PERSEPSI AUDITOR TERHADAP KEAHLIAN AUDITOR
FORENSIK, KEAHLIAN AUDITOR INVESTIGATIF,
PROFESIONALISME DAN PENGALAMAN KERJA DALAM
PENGUNGKAPAN KORUPSI
Disusun sebagai satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh:
APRILIA MILASARI B200140337
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018
1
PERSEPSI AUDITOR TERHADAP KEAHLIAN AUDITOR FORENSIK, KEAHLIAN AUDITOR INVESTIGATIF, PROFESIONALISME DAN
PENGALAMAN KERJA DALAM PENGUNGKAPAN KORUPSI
Abstraksi
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi auditor terhadap keahlian auditor forensik, keahlian auditor investigatif, profsionalisme dan pengalaman kerja dalam pengungkapan korupsi. Penelitian ini dilakukan pada kantor inspektorat kota Surakarta, inspektorat kabupaten Karanganyar dan inspektorat kabupaten Boyolali. Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling dengan jumlah sampel sebanyak 46 responden. Analisis data menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keahlian auditor forensik dan keahlian auditor investigatif berpengaruh terhadap pengungkapan korupsi, sedangkan profesionalisme dan pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap pengungkapan korupsi.
Kata kunci : pengungkapan korupsi, keahlian auditor forensik, keahlian auditor
investigatif, profesionalisme, pengalaman kerja.
Abstract
The purpose of this research is to analyze the perceptions of the auditors on the auditor forensic’s skill, investigative auditor expertise, professionalism and woeking experience on the disclosure of corrueption. This research was conducted at the office of the Inspectorate Surakarta, inspectorate Karanganyar Regency and inspectorate Boyolali Regency. The technique of determination of the sample used in this research is convenience sampling with the total sample as much of the 46 respondents. Data analysis using multiple linear regression. The results showed that the expertise of forensic auditors and auditor investigative expertise to disclosure of corruption, while the professionalism and work experience have no effect on the disclosure of corruption.
Keywords : disclosure of corruption, forensic auditor expertise, investigative
auditor expertise, professionalism, work experience
1. PENDAHULUAN
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mengklasifikasikan
kecurangan (fraud) dalam bentuk fraud tree yaitu sistem klasifikasi mengenai hal-hal yang ditimbulkan oleh kecurangan, yang terbagi dalam 3 (tiga) jenis atau tipologi berdasarkan perbuatan yaitu penyimpangan atas asset (asset
2
dan korupsi (corruption). Fraud adalah sebuah masalah yang semakin berkembang dewasa ini. Pelaku-pelaku yang melakukan fraud pun saat ini tidak hanya terbatas pada golongan atas, namun sudah banyak yang menyentuh lapisan bawah. Hal ini tentu menjadi salah satu yang perlu kita waspadai dan peduli terhadap sekeliling tempat kita bekerja.
Kasus mengenai kecurangan (fraud) sudah banyak terjadi di indonesia menurut hasil survey fraud yang dilakukan oleh Association of Fraud Examiners (ACFE) Indonesia yang bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pencegahan Kejahatan Kerak Putih (P3K2P), korupsi merupakan kasus fraud yang paling banyak terjadi di Indonesia. Korupsi terjadi dalam 67% kasus di dalam survey tersebut, diikuti oleh pemindahan aset sebanyak 31% dan kecurangan laporan keuanan sebanyak 2%. Jumlah kerugian yang disebabkan oleh korupsi dapat mencapai hingga 10 milyar rupiah sedangkan oleh pemindahan aset mencapai lebih besar lagi dari angka tersebut. Korupsi dianggap sebagai bentuk fraud yang paling merusak dikarenakan jumlah kasusnya yang paling banyak di indonesia. (Survei Fraud Indonesia, 2016)
Perkembangan ilmu akuntansi telah memasuki wilayah investigasi dan forensik untuk mendeteksi kecurangan. Permasalahan dan solusi mengenai kecurangan biasanya dipandang dari sudut ekonomi, sosiologi, budaya, sistem pemerintahan maupun segi hukum. Namun pada segi akuntansi, masih jarang terlihat kontribusi nyata dari akuntan dalam melawan kecurangan (fraud). Dalam hal ini para akuntan dituntut untuk memiliki kemampuan yang lebih dalam bidang akuntansi yang didukung oleh pengetahuan luas di bidang ekonomi, keuangan, perbankan, perpajakan, bisnis, teknologi informasi, dan tentunya pengetahuan di bidang hukum. (Rika, 2016).
Fraud atau kecurangan adalah objek utama dari akuntansi forensik dan dibuktikan dalam audit investigatif. Akuntansi forensik adalah penerapan disiplin ilmu akuntansi dalam arti luas, termasuk auditing, pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam atau di luar pengadilan, di sektor publik maupun privat. Pada awalnya akuntansi forensik merupakan perpaduan yang sederhana antara akuntansi dan hukum, tetapi pada kasus yang lebih rumit ada tambahan
3
ilmu yang terkandung dalam akuntansi forensik yaitu ilmu audit. (Tuanakotta, 2014). Audit forensik lebih menekankan proses pencarian bukti serta penilaian kesesuaian bukti atau temuan audit tersebut dengan ukuran pembuktian yang dibutuhkan untuk proses persidangan. Audit forensik merupakan perluasan dari penerapan prosedur audit standar ke arah pengumpulan bukti untuk kebutuhan persidangan di pengadilan. Dalam membuktikan apakah seseorang melakukan kecurangan (fraud) harus didukung oleh alat-alat bukti yang kuat, sedangkan untuk memperoleh alat bukti yang kuat diperlukan metode yang tepat dan relevan salah satu metode yang digunakan yaitu jasa auditor forensik (Hakim, 2014). Dalam hal ini keahlian auditor forensik sangat dibutuhkan.
Masalah yang dihadapi indonesia saat ini adalah kecurangan yang berupa korupsi. Tidak mudah dalam menyelesaikan kasus-kasus tersebut karena harus melalui prosedur yang tepat untuk memperoleh bukti yang kuat. Audit investigatif merupakan salah satu cara yang efektif untuk mengungkap kecurangan yang terjadi karena audit investigatif ini dilakukan oleh seorang ahli akuntansi dan audit dalam pengungkapan kecurangan tersebut. (Ni Wayan, 2016). Audit investigatif merupakan upaya pembuktian, umumnya pembuktian ini berakhir di pengadilan dan ketentuan hukum acara yang berlaku dengan menerapkan beberapa teknik. Audit investigatif dilakukan oleh auditor yang disebut auditor investigatif. Dalam pelaksanaan audit investigatif, auditor harus memiliki kemampuan untuk membuktikan adanya kecurangan yang mungkin terjadi dan belum terdeteksi oleh berbagai pihak. prosedur dan teknik dalam proses penyelidikan harus sesuai dengan ketentuan dan standar yang berlaku.
Hal ini menuntut setiap auditor harus memiliki sikap profesionalisme dalam melakukan tugasnya. Hal ini berarti auditor dituntut untuk memiliki keterampilan umum yang dimiliki auditor pada umumnya dan merencanakan serta melaksanakan pekerjaan menggunakan keterampilan dan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama, memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik
4
yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan. (Marcellina dan Sugeng, 2009).
Pengalaman audit ditunjukkan dengan jam terbang auditor dalam melakukan prosedur audit terkait dengan pemberian opini atas laporan auditnya. Auditor yang telah memiliki banyak pengalaman tidak hanya akan memiliki kemampuan untuk menemukan kekeliruan (error) atau kecurangan (fraud) yang tidak lazim yang terdapat dalam laporan keuangan tetapi juga auditor tersebut dapat memberikan penjelasan yang lebih akurat terhadap temuannya tersebut dibandingkan dengan auditor yang sedikit pengalamannya (Ansah dan Kushasyandita, 2014).
Penelitian ini merupakan kombinasi dari penelitian Isam Ahmad Fauzan, Pupung Purnamasari dan Hendra Gunawan (2015), Sastiana dan Sumarlin (2016) dan Ni Wayan Puspita dan I Wayan Ramatha (2016) yang mana penelitian ini menguji kembali pengaruh audit forensik dan audit investigatif terhadap kecurangan atau korupsi dimana penelitian ini menambahkan variabel profesionalisme dan pengalaman kerja.
Perbedaan selanjutnya, peneliti menggunakan objek penelitian yang berbeda yaitu kantor Inspektorat sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan objek kantor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai persepsi auditor atas pengaruh keahlian auditor forensik, keahlian auditor investigatiatif, profesionalisme dan pengalaman kerja dalam pengungkapan korupsi.
2. METODE PENELITIAN
2.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai di kantor Inspektorat, sedangkan sampel penelitian ini adalah auditor pemerintah dan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) yang bekerja di kantor Inspektorat Kota Surakarta, Inspektorat Kabupaten Boyolali dan Inspektorat Kabupaten Karanganyar. Metode pengambilan sampling dilakukan secara non probability
5
sampling dengan teknik convenience sampling (pemilihan sampel berdasarkan
kemudahan).
2.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 2.2.1 Variabel Dependen
2.2.1.1 Pengungkapan Korupsi
Pengungkapan korupsi yaitu tindakan untuk menunjukkan, membuktikan, menyikap tentang penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dsb) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Variabel ini diukur menggunakkan skala likert mulai poin 1 yang menyatakan tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakkan sangat setuju. Variabel pengungkapan korupsi diukur dengan 9 item pertanyaan.
2.2.2 Variabel Independen 2.2.2.1 Keahlian Auditor Forensik
Keahlian auditor forensik datang dari kemampuanya dalam bidang akuntansi dan audit, pajak, operasi bisnis, manajemen, pengendalian intern, hubungan interpersonal dan komunikasi. Sehingga keahlian merupakan dasar yang positif dimiliki seorang auditor forensic untuk mendukung penugasanya dalam pengungkapan korupsi. Variabel ini diukur menggunakkan skala likert mulai poin 1 yang menyatakan tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakkan sangat setuju. Variabel keahlian auditor forensik diukur dengan 9 item pertanyaan.
2.2.2.2 Keahlian Auditor Investigatif
Keahlian auditor investigatif adalah keahlian untuk mencari, menemukan dan mengumpulkan bukti secara sistematis yang bertujuan untuk mengungkapkan kecurangan atau korupsi Variabel ini diukur menggunakkan skala likert mulai poin 1 yang menyatakan tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakkan sangat setuju. Variabel keahlian auditor investigatif diukur dengan 21 item pertanyaan.
6 2.2.2.3 Profesionalisme
Profesionalisme merupakan elemen dari motivasi yang memberikan sumbangan pada seseorang agar mempunyai kinerja tugas yang tinggi. Profesionalisme sangat penting bagi auditor unuk menjalankan tugasnya. Variabel ini diukur menggunakkan skala likert mulai poin 1 yang menyatakan tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakkan sangat setuju. Variabel profesionalisme diukur dengan 6 item pertanyaan.
2.2.2.4 Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit yang dilihat dari segi lamanya bekerja sebagai auditor dan banyaknya tugas pemeriksaan yang telah dilakukan. Variabel ini diukur menggunakkan skala likert mulai poin 1 yang menyatakan tidak setuju sampai dengan poin 5 yang menyatakkan sangat setuju. Variabel pengalaman kerja diukur dengan 6 item pertanyaan.
2.3 Metode Analisis Data
Penelitian menggunakan metode analisis regresi linear berganda yang bertujuan untuk menguji hubungan variabel independen terhadap variabel dependen. Model regresi berganda dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut :
KOR = α + β1KF+ β2KL+ β3PA+ β4PK+ е
Dimana :
KOR = Pengungkapan Korupsi
α = Konstanta
β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi
KF = Keahlian Auditor Forensik KL = Keahlian Auditor Investigatif PA = Profesionalisme
PK = Pengalaman Kerja
7 3. HASIL DAN PEMBAHSAN
3.1 Uji Regresi Linear Berganda
Tabel 1
Uji Regresi Linear Berganda
B T Sig (p-value)
Constant -1,214 -0,546 0,588
Keahlian Auditor Forensik (KF)
-0,192 -2,150 0,037
Keahlian Auditor Investigatif (KL)
0,448 7,355 0,000
Profesionalisme (PA) -0,030 -0,421 0,676 Pengalaman Kerja (PK) 0,112 1,114 0,272 Sumber : Data primer 2017, diolah
KOR = -1,214 – 0,192KF + 0,448KL – 0,030PA + 0,112PK + e
Interpretasi dari masing-masing koefisien variabel adalah sebagai berikut : 1) Nilai konstanta -1,214 menunjukkan bahwa keahlian auditor forensik,
keahlian auditor investigatif, profesionalisme dan pengalaman kerja nilainya 0 maka pengungkapan korupsi akan turun sebesar 1,214
2) Koefisien regresi pada variabel keahlian auditor forensik menunjukkan sebesar 0,192 dengan nilai negatif. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan tingkat keahlian auditor forensik maka pengungkapan korupsi akan menurun sebesar 0,192 dengan asumsi variabel yang lain konstan 3) Koefisien regresi pada variabel keahlian auditor investigatif menunjukkan
sebesar 0,448 dengan nilai positif. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan tingkat keahlian auditor investigatif maka pengungkapan korupsi akan meningkat sebesar 0,448 dengan asumsi variabel yang lain konstan
4) Koefisien regresi pada variabel profesionalisme menunjukkan sebesar 0,030 dengan nilai negatif. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan tingkat profesionalisme maka pengungkapan korupsi akan menurun sebesar 0,030 dengan asumsi variabel yang lain konstan
8
5) Koefisien regresi pada variabel pengalaman kerja menunjukkan sebesar 0,112 dengan nilai positif. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan tingkat pengalaman kerja maka pengungkapan korupsi akan meningkat sebesar 0,112 dengan asumsi variabel yang lain konstan.
3.2 Pembahasan
1) Variabel keahlian auditor forensik diketahui nilai (-2,150) lebih
besar daripada (2,019) dan dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,037 <
α = 0,05 , maka diterima artinya keahlian auditor forensik berpengaruh terhadap pengungkapan korupsi.
2) Variabel keahlian auditor investigatif diketahui nilai (7,355) lebih besar daripada (2,019) dan dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,000 < α = 0,05 , maka diterima artinya keahlian auditor investigatif berpengaruh terhadap pengungkapan korupsi.
3) Variabel profesionalisme diketahui nilai (-0,421) lebih kecil daripada (2,019) dan dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,676 > α = 0,05 , maka ditolak artinya profesionalisme tidak berpengaruh terhadap pengungkapan korupsi.
4) Variabel pengalaman kerja diketahui nilai (1,114) lebih kecil daripada (2,019) dan dapat dilihat dari nilai signifikansi 0,272 > α = 0,05 , maka ditolak artinya pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap pengungkapan korupsi.
4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa keahlian auditor forensik dan keahlian auditor investigatif berpengaruh terhadap pengungkapan korupsi, sedangkan profesionalisme dan pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap pengungkapan korupsi.
9 4.2 Keterbatasan
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, namun diharapkan keterbatasan ini tidak mengurangi manfaat yang ingin dicapai. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Penelitian ini tidak mencakup keseluruhan kantor inspektorat di Eks Karisidenan Surakarta sehingga hasil penelitian terbatas generalisasinya. 2) Terdapat variabel independen lain yang belum mampu dijelaskan sebesar
11,5% terhadap variabel pengungkapan korupsi, sehingga masih ada kemungkinan variabel lain yang dapat mempengaruhi pengungkapan korupsi. 3) Data penelitian ini dihasilkan dari instrumen yang didasarkan pada kuesioner
responden, sehingga besar kemungkinan adanya kelemahan yang ditemui seperti adanya pertanyaan kuesioner yang kurang dipahami oleh responden. 4.3 Saran
Berdasarkan simpulan dan keterbatasan dalam penelitian ini, maka dapat dijadikan sebagai acuan untuk memberikan saran guna meningkatkan kualitas penelitian selanjutnya. Adapun saran yang penulis ajukan adalah :
1) Bagi penelitian berikutnya, diharapkan memperluas sampel serta menambah cakupan penelitian.
2) Peneliti selanjutnya yang tertarik dengan topik serupa, sebaiknya menambah variabel lain diluar penelitian ini atau bisa menambahkan variabel moderating maupun intervening.
3) Peneliti selanjutnya disarankan menggunakan metode kualitatif untuk mengumpulkan data penelitian agar dapat memperkuat hasil penelitian, pendekatan ini bisa dilakukan dengan wawancara langsung dengan responden.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, et al. (2014). “The Role of Forensik Accounting in Reducing Financial
Corruption A Study in Iraq”. ISSN 1833-8119. Vol.9, No.1
Agung Pratomo S.P, Taufiq. (2017). “Pengaruh Independensi, Kompetensi dan
10
terhadap Pendeteksian Fraud dengan Skeptisme Profesional sebagai Variabel Intervening pada Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Riau”. Vol.8, No.1
Fauzan, Purnamasari dan Hendra Gunawan. (2015). “Pengaruh Akuntansi
Forensik dan Audit Investigasi terhadap Pengungkapan Fraud”.
ISSN : 2460-6561. Vol.2
Ferdiansyah, Reza. (2016). “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas
Hasil Pemeriksaan Audit Pemerintah”. Jurnal Akuntansi dan
Bisnis. Vol.16, No.2. Hal : 109-121
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS21. Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013. Hakim, Uminah. (2014). “Eksistensi Akuntansi Forensik dalam Penyelidikan dan
Pembuktian Pidana Korupsi”. Jurnal Unnes. ISSN: 2301-6744.
Vol.3 (1)
Indriantoro dan Supomo. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen. Medan: PT.Madju Medan Cipta, 1999
Karamoy, Herman dan Heince R.N.Wokas. (2015). “Pengaruh Independensi dan
Profesionalisme dalam Mendeteksi Fraud Pada Auditor Internal Provinsi Sulawesi Utara”. Vol.6, No.2
Lidyah. Rika. (2016). “Korupsi dan Akuntansi Forensik. I-Finance”. Vol.2, No.2 Opi Widyanti. (2016). Pengaruh Profesionalisme dan Keahlian Auditor Forensik
terhadap Pengungkapan Korupsi dengan Kompetensi Bukti sebagai Variabel Intervening. Skripsi, Jakarta: Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Begeri Syarif Hidayatullah.
_____________Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3 tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian Keterangan Ahli. Jakarta. 2010 _____________Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Jakarta. 2008
Purjono. 2011. Peran Audit Investigasi Dalam Pemberantasan Korupsi Di Lingkungan Instansi Pemerintah. Jakarta
11
Rozmita dan Elsa Tiara.(2015). “Pengaruh Pengalaman dan Profesionalisme
Akuntan Forensik terhadap Kualitas Bukti Audit Guna Mengungkap Fraud”. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan.
ISSN: 2338-1500. Vol.3, No.1
Kushasyandita, Rr.Sabhrina. (2012). Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit, Etika dan Gender terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor melalui Skeptisisme Profesional Auditor. Skripsi.UNDIP. (tidak dipublikasi)
Sastiana dan Sumarlin. (2016). “Pengaruh Audit Forensik dan Profesionalisme
Auditor terhadap Pencegahan Fraud dengan Kecerdasan Spiritual sebagai Variabel Moderating pada Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan”. Akuntansi Peradaban. Vol.1, No.1
Sastiana. (2016). Pengaruh Audit Forensik dan Profesionalisme Auditor terhadap
Pencegahan Fraud dengan Kecerdasan Spiritual sebagai Variabel Moderating. Skripsi, Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Soedarwan DR. (1997). Audit Kecurangan (Fraud Auditing). Yayasan Pendidikan Internal Auditing
Soejono, Karni. (2000). Auditing : Audit Khusus & Audit Forensik Dalam Praktek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Sayyid, Annisa. (2014). “Pemeriksaan Fraud dalam Akuntansi Forensik dan
Audit Investigatif”. Al-Banjari. Vol.12, No.2
Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta. 2014
Widiyastuti dan Sugeng Pamudji. (2009). “Pengaruh Kompetensi, Independensi
dan Profesionalisme terhadap Kemampuan Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan”. VALUE ADDED. Vol.5, No.2
Tuanakotta, M.Theodorus. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Jakarta: Salemba Empat, 2010
12
_____________Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Jakarta. 2001
_____________Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 No.76. Jakarta. 1981
Widawaty, Zilly Restu. (2015). Pengaruh Kompetensi Auditor Investigatif
terhadap Efektifitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan. Skripsi, Bandung: Fakultas Ekonomi