LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERKALEMIA HIPERKALEMIA
I.
I. Konsep PenyakitKonsep Penyakit 1.1
1.1 PengertianPengertian
Hyperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana Hyperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalium darah lebih dari 5 mEq/L
konsentrasi kalium darah lebih dari 5 mEq/L
Hyperkalemia adalah suatu kondisi di mana terlalu banyak kalium dalam Hyperkalemia adalah suatu kondisi di mana terlalu banyak kalium dalam darah. Sebagian besar kalium dalam tubuh (98%) ditemukan dalam sel dan darah. Sebagian besar kalium dalam tubuh (98%) ditemukan dalam sel dan organ. Hanya jumlah kecil beredar dalam aliran darah. Kalium membantu organ. Hanya jumlah kecil beredar dalam aliran darah. Kalium membantu sel-sel saraf dan otot, termasuk fungsi, jantung. Ginjal biasanya mempertahankan sel saraf dan otot, termasuk fungsi, jantung. Ginjal biasanya mempertahankan tingkat kalium dalam darah, namun jika Anda memiliki penyakit ginjal tingkat kalium dalam darah, namun jika Anda memiliki penyakit ginjal - penyebab
penyebab paling paling umum umum dari dari hiperkalemia hiperkalemia - - kadar kadar kalium kalium dapat dapat membangun.membangun. Obat atau diet juga dapat mempengaruhi jumlah kalium dalam darah. Obat atau diet juga dapat mempengaruhi jumlah kalium dalam darah. Hiperkalemia dapat mengancam kehidupan dan harus segera diobati.
Hiperkalemia dapat mengancam kehidupan dan harus segera diobati.
1.2
1.2 EtiologiEtiologi 1.2.1
1.2.1 PengambPengambilandarah vena yang builandarah vena yang buruk → lisisseldarah → ion K keluarselruk → lisisseldarah → ion K keluarsel 1.2.2
1.2.2 Ekskresi tidak memadai:Ekskresi tidak memadai: 1.2.2.1
1.2.2.1 GGA dan GGKGGA dan GGK
Gagal ginjal komplit maupun sebagian, bisa menyebabkan Gagal ginjal komplit maupun sebagian, bisa menyebabkan hiperkalemia berat. Karena itu orang-orang dengan fungsi hiperkalemia berat. Karena itu orang-orang dengan fungsi ginjal yang buruk biasanya harus menghindari makanan yang ginjal yang buruk biasanya harus menghindari makanan yang kaya akan kalium.
kaya akan kalium. 1.2.2.2
1.2.2.2 bInsufisiensi adrenal bInsufisiensi adrenal 1.2.2.3
1.2.2.3 HipoaldosteronismeHipoaldosteronisme 1.2.2.4
1.2.2.4 Penyakit AddisonPenyakit Addison
Dimana kelenjar adrenal tidak dapat menghasilkan hormon Dimana kelenjar adrenal tidak dapat menghasilkan hormon yang merangsang pembuangan kalium oleh ginjal dalam yang merangsang pembuangan kalium oleh ginjal dalam jumlah
jumlah cukup. cukup. Penyakit Penyakit Addison Addison dan dan penderita penderita AIDS AIDS yangyang mengalami kelainan kelenjar adrenal semakin sering mengalami kelainan kelenjar adrenal semakin sering menyebabkan hiperkalemia.
menyebabkan hiperkalemia. 1.2.2.5
1.2.2.5 Hiperkalemia biasanya terjadi jika ginjal tidak mengeluarkanHiperkalemia biasanya terjadi jika ginjal tidak mengeluarkan kalium dengan baik.penyebab paling sering dari hiperkalemia kalium dengan baik.penyebab paling sering dari hiperkalemia adalah penggunaan obat yang menghalangi pembuangan adalah penggunaan obat yang menghalangi pembuangan
kalium oleh ginjal, seperti triamterene, Diuretik hemat kalium (spironolactone) dan ACE inhibitor.
1.2.3 Berpindahnya ion K dari ICF ke ECF
1.2.3.1 Asidosis metabolik (pada gagal ginjal)
1.2.3.2 Kerusakan jaringan (luka bakar luas, cedera remuk berat, perdarahan internal)
1.2.3.4 Asupan yang berlebihan:
a. Pemberian cepat larutan infus IV yang mengandung ion K b. Pemberian cepat transfusi darah yang disimpan
c. Makan pengganti garam pada pasien gagal ginjal
1.2.3.5 Terlalu banyak asam dalam darah, seperti yang kadang-kadang terlihat pada diabetes
1.2.3.6 Tinggi kalium (pisang, jeruk, tomat, diet tinggi protein, pengganti garam, suplemen kalium) Diet
1.2.3.7 Hiperkalemia dapat juga dapat terjadi akibat sejumlah besar kalium secara tiba-tiba dilepaskan dari cadangannnya di dalam sel.
Hal ini bisa terjadi bila:
a. sejumlah besar jaringan otot hancur (seperti yang terjadi pada cedera tergilas)
b. terjadi luka bakar hebat c. overdosis kokain.
Banyaknya kalium yang masuk ke dalam aliran darah bisa melampaui kemampuan ginjal untuk membuang kalium dan menyebabkan hiperkalemia yang bisa berakibat fatal.
1.3 Tanda dan Gejala
1.3.1 Neuromaskuler:
1.3.1.1 kelemahan otot yaitu paralisis flasid pd tungkai bawah lalu ke badan dan lengan
1.3.1.2 Parestesia wajah, lidah, kaki, dan tangan 1.3.2 Saluran cerna:
1.3.2.1 Mual 1.3.2.2 diare 1.3.2.3 kolik usus
1.3.3 Ginjal:
1.3.3.1 Oliguria 1.3.3.2 Anuria
1.4 Patofisiologi
Hiperkalemia biasanya terjadi jika ginjal tidak mengeluarkan kalium dengan baik. Mungkin penyebab paling sering dari hiperkalemia adalah penggunaan obat yang menghalangi pembuangan kalium oleh ginjal, seperti triamterene, spironolactone dan ACE inhibitor. Hiperkalemia juga dapat disebabkan oleh penyakit Addison, dimanakelenjar adrenal tidak dapat menghasilkan hormon yang merangsang pembuangan kalium oleh ginjal dalam jumlah cukup.
Penyakit Addison dan penderita AIDS yang mengalami kelainan kelenjar adrenal semakin sering menyebabkan hiperkalemia.Gagal ginjal komplit maupun sebagian, bisa menyebabkan hiperkalemia berat.
Karena itu orang-orang dengan fungsi ginjal yang buruk biasanya harus menghindari makanan yang kaya akan kalium. Hiperkalemia dapat juga dapat terjadi akibat sejumlah besar kalium secara tiba-tiba dilepaskan dari cadangannnya di dalam sel.
Hal ini bisa terjadi bila:
1.4.1 Sejumlah besar jaringan otot hancur (seperti yang terjadi pada cedera tergilas) terjadi luka bakar hebat
1.4.2 Overdosis kokain.
Banyaknya kalium yang masuk ke dalam aliran darah bisa melampaui kemampuan ginjal untuk membuang kalium dan menyebabkan hiperkalemia yang bisa berakibat fatal.(http://info.medicastro.com).
1.5 Pemeriksaan Diagnostik
1.5.1 EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
1.5.2 Elektrokardiogram untuk mencari perubahan EKG yang khas (hiperkalemia: gelombang T tinggi, interval PR memanjang, blok jantung lengkap, dana sistole atrial; hipokalemia: gelombang T mendatar atau terbalik, gelombang U, dan segmen ST menunjukkan 'sagging')
1.5.3 Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
1.5.4 Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/ kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
1.5.5 Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia.
1.5.6 Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat menyebabkan disritmia.
1.5.7 Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
1.5.8 GDA/ nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/ mengeksaserbasi disritmia.
1.6 Komplikasi
Dibagi menjadi 2 kategori yaitu : 1.6.1 Komplikasi akut
1.6.1.1 Komplikasi metabolik a. Ketoasidosis diabetic
b. Koma hiperglikemik hiperismoler non ketotik c. Hipoglikemia
d. Asidosis lactate 1.6.1.2 Infeksi berat 1.6.2 Komplikasi kronik
1.6.2.1 Komplikasi vaskuler
a. Makrovaskuler : PJK, stroke , pembuluh darah perifer b. Mikrovaskuler : retinopati, nefropati
1.6.2.2 Komplikasi neuropati
Neuropati sensorimotorik, neuropati otonomik gastroporesis, diare diabetik, buli – buli neurogenik, impotensi, gangguan refleks kardiovaskuler.
1.7 Penatalakansanaan
Atasi penyebab utamanya, Apabila kadar kalium kurang 2,5 mmol/L atau < 3 mmol/L pada pasien dengan resiko aritmia (misalnya pada pasien pasca infark miocard), berikan kalium klorida IV (Intra vena) sebagai infus dengan kecepatan tidak melebihi 20 mmol/jam pada konsentrasi yang tidak melebihi 40 mmol/jam, karena kalium yang pekat dapat merusak perifer, apabila kadar kalium diantara 2,5 dan 3,5 mmol/L, berikan terapi penggantian oral (kecuali apabila pasien dalam keadaan puasa atau muntah-muntah) dengan dosis 80-120 mmol/hari yang terbagi dalam beberapa dosis.
Pada hiperkalemia ringan (kalium < 6 mmol/L ), asupan kalium melalui oral atau intra vena perlu dibatasi. Hiperkalemia berat (kalium > 6,5 mmol/L) atau perubahan EKG hiperkalemik) merupakan suatu kegawatdaruratan medis.
Pasien perlu mendapat kalsium glukonat intravena yang dapat menstabilkan miokardium. Tindakan untuk mengurangi kadar kalium diperlukan, yaitu dengan pemberian glukosa bersama insulin Intravena (50 mL berisi 50 % glukosa 1 unit Insulin dengan masa kerja pendek), resin pengikut kalium, kalium resonium, dan dialisis mungkin diperlukan.
II. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan 2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat penyakit
2.1.1.1 Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
2.1.1.2 Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung, hipertensi
2.1.1.3 Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
2.1.1.4 Kondisi psikososial
2.1.2 Pengkajian fisik
2.1.2.1 Aktivitas : kelelahan umum
2.1.2.2 Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun berat.
2.1.2.3 Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah, gelisah, menangis.
2.1.2.4 Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit
2.1.2.5 Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
2.1.2.6 Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
2.1.2.7 Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
2.1.2.8 Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
2.2 Diagnosa keperawatan Yang Mungkin Muncul
Diagnosa 1 : Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
2.2.1 Definisi :
Penurunan oksigen yang mengakibatkan kegagalan pengiriman nutrisi kejaringan pada tingkat kapiler
2.2.2 Batasan karakteristik 2.2.2.1 Subjektif
Perubahan sensasi 2.2.2.2 Objektif
a. Perubahan karakteristik kulit b. Bruit
c. Perubahan tekanan darah pada ekstremitas d. Klaudikasi
e. Kelambatan penyembuhan f. Nadi arteri lemah
g. Edema
h. Tanda human positif
i. Kulit pucat saat elevasi, dan tidak kembali saat di turunkan j. Diskolorasi kulit
k. Perubahan suhu kulit
l. Nadi lemah atau tidak terab
2.2.3 Faktor yang berhubungan
2.2.3.1 Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
2.2.3.2 Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan 2.2.3.3 Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
2.2.2.4 Tidak ada penurunan kesadaran
Diagnosa 2 : Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi
medis/kebutuhan terapi. 2.2.4 Definisi :
Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topic spesifik
2.2.5 Batasan karakteristik
2.2.20.1 Memverbalisasikan adanya masalah 2.2.20.2 Ketidakakuratan mengikuti instruksi 2.2.20.3 Perilaku tidak sesuai.
2.2.6 Faktor yang berhubungan 2.2.6.1 Keterbatasan kognitif
2.2.6.2 Interpretasi terhadap informasi yang salah 2.2.6.3 Kurangnya keinginan untuk mencari informasi 2.2.6.4 Tidak mengetahui sumber-sumber informasi
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) 2.3.1.1 Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mempertahankan perfusi jaringan.
2.3.1.2 Kriteria hasil :
a. Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status mental biasa
c. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.
2.3.2 Intervensi Keperawatan dan rasional NIC 2.3.2.1 Intervensi Keperawatan dan rasional
a. Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo dan simetris.
b. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung ekstra, penurunan nadi.
c. Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
d. Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial; disritmia ventrikel; blok jantung
e. Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut.
f. Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi nafas dalam, bimbingan imajinasi g. Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan
faktor penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut, menangis, perubahan TD h. Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi i. Kolaborasi :
1. Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit 2. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
3. Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi 4. Siapkan untuk bantu kardioversi elektif
5. Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung
6. Masukkan/pertahankan masukan IV
7. Siapkan untuk prosedur diagnostik invasif
8. Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrilator
Diagnosa 2 : Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi
medis/kebutuhan terapi. 2.3.3 Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)
2.3.3.1 Tujuan :
a. Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan pengetahuan pasien tentang penyakitnya bertambah,
b. Melaksanakan therapi untuk menurunkan episode berulang c. mencegah komplikasi
d. melakukan perubahan pola perilaku yang perlu.
2.3.3.2 Kriteria hasil :
a. Menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan
b. Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping obat
2.3.4 Intervensi Keperawatan dan rasional NIC 2.3.4.1 Intervensi Keperawatan dan rasional
a. Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal
b. Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada pasien/keluarga
c. Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan, perubahan mental, vertigo.
d. Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan; bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan
e. Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan
f. Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein
g. Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang
h. Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat i. Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi
pacu jantung dan gejala yang memerlukan intervensi medis j. Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Periodic paralisys. Available from http : //www.NINDS.com
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC.
Guyton & hall. Kalium dalam cairan ekstraselular. EGC. 1997.
Mansjoer, A, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, jilid 1, Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius
Mesiano taufik. Periodik paralisis. Available from http : //www.ommy & nenn y.com
Nanda NIC- NOC. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi Revisi Jilid II . Jakarta: EGC.
Saraswati, sylvia .2009. Diet Sehat Untuk Penyakit Asam Urat Diabetes Hipertensi dan Stroke. Yogyakarta : A Plus
Sujono, Sukarmin . 2008. Askep pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu
Susanto, Rudy. 2007. Hipoglikemia Pada Bayi dan Anak. Semarang : Bagian IKA FK Universitas Diponegoro. RS.Kariadi.. PKB Palembang.
Banjarmasin, Januari 2017
Preseptor akademik, Preseptor klinik,