• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri rokok pada tahun-tahun terakhir, terutqma di lndonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. Perkembangan industri rokok pada tahun-tahun terakhir, terutqma di lndonesia"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan industri rokok pada tahun-tahun terakhir, terutqma di lndonesia secara umum justru terus berkembang. Bagi Indonesia, industri mkok termasuk salah satu komoditi yang dilematis. Di satu sisi dianggap dapat mengganggu kesehatan bagi pengkonsumsinya, tetapi di sisi lain rokok termasuk salah satu penyumbang pendapatan negara yang cukup tinggi.

lndustri mkok merupakan salah satu industri yang memiliki peTnan relatif besar terhadap penerimaan negara. Dalam krisis moneter yang dialami oleh lndonesia saat ini, peranan cukai rokok menjadi sangat berarti, apalagi konsumsi rokok Vdak akan terlalu terpengaruh oleh pendapatan masyarakat yang menurun. Cukai yang diterima negara, lebih dari 90% berasal dari cukai rokok, pada tahun 1998 yang lalu penerimaan negara dari cukai tersebut mencapai Rp 7,3 trilyun ( Business Trend, 1999 ). Untuk kegiatan penanaman, pemeliharaan, pengolahan, sortasi dan pemasaran ternbakay diserap 3,5 juta jiwa. Sementara itu, tenaga tidak langsung yang terserap kurang lebih 1,5 juta jiwa, mulai tenaga pabrik, pedagang, pengecer, transportasi dan periklanan ( Warta Rertanian, 1994).

Di satu pihak merokok dapat merugikan kesehatan, namun dipihak lain industri rokok mempengaruhi perekonomian nasional. Untuk mengatasi ha1 ini, pemerintah lndonesia mengambil langkah yang sangat bijaksana, yaitu merokok tetap tidak dianjurkan tetapi budidaya tembakau dan perkembangan industri rokok tidak dihalangi. Kebijaksanaan ini diwujudkan dalam bentuk peraturan yang mengharushan pencantuman peringatan pada setiap bungkus rokok, bahwa merokok dapat rnembahaygkan kesehatan.

(2)

Industti mkok terdiri dari industri rokok kretek dan industri rokok putih. Perbedaan antara kedua jenis rokok ini terletak pada penggunaan cengkeh dalam racikan rokok. Untuk kretek menggunakan cengkeh sebagai bahan baku, sedangkan mkok putih tidak. Pada awalnya, persaingan hanya muncul antara sigaret kretek di satu sisi sebagai rokok produksi dalam negeri, dengan sigaret putih sebagai mkok produbsi "luar negeri". Persaingan kemudian berkembang, manakala para produsen sigaret kretpk menggunakan mesin-mesin dalam proses pembuatan rokok di pabriknya. Di samping masih mempunyai cita rasa seperti sigaret kretek asli, 'SKM" ( Sigaret Kretek Mesin ) juga dinilai higienis karena menggunakan fiNerdan bergengsi.

Persaingan pasar yang semakin ketat dan pennasalahan yang senantiasa menimpanya, telah menjadikan perkembangan industri rokok kretek Indonesia secara kuantitas cenderung menurun. Persaingan yang semakin ketat mendoropg industri rokok untuk meningkatkan kemampuan teknologinya.

Meskipun dalam industri rokok kretek banyak dihadapkan pada berbagai kendala, temyata tidak menggoyahkan perkembangan produksi secara nasional. Berbagai kecenderungan masalah yang cenderung menghadang industri rokok kretek ini baik berupa pembatasan dan anjuran untuk mengurangi mkok, rupanya tidak se~nuhnya berhasil menghadang laju pmduksi rokok kretek di dalam negeri. Hal ini terlihat dari laju perkembangan p d u k s i rokok kretek dalam negeri selama tahun-tahyn terakhir yang secara umum terus meningkat seperti disajikan pada Tabel 1.

(3)

Tabel 1. Produksi Rokok Kretek lndonesia 1992

-

1998 . .

'

( Juta batang ) , ,, , , , .., . :,

.qah"i

.,.',::..'".::"

\

'ji- i

.

, .I >.;,

;fjKT.

. > *.,'

:.,'~::.:h'::q.:!;l.SK~",,::

, : , + . .,. s . , . ; ,

.

'. , . .. Keterangan :

SKM = Sigaret Kretek Mesin SKT = Sigaret Kretek Tangan

lndustri rokok telah menunjukkan dirinya sebagai industri yang paling mampu bertahan dari berbagai gejolak ekonomi. Baik dari segi produksi maupun pembayaran cukainya yang dalam lima tahun terakhir terus meningkat. Walaupun bepagai kampanye anti rokok terus dilaksanakan, namun nyatanya konsumsi rokok terus meningkat. Dalam lima tahun terakhir konsumsi rokok kretek meningkat rata-rata

6,6%

per tahun dari

154,9

milyar batang pada tahun

1994

menjadi

198,9

milyar batang pada tahun

1998,

sedangkan rokok putih peningkatannya rata-rata sekitar

149,3%

per tahun yaitu dai

533

juta batang

1993

1994

1995

1996

1997

1998

pada tahun

1994

menjadi

11.132

juta batang pada tahun

1998

( Business Trend,

1999).

Tabel 2. Perkiraan konsumsi rokok lndonesia, 1994

-

1998

93.453

1992

Sumber : InfoRDev (

1999)

I

40.273

Sumber : GAPPRI I InfoRDev (

1999

) 1

40I881

47,441

50,928

53,038

56,922

70,677

Permintaan mkok khususnya mkok kretek di dalam negeri qiperkirakan akan tetap tinggi. Walaupun saat ini ekonomi lndonesia mengalami konqisi yang kurang

791858

108,218

11 1,026

116,789

141,955

125,072

(4)

mendukung, penintaan akan jenis produk tersebut yang masih cukyp tinggi baik di pasaran dalam negeri maupun ekspor. Hal ini mengingat jumlah penduduk Indonesia yang besar merupakan pangsa yang potensial bagi pertumbuhan konsumsi rokyk.

Dengan trend konsumsi yang terus meningkat, maka industri ykok kretek tetap menjadi bisnis yang prospektii. Selama ini kemunduran dari suatu paprik rokok bukan disebabkan oleh kondisi pasarnya, akan tetapi akibat kesalahan dari manajemennya. Konsumsi mkok di dalam negeri pada tahun-tahun mendatang diduga tidak akan jauh berbeda dengan pertumbuhan tahun sebelumnya. Dengan menggunakan rata-rata kenaikan konsumsi dalam lima tahun terakhir untuk rokok kretek yaitu sebesar 5% per tahun dan kenaikan rokok putih dalam lima tahun terakhir rata-rata 20% per tahun. Maka konsumsi mkok kretek dan rokok putih di dalam negeri seluruhnya diqmyeksikan akan mencapai 221 milyar batang pada tahun 1999 kemudian menjadi 278 mjlyar batang pada tahun 2003 ( Business Trend, 1999 ).

Tabel 3. Proveksi konsumsi rokok kretek clan rokok ~ u t i h 1999

-

2003

Perkembangan teknologi pengolahan rokok kretek dari pengguqaan tangan yang banyak menyerap tenaga keja beralih ke penggunaan mesin yang qemakin canggih,

2000 2001 2002 2003

sehingga perusahaan dituntut untuk dapat proaktif dan dapat mengantifipasi perubahan tersebut agar tidak tertinggal dalam persaingan global.

Situasi krisis seperti saat ini tejadi memaksa sernua pihak untyk berpaling pada teknologi produksi pertanian yang tidak memerlukan biaya tinggi dan tiqak boros energi.

4 Sumber : InfoRDev ( 1999 ) 218.000 229.000 239.000 251.000 16.000 19.000 23.000 27.000 234.000 248.000 262.000 278.000

(5)

Untuk mengantisipasi persaingan yang semakin ketat di era globalisasi Pe~Sahaan Nojorono Tobacco dituntut untuk memiliki keunggulan teknologi. Strategi teknologi dapat dilakukan dengan mengelola dan mengembangkan komponen-komponen teknologi secara optimal yang terdiri dari perangkat teknologi (technoware), pepngkat sumber daya manusia ( humanware ), perangkat informasi ( infoware

)

dan perangkat organisasi (orgaware) untuk menghasilkan proses atau produk yang dapat meningkatkan keunggulan kompetitif ( competitive advantage ). Dalam upaya untuk memasuki pasar global melalui pemanfaatan teknologi yang dimilikinya secara optimal, pemsahaan perlu mengetahui sampai dimana tingkat teknologinya dan mengkaji strategi teknologi yang tepat bagi pengembangan penisahaan.

6. Perurnusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi pemsahaan tersebut, maka geladikarya ini difokuskan pada kajian sebagai berikut :

Vagaimana strategi PT Nojorono dalam melaksanakan dan [nengembangkan manajemen teknologi proses pembuatan rokok sigaret kretek mesin ( SKM ) untuk memperoleh keunggulan kompetitif ( competitive advantage ) dalgm menghadapi persaingan industri rokok di pasar global, baik dari kualitas maupun kuantitas dalam upaya untuk mencapai tujuanpemsahaan ?"

(6)

C. Tujuan

1. Mengkaji penerapan manajemen teknologi pembuatan rokok krevk SKM ( Sigaret Kretek Mesin ) di PT Nojorono Tobacco.

2. Merumuskan beberapa altematif pengernbangan strategi teknologi dan strategi bisnis yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi perusahaan.

D. Manfaat Geladikarya

Geladikarya ini diharapkan dapat memberikan masukan dan manfaat bagi pihak manajemen PT Nojorono dalam menentukan strategi teknologi dan altematif pengembangan strategi bisnisnya secara efisien dan efektif.

E. Ruang Lingkup Geladikarya

Ruang lingkup geladikarya ini dibatasi pada pernasalahan menqenai :

Kajian penerapan manajemen teknologi pada proses pembuatan rokpk sigaret kretek mesin ( SKM ) dan merumuskan altematif strategi teknologi dan ~trategi bisnis di perusahaan dalam upaya memperoleh keunggulan kompetitif di pasar lobal, sedangkan

9

implementasinya diserahkan kepada pihak manajernen PT Nojorono.

Gambar

Tabel 1. Produksi Rokok Kretek lndonesia 1992  -  1998  .  .  '  (  Juta batang  )  ,  ,, ,  ,  ,  ..,
Tabel  3.  Proveksi konsumsi rokok kretek clan rokok ~ u t i h   1999  -  2003

Referensi

Dokumen terkait

Pada awalnya toko Le Galleria juga sudah mulai menjual produk-produk Apple lewat internet dengan melalui beberapa forum internet yang bisa dibilang cukup besar penggunanya..

Langkah-langkah pengisian Distribution Resource Planning Sheet produk Irawan 683-SP untuk distribution center PT.. CPP ke

Kepengurusan swasta ini juga mengandung pengertian bahwa setiap harta wakaf mempunyai manajer tersendiri dimana ia bisa hanya bekerja untuk wakaf, atau bisa

 Suatu undigraph dapat terbagi atas beberapa komponen yang terkoneksi; jika terdapat lebih dari satu komponen terkoneksi maka tidak terdapat path dari suatu verteks

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: (1) mendeskripsikan penerapan model pembelajaran ekspositori untuk meningkatkan hasil pembelajaran

R/ menentukan luas/beratnya masalah yang terjadi pada kira-kira 60% klien normal meskipun kapasitas vital meningkat, fungsi pernapasan diubah saat kemampuan difragma untuk turun

Dengan demikian, genotipe nomer HP 92/542 memiliki stabilitas hasil dalam genotipe tergolong tinggi pada semua fase perdaunan, sehingga genotipe tersebut sangat

Seperti halnya pada kultur pelepah daun, pertumbuhan kultur daun juga tidak menunjukkan pertumbuhan yang berbeda pada sembilan jenis media yang dicoba, artinya pada semua media