• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indonesia belum optimal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Indonesia belum optimal"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Avanti Fontana. 6 Oktober 2015. Catatan Diskusi Panel Inovasi Nasional “Membangun Ekosistem Inovasi Indonesia: Perlu Kepemimpinan Inovatif untuk Bangun Ekosistem

Inovasi Indonesia.” Yayasan Planet Inovasi dan The Ary Suta Center.

P

eran kepemimpinan yang inovatif diperlukan untuk membangun ekosistem yang kondusif dan terintegrasi agar inovasi dapat berkembang dan memberikan kontribusi lebih besar terhadap pembangunan nasional. Pemerintah berperan krusial dalam membangun ekosistem inovasi nasional lewat perannya dalam menciptakan lingkungan politik, lingkungan regulasi, dan lingkungan bisnis yang kondusif. Selain itu, kecerdasan kolektif pada tatanan pembuat kebijakan juga diperlukan untuk menjamin pertumbuhan demokrasi dan kedaulatan nasional dalam upaya mencapai kesejahteraan masyarakat. Kebijakan membangun ekosistem inovasi nasional perlu diikuti dengan perumusan strategi dan upaya yang terperinci yang siap diimplementasikan oleh para pemangku kepentingan sistem inovasi nasional.

Demikian benang merah diskusi panel “Membangun Ekosistem Inovasi Indonesia” yang diselenggarakan oleh Yayasan Planet Inovasi (Planet Inovasi Foundation) bekerja sama dengan The Ary Suta Center for Leadership, Strategy, and Critical Thinking, di Jakarta, Selasa (6/10).

Para panelis diskusi ini adalah President, Strategic Center for Indonesia Innovation, Moeldoko; Chairman, The Ary Suta Center, I Putu Gede Ary Suta; Ketua Umum Planet Inovasi dan Dosen Strategi dan Manajemen Inovasi Universitas Indonesia, Avanti Fontana; Pendiri Bina Swadaya dan Pelaku Wirausaha Sosial, Bambang Ismawan; dan Pengembang Bidang Energi Terbarukan dan General Manager Canadian Solar South East Asia Pte Ltd, Insan Boy; dengan moderator Direktur Eksekutif Kiran Resources, Soebowo Musa.

Para panelis melihat peran kepemimpinan yang inovatif pada semua tingkat pemangku kepentingan, yaitu pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, dan komunitas serta komponen bangsa lainnya, merupakan faktor fundamental yang sangat penting untuk menciptakan lingkungan sistem inovasi yang terintegrasi bagi penguatan daya saing bangsa.

Moeldoko menyampaikan, perlunya perubahan paradigma tentang inovasi pada tatanan pimpinan nasional dan daerah dengan menjadikan inovasi sebagai pola pikir dan pola tindak. Hal itu bisa dilakukan dengan memperbaharui struktur organisasi pemerintah termasuk meninjau pentingnya keberadaan Innovation National Agency yang berperan koordinatif dalam ekosistem inovasi nasional. Pembaruan struktur organisasi pemerintah perlu dilakukan agar kita

(2)

memiliki kemampuan dan fleksibilitas dalam berinovasi serta menghadapi tantangan-tantangan strategis di masa depan. “Juga mendorong pengembangan sumber daya manusia sebagai agen-agen pembangunan utama yang memiliki kompetensi dan komitmen tinggi untuk melakukan inovasi di berbagai bidang,” ungkap mantan Panglima TNI itu.

I Putu Gede Ary Suta mengatakan, faktor kepemimpinan dan intelijen kolektif merupakan faktor fundamental yang diperlukan guna mendukung pembangunan nasional berbasis inovasi. Diskusi panel ini, paparnya, merupakan upaya nyata di tingkat pemikiran strategis untuk melihat peluang dan tantangan dalam bangunan ekosistem inovasi nasional guna menunjang pembangunan berbasis inovasi dalam upaya mencapai tujuan nasional.

Avanti Fontana menjelaskan, ekosistem inovasi yang kondusif memungkinkan terjadinya jejaring kerja sama inovasi di antara seluruh komponen bangsa dan organisasi-organisasi untuk menghasilkan dan memanfaatkan karya-karya inovasi itu sendiri. Lingkungan institusional yang kondusif untuk inovasi mencakup antara lain lingkungan politik, lingkungan regulasi, lingkungan bisnis. Lingkungan ini perlu dirancang bangun untuk memfasilitasi inovasi di berbagai bidang dan tingkatan usaha serta organisasi. Pendidikan dan riset, infrastruktur, kematangan pasar serta bisnis termasuk di sini adalah keberadaan sumber daya manusia yang ahli dan terampil dalam berinovasi, menjadi faktor penting lainnya yang harus disiapkan secara komprehensif nasional. Hal ini menuntut produk-produk kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang kondusif, menyeluruh dan menyentuh semua tingkat makro dan mikro nasional. Interaksi sistematis dan kondusif antar pelaku inovasi nasional, yaitu pemerintah, bisnis/industri, lembaga riset/universitas, dan komunitas perlu menjadi praktik keseharian pembangunan nasional berbasis inovasi.

Bambang Ismawan mengungkapkan, keterkaitan antara sumber daya dan pelaku pembangunan seperti dana, peralatan, fasilitas, sumber daya manusia, peneliti dan perwakilan industri mencerminkan komponen sistem inovasi nasional yang terintegrasi. Hal ini memungkinkan terjadinya pembangunan dan perkembangan teknologi dan inovasi, melalui interaksi universitas, bisnis, kapitalis ventura, pusat riset universitas bekerja sama dengan dunia usaha dan industri, pengambil kebijakan, serta lembaga pendanaan. Peluang membangun ekosistem inovasi nasional terbuka untuk mendorong lahirnya grassroot-types of innovation pada tingkatan komunitas/masyarakat secara berkesinambungan.

Insan Boy mengatakan, kebijakan inovasi pemerintah, insentif dan komitmen pemerintah untuk mendorong dan mendukung inovasi perlu diwujudkan secara nyata dan menyeluruh dan menyangkut berbagai sektor. Hal ini menuntut adanya ekosistem inovasi

(3)

nasional yang kondusif. Dalam hal ini, ekosistem inovasi nasional sebagai pelaku dan entitas pelaksana proses inovasi nasional. Peran best practices nasional/internasional dalam konteks pembangunan berbasis inovasi penting dalam mendukung bangunan ekosistem inovasi yang memadai.

Indonesia belum optimal

P

lanet Inovasi dan ASC menyajikan data kinerja Inovasi Indonesia menurut Data Indeks Inovasi Global 2015 (Cornell University, INSEAD, and WIPO 2015: The Global Innovation Index 2015: Effective Innovation Policies for Development, Fontainebleau, Ithaca, and Geneva). Data menunjukkan kinerja inovasi Indonesia belum optimal.

Indeks Inovasi Global 2015 menunjukkan peringkat Indonesia dalam perbandingan dunia 141 negara (Cornell University, INSEAD, and WIPO 2015: The Global Innovation Index 2015: Effective Innovation Policies for Development, Fontainebleau, Ithaca, and Geneva). Indonesia ada pada peringkat ke 97 dari 141 negara. Peringkat tersebut ditunjukkan oleh skor inovasi Indonesia pada angka 29,8 dari skor maksimum angka 100 atau baru sekitar 30% dari skor total. Hal itu dapat memproksi aktualitas dan potensi kapasitas produktif inovasi Indonesia. Sementara untuk kinerja input atau kinerja faktor-faktor pendukung proses inovasi nasional, Indonesia ada di peringkat 114. Sub-indeks input inovasi tersebut terdiri dari lima faktor yang terkait erat dengan bangunan ekosistem inovasi nasional, bangunan yang memungkinkan interaksi antar aktor/pelaku dan entitas pemerintah, lembaga riset, universitas, pelaku usaha bisnis dan industri mikro hingga besar, serta komunitas.

Lima faktor tersebut (lihat Tabel 1) perlu mendapat perhatian serius karena skor dan peringkatnya menunjukkan kondisi Indonesia yang belum optimal: menurut Indeks INovasi 2015 (1) faktor institusi ada pada peringkat 130; (2) SDM dan riset ada pada peringkat 87; (3) infrastruktur peringkat 85; (4) lingkungan pasar peringkat 86; dan (5) lingkungan bisnis peringkat 124.

Faktor institusional atau kelembagaan berhubungan dengan lingkungan politik, hukum dan peraturan serta bisnis. Faktor SDM dan Riset berkaitan dengan pendidikan, penelitian dan pengembangan. Faktor infrastruktur berkaitan tengan teknologi informasi dan komunikasi, infrastruktur umum serta lingkungan ekologi yang berkelanjutan keberadaannya. Tingkat kemuktahiran pasar (market sophistication) berhubungan dengan kredit, investasi, perdagangan

(4)

dan kompetisi. Tingkat kemuktahiran bisnis terkait dengan pengetahuan tenaga kerja (keahlian dan keterampilan tenaga kerja), lingkaran inovasi bisnis dan pemangku kepentingannya, serta daya serap pengetahuan dan valuasinya. Lima faktor tersebut merupakan faktor-faktor dalam input inovasi yang diperlukan untuk menghasilkan output inovasi. Indeks Inovasi Global mengukur dua jenis output yaitu (1) output pengetahuan dan teknologi, yang berhubungan dengan penciptaan pengetahuan, dampak dan penyebaran pengetahuan, dan (2) output kreatif yang berhubungan dengan aset nirwujud, produk-produk kreatif, dan kreativitas online.

Tabel 1. Peringkat Inovasi Indonesia dalam Indeks Inovasi Global 2013-2015

No. Indeks Inovasi 2013

(142 Negara) 2014 (143 Negara) 2015 (141 Negara)

1. Indeks Inovasi Global untuk Indonesia 85 87 97

2. Sub Indeks Output Inovasi 62 60 85

2.1. Output Pengetahuan & Teknologi 81 93 100

2.2. Output Kreatif 57 43 78

3. Sub Indeks Input Inovasi 115 117 114

3.1. Faktor Institusi 138 137 130 3.1.1. Lingkungan Politik 103 96 86 3.1.1.1. Stabilitas Politik 112 101 97 3.1.1.2. Efektivitas Pemerintah 84 87 84 3.1.1.3. Kebebasan Pers 112 114 - 3.1.2. Lingkungan Regulasi 139 140 138 3.1.2.1. Kualitas Regulasi 96 93 85 3.1.2.2. Peraturan Hukum 104 98 94

3.1.2.3. Biaya Biaya redundansi pemberhentian, minggu gaji 138 139 137

3.1.3. Lingkungan Bisnis 121 123 114

3.1.3.1. Kemudahan Memulai Bisnis 108 117 122

3.1.3.2. Kemudahan Menyelesaikan Kepailitan 129 123 70

3.1.3.3. Kemudahan Membayar Pajak 106 111 122

3.2. Faktor SDM & Riset 99 92 87

3.3. Faktor Infrastruktur 82 83 85

3.4. Faktor Pasar (Market Sophistication) 99 88 86

3.5. Faktor Bisnis (Business Sophistication) 112 124 124

4. Rasio Efisiensi Inovasi 6 4 42

Sumber: Planet Inovasi dan ASC berdasarkan Data Indeks Inovasi Global Tahun 2013, 2014, 2015 (Cornell University, INSEAD, and WIPO 2015: The Global Innovation Index 2015: Effective Innovation Policies for Development, Fontainebleau, Ithaca, and Geneva).

(5)

Mari kita ambil contoh faktor institusi yang terdiri dari lingkungan politik, lingkungan regulasi dan lingkungan bisnis. Peringkat dari tahun 2013-2015 menunjukkan situasi yang jauh dari optimal dengan peringkat berturutan 138, 137, dan 130, atau ada sekitar 129 negara di atas kita yang lebih baik kondisi institusionalnya. Lingkungan regulasi merupakan sub-faktor institusi yang paling memprihatinkan dalam hal ini. Kondisi ini tentu berpengaruh besar pada pembentukan ekosistem inovasi nasional yang kondusif sebagai stimulator berjalannya proses inovasi di berbagai sektor dan tingkatan entitas di Indonesia.

Tabel 2. Peringkat Input, Output, dan Indeks Inovasi Global 2013-2015: ASEAN

ASEAN

Input Institusi Input SDM & Riset Infrastruktur Input Kemuktahiran Input Pasar Input Kemuktahiran Bisnis Output Pengetahuan & Teknologi

Output Kreatif Indeks Inovasi Global 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 Singapore 7 7 2 3 2 5 6 2 1 5 4 6 1 1 1 11 13 12 40 33 33 8 7 7 Malaysia 49 50 42 40 35 37 33 35 44 23 17 27 27 29 22 24 39 35 38 39 32 32 33 32 Viet Nam 122 121 101 98 89 78 80 99 88 73 92 67 67 59 40 51 49 28 66 58 62 76 71 52 Thailand 93 94 92 46 36 60 60 71 64 37 34 41 60 55 54 53 47 48 76 60 52 57 48 55 Philippines 128 108 102 116 121 123 78 94 83 95 93 101 96 113 81 61 68 53 91 98 101 90 100 83 Cambodia 116 120 108 131 127 122 116 128 125 93 35 20 102 105 74 94 76 68 99 113 108 110 106 91 Indonesia 138 137 130 99 92 87 82 83 85 99 88 86 112 124 124 81 93 100 57 43 78 85 87 97 Myanmar NA 140 137 NA 112 97 NA 138 139 NA 135 125 NA 143 141 NA 118 103 NA 134 136 NA 140 138

Sumber: Planet Inovasi dan ASC berdasarkan Data Indeks Inovasi Global Tahun 2013, 2014, 2015 (Cornell University, INSEAD, and WIPO 2015: The Global Innovation Index 2015: Effective Innovation Policies for Development, Fontainebleau, Ithaca, and Geneva).

Jika kita bandingkan dengan kinerja lingkungan institusional dari 129 negara lainnya di dunia dan Negara-negara di kawasan ASEAN yaitu Singapura, Malaysia, Viet Nam, Thailand, Filipina, dan Kamboja, kinerja lingkungan inovasi Indonesia masih jauh dari optimal. Keberadaan faktor input inovasi yang belum kondusif ini tentunya berdampak pada kinerja output inovasi Indonesia. Untuk indeks output inovasi tahun 2015 dalam bentuk pengetahuan

(6)

dan teknologi, Indonesia ada pada urutan 100 dari 141 dan untuk output kreatif urutan 78 dari 141 negara. Peringkatnya dari 2013-2015 bahkan menunjukkan peringkat yang merendah. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat yang sama dunia berubah, Negara-negara yang tadinya tidak masuk dalam kategori berkinerja secara inovasi sekarang muncul di kancah inovasi dunia seperti untuk ASEAN muncul pelaku baru Vietnam dan Kamboja serta Kenya dan Uganda di Afrika. Faktor pemicunya adalah bangunan ekosistem inovasi nasional lewat lingkungan institusional yang kondusif (lihat Tabel 2 Input Institusi).

Tabel 3. Peringkat Input, Output, dan Indeks Inovasi Global 2013-2015: Negara BRICS, Kenya dan Uganda

NEGARA

Input Institusi Input SDM & Riset Input Infrastruktur

Input Kemuktahiran Pasar Input Kemuktahiran Bisnis Output Pengetahuan & Teknologi

Output Kreatif Indeks Inovasi Global 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 2013 2014 2015 Brazil 95 96 85 75 62 63 51 60 67 76 89 87 42 37 37 67 65 72 72 64 82 64 61 70 Russia 87 88 80 33 30 26 49 51 65 74 111 94 52 60 44 48 34 33 101 72 79 62 49 48 India 102 106 104 105 96 103 89 87 87 49 50 72 94 93 116 37 50 49 65 82 95 66 76 81 China 113 114 91 36 32 31 44 39 32 35 54 59 33 32 31 2 2 3 96 59 54 35 29 29 South Africa 44 44 43 102 70 75 83 84 89 16 18 23 71 68 73 79 62 58 68 70 76 58 53 60 Kenya 103 97 96 122 117 125 117 127 110 44 40 98 69 91 86 90 70 82 98 73 85 99 85 92 Indonesia 138 137 130 99 92 87 82 83 85 99 88 86 112 124 124 81 93 100 57 43 78 85 87 97 Uganda 85 86 90 115 114 109 128 102 113 88 102 116 121 48 49 85 87 92 70 90 126 89 91 111

Sumber: Planet Inovasi dan ASC berdasarkan Data Indeks Inovasi Global Tahun 2013, 2014, 2015 (Cornell University, INSEAD, and WIPO 2015: The Global Innovation Index 2015: Effective Innovation Policies for Development, Fontainebleau, Ithaca, and Geneva).

 

Saat melihat peringkat kinerja inovasi Indonesia di tengah Negara-negara BRICS, Kenya dan Uganda, peringkat Indonesia ada pada urutan di bawah (Lihat Tabel 3). Dalam konteks membangun ekosistem inovasi nasional, kita dapat pertama-tama memfokuskan pada tampilan

(7)

data input institusi, input SDM dan riset, input infrastruktur, input pasar dan bisnis sebagai faktor yang mempengaruhi lingkungan interaksi para pelaku dan entitas sistem inovasi nasional. Kita pun dapat membandingkannya dengan kinerja input Negara-negara lain tersebut.

    Diskusi Panel Inovasi Nasional ini bertujuan memberi masukan strategis kepada para pemangku kepentingan inovasi nasional tentang pentingnya membangun ekosistem atau lingkungan interaktif yang kondusif untuk efektivitas inovasi nasional di tengah lingkungan yang semakin dinamis dan kompleks. Masukan strategis diperoleh dari diskusi yang mengangkat gambaran peluang dan tantangan serta usulan solusi nyata tentang sistem inovasi nasional yang terintegrasi dalam suatu ekosistem yang kondusif.

Diskusi Panel Inovasi Nasional tentang Membangun Ekosistem Inovasi Indonesia ini dapat memberi gambaran peluang dan tantangan ekosistem inovasi Indonesia yang kinerjanya belum optimal serta langkah nyata yang dapat segera dilakukan adalah Pemerintah bekerja sama dengan para pemangku kepentingan sistem inovasi nasional. Pemerintah perlu segera melakukan evaluasi kebijakan, strategi, dan upaya yang ada selama ini dalam bidang sistem inovasi nasional dan menyempurnakan kebijakan, strategi, dan upaya dengan melibatkan semua pemangku kepentingan. Faktor-faktor yang mempengaruhi secara sistematis kinerja inovasi suatu Negara antara lain terkait dengan kualitas lingkungan politik, lingkungan regulasi, lingkungan bisnis, tingkat pendidikan, riset dan pengembangan, infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi, infrastruktur umum, fasilitas kredit dan investasi untuk semua jenis dan besaran usaha, kualitas tenaga kerja, kualitas interaksi pelaku inovasi, daya serap pengetahuan pelaku dan entitas inovasi. (**)

TENTANG PENYELENGGARA

(8)

TENTANG PENYELENGGARA

YAYASAN PLANET INOVASI (PLANET INOVASI) & THE ARY SUTA CENTER (ASC)

PLANET INOVASI

Planet Inovasi didirikan di Jakarta pada tanggal 9 Januari 2014.

Maksud: Planet Inovasi sebagai penggagas dan/atau penggerak inovasi nasional yang menyangkut delapan bidang geografi, demografi, sumber kekayaan alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

Tujuan: Planet Inovasi menciptakan dan/atau mewujudkan inovasi-inovasi dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara demi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Visi: Planet Inovasi memfasilitasi perwujudan sistem inovasi nasional guna mendukung pencapaian cita-cita dan tujuan nasional.

Misi: Planet Inovasi menumbuhkembangkan semangat kebangsaan, mengidentifikasi permasalahan dan persoalan bangsa menurut skala prioritas, mendorong lahir dan berkembangnya inisiatif-inisiatif pemecahan masalah bangsa berdasarkan skala prioritas kepentingan pembangunan, membantu dan/atau bekerja sama dengan seluruh komponen bangsa dalam memecahkan masalah bangsa, dan membantu Pemerintah dalam menggerakkan sistem inovasi nasional termasuk sistem inovasi daerah serta sistem inovasi komunitas lewat pembangunan jejaring-jejaring kerja sama inovasi secara terintegrasi.

Kegiatan: Panggung Pemuda Kebangsaan I (Maret 2014), Workshop Inovasi Kebangsaan I (Sejak 2014), Talk Show RRI, Penjurian Kreativitas & Inovasi RRI, Pembicara pada Rakor Inovasi, Panglima TNI Innovation Award (Agustus-Oktober 2014), Cerita Inovasi Tanah Air (CINTA) Indonesia (Sejak 2015), Diskusi Panel Inovasi Nasional (Sejak 2015).

Yayasan Planet Inovasi bersifat terbuka, non partisan, dan membangun jejaring keanggotaan seluruh komponen bangsa serta mengundang dan merekrut mitra yang berdedikasi untuk mengelola gerakan-gerakan inovasi di berbagai bidang dan berwawasan kebangsaan (inovasi kebangsaan).

Sekretariat: Jl. Raya Gongseng 2A, Cijantung, Jakarta 13780, Tel. 0811 9127 222.

(9)

THE ARY SUTA CENTER FOR LEADERSHIP, STRATEGY, AND CRITICAL THINKING (ASC)

Misi: (1) Membangun kompetensi, penciptaan nilai, dan daya saing bangsa; (2) melakukan penelitian yang berkualitas terhadap pemikiran masyarakat untuk menciptakan "fair mindness" dan kecerdasan eksekutif; (3) melakukan kajian yang komprehensif tentang kepemimpinan yang cocok dan berkualitas untuk Indonesia; (4) melakukan penelitian dengan fokus untuk meningkatkan kompetensi bangsa; (5) melakukan penelitian di bidang inovasi guna penciptaan nilai yang berkelanjutan dalam meningkatkan daya saing bangsa.

Visi: Menempatkan ASC sebagai leading institusi yang dapat ikut mencerdaskan bangsa khususnya di bidang kepemimpinan, strategi dan pemikiran kritis melalui penelitian, karya tulis, konsep-konsep intelektual, dan penerbitan buku guna meningkatkan kecerdasan dan kapasitas bangsa.

Sekretariat: Jl. Prapanca III No. II, Jakarta 12160, Indonesia, Telepon 021-739-3224.

www.arysutacenter.com  

Gambar

Tabel 1. Peringkat Inovasi Indonesia dalam Indeks Inovasi Global 2013-2015
Tabel 2. Peringkat Input, Output, dan Indeks Inovasi Global 2013-2015: ASEAN
Tabel 3. Peringkat Input, Output, dan Indeks Inovasi Global 2013-2015: Negara BRICS, Kenya dan Uganda

Referensi

Dokumen terkait

Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam Agamapun, sebagai umat manusia dianjurkan untuk memiliki karakter yang baik dalam menjalin hubungan dengan sesama manusia,

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada baba sebelunya dapat disimpulkan bahwa pada pengujian pengaruh jumlah komponen utama dengan variasi jumlah komponen utama 5,

kecil bahkan sangat halus. Akar ini berwarna keputih-putihan. Kedalaman dayatembusannya bisa mencapai 45 cm. Namun, biasanya akar ini banyak yang mengumpul di kedalaman 20 cm.

Pihak sekolah juga boleh memainkan peranan yang penting dalam Pihak sekolah juga boleh memainkan peranan yang penting dalam mengatasi masalah pencemaran alam.. mengatasi

Dalam laporan ini, penulis membahas tahapan perencanaan press tool, mulai dari aliran proses, perhitungan gaya-gaya yang terjadi pada press tool, perhitungan ukuran

Peserta didik mendengarkan tujuan pembelajaran sesuai dengan apersepsi yang diberikan yaitu pengertian peluang, unsur-unsur peluang seperti titik sampel dan ruang sampela.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kegagalan perekatan yang terjadi pada veneer indirek resin komposit (VIRK) yang direkatkan pada permukaan

Telah digambarkan pada bab sebelumnya tentang aplikasi sewa menyewa yang terjadi dimasyarakat Desa Ngletih (sebagai penyewa tanah.. bengkok ) dengan Pamong