• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ekstrak Pegagan (Centella Asiatica L.Urban) Dan Kunyit (Curcuma Longa)Terhadappeningkatan Aktivitas Enzim Gsh Px Hati Tikus Yang Diinduksi Parasetamol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Ekstrak Pegagan (Centella Asiatica L.Urban) Dan Kunyit (Curcuma Longa)Terhadappeningkatan Aktivitas Enzim Gsh Px Hati Tikus Yang Diinduksi Parasetamol"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

TUTI ASWANI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Pengaruh Ekstrak Pegagan (Centella asiatica L.Urban) dan Kunyit (Curcuma longa)TerhadapPeningkatanAktivitas Enzim GSH-Px Hati Tikus yang Diinduksi Parasetamol adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor,

Tuti Aswani Munir

(3)

TUTI ASWANI. Pengaruh Ekstrak Pegagan (Centella asiatica L.Urban) dan Kunyit

(Curcuma longa)TerhadapPeningkatan Aktivitas Enzim GSH-Px Hati Tikus yang Diinduksi Parasetamol .

Dibimbing oleh WASMEN MANALU, AGIK SUPRAYOGI, MIN RAHMINIWATI.

Parasetamol merupakan salah satu di antara obat-obatan yang paling banyak menyebabkan overdosis dan keracunan di masyarakat. Mudah diperolehnya parasetamol menyebabkan konsumsi parasetamol dapat dilakukan secara bebas, di sisi lain pengetahuan masyarakat mengenai obat ini masih sangat kurang, terutama tentang toksisitasnya bila digunakan dalam dosis berlebihan. Parasetamol, yang berfungsi sebagai analgetik dan antipiretik, bila dikonsumsi dalam dosis berlebihan akan menguras kandungan glutathion (GSH) dan membentuk suatu metabolit elektrofil sebagai radikal bebas, yaitu N-asetyl-p-benzoquinonimina (NAPQI). Radikal bebas NAPQI akan berikatan secara kovalen dengan makromolekul protein sel hati, yang mengakibatkan terjadinya kerusakan sel hati akibat induksi parasetamol. Pada keadaan nekrosis, sel-sel hati pecah sehingga enzim amino transferase, yaitu AST (Aspartate transaminase) dan ALT (Alanine transaminase) yang terdapat dalam sel hati akan keluar dan masuk ke dalam aliran darah sehingga terjadi kenaikan kadar AST dan ALT melebihi normal. Hati yang berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh tentunya juga memiliki sistem antioksidan yang cukup baik. Namun, bila sel hati telah rusak karena bahan toksik maka perlu diberi tambahan antioksidan dari luar. Sumber antioksidan terdapat pada tanaman yang mempunyai fungsi hepatoprotektif terhadap kerusakan oleh bahan toksik.

Beberapa tanaman telah digunakan untuk mengobati gangguan pada liver, antara lain kunyit (Curcuma longa) yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Kunyit juga memiliki potensi bahan aktif kurkumin yang telah dilaporkan dapat memperbaiki kerusakan hati yang diinduksi dengan karbontetraklorida (CCl4), galaktosamin, dan parasetamol dosis tinggi. Tanaman pegagan (Centella asiatica) memiliki potensi sebagai alternatif antioksidan alami yang berasal dari tumbuhan. Potensi dari pegagan tersebut akan sangat bermanfaat untuk menekan pengaruh radikal bebas yang cenderung semakin meningkat. Pegagan diketahui mengandung beberapa senyawa aktif di antaranya adalah terpenoid, flavonoid, dan glikosida. Senyawa flavonoid dalam tanaman ini diketahui merupakan senyawa antioksidan dan berpotensi mencegah kerusakan sel-sel tubuh, di antaranya sel hepar. Baik ekstrak pegagan maupun kunyit berpotensi sebagai hepatoprotektor dengan mekanisme yang sama, yaitu melibatkan enzim GSH.

Penelitian ini dilakukan secara invitro dan invivo untuk mengetahui potensi dari kedua esktrak pegagan dan kunyit dalam upaya pencegahan maupun pengobatan sel hati yang rusak, dengan melakukan pengukurankadar enzim glutation peroksidase, kadar AST dan ALTserta mempelajari kelainan jaringan (histopatologi) sel hati tikus yang diinduksi dengan parasetamol.

Penelitian invitro dilakukan dengan menggunakan rancangan percobaan faktorial dengan ukuran 4 x 4 dengan 3 ulangan, yaitu faktor pertama adalah ekstrak pegagan dengan 4 level konsentrasi, yaitu 0;7,35 mg/mL;14,70mg/mL dan 22,05 mg/mL. Faktor kedua adalah ekstrak kunyit dengan 4 level konsentrasi, yaitu 0, 61,36mg/mL, 122,7 mg/mL, dan 184,1 mg/mL. Aktivitas enzim glutation peroksidase (GSH-Px) diukur menggunakan metode Flohe and Gunzler (1984).

(4)

Pada pengukuran aktivitas GSH-Px, hati tikus yang sebelumnya diberikan ekstrak pegagan dan kunyit kemudian diinduksi parasetamolatauuntuktujuansebagaipreventif, dosis pegagan 18,75mg/200g BB tunggal mampumeningkatkanaktivitas GSH-Pxdari (258,31±8,09)mU/mg proteinmenjadi (279,74±26,32)mU/mgproteinatausekitar5,8%. Sedangkan pada dosis kunyit tunggal,yaitu 336mg/200g BB tikusjuga meningkatdari (277,60±75,57) mU/mgproteinmenjadi(333,33±39,95)mU/mgproteinatausekitar 27 % . Sedangkan kombinasi pegagan dan kunyit hanyapadakonsentrasi tinggi saja,yaitu(22,05mg/mL:184,1mg/mL)meningkatdari (139,34±13,39)mU/mgprotein menjadi(232,60±21,40)mU/mgproteinatausekitar 16% (p<0,05). Jika dibandingkan dengan kombinasi lainnya,tidaksignifikanmeningkatkanaktivitasenzim GSH-Px (p>0,05).

Pada hati tikus untuktujuansebagaikuratif, ekstrak tunggalpegagan mampu meningkatkan aktivitas enzim GSH-Px, terutama pada konsentrasi pegagan 22,05 mg/mLyaitu sebesar (171,45±37,66) mU/mgprotein darikonsentrasikontrolyaitu (102,89±11,26)mU/mgproteinatausekitar 15,9% (p<0,05). Pada pemberian ekstrak kunyit tunggal juga mampu meningkatkan aktivitas enzim GSH-Px yaitu pada (184,1 mg/mL)

sebesar 160,77±39,42

mU/mgproteindarikonsentrasikontrolyaitu102,89±11,26mU/mgproteinatausekitar 12,9% (p<0,05). Artinya, bahwapada konsentrasi yang tinggidariekstrak pegagan atau kunyit tunggalsaja,berpotensisecara signifikan pengaruh pada peningkatan aktivitas enzim GSH-Pxjikadibandingkandengankonsentrasikontrol (p<0,05).

Pada kombinasi kedua ekstrak, ekstrak pegagan(22,05 mg/mL:184,1 mg/mL ) terjadi interaksisinergisdarikedua ekstrak tersebut dalammeningkatkanaktivitas enzim GSH-Px,yaitu 239,01±47,4 mU/mg protein, lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi ekstrakpegagandan kunyit (14,70mg/mL:22,05 mg/mL) yaitu 98,61±8,55 mU/mgproteinatausekitar 34%.menunjukkan potensi kombinasi ekstrak pegagan dan kunyit pada konsentrasi tinggi (22,05mg/mL:184,1mg/mL) sangat baikdanmampumeningkatkan

aktivitas GSH-Pxdari(98,61±7,52) mU/mgproteinmenjadi

(239,01±47,40)mU/mgproteinatausekitar 56,9% dibandingkan dengan kombinasi lainnya(p<0,05).

Pada penelitian invivodilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan pemberian ekstrak pegagan (18,75mg/200gBB:); ekstrak kunyit (336mg/200gBB); kombinasi ekstrak pegagan:kunyit (3:1)(18,75mg:112mg); (3:2)(18,75mg:224mg) dan kombinasi ekstrak pegagan:kunyit(1:3)(6,25mg:336mg); (2:3)(12,50mg:336 mg); sertadosis(18,75 mg: 336mg).Dosis parasetamol yang digunakanuntukinduksidengantujuanmerusakanhatitikusadalah180 mg/200g BB tikus. Parameter yang diukur yaitukadar enzim AST dan ALT, aktivitas enzim GSH-Px, dan pemeriksaan jaringan (histopatologi).

Hasil menunjukkanbahwapadapemberian ekstrak pegagan dan kunyit baik tunggal maupun kombinasi pada perlakuan untuktujuansebagaipreventif maupun kuratif mampu menghambat kenaikan kadar AST dan ALT(p<0,05).Hal ini juga diperlihatkan pada hasil pengukuran aktivitas GSH-Px pada kelompok perlakuan untuktujuansebagaipreventif pada dosis kunyit (336mg/200 gBB) lebih mampu meningkatkan aktivitas GSH-Px dibandingkan dosis pegagan (18,75mg/200 gBB). Juga pada kelompokdosiskombinasi ekstrak pegagan :kunyit (18,75mg/200 gBB: 336mg/200 gBB) sangat baik pengaruhnya pada peningkatan aktivitas GSH-Px(p<0,05).

(5)

terhadap perlakuanuntuktujuansebagaikuratif menunjukkan adanya regenerasi sel hati lebih banyak dibandingkankelompok perlakuan untuktujuansebagaipreventif, terutama pada kombinasi pegagan :kunyit:(18,75mg/200 gBB:336mg/200 gBB).

Kesimpulan bahwa keduaekstrak pegagan dan kunyit berpotensimampu menurunkan kadar AST dan ALT, juga mampu mempengaruhi terhadappeningkatan aktvitas enzim GSH-Pxsertamenunjukkankemampuan meregenerasi sel-sel hati yang rusak akibat parasetamol. Dengan demikian dapatdisimpulkan bahwa ekstrak pegagan dan kunyit merupakanbahanalami yang berkhasiatsebagaiobatuntuk melindungi atauuntuktujuansebagaipreventifmaupunmengobatiatauuntuktujuansebagaikuratifuntuk memperbaiki jaringan hati yang rusak akibat metabolisme parasetamol dosis toksik.

Kata kunci: pegagan (Centella asiatica), kunyit (Curcuma longa), Glutathion Peroksidase, AST dan ALT, Hati.

SUMMARY

TUTI ASWANI. The Effect of Centellaasiatica and Turmeric (Curcuma longa) Extracts (Spraquedawley) to Increase GSH-Px enzyme of Rat Liver Induced by Paracetamol. Supervised by WASMEN MANALU, AGIK SUPRAYOGI, MIN RAHMINIWATI.

Paracetamol is one of drugs that most likely caused an overdose and poisoning in the community. The easiness in obtaining drug causes the paracetamol consumption can be done freely, while on the other side, the public knowledge about this drug is still lacking, especially about its toxicity when it is used in excessive dose. Paracetamol, which serves as an analgesic and antipyretic, when consumed in an excessive dose will deplete the glutathione content (GSH) and form an electrophile metabolite as a free radical that is N-asetyl-p-benzoquinonimina (NAPQI). The free radical of NAPQI will bind covalently with the protein macromolecules of liver cells, which lead to the damage of liver cells due to the paracetamol induction. In the state of necrosis, the liver cells rupture so the amino transferase enzymes, those are aspartate aminotransferase (AST) and alanine amino tranferase transaminase (ALT) present in liver cells, will exit and enter the bloodstream causing the increase in AST and ALT exceeding the normal levels. The liver functions as the body defense system must also have a quite good antioxidant system. But when it has been damaged due to the toxic substances, it is necessary to give extra antioxidant from outside of the body. Among them are the plants that have a hepatoprotective function against the damage induced by toxic substances.

(6)

onthe activities of glutathione peroxidase, glutamic oxaloacetic transaminase, and glutamic enzyme pyruvate aminotransaminase and exploring tissue disorders (histopathology) in rat liver cells induced by paracetamol.

In vitro researchwas conducted in a completely randomized design with a 4 x 4 factorial arrangement with three replications. The first factor was centellaasiaticaextract with 4 levels of concentration, i.e., 0;7,35mg/mL, 14,70mg/mL;and 22,05 mg/mL. The second factor was turmericextract with 4 levels of concentration, i.e., 0;61,36 mg/mL;122,7 mg/mLand184,1mg/mL. The activities of the enzyme glutathione peroxidase (GSH-Px) were measured by using the method Flohe and Gunzler (1984).

In vivoexperiment was designed in a completely randomized design (CRD) with 7treatment of pegaganand turmeric extracts dosages. The treatments were 1) Single dosage of pegagan extract (18,75mg/200g rat weight); 2) Single dosage of turmeric extract (336mg/200g rat weight); the combination of pegagan: turmeric extracts 3) (18.75 mg/200g rat weight: 112mg/200g rat weight);4) (18,75mg/200g rat weight: 224mg/200g rat weight), and a combination ofpegagan turmeric extracts 5) (6,25mg/200g rat weight:336mg/200g rat weight); 6) (12,50mg/200g rat weight:336 mg/200g rat weight); and the last 7) (18.75 mg/200g rat weight: 336mg/200g rat weight). Dosage of paracetamol administration was 180 mg/200g rat weight. Parameters measured were the levels of AST and ALT enzymes, GSH-Px enzyme activities, and liver tissue examinations (histopathology).

The result of the experiment showed that the activities of GSH-Pxincreased with the administration of pegaganextract and turmeric extract in normal liver cells, especially in a single pegaganextract or turmeric extract administration. However, the administration of combination of pegaganand turmeric extracts in improving GSH-Px activities was not as good as when it was administered in a singledosage. However, the combined effects of pegaganand turmeric extracts on the GSH-Px were still high compared to the control condition (P <0.05).

Administration of pegaganand turmeric extracts prior to induction of liver damage by paracetamol could increase GSH-Px activity. Administration of single dosage of pegaganand turmeric extratcs prior to induction of liver damage by paracetamol gave higher activities of GSH-Px as compared to the single dosage. Combination of pegaganand turmeric extracts with high concentrations (3: 3) gave the best increase in GSH-Px activities as compared to the combination dosages (p <0,05).The curative effects of pegaganand turmeric extracts on the activities of GSH-Pxof liver previously damaged by paracetamol administration showed that the potential combination of pegaganand turmeric extractsin high concentrations (3: 3) gave the best results as compared to single dosage (p <0,05).

Single dosage of pegaganand turmeric extracts or in combination could inhibit increasing in AST and ALT levels (p <0,05) both in preventive and curative scheme.It was also shown that the effect of single dosage of turmeric extract (336mg)on GSH-Px activity was better as compared to single dosage of pegaganextract (18,75mg). In addition, the combinationof pegagan :turmeric (18,75mg/200g rat weight:336mg/200g rat weight) gave a better effect on increasing GSH-Px activity(p <0,05).

In the group with curative treatment, the dose of turmeric extract (336mg/200g rat weight) gave a better increase in the GSH-Pxactivity than pegaganextract group (18,75mg/200g ratweight). Similarly, the combination ofpegagan: turmeric(18,75mg/200g rat weight:336mg/200g rat weight ) gave a better increase in the GSH-Pxactivity(p <0,05)

(7)

be used to decrease the levels of AST and ALT and also capable of influencing the increase in GSH-Px enzyme activity. In addition, thepegaganand turmeric extracts could protect liver cells from damaged induced by paracetamoland repair damaged liver tissue induced by paracetamol.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

PENGARUH EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica) DAN KUNYIT (Curcuma

longa) TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS ENZIM GSH-Px PADA HATI

TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL

TUTI ASWANI

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Ilmu-Ilmu Faal dan Khasiat Obat

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)

Judul Disertasi:PENGARUH EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica) DAN KUNYIT

(Curcuma longa) TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS ENZIM GSH-Px PADA

HATI TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL Nama : Tuti Aswani

NRP : B161100011

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Prof Ir Wasmen Manalu,Ph D Ketua

Prof drh Agik Suprayogi, MSc,Ph.DDr drh Min Rahminiwati, MS

Anggota Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu-Ilmu Faal dan Khasiat Obat

Prof drh Agik Suprayogi, MSc,Ph.D Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(11)

PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian dengan judul : PENGARUH EKSTRAK PEGAGAN

(Centella asiatica) DAN KUNYIT (Curcuma longa) TERHADAP PENINGKATAN

AKTIVITAS ENZIM GSH-Px PADA HATI TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL, telah dilaksanakan sejak Februari 2013 sampai November 2013.

Terima kasih penulis sampaikankepada Prof Ir Wasmen Manalu,Ph.D, Prof drh Agik Suprayogi, MSc,Ph.Ddan Dr.drh. Min Rahminiwati, MS selaku komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi serta saran. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada keduaorang tua (almarhum), suami, anak-anak, kakak, adik, teman-teman dan semua pihak yang telah memberikan dorongan, bantuan moril dan materil kepada penulis selama penelitian.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2016

(12)

DAFTAR GAMBAR iii

Glutation Peroksidase 12 Kunyit (Curcuma Longa L) 13 Pegagan (Centella asiatica L. Urban) 15

Ekstraksi 19 3 PENELITIAN IN VITRO PENGARUH EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica) DANKUNYIT (Curcuma longa) PADA ENZIM GSH-PxHATI TIKUS YANGDIINDUKSI PARASETAMOL

4 PENELITIAN IN VIVOPENGARUH EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica) DAN KUNYIT (Curcuma longa) PADA HATI TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL Abstrak 36

Abstract 36

Pendahuluan 37

(13)

2. Aktivitas GSH-Px (mU/mgprotein) pada hati yang diinduksi parasetamol 26 3. Aktivitas GSH-Px (mU/menit/mg protein) pada hati tikus normal yang 27 diberikan ekstrak pegagan dan kunyit.

4. Aktivitas GSH-Px (mU/mg protein) pada hati tikus yang diberikan 28 ekstrak pegagan dan kunyit kemudian diberikan parasetamol

5. Aktivitas GSH-Px (mU/mg protein) pada hati tikus yang diinduksi 29 terlebih dahulu dengan parasetamol kemudian diberikan ekstrak pegagan

dan kunyit

6. Rataankadarenzim AST (IU/L)Preventif 43

7. Rataan kadar enzm ALT (U/L) Preventif 44

8. Rataan kadar enzim AST(U/L) Kuratif 45

9. Rataan kadar enzim ALT (U/L) Kuratif 46 10.Aktivitas enzim GSH-Px pada hati tikus (mU/menit/mgprotein) preventif 47 11.Aktivitas enzim GSH-Px pada hati tikus (mU/menit/mgprotein) kuratif 49 12.Skoring histologi hati tikus dengan perlakuan ekstrak pegagan dan 53

kunyit pada preventif dan kuratif

(14)

2. Anatomi hati 7

3. Struktur kimia pembuatan parasetamol 11

4. Metabolisme parasetamol 11

5. Strutur kimia Curcuma longa Linn 14

6. Kunyit (Curcuma Longa,L) 14

7. Pegagan (Centella Asiatica) 16

8. Struktur kimia kandungan pegagan 17

9. Struktur kimia Asiatikosida dan Madecassosida 18

10.Struktur kimia asam asiatik 18

11.Skema penelitian 24 12.Pengaruh parasetamol terhadap penurunan aktivitas enzim GSH-Px 26

13.Alur penelitian in vivo 41

14.Bagan alur penelitian in vivo 42

15.Pengaruh ekstrak pegagan dan kunyit terhadap aktivitas enzim GSH-Px

pada cara preventif 48

16.Profil aktivitas enzim GSH-Px dosis kunyit tetap dengan variasi dosis pegagan 49 17.Pengaruh ekstrak pegagan dan kunyit terhadap aktivitas enzim GSH-Px 50 18.Profil aktivitas enzim GSH-Px dosis pegagan tetap dengan dosis kunyit 51 19.Histologi hati tikus dengan perubahan dan derajat perubahan pada perlakuan

ekstrak pegagan dan kunyit dengan cara preventif dan kuratif. (HE-100x) 52

(15)

2. Uji perlakuan eksrak pegagan dan kunyit terhadap hati tikus 67 tanpa paraetamol

3. Perlakuan ekstrak pegagan dan kunyit kemudian hati diinduksi 69 parasetamol (preventif)

4. Uji perlakuan ekstrak pegagan dan kunyit terhadap hati tikus yang 71 telah diinduksi parasetamol (kuratif)

5. Cara preventif dan kuratif pada penelitian in vivo 73 6. Data rerata pemeriksaan kadar AST dan ALT 75 7. Aktivitas glutation peroksidase (GSH-Px)hati tikus preventif dan kuratif 80 8. Aktivitas glutation peroksidase (GSH-Px) hati tikus putih Spraque dawley 81

preventif dan kuratif

9. Uji statistik histologi invivo 82

10.Pembuatan larutan CMC Na 0,5 % dan perhitungan dosis parasetamol 83

11.Sertifikat pengujian identifikasi kunyit 85

12.Sertifikat pengujian identifikasi pegagan 86

13.Sertifikat pengujian kondisi identifikasi pegagan 87

14.Laporan pengujian laboratoriumkunyit 88

15.Suratketerangan ACUC 89

16. Preparasi ekstrak pegagan/hari 90 17.Preparasi ekstrak kunyit/hari 91 18. Dokumentasi 92

(16)

1. PENDAHULUAN Latar belakang

Indonesia sebagai daerah tropis merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, terutama tumbuhan berkhasiat obat. Terdapat 1000 jenis dari 30.000 jenis tumbuhan di Indonesia yang telah diketahui dapat dimanfaatkan dalam industri obat tradisional, diantaranya kunyit dan daun pegagan (BPOM 2005).

Departemen Kesehatan melalui pencanangan pengembangan dan promosi obat tradisional serta pengobatan komplementer alternatif, mendorong dan menggalakkan kembali pemakaian obat herbal, baik pada kalangan masyarakat umum maupun kalangan kedokteran konvensional. Masyarakat diharapkan untuk aktif berpartisipasi dalam mempelajari dan mengembangkan tanaman obat sebagai modalitas pengobatan, yang diharapkanbisa saling berdampingan dengan pengobatan kedokteran modern demi kesejahteraan pasien (Depkes2007).

Berbagai penelitian dan pengembangan yang memanfaatkan kemajuan teknologi juga dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu dan keamanan produk.Hal ini diharapkan dapat lebih meningkatkan kepercayaan terhadap manfaat obat tradisional tersebut. Pengembangan obat tradisional juga didukung oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, tentang fitofarmaka, yang berarti diperlukan adanya pengendalian mutu simplisia yang akan digunakan untuk bahan baku obat atau sediaan galenik (BPOM 2005).

Seiring dengan kemajuan zaman, obat herbal tersedia luas dan banyak dikonsumsi masyarakat. Dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), diketahui penggunaan obat tradisional termasuk obat herbal meningkat dari tahun ke tahun, tercatat dari 19,9% tahun 1980 menjadi 23,3% tahun1986 dan meningkat menjadi31,7% tahun 2001 kemudian bertambah meningkat menjadi 32,8% pada tahun 2004. Saat ini gaya hidup kembali ke alam (back to nature) semakin berkembang dan diminati oleh sebagian kalangan masyarakat dunia. Di dunia internasional, perkembangan obat herbal semakin pesat dengan pemasok terbesar adalah Cina, Eropa, dan Amerik Serikat. Di Afrika, persentase populasi yang mengunakan obat herbal mencapai 60-80%, di Australia sekitar 50%, Eropa 40-80%, Amerika 40%, dan Kanada 50%, dengan jumlah penjualan produk obat tradisional modern termasuk bahan baku mencapai US $ 43 miliar. Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa tumbuhan obat memiliki arti penting, yaitu secara mendasar mendukung kehidupan maupun potensi perdagangan(WHO 2003).

(17)

menyatakanbermanfaat untuk kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesiapun memiliki minat yang tinggi terhadap cara-cara tradisional dalam memelihara kesehatannya. Dengan demikian, penyelenggara pelayanan medis herbal perlu dioptimalkan agar dapat terselenggara secara aman, bermanfaat, serta berkualitas bagi pelaksana pelayanan maupun masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan ini.

Kecenderungan “back to nature” sangat dirasakan dalam dekade ini, baik di negara maju maupun negara sedang berkembang, seperti Indonesia.Hal inimemberi arahan baru di Indonesia dalam mengembangkan keanekaragaman hayati yang dimiliki. Banyak penelitian yang dilakukan untuk menemukan senyawa kimia yang berasal dari tumbuhan yang memiliki aktivitas hepatoprotektor, yaitu senyawa yang mempunyai aktivitas melindungi sel-sel hati dan bahkan memperbaiki jaringan hati.

Perkembangan penyakit hepatitis saat ini terus meningkat dan telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Prevalensi kerusakan hati akibat obat-obatan kimiawi sangat tinggi, mulai dari kerusakan yang tidak permanen, namun dapat berlangsung lama dan fatal (Setiabudy 1979).Epidemiologi hepatitis karena obat terjadi pada delapan dalam setiap10.000 orang. Perempuan lebih rentan menderita hepatitis hampir dua kali dibandingkan laki-laki. Orang dewasa lebih rentan terhadap jenis hepatitis ini karena tubuh mereka tidak mampu memperbaiki dengan cepat sel-sel hepatosit yang rusak seperti pada orang muda (Thomas2008).

Faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya hepatitis karena obat-obatan (Nilesh 2008) ialah:

1. Ras: beberapa obat memiliki toksisitas yang berbeda bergantung pada ras. Misalnya, kulit hitam lebih rentan terhadap isoniazid (INH).

2. Umumnya hepatitis karena obat jarang ditemukan pada anak-anak, namun risikonya meningkat pada orang tua.

3. Jenis kelamin: dengan alasan yang tidak diketahui, hepatitis jenis ini lebih sering terjadi pada perempuan.

4. Konsumsi alkohol: orang yang mengkonsumsi alkohol lebih rentan terhadap hepatitis karena obat terjadi kerusakan hati sehingga mengubah metabolisme obat-obatan. Contoh bagi peminum alkohol dapat menyebabkan penipisan glutation (hepatoprotektif) yang membuat orang lebih rentan.

5. Faktor risiko lain: orang dengan penderita AIDS, malnutrisi, dan berpuasa juga ketergantungan terhadap narkoba menyebabkan rendahnya glutation.

Cheng et al. (2004) telah melakukan skrining terhadap 78 jenis tumbuhan tradisional yang biasa digunakan rakyat Korea untuk pengobatan hepatitis, 21 jenis diantaranya terbukti sebagai hepatoprotektor. Tumbuh-tumbuhan yang memiliki aktivitas hepatoprotektor, diantaranya adalah Curcuma xanthorrhiza Roxb.

(18)

adalah kurkumin (Hembing2005). Hal ini di dukung oleh banyak penelitian bahwa kunyit (Curcuma longa) bersifat sebagai antioksidan, antitumor, dan memiliki efek hepatoprotektif.

Tanaman lain yang digunakan secara tradisional dalam pengobatan penyakit hati ialah pegagan (Centella asiatica L.Urban). Bagi penderita hepatitis ikterik akut dengan pembengkakan hati, minum air rebusan pegagan dapat mempercepat penyembuhan dan menghilangkan keluhan ikterik pada kulit (Dalimartha dan Setiawan 2005).

Pegagan mengandung beberapa senyawa aktif diantaranya adalah terpenoid, flavonoid, dan glikosida. Senyawa flavonoid dalam tanaman diketahui merupakan senyawa antioksidan dan berpotensi mencegah kerusakan sel-sel tubuh, diantaranya sel hepar (Erdiana 2009), sedangkan kunyit mengandung beberapa senyawa diantaranya minyak atsiri, kurkumin, pati, tanin, dan resin (Hembing 2005). Baik ekstrak pegagan maupun kunyit berpotensi sebagai hepatoprotektor dengan mekanisme yang sama, yaitu melibatkan enzim gluthation (GSH). Akan tetapi, belum ada penelitianmengenai efek hepatoprotektor kombinasi dari ekstrak pegagan dan kunyitpada tindakan pencegahan (preventif) maupun mengobati(kuratif) penyakit. Interaksi yang muncul bila kedua ekstrak tersebut dikombinasi baik bersifat sinergis atau antagonis, pada tindakan preventif dan kuratif terhadap perubahan GSH-Px, AST dan ALT pada hati tikus yang diinduksi dengan parasetamol belum pernah dilaporkan.

Rumusan Masalah

Prevalensi kerusakan hati akibat obat-obatan kimiawi sangat tinggi, mulai dari kerusakan yang tidak permanen namun dapat berlangsung lama dan fatal. Salah satu penyebab kerusakan hati adalah parasetamol yang merupakan salah satu diantara obat-obatan yang paling banyak menyebabkan overdosis dan keracunan di masyarakat. Mudah diperolehnya parasetamol menyebabkan konsumsi parasetamol dapat dilakukan secara bebas sementara disisi lain pengetahuan masyarakat mengenai obat ini masih sangat kurang, terutama tentang toksisitasnya bila digunakan dalam dosis berlebihan.Parasetamol, yang berfungsi sebagai analgetik dan antipiretik, bila dikonsumsi dalam dosis berlebihan akan menguras kandungan glutathion (GSH) dan membentuk suatu metabolit elektrofil sebagai radikal bebas, yaitu N-asetyl-p-benzoquinonimina (NAPQI). Pada keadaan nekrosis, sel-sel hati pecah sehingga enzim amino transferase, yaitu AST dan ALT yang terdapat dalam sel hati akan keluar dan masuk ke dalam aliran darah sehingga terjadi kenaikan AST dan ALT melebihi normal.

Kurkumin diketahui dapat memperbaiki fungsi hati, dan melindungi hati dari pengaruh zat racun yang dapat merusak fungsi hati. Tanaman lain yang digunakan secara tradisional dalam pengobatan penyakit hati ialah pegagan (Centella asiatica

(19)

Penelitian yang dilakukan dengan menggunakanekstrak pegagan dan kunyit melihat adanyainteraksi farmakokinetik yang mengakibatkan perubahan absorpsi, distribusi metabolisme atau ekskresi dari obat herbal sehingga dapat mempengaruhi kerja obat secara kuantitatif. Interaksi farmakodinamik mempengaruhi aksi obat secara kualitatif, baik melalui efek meningkatkan (aksi sinergis atau aditif) atau efek antagonis (Gohil and Patel 2007. Interaksi sinergis merupakan gabungan efekpositif dari pegagan dan kunyit yang diberikan bersama-sama,hasilnya lebih besar daripada jumlah efek kedua tanaman tersebut. Sedangkan interaksi antagonis merupakan gabunganefek negatif daripegagan dan kunyit yang diberikan bersamaan,yang hasil akhirnya adalah kurang dari jumlah efek kedua tanaman tersebut. Peran pegagandan kunyit dalam memperbaiki fungsi hati melalui perbaikan aktivitas enzim gluthation peroksidase sehingga mampu menangkap radikal bebas yang dihasilkan dari parasetamol yang berlebihan.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuanuntuk:

1. Mengetahui terjadinya penurunan fungsi hati akibat induksi parasetamol yang berlebihan dengan menganalisis perubahan enzim gluthation peroksidase serta membuktikan adanya perubahan enzim AST dan ALT pada hati tikus, pemberian ekstrak pegagan dan kunyit sebelum maupun sesudah diinduksi parasetamol.

2. Mendapatkan informasi mengenai interaksi sinergis atau antagonis pemberian kombinasi ekstrak pegagan dan kunyit terhadap peningkatan enzim gluthation peroksidase pada hati tikus yang diinduksi dengan parasetamol.

3. Mengamati pengaruh ekstrak pegagan dan kunyit terhadap regenerasi sel hati tikus melalui pemeriksaan jaringan hati (histopatologi).

4. Mempelajari kemungkinanekstrak pegagan dan kunyit secara terpisah maupun kombinasinya berpotensi sebagai bahan obat hepatoprotektor untuk tujuan pengobatan dan pencegahan kejadian penyakit hati.

Hipotesis Penelitian Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :

1. Adanya penurunan fungsi hati akibat induksi parasetamol yang berlebih dan kaitannya pada aktivitas GSH-Px.

2. Adanya peningkatan enzim AST dan ALT dan derajat kerusakan sel hati tikus yang diinduksi parasetamol dosis toksik.

3. Adanya pengaruh peningkatan aktivitas enzim GSH-Px dengan pemberian ekstrak pegagan atau kunyit.

(20)

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai alternatif dalam pencegahan dan pengobatan terhadap penderita hepatitis dan juga mengurangi penggunaan obat kimiawi dan dapat mengurangi pengeluaran pembelian obat-obat hepatitis yang cukup mahal. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperoleh informasi mengenai dosis dan kombinasi ekstrak pegagan dan kunyit yang optimal sebagai formula obat herbal untuk pengobatan pada penderita kerusakan hati.

Tingkat Kebaruan (Novelty)

Penelitian ini tidak saja mampu membuktikan ekstrak pegagan dan kunyit sebagai hepatoprotektor, namun juga membuktikan potensi baru penggunaan ekstrak bahan alami tersebut sebagai bahan obat untuk tujuan preventif maupun kuratif bagi kejadian penyakit hepatitis

Kerangka Pemikiran

Prevalensi kerusakan hati akibat obat-obatan kimiawi sangat tinggi, mulai dari kerusakan yang tidak permanen namun dapat berlangsung lama dan fatal sampai yang lebih parahHepatitis yang diakibatkan oleh obat-obatan merupakan peradangan/inflamasi yang terjadi pada hati yang disebabkan oleh reaksi obat. Salah satu penyebab kerusakan hati adalah parasetamolsuatu analgetik dan antipiretik yang paling banyak menyebabkan overdosis dan keracunan di masyarakat.

Salah satu fungsi hati adalah detoksifikasi, dimana fungsi ini melibatkan peran beberapa enzim diantaranya enzim glutation peroksidase. MenurutNilesh(2008), beberapa penyakit pada penderita ketergantungan obat dan narkoba, HIV-AIDS dan malnutrisi dapat menurunkan aktivitas enzim GSH-Px. Untuk itu diperlukan suatu inovasi alternatif dalam penanganan pengobatan pada penderita penyakit tersebut.Beberapa tanaman berkhasiat obatdilaporkan berpotensi meningkatkan enzim glutation peroksidase.

Tumbuh-tumbuhan yang memiliki aktivitas hepatoprotektor, diantaranya adalah kunyit (Curcuma longa). Banyak penelitian membuktikan bahwa kunyit (Curcuma longa) bersifat sebagai antioksidan, antitumor, dan juga memiliki efek hepatoprotektif dalam pengobatan penyakit hati. Bagi penderita hepatitis ikterik akut dengan pembengkakan hati, minum air rebusan pegagan dapat mempercepat penyembuhan dan menghilangkan keluhan ikterik pada kulit(Dalimartha dan Setiawan 2005).

(21)

antagonis. Interaksi sinergis merupakan efek dari pegagan dan kunyit yang diberikan bersama-sama,hasilnya lebih besar daripada jumlah efek kedua tanaman tersebut, sedangkan interaksi antagonis adalah efek dari pegagan dan kunyit yang diberikan bersamaan,yang hasil akhirnya adalah kurang dari jumlah efek kedua tanaman tersebut (Kurniawan dan Sulaiman 2009). Enzim GSH-Px berperan sebagai penangkap radikal bebas secara enzimatik. Enzim yang dapat berperan sebagai antioksidan adalah superoksida dismutase, katalase, glutation peroksidase, dan glutation reduktase (Winarsi 2007).

Penelitian ini dilakukan dengan metode yang spesifik, melalui penelitian in vitro,data yang diperolehsebagai informasi dasar untuk menentukan dosis yang tepat pada penelitian selanjutnya secarain vivo,serta dilakukan pemeriksaan histopatologi yang hasil dan pembahasannya disampaikan pada bagian tersendiri dari disertasi ini, dengan judul:

1. Penentuan penurunan enzim glutation peroksidase akibat parasetamol berlebihan. 2. Pengaruh ekstrak pegagan untuk memperbaiki kondisi fungsi hati tikus.

3. Pengaruh ekstrak kunyit untuk memperbaiki kondisi fungsi hati tikus.

4. Pengaruh interaksi kombinasi ekstrak pegagan dan kunyit untuk memperbaiki kondisi fungsi hati tikus.

Gambar 1 Bagan alur kerangka pemikiran

2. TINJAUAN PUSTAKA HATI ( Liver)

Hati merupakan pusat metabolisme tubuh yang mempunyai banyak fungsi dan penting untuk mempertahankan tubuh. Secara umum hati manusia terletak pada rongga perut bagian kanan atas mulai sela interkostal kelima, sampai pada lengkung iga. Bobot normal hati orang dewasa berkisar antara 1200-1600 g, atau kurang lebih 2,5% bobot badan.Dalam keadaansegar warnanya merah tua atau merah cokelat, warna merah pada hati disebabkan oleh kandungan darah yang sangat banyak.Hati menerima darah dari 2 sumber, yaitu arteri hepatika (banyak mengandung oksigen) dan vena porta (kurang kandungan oksigen, tapi kaya zat gizi, dan mungkin berisi zat

GSH-Px FUNGSI HATI

PARASETAMOL

ASL/ALT

(22)

toksik dan bakteri) yang menerima darah dari lambung, usus, pankreas, dan limpa. Kedua sumber tersebut mengalir ke kapiler hati yang disebut sinusoid kemudian diteruskan ke vena sentralis disetiap lobulus. Aliran darah dari semua lobulus menuju ke vena hepatika kemudian dialirkan ke vena kava inferior.Tekanan darah di sistem porta hepatika sangat rendah. Darah mudah masuk dan keluar hati karena tidak ada resistensi aliran melalui vena porta dan vena kava (Reavill 2005).

Gambar 2: Anatomi hati (Encyclopedia Britannica,inc,2010)

Hati merupakan organ sensitif, yang salah satu fungsi pentingnya adalah melindungi tubuh terhadap terjadinya penumpukan zat berbahaya yang masuk dari luar, seperti obat atau herbal tertentu. Banyak diantara obat yang bersifat larut dalam lemak dan tidak mudah diekskresikan. Metabolisme tubuh akan memproses obat melalui hati menghasilkan metabolit yang lebih larut air dan dapat diekskresikan melalui urin. Banyak penyakit yang memang bisa diatasi dengan berbagai obat.Namun obat-obatan tetap merupakan bahan kimia yang sangat beracun bila hati mempunyai kemungkinan yang cukup besar untuk ‘dirusak’ oleh obat. Lazimnya, istilah yang digunakan untuk obat penyebab kerusakan hati disebut ‘obat penginduksi kerusakan hati’ (drug induced liver injury), sedangkan efeknya disebut hepatotoksik atau toksik ke hepar (hati). Prevalensi kerusakan hati akibat obat sangat tinggi, mulai dari kerusakan yang tidak permanen, namun dapat berlangsung lama dan fatal (Setiabudy 1979; Suasono 1985).

a.Histologi.

(23)

b.Fisiologi.

Menurut Dalimartha(2005), ada 4 macam fungsi hati, yakni untuk pembentukan dan ekskresi empedu, metabolisme zat-zat penting bagi tubuh, pertahanan tubuh, serta fungsi vaskuler.

1. Fungsi pembentukan dan ekskresi empedu.

Empedu dibentuk oleh hati dan dikeluarkan melalui saluran empedu interlobular yang terdapat dalam hati, empedu yang dihasilkan dialirkan ke kandung empedu untuk disimpan. Bila kita mengkonsumsi makanan berlemak maka empedu yang tersimpan tadi akan dikeluarkan dan dialirkan ke dalam duodenum. Dalam sehari, sekitar 1 liter empedu diekskresikan oleh hati.Empedu sebagian besar terdiri atas air (97%),sisanya adalah elektrolit, garam empedu, fosfolipid, kolesterol, dan bilirubin.Garam empedu penting untuk pencernaan dan penyerapan lemak dalam usus halus.Garam ini sebagian diserap kembali oleh usus halus dan dialirkan kembali ke hati.Empedu mengandung kolesterol, garam mineral, garam empedu, pigmen bilirubin, dan biliverdin. Sekresi empedu berguna untuk mencerna lemak, mengaktifkan lipase, membantu daya absorpsi lemak di usus, dan mengubah zat yang tidak larut dalam air menjadi zat yang larut dalam air. Bilirubin atau pigmen empedu yang dapat menyebabkan warna kuning pada jaringan dan cairan tubuh sangat penting sebagai indikator penyakit hati dan saluran empedu.

2. Fungsi metabolik.

Di samping menghasilkan energi dan tenaga, hati mempunyai peran penting pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin.Karbohidrat setelah diolah di saluran cerna akanmenjadi glukosa, lalu diserap melalui usus dan masuk ke dalam peredaran darah dan kemudian masuk ke dalam hati melalui vena porta.Di dalam hati, sebagian glukosa dimetabolisir sehingga terbentuk energi yang berfungsi menjaga temperatur tubuh dan tenaga untuk bergerak.Glukosa yang tersisa diubah menjadi glikogen dan disimpan di dalam hati dan otot atau diubah menjadi lemak yang disimpan di dalam jaringan subkutan.Pada prosesglukoneogenesis, yang terjadi saat penurunan glukosa diantara waktu makanterjadi pembentukan glukosa dan asam amino melalui deaminasi dan perubahan gliserol dari asam amino menjadi glukosa(Price1995).

Metabolisme protein oleh hati juga penting untuk mempertahankan hidup.Hati membuat albumin dan faktor pembekuan darah seperti protombin dan fibrinogen.Albumin dibuat oleh hati sebanyak 12 hingga 14 g dalam 24 jam yang merupakan sekitar 50% dari total protein yang disintesis oleh hati. Albumin dan protein lain, seperti globulin dan fibrinogen,merupakan protein terbanyak dalam plasma.

(24)

3. Fungsi pertahanan tubuh.

Hati juga berperan dalam pertahanan tubuh, baik berupa proses detoksifikasi maupun fungsi perlindungan.Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-enzim hatiterhadap zat-zat beracun, baik yang masuk dari luar maupun yang dihasilkan oleh tubuh sendiri, dengan proses detoksifikasi, zat berbahaya akan diubah menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif.

Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel-sel Kupffer yang berada pada dinding sinusoid hati. Dengan cara fagositosis, sel Kupffer dapat membersihkan sebagian besar kuman yang masuk ke dalam hati melalui vena porta sehingga tidak menyebar ke seluruh tubuh. Sel Kupffer juga menghasilkan imunoglobulin yang merupakan kekebalan humoral serta menghasilkan berbagai macam antibodi akibat kelainan hati tertentu seperti antimitochondrial antibody (AMA), smooth muscle antibody (SMA), dan antinuclear antibody

(ANA).

4. Fungsi vaskuler.

Pada orang dewasa, jumlah aliran darah ke hati diperkirakan sekitar 1.200 –1.500 mL per menit. Darah tersebut berasal dari vena porta sekitar 1.200 mL dan dari arteria hepatik sekitar 350 mL. Bila terjadi kelemahan jantung kanan dalam memompa darah seperti pada penderita payah jantung kanan, maka darah dari hati yang dialirkan melalui vena hepatika dan selanjutnya masuk ke dalam vena kava inferior akan terhambat. Akibatnya terjadi pembesaran hati karena bendungan pasif oleh darah yang jumlahnya sangat besar.

Karena fungsinya, hati merupakan organ yang paling penting yang sering mengalami kerusakan, namun hati memiliki cadangan fungsional yang luar biasa besar. Kerusakan hati yang ringan, seringkali tidak menimbulkan gejala klinis, sedangkan kerusakan yang berat dan akut misalnya pada intoksikasi zat-zat kimia, dapat menyebabkan fungsi yang cepat memburuk (Guyton1994).

Hati mendetoksikasi banyak produk metabolik, obat, dan toksin sebelum diekskresikan ke dalam urin. Proses detoksifikasi melibatkan perubahan kimia, dan atau konjugasi, terutama dengan asam glukuronat, glisin, atau sulfat sebagai senyawa yang bersifat hepatoprotektor(Reavill 2005).

Hepatoprotektor

Hepatoprotektor adalah senyawa yang berkhasiat melindungi sel sekaligus memperbaiki jaringan hati yang rusak akibat pengaruh zat toksik (Panjaitan 2008)

Beberapa tumbuhan yang dilaporkan memiliki aktivitas hepatoprotektor adalah temulawak (Curcuma xanthorrhizza Roxb) dengan senyawa aktifnya kurkuminoid. Senyawa tersebut dapat menurunkan kadar SGOT dan SGPT darah yang diinduksi oleh etanol 50% (Devaraj etal. 2010).

(25)

Aktivitas hepatoprotektor antara lain dapat ditandai dengan penurunan kembali kadar enzim Aspartatetransaminase (AST), Alanine transaminase (ALT),

Glutamyl transpeptidase (GGT), Alcalphosphatase (ALP), serum bilirubin, dan lipid total serta peningkatan kembali kadar protein total .

Hepatotoksik

Hepatotoksik merupakan zat atau senyawa yang mempunyai efek toksik pada hati, dengan dosis berlebihan atau dalam jangka waktu lama.Contoh senyawa ini antara lain adalah CCL4 (Carbon Tertraklorida), kloroform (CHCL3), serta parasetamol (Asetaminofen). Ketiga senyawa ini menyebabkan nekrosis hati yang dapat diprediksi pada pemberian over dosis (Dalimartha 2005). Agen hepatotoksikseperti asetaminofen sebagai analgetik dan antipiretik telah dikenal oleh masyarakat umum dan banyak dijual bebas di pasaran. Hal ini menyebabkan dengan mudahnya masyarakat mengkonsumsinya secara bebas dan pengetahuan masyarakat mengenai obat ini masih sangat kurang, terutama tentang toksisitasnya bila digunakan dalam dosis berlebihan. Akibatnya,obat tersebut sering dikonsumsi dalam dosis berlebihan sampai mencapai dosis toksik sehingga menyebabkan toksikasi hati, yang ditandai dengan kenaikan kadar AST dan ALT.

Parasetamol

Asetaminofen dikenal juga sebagai parasetamol atau N-acetyl-paraaminophenol atau 4 –hydroxyacetalinide.Obat ini terdistribusi secara luas dimasyarakat sebagai analgetik dan antipiretik.Obat ini banyak digunakan sebagaiswamedikasi (pengobatan mandiri) untuk meredakan demam, sakit kepala, dannyeri ringan sampai sedang lainnya.

Di Indonesia, terdapat 305 merek obat yang berisi kandungan parasetamol, baik sebagai obattunggal maupun kombinasi dengan obat lain . Hal ini menyebabkanparasetamol dengan mudah dapat disalahgunakan dengan pemakaian dosis yangberlebihan. Tidak mengherankan bila parasetamol merupakan salah satu diantaraobat-obatan yang paling banyak menyebabkan overdosis dan keracunan di masyarakat (ISFI 2006).

Di Indonesia, jumlah kasus keracunan asetaminofensejak tahun 2002–2005 yang dilaporkan ke Sentra Informasi Keracunan BadanPOM sebanyak 201 kasus dengan 175 diantaranya adalah percobaan bunuh diri (BPOM 2006).

(26)

Gambar3:Strukturkimiapembuatanparasetamol (Chandrasekharanetal. 2002). Parasetamol atau N-asetyl-p-aminofenol merupakan senyawa analgetikdan antipiretik nonnarkotik turunan para aminofenol. Gambar 4 di bawah ini menunjukkan mekanisme bagaimana metabolisme parasetamol dapat menimbulkan kerusakan pada sel hati.

Gambar 4: Metabolismeparasetamol (Goldfrank dan Lewis 2002)

(27)

melalui interaksi kovalen dan interaksi nirkovalen. Interaksi kovalen terjadi karena pemberian parasetamol dosis toksis akan menguras kandungan glutation (GSH) sehingga NAPQI akan berikatan secara kovalen dengan makromolekul proteinsel hati, yang mengakibatkan terjadinya kerusakan sel hati.

Interaksi nirkovalen melibatkan pembentukan radikal bebas NAPQI, pembangkitan oksigen reaktif, anion superoksida, serta gangguan homeostatis Ca, yang semuanya akan menyebabkan terjadinya kematian sel. Pada keadaan nekrosis, sel-sel hati pecah sehingga enzim Alanine transaminase (ALT) yang terdapat dalam sel hati akan keluar dan masuk ke dalam aliran darah di sekitar vena sentralis sehingga terjadi kenaikan aktivitas ALT melebihi normal (Kaplowitz dan DeLeve 2003).

Serum transaminase adalah indikator yang peka pada kerusakan sel-sel hati. Kenaikan kadar transaminase serum disebabkan oleh sel-sel yang kaya akan transaminase mengalami nekrosis atau hancur. Enzim-enzim tersebut masuk ke dalam peredaran darah. Kadarnya dalam darah tidak hanya disebabkan oleh kerusakan hati karena enzim-enzim tersebut, terutama AST juga terdapat pada organ-organ tubuh yang lain. Hal-hal yang dapat meningkatkan kadar AST dan ALT antara lain adalah penyakit jantung, ginjal, trauma otot yang berat, dan penyakit pada saluran pencernaan (Speicher and Smith 1996).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kerusakan hati dapat diinduksi dengan karbon tetraklorida (CCl4), galaktosamin, dan parasetamol dosis tinggi. Hepatotoksitas parasetamol pada manusia dapat terjadi dalam penggunaan dosis tunggal 10 sampai 15 g (200 hingga 250 mg/kg BB) (Suyatnaet al.1992).

Pada penelitian Erdiana (2009) dosis parasetamol 180 mg/kgBB tikus sudah dapat menimbulkan kerusakan hati.

Glutation Peroksidase

Glutationperoksidase (GPx) merupakan suatu selenoenzim yang mampu mereduksi H2O2 dan peroksida lain dengan menggunakan glutation sebagai sumber elektronnya. Glutation (GSH) merupakan sebuah tripeptida yang disintesis dari asam amino glutamat, sistein, dan glisin. Glutation dapat menangkap ROS (Reactive Oxygen Species) dan mereduksi tiol sistein pada protein, tetapi hal itu dapat menyebabkan glutation teroksidasi membentuk glutation radikal (GS*) yang merupakan prooksidan. Glutation radikal ini dapat bereaksi dengan GS* lainnya membentuk GSSG yang kemudian dapatdireduksi kembali menjadi 2 molekul GSH oleh enzim glutation reduktase. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:

(Damdimopoulos 2003) glutation peroksidase

2GSH+H2O2GS-SG+ 2H202 Glutation- reduktase GS-SG+NADPH 2GSH+NADP

(28)

diekspresikan pada jalur gastrointestinal, sedangkan GPx3 pada plasma darah (Damdimopoulos 2003). Pengukuran aktivitas GPx plasma tikus dilakukan dengan mereaksikan plasma dengan buffer, GSH, NADPH, GSSG-reduktase, NaN3, dan H2O. Substrat GSH akan mereduksi H2O2 dengan bantuan enzim GPx yang ada di plasma sehingga terbentuk glutation radikal (GS*) yang akan bereaksi dengan sesamanya membentuk GSSG. Senyawa ini akan direduksi kembali menjadi GSH dengan bantuan NADPH dan GSSGreduktase (Damdimopoulos2003). Serapan NADPH pada panjang gelombang 340nm diukur setiap 1 menit selama 5 menit. Radikal bebas H2O diberikan tepat sebelum pengukuran agar serapan NADPH pada awal reaksi (menit ke-0) dapat diukur sebelum H2O2tereduksi dan NADPH terpakai. Aktivitas GSH-Px diukur berdasarkan laju penurunan serapan NADPH tiap menit, yang berbanding terbalik dengan aktivitas GSH-Px. Semakin besar penurunan serapan NADPH maka semakin besar aktivitas GSH-Px.

Perubahan morfologi hepatosit akan berdampak pada perubahan fungsi dan dapat munculsebagai manifestasi klinisnya, termasuk kenaikan AST dan ALT.

Perubahan morfologi hepatosit diawali dengan stres oksidatif yang mengakibatkan peroksidasi lipid dan malondialdehid (MDA) sebagai produk akhir (Kuntz 2006). Stres oksidatif terjadi bila prooksidan yang diperantarai oksigen reaktif bersifat dominan terhadap antioksidan (antioksidan enzimatik atau nonenzimatik)(Baron 2007). Stres oksidatif menyebabkan peroksidasi lipid yang kemudian mengakibatkan kerusakan membran sel dengan perubahan morfologi dan biokimia yang diikuti gangguan fungsi sel dan diakhiri kematian hepatosit (Kuntz 2006). Bila hepatosit mengalami kematian, apoptosis hepatosit tidak memicu reaksi inflamasi secara langsung, namun makrofag (sel kupfer dan monosit) akan menelan fragmen sel yang mengalami apoptosis dalam beberapa jam, menimbulkan kelompok-kelompok sel inflamasi (Kuntz 2006).

Kunyit (Curcums Longa L)

(29)

Rao et al. 1995) dan antioksidan (Kunchandy and Rao 1990, Subramanian et al.

1994, Sreejayan 1994).

Gambar 5. Struktur kimia Curcuma longa Linn. (http://www.indsaff.com/images/structure_pic1.gif.)

Kunyit tergolong Zingiberaceae. Kunyit dikenal di berbagai daerah dengan beberapa nama lokal, seperti Turmeric (Inggris), Kurkuma (Belanda), Kunyit (Indonesia dan Malaysia), Kunir(Jawa), Koneng (Sunda), dan Konyet (Madura).

Gambar 6: Kunyit (Curcuma Longa,L)

(30)

tersebut dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), bakteristastik (menghambat pertumbuhan bakteri), fungisidal (membunuh kapang), fungistatik (menghambat pertumbuhan kapang), dan menghambat germinasi spora bakteri. Kurkumin berperan dalam detoksifikasi hati. Kurkumin merupakan fitokimia yang penting dalam detoksifikasi sebagai antioksidan dan mempunyai peran dalam detoksifikasi Fase I dan Fase II.Menurut Kohli et al.(2005), kurkumin memiliki aktivitas antioksidan dan ditemukan menjadi “scavenger” superoksida dengan menghambat peroksidasi lipid.

Kurkumin juga mempunyai peran antiinflamasiefek antivirus, dan juga dianggap sebagai pembersih oksigen reaktif dan spesies nitrogen. Aktivitas tersebut bertanggung jawab atas kemampuan kurkumin untuk melindungi DNA terhadap kerusakan yang disebabkan radikal bebas dan melindungi hepatosit dari berbagai racun(Chattopadhyay et al. 2004; Nagpal and Sood 2013). Sebagai antiinflamasi cara kerjanya denganmenghambat metabolisme asam arakidonat, siklooksigenase (COX), lipoxygenase (LOX), dan sitokin (interleukin dan tumor necrosis factor) Nuklir faktor-kB (Schulz 2008). Potensi kurkumin juga mempunyai aktivitas antikarsinogenik pada beberapa jaringan dengan menghambat enzim detoksifikasi tertentu dan mempertinggi beberapa reaksi fase II seperti kuinon reduktase dan glukoronidasi. Kerusakan hati pada tikus yang diinduksi dengan CCl4 dapat diperbaiki dengan pemberian ekstrak cair akar kunyit dengan dosis 50 mg/kg bobot badan (Sengupta et al. 2011). Tidak ada laporan tentang toksisitas pemberian ekstrak kunyit baik secara akut dan kronis pada dosis standar bahkan pada dosis yang sangat tinggi sekitar 100 mg/kg bobot badan (Sengupta et al.2011).

Pegagan (Centella asiaticaL.Urban)

(31)

Gambar 7: Pegagan (Centella Asiatica) (Sumber:ADMINBORO, Februari 28,2014)

Pegagan yang simplisianya dikenal dengan sebutan Centella Herba memiliki kandungan asiaticoside, thankuniside, isothankuniside, madecassoside, brahmoside, brahmic acid, brahminoside, madasiatic acid, meso-inositol, centelloside, carotenoids, hydrocotylin, vellarine, tanin, serta garam mineral, seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium, dan besi (Zeng 2007).Berdasarkan penelitian dan pengalaman, pegagan telah terbukti mempunyai khasiat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit, antara lain untuk menyembuhkan sariawan, obat kusta, penurun panas, peluruh air seni, hipertensi, diabetes, anemia, dan lain-lain. Penggunaan yang paling banyak akhir-akhir ini adalah untuk menambah daya ingat(Winarto dan Surbakti 2005)

Kandungan Kimia Daun Pegagan (Centella asiatica).

Pegagan mengandung berbagai zat kimia yang dinamakan triterpenoid glikosida, diantaranya adalah asiaticoside, madecassoside, asiatic acid, medacacosside acid, garam mineral (seperti garam kalium, natrium, magnesium, kalsium, dan besi) serta zat pahit vellarine (Prabowo 2002).

(32)

Gambar 8: Struktur kimia kandungan pegagan

Secara empiris pegagan berkhasiat sebagai tonik penyegar, obat penenang,antiinfeksi, antitoksik, antirematik, antilepra, menghentikan pendarahan, menyembuhkan penyakit hepatitis, dan melebarkan pembuluh darah perifer (Waluyo 2009). Khasiat dan manfaat pegagan disebabkan oleh kandungan komponen fitokimia di dalamnya, yaitu triterpenoid, saponin, alkaloid, flavonoid, tannin, steroid, dan glikosida. Zat aktif yang terdapat dalam pegagan antara lain asiatikosida, madekasosida (triterpenoid), asam madekasat, brahmosida dan brahminosida (glikosida saponin) (Gohil et al. 2010). Khasiat lain yang dimiliki oleh pegagan adalah sebagai hepatoprotektor. Penelitian yang dilakukan oleh Antony et al. (2006). membuktikan bahwa asiatikosida sebagai kandungan utama dari triterpenoid dapat meningkatkan efek antioksidan sehingga mampu melindungi kerusakan hati akibat hepatotoksin. Madekasosida dan asam madekasat membantu persembuhan kerusakan hati karena aktivitas antiinflamatori dan imunomodulator yang dimilikinya (Vohra et al.2011). Selain kandungan tersebut, total glukosida dari pegagan turut membantumemperbaiki fungsi hati yang rusak (Minget al. 2004).

1. Asiatikosida dan Madekassosida.

(33)

Gambar 9 : Struktur kimia asiatikosida dan madecassosida (Vohra 2012)

2. Asam Asiatik.

Senyawa asiatik ini berperan sebagai antiseptik yang meliputi antibakteri dan berpotensi sebagai antifungi. Senyawa ini juga dapat melindungi tubuh dari pengaruh radikal bebas dan senyawa ini pada umumnya digunakan untuk menyembuhkan luka.

Gambar 10: Struktur kimia asam asiatik (Vohra 2012)

Selain senyawa triterpenoid glikosida, senyawa lain yang dikandung oleh pegagan ialah riboflavin (vitamin B2), tiamin (vitamin B1), piridoksin (vitaminB6) yang dapat digunakan untuk meningkatkan energi dan dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Pegagan juga mengandung vitamin K, lisin, kalsium, dan natrium (Ghost dan Derrida 1997).

(34)

Aktivitas hepatoprotektor dari pegagan diduga berkaitan dengan meningkatnya aktivitas antioksidan, menurunkan aktivitas enzim lipid peroksidase, dan meningkatkan pengisian GSH karena oksidasi parasetamol oleh hepar menghasilkan radikal bebas yang mengakibatkan peroksida lipid dan pengosongan glutatione (GSH). Hal ini dapat menyebabkan kerusakan sel hepar yang ditandai dengan meningkatnya kadar SGPT. Peningkatan aktivitas antioksidan ekstrak air herba pegagan dan kunyit dapat mencegah terbentuknya radikal bebas yang terjadi akibat proses oksidasi parasetamol oleh enzim Sitokrom P-450.

Peningkatan pengisian GSH memungkinkan metabolik reaktif yang terbentuk akibat proses oksidasi parasetamol dapat terkonjugasi oleh GSH yang dapat mencegah ikatan kovalen metabolik reaktif dengan komponen makromolekul sel hepar (Davis and Williams 1991).

Ekstraksi

Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (DepKes, 2000). Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluarpengaruh cahaya matahari langsung (BPOM2013).

Salah satucarauntukmengendalikan mutu simplisia adalah dengan melakukan standardisasi simplisia. Standardisasi diperlukan agar dapat diperoleh bahan baku yang seragam yang akhirnya dapat menjamin efek farmakologi tanaman tersebut (BPOM2006). Standardisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan tertentu. Parameter mutu simplisia meliputi susut pengeringan, kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, serta kadar senyawa identitas. Penetapan kadar senyawa identitas yang akan dilakukan disini adalah senyawa yang memiliki aktivitas farmakologisdengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Sebagai data pelengkap, dilakukan pemeriksaan organoleptik,mikroskopis, makroskopis, identifikasi kimia simplisia, serta uji cemaran mikrobiologisnya (Depkes2007).

Kebenaran pemilihan simplisia merupakan aspek penting untuk pengembangan obattradisional. Simplisia merupakan bahan alami yang merupakan bahan dasar untuk pembuatan obat tradisional (Manoi 2006). Identifikasi simplisia dilakukan sebagai identifikasi awal untuk menentukan adanya komponen seluler yang spesifik dari tanaman itu sendiri dan dapat digunakan sebagai pedoman standarisasi bahan/simplisia (Dwiatmika et al. 1999).

(35)

ditentukan perbandingan yang lain dan tidak mengandung bahan berkhasiat keras, maka untuk 100 bagian dekok harus dipergunakan 10 bagian dari bahan dasar atau simplisia (BPOM2010).

Maserasi adalah penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar.

3. PENELITIAN IN VITRO

PENGARUH EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica) DAN KUNYIT (Curcuma longa) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM GSH-Px PADA HATI

TIKUS YANG DIINDUKSI PARASETAMOL 1Tuti Aswani, 2Wasmen Manalu, 3Agik Suprayogi, 4Min Rahminiwati

1. Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer, Direktorat JenderalBina Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan R.I.

2. Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB Bogor 3. Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB Bogor

4. Bagian Farmakologi, Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB Bogor

ABSTRAK

Pengaruh ekstrak pegagan (Centella asiatica) dan kunyit (Curcuma longa) pada kerusakan hati tikus yang diinduksi oleh parasetamol diteliti secara in vitro

melalui kajian terhadap aktivitas glutation peroksidase (GSH-Px), serta pembacaan preparat histopatologi dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Veteriner Bogor. Pembuatan ekstrak kering pegagan dan kunyit dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Bogor. Penelitian menggunakan hati tikus putih Spraque Dawley

yang berumur sekitar 2 bulan dengan rataanbobot badan200 gram. Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan percobaan faktorial dengan ukuran 4 x 4. Faktor pertama ialah ekstrak pegagan dengan 4 dosis, yaitu 0, 6.25, 12.5, dan 18.75 mg/200g BB tikus. Faktor kedua ialah ekstrak tumerik dengan 4dosis, yaitu 0, 112, 224, 336 mg/200g BB tikus. Aktivitas enzim glutation peroksidase (GSH-Px) diukur menggunakan metode Flohe dan Gunzler (1984). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak pegagan dan kunyit dapat menghambat penurunan aktivitas enzim GSH-Px akibat parasetamol. Selain itu, kombinasi ekstrak pegagan dan kunyit dapat bersinergis untuk meningkatkan aktivitas GSH-Px, terutama pada konsentrasi (22,05mg/mL:184,1mg/mL) yang merupakan kombinasi terbaik untuk mencegah dan mengobati kerusakan hati akibat parasetamol.

(36)

EFFECT OFCENTELLA ASIATICA ANDCURCUMA LONGA EXTRACTS INCREASE GSH-Px ENZYME ACTIVITIES IN THE LIVER CELL OF RATS

INDUCED BY PARACETAMOL

1Tuti Aswani, 2Wasmen Manalu, 3Agik Suprayogi, 4Min Rahminiwati 1. Ministry of Health Republic of Indonesia, Jakarta.

2. Department of Anatomy, Physiology and Pharmacology, Faculty of Veterinary Medicine, Bogor AgriculturalUniversity, Bogor, Indonesia.

3. Department of Anatomy, Physiology and Pharmacology, Faculty of Veterinary Medicine, Bogor AgriculturalUniversity, Bogor, Indonesia.

4. Department of Anatomy, Physiology and Pharmacology, Faculty of Veterinary Medicine, Bogor Agricultural University, Bogor, Indonesia.

ABSTRACT

This experiment was designed to study the effect of pegagan (Centella asiatica) and Turmeric (Curcuma longa) extracts on the activities of glutathione peroxidase (GSH-Px) enzyme in the rat liver damaged by paracetamol induction. The experiment used liver of Spraque Dawley rats about 2 months old and weights about 200 grams. The study was conducted by using a 4 x 4 factorial experimental design with three replications per experimental unit. The first factor was Pegagan extract with 4 doses i.e., 0, 6,25, 12,5, and 18,75 mg/200g BW. The second factor was Turmeric extract with 4 doses i.e., 0, 112, 224, and 336 mg/200g BW. The activity of Glutathione peroxidase enzyme (GSH-Px) was measured by method of Flohe and Gunzler. The result showed thatpegagan and turmeric extracts could inhibit (as inhibitory effects) the decreased activity of GSH-Px enzyme due to paracetamol. Combination of pegagan and turmeric extracts could interact to increase the activity of GSH-Px, especially at a concentration of 18,75 mg: 336 mg which was the best combination to prevent and to treat liver damage caused by paracetamol.

Keywords: Pegagan (Centella asiatica), Turmeric (Curcuma longa), Glutathion peroxidase (GSH-Px)

PENDAHULUAN

Kerusakan hati akibat penggunaan obat-obatan terus meningkat. Kasus penderita hepatitis akut dilaporkan bahwa hampir 50% diakibatkan oleh induksi obat-obatan dan lebih 75% kasus kerusakan hati terjadi akibat reaksi obat idiosinkratik yang mengakibatkan kematian jaringan hati sehingga diperlukan adanya transplantasi hati baru (BPOM 2006). Di Indonesia, menurut ISO tahun 2006, terdapat 305 merek obat yang berisi kandungan asetaminofen, baik sebagai obattunggal maupun kombinasi dengan obat lain(ISFI2006).

(37)

kovalen dengan makromolekul protein sel hati, dan menginduksi terjadinya kerusakan sel hati yang bila tidak segera ditangani akan berkembang menjadi parah. Pada keadaan nekrosis, sel-sel hati pecah dan ALT yang terdapat dalam sel hati akan keluar dan memasuki aliran darah di sekitar vena sentralis sehingga terjadi kenaikan aktivitas ALT melebihi normal. Salah satu fungsi hati adalah sebagai salah suatu organ pendetoksifikasi. Proses ini melibatkan banyak enzim, di antaranya adalah glutation sulphidril (GSH) suatu protein yang secara alami diproduksi dalam tubuh dan berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh, regenerasi sel, serta bersifat antioksidan dan antitoksin. Molekulnya terdiri atas 3 asam amino: glutamat, sisteina, dan glisina yang terlibat dalam proses detoksifikasi di hati dan tubuh. Sebagai antioksidan, glutation dapat menangkap Reactive Oxygen Species (ROS) yang dihasilkan dari reaksi oksidasi dalam tubuh (Devarajet al.2014).

Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan mengemukakan bahwa radikal bebas memegang peranan penting dalam patofisiologi berbagai penyakit, di antaranya penyakit hati, iskemia, dan kanker. Radikal bebas juga diketahui sebagai salah satu penyebab kerusakan dan kematian sel (Erdiana 2009). Kecenderungan masyarakat kembali ke alam atau lebih dikenal dengan istilah “back to nature”, memberikan arahan baru di Indonesia untuk mengembangkan keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Sejak tahun 1976 telah dilakukan usaha untuk menemukan senyawa kimia yang berasal dari tumbuhan yang memiliki aktivitas hepatoprotektor, yaitu senyawa yang mempunyai aktivitas melindungi sel-sel hati dan bahkan memperbaiki jaringan hati (Gabeleet al.2009).

Kurkumin dari kunyit, telah dilaporkan dapat memperbaiki kerusakan hati yang diinduksi dengan karbontetraklorida (CCl4), galaktosamin, dan parasetamol dosis tinggi (Gantaitet al.2011). Aktivitas antioksidan kurkumin memegang peranan penting sebagai hepatoprotektor. Selain itu kurkumin juga berkhasiat mengatasi gangguan hati, kurkumin merangsang produksi cairan empedu yang akan memecah lemak. Akibatnya, proses pencernaan lebih lancar. Kurkumin berpotensi sebagai antidiabetes karena mampu melipatgandakan kerja insulin. Konsumsi kurkumin tidak menimbulkan toksisitas. Dosis akut dengan 500 mg/kg bobot badan tidak menginduksi polikromik eritrosit (Negi et al. 2007).

Tanaman lain yang digunakan secara tradisional dalam pengobatan penyakit hati, adalah pegagan (Centella asiatica L.Urban). Senyawa flavonoid dalam tanaman pegagan diketahui merupakan senyawa antioksidan dan berpotensi mencegah kerusakan sel-sel tubuh, di antaranya sel hepar (Erdiana2009).

(38)

Bahan dan metode

Penelitian dilaksanakan di Departemen Antomi, Fisiologi, dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, IPB dan untuk pembuatan preparat histopatologi dilaksanakan di Laboratorium Patologi FKH IPB, serta pembacaan preparat histopatologi dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Veteriner Bogor. Pembuatan ekstrak pegagan dan kunyit dilakukan di Laboratorium PAU IPB Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan Februari 2013 sampai November 2013. Penelitian ini menggunakan hatitikus putih Spraque Dawleyjantan sebanyak 10 ekor, berumur sekitar 2 bulan dengan rataan bobot badan 200 gram.

Penelitian dilakukan menggunakan rancangan percobaan faktorial dengan perlakuan 4 level ekstrak pegagan dan 4 level ekstrak kunyit, masing-masing diulang 3 kali perlakuan. Faktor pertama adalah ekstrak pegagan dengan 4 konsentrasi, yaitu 0;7,35 mg/mL setara dengan 6,25 mg/ 200g BB tikus ; 14,70 mg/mL setara dengan 12,50 mg/ 200g BB tikus, dan 22,05 mg/mL setara dengan 18,75mg/200g BB tikus. Faktor kedua adalah ekstrak kunyit dengan 4 level konsentrasi, yaitu 0; 61,36 mg/mL setara dengan 112mg/ 200g BB tikus;122,7 mg/mL setara dengan 224 mg/200g BB tikus; 184,1 mg/mL setara dengan 336 mg/ 200g BB tikus.Serta konsentrasi kombinasipegagan dan kunyit yaitu 7,35 mg/mL: 61,36 mg/mL setara dengan (6,25 mg:112mg) ; 7,35 mg/mL: 122,7 mg/mL setara dengan (12,50 mg: 224 mg) ; 7,35 mg/mL: 184,1 mg/mL setara dengan (18,75mg:336 mg) dan untuk kombinasi ekstrak kunyit : pegagan dengan konsentrasi ; 184,1 mg/mL :7,35 mg/mL setara dengan (336 mg: 6,25 mg); 184,1 mg/mL: 122,7 mg/mL setara dengan (336 mg:12,50 mg) ; 184,1 mg/mL:22,05 mg/mL setara dengan (336 mg: 18,75 mg). Parasetamol sebagai penginduksi 720mg/ mL setara dengan 180mg/ 200g BB tikus.

Rancangan percobaan faktorial dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Ekstrak pegagan dan kunyit dengan dosis tunggal dan kombinasinya Konsentrasi Keterangan: Ekstrak Pegagan (1)7,35mg/mL; (2)14,70 mg/mL; (3) 22,05 mg/mL

EkstrakKunyit (1) 61,36 mg/mL;(2)122,7 mg/mL;(3) 184,1 mg/mL

(39)

100µL, 2-3 menit kemudian berturut- turut dimasukkan 100µL parasetamol,200µL gluthation tereduksi (GSH) 10mM dan 200µL enzim gluthation reduktase 2,4 Unit, Setelah diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37ºC. kedalam larutan tadi ditambahkan 200µL NADPH 1,5 mM dan diinkubasi lagi pada suhu yang sama selama 3 menit, kemudian ditambahkan 200µL H2O2 1,5 mM. Serapan dibaca diantara waktu 1-2 menit pada panjang gelombang 340 nm.

Pada sediaan lain, larutan homogen hati 200µL, ditambahkan dengan konsentrasi parasetamol 100µL. Dua-tiga menit, kemudin ditambahkan ekstrak 100µL diikuti dengan penambahan 200µL glutation tereduksi (GSH)10 mM, dan 200µL enzim glutation reduktase 2,4 Unit. Setelah itu diinkubasi selama 10 menit dalam suhu 37°C (Memmert),. 200µL NADPH 1,5 mM ditambahkan, dalam campuran tersebut dan diinkubasi kembali selama 10 menit dalam suhu 37°C. Setelah ditambahkan dengan 200µl H2O2 1,5 mM, campuran terdebut dibaca pada Spektrofotometer UV= Vis (Hitachi U-2001) dengan panjang gelombang 340 nm.

Hasil dihitung berdasarkan rumus perhitungan mUGSH-Px. Alur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 11: (FloheandGunzler WA (1984)

Gambar 11: Alur penelitian (Flohe andGunzler WA (1984)

���ℎ������������ − ��= ∆��� ×��

6,22 ×�� × 2 × 1000 ×

1 ��������� Keterangan:

∆Abs = Perubahan absorbans

(40)

Vs = Volume sampel dalam mL (yaitu 0,2 mL) 6,22 = Koefisien ekstensik dari NADPH

2 = 2 mol GSH yang setara dengan mengoksidasi 1 mol NADPH 1000 = Perubahan menjadi milliunit (mU)

Dilakukan penelitian dengan perlakuan ekstrak pegagan dan kunyit terhadap aktivitas GSH-Px pada hati tikus, dengan menggunakan metode Flohe L dan Gunzler (1984). Perlakuan pemberian ekstrak pegagan dan kunyit dibagi atas 3 cara, yaitu: 1. Perlakuan ekstrak pegagan dan kunyit terhadap hati tikus tanpa parasetamol 2. Perlakuan ekstrak pegagan dan kunyit kemudian ditambahkan parasetamol 3. Perlakuan ekstrak pegagan dan kunyit yang sebelumnya diberikan parasetamol.

Analisis statistik

Data hasil pengukuran dianalisis menggunakan Software-SPSS 22,0. Data yang diperoleh diperlakukan sebagai data berkaitan dan dibuktikan dengan uji Anova satu arah. Untuk kelompok uji yang memiliki perbedaan bermakna dilanjutkan dengan uji Duncan. Batas kemaknaan yang digunakanadalah p<0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Induksi Parasetamol terhadap aktivitas GSH-Px pada hati tikus Salah satu metabolit yang dihasilkan dari proses metabolisme parasetamol adalah NAPQI. Suatu oksidan yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerusakan sel-sel hati. Namun, efek sitotoksik radikal bebas NAPQI dapat dihambat sepanjang GSH-Px di dalam hati ketersediaanya masih mencukupi.

Antioksidan alami merupakan antioksidan yang diproduksi langsung oleh tanaman maupun tubuh, contohnya: senyawa polifenol flavonoid, tanin, katalase dan glutation peroksidase bekerja dengan cara mengubah H2O2 menjadi H2O dan O2, sedangkan superoksid dismutase bekerja dengan cara mengkatalisis reaksi dismutasi dari radikal anion superoksida menjadi H2O2. Glutation peroksidase (GSH-Px) merupakansalah satu selenoenzim yang mampu menangkap radikal bebas NAPQI dari hasil oksidasi parasetamol di dalam hati. GSH-Px mempunyai peran penting dalam menjaga sel sel hati agar berfungsi sebagaimana mestinya dengan menangkal kerja oksidan.

(41)

Tabel 2: Aktivitas GSH-Px (mU/mgprotein) pada hati yang diinduksiparasetamol

Parasetamol(mg/mL) Rerata GSH-Px

Perlakuan

0 171,00±6,62 c

720 162,66±4,42 c

1440 139,33±15,86b

2160 104,29±5,02 a

Keterangan: superskrip a,b,c adalahpenurunan GSH-Px akibat induksi parasetamol (p<0,05)

Aktivitas GSH Px yang diinduksi parasetamol pada hati tikus seperti disampaikan pada Tabel 2. menunjukkan terjadinya penurunan dari 171,00±6,62 mU/mgprotein pada awal perlakuan menjadi 104,29±5,02mU/mgprotein pada penambahan parasetamol konsentrasi 2160 mg/mL(p<0,05). Besarnya aktivitas GSH-PX berbanding terbalik dengan peningkatan konsentrasi parasetamol yang ditambahkan pada penelitian ini.

Profil aktivitas GSH- Px seperti disajikan pada Gambar 12 bersifat linear dengan R2 =0,9332. Besarnya aktivitas GSH-Px (Y) untuk setiap konsentrasi (X) yang diujikan mengikuti persamaan y=-22.346x+200.19 R2 =0,9332. Artinya semakin besar dosis parasetamol diberikan semakin menurun aktivitas GSH-Pxatau parasetamol pada dosis yang toksik dapat mengurangi bahkan mengosongkan cadangan GSH-Px. Data yang diperoleh pada penelitian ini terkait dengan peran parasetamol dalam mengosongkan cadangan GSH-Px sejalan dengan hasil penelitianJaesche danBajt (2006) yang menyatakan bahwa dosis toksik parasetamol menyebabkan terjadinya penurunan cadangan glutation.

.

Gambar

Gambar 2: Anatomi hati (Encyclopedia Britannica,inc,2010)
Gambar 4: Metabolismeparasetamol (Goldfrank dan Lewis 2002)
Gambar 6: Kunyit (Curcuma Longa,L)
Gambar 7: Pegagan (Centella Asiatica)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan jasa terhadap kepuasan pelanggan pada PDAM Tirta Musi Unit Kalidoni, Palembang”, Memberikan informasi yang berguna sebagai

Dapatan analisis Korelasi Pearson pula menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi pelajar terhadap kekerapan penerapan 17 nilai murni dalam pengajaran

Pada bab ini membahas mengenai pengujian dan hasil analisis dari peralatan tes surja yang bertujuan untuk mengetahui akurasi dari peralatan surja yang digunakan dalam pengujian,

Sedangkan untuk fungsi lainnya masih belum berjalan karena program tersebut masih baru dan tentunya masih mempunyai proses pengembangan dan perbaikan, selain itu

Sistem Perangkat bergerak android disini, digunakan untuk menampilkan hasil penilaian kinerja yang nantinya bisa digunakan oleh karyawan dalam memantau performa

Atas limpahan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir dengan judul Perencanaan dan Perancangan Interior Pusat Tari Balet dengan

Meskipun dalam kedua teks tersebut tidak ditemukan waktu penyalinannya, tetapi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Roosiati (1983) disebutkan

luas tentang topik dan konsep-konsep yang telah dan akan diajarkan di dalam kelas. Hal ini membuat siswa akan lebih mengetahui kekurangan dalam mempelajari dan