• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL Karakteristik Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL Karakteristik Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi Selatan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL

Karakteristik Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Sulawesi Selatan Kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung (TN Babul) memiliki luas ± 43.750 Ha yang terletak di wilayah administratif Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis kawasan ini terletak antara 119° 34’ 17” – 119° 55’ 13” Bujur Timur dan antara 4° 42’ 49” – 5° 06’ 42” Lintang Selatan. Secara kewilayahan, batas-batas TN Babul adalah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Barru, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bone, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Maros, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep.

Deskripsi tiga lokasi pengamatan keragaman kupu-kupu di kawasan TN Babul sebagai berikut:

a. Cagar Alam Pattunuang

Cagar Alam Pattunuang (Gambar 3a) merupakan cagar alam yang berbatasan langsung dengan jalan raya dengan tebing karst yang terjal dan licin. Secara geografis, cagar alam ini berada pada koordinat 5o01’54.31” LS dan 119o45’35.16” BT. Cagar alam ini memiliki hutan sekunder dan aliran sungai yang selalu mengalir tiap tahun. Di bagian atas cagar alam, terdapat tiga rumah penduduk dan terdapat Gua Pengantin. Gua ini selalu dijadikan tempat perkemahan oleh mahasiswa. Tumbuhan yang berbunga yang ditemukan di lokasi ini pada saat pengamatan kupu-kupu adalah Aristolochia sp. (Aristolochiaceae), Arenga pinnata (Palmae), Lantana camara (Verbenaceae), Hibiscus sp. (Malvaceae), Tectona grandis (Verbenaceae), Ficus sp. (Moraceae) dan tumbuhan benalu.

b. Cagar Alam Leang-leang

Cagar Alam Leang-leang (Gambar 3b) merupakan kawasan dengan kondisi alam berupa tebing karst yang terjal dan sulit dijangkau. Secara geografis, cagar alam ini berada pada koordinat 4o59’31.01” LS dan 119o42’37.45” BT. Taman purbakala yang berupa gua batu terdapat pada bagian sisi barat kawasan ini. Pengambilan data kupu-kupu dilakukan di bagian belakang taman purbakala

(2)

yang berbatasan langsung dengan persawahan. Kawasan ini memiliki daerah karst yang cukup terjal yang berada di bawah kaki Gunung Bulusaraung, dengan tanah yang datar dan bergelombang. Di kawasan ini ditemukan berbagai tumbuhan perdu dengan bunga sebagai habitat kupu-kupu dan terdapat aliran sungai yang selalu mengalir tiap tahun. Tumbuhan yang sedang berbunga pada saat pengamatan kupu-kupu adalah Lantana camara (Verbenaceae), Psidium guajava (Myrtaceae), Annona muricata (Annonaceae), Aristolochia sp. (Aristolochiaceae), Citrus sp. (Rutaceae), Tectona grandis (Verbenaceae) dan Ficus sp. (Moraceae).

c. Taman Wisata Bantimurung

Taman Wisata Bantimurung (Gambar 3c) merupakan taman wisata yang padat dikunjungi wisatawan lokal maupun manca negara. Selain air terjun yang sangat dikagumi oleh wisatawan, terdapat pula gua-gua karst, Sungai Bantimurung dan museum kupu-kupu. Secara geografis, cagar alam ini berada pada koordinat 5o00’58.19” LS dan 119o41’02.15” BT. Tumbuhan yang ditemukan sedang berbunga pada saat pengamatan kupu-kupu adalah Hibiscus sp. (Malvaceae), Bauhinia purpurea (Caesalpiniaceae), Ixora sp. (Rubiaceae), Arenga pinnata (Palmae), Aristolochia sp. (Aristolochiaceae), Annona sp. (Annonaceae) dan Ficus sp. (Moraceae).

(3)

Gambar 3 Gambaran lokasi pengamatan kupu-kupu: Cagar Alam Pattunuang (a), Cagar Alam Leang-leang (b), Taman Wisata Bantimurung (c).

Biodiversitas Kupu-kupu

Di tiga lokasi pengamatan ditemukan 144 spesies dari 6.802 individu kupu-kupu yang tergolong dalam 5 famili (Tabel 2). Lima famili tersebut ialah Papilionidae (21 spesies), Pieridae (15 spesies), Nymphalidae (65 spesies), Riodinidae (1 spesies), dan Lycaenidae (42 spesies). Di Cagar Alam Leang-leang, spesies yang paling banyak ditemukan adalah Catopsilia pomona (317 individu). Di Cagar Alam Pattunuang, spesies yang paling banyak ditemukan adalah Faunis menado (125 individu). Di Taman Wisata Bantimurung, spesies yang paling banyak ditemukan adalah Lexias aeetes (329 individu). Spesies kupu-kupu yang paling banyak ditemukan di tiga lokasi penelitian ialah Catopsilia pomona (Gambar 4).

Jumlah spesies dan individu kupu-kupu yang ditemukan berbeda pada tiap lokasi penelitian. Di Cagar Alam Leang-leang ditemukan paling banyak (113 spesies). Berdasarkan pengamatan, di Cagar Alam Leang-leang banyak ditemukan tumbuhan pakan larva kupu-kupu, antara lain tumbuhan dalam famili Rutaceae sebagai pakan larva Papilio ascalaphus dan tumbuhan Cassia sp. sebagai pakan

a

b

(4)

larva Catopsilia pomona. Penyebaran spesies kupu-kupu yang ditemukan dalam penelitian ini tertera dalam Lampiran 2.

Tabel 2 Jumlah spesies dan individu kupu-kupu di tiga lokasi penelitian Famili

Subfamili Spesies

Jumlah Individu

Leang-leang Pattunuang Bantimurung Papilionidae

Papilioninae

Chilasa veiovis Hewitson, 1865 1

Graphium agamemnon Fruhstorfer, 1903 68 38 23

Graphium androcles Boisduval, 1836 4 8 3

Graphium anthedon Felder & Felder, 1865 56 39 76

Graphium deucalion Boisduval, 1836 2 2 6

Graphium encelades Boisduval, 1836 2 2

Graphium eurypylus Felder & Felder, 1865 12

Graphium meyeri Hopffer, 1874 45 37 97

Graphium rhesus Fruhstorfer, 1902 1 2

Lamproptera meges Tsukada & Nishiyama, 1980 30 34 106

Pachliopta polyphontes Boisduval, 1836 2 8 10

Papilio ascalaphus Boisduval, 1836 20 33 33

Papilio blumei Röber, 1897 3 1

Papilio fuscus Wallace, 1865 1 26

Papilio gigon Felder & Felder, 1864 54 34 41

Papilio peranthus Rothschild, 1896 13 4 13

Papilio polytes Oberthür, 1879 1 6

Papilio sataspes Felder & Felder, 1864 23 22 24

Troides haliphron Boisduval, 1836 6 4

Troides helena Felder & Felder, 1864 8 9

Troides hypolitus Rothschild, 1895 6 4

Pieridae Pierinae

Aoa affinis Vollenhoven, 1865 1 29 38

Appias hombroni Lucas, 1852 13

Appias lyncida Felder & Felder, 1865 2 4

Appias paulina Hopffer, 1874 6 12

Appias zarinda Boisduval, 1836 9 12 13

Cepora celebensis Rothschild, 1892 15 17 66

Cepora timnatha Fruhstorfer, 1902 4 3

Hebomoia glaucippe Wallace, 1863 41 30 46

Pareronia tritaea Fruhstorfer, 1910 49 31 39

Saletara panda Holland, 1891 7 5

Coliadinae

Catopsilia pomona Butler, 1869 317 121 114

(5)

Lanjutan Tabel 2 Famili Subfamili Spesies Jumlah Individu

Leang-leang Pattunuang Bantimurung

Eurema celebensis Wallace, 1867 13 24 21

Eurema tominia Vollenhoven, 1865 72 33 52

Gandaca butyrosa Fruhstorfer, 1910 22 6

Nymphalidae

Danainae

Danaus genutia Felder & Felder, 1865 16 1

Euploea algae Felder & Felder, 1865 15 13 14

Euploea eleusina Felder, 1859 3

Euploea eupator Hewitson, 1858 10 8 5

Euploea hewitsonii Felder & Felder, 1865 5 2 9

Euploea redtenbacheri Felder & Felder, 1865 11

Euploea sylvester Felder & Felder, 1865 6 3 8

Euploea westwoodi Felder & Felder, 1865 37 50 15

Idea blanchardi Fruhstorfer, 1903 4 3 114

Ideopsis juventa Butler, 1869 34 22 54

Ideopsis vitrea Fruhstorfer, 1910 7 10 10

Tirumala choaspes Butler, 1886 32 8 27

Nymphalinae

Hypolimnas anomala Fruhstorfer, 1912 5 11

Hypolimnas bolina Linnaeus, 1758 8 7 19

Hypolimnas diomea diomea Hewitson, 1861 2 2

Hypolimnas diomea fraterna Wallace, 1869 4

Junonia almana Fruhstorfer, 1906 5

Junonia atlites Fruhstorfer, 1912 74 9 7

Junonia hedonia Felder & Felder, 1867 115 60 34

Rhinopalpa polynice Felder & Felder, 1867 8 4

Symbrenthia lilaea Tsukada & Nishiyama, 1985 7 21

Yoma sabina Tsukada, 1985 30 7 27

Charaxinae

Charaxes affinis Butler, 1865 15 13 42

Charaxes nitebis Hewitson, 1862 4 7 10

Charaxes solon Butler, 1869 8

Polyura cognata Tsukada, 1991 2 3 3

Cyrestinae

Chersonesia rahria Rothschild, 1892 3 23 33

Cyrestis strigata Felder & Felder, 1867 6 37 80

Cyrestis thyonneus Staudinger, 1896 16 18 17

Limenitidinae

Bassorona labotes Hewitson, 1864 22

Dophla evelina Rothschild, 1892 5 28

Euthalia sp. Hübner, 1819* 3 3 3

(6)

Lanjutan Tabel 2 Famili Subfamili Spesies Jumlah Individu

Leang-leang Pattunuang Bantimurung

Lasippa neriphus Fruhstorfer, 1899 38 19 57

Lexias aeetes Butler, 1870 2 80 329

Moduza libnites Moore, 1881 7 10 15

Moduza lycone Fruhstorfer, 1913 3

Moduza lymire Hewitson, 1859 44 16 56

Pantoporia antara Fruhstorfer, 1913 8 3 6

Parthenos sylvia Hopffer, 1874 6 14 18

Phaedyma daria Rothschild, 1892 58 16 22

Tacola eulimene Butler, 1866 22 1 38

Heliconiinae

Cethosia myrina Fruhstorfer, 1912 14 6 27

Cirrochroa semiramis Felder & Felder, 1867 5 36 26

Cirrochroa thule Felder & Felder, 1860 7 14

Cupha maeonides Hewitson, 1859 4 14 45

Phalanta alcippe Wallace, 1869 91 136

Terinos taxiles Fruhstorfer, 1906 17 57 17

Vindula dejone Butler, 1883 12 10

Vindula erota Eliot, 1956 101 56 147

Biblidinae

Ariadne celebensis Holland, 1891 15

Satyrinae

Amathusia phidippus Fruhstorfer, 1763 4 9 25

Amathusia virgata Butler, 1870 3

Bletogona mycalesis Felder & Felder, 1867 16

Discophora bambusae Holland, 1891 7 6 4

Elymnias hicetas Fruhstorfer, 1899 3

Elymnias mimalon Hewitson, 1862 4

Faunis menado Hewitson, 1862 29 125 136

Lohora decipiens Martin, 1929 7 27 51

Melanitis leda Martin, 1929 15 41 8

Melanitis phedima Fruhstorfer, 1908 24

Mycalesis horsfieldi Fruhstorfer, 1911 16 20

Mycalesis janardana Fruhstorfer, 1908 5 8

Orsotriaena jopas Fruhstorfer, 1911 17

Ypthima kalelonda Rothschild, 1892 19 37

Riodinidae

Nemeobiinae

Abisara echerius Röber, 1886 6

Lycaenidae

Miletinae

Allotinus (Paragerydus) unicolor Fruhstorfer, 1916 2

(7)

Lanjutan Tabel 2 Famili Subfamili Spesies Jumlah Individu

Leang-leang Pattunuang Bantimurung Curetinae

Curetis tagalica Felder & Felder, 1865 5

Polyommatinae

Acytolepis puspa Röber, 1886 12 3 2

Anthene lycaenina Felder, 1868 3 6 8

Anthene vilosa Snellen, 1878 23 6 10

Caleta caleta Hewitson, 1876 6

Caleta decidia Fruhstorfer, 1922 1

Caleta roxus Fruhstorfer, 1922 1

Castalius rosimon Fruhstorfer, 1922 12 12

Catopyrops ancyra Röber, 1886 6

Catopyrops rita Eliot, 1956 1

Discolampa ilissus` Felder, 1859 5

Euchrysops cnejus Fabricius, 1798 6

Jamides alecto Snellen, 1878 1 6

Jamides aratus de Nicéville, 1899 11 29

Jamides celeno Ribbe, 1926 8

Jamides cyta Fruhstorfer, 1916 1

Jamides festivus Röber, 1886 5 8 5

Jamides fractilinea Tite, 1960 29 16 26

Jamides philatus Snellen, 1878 9

Nacaduba pactolus Fruhstorfer, 1916 3

Megisba malaya Moore, 1884 7 1 16

Pithecops corvus Fruhstorfer, 1919 8 6

Prosotas ella Toxopeus, 1930 14 7 5

Prosotas dubiosa Piepers & Snellen, 1918 15

Prosotas nora Felder, 1860 7 2

Psychonotis piepersii Snellen, 1878 22 12

Theclinae

Arhopala acetes Hewitson, 1862 6

Arhopala alitaeus Hewitson, 1862 6

Arhopala araxes Felder & Felder, 1865 4 3

Arhopala hercules Hewitson, 1862 1

Arhopala irregularis Bethune-Baker, 1903 2 6

Dacalana anysiades Röber, 1887 3 2

Flos apidanus Staudinger, 1889 10

Hypolycaena erylus Fruhstorfer, 1912 7

Hypolycaena sipylus Fruhstorfer, 1912 5 9 8

Hypolycaena xenia Grose Smith, 1895 9

Pratapa icetoides Moore, 1881 19

Rapala manea Hewitson, 1863 1

(8)

Lanjutan Tabel 2 Famili Subfamili Spesies Jumlah Individu

Leang-leang Pattunuang Bantimurung

Sinthusa verena Moore, 1884 6

Tajuria mantra Felder & Felder, 1865 2

Jumlah individu 2024 1828 2950

Jumlah spesies 113 101 98

H’ 3,89 4,06 3,97

Keanekaragaman kupu-kupu di Cagar Alam Pattunuang (H’ = 4.06) lebih tinggi dibandingkan dengan Cagar Alam Leang-leang (H’ = 3,89) dan Taman Wisata Bantimurung (H’ = 3,97) (Tabel 2). Menurut Brower et al. (1990), nilai indeks keanekaragaman > 3 (tiga) pada suatu komunitas menunjukkan tingkat kestabilan komunitas yang tinggi. Berdasarkan kriteria indeks tersebut, di ketiga lokasi tersebut memiliki keanekaragaman dan kestabilan komunitas kupu-kupu yang tinggi. Besar nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) dalam suatu komunitas dipengaruhi oleh jumlah spesies dan individu. Di Cagar Alam Leang-leang ditemukan jumlah spesies terbanyak (S = 113) walaupun nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener terendah (H’ = 3,89).

(9)

Gambar 4 Spesies kupu-kupu tiap famili yang paling sering ditemukan di tiga lokasi penelitian (sisi kiri = permukaan sayap bawah, sisi kanan = permukaan sayap atas): Graphium agamemnon (a), Graphium anthedon (Papilionidae) (b), Catopsilia pomona (c), Eurema tominia (Pieridae) (d), Lexias aeetes (e), Idea blanchardi (Nymphalidae) (f), Abisara echerius (Riodinidae) (g), Jamides aratus (h), dan Jamides fractilinea (Lycaenidae) (i).

Berdasarkan analisis dengan indeks similaritas Sorensen, Cagar Alam Pattunuang dan Cagar Alam Leang-leang mempunyai kesamaan paling tinggi (CS

= 0,81) dan antara Cagar Alam Leang-leang dan Taman Wisata Bantimurung paling rendah (CS = 0,71) (Tabel 3). Hal ini dapat dilihat dari komposisi

spesiesnya. Sebanyak 113 spesies kupu-kupu yang terdapat di Cagar Alam leang, 20 spesies di antaranya hanya ditemukan di Cagar Alam Leang-leang, 18 spesies ditemukan di Cagar Alam Pattunuang, dan 8 spesies dapat ditemukan di Taman Wisata Bantimurung. Sebanyak 101 spesies kupu-kupu di Cagar Alam Pattunuang, 8 spesies di antaranya hanya ditemukan di Cagar Alam Pattunuang, 18 spesies ditemukan di Cagar Alam Leang-leang, dan 8 spesies

1 cm 1 cm 1 cm 1 cm 1 cm 1 cm 1 cm 1 cm 1 cm (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i)

(10)

dapat ditemukan Taman Wisata Bantimurung. Sebanyak 98 spesies di Taman Wisata Bantimurung, 15 spesies di antaranya hanya ditemukan di Taman Wisata Bantimurung, 8 spesies ditemukan di Cagar Alam Leang-leang, dan 8 spesies ditemukan di Cagar Alam Pattunuang. (Gambar 5). Berdasarkan Magurran (1988), nilai indeks Sorensen yang kurang dari 1 (Cs ≤ 1) menunjukkan bahwa ketiga struktur komunitas tersebut tidak sama dan terdapat spesies yang dominan pada ketiga lokasi tersebut.

Tabel 3. Indeks kesamaan Sorensen kupu-kupu di tiga lokasi penelitian

Lokasi Pattunuang Leang-leang Bantimurung

Pattunuang Leang-leang Bantimurung 1 0,81 1 0,75 0,71 1

Gambar 5 Jumlah spesies yang ditemukan di tiga lokasi penelitian: Cagar alam Leang-leang (A), Cagar Alam Pattunuang (B), Taman Wisata Bantimurung (C).

Berdasarkan bulan pengamatan, keragaman spesies kupu-kupu yang ditemukan bervariasi. Dengan bertambahnya waktu pengamatan, masih terjadi penambahan spesies. Pada bulan April, spesies kupu-kupu ditemukan paling sedikit. Pada bulan ini banyak kupu-kupu teramati mencari tempat meletakkan telur. Larva kupu-kupu Graphium agamemnon yang berumur 3 hari, ditemukan di daun pohon sirsak (Annona muricata). Berdasarkan jumlah individu, di Taman Wisata Bantimurung ditemukan nilai tertinggi di bulan Januari (Gambar 6). Hal

(A) (B) (C) 20 67 8 18 8 15 8

(11)

ini kemungkinan berhubungan dengan suhu pada bulan tersebut yang optimum dengan curah hujan yang rendah (27,3oC, CH = 10,9 mm).

Gambar 6 Jumlah spesies (a) dan jumlah individu (b) kupu-kupu pada tiap bulan pengamatan di Cagar Alam Pattunuang, Cagar Alam Leang-leang, dan Taman Wisata Bantimurung. Standard error ditunjukkan pada setiap bar.

Berdasarkan waktu pengamatan, jumlah spesies yang ditemukan pada pagi hari (08.00-12.00 WITA) lebih tinggi dibandingkan pada siang hari (13.00-16.00 WITA) (Gambar 7). Famili Nymphalidae dan Pieridae merupakan famili yang memiliki jumlah spesies yang banyak ditemukan di pagi hari. Spesies kupu-kupu

0 20 40 60 80 100 120

Januari Maret April

Juml ah S pe sies Bulan Pengamatan Pattunuang Leang-leang Bantimurung 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800

Januari Maret April

Jum lah Ind ivi du Bulan Pengamatan Pattunuang Leang-leang Bantimurung (a) (b)

(12)

dari famili ini berperan sebagai polinator dan umumnya aktif di pagi hari. Beberapa spesies kupu-kupu dapat ditemukan pada berbagai kondisi lingkungan.

Gambar 7 Jumlah spesies (a) dan jumlah individu kupu-kupu (b) pada pengamatan pagi hari dan siang hari di Cagar Alam Pattunuang, Cagar Alam Leang-leang dan Taman Wisata Bantimurung. Standard error ditunjukkan pada setiap bar.

Pengamatan dilakukan selama 45 hari yang terbagi dalam tiga lokasi penelitian (masing-masing 15 hari). Grafik akumulasi jumlah spesies kupu-kupu yang ditemukan menunjukkan kurva masih terus meningkat dan belum mencapai

0 100 200 300 400 500 600 700

Pattunuang Leang-leang Bantimurung

Jumla h Spesie s Lokasi Penelitian Pagi Siang 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000

Pattunuang Leang-leang Bantimurung

Juml ah Indivi du Lokasi Penelitian Pagi Siang (a) (b)

(13)

titik stasioner (Gambar 8). Jika dilakukan penambahan hari pengamatan kemungkinan terjadi penambahan jumlah spesies.

Gambar 8 Kurva akumulasi jumlah spesies kupu-kupu berdasarkan jumlah hari pengamatan di Cagar Alam Pattunuang, Cagar Alam Leang-leang, dan Taman Wisata Bantimurung.

Keberadaan kupu-kupu dalam suatu habitat dipengaruhi oleh ketersediaan tumbuhan pakan larva. Beberapa tumbuhan pakan larva ditemukan di tiga lokasi penelitian (Tabel 4). Tumbuhan berbunga yang ditemukan di tiga lokasi penelitian adalah Aristolochia sp. (Aristolochiaceae), Arenga pinnata (Palmae), Lantana camara, Clerodendrum sp. dan Tectona grandis (Verbenaceae), Hibiscus sp. (Malvaceae), Ficus sp. (Moraceae), Psidium guajava (Myrtaceae), Annona muricata (Annonaceae), Citrus sp. (Rutaceae), Bauhinia purpurea dan Cassia alata (Caesalpiniaceae), Ixora sp. (Rubiaceae), Impatiens balsamina (Balsaminaceae), Justicia sp. (Acanthaceae), dan Jatropha sp. (Euphorbiaceae) (Gambar 9). Selama pengamatan, tumbuhan Lantana camara (Verbenaceae), Arenga pinnata (Palmae) dan Ficus sp. (Moraceae) merupakan tumbuhan berbunga yang paling sering dikunjungi oleh kupu-kupu.

0 100 200 300 400 500 600 700 800 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jumla h Spesie s Hari Pengamatan Pattunuang Leang-leang Bantimurung

(14)

Tabel 4 Spesies kupu-kupu dan tumbuhan pakan larva yang ditemukan di tiga lokasi penelitian

No. Spesies kupu-kupu Tumbuhan pakan larva 1. Troides haliphron Aristolochia sp. (Aristolochiaceae) 2. Troides helena Aristolochia sp. (Aristolochiaceae) 3. Troides hypolitus Aristolochia sp. (Aristolochiaceae) 4. Pachliopta polyphontes Aristolochia sp. (Aristolochiaceae) 5. Chilasa veiovis Cinnamomum sp., Cryptocarya sp.

(Lauraceae)

6. Papilio ascalaphus Citrus sp. (Rutaceae)

7. Papilio blumei Euodia sp., Toddalia sp. (Rutaceae)

8. Papilio fuscus Citrus sp., Euodia sp. (Rutaceae), Morinda citrifolia (Rubiaceae)

9. Papilio gigon Citrus sp., Euodia sp. (Rutaceae) 10. Papilio peranthus Micromelum sp. (Rutaceae)

11. Papilio polytes Citrus sp., Micromelum sp., Euodia sp. (Rutaceae)

12. Papilio sataspes Euodia sp., Micromelum sp., Toddalia sp. (Rutaceae)

13. Graphium agamemnon Annona muricata (Annonaceae) 14. Graphium androcles -

15. Graphium anthedon Cinnamomum sp. (Lauraceae) 16. Graphium deucalion -

17. Graphium encelades -

18. Graphium eurypylus Annona sp., Pseuduvaria sp., Desmos sp., Melodorum sp. (Annonaceae)

19. Graphium meyeri -

20. Graphium rhesus -

21. Lamproptera meges Illigera sp. (Hernandiaceae)

22. Hebomoia glaucippe Brassica sp. (Brassicaceae), Capparis sp., Crateva sp. (Capparaceae)

23. Pareronia tritaea Capparis sp. (Capparaceae)

24. Appias hombroni -

25. Appias lyncida Capparis sp., Crateva sp. (Capparaceae) 26. Appias paulina Capparis sp. (Capparaceae), Drypetes sp.,

Putranjiva sp. (Putranjivaceae) 27. Appias zarinda - 28. Saletara panda - 29. Cepora celebensis - 30. Cepora timnatha - 31. Aoa affinis -

(15)

Lanjutan Tabel 4

No. Spesies kupu-kupu Tumbuhan pakan larva 32. Gandaca butyrosa Monocarpia sp., Mitrephora sp.

(Annonaceae) 33. Eurema celebensis -

34. Eurema tominia -

35. Catopsilia pomona Cassia sp. (Caesalpiniaceae) 36. Catopsilia scylla Cassia sp. (Caesalpiniaceae) 37. Euploea algae Ficus sp., Streblus sp. (Moraceae) 38. Euploea eleusina Streblus asper (Moraceae) 39. Euploea eupator Ficus sp. (Moraceae) 40. Euploea hewitsonii Ficus sp. (Moraceae) 41. Euploea redtenbacheri Ficus sp. (Moraceae) 42. Euploea sylvester Ficus sp. (Moraceae) 43. Euploea westwoodi Ficus sp. (Moraceae) 44. Tirumala choaspes -

45. Danaus genutia Asclepias sp. (Asclepiadaceae) 46. Ideopsis juventa Cynanchum sp. (Apocynaceae) 47. Ideopsis vitrea

Cardiopteris moluccana (Cardiopteridaceae) 48. Idea blanchardi Parsonsia sp. (Apocynaceae)

49. Hypolimnas anomala Claoxylon sp. (Euphorbiaceae), Pipturus sp., Villebrunea sp. (Urticaceae)

50. Hypolimnas bolina Justicia sp., Ruellia sp. (Acanthaceae), Ficus sp. (Moraceae)

51. Hypolimnas diomea diomea Elatostema lineolatum (Urticaceae) 52. Hypolimnas diomea fraternal Elatostema lineolatum (Urticaceae) 53. Yoma sabina Ruellia sp. (Acanthaceae)

54. Rhinopalpa polynice Dendrocnide sp., Poikilospermum sp. (Urticaceae)

55. Junonia almana Acanthus sp., Barleria sp. (Acanthaceae) 56. Junonia atlites Justicia sp., Barleria sp. (Acanthaceae) 57. Junonia hedonia Ruellia sp. (Acanthaceae), Sida sp.

(Malvaceae)

58. Symbrenthia lilaea Boehmeria sp., Debregeasia sp., Girardinia

sp. (Urticaceae)

59. Charaxes affinis Manihot sp. (Euphorbiaceae), Persea americana (Lauraceae)

60. Charaxes nitebis -

61. Charaxes solon

Acacia sp., Pithecellobium sp. (Mimosaceae) 62. Polyura cognata Annona sp. (Annonaceae), Caesalpinia sp.,

Cassia sp. (Caesalpiniaceae) 63. Cyrestis strigata Streblus sp. (Moraceae)

(16)

Lanjutan Tabel 4

No. Spesies kupu-kupu Tumbuhan pakan larva 64. Cyrestis thyonneus -

65. Chersonesia rahria Ficus sp. (Moraceae) 66. Pantoporia antara Acacia sp. (Mimosaceae) 67. Lexias aeetes Arenga pinnata (Palmae) 68. Phaedyma daria

Desmodium sp., Mucuna sp. (Papilionaceae) 69. Parthenos sylvia Passiflora sp. (Passifloraceae)

70. Tacola eulimene -

71. Moduza libnites Mussaenda sp. (Rubiaceae) 72. Moduza lycone Mussaenda sp. (Rubiaceae) 73. Moduza lymire Mussaenda sp. (Rubiaceae)

74. Lamasia lyncides -

75. Lasippa neriphus -

76. Euthalia sp. Scurrula sp. (Loranthaceae)

77. Dophla evelina Anacardium sp. (Anacardiaceae), Antidesma sp. (Euphorbiaceae)

78. Bassorona labotes -

79. Cethosia myrina Adenia sp., Passiflora sp. (Passifloraceae) 80. Vindula dejone Adenia sp., Passiflora sp. (Passifloraceae) 81. Vindula erota Adenia sp., Passiflora sp. (Passifloraceae) 82. Cirrochroa semiramis Flacourtia sp., Hydnocarpus sp.

(Flacourtiaceae)

83. Cirrochroa thule Flacourtia sp., Hydnocarpus sp. (Flacourtiaceae)

84. Cupha maeonides Erioglossum sp., Lepisanthes sp. (Sapindaceae)

85. Terinos taxiles Rinorea sp. (Violaceae)

86. Phalanta alcippe Flacourtia sp., Hydnocarpus sp. (Flacourtiaceae), Salix sp. (Salicaceae) 87. Ariadne celebensis -

88. Lohora decipiens -

89. Bletogona mycalesis -

90. Melanitis leda Cocos sp. (Palmae), Oryza sp., Zea sp. (Gramineae)

91. Melanitis phedima Oryza sp., Zea sp. (Gramineae)

92. Ypthima kalelonda Digitaria sp., Imperata sp. (Gramineae) 93. Mycalesis horsfieldi Oryza sp., Saccharum sp. (Gramineae) 94. Mycalesis janardana Digitaria sp., Paspalum sp. (Gramineae) 95. Orsotriaena jopas Gramineae

96. Elymnias hicetas Areca sp., Arenga sp., Cocos sp. (Palmae) 97. Elymnias mimalon Areca sp., Arenga sp., Cocos sp. (Palmae)

(17)

Lanjutan Tabel 4

No. Spesies kupu-kupu Tumbuhan pakan larva 98. Discophora bambusae Bambusa sp. (Bambusaceae) 99. Faunis menado Arenga pinnata (Palmae)

100. Amathusia phidippus Cocos sp. (Palmae), Musa sp. (Musaceae) 101. Amathusia virgata -

102. Abisara echerius Ardisia sp., Embelia sp. (Myrsinaceae) 103. Allotinus (paragerydus) unicolor -

104. Curetis tagalica Millettia atropurpurea (Mimosaceae) 105. Jamides alecto Curcuma sp. (Zingiberaceae)

106. Jamides aratus -

107. Jamides celeno Delonix sp. (Caesalpiniaceae)

108. Jamides cyta Eugenia sp., Syzygium sp. (Myrtaceae) 109. Jamides festivus -

110. Jamides fractilinea - 111. Jamides philatus -

112. Prosotas ella -

113. Prosotas dubiosa Acacia sp. (Mimosaceae), Macadamia sp. (Proteaceae), Litchi sp. (Sapindaceae) 114. Prosotas nora Acacia sp., Mimosa sp. (Mimosaceae),

Allophylus sp. (Sapindaceae) 115. Catopyrops ancyra Caesalpinia sp. (Caesalpiniaceae) 116. Catopyrops rita -

117. Anthene lycaenina Buchanania sp. (Anacardiaceae), Caesalpinia sp. (Caesalpiniaceae)

118. Anthene vilosa -

119. Caleta caleta Ziziphus sp. (Rhamnaceae)

120. Caleta decidia -

121. Caleta roxus -

122. Castalius rosimon Paliurus sp., Ziziphus sp. (Rhamnaceae) 123. Acytolepis puspa Cycas sp. (Cycadaceae), Calliandra sp.

(Mimosaceae) 124. Nacaduba pactolus Mimosaceae

125. Megisba malaya Macaranga sp. (Euphorbiaceae), Allophylus sp. (Sapindaceae)

126. Pithecops corvus Desmodium sp. (Papilionaceae), Gardenia sp. (Rubiaceae)

127. Psychonotis piepersii Alphitonia sp. (Rhamnaceae) 128. Discolampa ilissus` Ziziphus sp. (Rhamnaceae)

129. Euchrysops cnejus Cycas sp. (Cycadaceae), Acacia sp. (Mimosaceae)

130. Arhopala acetes - 131. Arhopala alitaeus -

(18)

Lanjutan Tabel 4

No. Spesies kupu-kupu Tumbuhan pakan larva 132. Arhopala araxes -

133. Arhopala hercules - 134. Arhopala irregularis -

135. Hypolycaena erylus Ceiba sp. (Bombacaceae) 136. Hypolycaena sipylus Eugenia sp. (Myrtaceae) 137. Hypolycaena xenia -

138. Sinthusa verena Rubus sp. (Rosaceae)

139. Flos apidanus Lagerstroemia sp. (Lythraceae), Eugenia sp., Syzygium sp. (Myrtaceae)

140. Rapala manea Mangifera sp. (Anacardiaceae), Acacia sp. (Mimosaceae)

141. Tajuria mantra Dendrophthoe sp., Scurrula sp. (Loranthaceae)

142. Pratapa icetoides -

143. Remelana jangala Durio sp. (Bombacaceae), Euphorbiaceae, Myrtaceae3

(19)

Gambar 9 Tumbuhan berbunga yang ditemukan di tiga lokasi penelitian: Clerodendrum sp. (Verbenaceae) (a), Hibiscus sp. (Malvaceae) (b), Hibiscus rosa-sinensis (Malvaceae) (c), Ixora sp. (Rubiaceae) (d), Bauhinia purpurea (Caesalpiniaceae) (e), Impatiens balsamina (Balsaminaceae) (f), Lantana camara (Verbenaceae) (g), Cassia alata (Caesalpiniaceae) (h), Jatropha sp. (Euphorbiaceae) (i), Justicia sp. (Acanthaceae) (j).

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(g) (h) (i)

(20)

Keanekaragaman Kupu-kupu dalam Kaitannya dengan Parameter Lingkungan

Hasil pengukuran data lingkungan, menunjukkan rata-rata intensitas cahaya dan kelembaban maksimum (IC = 403 lux, rH = 76,4%) terjadi di Taman Wisata Bantimurung. Suhu udara maksimum (28,3oC) terjadi di Cagar Alam Pattunuang. Curah hujan maksimum (CH = 14,7 mm) terjadi di Cagar Alam Leang-leang (Tabel 5).

Tabel 5 Rata-rata intensitas cahaya (IC), kecepatan angin (KA), suhu, kelembaban (rH) dan curah hujan (CH) selama pengamatan kupu-kupu di tiga lokasi penelitian

Lokasi IC (Lux) KA (Knot) Suhu (oC) rH (%) CH (mm) Pattunuang 209 (33-1080) 2.9 (2-6) 28.3 (26-35) 69.3 (60-76) 14.7 (1-84) Leang-leang 208 (27-1161) 3.1 (2-7) 27.8 (25-36) 66.2 (28-75) 19.3 (1-67) Bantimurung 403 (41-1131) 3.7 (2-8) 27.3 (24-43) 76.4 (34-84) 10.9 (1-62) Keterangan: Data CH (Curah hujan) diambil dari BMG Maros, Sulawesi Selatan pada bulan Januari-April 2011. Angka menunjukkan nilai rata-rata dan angka minimum - maksimum

Berdasarkan analisis korelasi Pearson, kecepatan angin berpengaruh nyata (p = 0,04) terhadap jumlah individu kupu-kupu (Tabel 6). Sedangkan, parameter lingkungan lainnya, yaitu intensitas cahaya, suhu, kelembaban dan curah hujan, tidak memberikan pengaruh yang nyata (p = 0,10, p = 0,22, p = 0,29, dan p = 0,47) terhadap jumlah individu kupu-kupu.

Tabel 6 Nilai korelasi Pearson dan persamaan garis regresi antara jumlah individu kupu-kupu dengan parameter lingkungan di tiga lokasi penelitian

Parameter lingkungan

Korelasi Pearson dan Persamaan Garis Regresi

r r2 Nilai p Persamaan garis

regeresi Intensitas cahaya Kecepatan angin Suhu Kelembaban Curah hujan 0,98 0,99 -0,93 0,89 -0,73 0,96 0,99 0,90 0,75 0,58 0,10 0,04 0,22 0,29 0,47 y = -5,815 + 1,476x y = -2,6731 + 0,4986x y = 3,8479 - 0,06789x y = 2,3165 + 0,2517x y = 9,3557 – 0,8666x

(21)

Berdasarkan hasil analisis PCA (Gambar 10), besar kecilnya pengaruh parameter lingkungan terhadap jumlah spesies dan individu ditunjukkan dengan besar kecilnya sudut yang dibentuk. Jika sudut yang dibentuk mendekati 90o, maka parameter lingkungan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah spesies dan individu.

Gambar 10 Biplot hasil analisis PCA antara parameter lingkungan dengan jumlah spesies dan individu kupu-kupu di tiga lokasi penelitian. Ket: SP: spesies, Ind: individu, SH: suhu, CH: curah hujan, rH: kelembaban, IC: intensitas cahaya, KA: kecepatan angin.

IC

Bantimurung

(22)

PEMBAHASAN

Biodiversitas Kupu-kupu

Sebanyak 144 spesies dari 6.802 individu kupu-kupu yang tergolong dalam 5 famili ditemukan di tiga lokasi dalam penelitian. Di Cagar Alam Leang-leang ditemukan 113 spesies dari 2.024 individu kupu-kupu. Spesies kupu-kupu terbanyak yang ditemukan adalah Catopsilia pomona (317 individu) dan yang paling sedikit dan jarang ditemukan adalah Papilio fuscus, Papilio polytes, Aoa affinis, Jamides alecto, Catopyrops rita, Caleta roxus, Caleta decidia dan Rapala manea. Di Cagar Alam Pattunuang ditemukan 101 spesies dari 1.828 individu kupu-kupu. Spesies kupu-kupu yang terbanyak ditemukan adalah Faunis menado (125 individu) dan yang paling sedikit dan jarang ditemukan adalah Papilio blumei, Chilasa veiovis, Graphium rhesus, Tacola eulimene, Jamides cyta, Megisba malaya dan Arhopala hercules. Di Taman Wisata Bantimurung ditemukan 98 spesies dari 2.950 individu. Spesies kupu-kupu yang terbanyak ditemukan adalah Lexias aeetes (329 individu) dan spesies kupu-kupu yang paling sedikit dan hanya ditemukan sebanyak 2 individu selama pengamatan adalah Graphium rhesus dan Acytolepis puspa.

Biodiversitas kupu-kupu di tiap lokasi penelitian berbeda-beda. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan vegetasi yang ditemukan di tiap lokasi. Cagar Alam Leang-leang merupakan lokasi penelitian yang paling banyak ditemukan jumlah spesies kupu-kupu (113 spesies) dibandingkan dengan lokasi lainnya. Berdasarkan pengamatan, tumbuhan di Cagar Alam Leang-leang sebagian besar merupakan tumbuhan pakan larva kupu-kupu, seperti anggota dari famili Rutaceae, sebagai pakan larva Papilio ascalaphus dan tumbuhan Cassia sp. sebagai pakan larva Catopsilia pomona (Noerdjito & Amir 1992). Di Taman Wisata Bantimurung ditemukan jumlah individu kupu-kupu terbanyak (2.950 individu) namun jumlah spesiesnya paling sedikit (98 spesies). Hal ini berkaitan dengan kondisi Taman Wisata Bantimurung yang sebagian besar terbuka sebagai dampak dari pembangunan oleh pemerintah setempat. Beberapa penelitian melaporkan bahwa kupu-kupu lebih banyak ditemukan pada daerah yang semi tertutup atau tertutup dan habitat yang masih alami (Ozden 2003; Lopez 2009; Van Vu &

(23)

Quang Vu 2011). Kupu-kupu dilaporkan tidak akan bertahan dalam jangka waktu yang lama pada habitat yang terganggu (Kunte 2001; Lori & Banks 2004; Saikia et al. 2009).

Spesies kupu-kupu dari TN Babul menunjukkan beberapa perbedaan bentuk morfologi, terutama pada bagian sayap dan bentuk tubuh dibandingkan dengan kupu diluar Sulawesi. Kupu-kupu Appias zarinda, salah satu kupu-kupu khas Pulau Sulawesi, mempunyai sayap panjang dan bersudut tajam. Bentuk sayap depan Appias nero, salah satu kupu-kupu yang ditemukan di Pulau Jawa, lebih pendek dan bersudut tumpul, sesuai dengan sketsa yang dibuat oleh Whitten (2009). Kupu-kupu Hebomoia glaucippe dari Pulau Sulawesi cenderung memiliki tubuh lebih besar dan bulat, bila dibandingkan dengan kupu-kupu Hebomoia glaucippe yang berasal dari luar Pulau Sulawesi.

Biodiversitas kupu-kupu yang ditemukan pada tiap bulan pengamatan tergolong tinggi. Jumlah spesies kupu-kupu meningkat dengan bertambahnya waktu pengamatan. Penulis masih sering menemukan spesies kupu-kupu yang jarang terlihat, terutama spesies yang terbang tinggi. Pada bulan April, spesies kupu-kupu mulai menurun dan teramati kupu-kupu mulai meletakkan telur. Penulis juga menemukan larva kupu-kupu Graphium agamemnon yang berumur 3 hari di daun pohon sirsak (Annona muricata). Berdasarkan Boovanno et al. (2000) dan Naewboonnien (2008), kupu-kupu bereproduksi pada saat bulan-bulan tertentu dengan kondisi lingkungan optimum dan berkaitan dengan tumbuhan sebagai pakan larva. Selain itu, keragaman spesies kupu-kupu dipengaruhi juga oleh musim. Keragaman kupu-kupu lebih tinggi ditemukan di akhir musim hujan (Rizal 2007; Pozo et al. 2008).

Berdasarkan waktu pengamatan, jumlah spesies yang ditemukan pada pagi hari (1.551 spesies) lebih tinggi dibandingkan pada siang hari (1.193 spesies). Famili Nymphalidae dan Pieridae merupakan famili dengan spesies yang banyak ditemukan di pagi hari. Spesies kupu-kupu dari famili ini berperan sebagai penyerbuk dan lebih aktif di pagi hari. Beberapa spesies kupu-kupu dapat ditemukan pada berbagai kondisi lingkungan. Kupu-kupu dapat berperan sebagai penyerbuk, karena pada saat kupu-kupu menghisap nektar bunga, serbuk sari akan menempel pada bagian probosis, tungkai, dan bagian tubuh lain dan dapat jatuh di

(24)

kepala putik (Athuri et al. 2004; Triplehorn & Johnson 2005). Volume nektar bunga yang lebih tinggi di pagi hari juga berpengaruh terhadap jumlah spesies kupu-kupu. Waktu aktif kupu-kupu untuk terbang mencari nektar adalah di pagi hingga sore hari (Braby 2000). Kupu-kupu spesialis sangat selektif memilih tumbuhan penghasil nektar (Bakowski & Boron 2005), yang berkaitan dengan bentuk dan panjang probosis (Davies 1988; Hickman et al. 2007).

Selain mencari nektar, beberapa kupu-kupu juga menghisap air dan makanan lain yang mengandung mineral, seperti buah busuk, bangkai, urine, dan kotoran hewan. Kupu-kupu jantan menyukai urine sebagai sumber mineral (Mastrigt & Rosariyanto 2005). Beberapa spesies kupu-kupu dapat ditemukan berkerumun di sekitar genangan air untuk menghisap air yang mengandung mineral (Stokes et al. 1991).

Saat pengamatan kupu-kupu, beberapa spesies kupu-kupu teramati dimangsa oleh pemangsa (predator), yaitu cecak terbang (Draco volans) dari famili Agamidae. Selain cecak terbang, diamati juga burung, dan laba-laba yang sedang memangsa larva kupu-kupu. Burung Icterus abeillei dan Pheucticus melanocephalus merupakan pemangsa utama kupu-kupu Danaus sp. di Meksiko (Fink & Brower 1981). Selain vertebrata, serangga juga dapat berperan sebagai pemangsa kupu-kupu. Harmonia axyridis (Coleoptera: Coccinellidae) dilaporkan memakan telur Danaus plexippus (L.) (Koch et al. 2006).

Pertahanan diri yang dilakukan oleh kupu-kupu terhadap pemangsa, diantaranya adalah memiliki pola khusus pada sayap atau berkamuflase yang dapat mengecoh pemangsa. Bicyclus anynana dan Lopinga achine (subfamili Satyrinae) memiliki bintik mata (eyespots) pada sayap yang dapat hilang pada musim-musim tertentu atau memantulkan sinar UV yang dapat mengecoh burung (Lyytinen et al. 2003; Olofsson et al. 2010). Perpaduan antara bintik mata (eyespots) dan suara yang dihasilkan oleh sayap merupakan pertahanan yang efektif pada kupu-kupu Inachis io (famili Nymphalidae) terhadap pemangsanya, yaitu burung Parus major (Vallin et al. 2005).

Parasitoid merupakan salah satu penyebab kematian kupu-kupu secara alami di alam. Parasitoid menyerang kupu-kupu pada tahap telur, larva dan pupa. Tabuhan Echthromorpha intricatoria dan Pteromalus puparum (Hymenoptera)

(25)

merupakan endoparasitoid pada larva dan pupa Bassaris gonerilla (famili Nymphalidae) (Barron et al. 2004). Larva dan pupa Pieris brassicae (famili Pieridae) di Iran dilaporkan terparasit oleh 10 spesies dari ordo Hymenoptera dan ordo Diptera (Razmi et al. 2011). Parasitoid Trichogramma brassicae (Huigens et al. 2009) dan Cotesia glomerata (Benson et al. 2003; Tanaka et al. 2007) memarasit telur Pieris brassicae (famili Pieridae) yang baru diletakkan oleh induk betina sesaat setelah kawin. Parasitoid Cotesia rubecula dan Cotesia plutellae (Hymenoptera: Braconidae) memarasit larva Pieris rapae (L.) dan Plutella xylostella (L.) (famili Plutellidae) (Cameron & Walker 1997). Sturmia bella Meig. (Diptera: Tachinidae) merupakan parasit pada Aglais urticae (L.) (famili Nymphalidae) (Gripenberg et al. 2011).

Keanekaragaman Kupu-kupu dalam Kaitannya dengan Parameter Lingkungan

Berdasarkan korelasi Pearson, kecepatan angin berpengaruh nyata (r = 0,99, p = 0,04) terhadap jumlah individu kupu-kupu (Tabel 4). Parameter lingkungan lainnya yang diukur, yaitu intensitas cahaya, suhu, kelembaban, dan curah hujan, tidak memberikan pengaruh yang nyata (p = 0,10, p = 0,22, p = 0,29, dan p = 0,47) terhadap jumlah spesies dan individu kupu-kupu. Boggs et al. (2005) melaporkan bahwa kecepatan angin dapat mempengaruhi jarak terbang kupu-kupu dalam bermigrasi atau mencari makan. Severns (2008) juga melaporkan bahwa kecepatan angin mempengaruhi aktivitas terbang kupu-kupu.

Suhu yang tinggi dan curah hujan yang rendah akan mempengaruhi populasi kupu-kupu (Boovanno et al. 2000). Suhu yang terukur selama pengamatan berkisar 27o-28o C, merupakan suhu yang sesuai dengan kupu-kupu untuk beraktivitas. Kupu-kupu Danaus plexippus lebih menyukai habitat dengan suhu udara berkisar 15-16o C (Kammer 1971). Pada umumnya, suhu thoraks kupu-kupu berkisar 28o-40o C untuk terbang (Kingsolver 1985; Smetacek 2000; Watanabe & Imoto 2003). Sebelum terbang, kupu-kupu akan berjemur di pagi hari untuk mencapai suhu tubuh yang diperlukan untuk terbang (Stokes et al. 1991; Smetacek 2000; Watanabe & Imoto 2003). Selama pengamatan berlangsung, curah hujan yang terdapat di lokasi pengamatan tergolong rendah, sehingga tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah spesies dan individu

(26)

kupu-kupu yang ditemukan. Curah hujan yang tinggi akan mempengaruhi keragaman spesies kupu-kupu dan dapat mengakibatkan kematian larva dan pupa (Pollard 2002; Hill et al. 2003).

Kelembaban merupakan salah satu faktor iklim yang penting bagi kupu-kupu. Kelembaban yang terukur selama pengamatan, tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap keragaman kupu-kupu. Kupu-kupu tidak terbang pada kelembaban yang tinggi karena sayapnya basah oleh air (Panjaitan 2008). Tetapi, beberapa spesies kupu-kupu menyukai habitat yang memiliki kelembaban yang tinggi (Suhara 2009). Intensitas cahaya juga memberikan pengaruh pada jumlah spesies dan individu kupu-kupu. Intensitas cahaya yang terukur selama pengamatan, tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah spesies dan individu kupu-kupu. Intensitas cahaya dipengaruhi oleh tutupan kanopi dan intensitas ini dapat mempengaruhi keberadaan kupu-kupu pada suatu habitat (Severns 2008).

Kupu-kupu merupakan herbivora yang tidak bisa hidup tanpa adanya tumbuhan inang (Schoonhoven et al. 1998). Kandungan senyawa kimia pada tumbuhan akan mempengaruhi kupu-kupu dalam pemilihan tumbuhan pakan (Chen et al. 2004). Ketersediaan tumbuhan pakan dalam suatu habitat mempengaruhi jumlah spesies dan individu kupu-kupu yang ditemukan. Kupu-kupu betina akan memilih tumbuhan inang yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan larva saat oviposisi berlangsung (Nishida 2005; Chen et al. 2004; Talsma et al. 2008). Pemilihan tumbuhan pakan dan oviposisi telah dilaporkan pada Papilio spp. (famili Papilionidae) dan Euphydryas spp (famili Nymphlidae). (Renwick & Chew 1994). Larva kupu-kupu menunjukkan asosiasi yang kuat dengan tumbuhan inangnya (Janz & Nylin 1998). Spesies Polyommatus icarus, P. arygrognomon, P. adamantus dan P. semiargus berasosiasi dengan tumbuhan dari famili Fabaceae pada fase larva dan imago (Bakowski & Boron 2005). Degradasi habitat akan mengurangi ketersediaan tumbuhan inang. Degradasi habitat ini seringkali berdampak penurunan pada tumbuhan pakan larva dan sumber nektar untuk kupu-kupu dewasa (Schultz & Dlugosch 1999).

Faktor lingkungan dalam suatu habitat akan berpengaruh pada proses metabolisme primer dan sekunder tumbuhan sering menentukan kandungan

(27)

senyawa kimianya (Chen et al. 2004; Weingartner et al. 2005). Beberapa senyawa kimia tumbuhan yang berperan dalam interaksi serangga-tumbuhan, di antaranya adalah alkaloids, terpenoids, dan steroids (Schoonhoven et al. 1998). Selain itu, kandungan nitrogen (N) mempengaruhi produksi phytochemical tumbuhan inang. Spesialisasi Pieris spp. dan Brassica oleracea var. capitata pada tumbuhan inangnya, dipengaruhi oleh kandungan nitrogen pada tumbuhan inangnya (Chen et al. 2004).

Pencarian tumbuhan inang yang spesifik pada kupu-kupu mengarah ke tingkat spesialisasi yang tinggi (Weingartner et al. 2005). Kupu-kupu yang bersifat monofag tidak bisa melakukan oviposisi pada tumbuhan lain, selain tumbuhan inang. Beberapa kupu-kupu yang bersifat monofag ialah Troides sp. pada famili Aristolochiaceae (Nishida et al. 1993; Vane Wright & de Jong 2003), Lamproptera meges pada tumbuhan Illigera sp. (Hernandiaceae) (Vane-Wright & de Jong 2003), dan Pachliopta polyphontes pada tumbuhan Aristolochia sp. (Vane-Wright & de Jong 2003; Barua & Slowik 2007). Kupu-kupu yang bersifat oligofag merupakan kupu-kupu yang dapat melakukan oviposisi pada beberapa spesies tumbuhan. Hal ini berkaitan dengan tumbuhan inang, misalnya ukuran, umur dan fenologi tumbuhan (Mugrabi-Oliveira & Moreira 1996). Beberapa kupu-kupu yang bersifat oligofag ialah Graphium agamemnon, Discophora bambusae, dan Melanitis leda (Vane-Wright & de Jong 2003), Melitaea athalia (subfamili Nymphalidae) (Talsma et al. 2008), Polygonia sp. (subfamili Nymphalidae) (Weingartner et al. 2005) dan Heliconius erato phylis (subfamili Nymphalidae) (Mugrabi-Oliveira & Moreira 1996).

Gambar

Gambar 3 Gambaran lokasi pengamatan kupu-kupu: Cagar Alam Pattunuang (a),  Cagar Alam Leang-leang (b), Taman Wisata Bantimurung (c)
Tabel 2 Jumlah spesies dan individu kupu-kupu di tiga lokasi penelitian  Famili
Gambar  4  Spesies  kupu-kupu  tiap  famili  yang  paling  sering  ditemukan  di  tiga  lokasi  penelitian  (sisi  kiri  =  permukaan  sayap  bawah,  sisi  kanan  =  permukaan  sayap  atas):  Graphium  agamemnon  (a),  Graphium  anthedon  (Papilionidae)  (
Gambar 6 Jumlah spesies (a) dan jumlah individu (b) kupu-kupu pada tiap bulan  pengamatan di Cagar Alam Pattunuang, Cagar Alam Leang-leang, dan  Taman  Wisata  Bantimurung
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada perencanaan bendung tetap Gunung Nago tersebut dilakukan perhitungan seperti analisa hidrologi menggunakan metode aritmatik, perhitungan debit banjir rencana

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Pembangunan Daerah Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Ketimpangan Distribusi Pendapatan Antar Kecamatan Ketersedian Infrastruktur Tipologi

2%.. 4etelah pembuatan kontur selesai kemudian buka soft!are magpi"k 6gambar ).#)7 pilih file   open grid file.. Pada tahap ini dilakukan untuk memisahkan anomaly regional

Responsivitas melihat dari apa yang dibutuhkan dan apa yang diharapkan oleh masyarakat terhadap pelayanan publik di kantor Kecamatan Johan pahlawan kurang dapat diberikan secara

Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua, pencarian pengobatan dan kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Cekung ideal dengan bentuk heksagon yang sempurna, kedalaman yang seragam serta kecacatan yang minimum telah berjaya dihasilkan dalam tempoh lebih singkat (≤6 jam) berbanding

Pada surat al-Ghasyiyah ayat 17-20 diatas Allah memerintahkan manusia yang berakal untuk memperhatikan, memikirkan dan memahami semua ciptaan-Nya. Dalam mengerjakan

Menurut Biddle, Community Development adalah suatu proses yang bergerak dari suatu event ke event berikutnya untuk mendorong agar masyarakat menjadi lebih kompeten dalam