• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan 1

Rata-rata volume larutan holding yang diserap oleh tangkai bunga disajikan pada Tabel 2. Hasil percobaan 1 menunjukkan bahwa konsentrasi aplikasi chitosan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap volume larutan holding yang diserap oleh tangkai bunga.

Tabel 2. Volume larutan holding terserap pada mawar potong ‘grand gala’ pada penyemprotan chitosan di suhu ruang (25 oC)

Perlakuan Volume terserap (ml)

Chitosan 0 ppm 40.0

Chitosan 0.1 ppm 36.4

Chitosan 0.5 ppm 34.8

Chitosan 1 ppm 37.2

Uji F tn

Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. tn) tidak berbeda nyata *) berbeda nyata pada taraf 5%

Berdasarkan hasil rata-rata volume larutan terserap, perlakuan chitosan 0 ppm menunjukkan volume penyerapan larutan yang lebih banyak dibandingkan perlakuan lain yaitu 40 ml. Perlakuan chitosan 0.5 ppm hanya mampu meyerap air sebanyak 34.8 ml. Hal ini menunjukkan bahwa chitosan menekan kehilangan air dari permukaan tanaman.

Tabel 3. Rata-rata diameter mawar potong pada mawar potong ‘grand gala’ pada penyemprotan chitosan di suhu ruang (25 oC)

Perlakuan Hari Setelah Panen (HSP)

0 2 4 6 8 --- cm--- Chitosan 0 ppm 5.60 9.90 9.62 8.56 5.36ab Chitosan 0.1 ppm 6.32 11.08 9.16 7.80 5.46ab Chitosan 0.5 ppm 5.18 8.68 8.04 7.06 4.10b Chitosan 1 ppm 7.00 9.60 10.04 9.36 6.88a Uji F tn tn tn tn *

Keterangan : Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. tn): tidak berbeda nyata, *) berbeda nyata pada taraf 5%

(2)

Berdasarkan hasil analisis statistika pada Tabel 3, konsentrasi aplikasi chitosan memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter bunga pada 8 HSP, namun tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap diameter bunga pada 0 HSP sampai 6 HSP. Perlakuan chitosan 1 ppm memberikan diameter bunga tertinggi pada 8 HSP, sedangkan pada chitosan 0.5 ppm memberikan diameter terendah. Penurunan diameter bunga disebabkan oleh bunga yang sudah layu dan petal bunga yang rontok.

Tabel 4. Tingkat kesegaran bunga potong mawar ‘grand gala’ pada penyemprotan chitosan di suhu ruang (25 oC)

Perlakuan 0 Hari Setelah Panen (HSP) 2 4 6 8

S R S R S R S R S R Chitosan 0 ppm 4 9 4 9.5 4 9.9 2 9.3 2 9.3 Chitosan 0.1 ppm 4 11 4 11.5 3 8.2 2 7.6 2 7.6 Chitosan 0.5 ppm 4 11 4 9.5 4 9.9 2 9.3 2 9.3 Chitosan 1 ppm 4 10.5 4 11.5 4 14 4 15.8 4 15.8 H 0.43 0.57 2.61 5.63 5.63 Uji F 0.934tn 0.903tn 0.456tn 0.131 tn 0.131tn Ket.: H= nilai uji Kruskal Wallis, tn= P value> 0.05, * = P value< 0.05 , S = Skor, dan R = Rank

Tabel 4 menunjukkan penyemprotan chitosan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kesegaran bunga dari 0 HSP sampai 8 HSP, meskipun demikian pada 8 HSP konsentrasi chitosan yang memberikan tingkat kesegaran terbaik yaitu penyemprotan chitosan 1 ppm dengan peringkat 15.8 dan skor 4. Pada perlakuan ini bunga dalam keadaan segar dengan tingkat kesegaran 75 – 100 %. Penyemprotan chitosan 0.1 ppm memberikan tingkat kesegaran terendah dengan peringkat 7.6 dan skor 2. Pada perlakuan ini bunga dalam kondisi layu dengan tingkat kesegaran 25 – 50 %.

Tabel 5. Rata-rata vase life mawar potong ‘grand gala’ pada penyemprotan chitosan di suhu ruang (25oC)

Perlakuan Vase life (hari)

Chitosan 0 ppm 6.0b

Chitosan 0.1 ppm 5.6b

Chitosan 0.5 ppm 5.2b

Chitosan 1 ppm 7.6a

Uji F *

Keterangan: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

(3)

Berdasarkan hasil analisis statistika pada Tabel 5, konsentrasi aplikasi chitosan memberikan pengaruh yang nyata terhadap vase life mawar potong selama masa penyimpanan. Penyemprotan chitosan 1 ppm memberikan vase life terlama yaitu 7.6 hari. Penyemprotan chitosan 0.5 ppm memberikan vase life tersingkat yaitu 5.2 hari. Kondisi keragaan bunga pada hari terakhir dapat terlihat pada Gambar 2.

a. Chitosan 0 ppm b. Chitosan 0.1 ppm

c. Chitosan 0.5 ppm d. Chitosan 1 ppm

Gambar 2. Kondisi bunga potong saat 8 HSP. penyemprotan chitosan 0 ppm (a), chitosan 0.1 ppm (b), chitosan 0.5 ppm (c), dan chitosan 1 ppm (d).

Percobaan 2

Rata-rata volume larutan pulsing dan larutan holding yang diserap oleh tangkai bunga disajikan pada Tabel 6. Hasil percobaan 2 menunjukkan bahwa komposisi larutan pulsing tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap volume larutan pulsing dan volume larutan holding yang diserap oleh tangkai bunga. Berdasarkan Tabel 6, larutan pulsing aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm menunjukkan volume penyerapan larutan pulsing yang lebih banyak yaitu 8.33 ml. Pada larutan pulsing aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm ini penyerapan larutan holding sebanyak 41.67 ml. Hal ini dikarenakan pH larutan tersebut bersifat asam sehingga mudah diserap oleh tangkai bunga.

(4)

Tabel 6. Volume larutan pulsing dan larutan holding terserap pada mawar potong ‘grand gala’ pada perendaman tangkai bunga dalam larutan pulsing selama 24 jam di cold storage

Perlakuan Volume Larutan Terserap (ml) Larutan Pulsing

Larutan Holding

Aquades 5.00 30.00

Aquades + Sukrosa 3% 5.00 23.33

Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat

100 ppm 8.33 41.67

Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5 ppm 5.00 26.67 Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat

100 ppm + BAP 5 ppm 8.33 23.33

Uji F tn tn

Keterangan: Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. tn): tidak berbeda nyata *) berbeda nyata pada taraf 5%

Tabel 7. Rata-rata diameter mawar potong ‘grand gala’ pada perendaman tangkai bunga dalam larutan pulsing selama 24 jam di cold storage Perlakuan Hari Setelah Panen (HSP)

0 4 8 12 16 17 --- cm---Aquades 3.94 6.56 7.40 6.12 5.5 4.69 Aquades + Sukrosa 3% 3.95 6.39 7.27 7.83 6.62 6.37 Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm 4.20 6 7.79 8.05 7.31 6.81 Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5 ppm 5.11 7.23 7.9 7.91 8.06 6.97 Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm 3.48 5.83 6.91 7.75 6.67 6.50 Uji F tn tn tn tn * tn

Keterangan : Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. tn) : tidak berbeda nyata *) berbeda nyata pada taraf 5%

Berdasarkan hasil analisis statistika pada Tabel 7, komposisi larutan pulsing memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter bunga pada 16 HSP. Perlakuan aquades + sukrosa 3% + BAP 5 ppm memberikan diameter bunga tertinggi pada 16 HSP, sedangkan pada perlakuan larutan pulsing aquades) memberikan diameter terendah. Diameter bunga akan mengalami peningkatan setiap harinya sampai mekar sempurna kemudian diameter bunga kembali

(5)

menurun. Penurunan diameter bunga disebabkan oleh bunga yang sudah layu dan petal bunga yang rontok.

Tabel 8. Tingkat kesegaran bunga potong mawar ‘grand gala’ pada perendaman tangkai bunga dalam larutan pulsing selama 24 jam di cold storage

Larutan Pulsing 0 4 Hari Setelah Panen (HSP) 8 12 16 17 S R S R S R S R S R S R Aquades 4 8 4 8 4 8 3 8 2 4.5 2 6 Aquades + Sukrosa 3% 4 8 4 8 4 8 3 8 2 7 2 4.3 Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm 4 8 4 8 4 8 3 8 2 7 2 6 Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5 ppm 4 8 4 8 4 8 3 8 3 12 3 13 Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm 4 8 4 8 4 8 3 8 3 9.5 3 10.7 H 0 0 0 0 4.48 8.03 Uji F 1tn 1tn 1tn 1tn 0.3 tn 0.09tn Ket.: H= nilai uji Kruskal Wallis, tn= P value> 0.05, * = P value< 0.05, S = Skor, R = Rank

Hasil uji Kruskal Wallis pada Tabel 8 menunjukkan komposisi larutan pulsing tidak memberikan pengaruh yang nyata pada 0 HSP sampai 17 HSP terhadap tingkat kesegaran bunga. Pada 0 HSP sampai 8 HSP bunga memiliki tingkat kesegaran 4 (kesegaran bunga 75 – 100%). Pada 12 HSP bunga memiliki tingkat kesegaran 3 atau agak segar dengan tingkat kesegaran 50 – 75%.

Pada 16 HSP dan 17 HSP menunjukkan bahwa larutan pulsing aquades + sukrosa + BAP 5 ppm mampu memberikan tingkat kesegaran bunga yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini dilihat dari peringkat perlakuan tersebut, pada 16 HSP peringkatnya yaitu 12 dan pada 17 HSP peringkatnya 13. Pada perlakuan ini bunga dalam keadaan agak segar dengan tingkat kesegaran 50 – 75%. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan ini mampu mempertahankan kesegaran bunga sampai 17 HSP. Kondisi keragaan mawar potong pada akhir masa penyimpanan dapat terlihat pada Gambar 3.

(6)

(a) (b) (c) (d) (e)

Gambar 3. Kondisi bunga potong saat 17 HSP. komposisi aquades (a), komposisi aquades + sukrosa 3 % (b), komposisi aquades + sukrosa 3 % + asam salisilat 100 ppm (c), komposisi aquades + sukrosa 3 % + BAP 5 ppm (d), dan komposisi aquades + sukrosa 3 % + asam salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm (e).

Tabel 9. Rata-rata vase life mawar potong ‘grand gala’ pada perendaman tangkai bunga dalam larutan pulsing selama 24 jam di cold storage

Larutan Pulsing Vase life (hari)

Aquades 15.33c

Aquades + Sukrosa 3% 15.67c

Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm 16.00bc Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5 ppm 18.00a Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm +

BAP 5 ppm 17.33ab

Uji F *

Ket.: Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil analisis statistika pada Tabel 9, larutan pulsing memberikan pengaruh yang nyata terhadap vase life mawar potong selama masa penyimpanan. Perlakuan aquades + sukrosa + BAP 5 ppm memberikan vase life terlama yaitu 18 hari. Larutan pulsing dengan komposisi aquades hanya memberikan vase life selama 15.33 hari. Meningkatnya vase life pada perlakuan aquades + sukrosa + BAP 5 ppm diduga disebabkan oleh sitokinin dalam larutan pulsing. Sitokinin dapat mengurangi kerusakan akibat stress air, mampu meningkatkan penyerapan air, mengurangi laju respirasi, menghambat produksi etilen, dan mengurangi sensitivitas terhadap etilen (Wawrzynczak and Goszczynska, 2003). Perlakuan BAP 5 ppm mampu meningkatkan vase life,

(7)

diameter bunga, dan penyerapan air pada mawar potong ‘Eiffel Tower’ (Bhattacharjee dan De, 2005).

Percobaan 3 Kondisi Umum

Dalam percobaan ini dihadapi kendala dalam kestabilan suhu cold storage mencapai suhu 15 - 25 oC dan kelembaban udara 74 – 90%, meskipun cold storage sudah diatur pada suhu 10 – 13 oC. Suhu cold storage setiap hari selalu berubah bahkan mengalami peningkatan suhu hingga 25 oC. Peningkatan suhu cold storage dikarenakan freonnya telah habis sehingga suhu cold storage tidak dingin. Tahapan dan kondisi bunga potong dalam cold storage seperti terlihat pada Gambar 4.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 4. Bunga potong sebelum perlakuan direndam dalam air hangat (a), bunga setelah perlakuan pulsing (b), keragaan bunga saat 10 HSP (c), dan termometer pencatat suhu cold storage (d).

Kondisi bunga pada saat awal perlakuan dalam kondisi segar, tetapi ada beberapa bunga yang memiliki bercak putih dan dan bagian yang menguning seperti terbakar pada petal bunga. Semakin lama kerusakan pada petal yang berwarna kuning terbakar semakin meluas dan akhirnya petal gugur. Bunga juga mengalami perubahan warna. Pada 6 HSP terdapat tiga bunga yang mulai berubah warna menjadi agak keunguan pada sebagian petal bunga. Semakin lama bunga akan mengalami perubahan warna dari merah menjadi keunguan kemudian menghitam dan layu. Pada 7 HSP terdapat manggis di cold storage. Penyimpanan bunga sebaiknya terpisah dengan buah karena etilen pada buah akan

(8)

menyebabkan bunga mengalami senesens yang lebih cepat. Hal ini dikarenakan etilen bersifat autokatalitik. Pada akhir masa penyimpanan juga ditemukan kutu pada petal bunga yang terbawa dari lahan. Gejala kerusakan yang terjadi pada bunga dapat dilihat pada Gambar 5.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 5. Kerusakan petal bunga pada 0 HSP (a), kerusakan petal bunga pada 6 HSP (b), petal bunga berwarna merah normal (c), dan petal bunga berwarna merah keunguan (d).

Volume Larutan Terserap

Percobaan ini terdiri dari dua perlakuan yaitu komposisi larutan pulsing dan penyemprotan chitosan sebagai antitranspiran. Penggunaan larutan pulsing merupakan salah satu usaha untuk memperpanjang masa kesegaran bunga potong. Setiap larutan pulsing diukur pH nya dengan menggunakan kertas indikator pH.

Tabel 10. Rata-rata volume pulsing terserap (ml) pada perendaman tangkai bunga mawar ‘grand gala’ dalam larutan pulsing selama 24 jam

Larutan Pulsing pH Rataan (ml)

Aquades 7 6.25c

Aquades + Sukrosa 3% 5.8 5.75c

Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm 3 11.00a Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5 ppm 9 8.25b Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm +

BAP 5 ppm 10 5.50c

Uji F *

Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Volume larutan pulsing terserap diukur setelah perendaman selama 24 jam. Volume awal untuk semua perlakuan yaitu 300 ml. Volume larutan terserap

(9)

ini berdasarkan selisih antara volume awal dan volume akhir larutan pulsing. Pergerakan air pada tangkai bunga potong sangat tergantung pada komposisi larutan. Larutan dengan pH 3 - 4 dapat meningkatkan penyerapan air dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Nowak dan Rudnicki, 1990).

Berdasarkan Tabel 10, larutan pulsing dengan komposisi aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm mampu diserap lebih banyak oleh bunga yaitu 11 ml. Komposisi larutan ini mempunyai pH terendah yaitu 3. Penyerapan terendah yaitu larutan dengan komposisi aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm sebanyak 5.5 ml. Komposisi larutan ini mempunyai pH tertinggi yaitu 10. Pergerakan air pada tangkai bunga potong sangat tergantung pada komposisi larutan. Larutan yang bersifat asam bergerak lebih cepat dibandingkan larutan yang bersifat netral atau basa.

Tabel 11. Rata-rata volume larutan holding terserap setelah perendaman tangkai bunga mawar ‘grand gala’ dalam larutan pulsing selama 24 jam dan penyemprotan chitosan di cold storage

Larutan Pulsing

Chitosan (ppm) Rataan 0 0.1 0.5 1

Volume Larutan Holding --- ml ---

Aquades 15 12 11 17 13.75

Aquades + Sukrosa 3% 16 15 15 31 19.25

Aquades + Sukrosa 3% + Asam

Salisilat 100 ppm 33 27 13 12 21.25

Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5 ppm 20 37 20 24 25.25 Aquades + Sukrosa 3% + Asam

Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm 23 30 20 18 22.75 Rataan 21.40 24.20 15.80 20.40

Uji F Larutan Pulsing tn

Uji F Chitosan tn

Interaksi tn

Keterangan: Nilai pada baris dan kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. tn) : tidak berbeda nyata *) berbeda nyata pada taraf 5%

Setelah perendaman tangkai bunga dalam larutan pulsing selama 24 jam, selanjutnya tangkai bunga direndam dalam larutan holding berupa aquades selama masa penyimpanan. Pada Tabel 11 menunjukkan tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap larutan holding terserap, namun perlakuan larutan pulsing dengan

(10)

penambahan sukrosa, asam salisilat, BAP, dan kombinasi ketiganya mampu diserap lebih banyak dibandingkan dengan larutan pulsing yang aquades. Larutan holding pada perlakuan chitosan 0 ppm, 0.1 ppm, dan 1 ppm juga lebih banyak diserap dibandingkan dengan chitosan 0.5 ppm. Penyerapan larutan holding terbanyak terdapat pada perlakuan aquades + sukrosa + BAP 5 ppm dengan chitosan 0.1 ppm sebanyak 37 ml. Sitokinin dapat meningkatkan penyerapan air oleh tangkai bunga dengan mempertahankan turgiditas selnya (Bhattacharjee dan De, 2005).

Diameter Bunga

Diameter bunga menentukan perilaku konsumen dan dari hasil penelitian yang telah ada ternyata konsumen lebih menyukai ukuran bunga yang lebih besar dari pada yang kecil (Effendi, 1994). Selain diameter bunga yang cukup, bunga yang memiliki bentuk kompak merupakan ciri dari mawar yang berpotensi sebagai bunga potong (Darliah et al., 1999).

Pengamatan terhadap diameter bunga bertujuan untuk melihat pertambahan diameter bunga selama masa penyimpanan. Perubahan diameter bunga dapat dilihat dari perubahan membukanya petal bunga. Besarnya perubahan diameter ini berkaitan dengan masa penyimpanan bunga. Perubahan diameter bunga yang kecil diharapkan agar bunga mempunyai masa penyimpanan yang lebih lama.

Berdasarkan Tabel 12, komposisi larutan pulsing, penyemprotan dengan chitosan sebagai antitranspiran, dan interaksi kedua faktor tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap diameter bunga. Pertambahan diameter bunga yang cukup besar terjadi dari hari ke- 0 sampai hari ke-2 dengan pertambahan diameter sekitar 3 – 4 cm. Dari hari ke-2 sampai hari ke-8 pertambahan bunga 1 cm, kemudian menurun pada hari ke-10 dengan penurunan diameter sekitar 1 – 2 cm. Dari hasil rata-rata diameter bunga menunjukkan bahwa bunga mawar ‘Grand Gala’ yang diuji mempunyai bunga yang berukuran medium yaitu diameter bunga 8.5 – 9.5 cm.

(11)

Tabel 12. Rata-rata diameter pada perendaman tangkai bunga mawar grand gala dalam larutan pulsing selama 24 jam dan penyemprotan chitosan di cold storage

Perlakuan Hari Setelah Panen (HSP)

0 2 4 6 8 10 --- cm ---

Aquades 2.56 6.25 7.29 7.65 7.61 6.09

Aquades + Sukrosa 3% 2.67 6.12 6.96 7.25 7.37 5.74 Aquades + Sukrosa 3% + Asam

Salisilat 100 ppm 2.43 5.70 6.78 7.17 7.32 6.15 Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5

ppm 2.50 5.94 6.76 7.16 7.45 6.24

Aquades + Sukrosa 3% + Asam

Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm 2.91 6.76 7.59 7.85 8.04 5.89 Uji F tn tn tn tn tn tn Chitosan --- cm --- 0 ppm 2.53 6.10 7.18 7.53 7.65 6.14 0.1 ppm 3.07 6.62 7.29 7.49 7.54 5.75 0.5 ppm 2.23 5.81 7.00 7.29 7.54 6.33 1 ppm 2.66 6.08 6.84 7.34 7.50 5.87 Uji F tn tn tn tn tn tn Interaksi tn tn tn tn tn tn

Keterangan: Nilai pada baris dan kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. tn) : tidak berbeda nyata *) berbeda nyata pada taraf 5%

Diameter bunga pada semua perlakuan akan mengalami pertambahan dari hari ke hari. Diameter bunga akan terus meningkat hingga mencapai kemekaran sempurna kemudian akan kembali menurun pada akhir penyimpanan. Pertambahan diameter ini dikarenakan proses respirasi yang dilakukan bunga selama masa penyimpanan. Hal ini menunjukkan bahwa jaringan bunga masih aktif dalam melakukan proses metabolisme. Aktivitas ini juga akan menurun setelah bunga mencapai kemekaran sempurna. Pada percobaan ini bunga potong mawar mencapai kemekaran sempurna pada 8 HSP. Penurunan diameter petal bunga dikarenakan petal bunga mengalami kelayuan sehingga bunga akan terkulai, petal bunga mengkerut, dan petal bunga yang rontok.

Diameter bunga saat awal penyimpanan akan mempengaruhi vase life bunga. Pertambahan diameter bunga yang besar akan cenderung membuat bunga menjadi cepat layu. Semakin lebarnya petal membuka akan menyebabkan proses

(12)

penguapan semakin besar. Hal ini akan menyebabkan bunga menjadi cepat layu dan memiliki masa penyimpanan yang singkat.

Jumlah Petal Bunga Membuka

Menurut Crockett (1974), bunga mawar yang memiliki petal lebih besar dan sama dengan 20 helai termasuk tipe yang berbunga ganda. Bunga mawar yang berpetal bunga banyak dan kompak serta tersusun rapat akan menampilkan bunga yang menarik (Darliah et al., 1999).

Tabel 13. Rata-rata jumlah petal membuka pada perendaman tangkai bunga mawar ‘grand gala’ dalam larutan pulsing selama 24 jam dan penyemprotan chitosan di cold storage

Perlakuan Hari Setelah Panen (HSP)

0 2 4 6 8 10 Aquades 1.5 9.4 14.45 16.95 21.2 15.85 Aquades + Sukrosa 3% 2 10.5 15.15 17.1 19.7 11.55 Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm 1.35 8.15 15 16.7 20.65 14.4 Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5 ppm 1.45 8.6 15.05 17.45 21.25 15.6 Aquades + Sukrosa 3% + Asam Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm 2.25 10.95 16.4 18 22.5 12.25 Uji F tn tn tn tn tn tn Chitosan 0 ppm 1.64 9.16 14.52 16.4 20.76 14.72 0.1 ppm 1.96 11.16 17.8 19.72 21.52 12.44 0.5 ppm 1.44 8 14.04 16.24 20.88 14.28 1 ppm 1.8 9.76 14.48 16.6 21.08 14.28 Uji F tn tn tn tn tn tn Interaksi tn tn tn tn tn tn

Keterangan : Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak

berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. tn):tidak berbeda nyata *) : berbeda nyata pada taraf 5%,

Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa komposisi larutan pulsing, penyemprotan dengan chitosan, dan interaksi kedua faktor tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah petal bunga membuka. Dari hasil

(13)

rata-rata jumlah petal bunga mawar ‘Grand Gala’ termasuk bunga dengan petal ganda dengan jumlah petal ≥ 20 helai.

Jumlah petal bunga membuka meningkat sampai mekar sempurna kemudian mengalami penurunan. Penurunan jumlah petal bunga membuka dikarenakan petal bunga mengalami kelayuan sehingga bunga akan terkulai, petal bunga mengkerut, dan petal bunga yang rontok. Petal bunga yang lebih banyak akan membuat bunga menjadi lebih indah, semakin kompak, dan petal saling menutupi. Hal ini akan membuat penguapan yang terjadi tidak begitu besar jika dibandingkan dari bunga dengan petal yang tidak saling menutupi karena petalnya sedikit.

Tingkat Kemekaran dan Kesegaran Bunga

Mutu bunga potong mawar, selain ditentukan dari panjang tangkai dan diameter bunga (Sutater dan Darliah, 1994), juga oleh daya tahan kesegaran dan kemekaran bunga selama penyimpanan. Tampilan bunga yang bagus dengan daya tahan kesegaran yang panjang sangat diharapkan oleh konsumen. Kesegaran bunga potong mawar sendiri hanya bertahan 2 - 4 hari pada peragaan di suhu ruang (Amiarsi, 2009). Kemekaran dan kesegaran bunga dapat dijadikan indikator bahwa jaringan tanaman masih melakukan aktivitas metabolism dan aktivitas itu berangsung-angsur menurun akibat terbatasnya suplai air dan cadangan makanan dalam jaringan tanaman. Terhambatnya penyerapan larutan menyebabkan bunga menjadi cepat layu karena kekurangan air (Durkini, 1979 dalam Suciati, 2002).

Bunga mawar termasuk sangat cepat dalam proses pemekarannya. Bunga yang terlalu cepat mekar akan menyebabkan masa penyimpanan bunga menjadi singkat. Pada 2 HSP sebagian besar bunga telah berada pada stadia mekar. Tingkat kemekaran bunga potong yang tinggi disebabkan tersedianya cadangan karbohidrat yang dibutuhkan cukup untuk proses respirasi. Energi hasil respirasi akan digunakan untuk proses kemekaran bunga. Tingkat kemekaran bunga dilihat dari perubahan membukanya petal bunga.

Tingkat kesegaran bunga dilihat dari ketegaran petal bunga selama masa penyimpanan. Tingkat kesegaran tertinggi bernilai 4 dengan kesegaran 75 – 100 %, sedangkan bunga dengan kesegaran terendah bernilai 1 dengan kesegaran 0 –

(14)

25 % untuk masing - masing bunga. Tingkat kesegaran 4 menunjukkan bunga dalam keadaan sangat segar dengan kondisi petal bunga yang tegar dan warna bunga merah. Pada tingkat kesegaran 1 bunga dalam keadaan yang sangat layu, petal menghitam, dan bunga terkulai.

Hasil uji Kruskal Wallis pada Tabel 14 menunjukkan semua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kemekaran dan kesegaran bunga pada 0 HSP sampai 9 HSP. Pada 10 HSP pemberian larutan pulsing dan penyemprotan chitosan memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kemekaran bunga. Berdasarkan Tabel 15 dapat terlihat bahwa perlakuan aquades + sukrosa 3% + BAP 5 ppm dengan penyemprotan chitosan 0.1 ppm mampu memberikan tingkat kemekaran bunga yang lebih baik dibandingkan perlakuan lain dengan tingkat kemekaran 3 dan peringkat tertinggi 79. Perlakuan aquades + sukrosa + asam salisilat 100 ppm dengan penyemprotan chitosan 1 ppm mampu memberikan tingkat kemekaran dan kesegaran yang lebih baik dibandingkan perlakuan lain. Pada perlakuan ini menunjukkan tingkat kemekaran 3 dan tingkat kesegaran 3. Perlakuan aquades + sukrosa dengan chitosan 0.1 ppm menunjukkan tingkat kemekaran dan tingkat kesegaran terendah dibandingkan perlakuan lain.

Bunga yang terlalu cepat mekar akan menyebabkan masa penyimpanan bunga menjadi singkat. Pada masa awal penyimpanan bunga potong diharapkan mempunyai tingkat kemekaran yang rendah dan tingkat kesegaran yang tinggi agar vase life bunga lebih lama. Pada saat akhir masa penyimpanan diharapkan tingkat kemekaran yang tinggi dengan tingkat kesegaran yang tinggi juga.

(15)

Tabel 14. Rata-rata tingkat kemekaran dan tingkat kesegaran bunga pada perendaman tangkai bunga mawar ‘grand gala’ dalam larutan pulsing selama 24 jam dan penyemprotan chitosan di cold storage

Perlakuan 0 HSP 2 HSP 4 HSP

Mekar Segar Mekar Segar Mekar Segar

Larutan Pulsing Chitosan S R S R S R S R S R S R

Aquades 0 ppm 1 51.8 4 50.5 3 64.6 4 50.5 4 55.4 4 51 0.1 ppm 2 65.4 4 50.5 3 64.6 4 50.5 4 62.6 4 51 0.5 ppm 1 32 4 50.5 2 17 4 50.5 3 33.9 4 51 1 ppm 2 61.7 4 50.5 3 44.2 4 50.5 4 55.4 4 51 Aquades + sukrosa 0 ppm 1 51.8 4 50.5 3 51 4 50.5 4 52.6 4 51 0.1 ppm 1 41.9 4 50.5 3 47.8 4 50.5 4 44.5 4 51 0.5 ppm 1 41.9 4 50.5 3 44.2 4 50.5 4 52.5 4 51 1 ppm 2 61.7 4 50.5 3 64.6 4 50.5 4 62.5 4 51

Aquades + sukrosa+ asam salisilat 100 ppm 0 ppm 1 51.8 4 50.5 4 71.4 4 50.5 4 62.6 4 51 0.1 ppm 2 61.7 4 50.5 3 51 4 50.5 4 48.3 4 51 0.5 ppm 1 41.9 4 50.5 3 37.4 4 50.5 4 38.3 4 51 1 ppm 1 41.9 4 50.5 2 37.4 4 50.5 3 35.4 4 51 35

Keterangan.: HSP= Hari Setelah Panen, H= nilai uji Kruskal Wallis, tn= P value> 0.05, * = P value< 0.05, S = Skor, R = Rank

(16)

   

Tabel 14. (Lanjutan) Rata-rata tingkat kemekaran dan tingkat kesegaran bunga pada perendaman tangkai bunga mawar ‘grand gala’ dalam larutan pulsing selama 24 jam dan penyemprotan chitosan di cold storage

Perlakuan 0 HSP 2 HSP 4 HSP

Mekar Segar Mekar Segar Mekar Segar

Larutan Pulsing Chitosan S R S R S R S R S R S R

Aquades + sukrosa+ BAP 5 ppm

0 ppm 1 41.9 4 50.5 2 37.4 4 50.5 4 48.3 4 51

0.1 ppm 1 51.8 4 50.5 4 64.6 4 50.5 4 41.1 4 51

0.5 ppm 2 61.7 4 50.5 2 30.6 4 50.5 3 38.2 4 51

1 ppm 1 41.9 4 50.5 3 57.8 4 50.5 4 52.6 4 41

Aquades + sukrosa+ asam salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm 0 ppm 1 51.8 4 50.5 2 44.2 4 50.5 3 48.1 4 51 0.1 ppm 2 61.7 4 50.5 3 64.6 4 50.5 4 62.6 4 51 0.5 ppm 1 41.9 4 50.5 3 57.8 4 50.5 4 62.5 4 51 1 ppm 1 51.8 4 50.5 3 57.8 4 50.5 4 52.6 4 51 H 10.21 0 22.8 0 10.31 0.56 P value 0.947tn 1 tn 0.27tn 1tn 0.945tn 1tn

Keterangan.: HSP= Hari Setelah Panen, H= nilai uji Kruskal Wallis, tn= P value> 0.05, * = P value< 0.05, S = Skor, R = Rank

 

(17)

Tabel 14. (Lanjutan) Rata-rata tingkat kemekaran dan tingkat kesegaran bunga pada perendaman tangkai bunga mawar ‘grand gala’ dalam larutan pulsing selama 24 jam dan penyemprotan chitosan di cold storage

Perlakuan 6 HSP 8 HSP 10 HSP

Mekar Segar Mekar Segar Mekar Segar

Larutan Pulsing Chitosan S R S R S R S R S R S R

Aquades 0 ppm 5 53.1 4 51.5 5 60.8 4 62.5 3 69 2 60.7 0.1 ppm 5 65.7 4 41.6 5 48.6 3 11.4 2 29.3 1 29.5 0.5 ppm 4 40.8 4 51.5 4 34.7 4 62.5 3 69 2 60.7 1 ppm 4 44.8 4 51.5 4 43.4 4 62.5 3 69 1 47.5 Aquades + sukrosa 0 ppm 5 53.1 4 51.5 4 39.9 4 50.5 2 35.4 1 47.5 0.1 ppm 5 46.8 4 51.5 5 43.7 4 43.1 1 26.2 1 38.5 0.5 ppm 5 48.8 4 51.5 5 45.1 3 23.7 2 35.4 1 38.5 1 ppm 5 57.4 4 51.5 5 52.1 4 52.8 2 46.5 2 60.7

Aquades + sukrosa+ asam salisilat 100 ppm

0 ppm 5 57.4 4 51.5 5 69.5 4 52.8 2 55.7 2 64.9

0.1 ppm 5 53.1 4 51.5 5 48.6 4 43.1 1 36.9 1 29.5

0.5 ppm 4 44.8 4 51.5 5 48.6 4 62.5 3 67.9 2 69.7

1 ppm 3 34.6 4 51.5 4 39.9 4 62.5 3 69.2 3 78.1

Keterangan.: H= nilai uji Kruskal Wallis, tn= P value> 0.05, * = P value< 0.05, S = Skor, R = Rank

 

(18)

Tabel 14. (Lanjutan) Rata-rata tingkat kemekaran dan tingkat kesegaran bunga pada perendaman tangkai bunga mawar ‘grand gala’ dalam larutan pulsing selama 24 jam dan penyemprotan chitosan di cold storage

Perlakuan 6 HSP 8 HSP 10 HSP

Mekar Segar Mekar Segar Mekar Segar

Larutan Pulsing Chitosan S R S R S R S R S R S R

Aquades + sukrosa+ BAP 5 ppm

0 ppm 4 40.8 4 51.5 4 43.4 4 62.5 3 47.6 1 38.5

0.1 ppm 5 53.1 4 51.5 4 43.4 4 62.5 3 79.9 1 47.5

0.5 ppm 4 43.2 4 51.5 5 56.2 4 43.1 3 52.2 1 47.5

1 ppm 5 59.8 4 41.4 5 55.9 4 50.5 1 42.8 1 47.5

Aquades + sukrosa+ asam salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm 0 ppm 4 44.8 4 51.5 5 48.6 4 43.1 2 46.1 1 47.5 0.1 ppm 5 74.0 4 51.5 5 69.5 4 43.1 1 20.1 1 47.5 0.5 ppm 4 49.1 4 51.5 5 60.8 4 62.5 3 64.2 2 69.7 1 ppm 4 44.8 4 51.5 5 57.3 4 52.8 3 47.6 2 56.5 H 9.71 1.07 10.46 21.91 32.54 22.95 P value 0.96tn 1 tn 0.941tn 0.289tn 0.027* 0.239tn

Keterangan.: HSP= Hari Setelah Panen, H= nilai uji Kruskal Wallis, tn= P value> 0.05, * = P value< 0.05, S = Skor, R = Rank

 

(19)

Vase Life

Vase life merupakan parameter utama penentuan komponen terbaik untuk bunga potong. Faktor penting dari penggunaan larutan pulsing adalah untuk memberikan masa kesegaran yang lebih lama. Vase life dihitung sejak bunga dipanen hingga menjadi layu. Kelayuan adalah terkulainya atau mengkerutnya jaringan akibat perubahan sifat elastis karena menurunnya tegangan turgor.

Tabel 15. Rata-rata vase life bunga pada perendaman tangkai mawar potong ‘grand gala’ dalam larutan pulsing selama 24 jam dan penyemprotan chitosan di cold storage

Larutan Pulsing

Chitosan (ppm)

Rataan 0 0.1 0.5 1 --- hari ---

Aquades 9.8Aa 8.6Bb 10.0Aa 10.0Aa 9.65b

Aquades + Sukrosa 3% 9.6Aa 9.6Aa 9.2Ab 9.4Aa 9.45b Aquades + Sukrosa 3% +

Asam Salisilat 100 ppm

10.4Aa 10.0Aa 10.2Aa 10.4Aa 10.25a Aquades + Sukrosa 3% + BAP

5 ppm

9.8Aa 10.0Aa 9.6Aab 9.0Aa 9.60b Aquades + Sukrosa 3% +

Asam Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm

9.4Ba 9.6ABa 10.2Aa 9.8ABa 9.75b

Rataan 9.80a 9.56a 9.88a 9.72a

Keterangan : Nilai pada baris dan kolom interaksi yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan Tabel 15, pemberiaan chitosan tidak memberikan pengaruh yang nyata, sedangkan komposisi larutan pulsing dan interaksi kedua perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap terhadap vase life mawar potong. Larutan pulsing dengan komposisi aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm mampu memberikan vase life terlama yaitu 10.25 hari.

Pada penyemprotan chitosan 0 dan 1 ppm, larutan pulsing dengan komposisi aquades + sukrosa + asam salisilat 100 ppm memberikan vase life bunga terlama yaitu 10.4 hari, namun komposisi larutan pulsing ini tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan lain. Larutan pulsing dengan komposisi aquades pada penyemprotan chitosan 0 ppm memberikan vase life bunga selama 9.8 hari dan pada penyemprotan chitosan 1 ppm selama 10 hari. Hal ini

(20)

menunjukkan bahwa perlakuan dengan aquades juga sudah cukup untuk mempertahankan vase life bunga selama penyimpanan.

Menurut Battacharjee dan De (2005) vase life mawar ‘Grand Gala’ yaitu 6 - 9 hari. Pada percobaan ini vase life yang singkat pada bunga mawar dikarenakan suhu cold storage yang selalu meningkat setiap hari dan etilen yang dihasilkan dari bunga yang telah layu dan mengalami kerusakan pada jaringannya.

Warna Bunga

Warna merupakan salah satu daya tarik yang terdapat pada bunga mawar sehingga perubahan warna merah menjadi kehitaman pada bunga dapat dijadikan sebagai kriteria dalam penyimpanan bunga. Parameter warna bunga diukur dengan menggunakan colour chart Royal Horticulture Society. Menurut pengukuran warna bunga, mawar varietas ‘Grand Gala’ berwana merah dengan kode warna RHS 45 A. Bunga mawar semakin lama akan mengalami perubahan warna. Warna bunga dalam kondisi segar berwarna merah. Ketika bunga mulai layu beberapa bunga menunjukkan perubahan warna menjadi keunguan dan lama kelamaan bunga akan menjadi merah tua kemudian bunga akan menghitam dan layu. Proses hilangnya warna merupakan gejala umum kebanyakan senesens beberapa bunga potong.

(a) (b) (c)

(21)

(d) (e)

Gambar 6. Colour chart Royal Horticulture Society (a), Indikator Warna : Red (b), Purple (c), Dark Purple Red (d), dan Dark Purple Brown (e) Berdasarkan Tabel 16, pada 0 HSP sampai 6 HSP warna bunga berwarna merah RHS 45 A. Perubahan warna mulai terjadi pada 7 HSP, pada perlakuan aquades dan aquades + sukrosa 3% pada perlakuan ini bunga berubah warna menjadi ungu. Pada 9 HSP, perubahan warna petal bunga terdiri dari empat warna yaitu merah RHS 45A, dark purple brown 59A, dark purple red 53B, dan ungu 58A. Perlakuan aquades memberikan perubahan warna yang paling banyak dibandingkan perlakuan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan aquades tidak mampu menghambat proses perubahan warna yang terjadi pada bunga. Perlakuan aquades + sukrosa 3% + BAP 5 ppm mampu mempertahankan warna merah dengan persentase tertinggi yaitu sebesar 80 %.

Pada 10 HSP, perlakuan aquades + sukrosa 3% + BAP 5 ppm merupakan perlakuan terbaik dalam menghambat proses perubahan warna. Pada perlakuan ini, warna merah berubah menjadi dark purple red sebesar 65%. Warna ini lebih mendekati warna merah daripada dark purple brown yang cenderung berwarna lebih gelap. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan ini mampu menghambat proses perubahan warna bunga dibandingkan perlakuan yang lain.

(22)

Tabel 16. Warna petal bunga pada perendaman tangkai mawar potong ‘grand gala’ dalam larutan pulsing selama 24 jam di cold storage

Perlakuan Warna Petal Bunga (%)

R DPB DPR P YB Mati --- 0-6 HSP ---

Aquades 100 0 0 0 0 0

Aquades + Sukrosa 3% 100 0 0 0 0 0

Aquades + Sukrosa 3% + Asam

Salisilat 100 ppm 100 0 0 0 0 0

Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5

ppm 100 0 0 0 0 0

Aquades + Sukrosa 3% + Asam

Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm 100 0 0 0 0 0 --- 7 HSP ---

Aquades 95 0 0 5 0 0

Aquades + Sukrosa 3% 95 0 0 5 0 0

Aquades + Sukrosa 3% + Asam

Salisilat 100 ppm 100 0 0 0 0 0

Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5

ppm 100 0 0 0 0 0

Aquades + Sukrosa 3% + Asam

Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm 100 0 0 0 0 0 --- 8 HSP ---

Aquades 85 0 0 15 0 0

Aquades + Sukrosa 3% 95 0 0 5 0 0

Aquades + Sukrosa 3% + Asam

Salisilat 100 ppm 100 0 0 0 0 0

Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5

ppm 100 0 0 0 0 0

Aquades + Sukrosa 3% + Asam

Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm 100 0 0 0 0 0 --- 9 HSP ---

Aquades 35 45 5 15 0 0

Aquades + Sukrosa 3% 40 55 0 5 0 0

Aquades + Sukrosa 3% + Asam

Salisilat 100 ppm 75 20 0 5 0 0

Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5

ppm 80 10 10 0 0 0

Aquades + Sukrosa 3% + Asam

Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm 45 20 30 5 0 0 Keterangan: HSP= Hari Setelah Perlakuan, R= Red, DPB= Dark Purple Brown, DPR= Dark

(23)

Tabel 16. (Lanjutan) Warna petal bunga pada perendaman tangkai mawar potong ‘grand gala’ dalam larutan pulsing selama 24 jam di cold storage

Perlakuan Warna Petal Bunga (%)

R DPB DPR P YB Mati --- 10 HSP ---

Aquades 0 65 25 5 5 0

Aquades + Sukrosa 3% 0 65 25 5 5 0

Aquades + Sukrosa 3% + Asam

Salisilat 100 ppm 0 40 60 0 0 0

Aquades + Sukrosa 3% + BAP 5

ppm 0 35 65 0 0 0

Aquades + Sukrosa 3% + Asam

Salisilat 100 ppm + BAP 5 ppm 0 40 50 5 0 5 Keterangan: HSP= Hari Setelah Perlakuan, R= Red, DPB= Dark Purple Brown, DPR= Dark

Purple Red, YB= Yellow Brown, Mati= tidak ada petal bunga

Tabel. 17. Warna petal bunga mawar ‘grand gala’ pada penyemprotan chitosan di cold storage

Keterangan: HSP= Hari Setelah Perlakuan, R= Red, DPB= Dark Purple Brown, DPR= Dark Purple Red, YB= Yellow Brown, Mati= tidak ada petal bunga

Perlakuan Warna Petal Bunga (%)

R DPB DPR P YB Mati Chitosan --- 0 - 6 HSP ---0 ppm 100 0 0 0 0 0 0.1ppm 100 0 0 0 0 0 0.5 ppm 100 0 0 0 0 0 1 ppm 100 0 0 0 0 0 --- 7 HSP --- 0 ppm 96 0 0 4 0 0 0.1ppm 96 0 0 4 0 0 0.5 ppm 100 0 0 0 0 0 1 ppm 100 0 0 0 0 0 --- 8 HSP --- 0 ppm 88 0 0 12 0 0 0.1ppm 96 0 0 4 0 0 0.5 ppm 100 0 0 0 0 0 1 ppm 100 0 0 0 0 0 --- 9 HSP --- 0 ppm 48 24 16 12 0 0 0.1ppm 60 32 0 8 0 0 0.5 ppm 44 36 16 4 0 0 1 ppm 68 28 4 0 0 0

(24)

Tabel. 17. (Lanjutan) Warna petal bunga mawar ‘grand gala’ pada penyemprotan chitosan di cold storage

Keterangan: HSP= Hari Setelah Perlakuan, R= Red, DPB= Dark Purple Brown, DPR= Dark Purple Red, YB= Yellow Brown, Mati= tidak ada petal bunga

Berdasarkan Tabel 17, pada 0 HSP sampai 6 HSP warna bunga berwarna merah RHS 45 A. Perubahan warna mulai terjadi pada 7 HSP, pada perlakuan chitosan 0 ppm dan 0.1 ppm pada perlakuan ini bunga berubah warna menjadi ungu. Pada 9 HSP, perlakuan chitosan 0 ppm memberikan perubahan warna yang paling banyak dibandingkan perlakuan yang lain. Perlakuan chitosan 1 ppm mampu mempertahankan warna merah dengan persentase tertinggi yaitu sebesar 68 %. Pada 10 HSP, perlakuan chitosan 0.1 ppm dan 1 ppm memberikan persentase warna dark purple red yang tertinggi yaitu 52 %. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan ini mampu menghambat proses perubahan warna bunga dibandingkan perlakuan yang lain

Pembahasan

Kualitas bunga potong bergantung pada penampilan dan daya tahan kesegaran. Bunga potong akan tetap mengalami proses metabolisme. Proses metabolisme ini akan menyebabkan beberapa perubahan pada kondisi bunga tersebut. Perubahan yang dialami bunga potong antara lain perubahan struktur, perubahan komposisi biokimia, perubahan metabolisme, dan perubahan pigmen. Pemberian larutan penyegar (pulsing dan holding) dimaksudkan untuk memenuhi energi bunga selama penyimpanan dan penggunaan chitosan untuk mengurangi transpirasi yang terjadi pada bunga selama penyimpanan.

Pada percobaan 1, penyemprotan chitosan 0 ppm menunjukkan volume penyerapan larutan yang lebih banyak dibandingkan perlakuan lain yaitu 40 ml. Hal ini menunjukkan bahwa air terus diserap oleh tangkai bunga, namun cepat

Perlakuan Warna Petal Bunga (%)

R DPB DPR P YB Mati Chitosan ---10 HSP --- 0 ppm 100 0 0 0 0 0 0.1ppm 100 0 0 0 0 0 0.5 ppm 100 0 0 0 0 0 1 ppm 100 0 0 0 0 0

(25)

hilang dikarenakan transpirasi. Pada percobaan 2, larutan pulsing aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm menunjukkan volume penyerapan larutan pulsing dan larutan yang lebih banyak dibandingkan perlakuan lain yaitu sebanyak 8.33 ml dan 41.67 ml. Pada percobaan 3 larutan pulsing dengan komposisi aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm mampu diserap lebih banyak oleh tangkai bunga dibandingkan perlakuan yang lain yaitu 11 ml. Hal ini dikarenakan pH larutan pulsing yang bersifat asam sehingga mudah diserap oleh tangkai bunga. Pada percobaan 3, larutan holding yang banyak diserap oleh tangkai bunga terdapat pada perlakuan aquades + sukrosa 3% + BAP 5 ppm yaitu 25.25 ml.

Penyerapan air berhubungan dengan proses metabolisme yang terjadi pada bunga potong yaitu proses transpirasi dan respirasi. Bunga potong memerlukan banyak air untuk mempertahankan kesegarannya. Hal ini dikarenakan air akan hilang akibat proses metabolisme. Air berperan dalam menjaga tekanan turgor pada sel jaringan. Semakin tinggi tingkat penyerapan air, maka kesegaran bunga akan semakin lama. Tingginya penyerapan air juga dapat disebabkan oleh penggunaan suhu ruang selama penyimpanan. Suhu yang tinggi menyebabkan tingkat transpirasi dan metabolisme bunga potong menjadi tinggi pula.

Pada kebanyakan bunga atau tanaman hias potong terdapat dua stadia fisiologi yang berbeda. Stadia pertama adalah pertumbuhan dan perkembangan kuncup bunga sampai stadia mekar penuh. Stadia kedua adalah kematangan, senesens, dan kemudian kelayuan (Nowak dan Rudnicki, 1990). Selama masa penyimpanan diameter bunga, jumlah petal membuka, dan kemekaran bunga akan meningkat setiap hari nya sampai mekar sempurna kemudian akan menurun pada akhir masa penyimpanan.

Penurunan diameter bunga dan jumlah petal bunga dikarenakan bunga mengalami kelayuan sehingga bunga akan terkulai, bunga mengkerut, dan petal bunga yang rontok. Penurunan tingkat kesegaran selama penyimpanan dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti suhu ruang yang relatif tinggi dan tingkat penyerapan air yang mulai berkurang. Pada percobaan 3 suhu cold storage sejak awal penyimpanan berkisar antara 15 – 26 oC.

(26)

Dari percobaan 1, 2, dan 3 terlihat bahwa cold storage mampu meningkatkan vase life bunga mawar. Pada penyimpanan di suhu ruang hanya mampu mempertahankan kesegaran bunga selama 7 hari, pada penyimpanan di cold storage (13 - 15 oC) mampu mempertahankan kesegaran bunga selama 17 hari, dan pada penyimpanan di suhu 15 – 25 oC hanya mampu mempertahankan kesegaran bunga selama 10 hari. Pada percobaan 3, vase life bunga termasuk singkat karena cold storage mengalami peningkatan suhu setiap harinya. Penyimpanan di dalam cool storage dapat menghambat proses respirasi dan transpirasi, sehingga daya tahan kesegaran bunga dapat lebih lama. Amiarsi dan Tejasawarna (2011) mengemukakan bahwa penyimpanan mawar pergiwati di suhu 5 – 10 oC dengan komposisi sukrosa 2.5% + asam benzoat 100 ppm mempunyai vase life selama 28 hari.

Suhu lingkungan berhubungan langsung dengan laju respirasi bunga potong. Suhu rendah dapat menekan laju respirasi, sehingga kerusakan bunga dapat ditunda. Suhu tinggi membuat laju respirasi meningkat, sehingga kandungan karbohidrat pada tangkai dan daun cepat berkurang. Pada percobaan 3 saat awal suhu cold storage sebesar 15 oC, saat 8 HSP suhu di cold storage 21oC, dan pada 10 HSP suhunya 25 oC. Peningkatan suhu ini dikarenakan freon cold storage yang mulai habis, cold storage diatur pada suhu 10 – 13 oC . Hal ini menyebabkan laju respirasi meningkat, sehingga kandungan karbohidrat pada tangkai dan daun cepat berkurang dan menyebabkan bunga menjadi layu. Ichimura (1999) dalam Bhattacharjee dan De (2005) mengemukakan bahwa suhu tinggi (25 0C) mempercepat pembukaan mahkota bunga dan mempersingkat vase life pada mawar ‘Sonia’.

Intensitas transpirasi juga dipengaruhi oleh suhu, kelembaban udara, dan pergerakan air. Suhu yang tinggi akan menyebabkan tranpirasi yang tinggi. Kelembaban udara yang optimal untuk bunga potong yaitu 90 – 95%, kelembaban udara yang rendah (70 – 80%) akan menyebabkan kehilangan air dan kelayuan pada bunga (Bhattarchajee dan De, 2005). Aplikasi penyemprotan chitosan pada penelitian ini bertujuan untuk mengurangi tranpirasi yang terjadi selama penyimpanan pada mawar potong.

(27)

Chitosan termasuk salah satu jenis polisakarida yang dapat bersifat sebagai pengahalang (barrier) yang baik karena pelapis polisakarida dapat membentuk matrik yang kuat dan kompak (Grenner dan Fennema dalam Holipah, Wijayanti, dan Saputra, 2010). Secara umum, pelapis yang tersusun dari polisakarida dan turunannya hanya sedikit menahan penguapan air tetapi efektif untuk mengontrol difusi dari berbagai gas, seperti CO2 dan O2 (Nisperoscarriendo dalam Holipah, Wijayanti, dan Saputra, 2010).

Pada percobaan 1, konsentrasi aplikasi chitosan memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter bunga dan vase life mawar potong selama masa penyimpanan. Penyemprotan chitosan 1 ppm mampu memberikan vase life bunga selama 7.6 hari. Hal ini menunjukkan bahwa chitosan mampu menekan kehilangan air pada permukaan tanaman. Pada percobaan 3, aplikasi chitosan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter bunga, jumlah petal membuka, dan vase life mawar potong pada percobaan 3. Penyemprotan chitosan 0 ppm yang tidak berbeda nyata terhadap pemberian chitosan dengan konsentrasi chitosan 0.1 ppm, 0.5 ppm, dan 1 ppm menunjukkan bahwa chitosan tidak memberikan pengaruh dalam mengurangi proses transpirasi yang terjadi pada bunga potong selama penyimpanan.

Etilen yang dihasilkan dari bunga yang telah layu akan mempercepat proses senesens pada bunga. Pada mawar potong, produksi etilen rendah saat fase bunga kuncup, kemudian meningkat saat petal membuka dan mekar maksimum sebelum bunga mengalami penurunan (Woodson et.al, 1985 dalam Bhattacharjee dan De (2005). Penyimpanan bunga pada lingkungan yang kaya akan etilen akan meningkatkan produksi etilen secara autokatalitik. Hal ini terkait dengan permeabilitas tonoplas (membran yang memisahkan vakuola dari sitoplasma). Peningkatan permeabilitas tonoplas akan memicu translokasi prekursor etilen dari vakuola ke sitoplasma. Autokatalitik akan meningkat sejalan dengan senesens pada jaringan. Substrat untuk memproduksi etilen pada jaringan tanaman adalah S-adenosyl-methionin (SAM). SAM kemudian diubah secara enzimatis menjadi 1-aminocyclopropane-1-carboxylic acid (ACC), kemudian etilen dilepas oleh ethylene-forming enzyme (EFE) (Nowak dan Rudnicki, 1990).

(28)

Halevy & Mayak (1981) mengemukakan bahwa kesegaran bunga potong setiap jenis tanaman memerlukan komposisi larutan perendam yang berbeda. Pada percobaan 2, larutan pulsing dengan komposisi aquades + sukrosa + BAP 5 ppm mampu memberikan vase life bunga terlama yaitu 18 hari. Pada percobaan 3, komposisi larutan pulsing memberikan pengaruh yang nyata terhadap volume larutan pulsing terserap dan vase life mawar potong, tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter bunga dan jumlah petal membuka. Menurut Bhattacharjee dan De (2005) vase life mawar ‘Grand Gala’ yaitu 6- 9 hari. Vase life yang singkat pada bunga mawar disebabkan oleh stress air dan kehilangan gula selama vase life nya. Menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (2007) tanpa pemberian larutan penyegar mawar potong hanya bertahan selama 6 hari pada penyimpanan suhu ruang.

Pada percobaan 3 pemberian larutan pulsing belum mampu untuk meningkatkan vase life pada mawar potong. Pemberian larutan pulsing dengan aquades memberikan vase life yang hampir sama dengan perlakuan pulsing lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa larutan pulsing dengan komposisi aquades sudah cukup untuk mempertahankan kesegaran bunga selama 10 hari. Dilihat dari tingkat kemekaran,tingkat kesegaran, dan warna bunga perlakuan pulsing dengan komposisi aquades + sukrosa 3% + asam salisilat 100 ppm dan aquades + sukrosa 3% + BAP 5 ppm mampu mempertahankan kualitas yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya.

Pemberian karbohidrat melalui larutan perendam merupakan hal yang penting dalam penyimpanan bunga potong. Sumber karbohidrat yang biasa digunakan adalah sukrosa. Sukrosa yang diberikan akan diangkut melalui xylem yang terdapat pada batang tanaman. Kemudian dari xylem diteruskan dengan gaya potensial menuju ruang antarsel melalui dinding sel tangkai bunga (Salisbury, 1995 dalam Ramadiana, 2008)

Asam salisilat dan sukrosa mampu meningkatkan stabilitas membran dengan menurunkan malondialdehid, aktivitas ACC oksidase dan penurunan populasi bakteri pada larutan perendam pada carnation. Asam salisilat dan sukrosa terbukti efektif dalam menunda senesens pada petal dan layunya bunga pada carnation sehingga mampu meningkatkan vase life bunga (Kazemi et al., 2011).

(29)

Aplikasi dengan menggunakan sitokinin (BAP) dapat mengurangi kerusakan akibat stress air, mampu meningkatkan penyerapan air, mengurangi laju respirasi, menghambat produksi etilen dan mengurangi sensitivitas terhadap etilen (Wawrzynczak and Goszczynska, 2003).

Penurunan masa kesegaran bunga juga dapat disebabkan oleh penyumbatan pembuluh pada batang. Penyumbatan ini dapat berakibat bunga menjadi cepat layu. Kerusakan pada pembuluh batang dapat disebabkan oleh metabolisme mikroba dan efek dari produksi etilen pada bagian batang yang terluka (Zagory dan Reid, 1986). Hal ini dapat dilihat pada larutan holding yang berubah warna menjadi agak kekuningan dan terdapat lendir pada tangkai bunga.

Bunga mawar mempunyai tiga pigmen utama yaitu antosianidin, peonin, dan pelargonidin. Sianidin terdapat pada bunga yang berwarna merah (De Vries et al,. 1974 dalam Darliah et al., 2004). Proses respirasi ini akan menyebabkan pigmen - pigmen pada bunga mengalami perombakan. Peningkatan laju respirasi menyebabkan kandungan karbohidrat pada tangkai dan daun cepat berkurang. Kehilangan kandungan gula akan diikuti pengurangan kandungan lemak dan protein pada jaringan. Pemecahan protein akan menimbulkan amonia yang menyebabkan bluing pada petal mawar merah (Bhattacharjee dan De, 2005). Petal bunga yang menghitam dikarenakan oksidasi flavonoid, leucoantosianin, senyawa fenol lainnya, dan akumulasi tannin. Blackening pada mawar ‘Baccara’ berkaitan dengan peningkatan antosianin pada suhu rendah dan akumulasi produk oksidasi poliphenol (Bhattacharjee dan De, 2005). Hal ini yang menyebkan perubahan warna bunga dari merah menjadi ungu kemudian menghitam selama masa penyimpanan.

Gambar

Gambar 5. Kerusakan petal bunga pada 0 HSP (a), kerusakan petal bunga pada 6  HSP (b), petal bunga berwarna merah normal (c),  dan petal bunga  berwarna merah keunguan (d)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil akhir dari kegiatan ini adalah permainan lingkaran aksi untuk meningkatkan pemahaman perilaku asertif pada siswa SMP, yang berupa seperangkat permainan yang terdiri

Dar i hasil kajian ini menunjukkan bahw a pember ian jer ami padi baik dalam bentuk setengah melapuk maupun dalam bentuk kompos jer ami yang telah matang

Respon siswa memilih jawaban usaha positif dilakukan oleh gas pada lingkungan, alasan yang dikemukakan siswa adalah piston mengalami kenaikan suhu sehingga

Salah satu cara untuk menurunkan kadar lemak yaitu dengan memanfaatkan ekstrak bawang putih yang disuntikkan pada kuning telur, karena bawang putih mengandung

39 Pada Perancangan rangkaian keypad sebagaimana Gambar 3.10 menggunakan metode scanning baris yang dilakukan oleh perangkat lunak, dimana pada proses tersebut

(2) Ke- giatan Inti, meliputi: (a) Guru menjelaskan materi tentang alat indra dan fungsinya; (b) Siswa memperhatikan penjelasan dari guru pengajar; (c)

Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran serta perkembangan kemampuan berpikir sebagaimana dijelaskan diatas, proses pembelajaran dapat ditempuh melalui pendekatan saintifik

Berangkat dari beberapa kesenjangan secara praktis dan teoritis disiplin keilmuan manajemen proyek SI, kerangka kerja teoritis dan saling terkait ini diharapkan menjadi