• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi, kelompok, maupun masyarakat. Dalam setiap aspek-aspek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi, kelompok, maupun masyarakat. Dalam setiap aspek-aspek"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

1.1. Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah unsur utama dalam setiap kehidupan manusia, baik sebagai pribadi, kelompok, maupun masyarakat. Dalam setiap aspek-aspek kehidupan komunikasi memiliki hubungan yang sangat erat, sehingga perubahan penting yang terjadi pada komunikasi akan mempunyai pengaruh, dampak dan implikasi secara keseluruhan dalam kehidupan manusia dan masyarakat pada umumnya.

Dalam media elektronik selain televisi dan radio film merupakan salah satu bentuk komunikasi massa yang menggunakan media.1 Dibandingkan dengan media massa elektronik lainnya film memiliki karakteristik tersendiri yakni, memiliki nilai seni sehingga lebih mudah menyajikan hiburan dibandingan dengan film pendidikan. Disamping itu film sebagai media komunikasi memilki lima fungsi komunikasi yaitu, hiburan, pendidikan, penerangan, mempengaruhi dan sosialisasi.2

Dalam perkembanganya, popularitas film, terutama film Hollywood banyak dianggap sebagai hasil perpaduan kreativitas, kualitas produksi, efektivitas distribusi dan intensitas produksi, yang dewasa ini melebihi semua produk

1

Alexander R & Henny SW, Manajemen Media Massa, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, Jakarta, 2004, Cet. Ke-4.

2

(2)

populer dimanapun di dunia. Akibatnya banyak film-film non-Hollywood kehilangan pasaran baik ditingkat lokal maupun internasional.3 Sejarah film sebenarnya sama tuanya dengan penemuan perangkat fotografi. Sejarah gambar bergerak yang pertama muncul di dunia justru muncul bukan di Hollywood, namun lahir dari sebuah pertanyaan unik. Apakah keempat kaki kuda berada pada posisi melayang pada saat bersamaan ketika kuda berlari? Pertanyaan ini dijawab oleh Edward Muybridge dari Stanford University dengan membuat enam belas gambar atau frame kuda yang sedang berlari. Kejadian ini terjadi pada tahun 1878. Dari keenam belas gambar kuda yang sedang berlari ini dirangkai dan digerakkan secara berurutan menghasilkan gambar bergerak pertama yang berhasil dibuat di dunia, dari sinilah ide membuat sebuah film muncul.

Sedangkan di Indonesia, film-film Hollywood masih menjadi pilihan utama para pecinta film. Dunia perfilman Indonesia yang pernah mengalami kejayaan di tahun 1960-an sampai awal tahun 1980-an terlihat tidak mampu mengimbangi film-film invasi film-film Hollywood, baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Selama akhir tahun 1970-an sampai dengan tahun 1990-an secara umum dapat dikatakan bahwa industri perfilman mengalami kemundurun yang drastis. Keadaan saat ini sangat bertolak belakang dengan keadaan akhir 1980-an atau awal 1990-an, saat industri film Indonesia mengalami kemunduran. Padahal pada awal sampai pertengahan era 1980-an, film-film nasional sempat menguasai 50 persen sampai 60 persen box office film-film yang beredar di seluruh bioskop-bioskop di Indonesia. Nasib film Indonesia pun mulai berubah

3

Yulius Haflan, (2009,25 Februari). Sejarah Film Sepanjang Masa. Diakses pada tanggal 29 Maret 2009 dari http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=13256

(3)

seiring makin banyaknya film-film impor yang masuk ke Indonesia, apalagi dengan ditiadakannya kuota impor film asing pada tahun 1998. Sejak itu film Hollywood dan Mandarin mampu menguasai lebih dari 80 persen box office Indonesia setiap tahunnya. Pada tahun 2002, dari 175 judul film yang dirilis beredar di bioskop-bioskop Indonesia, 100 judul film yang beredar merupakan film Amerika.4

Keinginan untuk menonton film yang bermutu dan dikerjakan secara serius mungkin merupakan salah satu alasan mengapa penonton Indonesia lebih menyukai film-film Hollywood. Memproduksi sebuah film yang spektakuler seperti yang dilakukan oleh kalangan sineas tentu saja membutuhkan biaya yang sangat besar. Contohnya, film Titanic yang harus membangun tiruan kapal Titanic itu sendiri. Film Titanic itu sendiri menghabiskan dana sebesar dua ratus juta dollar atau kalau kita rupiahkan bisa mencapai angka dua setengah triliun rupiah. Tapi itu masih belum seberapa jika dibandingkan dengan biaya pembuatan film Pirates of the Caribbean: At World's End yang mencapai angka tiga ratus juta dollar atau sekitar hampir empat triliun rupiah. Konon ada satu film yang bisa dianggap sebagai salah satu film termahal di dunia yang pernah diproduksi, dan film ini diproduksi pada tahun 1963. Itulah film Cleopatra yang diproduksi oleh 20th Century Fox.5

Namun, Membanjirnya film-film Hollywood menimbulkan kekhawatiran di masyarakat, baik di kalangan intelektual, budayawan, dan para orangtua.

4

Rahardjo, (2008,2 April). Film Indoneia Akan Berdarah-darah. Diakses pada tanggal 29 November 2010 dari http://perfilman.pnri.go.id/kliping_artikel.php?1=1&a=view&recid=KAR-000072

5

(4)

Kekhawatiran ini timbul karena film-film Hollywood dianggap meyebarkan pengaruh buruk bagi nilai-nilai luhur budaya bangsa dan agama, yaitu yang lebih menekankan pada kekerasan, seksualitas, pornografi, ideologi dan imajinasi.

Contohnya, orang membayangkan figur Cleopatra, ratu Mesir setengah abad Sebelum masehi seperti sosok Elisabeth Taylor dalam film Cleoparta buatan tahun 1963, atau figur pemimpin Libya Moammar Khadafi dengan melihat Anthony Queen dalam Lion of the Dessert.

Tidak hanya itu ideologi dapat disisipkan pada sebuah karya film akan memberikan dampak positif dan negatif, misalnya pemutaran film Fitna beberapa tahun silam menuai kritik serta protes keras, terutama bagi kalangan umat islam, Inilah salah satu bentuk fitnah dan kedzoliman yang menghadang keharmonian umat Islam di dunia karena film ini memuat rangkaian klip yang mengguncang perasaan dari arsip media dan headline berita, serta pendapat Geert Wilders, 44 tahun, bahwa Islam berbahaya bagi Barat. Ya, alasan yang paling fundamental kenapa film ini dibuat adalah karena kebencian terhadap Islam. Kenapa benci? Karena Islam mereka pandang sebagai ideologi yang berbahaya bagi mereka (Barat). Jadi, tidaklah aneh sebenarnya mengapa film ini ada karena cara apa pun akan mereka (Barat) lakukan untuk mendeskreditkan Islam. Inilah teori yang menggambarkan bahwa peradaban Barat adalah peradaban yang mereka ingin majukan di berbagai belahan dunia, Fukuyama dalam Teori Akhir Sejarah; ”manusia peradaban Barat adalah manusia terakhir karena peradaban Barat adalah peradaban terakhir. Perang pemikiran telah berakhir dan demokrasi Liberal adalah

(5)

pemenangnya. Fundamentalisme (Islam) lebih berbahaya dari komunisme.6 Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan oleh Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan "sains tentang ide". Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu, secara umum Ideologi dalam kehidupan sehari hari dan beberapa arah filosofis, atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan utama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit.7

Kekhawatiran terhadap pengaruh buruk film-film Hollywood tidak hanya di Indonesia, karena distribusinya bersifat global maka pengaruh film-film juga bersifat global. Persepsi orang terhadap apa yang ditampilkan melalui film-film tersebut juga lebih sering merupakan persepsi ”versi Hollywood”.

Kesuksesan film-film Hollywood sebagai produk budaya populer yang diminati tidak hanya di Hollywood tetapi juga di seluruh dunia, merupakan hasil kolaborasi dari beberapa aspek. Dari sisi industri merupakan pusat industri perfilman terbesar dengan jaringan terbesar diseluruh dunia. Di Hollywood sendiri

6

Newsweek. (2001,Desember).Bahaya Film Fitna Melukai Umat Islam. Diakses pada tanggal 25 Desember 2010 dari http://jgc30.site-forums.com/film-f7/bahaya-film-fitna-akan-melukai-umat-t309.htm

7

Sobat Muslim.(2005,May). Berbagai Ideologi di Dunia. Diakses pada tanggal 25 Desember 2010 dari http://www.sobatmuslim.com/artikel/berbagai-ideologi-di-dunia.

(6)

film telah menjadi lahan bisnis yang melibatkan sumber daya manusia dan modal yang luar biasa besarnya. Dari sisi produk film-film merupakan hasil kolaborasi nyata antara sisi artistik dan hiburan. Film-film tersebut tidak hanya menghibur namun juga dapat dinikmati sebagai karya seni. Para pembuat film seakan-akan tahu apa yang diinginkan oleh penonton dalam karyanya itu, dengan tetap menjaga sisi artistik dan kualitas dalam penggarapannya. Hal ini mungkin dapat menjawab pertanyaan tentang mengapa film-film Hollywood begitu disukai dan ditunggu-tunggu oleh penonton di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Perkembangan industri film pun memiliki andil yang sangat cepat dalam melahirkan genre-genre film baru. Genre-genre tersebut dapat merupakan genre yang sudah ada atau diturunkan dari genre yang sudah ada. Seperti action-adventure, science-fiction, fiction-fantasy, action-thriller, adventure-disaster, dan genre-genre tersebut sepertinya masih dapat dikombinasikan dengan genre-genre lain.

Kebanyakan sebagian besar dari kita masih menganggap film dari sisi tema atau cerita (naratif). Tema merupakan aspek penting dalam film selain aspek-aspek lain yang ikut mendukung aspek cerita (naratif) dalam sebuah film. Banyak diskusi film selama ini yang mengulas masalah tema atau isu sebuah film. Tema merupakan salah satu aspek penting dalam sebuah film, disamping aspek-aspek lainnya yang juga berperan dalam pembentukan sebuah film.

Alur cerita adalah jabaran dan penjelasan dari apa yang ingin difilmkan. Alhasil, pemilihan dan deskripsi yang sederhana, dengan pilihan kata tepat, akan sangat membantu siapapun yang membaca. Pemilihan kata yang mudah

(7)

divisualkan, sangat penting. Selektivitas untuk merangkai kata-kata yang mudah divisualkan akan memperlancar komunikasi pesan dari pembuat film. Pada sisi inilah alur cerita menjadi satu elemen yang sangat penting untuk dibuat. Ia menjadi bentuk operasional dari ide dan film statement film yang kita punyai. imajinasi pembaca siapapun sudah mampu membayangkan, film macam mana yang akan dikerjakan. Susunannyapun terdiri dari serangkaian kata-kata yang membentuk kalimat sederhana. Sekuens demi sekuens senantiasa berkorelasi. Pilihan kata-kata yang akan ditulis, setidaknya mengandungi makna visual. Sehingga, ketika dirangkai menjadi sebuah kalimat dengan mudah akan tertangkap gambaran visualnya. Ini menjadi penting karena, alur cerita adalah paparan awal dari film itu sendiri. Yang dibutuhkan adalah segenap kejelasan. Semuanya menjadi jelas terlebih dahulu, sebelum melakukan langkah kerja berikutnya.8

Film yang baru saja mendapatkan enam piala Oscar dari sembilan kategori yaitu The Hurt Locker. Pada film ini sang sutradara Kathryn Bigelow memadukan unsur-unsur drama, action, dan dokumenter dengan latar belakang perang, dalam meyampaikan pesan yang terdapat di dalamnya kepada penikmat film, struktur alur cerita film ini memerlukan konsentrasi tinggi karena nyaris tak ada plot yang jelas. Malahan bisa dibilang film ini adalah sekumpulan adegan yang menyorot para tokoh sentral dalam film ini. Tak ada jalan cerita yang jelas, yang ada hanyalah pesan yang terselip di antara tiap-tiap adegan.

8

Tonny Trimarsanto.(2009,24 Agustus).Alur cerita. Diakses pada tanggal 29 Maret 2009 dari http://www.in-docs.org/resources/article/storyline/id

(8)

Meskipun berlatar belakang fim perang, film ini bukan film perang biasa, mengikuti tradisi film Apocalypse Now dan Full Metal Jacket, bahkan film yang sangat fenomal seperti Rambo. Cerita pada film ini tidak meletakkan perang sebagai sebuah heroisme. Ia tidak menentukan tokoh secara hitam putih, mana penjahat dan mana jagoan.9

Sebuah film boleh jadi tidak memiliki cerita yang kuat atau koheren, atau tidak punya karakter tokoh yang kuat, atau tidak punya pesan apa-apa dan kita masih bisa menikmatinya.10

Dari uraian tersebut dapat diartikan bahwa semua film meskipun tidak memiliki pesan namun kita masih bisa menikmatinya karena ada makna dan cerita yang ingin disampaikan berupa tanda. Sedangkan ilmu yang mempelajari tanda adalah semiotik. Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif serta mampu menggantikan sesuatu yang lain yang dapat dipikirkan atau dibayangkan.11

Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktural atau semiotika. Seperti yang dikemukakan oleh Van Zoest yang dikutip oleh Alex Sabur, film dibangun sebagai tanda. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistim tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan.

9

Hurt Locker, Bukan film perang biasa. (2009, 15 September). Diakses pada tanggal 29 Maret 2009 dari http://semuareview.wordpress.com/2009/09/15/hurt-locker-bukan-film-perang-biasa/ 10

Hikmat Darmawan, Rumahfilm.org 11

(9)

Bersamaan dengan tanda-tanda arsitektur, terutama indeksial,pada film terutama digunakan tanda-tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang menggambarkan sesuatau.12

Semiotik film, untuk membuktikan hak keberadaannya. Yang dalam hal-hal penting menyimpang dari sintaktis dan senimatik teks dalam arti harafiah, harus memberikan perhatian khusus pada kekhususan tersebut.13 Semiotik modern berangkat dari seorang ahli bahasa Swiss, Ferdinan de Sausure (1857-1913) dan ahli filsafat Amerika, Charles Sanders Pierce (1839-1914). Konsep Saussure mengenai pengkajian tanda adalah hubungan tanda dengan pasangan penanda dan petanda. Signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna, yakni yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca. Signified adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep mental dari bahasa. Semiotik mengenal tanda dalam tipe-tipe seperti ikon, indeks, dan simbol. Ikon sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya misalnya gambar atau lukisan. Indeks sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya. Adapun simbol, adalah sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang berdasarkan kaidah konvensi lazim yang digunakan dalam masyarakat. Dengan demikian, film dapat diteliti dengan semiotik.

Dalam latar belakang masalah, eksplorasi masalah-masalah simbol-simbol heroisme dan bagaimana film-film Amerika seperti Rambo memiliki agenda tersendiri, seperti yang dijelaskan secara lisan. Film-film Hollywood dengan tema heroisme yang banyak menonjolkan nilai-nilai kepahlawanan bangsa barat, pada

12

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT. Rosdakarya, Bandung, 2006, Cet.ke-3, Hal. 128 13

(10)

gilirannya dapat membentuk persepsi khalayak akan figur kepahlawanan versi barat (western hero). Figur itu akan tertanam dalam benak pemikiran mereka lalu secara laten membentuk persepsi mereka mengenai bangsa barat dan identitas mengenai figur yang dianggap ‘pahlawan’. Persepsi itu secara perlahan membentuk ideologi, terutama ideologi mengenai superiotas bangsa barat.

Tidak heran para produsen film Hollywood berani mengeluarkan biaya besar karena mengetahui pada akhirnya khalayak akan rela membayar untuk menonton sehingga mendatangkan kembali keuntungan. Hollywood juga berani memproduksi film-film bertema heroism dalam bentuk kolosal, film yang melibatkan sejumlah besar orang dalam pembuatanya dan menghabiskan biaya yang sangat besar pula, film kolosal terbaik yang pernah dibuat oleh Hollywood diantaranya The Ten Commandments (1956), Braveheart (1995) dan Gladiator (2000).

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian tersebut peneliti dapat merumuskan masalah yakni bagaimana melakukan pembacaan terhadap unsur heroisme yang ditampilkan dalam film The Hurt Locker?.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan ini berupaya melakukan pembacaan terhadap salah satu teks budaya populer yaitu film, khususnya film Hollywood, dengan jalur distribusi yang dimilikinya mampu meyebarkan pesan-pesan ideologis ke hampir seluruh penjuru

(11)

dunia. Teks film yang menjadi objek penelitian adalah simbol-simbol heroisme yang digunakan sang sutradara Kathryn Bigelow dalam film The Hurt Locker.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam bidang keilmuan komunikasi terutama komunikasi massa, dan pengaruh komunikasi massa terhadap publik.

Penelitian ini juga diharapkan menjadi referensi, untuk studi mengenai simbol yang ditampilkan dalam narasi film.

1.4.2. Manfaat Praktisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap para produsen, pekerja, dan penikmat film tentang bagaimana sistem tanda ditampilkan pada film.

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan dari Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor: 46 Tahun 2012 tentang Jabatan Fungsional Pengawas

Selain diameter bunga yang cukup, bunga yang memiliki bentuk kompak merupakan ciri dari mawar yang berpotensi sebagai bunga potong (Darliah et al., 1999). Pengamatan terhadap

Dari berbagai definisi modal sosial yang sudah ada di atas maka penelitian tentang peran modal sosial dalam pencapaian keberhasilan Keaksaraan Usaha Mandiri Mawar

Peserta didik yang belajar pada tahun terakhir di satuan pendidikan, memiliki rapor lengkap penilaian hasil belajar sampai dengan semester I tahun terakhir, dan atau

Tahap yang terakhir yaitu tentang sharing profit atau pembagian keuntungan ekonomi. Sebelumnya harus tercapai kesepakatan dulu antara pihak pengelola TNMB selaku pembina

Berkaitan dengan pengilhaman, Cornelius Van Til mengatakan bahwa jika sebagai orang berdosa manusia tidak memiliki Alkitab yang terilhamkan secara mutlak, maka manusia

Untuk Struktur gedung yang memiliki waktu getar alami yang berjauhan, penjumlahan respons ragam dapat dilakukan dengan metoda Akar Jumlah Kuadarat (SRSS). Karena selisih waktu

Alhamdulilllahirabbil’allamin atas segala puji dan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya yang tak terhingga kepada penulis, sehingga dapat