• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PEMBIBITAN KAYU MERAH (Pterocarpus indicus Willd) The Propagation Technique of Kayu Merah (Pterocarpus indicus Willd) I.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK PEMBIBITAN KAYU MERAH (Pterocarpus indicus Willd) The Propagation Technique of Kayu Merah (Pterocarpus indicus Willd) I."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Suwandi dan Alin Maryanti

Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Jl. Palagan Tentara Pelajar Km 15, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta

email: suwandi@rocketmail.com

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kayu Merah, Angsana atau sonokembang (Pterocarpus indicus Willd) adalah sejenis pohon penghasil kayu berkualitas tinggi dari suku Fabaceae (Leguminosae, polong-polongan). Kayunya keras, kemerah-merahan, dan cukup berat, yang dalam perdagangan dikelompokkan sebagai narra atau rosewood (Wikipedia, 2014).

Kayu secara tradisional tumbuhan multiguna yang menghasilkan kayu dan bahan obat serta berpotensi dalam kegiatan rehabilitasi lahan karena mengikat nitrogen, cepat tumbuh dan mudah diperbanyak baik dengan benih maupun stek. Penyebaran alami di Asia Tenggara– Pasifik, mulai Birma Selatan menuju Asia Tenggara sampai Filipina dan kepulauan Pasifik. Dibudidayakan luas di daerah tropis. Sebaran pohon yang luas ditemukan di hutan primer dan beberapa hutan sekunder dataran rendah (Anonim, 2011).

Sebaran tumbuh secara alami di Indonesia berada di seluruh Jawa dan Sulawesi, Maluku, Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Irian Jaya Papua. Tumbuh pada ketinggian 600 m dpl. Tetapi masih bisa hidup pada ketinggian 1.300 m dpl, Tumbuh pada berbagai jenis tanah kecuali pada tanah liat yang berat, kadang-kadang tumbuh pada tanah agak berpasir dan tergenang air seperti pada tanah gambut. Dengan curah hujan rata-rata tahunan 1300-4000 mm, pada suhu panas rata-rata maksimum tiap bulan 29-30 0C sedangkan suhu rata-rata minimum tiap bulan 18-24 0C dan masih bisa bertahan dengan musim kering 4-6 bulan pertahun (Putri dan Suita, 2005; Thomson, 2006).

Nama lokal dari kayu merah disetiap daerah di Indonesia berbeda-beda diantaranya: Asan, Athan (Aceh); Sena (Gayo); Sena, Hasona, Sona (Batak); Kayu merah (Timor); Asana, Sana kapur, Sana kembang (Minangkabau), Sana kembang (Madura); Kenaha (Solor); Aha, Naga, Aga, Naakir (Sulawesi Utara); Tonala (Gorontalo); Candana (Bugis); Lana (Buru) (Anonim, 2013). Tinggi pohon 10-40 m, panjang batang bebas cabang 2-16 m, diameter sampai 150 cm, tajuk lebar, bulat dan lebat, berbanir yang tingginya sampai 3 m. Kulit luar berwarna kelabu atau kelabu-coklat, mengelupas besar-besar, bergetah merah seperti darah, kelas awet II (I-II) sedangkan kelas kuat juga masih dalam kategori II (I-II) berat kering udara

(2)

rata-rata 0,65 gram (Anonim, 2014). Kayu merah pada dasarnya bisa diperbanyak dengan dua cara yaitu cara generatif (biji) dan Vegetatif (Stek) tetapi pembahasan pada tulisan ini hanya teknik perbanyakan secara generatif saja.

B. Dasar Pertimbangan Penulisan

Penulisan tentang Teknik Pembibitan Kayu Merah ini didasari dari keinginan penulis menginformasikan kepada para pembaca tentang pembibitan kayu merah, secara generatif.

II. TEKNIS PEMBIBITAN A. Pengertian benih

Ada beberapa istilah penting yang perlu dimengerti dalam perbenihan tanaman pohon. Beberapa istilah tersebut mungkin agak sulit dipahami, tetapi harus dimengerti untuk membantu memahami tentang perbenihan tanaman hutan.

1. Benih adalah bagian tanaman yang digunakan untuk perbanyakan atau perkembangbiakan, baik berupa biji ataupun bagian tanaman lainnya.

2. Biji adalah hasil pembuahan pada tanaman berbunga. Bibit adalah tumbuhan muda calon pohon yang dihasilkan dari benih.

3. Sumber benih adalah suatu pohon atau hutan, baik yang tumbuh secara alami (hutan alam) ataupun yang ditanam (hutan tanaman), yang dikumpulkan benihnya.

4. Genotip adalah potensi tampilan pohon yang ditentukan oleh susunan gen yang terdapat pada pohon. Faktor genotip inilah yang akan diturunkan oleh pohon kepada turunannya. Pohon dengan genotip yang baik akan menghasilkan keturunan yang baik.

5. Fenotip adalah tampilan pohon seperti yang kita lihat. Fenotip ditentukan oleh faktor genotip dan lingkungan.

6. Pohon plus (pohon terpilih) adalah pohon yang berpenampilan baik (fenotip baik) yang dipilih untuk produksi benih (Mulawarman et al., 2002).

B. Alat dan Bahan 1. Alat

Peralatan yang digunakan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pembibitan kayu merah ini yaitu;

1. Parang, Cangkul dan skop

2. Gunting kain, gunting stek, Cutter dan mistar/penggaris 3. Boks plastik, karung plastik, polybag dan kresek

(3)

2. Bahan

Bahan yang diperlukan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan pembibitan kayu merah ini yaitu;

1. Tanah subur 2. Kompos 3. NPK Mutiara

4. Fungisida dan insectisida C. Sumber benih

(4)

Pohon atau tegakan yang digunakan sebagai tempat pengumpulan benih disebut sumber benih. Benih kayu merah yang digunakan untuk pembibitan yang di lakukan pada kegiatan perbanyakan tanaman kayu merah berasal dari tegakan benih yang ada di Timor Tengah Selatan, NTT. Sebelumnya telah di identifikasi bahwa pohon tersebut sudah memenuhi kreteria seperti; penampil pohon/fenotip sehat dan lurus serta tumbuh di lingkungan yang baik, tidak terkena penyakit, dan jarak antar pohon yang satu dengan pohon yang lain tidak berdekatan minimal 100 m. Untuk menghindari kawin kerabat, untuk diambil buahnya (Mulawarman et al., 2002).

D. Pengumpulan Benih

Buah diunduh dari pohon, tidak dianjurkan pemungutan buah yang telah jatuh karena seringkali telah terserang hama (ulat). Buah (polong) yang masak berwarna coklat atau minimal sayapnya telah berwarna coklat. Buah berukuran 4-6 cm, dalam satu buah terdapat 1- 3 biji yang berbentuk pipih berukuran 0,5-1 cm, musim buah umumnya bulan Maret-April (Putri dan Suita, 2005).

(5)

E. Ekstraksi Benih

Ekstraksi benih dilakukan dengan cara menggunting kulit buah pada setiap sisi buah, ekstraksi yang kita lakukan hanya sebatas menggunting kulit buah tidak sampai biji dikeluarkan dari kulit, dengan syarat jangan sampai biji yang didalam kulit tergunting jika sampai tergunting biji tersebut tidak bisa tumbuh. Akan tetapi ada juga yang melakukan ekstraksi buah dengan cara memotong buah dan mengeluarkan biji/benihnya. Jumlah benih 19.762-21.736 butir per kg. Benih yang baik ditandai dengan warnanya yang coklat kemerah-merahan (Putri dan Suita, 2005).

Gambar 3. Biji buah kayu merah yang telah dikeluarkan dari kulitnya (foto: Alin, M)

F. Penyimpanan Benih

Benih dikeringanginkan pada suhu kamar atau di tempat yang teduh (hingga kadar air mencapai 4-7%). Benih yang akan disimpan kemudian di masukkan ke dalam wadah simpan berupa kantong plastik atau kaleng kedap udara dan diletakkan dalam refrigerator dengan suhu 4°C (Putri dan Suita, 2005).

G. Penyemaian dan Perkecambahan Benih

Benih kayu merah yang sudah digunting kulitnya disetiap sudut, terlebih dahulu direndam dalam air ±30 menit, setelah itu dapat langsung dikecambahkan ke dalam polybag dengan ukuran 10x15 cm yang telah diisi tanah dicampur kompos (1:1). Benih yang dikecambahkan dalam polybag dilakukan penyapihan setelah mempunyai 3 daun. Biji tumbuh dalam satu polybag 3-4 tanaman sekaligus, karena biji tidak dipisahkan dari kulitnya Maka harus disapih lagi, tujuannya adalah untuk memberi ruang tumbuh pada bibit yang baru tumbuh.

(6)

Gambar 4. Buah kayu merah yang direndam dengan air (foto: Alin, M)

Gambar 5. Buah kayu merah yang telah berkecambah(foto: Alin, M)

H. Pemeliharaan dan Perawatan Bibit

Pemeliharaan bibit kayu merah dipersemaian tergolong mudah, kegiatan utamanya adalah penyiraman, penyiangan, pemupukan dan mengendalikan hama penyakit. Penyiraman dilakukan sehari dua kali, pagi dan sore hari. Menurut Hadiyan dan Setiawan (2010), pagi hari adalah waktu yang terbaik untuk pelaksanaan penyiraman agar air dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk fotosintesis.

(7)

Penyiangan berupa mencabut gulma yang tumbuh di dalam polybag. penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Akan tetapi frekuensi penyiangan tergantung pada pertumbuhan gulma jika tumbuhnya lebih cepat maka frekuensi penyiangan juga bertambah. Pengendalian hama pada bibit kayu merah tidak begitu sulit cukup dengan penyemprotan insektisida seminggu sekali, hal itu jika terlihat ada hama yang memakan daun bibit kayu merah.

Bibit yang sudah disapih tidak semuanya hidup maka dari itu perlu dilakukan penyulaman terhadap bibit-bibit yang mati setelah disapih beberapa hari kemudian. Bibit yang perlu disulam tersebut bibit yang menunjukkan gejala-gejala kurang sehat seperti pertumbuhannya kerdil, daun mengering dan dimakan hama (bekicot) sehingga tidak bisa hidup. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyulaman yaitu kondisi fisik bibit pengganti diusahakan lebih besar, sehat, subur atau sama besar dengan bibit yang sudah ditanam sebelumnya. Tujuannya yaitu supaya bibit pengganti tidak membutuhkan waktu lama untuk menyamai pertumbuhan bibit sebelumnya.

Pemberian pupuk NPK (5 g/1 liter air) dilakukan setelah bibit berumur 3 minggu, setiap 2 minggu sebanyak 1 kali sampai bibit berumur 7 minggu. Bibit kayu merah siap ditanam di lapangan pada umur 4 bulan atau tinggi bibit sudah mencapai 25-30 cm. Pemberian pupuk NPK dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan bibit supaya lebih cepat tumbuh dari biasanya (Zanzibar, 2011).

III. KESIMPULAN

Kayu merah merupakan tanaman jenis lambat tumbuh (slow growing). Teknik pembibitannya sudah dikuasai dengan cara menggunting kulit buah di empat sudut buah untuk mengeluarkan biji supaya bisa tumbuh. Serta menyemaikan biji pada polybag, disapih setelah mempunyai 3 daun.

Biji tumbuh dalam satu polybag 3-4 tanaman sekaligus, karena biji tidak dipisahkan dari kulitnya Maka harus disapih lagi, untuk memberi ruang tumbuh pada bibit yang baru tumbuh tersebut.

Untuk mendapatkan buahnya dengan cara eksplorasi ke daerah sebaran alaminya yaitu di NTT tepatnya di Timor Tengah Selatan. Kayu ini merupakan kayu endemik daerah NTT.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih kepada Dr. Ir. Rina Laksmi Hendrati. MP. Sebagai penanggung jawab kegiatan penelitian populasi pemuliaan spesies adaptif pada kondisi ekstrim untuk antisipasi perubahan iklim, Dedi Setiadi, SP, MSc. dan Henri Supriyanto Peneliti dan Teknisi satu tim dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Linggua (Pterocarpus indicus Willd). Kementerian Kehutanan RI. Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS Dan Perhutanan Sosial. Balai Perbenihan Tanaman Hutan Maluku Dan Papua. Ambon

Anonim, 2013. Angsana atau sonokembang (Jawa). http://tipscarabuat.blogspot.com/2013/06/ khasiat-tanaman-daun-angsana-sebagai.html, diakses tanggal 13 Maret 2014.

Anonim, 2014. Identifikasi Kayu Indonesia. http//www.indonesianforest.com/Kayu/ Sonokembang.htm, diakses tanggal 13 Maret 2014.

Hadiyan, Y. dan Setiawan, A. 2010. Teknik sederhana menyemai benih Suren (Toona sinensis). Informasi Teknis Vol. 8 No. 1, Juli 2010. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.

Mulawarman , Roshetko, J., Sasongko, S.M, dan Irianto, J. 2002. Pengelolaan Benih Pohon. International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) dan Winrock International. Bogor, Indonesia.

Putri, K. P. dan Suita, E. 2005. Angsana (Pterocarpus indicus Willd). Dalam: Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia Jilid V. Publikasi khusus Vol. 4 No. 2 Agustus 2005 Cetak Ulang dan Revisi Desember 2009. Dede Rohadi dkk. (eds.), Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Bogor. Bogor.

Thomson, L. A. J. 2006. Pterocarpus indicus Willd (Narra). Ver. 2. I. Dalam: Elevitch, C. R. (ed). Species Profiles for pacific Island Agroforestry. Permanent Agriculture Resources (PAR) Holualoa. Hawai. Diakses melalui http://agroforestry.net/tti/Pterocarpus-narra. pdf pada tanggal 13 Maret 2014

Wikipedia, 2014. Angsana. http://id.wikipedia.org/wiki/Angsana diakses tgl 13 Maret 2014 jam 2.38 WIB hari Kamis

Zanzibar, M. 2011. Kepuh (Sterculia foetida Linn). Dalam: Atlas Benih Tanaman Hutan

Indonesia Jilid II. Publikasi Khusus Vol. 5 No. 1, November 2011. Burhaman dkk. (eds.), Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Balai Penelitian Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Bogor. Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan peningkatan protein pada level 20, 30 dan 40% dibandingkan dengan tanpa fermentasi dan level 10%

Kreativitas dari pengelola dan penyedia modal untuk menerapkan dan mengimplementasikan salah satu instrumen ekonomi syariah yang berupa qardh dengan tanpa bunga dan tanpa jaminan,

Penelitian dilakukan dengan menambahkan bahan yaitu zat aditif Super Bond yang berfungsi untuk meningkatkan daya lekat antara aspal dan agregat, dengan variasi kadar 0%,

Pemberian kombinasi pakan Artemia sp + Tubifex sp dapat menghasilkan pertumbuhan berat serta pertumbuhan panjang yang baik, hal ini dikarenakan pakan yang

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Emisi Formaldehida Papan Komposit dari Limbah Kayu dan Karton Gelombang Menggunakan Perekat Campuran Melamine Formaldehyde

Penelitian-penelitian terkini berkaitan dengan operator Carleman antara lain oleh Novitskii (1994) memberikan representasi integral dari operator-operator linear

Rerata asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, kolesterol dan serat antara kelompok perlakuan dan kontrol tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) saat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang cara kerja, kegiatan dan konsep yang digunakan LAZISMU Kabupaten Boyolali dalam meningkatkan