• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output ( Heizer

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output ( Heizer"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

0 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen operasi adalah serangkaian kegiatan yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output ( Heizer dan Render, 2005 ). Manajemen operasi digunakan untuk menerapkan keputusan – keputusan, pengaturan dan pengkoordinasian penggunaan sumber daya produksi perusahaan. Fungsi manajemen operasi adalah untuk menentukan kebijakan dan keputusan manajerial yang berkaitan dengan sistem produksi di dalam perusahaan. Selain itu,Implementasi manajemen operasi yang baik akan membatu perusahaan dalam memproses input yang masuk ke perusahaan menjadi output yang diharapkan perusahaan.

Heizer dan Render ( 2005 ) menyebutkan terdapat 10 keputusan manajemen operasi. Kesepuluh keputusan tersebut dijabarkan sebagai berikut: Perancangan barang dan jasa, Mutu atau kualitas produk, Perancangan proses, perencanaan kapasitas, pemilihan lokasi, Perancangan tata letak dan rancangan kerja, faktor Sumber Daya Manusia, manajemen rantai pasokan, Persediaan, Penjadwalan, dan Pemeliharaan. Sepuluh keputusan manajemen operasi tersebut sangat penting untuk organisasi bisnis dalam menerapkan sistem manajemen operasional perusahaan dengan baik. Sepuluh keputusan tersebut di dalam manajemen operasi disebut juga pilar dasar untuk menciptakan sistem operasional yang baik bagi perusahaan.

Pengertian kualitas menurut standar ISO-8402 adalah totalitas dari fasilitas dan karakteristik suatu produk atau jasa yang mampu memuaskan

(2)

1

kebutuhan, baik tersurat atau tersirat ( Loh, 2001 ). Sebuah produk dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik dan mampu menunjukkan kualitasnya apabila produk tersebut mampu memuaskan konsumennya. Keunggulan kompetitif sebuah organisasi atau perusahaan terbangun melalui kualitas produk yang dimiliki ( Vecchi dan Brennan, 2009 ). Pengelolaan kualitas saat ini tidak hanya dengan pemahaman terhadap pelanggan saja, tetapi kualitas yang baik juga meliputi pengelolaan teamwork, produktivitas, dan saling pengertian dalam suatu organisasi ( Ishikawa, 1993 ).

Definisi kualitas saat ini tidak hanya berkaitan dengan kualitas produk yang dihasilkan, tetapi juga adanya budaya kualitas atau orientasi manajemen kualitas di setiap lini kerja dalam perusahaan ( Wu dan Zhang, 2013 ). Orientasi manajemen kualitas merupakan peningkatan kualitas produk secara berkelanjutan yang dilaksanakan oleh perusahaan. Terbangunnya budaya atau sikap kerja yang berorientasi pada kualitas akan memudahkan proses peningkatan kualitas dengan baik. Adapun proses peningkatan kualitas dalam sebuah perusahaan dimulai dari tahap persiapan, proses, dan juga output dalam sebuah sistem produksi. Orientasi manajemen kualitas dapat digunakan untuk membangun budaya atau filosofi kerja yang berdasar pada kualitas di dalam organisasi bisnis ( Kanji, 1996 ).

Orientasi manajemen kualitas juga disebut sebagai quality culture ( Budaya Kualitas ) yang dibangun di dalam perusahaan( Hastings, 2010 ). Budaya kualitas yang terbangun diharapkan mampu meningkatkan nilai di dalam perusahaan. Budaya kualitas tidak hanya memahami kualitas dari sisi produsen tetapi juga mencoba memahami kualitas produk melalui perspektif konsumen.

(3)

2

Pemahaman kualitas dari perspektif konsumen dapat dilakukan melalui pemenuhan harapan – harapan dari konsumen dengan menyesuaikan kapasitas dan spesifikasi produksi produk yang dihasilkan.

Maletic dan Gomiscek ( 2014 ), menyebutkan dimensi orientasi manajemen kualitas terdiri atas orientasi konsumen, tanggung jawab kualitas, prevention, dan orientasi pada proses. Kaplan dan Norton, ( 1997 ) menjelaskan budaya kualitas dapat dibangun melalui pemahaman kepada konsumen. Sementara Dean dan Bowen ( 1994 ) menjelaskan bahwa upaya pemenuhan kebutuhan konsumen merupakan bagian dari orientasi manajemen kualitas.

Pemahaman terhadap pelanggan dapat dilakukan melalui bebrapa cara. Feng, et al ( 2011 ) menyebutkan 3 cara yang dapat dlakukan oleh perusahaan dalam memahami konsumennya. Pertama adalah dengan memahami keinginan konsumen dengan cara mencari informasi tentang harapan konsumen terhadap produk yang akan diproduksi. Informasi dapat diperoleh melalui riset pasar, interview dengan konsumen, dan informasi dari mitra bisnis yang dimiliki perusahaan. Kedua adalah memahami prioritas harapan konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Penentuan prioritas digunakan untuk mengatasi keterbatas kemampuan dan spesifikasi produksi yang dimiliki perusahaan tanpa mengurangi harapan dari konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Dan ketiga adalah dengan merespon keinginan konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Respon yang dilakukan merupakan tindakan perusahaan dalam menentukan kebijakan produksi yang diambil oleh perusahaan untuk memenuhi keinginan konsumen.

(4)

3

Dow, et al ( 1999 ) menyebutkan bahwa tanggung kualitas merupakan bagian dari pengukuran orientasi maanjemen kualitas sebuah perusahaan. Budaya kualitas adalah bentuk tanggung jawab yang dimiliki seluruh individu untuk menggembangkan kualitas dan juga nilai yang dimiliki sebuah perusahaan. Secara luas, dapat diartikan bahwa tanggung jawab kualitas merupakan satu aspek penting dalam membangun orientasi manajemen kualitas.

Penerapan tanggung jawab kualitas dapat dilakukan melalui beberapa cara. Wu, et al ( 2013 ) menyebutkan ada 3 cara yang dapat dlakukan oleh perusahaan dalam membangun tanggung jawab kualitas. Pertama adalah dengan membangun sikap pegawai dalam memahami dan mengedepankan kualitas produk yang dihasilkan. Kedua adalah menerapkan visi perusahaan yang mengedepankan kualitas di setiap tindakan yang dilakukan perusahaan. Dan yang ketiga adalah melakukan edukasi kepada pegawai untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Edukasi kepada pegawai dapat dilakukan melalui pelatihan atau pendampingan kepada pegawai.

Sistem manajemen kualitas yang baik merupakan metode yang tepat untuk mencegah kerusakan di setiap proses produksi ( Hackman dan Wageeman, 1995 ). Penerapan upaya pencegahan kerusakan merupakan tindakan perusahaan dalam mencapai kualitas terbaik. Untuk itu upaya pencegahan kerusakan merupakan aspek penting dalam membangun orientasi manajemen kualitas di dalam perusahaan.

Upaya pencegahan kerusakan dapat dilakukan melalui bebrapa cara. Hackman dan Wageeman, ( 2011 ) menyebutkan 3 cara yang dapat dlakukan oleh perusahaan dalam upaya pencegahan kerusakan selama proses produksi.

(5)

4

Pertama adalah dengan melakukan pengendalian selama proses produksi. Pengendalian dilakukan dengan melakukan inspeksi di setiap proses produksi. Kedua adalah dengan membangun kesadaran pentingnya pencegahan kerusakan. Kerusakan atau produk cacat yang dihasilkan perusahaan adalah biaya yang terbuang dan menyebabkan pengurangan kinerja perusahaan. Ketiga adalah memahami alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan selama proses produksi berlangsung.

Pengendalian pada proses produksi merupakan komitmen perusahaan dalam melakukan kontrol kinerja produksi. Selain itu, pengendalian pada proses merupakan cara tepat untuk mencari alternatif metode terbaik di dalam proses produksi ( Dean dan Bowen, 1994 ). Perusahaan dapat meningkatkan performa produksinya dengan berfokus pada peningkatan efisiensi pada proses produksi dan melakukan perbaikan berkelanjutan ( Wu, et al, 2011 ). Maka pengendalian pada proses merupakan aspek penting dalam membangun orientasi manajemen kualitas di dalam perusahaan

Pengendalian pada proses dapat dilakukan melalui beberapa cara. Nair, ( 2006 ) menyebutkan 3 cara yang dapat dlakukan oleh perusahaan dalam pengendalian pada proses. Pertama adalah dengan memahami setiap masalah yang muncul selama proses produksi. Kedua adalah dengan mengutamakan perbaikan proses. Mengutamakan perbaikan proses dilakukan untuk mengurangi produk cacat di akhir proses produksi. Ketiga adalah dengan memahami kualitas proses produksi. Pemahaman proses produksi dilakukan melalui perbaikan proses secara berkelanjutan.

(6)

5

Pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang yang bertujuan untuk menjaga peralatan selalu memiliki kondisi yang sama dengan keadaan awalnya. Maintenance atau pemeliharaan juga dilakukan untuk menjaga agar peralatan tetap berada dalam kondisi yang dapat diterima oleh penggunannya ( Higgis dan Mobley, 2002 ). Keadaan mesin yang siap digunakan terbentuk melalui penerapan pemeliharaan yang baik di dalam perusahaan. Pemeliharaan yang baik dapat memberikan dampak pada kualitas produk yang dihasilkan sesuai rencana dan sesuai dengan kualitas yang diinginkan ( Stephen, 2004 ). Komitmen pemeliharaan mesin yang baik dapat dilihat dari kesiapan mesin untuk digunakan, tingkat breakdown atau kerusakan mesin dan juga kemampuan perusahaan dalam mengatasi kerusakan mesin, serta tingkat ketangguhan mesin untuk tahan terhadap kerusakan ( Maletic dan Gomiscek, 2014 )

Orientasi manajemen kualitas dan komitmen pemeliharaan mesin dibutuhkan di semua sektor industri termasuk industri percetakan, khususnya di Kota Surakarta. Jumlah industri percetakan di Kota Surakarta pada tahun 2010 berjumlah 53 unit usaha percetakan ( BPS Jawa Tengah, 2010 ). Jumlah ini mengindikasikan tingkat persaingan yang cukup tinggi. Persaingan yang tinggi mendorong perusahaan untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan. Upaya menjaga kualitas produk dapat dilakukan melalui penerapan orientasi manajemen kualitas dan menjaga performa mesin yang digunakan dalam proses produksi dengan meningkatkan komitmen pemeliharaan yang dilakukan oleh perusahaan.

(7)

6

Industri percetakan memiliki karakteristik adanya pengelolaan sumber daya produksi, baik sumber daya berupa manusia maupun sumber daya lain berupa mesin dan peralatan. Keberadaan sumber daya tersebut diharapkan mampu menunjang kinerja perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Namun keberadaan sumber daya seperti mesin dan peralatan perlu perhatian dalam pengelolaan dan pemeliharaannya. Komitmen pemeliharaan mesin yang baik, akan memberikan dampak positif terhadap kualitas produk yang dihasilkan dalam proses produksi. Parida dan Kumar ( 2006 ) menjelaskan bahwa pemeliharaan yang baik mampu meningkatkan performa dan profitabilitas di dalam proses bisnis.

Kualitas yang baik berorientasi pada beberapa hal antara lain orientasi pada konsumen, tanggung jawab pada kualitas output, pencegahan, dan juga pengendalian pada proses ( Wu dan Zhang, 2011 ). Dengan mempertimbangkan orientasi manajemen kualitas akan mendorong perusahaan percetakan terus melakukan perbaikan komitmen pemeliharaan mesin. Kualitas produk yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh performa mesin maupun peralatan serta sumber daya yang dimiliki sebuah perusahaan. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi orientasi manajemen kualitas adalah komitmen pemeliharaan mesin dalam sebuah perusahaan.

Pertumbuhan industri percetakan di Kota Surakarta mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Penelitian yang dilakukan harian Suara Pembaharuan ( 2012 ) menyebutkan pertumbuhan percetakan meningkat sebesar 12% setiap tahunnya. Pertumbuhan tersebut mengindikasikan persaingan bisnis yang semakin ketat. Sebuah percetakan perlu melakukan efektifitas dalam proses

(8)

7

bisnisnya untuk dapat bersaing. Efektifitas diterapkan melalui pencapaian orientasi manajemen kualitas terbaik. Orientasi manajemen kualitas yang baik akan membentuk pemeliharan sumber daya operasional perusahaan yang baik juga.

Penelitian ini mengembangkan model penelitian yang dikemukanan terlebih dahulu oleh ( Maletic, dan Gomiscek, 2014 ). Penelitian sebelumnya menjelaskan dimensi orientasi manajemen kualitas berpengaruh terhadap performa pemeliharaan pada industri manufaktur. Melalui pengembangan model yang dilakukan, penelitian ini mencoba membangun model orientasi manajemen kualitas yang didalamnya terdiri atas variabel pemahaman terhadap konsumen, tanggung jawab kualitas, upaya pencegahan kerusakan, dan pengendalian pada proses. Kemudian variabel - variabel tersebut membentuk model yang berpengaruh terhadap komitmen pemeliharaan mesin pada industri percetakan di Kota Surakarta

Melihat kondisi perkembangan industri percetakan di Kota Surakarta dan dan didukung pembahasan diatas, penelitian ini kemudian mengambil judul Orientasi Manajemen Kualitas: Upaya Meningkatkan Komitmen Pemeliharaan Mesin

(9)

8 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran orientasi manajemen kualitas pada industri percetakan di Kota Surakarta?

2. Bagaimana gambaran komitmen pemeliharaan mesin pada industri percetakan di Kota Surakarta?

3. Bagaimana pengaruh orientasi manajemen kualitas pada komitmen pemeliharaan mesin?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis:

1. Memberi gambaran kondisi orientasi manajemen kualitas pada industri percetakan di Kota Surakarta.

2. Memberi gambaran kondisi komitmen pemeliharaan mesin pada industri percetakan di Kota Surakarta.

3. Menemukan bukti empiris pengaruh orientasi manajemen kualitas pada komitmen pemeliharaan mesin?

(10)

9 1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang, rumusan masalah dan tujuan yang telah diuraikan di atas, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap literatur dan bahan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ekonomi, khususnya yang terkait dengan ilmu manajemen operasi dan lebih spesifik menjadi bahan acuan dalam penelitian yang berkaitan dengan pengaruh orientasi manajemen kualitas pada komitmen pemeliharaan mesin serta menjadi referensi di penelitian di bidang yang sama.

2. Bagi praktisi pada industri percetakan, khususnya di Kota Surakarta, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam memberikan ide gagasan dan juga memberikan gambaran penentuan keputusan manajerial berkaitan dengan pengelolaan perusahaan dalam mengelola komitmen pemeliharaan mesin melalui orientasi manajemen kualitas yang dimiliki perusahaan .

3. Bagi Peneliti, hasil yang disajikan dari penelitian ini diharapkan mampu sebagai sarana untuk lebih mendalami teori – teori yang didapat selama penelitian serta mendapat tambahan ilmu pengetahuan mengenai pengaruh orientasi manajemen kulitas pada komitmen pemeliharaan mesin. Selanjutnya diharapkam teori yang dipelajari mampu diterapkan peneliti di dunia manajemen operasi yang nyata.

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Konkrit adalah kualifikasi tindakan hukum yang berkenaan dengan suatu peristiwa hukum tertentu, individual diartikan sebagai suatu tindakan hukum yang ditujukan

Terlaksananya kegiatan  peningkatan kapasitas  pelayanan administrasi  kependudukan  pemerintah kota  setidaknya diikuti 20 ...

R Square sebesar 0,322 menunjukkan bahwa 32,2% Opini Auditor di BPK RI Perwakilan Jawa Timur dipengaruhi oleh Pemeriksaan Interim, Lingkup Audit dan Independensi

Informasi yang lebih rinci untuk masing-masing fungsi tersedia pada bab lain dalam panduan ini, atau di layar HP Image Zone Help [Bantuan HP Image Zone] yang menyertai perangkat

gabungan pasir alam dengan batu pecah yang tidak diolah, besarnya persentase untuk masing-masing dapat diperoleh dengan menarik garis lurus yang menghubungkan titik 95 % pada

Bila script berantakan, lakukan Format (source > format).. Lakukan RUN dan lihat hasilnya.. Seperti yang Anda jumpai pada mesin pencari Google, Anda cukup memasukkan 1

Ratifikasi UNCAC 2003 oleh pemerintah Indonesia yang secara politis menempatkan posisi Indonesia sebagai salah satu negara di Asia yang memiliki komitmen pemberantasan korupsi

Baik Fleming dan Bond merupakan lulusan dari sekolah yang sama, memiliki makanan kesukaan yang sama (telur dadar dan minum kopi), memilikikegemaran yang sama