• Tidak ada hasil yang ditemukan

YAYASAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN PT PUPUK ISKANDAR MUDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "YAYASAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN PT PUPUK ISKANDAR MUDA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

63 - Volume 3, No. 2, Mei 2015

YAYASAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN

PT PUPUK ISKANDAR MUDA

Mirwan, S.H.,1 Prof. Dahlan, S.H., M.H.,2 Dr. Mahfud, S.H. M.H.3 1)

Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh e-mail : mirwan.81@gmail.com

2,3)

Staff Pengajar Ilmu Hukum Universitas Syiah Kuala

Abstract: The Act Number 16, 2001 regarding the Foundation that has been reviewed by the Act Number 28, 2004 regarding the Change of the Act Number 16, 2001 on the Foundation regulating that the Foundation established before the Foundation Act is obliged to adjust the basic budget based on the rule of the Foundation Act before October 6th 2008. This resaerch aims to know the legal status of the Employees’ Wealth Foundation of PT . Pupuk Iskandar Muda. The research method used is normative legal research. Since October 6, 2008 the foundation of Employees’ Wealth of Pupuk Iskandar Mudais not anymore as a legal body hence it cannot be entitled to use the “Foundation” in the name. the YKK should soon adjust the budget based on the Act of Foundation in order to fulfill its staus as the legal body.

Keywords: Legal Entity and Foundation

Abstrak: Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, yang direvisi dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan mengatur bahwa Yayasan yang didirikan sebelum lahirnya Undang-Undang Yayasan wajib menyesuaikan anggaran dasarnya dengan ketentuan Undang-Undang Yayasan paling lambat sampai dengan tanggal 6 Oktober 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status badan hukum Yayasan Kesejahteraan Karyawan PT Pupuk Iskandar Muda. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif. Sejak tanggal 6 Oktober 2008 Yayasan Kesejahteraan Karyawan PT Pupuk Iskandar Muda bukan lagi sebagai badan hukum sehingga tidak dapat lagi menggunakan kata “Yayasan” di depan namanya. Disarankan kepada YKK agar segera melakukan penyesuaian anggaran dasarnya dengan ketentuan Undang-Undang Yayasan guna memenuhi status sebagai badan hukum.

Kata kunci: Badan Hukum dan Yayasan

PENDAHULUAN

Yayasan adalah badan atau organisasi yang bergerak di bidang sosial, keagamaan dan pendidikan yang bertujuan tidak mencari keuntungan. Keberadaan yayasan telah dikenal sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda, yang dikenal dengan sebutan “Stichting”, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia tidak terdapat pengaturannya. (Rochmat Soemitro, 1993: 165)

Undang-undang yang mengatur tentang yayasan di Indonesia adalah Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (selanjutnya disebut “Undang-Undang Yayasan”).

Sebelum lahirnya Undang-Undang Yayasan, kedudukan yayasan sebagai badan hukum (rechtspersoon) sudah diakui dan diberlakukan sebagai badan hukum, namun status yayasan sebagai badan hukum masih lemah, karena tunduk pada aturan-aturan yang bersumber dari kebiasaan dalam masyarakat atau yurisprudensi.

(2)

Volume 3, No. 2, Mei 2015 - 64 Pada saat itu masyarakat mendirikan yayasan

dengan maksud untuk berlindung di balik status badan hukum yayasan, yang tidak hanya digunakan sebagai wadah mengembangkan kegiatan sosial, keagamaan, kemanusiaan, melainkan juga adakalanya bertujuan untuk memperkaya diri para Pendiri, Pengurus dan Pengawas. Padahal peranan yayasan di sektor sosial, pendidikan dan agama sangat menonjol, tetapi tidak ada satu undang-undang pun yang mengatur secara khusus tentang yayasan.

Dengan ketidakpastian hukum ini yayasan sering digunakan untuk menampung kekayaan para pendiri atau pihak lain, bahkan yayasan dijadikan tempat untuk memperkaya para pengelola yayasan. Yayasan tidak lagi bersifat nirlaba, namun yayasan digunakan untuk usaha-usaha bisnis dan komersial dengan segala aspek manifestasinya.

Dengan ketiadaan peraturan yang jelas ini, maka semakin berkembang dan bertumbuhlah yayasan-yayasan di Indonesia dengan cepat, pertumbuhan ini tidak diimbangi dengan pertumbuhan undang-undang yang mengatur bagi yayasan itu sendiri, sehingga masing-masing pihak yang berkepentingan menafsirkan pengertian yayasan secara sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tujuan mereka.

Yayasan Kesejahteraan Karyawan PT Pupuk Iskandar Muda (selanjutnya disebut “YKK”) didirikan dengan dengan Akta Notaris Adi Putera Parlindungan, SH Nomor 39 tanggal 17 Mei 1983, dan perubahan terakhir dengan Akta Notaris Adi Putera Parlindungan, SH Nomor 34 tanggal 5 Oktober 1990.

Pada tanggal 7 Oktober 1997, YKK didaftarkan pada Pengadilan Negeri Lhokseumawe, Nomor WLDd.HT.04.10-129 dan WLDd.HT.04.10-130, yang diumumkan kedalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 1997, Tambahan Berita Negara Nomor 87 tanggal 31 Oktober 1997.

Sebagai badan hukum yang didirikan sebelum lahirnya Undang-Undang Yayasan, maka berdasarkan Pasal 71 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004, YKK tetap diakui sebagai badan hukum karena telah didaftarkan di Pengadilan Negeri dan telah diumumkan ke dalam Berita Negera Republik Indonesia.

Lebih lanjut Undang-Undang Yayasan mengatur bahwa yayasan yang didirikan sebelum lahirnya Undang-Undang Yayasan maka wajib menyesuaikan anggaran dasarnya dengan ketentuan Undang-Undang Yayasan dan melaporkan kepada Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia.

Sampai dengan saat ini YKK belum menyesuaikan anggaran dasarnya, namun YKK masih melakukan kegiatannya dengan mengatasnamakan yayasan.

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Pengertian yayasan menurut Undang-Undang Yayasan, bahwa yang dimaksud dengan yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan serta tidak mempunyai anggota.

(3)

65 - Volume 3, No. 2, Mei 2015

setelah akta pendirian yayasan disahkan oleh Menteri Kehakiman. (Gunawan Widjaja, 2002: 10).

Pengertian yayasan menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil adalah suatu badan hukum yang melakukan kegiatan dalam bidang sosial. (C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, 2000: 198)

Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota. (Mulhadi, 2010: 194)

Harta kekayaan yayasan digunakan untuk kepentingan tercapainya tujuan yayasan. Hal ini sejalan dengan teori Brinz, bahwa harta kekayaan badan hukum terikat oleh suatu tujuan. (Arie Kusumastuti Maria Suhardadi, 2002: 18)

Menurut Scholten, yayasan adalah suatu badan hukum, yang dilahirkan oleh suatu pernyataan sepihak, pernyataan itu harus berisikan pemisahan suatu kekayaan untuk tujuan tertentu, dengan penunjukan, bagaimanakah kekayaan itu diurus dan digunakan. Dengan demikian menurut Scholten yayasan adalah badan hukum yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: mempunyai harta kekayaan sendiri, mempunyai tujuan sendiri, mempunyai alat perlengkapan. (R. Ali Rido, 2001: 107)

Menurut N.H. Bregstein, yayasan adalah badan hukum yang didirikan dengan suatu perbuatan hukum, yang tidak bertujuan untuk membagikan kekayaan dan atau penghasilan kepada pendiri atau penguasanya di dalam yayasan itu atau kepada orang lain, kecuali

sepanjang mengenai hal tersebut untuk tujuan idiil. (Chidir Ali, 1991: 86)

Menurut teori fiksi dari Von Savigny berpendapat bahwa badan hukum itu semata-mata buat negara saja. Karena sebenarnya menurut hukum alam hanya manusia sajalah sebagai subjek hukum, badan hukum itu hanya merupakan fiksi saja, merupakan sesuatu yang sesungguhnya tidak ada, tapi orang menciptakan dalam bayangannya suatu pelaku hukum (badan hukum) sebagai subjek hukum diperhitungkan sama dengan manusia. Menurut teori ini untuk menciptakan badan hukum itu perlu adanya campur tangan penguasa.

Badan hukum dibedakan menjadi 2 (dua) bentuk, yaitu badan hukum publik dan badan hukum privat. Badan hukum publik adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum publik atau yang menyangkut kepentingan publik, orang banyak atau negara. Badan hukum ini merupakan badan-badan negara dan mempunyai kekuasaan wilayah atau merupakan lembaga yang dibentuk oleh yang berkuasa berdasarkan perundang-undangan yang dijalankan secara fungsional oleh eksekutif atau pemerintah atau badan pengurus yang diberikan tugas untuk ini.

Badan hukum privat adalah badan hukum yang dibentuk berdasarkan hukum perdata yang menyangkut kepentingan pribadi orang di dalam badan hukum itu. Badan hukum ini merupakan badan swasta yang didirikan oleh pribadi orang, untuk tujuan tertentu seperti mencari keuntungan, kegiatan sosial pendidikan, ilmu pengetahuan, politik, kebudayaan dan lain-lain yang sesuai menurut hukum. Yayasan termasuk badan hukum

(4)

Volume 3, No. 2, Mei 2015 - 66 privat.

METODE PENELITIAN

Metode disini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Penelitian itu diartikan sebuah usaha kegiatan dalam bidang ilmu pengetahuan yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sistematis untuk mencari kebenaran. (Mardalis, 1989: 24).

Dalam penelitian ini dipakai metode penelitian hukum. Metodelogi penelitian hukum mempunyai ciri-ciri tertentu yang merupakan identitasnya, karena ilmu hukum dapat dibedakan dari ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2009: 1)

Penelitian hukum terdiri dari penelitian hukum normatif dan penelitian hukum sosiologis. Penelitian hukum normatif dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang merupakan data sekunder dan disebut juga penelitian kepustakaan, sedangkan penelitian hukum sosiologis atau empiris terutama meneliti data primer. (Rony Hanitijo Soemitro, 1990: 27)

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian hukum normatif dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan. Suatu penelitian normatif harus menggunakan pendekatan undang-undang karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus dan tema sentral suatu penelitian. Dengan demikian penelitian hukum normatif disini dilakukan dengan cara deduktif yang memulai meneliti dan menganalis pasal-pasal peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Sebagai penelitian hukum normatif, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui studi kepustakaan. Bahan kepustakaan tersebut merupakan dasar yang dalam ilmu penelitian digolongkan sebagai data sekunder, untuk mendapatkan konsep teori atau doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dari peneliti terdahulu tanpa mengganggu kerangka pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian ini.

Hasil wawancara dengan narasumber yang dianggap dapat memberikan informasi terkait penelitian ini, digolongkan sebagai data primer. Yang menjadi narasumber dalam penelitian ini yaitu 1 (satu) orang Notaris, 1 (satu) orang Panitera, 2 (dua) orang Pengurus Yayasan.

Bahan utama dari penelitian ini adalah data sekunder yang dilakukan dengan menghimpun bahan-bahan berupa bahan hukum primer, sekunder dan tertier.

HASIL PENELITIAN

Dalam yurisprudensi Mahkamah Agung sebagaimana termaktub dalam Putusan Mahkamah Agung tanggal 27 Juni 1973 Nomor 124K/Sip/1973, Mahkamah Agung telah membenarkan putusan judex factie. Berdasarkan putusan Mahkamah Agung tersebut maka kedudukan yayasan sebagai badan hukum telah mempunyai kepastian hukum dalam hukum di Indonesia. (H.P. Pangabean, 2002: 10)

Sebelum yurisprudensi Mahkamah Agung tersebut, status badan hukum yayasan tidak memberikan kepastian hukum apakah yayasan

(5)

67 - Volume 3, No. 2, Mei 2015

tersebut merupakan badan hukum atau bukan badan hukum sehingga dalam masyarakat terdapat penafsiran bahwa yayasan merupakan badan hukum atau penafsiran yayasan bukan badan hukum.

Berdasarkan yurisprudensi tersebut sudah jelas bahwa yayasan merupakan badan hukum, tetapi yang belum jelas adalah bagaimana tata cara menurut hukum yang harus dipenuhi oleh yayasan untuk mendirikan yayasan dan bagaimana cara memperoleh status badan hukum tersebut.

Kebiasaan selama ini yayasan didirikan oleh swasta atau perorangan biasanya dilakukan dengan akta notaris. Kekayaan awal yayasan berasal dari kekayaan yang dipisahkan dari milik pendiri atau pengurus yayasan yang bersangkutan. Kebiasaan yang terjadi akta notaris tersebut tidak didaftarkan atau didaftarkan di kantor Pengadilan Negeri setempat.

Kedudukan yayasan pada Undang-Undang Yayasan telah menegaskan bahwa yayasan adalah sebagai badan hukum. Pasal 1 angka [1] Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 dengan tegas menyatakan bahwa yayasan adalah suatu badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan, yang tidak tidak mempunyai anggota. Dengan adanya ketentuan tertulis ini telah secara jelas menyatakan bahwa yayasan adalah badan hukum.

Berdasarkan Pasal 71 ayat (1) huruf [a] Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 menyatakan bahwa pada saat undang-undang ini mulai berlaku, yayasan yang telah didaftarkan di Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam

Tambahan Berita Negara Republik Indonesia tetap diakui sebagai badan hukum dengan ketentuan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal undang-undang ini mulai berlaku, yayasan tersebut wajib menyesuaikan anggaran dasarnya dengan ketentuan undang-undang ini.

Berdasarkan Pasal 71 ayat (4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 menyatakan bahwa yayasan yang tidak menyesuaikan

anggaran dasarnya dalam jangka waktu

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak dapat menggunakan kata "Yayasan" di depan namanya dan dapat dibubarkan berdasarkan putusan Pengadilan atas permohonan Kejaksaan atau pihak yang berkepentingan.

Yayasan-yayasan yang sudah berdiri sebelum lahirnya Undang-Undang Yayasan wajib menyesuaikan anggaran dasarnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Yayasan.

Berdasarkan Pasal 71 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004, batas akhir penyesuaian akta pendirian yayasan hingga saat ini telah berakhir pada tanggal 6 Oktober 2008. Setelah mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia, barulah yayasan tersebut berhak dikatakan berbadan hukum.

Namun saat ini YKK yang belum belum menyesuaikan anggaran dasarnya sedangkan batas akhir yang telah ditentukan yaitu pada tanggal 6 Oktober 2008 telah berakhir.

Keterlambatan penyesuaian tersebut berdampak secara hukum yaitu terhadap legalitas YKK, karena YKK berdasarkan sudut pandang Undang-Undang Yayasan, YKK tidak

(6)

Volume 3, No. 2, Mei 2015 - 68 menyandang status sebagai badan hukum lagi,

sekalipun sebelumnya telah menyandang status sebagai badan hukum.

Akibat hukum yang ditimbulkan setelah berlakunya Undang-Undang Yayasan, dapat menimbulkan sistemik ke seluruh aspek kehidupan yayasan yang saling berkaitan satu sama lainnya yang dapat menimbulkan dilema hukum.

Padahal dalam Undang-Undang Yayasan, terhadap yayasan yang sudah ada sebelum lahirnya Undang-Undang Yayasan namun belum menyesuaikan anggaran dasarnya menurut ketentuan Undang-Undang Yayasan masih tetap diakui sebagai badan hukum, sampai tanggal dengan tanggal 6 Oktober 2008 wajib menyesuaikan anggaran dasarnya, namun ketentuan ini tidak diindahkan oleh YKK.

Berdasarkan Pasal 71 ayat (4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 menyatakan bahwa yayasan yang tidak menyesuaikan

anggaran dasarnya dalam jangka waktu

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak dapat menggunakan kata "Yayasan" di depan namanya dan dapat dibubarkan berdasarkan putusan Pengadilan atas permohonan Kejaksaan atau pihak yang berkepentingan."

Berdasarkan ayat tersebut di atas jelas bahwa YKK tidak dapat menggunakan kata “Yayasan” di depan namanya, namun sebagaimana diketahui saat ini YKK masih menggunakan kata “Yayasan” yaitu Yayasan Kesejahteraan Karyawan PT Pupuk Iskandar Muda.”

Selain daripada itu ayat tersebut juga menegaskan bahwa YKK dapat dibubarkan

berdasarkan putusan Pengadilan. Sepanjang belum ada putusan Pengadilan maka YKK tidak dapat dibubarkan.

Ketentuan mengenai pembubaran yayasan sebagaimana diatur pada Pasal 62 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tidaklah bertentangan dengan ketentuan dibubarkannya yayasan sebagaimana diatur pada Pasal 71 ayat (4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004. Ketentuan pada Pasal 62 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 mengatur pembubaran yayasan bagi yayasan yang sudah menyesuaikan anggaran dasarnya dengan Undang-Undang Yayasan, sedangkan ketentuan pada Pasal 71 ayat (4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 berlaku bagi yayasan yang belum menyesuaikan anggaran dasarnya dengan Undang-Undang Yayasan.

Yayasan yang belum menyesuaikan anggaran dasarnya dengan Undang-Undang Yayasan dapat dibubarkan berdasarkan putusan Pengadilan atas

permohonan Kejaksaan atau pihak yang

berkepentingan.

YKK sampai saat ini masih eksis

menjalankan kegiatannya, belum bubar dan belum dibubarkan. Ketentuan pada Pasal 71 ayat (4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tidak menjadikan YKK menjadi bubar, karena untuk membubarkan YKK harus berdasarkan keputusan Pengadilan. Belum ada keputusan dari Pengadilan yang membubarkan YKK dan belum ada permohonan pembubaran dari Kejaksaan atau pihak yang berkepentingan.

Berdasarkan penjelasan Pasal 71 ayat (4) Undang-Undang Nomor 28, yang dimaksud dengan “pihak yang berkepentingan” adalah pihak

(7)

69 - Volume 3, No. 2, Mei 2015

yang mempunyai kepentingan langsung dengan yayasan.

Penyesuaian anggaran dasar ini merupakan sebuah kewajiban yang ditentukan oleh Undang-Undang Yayasan agar yayasan yang telah ada tersebut dapat diakui sebagai badan hukum, dan kalau tidak disesuaikan maka akan kehilangan status badan hukumnya.

Yayasan tersebut tidak dapat menggunakan kata “Yayasan” di depan namanya, sehingga yayasan tersebut hanya sebuah perkumpulan saja. Hal ini berarti mempengaruhi kegiatan yayasan tersebut karena masyarakan tidak dapat mengenali badan hukum tersebut sebagai yayasan karena tidak ada kata yayasan dalam papan nama yang biasa terpampang di depan kantor, masyarakat akan melihat namanya saja.

Undang-Undang Yayasan bersifat memaksa agar yayasan yang telah ada untuk menyesuaikan anggaran dasarnya dengan ketentuang undang-undang. Hal ini berarti bahwa status badan hukum dari yayasan ada karena keinginan undang-undang yang dibuat oleh negara. Hal ini dapat dilihat dalam teori fiksi yang menyatakan bahwa badan hukum itu semata-mata adalah buatan negara. Jadi badan hukum ada karena dibuat oleh negara dalam hal ini telah diatur oleh undang-undang. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Sejak tanggal 6 Oktober 2008 status YKK bukan lagi sebagai badan hukum karena Undang-Undang Yayasan mengakui status badan hukum yayasan yang lama hanya sampai dengan tanggal 6 Oktober 2008, sesuai Pasal 71 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2004.

2. YKK tidak dapat lagi menggunakan kata “Yayasan” di depan namanya dan dapat dibubarkan berdasarkan keputusan Pengadilan Negeri atas permohonan Kejaksaan atau pihak yang berkepentingan, sesuai Pasal 71 ayat (4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004.

Saran

Pengurus YKK harus segera melakukan likuidasi terhadap YKK dan menyerahkan seluruh hasil likuidasi tersebut kepada yayasan baru yang tujuan dan kegiatannya sama dengan YKK, sehingga kegiatan YKK dapat dilanjutkan oleh yayasan yang baru.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ali Rido, R. Badan Hukum Dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan,

Koperasi, Yayasan, Wakaf, Alumni,

Bandung, 2001.

Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Hukum

Yayasan Di Indonesia Berdasarkan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan, Abadi, Jakarta, 2002.

Chidir Ali, Badan Hukum, Alumni, Bandung, 1991.

Gunawan Widjaja, Suatu Panduan Komprehensif

Yayasan Di Indonesia, Elex Media

Komputindo, Jakarta, 2002.

Kansil, C.S.T. dan Christine S.T. Kansil, Kamus Istilah Aneka Hukum, Pusat Sinar Harapan, Jakarta, 2000.

Mulhadi, Hukum Perusahaan, Bentuk-Bentuk Badan Usaha Di Indonesia, Bogor, Ghalia Indonesia, 2010.

(8)

Volume 3, No. 2, Mei 2015 - 70 Pangabean, H.P., Praktik Peradilan Menangani

Kasus Aset Yayasan (Termasuk Aset

Lembaga Keagamaan) & Upaya

Penanganan Sengketa Melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2002.

Rochmat Soemitro, Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan dan Wakaf, Eresco, Bandung, 1993. Rony Hanitijo Soemitro, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurumetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah (1) jumlah siswa putri yang mengalami tingkat kesulitan rendah cara belajar matematika lebih banyak (53%) dari pada jumlah siswa putra yang

Namun setelah diadakan penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa penerapan prinsip- prinsip syar’ih dalam transaksi mappasanrra tanah sawah pada masyarakat di

Meskipun Pemilu 2004 diwarnal oleh berbagai kerumltan, tetapi secara umum sistem Pemilu 2004 lebih balk dibandingkan Pemilu sebelumnya. Pemlllh dapat menentukan sendiri pilihannya,

Terkait dengan bentuk penalaran dalam tradisi ilmu al-bayan (istidlal bayani) ini, al-Jabiri menemukan karakter “pemaksaan epistemologis” dalam kegiatan bernalar,

Pemodelan tingkat suku bunga SBI berdasarkan data fuzzy time series multivariat mempunyai kelebihan dibandingkan pemodelan dengan neural network sebab proses pemodelan data

Seperti halnya ketika kita dapat bersabar terhadap cobaan yang kita alami, tentunya hati kita akan terasa tentram, apabila kita dapat bersyukur terhadap segala sesuatu

K egawatdaruratan yang dapat muncul pada penderita luka bakar salah satunya adalah asidosis metabolik dimana terjadi ketidakseimbangan asam basa yang disebabkan