• Tidak ada hasil yang ditemukan

GOM 7. ariwiadi. Gerakan Operasi Militer. VII. Penjelesasati Perlstiwa DI/T.I.I. N SERI. PRi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GOM 7. ariwiadi. Gerakan Operasi Militer. VII. Penjelesasati Perlstiwa DI/T.I.I. N SERI. PRi"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

SERI

PRi 1

890

N

G O M

7

Gerakan Operasi Militer. VII.

Penjelesasati Perlstiwa DI/T.I.I.

(2)
(3)

G E R A K A N 0PERAS1

MÏLITER VII

PENJ ELESAIAN PERIST1WA A T J E H

o le h :

A R I W I' A D I

M E G A BOOKSTORE

P E N E R B I T & T O K O B U K U

(Publisher & Bookstore)

Diterbitkan dalam kerdjasama dengan P U S A T S E D J A R A H A N G K A T A N B E R S E N D J A T A

(4)

D A F T A R ISI :

Halaman :

[. H U B U N G A N PERISTIWA TJUMBOK D E N G A N

P E M B E R O N T A K A N DAUD BEUREU'IH 1

II. ABRI DISELURUH ATJEH T A K K E N A L

ME-N J E R A H 3

III. OFENSIF S A P T A M A R G A O L E H ABRI 7

(5)

B A B I

H U B U N G A N PERISTIWA TJUMBOK D E N G A N P E M B E R O N T A K A N D A U D BEUREU'IH.

Sebagaimana kita ketahui di Atjeh terdapat dua

longan jang berpengaruh, jaitu golongan ulama dan

go-longan uleëbalang. Karena adanja taktik

divide et impera

(memetjah belah) oleh fihak tentara pendudukan Djepang

selama masa pendudukannja di Atjeh, telah timbul perten

tangan antara kedua golongan ini. Adapun tindakan2

ten-tara pendudukan Djepang jang bersifat memetjah-belah

ter-sebut a.1. dengan djalan menggantikan kekuasaan peradilan

swapradja jang terdiri dari kaum uleëbalang dengan

te-naga

2

dari kalangan PUSA (Persatuan Ulama Seluruh

Atjeh).

Badan2 pengadilan jang dibentuk oleh pemerintah

pen-dudukan militer Djepang itu bernama Tjiho Hoin dan Ku

Hoin. Perhitungan Djepang dengan tindakannja ini

tentu-nja, bahwa ia akan mendapatkan simpati dari rakjat

ba-njak jang telah diketahui sangat tebal ke-Islam-annja ; dan

simpati rakjat banjak itu sangat diperlukan untuk

mem-perbesar potensi perangnja.

Sedjak Proklamasi 17 Agustus 1945 pemerintah

Re-putblik Indonesia ,dapat mempersatukan fihak2 jang

ber-lainan keinginannja, sehingga suasana tegang mendjadi

reda. Akan tetapi karena Proklamasi Kemerdekaan ini

masih harus diikuti oleh tindakan2 pengisian kemerdekaan,

diantaranja dengan pengisian kedudukan

2

penting dalam

organisasi negara, maka terbukalah kemungkinan

timbul-nja perbedaan pendapat dan perbedaan keinginan diantara

golongan2 jang sedjak lama bertentangan kepentingan

hi-dupnja dan tjita2 politiknja. Achirnja terdjadilah

perten-tangan antara golongan uleëbalang dengan golongan ulama

jang kemudian mendjelma mendjadi pertempuran didaerah

Pidië pada bulan Nopember 1945 selama lebih kurang 2

hulan, jang terkenal dengan nama "Peristiwa Tjumbok",

dimana keunggulan ada dipihak ulama.

(6)

Pada achirnja golongan ulama jang memegang peranan penting sebagai penegak hukum Islam, sedangkan golong-an uleëbalgolong-ang adalah pemelihara adat. Kemudigolong-an, sedjak aksi-militer pertama pada pertengahan tahun 1947, Atjeh dinjatakan sebagai daerah militer istimewa, dibawah se-orang Gubernur Militer jang bertanggung-djawab baik sipil, maupun militer jang ada hubungannja dengan masalah pertahanan. Sebagai Gubernur Militer diangkat Tgk. M o -hamad Daud Beureu'ih dari kalangan P U S A jang sedianja akan mengepalai Djawatan Agama Daerah Atjeh.

Ketika pada tahun 1950 berdasarkan ketetapan Peme-rintah, Atjeh didjadikan keresidenan dibawah propinsi Sumatra Utara, Daud Beureu'ih merasa kurang puas, ka-rena menganggaip dengan "diturunkannja" Atjeh dari ting-katan propinsi kepada tingting-katan keresidenan, kekuasaan- . nja berkurang. Karena itu ia lalu mengundurkan diri dan selama l.k. 3 tahun ia dengan kawan2nja menjelenggara-kan persiapan- untuk mengadamenjelenggara-kan pengatjauan didaerah Atjeh. Dalam usahanja untuk mendapatkan simpati Rak-jat, Daud Beureu'ih dengan kawanZnja menggunakan sen-timen kedaerahan dan sensen-timen ke-Islam-an dalam meng-adakan perlawanan terhadap pemerintah R.I. Demikian djuga organisasi kepanduan jang seharusnja didirikan un-tuk pendidikan tentang perikemanusiaan telah digunakan

oleh Daud Beureu'ih dengan kawan2nja sebagai potensi kekuatan militernja, dengan memlberikan latihan siang dan malam mengenai kemiliteran kepada mereka. Kemanapun pergi mereka selalu siap-siaga dengan alat sendjatanja ; mereka memaksa penduduk untuk mengikuti kemauan mereka, sedang jang tidak niau menurut diantjam akan d i -bunuh dan dibakar rumahnja.

Demikianlah tanggal 20 September 1953 merupakan suatu saat jang tak dapat dilupakan dalam sedjarah Indo-nesia umumnja dan Atjeh chususnja. Pada tanggal inilah dibuka suatu lembaran hitam bagi sedjarah Atjeh, karena pada tanggal itu Tgk. M o h . Daud Beureu'ih memulai pem_ berontakannja terhadap pemerintah R . I . jang sah. Mereka

(7)

(Daud Beureu'ih dengan kawan2nja) pada tanggal 21 Sep-tember 1953 mengeluarkan pernjataan dalam'bentuk "pro_ klamasi" Atjeh sebagai "Negara Bagian dari Negara Islam Sndonesia", dibawah Imam Kartosuwirjo. Segera sesudah pengumuman "proklamasi" tadi, terdjadilah usaha untuk menduduki kota2 besar diseluruh Atjeh oleh Daud Beu-reu'ih dkk. Tapak Tuan di Atjeh Selatan, Meulaboh di Atjeh Barat, Banda Atjeh di Atjeh Besar, Sigli di Atjeh Pidie, Lho' Seumawe dan Bireuën di Atjeh Utara, Langsa di Atjeh Timur dan Takengon mendjadi sasaran serangan para pemberontak. Serangan2 terhadap sebagian besar kota2 tersebut dapat ditangkis. Kota Bireuën, Meureudu, Takengon, Tangsë dan Geumpang pada permulaan se-rangan ini dapat diduduki oleh kaum pemberontak.

Adapun tjara penjerangan jang dilakukan oleh kaum pemberontak dilakukan dengan bergelombang ; setiap ge-lombang terdiri atas beribu-ribu penjerang. Barisan jang paling muka terdiri dari tenaga2 muda, pada umumnja dari anak- sekolah Agama dan anggota2 Pemuda Islam jang telah berhasil dapat diperalat oleh Daud Beureu'ih dkk. Mereka bersendjatakan sendjata tadjam, sqperti rentjong, keiewang, tombak dll. Barisan belakang terdiri dari tenaga2 jang telah agak berumur, dengan bsrsendjata aipi, seperti stengun, karaben dll. Dalam melakukan penjerangan ini mereka meneriakkan k a t a2: "Allahu akbar". Melihat ini anggota2 Angkatan Bersendjata pada umumnja tidak sam-pai hati untuk meiepaskan tembakan kearah kumpulan manusia jang dipelqpori oleh anak2 muda iu.

B A B II

ABRI DISELITRUH A T J E H T A K K E N A L M E N J E R A H .

Daud Beureu'ih jang pada mulanja mempunjai kejakin-an, bahwa dalam tempo kurang dari seminggu seluruh Atjeh akan berhasil dikuasainja, melihat bahwa dugaannja ini ternjata meieset samasekali, karena hampir disemua tempat ia mengalami perlawanan jang gigih dari kesatuan

(8)

Angkatan Bersendjata, sungguhpun djumlali pasukan kita jang mempertahankan diri itu djauh lebih ketjil. Banda Atjeh sebagai ibu kota Keresidenan Atjeh, berkat kewaspa-daan ABRI, terutama fihak Angkatan Darat, jang dipim-pin oleh Major Prijatna, jang bekerdja-sama dengan Pa-mongpradja setempat, terhindar dari pendudukan kaum pemberontakan.

Kota Meulabohpun tidak sampai diduduki oleh kaum pemberontak. Hal ini disebabkan karena tindakan tjepat dari acting Bupati/Kepala Daerah Patih Radja Kalelong. Kota Tapak Tuan, ibukota Kabupaten Atjeh Selatan, di-duduki pemlberontak sampai tanggal 3 Oktober 1953. Untuk kepentingan penjusunan kekuatan kembali, ibukota Kabupaten itu dipindahkan ke Kandang. Disitulah mulai dipersiapkan rentjana untuk merebut kembah Tapak Tuan.

Pada tanggal 1 Oktober 1953 djam 17.00 Komandan K.D.M. Letnan Hasan Samosir mengadakan rapat dengan pedjaibat2 sipil dan diambil keputusan untuk menjerang pemberontak jang berada di Kluet Utara. Kemudian de-ngan mendapat bantuan dari hampir seluruh penduduk Bakongan dan Kandang pada tanggal 2 Oktober 1953 djam 03.00 dimulailah penjerangan ke Kluet Utara. Serangan jang dilakukan dengan kerdjasama dengan Rak-jat ini berhasil memukul-rnundur pemberontak dari tempat itu. Kemudian pasukan Letnan Hasan Samosir bersama-sama Rakjat memperbaiki djemlbatan Krueng Bateë, jang telah dirusakkan oleh kaum pemberontak. Keesokan hari-nja, pada tanggal 3 Oktober 1953 disusun kembali ke-kuatan untuk merebut Tapak Tuan, tetapi ternjata setelah diadakan penjerbuan, kota Tapak Tuan telah ditinggalkan oleh pemberontak. Dapatlah dikatakan, bahwa selama Tapak Tuan diduduki oleh kaum pemiberontak tidak per nah bendera apa jang dinamakan "Darul Islam" dapat dikibarkan, karena penduduk telah ber-siap2 untuk mem-berikan perlawanan apabila pemberontak berani menaik-kan bendera itu.

Kota Sigli dan Lho' Seumawe masing2 sebagai ibukota

Kabupaten Atjeh Pidië dan Atjeh Utara djuga mengalami serangan hebat pemberontak, baik dari djurusan laut,

(9)

maupun dari djurusan darat. Tetapi berkat ketabahan dan

keberanian dari kesatuan2 A B R I setempat, terutama

ang-gota2 Kepolisian, serangan2 ini dapat digagalkan. Kepala

Polisi Kabupaten, Sastrowardojo dari Sigli dan Daniël

Ha-mongan dari Lho' Seumawe telah Ibertekad bulat untuk

mempertahankan kedudukan kota ini hingga titik darah

jang penghabisan. Pertempuran jang berlangsung selama

beberapa hari dan menelan korban jang sangat banjak ini

berachir dengan mundurnja fihak pemberontak. Djuga

kota Bireuën di Atjeh Utara mengalami serangan, tetapi

tidak sampai dikuasai oleh pemiberonak. Kota Meureudu

di Atjeh Pidië dapat dikuasai oleh kaum pemberontak. Hal

ini disebabkan karjsna tindakan pengchianatan Hasan Saleh

(ex Kapten TNI) jang telah meninggalkan kesatuannja di

Sidikalang dan menggabungkan diri dengan kaum

pembe-rontak.

Para pemberontak menjerang Meureudu dengan

perleng-kapan persendjataan jang dilarikan oleh Hasan Saleh.

Meskipun mendapat serangan kaum pemberontak jang

djumlahnja lebih Ibesar, namun kesatuan

2

ABRI tetap

me-ngadakan perlawanan dengan gigih dibawah pimpinan

Su-rojo. Achirnja karena kehabisan amunisi mereka terpaksa

meninggalkan kota dan menjingkir dengan menjusur pantai

laut kearah selatan. Tetapi malang bagi mereka, karena

mereka kepergok pemberontak dan ditawan. Surojo

digu-nakan oleh pemberontak sebagai instruktur, tetapi

kemu-dian ia dapat meloloskan diri dan melaporkan diri kepada

fihak Kepolisian di Sumatera Utara.

Kota Takengon, ibukota Atjeh Tengah ternjata kota

jang terhebat mengalami serangan kaum pemberontak.

Kesatuan Polisi dibawah A K P Mohamad Jusuf beserta

pegawai2 Pamongpradja telah melakukan perlawanan jang

gigih. Kemudian karena kehabisan peluru mereka terpaksa

mengundurkan diri ke Bireuën. Bupati Mohamad Husin

ditawan atas tuduhan memihak pemberontak, sebagai

gan-tinja diangkat patih H . Sitompul, jang ditugaskan sebagai

acting Bupati/Kepala Daerah Kabupaten Atjeh Tengah

dengan tempat kedudukan Bireuën.

(10)

Takengon dikuasai pemberontak selama l.k. 2 bulan. Kota Langsa, Peureulak mengalami djuga serangan pem-berontak. Para pedjabat setempat pada waktu itu sedang berada di Medan, menghadiri P O N ke III. Pada tanggal 20 September 1953 djam 02.00 malam " T H " berhasil meir duduki Peureulak dan mengibarkan bendera merah Bulan Bintang. Malam itu djuga dilakukan perlutjutan sendjata terhadap Polisi sub-wilajah Peureulak oleh fihak pembe-rontak, bersama dengan Asisten Wedana A . R . Hasan jang telah memihak kepada pemberontak. Demikian djuga di-kota Idi dilakukan hal jang sama oleh lnspektur Polisi Aminuddin A l i jang djuga telah memihak pemberontak.

Berita tentang penjerbuan ini diterima di Langsa pada tanggal 20 September 1953 djam 9.00. Para anggota Polisi di Langsa telah menentukan sikap, bahwa mereka akan memberikan perlawanan terhadap kaum pemberontak, apa-bila mereka diserang.

Pada tanggal 21 September 1953 kira2 djam 4.30 pagi dalam djumlah beribu-ribu pemberontak menjerbu markas C P M dan asrama B R I M O B di Langsa. Terdjadilah tem-bak-menembak hingga djam 9.00 lebih. Temtem-bak-menembak

itu berachir setelah fihak pemberontak mengundurkan diri dengan keadaan kotjar-katjir dan meninggalkan bebe-rapa orang korfban. Bantuan didatangkan kemudian dari Medan. Untuk mendjaga segala kemungkinan maka di-adakan djam malam mulai djam 18.00 hingga djam 06.00. buka kembali.

Tanggal 23 September 1953 diadakan pembersihan di-kota Langsa dan Simpang. Pada tanggal itu djuga A B R I berhasil membebaskan kota Bajeun dari tangan pemberon-tak. Korban difihak pemberontak 21 orang tewas. Keesok-an harinja pada tKeesok-anggal 24 September 1953 A B R I dapat membebaskan kota Peureulak dari tangan pemberontak dengan tidak ada korban jang djatuh. Tanggal 25 Septem-ber 1953 kota Idi Septem-berhasil djuga dibebaskan. Dalam waktu seminggu kekuasaan kaum pemberontak dari Langkat Ta-miang ke Idi dan Darul Aman telah djatuh kemlbali keta-ngan A B R I . Kaum pemberontak masih djuga melakukan

(11)

aktivilasnja disana-sini seperti: penggarongan, pentjulikan dsb., tetapi kebanjakan terdjadi disebelah Barat dan Sela-an Darul AmSela-an.

Djulo' dan Simpang Ulim merupakan sarang pemberon-tak jang terkuat. Dalam usahanja untuk melumpuhkan ke-dua sarang pemberontak itu, keke-dua tempat itu diisolir oleh A B R I , sehingga usaha- infiltrasi kaum pemberontak tidak menghasilkan sesuatu. Adapun pendudukan kembali kota Peureulak oleh A B R I terdjadi pada tanggal 23 September 1953, l.k. djam 17.00, ialah oleh kesatuan Kompi 103, dibawah pimpinan Kajpten Manaf dan B R I M O B jang di-pimpin oleh Komisaris R . Jusuf. Pasukan2 A B R I mema-suki kota tanpa menemui perlawanan, karena kira2 20 km sebelum pasukan kita memasuki kota Peureulak kaum

pemberontak telah melarikan diri. y

B A B III

OFENSIF S A P T A M A R G A O L E H ABRI.

Bantuan Militer didatangkan dari Sumatera Tengah dan Utara. Kota Seulimeum jang dikuasai pemberontak pada tanggal 24 September 1953. delapan hari kemudian dapat direbut kembali oleh kesatuan2 A B R I dari Angkatan Darat dan Kepolisian dibawah pimpinan Kapten Sitorus. Kota Bajeun, Idi dan Peureulak dalam waktu singkat dapat di-bebaskan, ber-turut2 pada tanggal 23, 24 dan 25 Septem-ber 1953.

Kota Tapak Tuan direbut kembali pada tanggal 3 Ok-tober 1953. Dalam pembebasan ini A B R I bekerdja-sama erat dengan Rakjat. Kota Meureudu direbut kembali se-telah dilakukan serangan2 dari darat, laut dan udara. Para pemberontak menjingkir ke-gunung2 disekitar kota t e r

sebut. Perebutan kembali kota Takengon merupakan saat jang paling lama, djika dibandingkan dengan kota2 lain-nja. Perebutan kembali itu dilakukan oleh dua kesatuan, masing2 dipimpin oleh Let.Kol. (sekarang Major Djendral) Ibrahim Adji, jang bergerak dari Blangkedjeren, melalui

(12)

djalan Uwak, menudju Takengon ; satu pasukan lagi, di-bawah pimpinan Kapten Sitorus, jang bergerak dari kota Bireuën, melalui djalan jang menudju Takengon, melewati terrvpat2 : Blangrakal, Lampahan dan Redelong.

Dalam hal ini tidak dapat dilupakan djasa Bupati Muda Sedang, Kepala pemerintahan Atjeh Tengah jang berke-dudukan di Bireuën. Beliau telah mengusahakan, agar pen-dudukan wilajah Takengon oleh A B R I tidak banjak me-numpahkan darah. Beliau mengirimkan bdberapa kurir dan orang2 jang dipertjajai untuk mengadakan kampanje

"ber-bisik" agar tenaga kaum pemberontak mendjadi kotjar katjir dan agar perlawanan terhadap A B R I tidak terdjadi. Dalam hal ini beliau selalu bertukar pikiran dengan K M D . BI.B.Roi.I Kapten N.H..Sitorus, supaja gerakan A B R I di-arahkan ke Takengon. Rentjana mengirimkan kurir jang resmi ke Takengon itu mendapat persetudjuan K M D , B I . B.Roi.I. untuk menemui Kepala2 pemberontak, supaja me-reka menjerah kepada A B R I . Tetapi ternjata 3 orang kurir jang dikirimkan tidak pernah kembali lagi.

Pada tanggal 18 Nopemiber 1953 djam 18.00 W.S.U. A B R I mulai bergerak dibawah komando Kapten N . H . Si-torus, dimana ikut djuga Bupati Muda Sedang. Pada ma-lam harinja mereka menginap di Tepin Wane. Keesokan harinja pada tanggal 19 Nopember 1953 djam 8.00 W.S.U. rombongan menudju ke Blang Rakal. D i k m 28 mereka terpaksa berhenti, karena djalan telah dihantjurkan oleh kaum pemberontak. Tetapi berkat aktivitas pasukan zeni pionir, dalam tempo 3 djam, djalan dapat dibetulkan de-ngan baik. Dalam perdjalanan selandjutnja tidak menga-lami kontak sendjata dengan kaum pemberontak, ketjuali di km 32 ditemukan bekas pos tempat pemberontak. Rom-bongan terus menudju ke Blangrakal. Disini mendapat ke-terangan dari rakjat, bahwa pemberontak Saleh Adry de-ngan pengjkut2nja berada didaerah Blangrakal dan baru

sadja mereka melarikan diri setelah mereka mendengar kesatuan2 A B R I datang. Oleh kesatuan2 kita kemudian diadakan tembakan2 disekitar daerah Blangrakal. untuk mengadakan pembersihan.

(13)

Rombongan ini kemudian menudju kerimba raja dan bermalam disitu tanpa mendapat gangguan apa2. Keesokan harinja Kepala Daerah Kabupaten Atjeh Tengah membuat maklumat kepada penduduk, agar mereka kembali keru-mah mereka masing2. Dinjatakan pula, bahwa kedatangan A B R I jalah untuk melindungi Rakjat terhadap kaum pem-berontak.

Pada tanggal 20 Nqpember 1953 djam 9.00 W.S.U. kesatuan2 A B R I menudju Lampahan dan beristirahat se-bentar di Ronga2. Disitu pada malam tanggal 20 Noperrr ber 1953 pemberontak meiepaskan tembakan2, jang ke-mudian dibalas oleh kesatuan2 kita. Achhnja kaum pem-berontak melarikan diri dengan kotjar-katjir. Keesokan harinja rombongan menudju ke Simpang Lajan dan men-dapat sambutan hangat dari penduduk setempat.

Demikianlah setelah dua bulan lamanja daerah Lam-pahan dikuasai oleh kaum pemberontak, dibebaskan kem-bali dengan datangnja A B R I kita itu. Karena bergembira, penduduk mengibarkan bendera sang saka Merah Putih. Ditempat itu kesatuan2 kita beristirahat 3 malam, jang lalu bertemu dengan rombongan Panglima T.T.I. Kolonel M . Simbolon. Kemudian Kapten N . H . Sitorus terus berge-rak menudju ke Teritit, tempat terachir operasi dari BI.B.-Roi.I JTl/Bukit Barisan. selandjutnja bersama-sama de-ngan rombode-ngan Panglima T T I pada tgl. 24 Nopmb. 1953 djam 7.00 mereka menudju ke Takengon. Pada djam 8.30 W.S.U. mereka memasuki kota dan disambut oleh K m d . Res II Gadjah. Let.Kol. Ibrahim Adjie. Kedatangan me-rekapun disambut djuga oleh segenap penduduk.

Dalam waktu dua hari setelah pendudukan kota itu l.k. 90% dari para pegawai telah mendaftarkan kembali dan tak satupun insiden jang terdjadi antara A B R I dengan Rakjat. Para anggota A B R I bergaul dengan penduduk se-tempat se-olah2 mereka berada dikampung halaman sen-diri. H a l ini menjebabkan hilangnja ketakutan dan ketje-masan jang semula ada dalam hati penduduk.

Kota terachir, jaitu Geumpang djatuh kembali ketangan kita pada tanggal 29 Nopember 1953. Dengan djatuhnja

(14)

Geumpang dapatlah dikatakan, bahwa potensi militer kaum pemberontak telah patah. Kesatuan2 mereka telah berada

dalam kepanikan. terpetjafrbelah. Persatuan pimpinan te-lah lenjap, tetapi hal ini bukan berarti, bahwa kesatuan A B R I telah dapat ditarik dari Atjeh.

Dalam suasana baru ini diperlukan lebih banjak kesa-tuan A B R I , disebabkan tugas jang telah berubah, jaitu tugas jang semula menghadapi pertempuran besar2an, kini harus mentjegah kemungkinan2 terulangnja kembali

peris-liwa-perisüwa seperti jang sudah2 itu. Tugas utama me-reka pada saat itu ialah mengadakan patroli, mentjari dje-djak, mengedjar dan menangkaip pemimpin2 pemberontak

dan pengikut2nja jang telah menghilang dalam

hutan-ibelu-kar, gunung2 dan lembah- jang sulit didatangi.

Untuk melaksanakan ini maka Kabinet A l i Satsroami-ajojo S.H. mengambil tindakan dengan mengirimkan sa-tuan-satuan Angkatan Darat, Laut dan Udara. Hingga tahun 1961 tindakan kaum pemberontak hanja terbatas pada pengerusakan alat2 perhubungan, pembakaran gedung pemerintah, antjaman2, teror dan intimidasi.

Diantara sa tuan- A B R I jang pernah bertugas di Atjeh jalah Bataljon 434 dari Divisi Diponegoro jang dipimpin oleh Major (sekarang Kolonel) Rustamadji Wibowo, jang bertugas didaerah Banda Atjeh, Atjeh Barat, Atjeh Besar. Meulaboh, Tapak Tuan, daerah Gajo dan Takengon. K e -satuan lainnja jalah dari Bataljon 446 Divisi Diponegoro,

jang bertugas didaerah Bireuën sampai dengan Sigli. Batal-jon ini dipimpin oleh Major Sugiarto.

B A B IV

P E N J E E E S A I A N D E N G A N MUSJAVVARAH.

Peristiwa pemberontakan di Atjeh ini pada dasarnja merupakan pertentangan jang sudah lama antara golongan2

jang berlainan ideologinja. Oleh karena itu pemerintah mentjarikan penjelesaiannja dengan djalan jang se-bidjak-sana-bidjaksana mungkin. Sebagai usaha pertama kearah

(15)

ini maka dikirimkanlah misi HARD! untuk menanainkan pengertian pada fihak2 jang saling bertentangan. Sebagai kelandjutan pelaksanaan usaha ini maka pada tanggal 17 s/d 28 Desember 1962 diadakan "musjawarah" kerukuir an rakjat Atjeh", jang diadakan atas inisiatif pribadi Pang-lima Kolonel Mohamad Jasin, jang disokong oleh tokoh2

Peperda (Atjeh) dan pemerintah daerah. Musjawarah itu diadakan dengan maksud utama untuk melaksanakan ke-amanan. jang telah ditjapai untuk mentjiptakan suatu sua-sana jang menguntungkan bagi pelaksua-sanaan pembangunan semesta.

Adapun keputusan musjawarah itu a.1. berkenaan de-ngan pelaksanaan unsur sjariat Islam/bagi pemeluknja di Atjeh jang penting bagi kelandjutan konsolidasi dan sta-bilisasi keamanan dan kerukunan daerah. Menurut Pang dam. I, bahwa keamanan lahir (fisik) telah ditjapai. Oleh karena itu keamanan batin (mental) perlu segera diadakan djuga.

Dengan berhasilnja musjawarah kerukunan ini, maka lahir piagam kerukunan rakjat Atjeh sebagai manifestasi hasrat dan kepribadian rakjat Atjeh jang merupakan goal penjelesaian terachir mengenai keamanan didaerah ini. Maka tibalah saatnja bagi generasi kita untuk memba-ngun daerah Atjeh setjara besar2an dalam rangka

pemba-ngunan bangsa jang besar.

Diputuskan djuga dalam musjawarah itu agar peristiwa2

jang lalu segera dilupakan. Demikianlah setelah melalui proses jang b e r l i k u2 dalam usaha pemulihan keamanan

di Atjeh sedjak dari Kolonel Sjamaun Gaharu selaku Pang dam I dengan konsepsi prinsipiil kebidjaksanaannja, banr lah pada tanggal 17 Agustus 1961 Pangdam I Kolonel M . Jasin menjatakan, bahwa Atjeh dari Darulharb (katjau) mendjadi Darussalam (aman), jang meletakkan dasar kebidjaksanaan penjelesaian keamanan kepada : P E N J E L E

-S A I A N K E A M A N A N L A H I R - B A T I N .

(16)

Diantara keputusan2 musjawarah kerukunan rakjat

Atjeh dapat disimpulkan bahwa :

1. Hukum sjari'at Agama Islam dengan sendirinja (oto-matis) berlaku di Atjeh sadja.

2. Dapat ditjiptakan perundang-an bagi para pemeluk agama Islam jang dapat disesuaikan dengan Sjari'at Islam.

3. BerdasarkanPe/-«/araan Missi Hardi S.H., Pemerintah Daerah diperkenankan membentuk Perundang2an Dae-rah dalam lapangan keagamaan, peradatan dan pendi-dikan jang didalamnja diambil kebidjaksanaan berke-naan dengan unsur2 Sjari'at Agama Islam dengan

tja-tatan, bahwa tidak bertetangan dengan garis2 besar

daripada Haluan Negara, keipentingan umum, atau per-aturan perundangan jang lebih tinggi tingkatnja.

S U M B E R2 :

1. U S E P R A N A W I D J A J A S H , Hubungan Sistim Perta-hanan dengan Sistim Pemerintahan Bagian III (Atjeh). 2. Arsip D.O. KODAM ATJEH 1959.

3. M i \ S . M . A m i n , Disekitar Peristiwa berdarah di Atjeh.

4. Kementerian Penerangan, Provinsi Sumatera Utara.

5. Wawantjara dengan Kapten Surjadi (Bekas anggota Jon 434 Divisi Diponegoro).

(17)

Diterbitkan oleh

M E G A B O O K S T O R E

dalam kerdjasama dengan

PUSAT SEDJARAH A N G K A T A N BERSENDJATA S.A.B.

SERI B A T J A A N PERADJURIT

1. P E R T E M P U R A N SURABAJA.

2. G E R A K A N OPERASI MILITER VI.

3. L A K S A M A N A M U D A U D A R A PROF. DR. A B D U L

R A C H M A N S A L E H PELOPOR K E D O K T E R A N , R A

-DIO D A N P E N E R B A N G A N .

4. OPERASI2 MILITER T E R H A D A P PERMESTA

TA-H U N 1958.

5. D J E N D E R A L URIP SUMOHARDJO PERINTIS A N G

-K A T A N BERSENDJATA R.I.

6. G E R A K A N OPERASI MILITER VII.

7 D A R A H TERSIMBAH DI DJAWA B A R A T .

8. KISAH PENUMPASAN R.M.S.

9. PANGLIMA BESAR SUDIRMAN.

10. B O M W A K T U KOLONIALIS B E L A N D A M E L E D A K

DI M A K A S A R .

11. H A K E K A T SEDJARAH D A N AZAS2 M E T O D E

SE-D J A R A H .

12. S A P T A M A R G A B E R K U M A N D A N G DI SUMATERA.

13. OPERASI2 MILITER M E N U M P A S K A H A R M U Z A

-K A R .

d a n

SEDJARAH PERDJUANGAN NASIONAL dibidang

BERSENDJATA.

Karya : Djenderal Dr. A . H . NASUTION.

Kertas: Koran.

(18)
(19)
(20)

1

^fft

EaA

ë22££E2£2L

1 ffjll

P E N E R B I T & T O K O B U K T J

| ^ ^ ^ | (Publisher & Bookstore) Dlterbltkan dalam Kerdjaaama dengan P U S A T S E D J A R A H A N G K A T A N B E R S E N D J A T A

Referensi

Dokumen terkait

Dengan disepakati perjanjian jual beli duku dengan sistem ijon, timbullah hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak yang mengadakannya, dimana hak warga masyarakat

Apabila dilihat dari rata-rata perkembangan AKO selama 5 tahun tingkat arus kas operasi dari tahun 2010 hingga tahun 2014 yang paling baik ialah pada tahun 2012

Simpulan pada penelitian ini adalah kadar leptin pada subyek psoriasis vulgaris lebih tinggi dibandingkan bukan psoriasis serta terdapat korelasi positif yang kuat antara

Pasir silika ber6ungsi sebagai pemba#a oksida silica ()i2! dengan kadar ang cukup tinggi aitu sekitar &0-&5 %. ?epositna berbentuk gunung-gunung pasir silika dan

menjadikan data panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku lebih kompleks.. c) Data panel mendasarkan diri pada observasi cross-section yang

(1) Dengan Peraturan Bupati ini, Pemerintah Daerah memberikan dispensasi pelayanan pencatatan kelahiran bagi penduduk WNI di daerah yang lahir sebelum diberlakukannya

Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumber Daya Ikan Laut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Direktorat Jenderal Perikanan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI,