumlah 399 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Karanggede kelas VII & VIII yang berjumlah 130 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah

cluster non random sampling dengan mengambil 4 kelas. Metode pengumpulan

data menggunakan pendekatan kuantitatif dan alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah skala Perilaku Prososial dan skala Kecerdasan Spiritual. Metode analisis yang digunakan adalah teknik product moment. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil koefisien korelasi sebesar 0.621; sign (p) = 0.000 (p>0.01) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan spiritual dengan perilaku prososial. Semakin tinggi kecerdasan spiritual pada remaja maka semakin tinggi pula perilaku prososial. Tingkat kecerdasan pada penelitian ini tergolong tinggi dan tingkat perilaku prososial tergolong tinggi. Sumbangan efektif (SE) dari kecerdasan spiritual adalah 39% dan masih terdapat 61% dari faktor lain yang mempengaruhi perilaku prososial yaitu self-gain dan emphaty.

Kata kunci : kecerdasan spiritual, perilaku prososial, remaja. Abstract

Prosocial behaviour is needed by adolescents to co-exist in the community, because everyone requires help of others to meet the necessities of life. The purpose of this researchis to determine the relationship between spiritual intelligence and prosocial behaviour in teenagers. The hypothesis is that there is a positive relationship between spiritual intelligence and prosocial behaviour in teenagers. Population is 399 and subjects in this research is students of SMP Negeri 1 Karanggede class VII & VIII which amounted to 130 students. The sampling technique is used cluster non random sampling wit. The method of collecting data in this research is using quantitative approach and measuring tool used in this research is the scale of Prosocial Behaviour and the scale of Spiritual Intelligence. The method of analysing data is used product moment technique. The result of this research is r = 0.621; p = 0.000 indicating that there is a significant positive relationship between spiritual intelligence and prosocial behaviour. The higher the spiritual intelligence in teenagersso the higher the prosocial behaviour. The level of spiritual intelligence and the level of prosocial behaviour in this researchis high. The effective contribution (SE) of spiritual intelligence is 39% and there are still 61% of other factors that influence prosocial behaviour this self-gain and emphaty.

(6)

2 1. PENDAHULUAN

Sekolah merupakan instansi untuk mendidik siswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Bentuk kegiatan disekolah adalah interaksi dengan teman maupun guru. Interaksi antar siswa dapat berupa saling menyapa dan membantu jika ada individu yang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perilaku ini menjadi hal penting untuk melatih individu untuk hidup bermakna dengan cara membantu keadaan orang lain yang kesulitan.

Kasus yang menunjukkan rendahnnya perilaku prososial seperti yang dilaporkan oleh Zainal (2015) di Polewali, Sulawesi Barat ditemukan kasus siswa yang mencontek saat ujian ada juga siswa yang bertukar lembar jawab saat ujian berlangsung. Hal serupa ditemukan kasus remaja yang memiliki perilaku prososial yang rendah, berdasarkan fakta dilapangan terdapat remaja di Rantepao, Makassar yang dilaporkan oleh Achmad (2016) selama kurun waktu lima tahun terakhir terdapat lima siswa yang dikeluarkan oleh pihak sekolah karena melakukan pelanggaran seperti tidak jujur saat membeli makanan di kantin kejujuran. Bentuk ketidak jujuran dari remaja tersebut yaitu mengambil makanan namun tidak membayar.

Liauw (2014) melaporkan bahwa ada remaja yang tidak bersedia memberi tempat duduk kepada ibu hamil saat berada di kereta listrik. Kejadian ini menunjukkan rendahnya perilaku prososial, hal tersebut bertentangan dengan nilai yang seharusnya diterapkan oleh remaja. Rendahnya perilaku prososial dikalangan remaja menjadi hal yang penting untuk diperhatikan, karena remaja individu yang disiapkan untuk mengisi berbagai posisi dalam masyarakat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013) salah satu SMP di Semarang terdapat remaja yang menunjukkan rendahnya perilaku prososial, yaitu terdapat remaja yang tidak memberi pertolongan kepada teman yang sedang terjatuh didepan umum. Terdapat siswa yang pandai kurang peduli terhadap teman yang kurang pandai yang berakibat tidak memberi pertolongan untuk menjelaskan materi kepada teman yang belum paham. Hal serupa juga ditemukan pada penelitian Rianggareni & Wahyuningrum (2015) di salah satu SMP yang berada di Boyolali yakni terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam bekerja

(7)

3

sama dengan orang lain, terutama dalam menyelesaikan tugas kelompok saat dikelas.

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari pihak SMP N 1 Karanggede bahwa terdapat siswa yang mengganggu teman yang sedang fokus mendengarkan penjelasan dari guru, setelah diberi tugas kelompok terdapat siswa yang tidak berkontribusi untuk menyelesaikan tugas tersebut. Siswa enggan meminjamkan alat tulis kepada teman karena takut jika rusak. Kemudian terdapat siswa yang memberi pertolongan kepada teman yang dekat saja.

Kartono (2013) menjeaskan perilaku prososial adalah suatu perilaku sosial yang menguntungkan dan di dalamnya terdapat unsur-unsur kebersamaan, kerjasama, kooperatif dan altruism. William (Dayakisni & Hudaniah, 2006) membatasi perilaku prososial secara lebih rinci sebagai perilaku yang memiliki intensi untuk mengubah keadaan fisik atau psikologis penerima bantuan dari kurang baik menjadi lebih baik, dalam arti secara material maupun psikologis. Perilaku prososial bertujuan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan orang lain.

Staub (Dayakisni & Hudaniah 2006) menjelaskan faktor yang mempengaruhi perilaku prososial yaitu yaitu Self-gain, Personal values and norms dan Empathy. Kemunculan perilaku prososial disebabkan oleh orientasi pada nilai. Orientasi nilai tersebut termasuk kedalam kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang digunakan untuk mengatasi permasalahan makna hidup untuk menetapkan tindakan yang akan dilakukan, kemampuan untuk membangun hidup yang bermakna dengan menghubungan antara diri pribadi dengan kehidupan.

Zohar & Marshall (2007) mendefinisikan kecerdasasn spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Wahab & Umiarso (2016) menjelaskan orang yang memiliki kecerdasan spiritual mampu mengintegrasi

(8)

4

kekuatan otak dan hati manusia dalam membangun karakter dan kepribadian tangguh, berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan.

Berdasarkan uraian diatas perilaku prososial pada remaja mengalami penurunan dalam hal tolong menolong, berbagi dengan orang yang membutuhkan serta kurang kontribusi terhadap tugas kelompok. Peneliti ingin membuktikan ada hubungan positif antara Kecerdasan Spiritual dengan Perilaku Prososial pada Remaja.

2. METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi adalah siswa SMP N 1 Karanggede berjumlah 399 orang dan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 130 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan custer non random sampel. Alat pengumpul data menggunakan skala kecerdasan spiritual dan skala perilaku prososial. Aspek-aspek perilaku prososial yaitu lima aspek yang terdiri dari, kerja sama, berbagi, menolong, bertindak jujur dan berderma mengacu pada teori Eisenberg & Mussen (Darmawan, 2015). aspek prososial yaitu. Aspek-aspek kecerdasan spiritual yaitu kemampuan bersikap fleksibel, tingkat kesadaran diri yang tinggi, kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit, kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai, keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu, berpandangan holistik, kecenderungan untuk bertanya “Mengapa” atau “Bagaimana jika” untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar, kemampuan untuk hidup mandiri Zohar & Marshall (2007).

Teknik analisis yang digunakan yaitu teknik korelasi product moment. Kedua skala tersebut di uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas berdasarkan formula Aiken’s dan uji reliabilitas diperoleh 35 aitem perilaku prososial dan 36 aitem kecerdasan spiritual. Koefisien validitas skala bergerak dari dari 0.833 sampai dengan 1 dan reliabilitas sebesar 0.793. Koefisien validitas bergerak dari 0.83 sampai dengan 1 dengan reliabilitas skala perilaku prososial sebesar 0.876. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan menggunakan analisis product

(9)

5

korelasi ( ) = 0.621 dengan sign 0.00; (p . Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan spiritual dengan perilaku prososial pada remaja, yang artinya bahwa semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin tinggi pula kecerdasan spiritual dan sebaliknya semakin rendah kecerdasan spiritual maka semakin rendah kecerdasan spiritual.

Terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku prososial, Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku prososial menurut Staub (Dayakisni & Hudaniah 2006) yaitu Self-gain, Personal values and norms dan

Empathy. Faktor Personal values and norms merupakan faktor yang signifikan

mempengaruhi perilaku prososial pada diri individu. Adanya nilai-nilai dan norma sosial yang diinternalisasikan oleh individu selama mengalami sosialisasi dan sebagian nilai-nilai serta norma tersebut berkaitan dengan tindakan prososial, seperti berkewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan serta adanya norma timbal balik. Perilaku prsososial individu akan meningkat apabila individu memiliki nilai, nilai tersebut salah satunya adanya kecerdasan spiritual. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Zohar & Marshall (2007) mendefinisikan kecerdasasn spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau

value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam

konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

Remaja yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi menjadikan individu tersebut mampu untuk mencari makna dalam hidupnya, mampu memberikan pertolongan kepada orang lain dan terjadinya kelangsungan hidup yang harmonis. Hal ini sesuai dengan pendapat Wahab & Umiarso (2016) yakni orang yang memiliki kecerdasan spiritual mampu mengintegrasi kekuatan otak dan hati manusia dalam membangun karakter dan kepribadian tangguh, berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan.

Tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi cenderung memiliki hubungan yang baik terhadap sesama manusia. Hubungan tersebut dapat berupa tolong menolong, mengatakan hal yang sebenarnya dan memberi kepada orang yang

(10)

6

tidak mampu. Hal ini sesuai dengan pendapat Shaffer yaitu segala tindakan yang menguntungkan orang lain seperti berbagi dengan seseorang yang kurang beruntung, menghibur seseorang yang sedang berduka, menyelamatkan orang yang tertekan, bekerja sama dengan seseorang, atau membuat orang merasa senang dengan cara memuji keahliannya (Darmadji, 2011).

Kecerdasan spiritual merupakan faktor penting untuk remaja dalam membentuk diri yang berkarakter dan peduli dengan orang lain. Hal ini selaras dengan hasil penelitian dari Yaumi & S. Sirate (2014)yang menyebutkan kecerdasan spiritual diperlukan untuk memperbaiki karakter siswa dengan cara mengintegrasi beberapa nilai karakter dalam konten kejujuran, kerjasama, adil dan bijaksana, penolong, jujur, dan amanah.

Remaja yang melakukan prososial remaja yang memiliki perilaku prososial tinggi disebabkan karena terbiasa dengan menolong teman yang kesusahan, meminjamkan alat tulis kepada teman yang tidak membawa dan bertindak jujur kepada sesama. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Frisnawati (2012) terdapat korelasi positif yang signifikan antara kecenderungan perrilaku prososial dan intensitas menonton tayangan Reality Show. Tayangan tersebut bertema kehidupan sosial yang menggambarkan kisah kehidupan nyata seperti menguji kepekaan diri terhadap kesusahan orang lain yang dapat di tiru oleh remaja.

Remaja yang memiliki perilaku prososial tinggi berarti orang tersebut memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi. Hal tersebut membuat remaja mampu menjadi individu yang berpotensi untuk mencari makna dalam hidupnya, sesuai dengan hasil penelitian Yantiek (2014) yaitu kecerdasan spiritual memiliki hubungan dengan perilaku prososial pada remaja, ditemukan semakin tinggi kecerdasan spiritual pada remaja maka semakin tinggi pula perilaku prososial pada remaja.

Hasil hasil analisis variabel perilaku prososial menunjukkan rerata empirik pada sebesar 113.2385 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 87.5 yang berarti perilaku prososial termasuk dalam kategori tinggi. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa siswa SMP Negeri 1 Karanggede memenuhi aspek-aspek perilaku

(11)

7

prososial yang dikemukakan oleh Eisenberg & Mussen (Darmawan, 2015) yaitu berbagi, menolong, kerjasama, bertindak jujur, berderma.

Hasil analisis variabel kecerdasan spiritual dapat diketahui bahwa rerata empirik (RE) sebesar 117.1923 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 90 yang berarti kecerdasan spiritual termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti siswa SMP Negeri 1 Karanggede memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi dan memiliki kemampuan dalam mencari makna dalam hidupnya. Hal tersebut memenuhi aspek kecerdasan spiritual dari Zohar & Marshall (2007).

Sumbangan efektif dari kedua variabel tersebut dapat dilihat dari koefisien determinasi R² = 0.386 yang menunjukkan bahwa variabel bebas (kecerdasan spiritual) mempengaruhi variabel terikat (perilaku prososial) yakni sebesar 39% dan 61% kemudian sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang lainnya menurut Staub (Dayakisni & Hudaniah 2006) yaitu Self-Again, dan Empathy. Kesimpulan dari penelitian ini kecerdasan spiritual memiliki kontribusi sebesar 39%.

Kelemahan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah pada saat penelitian berlangsung ada waktu yang mendekati waktu istirahat, sehingga fokus dari subjek terganggu.

4. PENUTUP

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan perilaku prososial pada remaja. Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin tinggi perilaku prososial pada remaja. Tingkat perilaku prososial dan kecerdasan spiritual pada SMP N 1 Karanggede tergolong tinggi, begitu pula sebaliknya, semakin rendah kecerdasan spiritual maka semakin rendah pula perilaku prososial pada remaja di SMP N 1 Karanggede. Berdasarkan sumbangan efektif variabel kecerdasan spiritual sebesar 39% hal ini masih terdapat 91% faktor lainnya yang mempengaruhi perilaku prososial yaitu Self-gain, dan Empathy.

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan maka saran yang dapat diberikan yaitu peneliti memberikan informasi pentingnya meningkatkan perilaku prososial dengan cara kecerdasan spiritual. Untuk

(12)

8

meningkatkan perilaku prososial pada siswa dengan cara diadakan peraturan untuk siswa untuk mengisi kotak amal setiap hari Jum’at secara rutin untuk menjenguk teman yang kekurangan. Bagi subjek : Peneliti mengharapkan agar subjek meningkatkan perilaku prososial dengan cara menanamkan kepedulian kepada teman yang lainnya, selalu peka dengan kesusahan orang lain, aktif mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak sekolah. Bagi peneliti selanjutnya : Hasil penelitian ini diharapkan menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya dalam melakukan penelitian, sehingga hasil penelitian ini dapat memberi kontribusi pada peneliti lain. Peneliti selanjutnya diharapakan untuk menambah teknik pengumpulan data seperti teknik wawancara untuk memperdalam data yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA

Assegaf, J. S. (2017). Bukannya Ditolong, Remaja Tenggelam di Danau hingga

Tewas Malah Direkam dan Ditertawakan. Jakarta: Liputan6.com.

Carlo, G., & Randall, B. A. (2002). Development of a Measure of Prosocial Behaviors for Late Adolescents. Journal of Youth and Adolescence, 31(1), 31-44.

Darmadji, A. (2011). Perilaku Prososial vs Kekerasan Sosial : Sebuah Tinjauan Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Islam, 27-34.

Darmawan, C. W. (2015). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Perilaku Prososial Siswa SMA Muhammadiyah 1 Malang. PSIKOVIDYA, 19(2), 94-105.

Desmita. (2013). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Kosdakarya. Fadjar, A. M. (2005). Holistika Pemikiran Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Gerungan, W. A. (2000). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama. Kartono, K. (2003). Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya.

Kusumaningrum, E., & Dewi, N. K. (2016). Perbedaan Perilaku Prososial dan Self Awareness Terhadap Nilai Budaya Lokal Jawagangan Kabupatn Madiuna di Tinjau dari Jenis Kelamin pada Siswa SMA Nyai Ageng Basyariyah Kecamatan D. Jurnal Ilmiah Counselia, 6(2), 17-30.

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development

Perkembangan Manusia Edisi 10 Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.

Sabiq, Z., & Djalali, M. A. (2012, September 22). Kecerdasan Emosi, Kecerdasan Spiritual dan Perilaku Prososial Santri Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Pamekasan. Jurnal Psikologi Indonesia, 1(2), 53-63.

(13)

9

Santrock, J. W. (2011). Psikologi Pendidkan. Jakarta: Salemba Humanika.

Tamkamani, N., & Shahidi, S. (2016). The Relationship Between SpiritualIntelligence, Optimism and Happines in Univesity Students.

International Journal f Applied Behavioral Science, 3(3), 39-46.

Wahab, A., & Umiarso. (2016). Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan

Spiritual. Yogyakarta: Ar Ruz Media.

Yaumi, M., & S.Sirate, S. F. (2014). Konstruksi Model Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Spiritual Untuk Perbaikan Karakter. Jurnal "Al Qalam", 20, 13-22.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ PENGGUNAAN MEDIA

Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Sang Pemimpi, yaitu: nilai keikhlasan, nilai taubat, nilai kesabaran, nilai kejujuran, nilai ketekunan, nilai

Masalah pada penelitian ini adalah (1) Apakah prestasi belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Quantum Learning dengan Software Computer Algebraic System

1) Observasi partisipatif adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien selama dirawat

a) Guru melakukan review tentang kegiatan yang telah dilakukan. b) Guru memberi pujian/ reward bagi anak yang sudah mampu memberi motivasi bagi anak yang belum

Warung Nasional dua dengan jam operasional jam 7.00 – 17.00 merupakan cabang dari Warung Nasional satu, dimana rumah makan ini menjual masakan khas Jawa seperti

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperatur quenching terhadap nilai kekerasan dan ketangguhan pada hasil pengelasan baja karbon sedang

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui Bagaimana Peranan Yayasan Pusaka Indonesia Dalam Proses Pendampingan Korban Eksploitasi Seksual Pada