• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Pendidikan Dalam Menciptakan Generasi Berkarakter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peranan Pendidikan Dalam Menciptakan Generasi Berkarakter"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah-Jakarta

From the SelectedWorks of Zulkifli Rangkuti

September 16, 2012

Peranan Pendidikan Dalam Menciptakan

Generasi Berkarakter

Zulkifli Rangkuti

(2)

ORASI ILMIAH

Peranan Pendidikan Dalam Menciptakan Generasi Berkarakter

Disampaikan Seminar Ilmiah Dalam Rangka Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) Pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STEI) Putra Perdana Indonesia (PPI)-Tangerang

Tahun Akademik 2012/2013 16 September 2012

Oleh :

Dr. Zulkifli Rangkuti

(Dosen Tetap Pascasarjana STIMA “IMMI”-Jakarta & Kepala Bidang Pengelolaan Lingkungan Pada Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah-Jakarta)

[email protected] Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Yang terhormat :

- Ketua Kopertis Wilayah Jawa Barat dan Banten atau yang mewakili ;

- Ketua dan Pengurus Yayasan Pendidikan Tinggi STIE Putra Perdana Indonesia (PPI) - Ketua dan para Anggota Senat STIE Putra Perdana Indonesia (PPI)

- Pejabat Sipil, TNI dan Polri

- Para Pimpinan, Dosen, Karyawan dan Lembaga Kemahasiswaan serta civitas akademik STIE Putra Perdana Indonesia.

- Para Mahasiswa dan Calon Mahasiswa STIE Putra Perdana Indonesia (PPI) serta hadirin yang berbahagia.

Sebagai insan yang senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah Subhanawata’ala, Tuhan Yang Maha Kuasa, sudah sepantasnya kita bersama-sama mengucapkan Syukur Alhamdulillah kehadirat Illahi Robbi, karena dengan perkenan-Nya kita semua dapat hadir dalam keadaan sehat wal afiat pada acara Penerimaan Mahasiswa baru STIE Putra Perdana Indonesia (PPI). Kepada para calon Mahasiswa STIE Putra Perdana Indonesia (PPI), saya atas nama pribadi dan selaku Dosen Tidak Tetap pada STIE Putra Perdana Indonesia (PPI) mengucapkan selamat dan berbahagia atas diterimanya Saudara/ri di Kampus tercinta ini di STIE Putra Perdana Indonesia (PPI).

Selanjutnya saya akan mengajak anda dan hadirin untuk melihat sejenak keunikan peradaban manusia dalam perkembangan Pendidikan dan karakter. Sesudah itu kita akan menyimak “Peran Pendidikan dalam Menciptakan Generasi Berkarakter”, sekarang ini dan tantangan tantangan yang ditimbulkannya bagi Indonesia dan Hakikat Pendidikan Karakter Bagi Bangsa Indonesia.

Para Civitas Academica dan hadirin yang berbahagia,

Pada kesempatan yang baik ini saya mendapat kehormatan untuk menyampaikan Orasi Ilmiah berkaitan dengan . Apa yang dimaksud “Peranan Pendidikan Dalam Menciptakan Generasi Berkarakter?”

(3)

Peran Pendidikan dan Menciptakan Generasi Berkarakter

Belakang ini banyak sekali kita melihat permasalahan yang dihadapin oleh bangsa kita, terutama mengenai generasi muda kita dalam menghadapi tantangan kedepan. Setiap kali terjadi kelulusan ditingkat Sekolah Lanjutan Atas (SMA), selalu diwarnai dengan adanya pawai keliling kota ataupun pengecatan diri menandakan suatu cermin keberhasilan dalam hidupnya, padahal masih panjang dalam menggeluti rantai kehidupan. Disinilah kita bisa melihat pendidikan hanya merupakan perhiasan diwaktu senang dan tempat berlindung dikala susah. Di era meliminium ini, semua bersaing menuntut ilmu untuk menjadi orang yang paling cerdas dan paling pandai. Kecerdasan yang diperoleh sebenarnya tidak memberi jaminan untuk meraih keberhasilan. (Daniel Goleman, 2002) menyebutkan ternyata 80 persen keberhasilan seseorang dipengaruhi oleh kecerdasan emosi (karakter), dan hanya 20 persen ditentukan oleh otak (IQ). Beliau menyampaikan dalam teori emotional intelligent (kecerdasan emosi) mempunyai 5 (lima) area, (1) mengetahui emosi diri (2) mengelola emosi diri (3) motivasi diri (4) Mengakui dan mengerti emosi orang lain serta yang terakhir (5) membangun hubungan baik dengan orang lain atau istilah sekarang kita kenal kata jejaring (network) untuk mencapai suatu keberhasilan. Permasalahan yang kita hadapi sekarang, kita selalu mementingkan kecerdasan otak selalu didepan dan diasah, sedangkan karakter atau budi alamiah yang sejatinya semakin kabur dan ini menghilangkan mutu pendidikan. Kita ambil contoh dalam melihat tingkah laku generasi sekarang seperti, tidak memiliki kepedulian terhadap masyarakat, tata tertib berlalu lintas, mengekor serta banyak tidak berinisiatif. Orang berpikir kesuksesan hanya diperoleh dari kecerdasan otak dan pendidikan yang tinggi. Kenyataannya kita dapat menarik kesimpulan bahwa peranan karakter yang lebih mendominan keilmuan Kita bisa mengambil contoh ilmuwan Albert Enstein untuk selalu berusaha dan pantang menyerah dalam menjalani kehidupannya. Sisi ini tidak saja membuatnya berhasil dalam karir, tetapi ia laksana mentari dimusim salju, memberi kehangatan pada orang-orang disekitarnya sehingga dihormati. Karakter disiplin, pantang menyerah, sifat sabar, tekun, jujur merupakan kunci keberhasilannya dalam meraih pendidikan yang hakiki dan melahirkan karya-karya yang luar biasa. Karakter inilah yang dapat menjadi cambuk agar seseorang bersungguh-sungguh untuk menuntut ilmu, bukan sekedar memiliki pengetahuan yang luas (sebatas teori), tetapi tidak tahu bagaimana cara mengaplikatifkannya. Karakter menurut (Dennis Coon, 2008) karakter sebagai suatu

(4)

penilaian subyektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat. Karakter adalah jawaban mutlak untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik didalam masyarakat. Masalahnya sekarang, karakter atau budi pekerti tidak menjadi perhatian utama sistem pendidikan Indonesia. Berbagai masalah justru bermunculan ditengah kuatnya arus globalisasi yang dirasakan. Sering terjadi tawuran pelajar atau mahasiswa mengakibatkan rusaknya sarana umum, bahkan berujung kematian. Ketidak disiplinan, ketidak jujuran, kurangnya kegemaran membaca, tidak mau bekerja keras, telah merasuki jiwa anak sekolah. Ketidak pedulian terhadap lingkungan, tidak bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan dan kurang berkomunikasi terhadap sesama diakibatkan pelajar memiliki emosional yang tidak stabil, seperti egois, dan tidak menghargai orang lain. Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosi, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Dari sudut pandang psikologis, saya melihat terjadi penurunan kualitas “usia psikologis” pada anak yang berusia 21 tahun pada tahun 2011, dengan anak yang berumur 21 pada tahun 2001. Maksud usia psikologis adalah usia kedewasaan, usia kelayakan dan kepantasan yang berbanding lurus dengan usia biologis. Jika anak sekarang usia 21 tahun seakan mereka seperti berumur 12 atau 11 tahun. Maaf jika ini mengejutkan dan menyakitkan. Hasil studi Marvin Berkowitz dari University of Missouri-St. Louis, menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan adanya penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik. Sebuah buku yang berjudul Emotional Intelligence and School Success (Joseph E. Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.

Hakikat Pendidikan Karakter Bagi Bangsa Indonesia

Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menyeimbangkan ilmu pengetahuan (iptek) dengan ilmu agama (imtak), sehingga Individu memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakter ini sangat dihargai dan tentu berguna serta tidak akan sia-sia. Undang-Undang

(5)

Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Menteri Pendidikan Nasional, Mohammad Nuh pun menyampaikan bahwa Presiden SBY mencanangkan Pendidikan Berbasis Karakter pada 2 Mei 2010 (Hardiknas.). Menteri Pendidikan Nasional (Muhamd Nuh) dalam berbagai kesempatan juga sering menekankan diantara karakter yang ingin dibangun adalah karakter yang berkemauan dan berkebiasaan untuk memberikan yang terbaik, juga prestasi yang didasari oleh nilai-nilai kejujuran. Karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Kalau sudah dipahami, maka nilai-nilai pancasila mudah dikembangkan. Perlu kita sadari bahwa pendidikan dalam membangun umat, menempati posisi yang sangat strategis. Perlu kita hayati bersama bahwa pendidikan merupakan kunci masa depan bangsa kita. Pendidikan berkarakter harus berjalan secara baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik dalam mempersiapkan generasi muda bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Persiapan dengan mewariskan budaya dan karakter bangsa yang telah menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Dengan kata lain, peserta didik (siswa) akan selalu bertindak, bersikap yang mencirikan budaya dan karakter bangsa. Theodore Roosevelt mengatakan : “To educate a person in mind and not in morals is to educate a

menace to society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek

moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat)

Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas, “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pendidikan berkarakter merupakan inti dari suatu proses pendidikan. Dalam mengembangkan pendidikan karakter, kesadaran akan siapa dirinya dan kepedulian terhadap kemajuan bangsa akan terasa teramat penting. Pendidikan karakter sebagai usaha mencapai mempertahankan peradaban bangsa, hal tersebut akan terbukti ketika apa yang diinginkan termasuk jalan melalui pendidikan sebagai upaya untuk memperbaiki bangsa ini untuk terlepas dari berbagai krisis, akan berjalan dengan baik. Tentunya hal tersebut tidak hanya peran guru, ataupun orang tua saja, tetapi mencakup keseluruhan dari elemen bangsa Indonesia. Bangsa yang beradab terlihat dari sikap dan kinerja para penyelenggaranya terlebih dahulu, dan lalu kemudian hal tersebut akan di contoh oleh rakyatnya yang dalam negara yang berbentuk demokrasi seperti Indonesia yaitu rakyatlah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Prof. Dr. Quraish Shihab tentang hukum panen “Tanamkanlah tindakan, anda akan menuai kebiasaan.

(6)

Tanamkanlah kebiasaan, anda akan mendapatkan karakter. Tanamkanlah karakter anda akan mengukir nasib”.

Penutup

Akhirnya, dari paparan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa Pendidikan berkarakter sangat diperlukan guna menciptakan generasi yang kuat dan siap untuk menghadapin tantangan kedepan yang semakin komplek, dan kita sekalian adalah bagian dari entitas pendidikan yang juga menangani dunia pendidikan harus berperan serta dalam memajukan pendidikan nasional sekaligus meningkatkan kecerdasan anak-anak bangsa ini dengan melibatkan semua para pemangku kepentingan (stakeholder) dalam mewujudkan pendidikan yang berkarakter bagi anak peserta didiknya. Dari sekian harapan yang paling penting, yakni berupa penyiapkan sumber daya manusia yang berkarakter dan berkualitas sebagai syarat mutlak, serta pendidikan karakter merupakan sebagai salah satu kunci keberhasilan.

(7)

Daftar Pustaka

Daniel Goleman, 2002, Emotional Intelligence, Schools from New York City to Oakland, California, USA ISBN : 0747528306 Publisher : Bloomsbury Publishing (July 20, 2009).

Dennis Coon, 2008, Introduction To Psycology, Santa Barbara City College, California. ISBN-13: 978-0495811701, Publisher : Phenomenon, USA.

Marvin Berkowitz, 2005, What works in Character Education, Publisher University of Missouri- St. Louis, USA.

Joseph E. Zins, Roger.P. Weissberg, Margaret C.Wang, Herbert J. Walberg, 2001, Emotional Intelligence and School Success, Publishers: Teachers College Press, Columbia University, USA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah perhitungan COUR, dilakukan analisis business consequence menggunakan business risk matrix dan didapatkan hasil untuk subsistem conveyor, center plate ,

 Pencapaian kinerja keuangan tersebut lebih rendah dibandingkan pendapatan usaha dan laba bersih di periode sembilan bulan pertama di tahun sebelumnya yang

Fitri Hartanto,Hen driani Selina 3 Tahun: 2009 ( Paediatrica Indonesiana, vol.51,no.4 (suppl),Juli 2011) Siswa SMP di Kota Semarang Prevalensi Masalah Mental Emosional

Telah kita lihat bahwa keselamatan kita tidak dapat ter-lepas begitu sadja tanpa adanja persekutuan dengan orang2 sutji lainnja, jang dalam beberapa hal jang digambarkan oleh

Untuk mengetahuai potensi siswa tersebut, maka siswa tersebut harus hidup dengan guru dalam beberapa waktu sehingga sampai akhirnya guru mengetahui potensi dalam diri

b) Semua lembaga kursus dan pelatihan dapat mengusulkan, namun diprioritaskan bagi: (1) lembaga dan programnya sudah terakreditasi BAN- PNF, (2) berkinerja A atau B, dan/atau (3)

Ancaman utama Perusahaan Rapino Bag Collection datang dari perusahaan- perusahaan sejenis baik perusahaan besar maupun kecil yang bergerak dibidang dan segmen yang sama, yaitu

Adapun hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ditemukan korelasi yang cukup kuat antara usia dengan tingkat stress pada tenaga kesehatan di RSUD Daya