• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEWAN REDAKSI. Penanggungjawab. Catharina B. Nawangpalupi Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Katolik Parahyangan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEWAN REDAKSI. Penanggungjawab. Catharina B. Nawangpalupi Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Katolik Parahyangan."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DEWAN REDAKSI

Penanggungjawab

Catharina B. Nawangpalupi Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Katolik Parahyangan

Penyunting

Carles Sitompul Loren Pratiwi

Mitra Bestari

Alfian Cynthia P. Juwono Fransiscus Rian Pratikto

Hanky Fransiscus Ignatius A. Sandy Kinley Aritonang

Sani Susanto Yogi Yusuf Wibisono

(3)

Daftar Isi

hal

Daftar Isi i-ii

Analisis Pemanfaatan Limbah Cair dan Limbah Padat Industri Kelapa Sawit dalam Bioreaktor Anaerob

1-9 Muhammad Nur

Optimasi Penjadwalan Produksi melalui Penerapan Algoritma Differential Evolu-tion di PT. PAN PANEL Palembang

10-15 Y Dicka Pratama, Achmad Alfian

Analisis Output Standar berdasarkan Pengukuran Waktu untuk Menentukan Pem-berian Insentif Pekerja

16-22 Theresia Sunarni, Klaudius Jevanda B. S.

Model Terintegrasi dari Consumer’s Intention to Use Service Innovation 23-38 Sri Vandayuli Riorini

Pola Distribusi dan Margin Pemasaran Beras di Jawa Timur 39-44

Annisa Kesy Garside, Yunan Syaifullah

Prakualifikasi dan Evaluasi Penawaran dalam Pemilihan Kontraktor terhadap Kin-erja Proyek

45-53 Herry Pintardy Chandra

Perancangan Eksperimen Pengukuran Momen Inersial Roket 54-58

Andreas Prasetya Adi, Sutisno

Penentuan Harga Jual Properti secara Otomatis menggunakan Metode Probabilistic Neural Network

59-67 Gregorius S. Budhi, Justinus Andjarwirawan, Alvin Poernomo

Analisis Statistika Rantai Pasok Beras melalui Pasar Induk Beras Cipinang Jakarta 68-72 Dedy Sugiarto, Dadang Surjasa, Nirdukita Ratnawati, Binti Solihah

Standarisasi Proses dan Komposisi Bahan Baku Kecap ”SA” dengan Metode Taguchi 73-82 Reni Dwi Astuti

Penerapan Design for Six Sigma dengan Metode DMAIC pada Bank Perkreditan Rakyat ”X”

83-90 Mikael Harda Wibisono

(4)

hal Pengembangan Model Konseptual untuk Meningkatkan Kualitas Sistem Layanan

Administrasi Program Pascasarjana Universitas Katolik Parahyangan

91-99 Mariana Yosefina, Y.M. Kinley Aritonang, Johanna Hariandja

Structural Equation Modeling (SEM) dalam Mengukur Kualitas Layanan, Kepuasan Konsumen dan Loyalitas Konsumen pada Perusahaan Web Hosting

100-108 Haris Triraditia, Catharina B. Nawangpalupi

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Nasabah Pengguna Internet Bank-ing

109-116 Rachmad Hidayat

Pengembangan Instrumen Pengukuran Mutu Jasa Pendidikan Tinggi: Studi Kasus Teknik Industri Unpar

117-121 Yogi Yusuf Wibisono, Marihot Nainggolan

Pengaruh Prohibition dalam Penentuan Atribut pada Choice-Based Conjoint Analy-sis: Studi Kasus untuk Motor Sport 250cc

122-131 M. Ichwan Ilman Yusakti, Catharina B. Nawangpalupi

Pengembangan Model Kualitas Layanan untuk Restoran Pizza: Studi Kasus di Pino Pizza Bandung

132-141 Nasika Yulita Algiani, Catharina B. Nawangpalupi

Penerapan Structural Equation Modeling (SEM) dalam Pengembangan Model Word of Mouth di The Radiant Villas

142-145 Indri Aprilliani, Carles Sitompul, Yogi Yusuf Wibisono

Perancangan Lintasan Penjahitan dan Perbaikan Tata Letak untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi PT. Fariza

146-151 Dedy Suryadi, Zahradea Aisya, Hanky Fransiscus

Implementasi Six Sigma-DMAIC untuk Mengurangi Produk Cacat Talang Air di PT. X

152-160 Hanky Fransiscus, Caroline, Cynthia Prithadevi Juwono

Improvement Gap Analysis pada Rumah Makan X 161-167

Hotna Marina Sitorus, Hanky Fransiscus, Martin

(5)

Perancangan Lintasan Penjahitan dan Perbaikan Tata

Letak untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi PT.

FARIZA

Dedy Suryadi

1∗

,Zahradea Aisya

2

,Hanky Fransiscus

3

1,2,3)Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri

Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit No. 94, Bandung 40141

email:dedy@unpar.ac.id, zahradea.aisya@gmail.com, hanky.fransiscus@unpar.ac.id

Abstrak

PT.FARIZA adalah salah satu perusahaan yang telah lama bergerak dalam bidang industri garment. Proses produksi perusahaan ini bersifat make to stock dan memproduksi pakaian muslim wanita seperti baju dan celana. Dalam perkembangan bisnis dari tahun ke-tahun, permintaan pasar dari PT.FARIZA terus meningkat. Jika kapasitas pabrik sudah tidak dapat memenuhi target produksi, maka PT.FARIZA biasanya menambahkan jam kerja (overtime) dan melakukan outsourcing kepada perusahaan lain. Oleh karena itu, PT.FARIZA menginginkan peningkatan jumlah produksinya agar dapat memenuhi permintaan pasar. Dalam merealisasikan target tersebut, perusahaan masih dihadapkan dengan berbagai macam kendala, salah satunya adalah sistem perakitan pada stasiun jahit serta fasilitas lantai produksi yang dimiliki sekarang tidak dapat mendukung target produksi tersebut. Oleh karena itu PT.FARIZA berniat untuk memperbaiki sistem penjahitan serta tata letak lantai produksinya agar dapat memenuhi seluruh permintaan pasar. Penelitian ini bertujuan untuk merancang alternatif tata letak lantai produksi yang dapat meningkatkan kapasitas produksi dan memilih salah satu dari alternatif tersebut yang memiliki jumlah output terbesar. Metode yang digunakan dalam perancangan lintasan penjahitan adalah metode Rank Positional Weight, Region Approach, Largest Candidate Rule, dan Trial and Error. Berdasarkan keempat metode tersebut dipilih alternatif dengan performansi lintasan yang terbaik. Pada perancangan tata letak lantai produksi dilakukan pertukaran antar departemen berdasarkan aliran materialnya. Pada akhir perancangan kemudian dilakukan simulasi proses produksi dengan menggunakan software komputer. Simulasi dilakukan untuk mengetahui apakah layout mampu memproduksi target yang diinginkan oleh perusahaan. Pemilihan layout didasarkan pada ukuran performansi jumlah rata-rata output yang dihasilkan perbulan. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, semua alternatif terpilih memiliki rata-rata jumlah output yang lebih besar dari rata-rata jumlah output yang dihasilkan dari kondisi tata letak saat ini. Layout yang terpilih adalah layout alternatif 1 bongkar dengan rata-rata output baju woven adalah 211 potong, baju kaos 121,5 potong, dan celana 59 potong perbulannya.

Kata Kunci: perancangan lintasan, tata letak, kapasitas produksi

1

Latar Belakang

PT. FARIZA merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri garment. Sis-tem produksi perusahaan ini bersifat make to stock. PT. FARIZA memproduksi pakaian mus-lim wanita seperti baju kain, baju kaos, dan celana.

Saat ini, perusahaan seringkali menambahkan jam kerja lembur (overtime) dan melakukan

out-∗

Korespondensi Penulis

sourcing ke perusahaan lain untuk memenuhi target produksi. Salah satu penyebab terjadinya hal-hal tersebut adalah tata letak departemen-departemen produksi di PT. FARIZA yang tidak efisien. Berdasarkan pengamatan awal, aliran material di lantai produksi PT. FARIZA sal-ing berpotongan karena peletakan departemen tidak selaras dengan urutan departemen yang dikunjungi oleh material, seperti digambarkan di Gambar 1. Akibatnya, jarak perpindahan ma-terial antardepartemen menjadi besar. Tata letak

(6)

Perancangan Lintasan Penjahitan dan Perbaikan Tata Letak untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi PT. FARIZA

mencukupi untuk bulan-bulan sibuk menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Gambar 1. Tata Letak Awal PT. FARIZA

Penelitian ini menerapkan konsep pembuatan lintasan dan penyeimbangan lintasan tersebut untuk meningkatkan kapasitas produksi PT. FARIZA. Metode yang digunakan adalah metode heuristik Rank Positional Weight, Region Approach, Largest Candidate Rule, dan trial and error. Adapun pengaturan peletakan departemen diusahakan agar dapat mengikuti urutan aliran material, yaitu straight line atau U-shaped. Dalam perbandingan antara layout usulan dan awal serta di antara alternatif usulan layout, digunakan metode simulasi dengan ukuran performansi yang dipakai adalah rata-rata

output produksi.

Landasan Teori

Waktu merupakan elemen yang sangat menentukan dalam merancang atau memperbaiki suatu sistem kerja. Peningkatan efisiensi suatu sistem kerja mutlak berhubungan dengan waktu kerja yang digunakan dalam berproduksi. Pengukuran waktu (time study) pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja yang dibutuhkkan oleh seorang operator (yang sudah terlatih) untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik, pada tingkat kecepatan kerja yang normal, serta dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu (Meyers 1993).

Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kerja secara langsung yaitu dengan metode

jam henti. Rata-rata dari semua pengamatan dinyatakan sebagai waktu siklus. Setelah dikali dengan faktor penyesuaian (dalam penelitian ini digunakan metode Westinghouse dan Objektif) dan faktor kelonggaran, diperoleh waktu baku. Untuk tujuan pengukuran waktu baku, metode dan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaan harus sama dan dibakukan terlebih dahulu (Sutalaksana et.al. 2006).

Permasalahan keseimbangan lintasan dapat dibagi menjadi dua kategori (Bedworth et.al. 1987):

a. Keseimbangan lintasan tipe I

Bertujuan untuk memperoleh jumlah operator (jumlah stasiun kerja) yang minimum berdasarkan waktu siklus yang diinginkan. b. Keseimbangan lintasan tipe II

Bertujuan untuk memperoleh waktu siklus minimum berdasarkan jumlah operator (stasiun kerja) yang tersedia.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penyeimbangan lintasan adalah sebagai berikut (Bedworth et.al, 1987):

1. Tentukan hubungan antara elemen-elemen pekerjaan yang terlibat dalam suatu lintasan produksi dan hubungan atau keterkaitan antar pekerjaan tersebut yang digambarkan dalam precedence diagram. 2. Menentukan waktu siklus yang dibutuhkan

dengan rumus:

𝐶𝐶 =𝑇𝑇𝑄𝑄 , dimana C = waktu siklus; T = waktu

tersedia; Q = target produksi.

3. Memilih metode untuk melakukan penyeimbangan lintasan.

4. Menghitung performansi lintasan berdasarkan metode yang digunakan.

Process layout merupakan model untuk

produk yang memiliki variasi tinggi tetapi volume produksinya rendah. Process layout mengkombinasikan stasiun kerja yang melakukan proses yang relatif sama. Layout ini dirancang dengan menggabungkan departemen-departemen yang memiliki proses operasi serta fungsi yang sama atau mirip. Tidak ada aturan khusus dan penempatannya relatif sehingga sangat fleksibel. Oleh karena itu, layout ini dapat menangani variasi produk yang tinggi dan volume produksi yang rendah (Sumber : Tompkins et.al. 2003).

Flow (aliran) antardepartemen merupakan

kriteria yang sering digunakan untuk mengevaluasi kesluruhan flow dalam fasilitas (Tompkins et.al. 2003). Beberapa pola aliran yang umum digunakan ditunjukkan di Gambar 2.

Straight line U-Shaped S-Shaped W-Shaped

Gudang Kain Gudang Accessories dan WIP Gudang Kaos Ruang Direktur Ruang Tamu Ruang Karyawan/ Staff Gudang Mesin Jahit Toilet Tempat Wudlu WC pria WC wanita Ruang Cutting Mushola Gudang Baju Jadi Kamar O.B. Ruang Setrika dan Packing 381 cm . 381 cm . 388 cm . 381 cm . 406 cm . 2000 cm . 975 cm . 284 cm . 287 cm . 286 cm . 284 cm . 611 cm . 2800 cm . 405 cm . 488 cm . 383 cm . 280 cm . 282 cm . 2000 cm . 423 cm . 472 cm . 386 cm . 613 cm . 820 cm . 2800 cm . Ruang Pasang Kancing dan Accesories Ruang QC

Tata Letak Awal

Ruang Jahit Mesin Jahit Mesin Obras Mesin Overdeck Keterangan : Skala 1:100

1

2

3

4

5

6

7

8

Gambar 1: Tata Letak Awal PT. FARIZA

pabrik demikian tidak baik dalam mendukung keseluruhan aktivitas pada lantai produksi.

Selain itu, sistem penjahitan yang diterapkan pada PT.FARIZA adalah setiap penjahit men-jahit satu baju atau celana dari awal sampai akhir. Hal ini juga diperkirakan menyebabkan lamanya proses produksi, sehingga dalam se-hari hanya sedikit baju atau celana yang sele-sai diproduksi. Saat ini, rata-rata setiap pen-jahit hanya mampu memproduksi 8 potong baju kaos atau 3 potong baju woven atau 10 potong celana. Dalam satu hari, hanya satu jenis pro-duk yang dijadwalkan untuk dipropro-duksi. PT. FARIZA hanya memiliki 7 orang penjahit, maka dalam satu hari rata-rata dihasilkan 21 potong baju woven, atau 56 potong baju kaos, atau 70 potong celana. Kapasitas tersebut tidaklah men-cukupi untuk bulan-bulan sibuk menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Penelitian ini menerapkan konsep pembu-atan lintasan dan penyeimbangan lintasan terse-but untuk meningkatkan kapasitas produksi PT. FARIZA. Metode yang digunakan adalah metode heuristik Rank Positional Weight, Re-gion Approach, Largest Candidate Rule, dan trial and error. Adapun pengaturan peletakan departemen diusahakan agar dapat mengikuti urutan aliran material, yaitu straight line atau U-shaped. Dalam perbandingan antara layout usu-lan dan awal serta di antara alternatif usuusu-lan lay-out, digunakan metode simulasi dengan ukuran performansi yang dipakai adalah rata-rata

out-put produksi.

2

Landasan Teori

Waktu merupakan elemen yang sangat menen-tukan dalam merancang atau memperbaiki su-atu sistem kerja. Peningkatan efisiensi su-atu sistem kerja mutlak berhubungan dengan waktu kerja yang digunakan dalam berpro-duksi. Pengukuran waktu (time study) pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menen-tukan lamanya waktu kerja yang dibutuhkkan oleh seorang operator (yang sudah terlatih) un-tuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesi-fik, pada tingkat kecepatan kerja yang normal, serta dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu (Meyers 1993).

Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kerja secara langsung yaitu dengan metode jam henti. Rata-rata dari semua pengamatan dinya-takan sebagai waktu siklus. Setelah dikali de-ngan faktor penyesuaian (dalam penelitian ini digunakan metode Westinghouse dan Objektif) dan faktor kelonggaran, diperoleh waktu baku. Untuk tujuan pengukuran waktu baku, metode dan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaan harus sama dan dibakukan terlebih dahulu (Su-talaksana et.al. 2006).

Permasalahan keseimbangan lintasan dapat dibagi menjadi dua kategori (Bedworth et.al. 1987):

1. Keseimbangan lintasan tipe I Bertujuan un-tuk memperoleh jumlah operator (jumlah stasiun kerja) yang minimum berdasarkan waktu siklus yang diinginkan.

2. Keseimbangan lintasan tipe II Bertujuan un-tuk memperoleh waktu siklus minimum berdasarkan jumlah operator (stasiun kerja) yang tersedia.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penyeimbangan lintasan adalah sebagai berikut (Bedworth et.al, 1987):

1. Tentukan hubungan antara elemen-elemen pekerjaan yang terlibat dalam suatu lintasan produksi dan hubungan atau keterkaitan antar pekerjaan tersebut yang digambarkan dalam precedence diagram. 2. Menentukan waktu siklus yang dibutuhkan

dengan rumus: C=T/Q , dimana C = waktu siklus; T = waktu tersedia; Q = target pro-duksi.

3. Memilih metode untuk melakukan penye-imbangan lintasan.

4. Menghitung performansi lintasan berdasarkan metode yang digunakan.

(7)

Indonesia Statistical Analysis Conference 2013

mencukupi untuk bulan-bulan sibuk menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Gambar 1. Tata Letak Awal PT. FARIZA

Penelitian ini menerapkan konsep pembuatan lintasan dan penyeimbangan lintasan tersebut untuk meningkatkan kapasitas produksi PT. FARIZA. Metode yang digunakan adalah metode heuristik Rank Positional Weight, Region Approach, Largest Candidate Rule, dan trial and error. Adapun pengaturan peletakan departemen diusahakan agar dapat mengikuti urutan aliran material, yaitu straight line atau U-shaped. Dalam perbandingan antara layout usulan dan awal serta di antara alternatif usulan layout, digunakan metode simulasi dengan ukuran performansi yang dipakai adalah rata-rata

output produksi.

Landasan Teori

Waktu merupakan elemen yang sangat menentukan dalam merancang atau memperbaiki suatu sistem kerja. Peningkatan efisiensi suatu sistem kerja mutlak berhubungan dengan waktu kerja yang digunakan dalam berproduksi. Pengukuran waktu (time study) pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja yang dibutuhkkan oleh seorang operator (yang sudah terlatih) untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik, pada tingkat kecepatan kerja yang normal, serta dalam lingkungan kerja yang terbaik pada saat itu (Meyers 1993).

Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kerja secara langsung yaitu dengan metode

jam henti. Rata-rata dari semua pengamatan dinyatakan sebagai waktu siklus. Setelah dikali dengan faktor penyesuaian (dalam penelitian ini digunakan metode Westinghouse dan Objektif) dan faktor kelonggaran, diperoleh waktu baku. Untuk tujuan pengukuran waktu baku, metode dan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaan harus sama dan dibakukan terlebih dahulu (Sutalaksana et.al. 2006).

Permasalahan keseimbangan lintasan dapat dibagi menjadi dua kategori (Bedworth et.al. 1987):

a. Keseimbangan lintasan tipe I

Bertujuan untuk memperoleh jumlah operator (jumlah stasiun kerja) yang minimum berdasarkan waktu siklus yang diinginkan. b. Keseimbangan lintasan tipe II

Bertujuan untuk memperoleh waktu siklus minimum berdasarkan jumlah operator (stasiun kerja) yang tersedia.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam penyeimbangan lintasan adalah sebagai berikut (Bedworth et.al, 1987):

1. Tentukan hubungan antara elemen-elemen pekerjaan yang terlibat dalam suatu lintasan produksi dan hubungan atau keterkaitan antar pekerjaan tersebut yang digambarkan dalam precedence diagram. 2. Menentukan waktu siklus yang dibutuhkan

dengan rumus:

𝐶𝐶 =𝑇𝑇𝑄𝑄 , dimana C = waktu siklus; T = waktu tersedia; Q = target produksi.

3. Memilih metode untuk melakukan penyeimbangan lintasan.

4. Menghitung performansi lintasan berdasarkan metode yang digunakan.

Process layout merupakan model untuk

produk yang memiliki variasi tinggi tetapi volume produksinya rendah. Process layout mengkombinasikan stasiun kerja yang melakukan proses yang relatif sama. Layout ini dirancang dengan menggabungkan departemen-departemen yang memiliki proses operasi serta fungsi yang sama atau mirip. Tidak ada aturan khusus dan penempatannya relatif sehingga sangat fleksibel. Oleh karena itu, layout ini dapat menangani variasi produk yang tinggi dan volume produksi yang rendah (Sumber : Tompkins et.al. 2003).

Flow (aliran) antardepartemen merupakan

kriteria yang sering digunakan untuk mengevaluasi kesluruhan flow dalam fasilitas (Tompkins et.al. 2003). Beberapa pola aliran yang umum digunakan ditunjukkan di Gambar 2.

Straight line U-Shaped S-Shaped W-Shaped

Gudang Kain Gudang Accessories dan WIP Gudang Kaos Ruang Direktur Ruang Tamu Ruang Karyawan/ Staff Gudang Mesin Jahit Toilet Tempat Wudlu WC pria WC wanita Ruang Cutting Mushola Gudang Baju Jadi Kamar O.B. Ruang Setrika dan Packing 381 cm . 381 cm . 388 cm . 381 cm . 406 cm . 2000 cm . 975 cm . 284 cm . 287 cm . 286 cm . 284 cm . 611 cm . 2800 cm . 405 cm . 488 cm . 383 cm . 280 cm . 282 cm . 2000 cm . 423 cm . 472 cm . 386 cm . 613 cm . 820 cm . 2800 cm . Ruang Pasang Kancing dan Accesories Ruang QC

Tata Letak Awal

Ruang Jahit Mesin Jahit Mesin Obras Mesin Overdeck Keterangan : Skala 1:100

1

2

3

4

5

6

7

8

Gambar 2: Bentuk Umum Aliran Material (Sumber : Tompkins et.al. 2003)

Process layout merupakan model untuk pro-duk yang memiliki variasi tinggi tetapi volume produksinya rendah. Process layout mengkom-binasikan stasiun kerja yang melakukan proses yang relatif sama. Layout ini dirancang de-ngan menggabungkan departemen-departemen yang memiliki proses operasi serta fungsi yang sama atau mirip. Tidak ada aturan khusus dan penempatannya relatif sehingga sangat fleksi-bel. Oleh karena itu, layout ini dapat menan-gani variasi produk yang tinggi dan volume pro-duksi yang rendah (Sumber : Tompkins et.al. 2003).

Flow (aliran) antardepartemen merupakan kriteria yang sering digunakan untuk mengeval-uasi kesluruhan flow dalam fasilitas (Tompkins et.al. 2003). Beberapa pola aliran yang umum digunakan ditunjukkan di Gambar 2.

Simulasi merupakan suatu teknik meniru operasi-operasi atau proses-proses yang terjadi dalam suatu sistem dengan bantuan perangkat komputer dan dilandasi oleh beberapa asumsi tertentu sehingga sistem tersebut bisa dipela-jari secara ilmiah (Law & Kelton 2000). Pen-dekatan simulasi diawali dengan pembangunan model sistem nyata. Model tersebut harus da-pat menunjukkan bagaimana berbagai kompo-nen dalam sistem saling berinteraksi sehingga benar-benar menggambarkan perilaku sistem. Setelah model dibuat maka model tersebut di-transformasikan ke dalam program komputer sehingga memungkinkan untuk disimulasikan.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan un-tuk melakukan suatu simulasi adalah (Law & Kelton 2000):

1. Merencanakan studi yang akan dilakukan 2. Mendefinisikan sistem

3. Membangun model 4. Menjalankan eksperimen 5. Menganalisis keluaran

6. Melaporkan hasil studi simulasi

Hal yang pertama kali dilakukan adalah mendefinisikan elemen-elemen kerja yang ter-dapat di stasiun jahit. Berdasarkan pengamatan, diperoleh 32 elemen kerja untuk penjahitan baju woven, 21 untuk baju kaos, dan 12 untuk celana. Penentuan elemen-elemen tersebut diperlukan

untuk perancangan lintasan. Untuk setiap ele-men kerja dari setiap produk, dilakukan pengu-kuran jam henti sebanyak 10 kali.

Sebelum dilakukan perhitungan waktu baku, dilakukan uji normal dan uji kecukupan data. Uji normal ditujukan untuk mengetahui apakah waktu elemen kerja tertentu mengikuti dis-tribusi normal. Dalam penelitian ini, waktu kerja seluruh elemen yang diteliti mengikuti dis-tribusi normal. Uji kecukupan data menun-jukkan bahwa jumlah data yang dikumpulkan untuk semua elemen telah cukup. Uji tersebut dilakukan menggunakan rumus berikut ini:

N= ( Zα/2 A q NΣXi2j− (ΣXij)2 ΣXij )2

dimana Xi j adalah data waktu pekerjaan i ele-men j.

Sebagai contoh, elemen kerja 1 dari produk baju woven adalah setup mesin jahit (penggan-tian benang). Pengukuran jam henti untuk ele-men ini ele-menghasilkan 10 data berikut: 104, 104, 103, 102, 100, 102, 104, 103, 102, dan 101 detik. Rata-rata 10 data tersebut menjadi waktu siklus untuk elemen ini, yaitu 102,5 detik.

Perhitungan faktor penyesuaian Westing-house ditunjukkan berikut ini.

1. Keterampilan (Kode: B2, Nilai: +0,08) 2. Usaha (Kode: C1, Nilai: +0,05) 3. Kondisi Kerja (Kode: C, Nilai: +0,02) 4. Konsistensi (Kode: C, Nilai: +0,01)

Nilai total = +0,16

Perhitungan faktor penyesuaian dengan metode objektif ditunjukkan sebagai berikut:

1. Anggota terpakai (Kode: D, Nilai: 5) 2. Penggunaan tangan (Kode: H, Nilai: 0) 3. Kondisi mata dengan tangan (Kode: J,

Ni-lai: 2)

4. Peralatan (Kode: O, Nilai: 1) 5. Berat beban (Kode: B1, Nilai: 2)

Nilai total = 10

Perhitungan kelonggaran dilakukan untuk se-mua elemen kerja, sebab hal-hal yang dinilai dalam penentuan kelonggaran berlaku untuk semua operator yang mengerjakan elemen mana pun. Kelonggaran dapat dilihat pada Tabel 1.

Dapat dihitung waktu baku elemen tersebut adalah sebesar: (102,5 x (1,16 x 1,10)) x 1, 175 = 153, 68 detik.

Selanjutnya, dibuatlah diagram presedensi untuk proses penjahitan setiap produk. Elemen kerja setup mesin tidak digambarkan dalam di-agram presedensi, sebab hanya dilakukan satu 148

(8)

Perancangan Lintasan Penjahitan dan Perbaikan Tata Letak untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi PT. FARIZA

Tabel 1: Perhitungan Kelonggaran

No Faktor Kelonggaran (%)

1 Tenaga yang dikeluarkan 5

2 Sikap kerja 3

3 Gerakan kerja 0

4 Kelelahan mata 7

5 Keadaan suhu tempat kerja 2,5

6 Keadaan atmosfer 0

7 Keadaan lingkungan yang baik 0 Total 17,5

dalam satu stasiun kerja. Misalnya, elemen yang satu menggunakan mesin jahit, sementara elemen yang lainnya menggunakan mesin obras. Akan tetapi, untuk elemen kerja yang menggunakan setrika dan yang menggunakan gunting masih dapat disatukan.

11 12 13 14 16 18 20 22 23 25 24 19 10 2 3 26 27 28 29 30 32 21 17 9 8 7 5 6 1204,33 345,17 136,47 306,34 70,48 35,32 170,94 303,0 45,95 405,63 240,99 167,54 730,17 419,72 88,15 119,36 189,18 431,12 213,72 159.26 72,35 37,03 142,84 138,06 107,34 317,0 294,32 27,22

Mesin Jahit Benang A Mesin Obras Benang A

Setrika Gunting Mesin Jahit Benang B Mesin Obras Benang B Legenda

i Elemen ke-i

Gambar 3. Diagram Presedensi untuk Produk Baju

Woven 2 4 5 7 8 11 12 6 13 14 15 9 16 17 18 19 21 422,56 785,70 146,62 185,91 377,96 132,39 570,43 64,77 131,34 335,67 451,53 1548,25 606,44 98,42 477,16 230,05 377,80 Mesin Overdeck Mesin Jahit Benang A Mesin Obras

Setrika Gunting Mesin Jahit Benang B

Legenda

i Elemen ke-i

Gambar 4. Diagram Presedensi untuk Produk Baju Kaos 2 3 9 5 10 6 4 8 12 11 316,25 74,32 273,73 313,59 126,17 656,09 124,51 293,91 165,68 20,56 Mesin Jahit Mesin Obras Setrika Gunting Legenda i Elemen ke-i

Gambar 5. Diagram Presedensi untuk Produk Celana

Berdasarkan data masa lalu, diperoleh proporsi waktu yang terpakai untuk memproduksi baju woven, baju kaos, dan celana berturut-turut adalah 0,56, 0,40, dan 0,04. Proporsi tersebut digunakan untuk membagi waktu kerja total menjadi waktu tersedia untuk tiap produk. Total waktu kerja di PT. FARIZA saat ini adalah 192 jam/bulan. Contoh perhitungan batasan waktu siklus untuk produk baju woven:

C =QT= 192 jam /bulan × pro porsi 236 unit

= 192 jam /bulan × 0,56

236 unit

= 107,52 jam /bulan 236 unit = 1640,136 detik/

unit

Menggunakan cara perhitungan yang sama, diperoleh batasan waktu siklus untuk produk baju kaos adalah 1635,976 detik/unit dan untuk produk celana adalah 564,245 detik/unit.

Menggunakan empat metode line balancing, yaitu Rank Positional Weight, Region Approach, Largest Candidate Rule, dan Trial & Error, dirancang lintasan untuk baju woven, baju kaos, dan celana. Lintasan yang terpilih untuk baju woven adalah hasil dari metode

Largest Candidate Rule, untuk baju kaos dan celana dari Trial & Error. Pemilihan rancangan lintasan dilakukan berdasarkan smoothness

index (dipilih yang terkecil). Waktu siklus

lintasan yang diperoleh untuk baju woven adalah 1620,43 detik, untuk baju kaos adalah 1548,25 detik, dan untuk celana adalah 656,09 detik. Jumlah stasiun untuk lintasan baju woven adalah 8 stasiun, untuk baju kaos 8 stasiun, dan untuk celana 5 stasiun.

Khusus untuk produk celana, ternyata perlu dibuat 2 lintasan identik (masing-masing 5 stasiun). Perhitungan penentuan jumlah lintasan tersebut adalah sebagai berikut:

Jumlah lintasan celana =

𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊 𝑠𝑠𝑖𝑖𝑊𝑊𝑠𝑠𝑊𝑊𝑠𝑠 × 𝑇𝑇𝑊𝑊𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑊𝑊 𝑝𝑝𝑇𝑇𝑝𝑝𝑝𝑝𝑊𝑊𝑊𝑊𝑠𝑠𝑖𝑖

𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊 𝑦𝑦𝑊𝑊𝑦𝑦𝑇𝑇 𝑊𝑊𝑇𝑇𝑇𝑇𝑠𝑠𝑇𝑇𝑝𝑝𝑖𝑖𝑊𝑊 ×𝑃𝑃𝑇𝑇𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑇𝑇𝑠𝑠𝑖𝑖

= 656,09 𝑝𝑝𝑇𝑇𝑊𝑊𝑖𝑖𝑊𝑊 × 49 𝑊𝑊𝑦𝑦𝑖𝑖𝑊𝑊

691200 𝑝𝑝𝑇𝑇𝑊𝑊𝑖𝑖𝑊𝑊 ×0,04

= 1,163 ≈ 2 𝑠𝑠𝑖𝑖𝑦𝑦𝑊𝑊𝑊𝑊𝑠𝑠𝑊𝑊𝑦𝑦 Setelah lintasan selesai dirancang, dilakukanlah perancangan alternatif tata letak PT. FARIZA. Alternatif layout usulan dibuat berdasarkan cara menukar-nukarkan stasiun kerja, namun tetap berpedoman pada aliran materialnya. Lintasan penjahitan yang diusulkan yaitu alternatif dengan lintasan penjahitan yang non-eksklusif.

Lintasan yang non-ekslusif adalah lintasan yang dapat dipakai berbarengan. Misalnya lintasan baju woven, dapat dipakai untuk memproduksi baju woven dan celana. Lintasan baju woven dapat digabungkan dengan celana karena mesin-mesin yang dipakai kedua produk ini sama. Untuk lintasan baju kaos, tidak dapat digabungkan karena mesinnya berbeda dan memerlukan lebih banyak mesin daripada untuk baju woven dan celana. Jadi, pada alternatif ini terdapat 2 lintasan untuk baju woven dan 1 lintasan untuk baju kaos. Dari 2 lintasan baju woven ini, 1 lintasannya dipakai untuk memproduksi celana jika ada perintah produksi dari kepala produksinya. Jika produksi celana telah terselesaikan, lintasan

tersebut kembali digunakan untuk

memproduksi baju woven.

Dari tipe lintasan tersebut, terdapat lima alternatif layout usulan. Alternatif layout 1 sampai 4 merupakan layout yang dirancang tanpa harus membongkar sekat ruangan yang sudah ada sekarang. Sedangkan, alternatif

layout 5 merupakan layout yang dirancang

dengan membongkar sebagian kecil ruangan dari layout awal.

Pemilihan di antara kelima alternatif dilakukan melalui dua tahap. Pada tahap pertama dilakukan estimasi total jarak yang ditempuh untuk perpindahan material antarstasiun. Berdasarkan seleksi ini, terpilih dua alternatif terbaik yaitu Alternatif 3 dan Alternatif 5.

Gambar 3: Diagram Presedensi untuk Produk Baju Woven

kali di awal hari kerja. Oleh karena itu, ter-dapat beberapa nomor elemen kerja yang tidak muncul di dalam node di diagram presedensi. Diagram presedensi untuk produk baju wo-ven digambarkan pada Gambar 3. Diagram presedensi untuk baju kaos dicantumkan pada Gambar 4 dan diagram untuk celana pada Gam-bar 5.

Selain presedensi, dalam proses produksi di PT. FARIZA juga perlu diperhatikan mesin yang dipakai untuk menjalankan tiap elemen kerja. Dua elemen yang menggunakan mesin yang sangat berbeda tidak dapat disatukan ke dalam satu stasiun kerja. Misalnya, elemen yang satu menggunakan mesin jahit, sementara elemen yang lainnya menggunakan mesin obras. Akan tetapi, untuk elemen kerja yang menggunakan setrika dan yang menggunakan gunting masih dapat disatukan.

Berdasarkan data masa lalu, diperoleh pro-porsi waktu yang terpakai untuk memproduksi baju woven, baju kaos, dan celana berturut-turut adalah 0,56, 0,40, dan 0,04. Proporsi tersebut di-gunakan untuk membagi waktu kerja total men-jadi waktu tersedia untuk tiap produk. Total waktu kerja di PT. FARIZA saat ini adalah 192 jam/bulan. Contoh perhitungan batasan waktu

dalam satu stasiun kerja. Misalnya, elemen yang satu menggunakan mesin jahit, sementara elemen yang lainnya menggunakan mesin obras. Akan tetapi, untuk elemen kerja yang menggunakan setrika dan yang menggunakan gunting masih dapat disatukan.

11 12 13 14 16 18 20 22 23 25 24 19 10 2 3 26 27 28 29 30 32 21 17 9 8 7 5 6 1204,33 345,17 136,47 306,34 70,48 35,32 170,94 303,0 45,95 405,63 240,99 167,54 730,17 419,72 88,15 119,36 189,18 431,12 213,72 159.26 72,35 37,03 142,84 138,06 107,34 317,0 294,32 27,22

Mesin Jahit Benang A Mesin Obras Benang A

Setrika Gunting Mesin Jahit Benang B Mesin Obras Benang B Legenda

i Elemen ke-i

Gambar 3. Diagram Presedensi untuk Produk Baju

Woven 2 4 5 7 8 11 12 6 13 14 15 9 16 17 18 19 21 422,56 785,70 146,62 185,91 377,96 132,39 570,43 64,77 131,34 335,67 451,53 1548,25 606,44 98,42 477,16 230,05 377,80 Mesin Overdeck Mesin Jahit Benang A Mesin Obras

Setrika Gunting Mesin Jahit Benang B

Legenda

i Elemen ke-i

Gambar 4. Diagram Presedensi untuk Produk Baju Kaos 2 3 9 5 10 6 4 8 12 11 316,25 74,32 273,73 313,59 126,17 656,09 124,51 293,91 165,68 20,56 Mesin Jahit Mesin Obras Setrika Gunting Legenda i Elemen ke-i

Gambar 5. Diagram Presedensi untuk Produk Celana

Berdasarkan data masa lalu, diperoleh proporsi waktu yang terpakai untuk memproduksi baju woven, baju kaos, dan celana berturut-turut adalah 0,56, 0,40, dan 0,04. Proporsi tersebut digunakan untuk membagi waktu kerja total menjadi waktu tersedia untuk tiap produk. Total waktu kerja di PT. FARIZA saat ini adalah 192 jam/bulan. Contoh perhitungan batasan waktu siklus untuk produk baju woven:

C =TQ= 192 jam /bulan × pro porsi 236 unit

= 192 jam /bulan × 0,56 236 unit

= 107,52 jam /bulan 236 unit = 1640,136 detik/

unit

Menggunakan cara perhitungan yang sama, diperoleh batasan waktu siklus untuk produk baju kaos adalah 1635,976 detik/unit dan untuk produk celana adalah 564,245 detik/unit.

Menggunakan empat metode line balancing, yaitu Rank Positional Weight, Region Approach, Largest Candidate Rule, dan Trial & Error, dirancang lintasan untuk baju woven, baju kaos, dan celana. Lintasan yang terpilih untuk baju woven adalah hasil dari metode

Largest Candidate Rule, untuk baju kaos dan celana dari Trial & Error. Pemilihan rancangan lintasan dilakukan berdasarkan smoothness

index (dipilih yang terkecil). Waktu siklus

lintasan yang diperoleh untuk baju woven adalah 1620,43 detik, untuk baju kaos adalah 1548,25 detik, dan untuk celana adalah 656,09 detik. Jumlah stasiun untuk lintasan baju woven adalah 8 stasiun, untuk baju kaos 8 stasiun, dan untuk celana 5 stasiun.

Khusus untuk produk celana, ternyata perlu dibuat 2 lintasan identik (masing-masing 5 stasiun). Perhitungan penentuan jumlah lintasan tersebut adalah sebagai berikut:

Jumlah lintasan celana = 𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊 𝑠𝑠𝑖𝑖𝑊𝑊𝑠𝑠𝑊𝑊𝑠𝑠 × 𝑇𝑇𝑊𝑊𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑊𝑊 𝑝𝑝𝑇𝑇𝑝𝑝𝑝𝑝𝑊𝑊𝑊𝑊𝑠𝑠𝑖𝑖

𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊 𝑦𝑦𝑊𝑊𝑦𝑦𝑇𝑇 𝑊𝑊𝑇𝑇𝑇𝑇𝑠𝑠𝑇𝑇𝑝𝑝𝑖𝑖𝑊𝑊 ×𝑃𝑃𝑇𝑇𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑇𝑇𝑠𝑠𝑖𝑖 = 656,09 𝑝𝑝𝑇𝑇𝑊𝑊𝑖𝑖𝑊𝑊 × 49 𝑊𝑊𝑦𝑦𝑖𝑖𝑊𝑊

691200 𝑝𝑝𝑇𝑇𝑊𝑊𝑖𝑖𝑊𝑊 ×0,04

= 1,163 ≈ 2 𝑠𝑠𝑖𝑖𝑦𝑦𝑊𝑊𝑊𝑊𝑠𝑠𝑊𝑊𝑦𝑦 Setelah lintasan selesai dirancang, dilakukanlah perancangan alternatif tata letak PT. FARIZA. Alternatif layout usulan dibuat berdasarkan cara menukar-nukarkan stasiun kerja, namun tetap berpedoman pada aliran materialnya. Lintasan penjahitan yang diusulkan yaitu alternatif dengan lintasan penjahitan yang non-eksklusif.

Lintasan yang non-ekslusif adalah lintasan yang dapat dipakai berbarengan. Misalnya lintasan baju woven, dapat dipakai untuk memproduksi baju woven dan celana. Lintasan baju woven dapat digabungkan dengan celana karena mesin-mesin yang dipakai kedua produk ini sama. Untuk lintasan baju kaos, tidak dapat digabungkan karena mesinnya berbeda dan memerlukan lebih banyak mesin daripada untuk baju woven dan celana. Jadi, pada alternatif ini terdapat 2 lintasan untuk baju woven dan 1 lintasan untuk baju kaos. Dari 2 lintasan baju woven ini, 1 lintasannya dipakai untuk memproduksi celana jika ada perintah produksi dari kepala produksinya. Jika produksi celana telah terselesaikan, lintasan

tersebut kembali digunakan untuk

memproduksi baju woven.

Dari tipe lintasan tersebut, terdapat lima alternatif layout usulan. Alternatif layout 1 sampai 4 merupakan layout yang dirancang tanpa harus membongkar sekat ruangan yang sudah ada sekarang. Sedangkan, alternatif

layout 5 merupakan layout yang dirancang

dengan membongkar sebagian kecil ruangan dari layout awal.

Pemilihan di antara kelima alternatif dilakukan melalui dua tahap. Pada tahap pertama dilakukan estimasi total jarak yang ditempuh untuk perpindahan material antarstasiun. Berdasarkan seleksi ini, terpilih dua alternatif terbaik yaitu Alternatif 3 dan Alternatif 5.

Gambar 4: Diagram Presedensi untuk Produk Baju Kaos

dalam satu stasiun kerja. Misalnya, elemen yang satu menggunakan mesin jahit, sementara elemen yang lainnya menggunakan mesin obras. Akan tetapi, untuk elemen kerja yang menggunakan setrika dan yang menggunakan gunting masih dapat disatukan.

11 12 13 14 16 18 20 22 23 25 24 19 10 2 3 26 27 28 29 30 32 21 17 9 8 7 5 6 1204,33 345,17 136,47 306,34 70,48 35,32 170,94 303,0 45,95 405,63 240,99 167,54 730,17 419,72 88,15 119,36 189,18 431,12 213,72 159.26 72,35 37,03 142,84 138,06 107,34 317,0 294,32 27,22

Mesin Jahit Benang A Mesin Obras Benang A

Setrika Gunting Mesin Jahit Benang B Mesin Obras Benang B Legenda

i Elemen ke-i

Gambar 3. Diagram Presedensi untuk Produk Baju

Woven 2 4 5 7 8 11 12 6 13 14 15 9 16 17 18 19 21 422,56 785,70 146,62 185,91 377,96 132,39 570,43 64,77 131,34 335,67 451,53 1548,25 606,44 98,42 477,16 230,05 377,80 Mesin Overdeck Mesin Jahit Benang A Mesin Obras

Setrika Gunting Mesin Jahit Benang B

Legenda

i Elemen ke-i

Gambar 4. Diagram Presedensi untuk Produk Baju

Kaos 2 3 9 5 10 6 4 8 12 11 316,25 74,32 273,73 313,59 126,17 656,09 124,51 293,91 165,68 20,56 Mesin Jahit Mesin Obras Setrika Gunting Legenda i Elemen ke-i

Gambar 5. Diagram Presedensi untuk Produk

Celana

Berdasarkan data masa lalu, diperoleh proporsi waktu yang terpakai untuk memproduksi baju woven, baju kaos, dan celana berturut-turut adalah 0,56, 0,40, dan 0,04. Proporsi tersebut digunakan untuk membagi waktu kerja total menjadi waktu tersedia untuk tiap produk. Total waktu kerja di PT. FARIZA saat ini adalah 192 jam/bulan. Contoh perhitungan batasan waktu siklus untuk produk baju woven:

C =TQ= 192 jam /bulan × pro porsi 236 unit = 192 jam /bulan × 0,56

236 unit

= 107,52 jam /bulan 236 unit = 1640,136 detik/ unit

Menggunakan cara perhitungan yang sama, diperoleh batasan waktu siklus untuk produk baju kaos adalah 1635,976 detik/unit dan untuk produk celana adalah 564,245 detik/unit.

Menggunakan empat metode line balancing, yaitu Rank Positional Weight, Region Approach, Largest Candidate Rule, dan Trial & Error, dirancang lintasan untuk baju woven, baju kaos, dan celana. Lintasan yang terpilih untuk baju woven adalah hasil dari metode

Largest Candidate Rule, untuk baju kaos dan celana dari Trial & Error. Pemilihan rancangan lintasan dilakukan berdasarkan smoothness

index (dipilih yang terkecil). Waktu siklus

lintasan yang diperoleh untuk baju woven adalah 1620,43 detik, untuk baju kaos adalah 1548,25 detik, dan untuk celana adalah 656,09 detik. Jumlah stasiun untuk lintasan baju woven adalah 8 stasiun, untuk baju kaos 8 stasiun, dan untuk celana 5 stasiun.

Khusus untuk produk celana, ternyata perlu dibuat 2 lintasan identik (masing-masing 5 stasiun). Perhitungan penentuan jumlah lintasan tersebut adalah sebagai berikut:

Jumlah lintasan celana = 𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊 𝑠𝑠𝑖𝑖𝑊𝑊𝑠𝑠𝑊𝑊𝑠𝑠 × 𝑇𝑇𝑊𝑊𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑊𝑊 𝑝𝑝𝑇𝑇𝑝𝑝𝑝𝑝𝑊𝑊𝑊𝑊𝑠𝑠𝑖𝑖

𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊 𝑦𝑦𝑊𝑊𝑦𝑦𝑇𝑇 𝑊𝑊𝑇𝑇𝑇𝑇𝑠𝑠𝑇𝑇𝑝𝑝𝑖𝑖𝑊𝑊 ×𝑃𝑃𝑇𝑇𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑇𝑇𝑠𝑠𝑖𝑖 = 656,09 𝑝𝑝𝑇𝑇𝑊𝑊𝑖𝑖𝑊𝑊 × 49 𝑊𝑊𝑦𝑦𝑖𝑖𝑊𝑊

691200 𝑝𝑝𝑇𝑇𝑊𝑊𝑖𝑖𝑊𝑊 ×0,04 = 1,163 ≈ 2 𝑠𝑠𝑖𝑖𝑦𝑦𝑊𝑊𝑊𝑊𝑠𝑠𝑊𝑊𝑦𝑦 Setelah lintasan selesai dirancang, dilakukanlah perancangan alternatif tata letak PT. FARIZA. Alternatif layout usulan dibuat berdasarkan cara menukar-nukarkan stasiun kerja, namun tetap berpedoman pada aliran materialnya. Lintasan penjahitan yang diusulkan yaitu alternatif dengan lintasan penjahitan yang non-eksklusif.

Lintasan yang non-ekslusif adalah lintasan yang dapat dipakai berbarengan. Misalnya lintasan baju woven, dapat dipakai untuk memproduksi baju woven dan celana. Lintasan baju woven dapat digabungkan dengan celana karena mesin-mesin yang dipakai kedua produk ini sama. Untuk lintasan baju kaos, tidak dapat digabungkan karena mesinnya berbeda dan memerlukan lebih banyak mesin daripada untuk baju woven dan celana. Jadi, pada alternatif ini terdapat 2 lintasan untuk baju woven dan 1 lintasan untuk baju kaos. Dari 2 lintasan baju woven ini, 1 lintasannya dipakai untuk memproduksi celana jika ada perintah produksi dari kepala produksinya. Jika produksi celana telah terselesaikan, lintasan

tersebut kembali digunakan untuk

memproduksi baju woven.

Dari tipe lintasan tersebut, terdapat lima alternatif layout usulan. Alternatif layout 1 sampai 4 merupakan layout yang dirancang tanpa harus membongkar sekat ruangan yang sudah ada sekarang. Sedangkan, alternatif

layout 5 merupakan layout yang dirancang

dengan membongkar sebagian kecil ruangan dari layout awal.

Pemilihan di antara kelima alternatif dilakukan melalui dua tahap. Pada tahap pertama dilakukan estimasi total jarak yang ditempuh untuk perpindahan material antarstasiun. Berdasarkan seleksi ini, terpilih dua alternatif terbaik yaitu Alternatif 3 dan Alternatif 5.

Gambar 5: Diagram Presedensi untuk Produk Celana

siklus untuk produk baju woven: C=T Q= 192 jam/bulanxproporsi 236unit =192 jam/bulanx0, 56 236unit =107, 52 jam/bulan 236unit = 1640, 136detik/unit

Menggunakan cara perhitungan yang sama, diperoleh batasan waktu siklus untuk produk baju kaos adalah 1635,976 detik/unit dan untuk produk celana adalah 564,245 detik/unit.

Menggunakan empat metode line balancing, yaitu Rank Positional Weight, Region Approach, Largest Candidate Rule, dan Trial & Error, di-rancang lintasan untuk baju woven, baju kaos, dan celana. Lintasan yang terpilih untuk baju woven adalah hasil dari metode Largest Can-didate Rule, untuk baju kaos dan celana dari Trial & Error. Pemilihan rancangan lintasan di-lakukan berdasarkan smoothness index (dipilih yang terkecil). Waktu siklus lintasan yang diper-oleh untuk baju woven adalah 1620,43 detik, un-tuk baju kaos adalah 1548,25 detik, dan unun-tuk celana adalah 656,09 detik. Jumlah stasiun un-tuk lintasan baju woven adalah 8 stasiun, unun-tuk baju kaos 8 stasiun, dan untuk celana 5 stasiun.

Khusus untuk produk celana, ternyata perlu dibuat 2 lintasan identik (masing-masing 5 sta-siun). Perhitungan penentuan jumlah lintasan tersebut adalah sebagai berikut: Jumlah lintasan celana = WaktusiklusTarget produksi WaktuyangtersediaProporsi =656, 09detik49unit 691200detik0, 04 = 1, 1632lintasan

Setelah lintasan selesai dirancang, dilakukan-lah perancangan alternatif tata letak PT. FARIZA. Alternatif layout usulan dibuat berdasarkan cara menukar-nukarkan stasiun 149

(9)

Indonesia Statistical Analysis Conference 2013

kerja, namun tetap berpedoman pada aliran ma-terialnya. Lintasan penjahitan yang diusulkan yaitu alternatif dengan lintasan penjahitan yang non-eksklusif.

Lintasan yang non-ekslusif adalah lintasan yang dapat dipakai berbarengan. Misalnya lin-tasan baju woven, dapat dipakai untuk mempro-duksi baju woven dan celana. Lintasan baju wo-ven dapat digabungkan dengan celana karena mesin-mesin yang dipakai kedua produk ini sama. Untuk lintasan baju kaos, tidak da-pat digabungkan karena mesinnya berbeda dan memerlukan lebih banyak mesin daripada un-tuk baju woven dan celana. Jadi, pada alter-natif ini terdapat 2 lintasan untuk baju woven dan 1 lintasan untuk baju kaos. Dari 2 lin-tasan baju woven ini, 1 linlin-tasannya dipakai untuk memproduksi celana jika ada perintah produksi dari kepala produksinya. Jika produksi celana telah terselesaikan, lintasan tersebut kembali di-gunakan untuk memproduksi baju woven.

Dari tipe lintasan tersebut, terdapat lima al-ternatif layout usulan. Alal-ternatif layout 1 sam-pai 4 merupakan layout yang dirancang tanpa harus membongkar sekat ruangan yang sudah ada sekarang. Sedangkan, alternatif layout 5 merupakan layout yang dirancang dengan mem-bongkar sebagian kecil ruangan dari layout awal. Pemilihan di antara kelima alternatif di-lakukan melalui dua tahap. Pada tahap per-tama dilakukan estimasi total jarak yang ditem-puh untuk perpindahan material antarstasiun. Berdasarkan seleksi ini, terpilih dua alternatif terbaik yaitu Alternatif 3 dan Alternatif 5.

Selanjutnya, berdasarkan simulasi terhadap kedua layout tersebut, diperoleh hasil bahwa Al-ternatif 5 menghasilkan rata-rata output per bu-lan yang melebihi Alternatif 3. Hasil tersebut di-tunjukkan di Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2: Output per Bulan untuk Alternatif 3 Alternatif 3 (Tidak Bongkar)

Replikasi Baju woven Baju Kaos Celana

1 404.67 200.17 29.00 2 404.67 197.83 30.33 3 404.50 200.83 30.33 4 404.50 199.50 30.33 5 404.33 199.33 30.33 Rata-rata 404.53 199.53 30.57 St.dev 0.14 1.12 2.99

Tabel 3: Output per Bulan untuk Alternatif 5 Alternatif 5 (Bongkar)

Replikasi Baju woven Baju Kaos Celana

1 437.67 214.00 35.17 2 437.67 217.33 31.67 3 437.50 216.83 34.83 4 437.83 217.67 29.00 5 437.83 214.17 36.00 Rata-rata 437.70 216.00 33.33 St.dev 0.14 1.78 2.93

Gambar 6: Layout Terpilih (Alternatif 5) Adapun data produksi sesungguhnya se-lama periode pengumpulan data ditampilkan di Tabel 4.

Tabel 4: Output Produksi PT. FARIZA Bulan Baju woven Baju Kaos Celana Total

Januari 263 30 0 293 Februari 141 46 0 187 Maret 282 139 0 421 April 149 107 2 258 Mei 175 304 0 479 Juni 256 103 352 711 Rata-rata 211.0 121.5 59.0 391.5

Berdasarkan uji rata-rata output dengan uji hipotesis mean untuk 2 sampel independen (un-tuk sampel kecil digunakan 2 independent t test ) dengan tingkat keyakinan 95%, diperoleh kes-impulan seperti pada Tabel 5.

Tabel 5: Kesimpulan Uji Rata-rata Output Produk Alternatif 5 (Bongkar)

Ho Kesimpulan Baju Woven ditolak Rata-rata output

berbeda secara signifikan Baju Kaos ditolak Rata-rata output

berbeda secara signifikan Celana tidak ditolak Rata-rata output

tidak berbeda secara signifikan Dengan demikian, Alternatif 5 terpilih untuk menjadi layout yang diusulkan untuk menggan-tikan layout sekarang. Gambar layout tersebut ditampilkan di Gambar 6.

3

Analisis

Dalam sistem penjahitan saat ini, setiap penjahit menjahit satu keseluruhan baju atau celana yang 150

(10)

Perancangan Lintasan Penjahitan dan Perbaikan Tata Letak untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi PT. FARIZA

diproduksi. Jadi, pengerjaan dari potongan kain menjadi satu baju keseluruhan dilakukan oleh satu orang penjahit. Untuk produk baju wo-ven, diperlukan mesin jahit, mesin obras, gunt-ing, dan setrika dalam pengerjaan produknya. Baju kaos memerlukan mesin jahit, mesin obras, mesin overdeck, gunting, dan setrika untuk membuat keseluruan baju jadi. Sedangkan un-tuk celana memerlukan jenis mesin yang sama dengan pembuatan baju woven, yaitu mesin jahit, mesin obras, gunting, dan setrika. Setiap penjahit memiliki satu jenis mesin jahit yang di-gunakan. Jika penjahit perlu melakukan obras pada bajunya, penjahit tersebut akan pindah ke mesin obras dan jika telah selesai akan balik lagi ke tempat mesin jahit semula. Begitu juga jika penjahit memerlukan setrika untuk bajunya, penjahit akan pergi ke stasiun setrika dan jika telah selesai penjahit tersebut akan balik lagi ke mesin jahit awal miliknya. Dengan sistem pen-jahitan seperti itu tentunya memerlukan waktu yang lama, ditambah lagi dengan perpindahan penjahit yang harus bolak-balik berganti mesin menyebabkan pekerjaan menjadi tidak efisien.

Selain sistem penjahitan yang menjadi sta-siun bottleneck, dirasakan juga tata letak pabrik saat ini kurang baik. Tata letak PT.FARIZA saat ini tidak dirancang dengan baik karena awalnya PT.FARIZA merupakan home indus-try yang menempatkan setiap stasiun kerjanya berdasarkan ketersediaan ruangan yang ada.

Dalam semua alternatif tata letak yang diran-cang, lintasan penjahitan baju woven dirancang untuk dapat dipakai memproduksi baju woven dan celana. Hal ini diusulkan karena terdapat kesamaan mesin dalam memproduksi baju wo-ven dan celana. Mesin yang digunakan untuk memproduksi baju kaos berbeda dengan baju woven dan celana sehingga lintasan baju kaos tidak dapat dipakai secara bersamaan. Pada al-ternatif terpilih, diusulkan 2 lintasan baju wo-ven/celana dan 1 lintasan baju kaos pada layout stasiun jahitnya. Terdapat beberapa alasan dari rancangan alternatif ini, yaitu:

1) Celana merupakan produk dengan demand terendah pada perusahaan, jika disediakan lin-tasan khusus untuk celana maka produksi celana akan berlebih sehingga dapat meng-hasilkan jumlah inventory yang tinggi dan da-pat menyebabkan kerugian bagi perusahaaan. 2) Baju woven merupakan produk yang memi-liki demand tertinggi dari ketiga produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga diusulkan terdapat 2 lintasan baju woven. Salah satu lintasan baju woven ini dapat digunakan oleh celana jika terdapat jadwal untuk memproduksi celana. Jika produksi celana telah selesai, maka

lintasan tersebut akan digunakan produksi kem-bali untuk memproduksi baju woven.

3) Banyaknya mesin pada lintasan baju wo-ven adalah 8 mesin, sedangkan lintasan celana memerlukan 6 mesin. Jika lintasan baju woven digunakan untuk memproduksi celana, maka 2 operator yang menganggur akan berfungsi menjadi helper pada stasiun tersebut. Pada al-ternatif layout ini terdapat penambahan jum-lah mesin jahit yang sejenis tetapi penambahan mesin ini tidak menimbulkan biaya karena pe-rusahaan memiliki mesin yang menganggur di gudang mesin jahit.

4) Selain keterbatasan mesin, lintasan baju kaos memerlukan 10 mesin, sehingga tidak memu-ngkinkan untuk dipakai memproduksi celana, karena jumlah orang yang menganggur akan lebih banyak lagi yaitu sebesar 4 orang.

4

Kesimpulan

Penelitian ini ditujukan untuk melakukan perbaikan sistem penjahitan dan tata letak produksi pada PT.FARIZA. Untuk melakukan perbaikan tersebut, penelitian dilakukan de-ngan merancang lintasan penjahitan serta menukar-nukarkan departemen berdasarkan aliran materialnya agar kapasitas produksi dapat meningkat. Layout usulan yang terpilih telah dicantumkan pada Gambar 6 dan output layout usulan tersebut tercantum di Tabel 3. Berdasarkan uji hipotesis, output layout usu-lan untuk produk baju woven dan baju kaos meningkat signifikan dibandingkan output sistem awal.

Daftar Pustaka

Bedworth, D.D, and Bailey, J.E., Integrated Pro-duction Control System, John Wiley & Sons, New York 1987.

Law, Averill M., Kelton, W. David, 2000. Sim-ulation Modeling And Analysis 3rd Edition, McGraw-Hill Companies. Inc.

Meyers, Fred E., 1993. Plant Layout & Material Handling, Prentince Hall.

Sutalaksana, Iftikar Z., 2006. Teknik Perancan-gan Sistem Kerja, ITB.

Tompkins, White, Bozer, Tachoco & Trevino, 2003. Facilities Planning 3rd Edition, John Wi-ley & Sons, Inc.

(11)

Gambar

Gambar 1. Tata Letak Awal PT. FARIZA  Penelitian ini menerapkan konsep  pembuatan lintasan dan penyeimbangan  lintasan tersebut untuk meningkatkan  kapasitas produksi PT
Gambar 1. Tata Letak Awal PT. FARIZA
Tabel 2: Output per Bulan untuk Alternatif 3

Referensi

Dokumen terkait

Adapun Haji adalah rukun kelima dari rukun islam yaitu, suatu kewajiban bagi setiap muslim yang mukallaf (dewasa dan berakal) yang merdeka, begitu juga Umroh seumur hidup sekali

Dengan media Augmented Reality ini bisa menambah media promosi untuk STMIK Sumedang dan meningkatkan promosi STMIK Sumedang, pada saat promosi kita tidak terlalu sulit

Sudah, didapatkan dari sini kemudian perhatikan dari titik B kamu akan mendapatkan satu persamaan yang memuat a dan b lalu dari titik C kamu juga akan mendapatkan satu persamaan

This study was done by conducting the steps’ of Kemp’s instructional design model which was put under the umbrella of Borg and Gall’s R&D cycle. This study also

Selanjutnya dari hasil ekstraksi fitur tersebut dilakukan training support vector, sehingga terdapat garis pemisah atau hyperplane dari 2 golongan spermatozoa

Nilai yang tampil pada monitor saat bergerak motor adalah ½ dari nilai yang dimasukkan pada setting parameter setiap posisinya.. Saat setting parameter posisi, nilai

Tema Melodi diambil karena melodi masih berkaitan dengan musik dan merupakan unsur terpenting dari musik, maka diharapkan bangunan ini nantinya juga dapat menjadi icon dan

APBOfrhDilai Ohryrr kodc rekening Kegiatan penyediaan Bantuan operasional Sekolah (Bos) ieniang su/Ml/sDt8 dan sMP/MTs serta pesantrean salafiy.h drn satuan. Pendidikan