• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subjek SN GD WT Anak Ke 1 dari 3 1 dari 2 2 dari 3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subjek SN GD WT Anak Ke 1 dari 3 1 dari 2 2 dari 3"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

4.1. Gambar Tabel Subjek Penelitian

Subjek

SN

GD

WT

Anak Ke

1 dari 3

1 dari 2

2 dari 3

USIA

21Tahun

19Tahun

20 Tahun

Agama

Islam

Islam

Islam

Suku

Jawa

Jawa

Jawa

Tempat

Tinggal

Jakarta

Jakarta

Jakarta

Pekerjaan Karyawati Mahasiswi Karyawati

Identitas

(2)

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan peneliti dalam bentuk narasi yang terdiri dari identitas subjek, penampilan subjek, hasil observasi subjek dan hasil wawancara mendalam kepada subjek untuk mempermudah pembaca dalam memahami penelitian terhadap Identitas diri pada remaja putri lesbi. Pembahasan dan analisis data dijelaskan sesuai dengan panduan wawancara dalam mengungkap penyebab Identitas Diri Pada Remaja Putri Lesbi.

Dalam penelitian ini, Peneliti mendapatkan informasi dari ketika subjek antara lain subjek SN, GD dan WT. Melalui salah satu media online dan dari mengumpulkan informasi dan hasil penelusuran dilapangan. Dari ketiga subjek peneliti melakukan wawancara dan observasi secara terpisah baik hari dan waktu, informasi mengenai subjek SN, peneliti mendapatkan informasi dari sahabat peneliti, bahwsanya subjek SN lebih dahulu kenal pada sahabat dari peneliti. Penelusuran dilanjutkan dilapangan sesuai dengan informasi yang peneliti dapatkan dan berdasarkan dari hasil wawancara dan obsevasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap subjek SN pada hari kamis, tanggal 14 Desember 2016. Wawancara dan observasi kepada subjek SN dilakukan disebuah minimarket tempat yang sudah disepakati antara subjek dan peneliti dikawasan Ciledug, Tangerang.

Sedangkan wawancara dan observasi terhadap subjek GD dilakukan pada hari berikutnya. Hari, waktu dan tempatnya yang berbeda. Informasi mengenai subjek GD peneliti dapatkan pada hari jum’at, tanggal 15 Desember 2016 pukul 19.00wib

(3)

sampai dengan selesai, ditempat indekost teman subjek GD yang berlokasi di Ulujami, Jakarta Selatan.

Sedangkan wawancara kepada subjek WT peneliti dapatkan pada hari sabtu, tanggal 16 Desember 2016, pada pukul 20.00wib disalah satu cafe yang berada diwilayah Kebun Jeruk, Jakarta Barat.

Dalam Persamaan dari ketiga subjek yaitu SN, GD, dan WT adalah pengakuan ketiga subjek bahwa subjek adalah sebagai penyuka sesama jenis atau lesbi dengan type lesbi yang berbeda. Oleh karena itu dari ketiga subjek SN, GD, dan WT telah memenuhi kriteria subjek dari penelitian yang dilakukan ini.

Sebelum melakukan wawancara, dan observasi pada ketiga subjek, peneliti melakukan perjanjian terlebih dahulu dengan ketiga subjek untuk menentukan hari dan tempat dimana wawancara dan observasi akan berlangsung. Selain itu peneliti dan subjek juga telah melakukan perjanjian tertulis, bilamana data dari subjek agar bisa dijaga kerahasiaannya.

4.2. Analisis Intra Kasus Subyek SN 4.2.1. Subjek SN

4.2.1.1. Gambaran Umum Subjek SN

Subjek SN merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dan memiliki dua saudara laki-laki. memiliki kehidupan keluarga broken

(4)

home, Subyek SN saat ini tinggal bersama ibu dan kedua adiknya, subjek SN adalah seorang wanita berumur 21 tahun, subjek lahir dan besar diJakarta. Subjek adalah anak wanita satu-satunya diantara ketiga anak dari kehidupan sebuah keluarga yang memiliki latar belakang ayah yang memiliki pola asuh otoriter yang diterpak didalam rumah. subjek SN saat ini belum menikah dan sedang memiliki kekasih dengan seorang wanita yang juga sebagai penyuka sesama jenis. SN adalah seorang karyawati disalah satu outlet pakaian distro diJakarta. Subjek sudah bekerja hampir 2 tahun ditempat tersebut, yang menggambarkan seorang wanita tomboy yang modis dengan model trend saat ini.

4.2.1.2. Hasil Observasi Subjek SN

Pada hari kamis, tanggal 14 Desember 2016, peneliti dan subjek SN bertemu untuk melangsungkan wawancara dan observasi sebagai proses pengumpulan data.

Peneliti datang terlebih dahulu dilokasi yang sudah ditentukan sebelumnya pada saat melakukan chatting pada aplikasi whatsapp antara subjek SN dengan peneliti. Tak berselang waktu lama, setelah

(5)

15menit peneliti sampai dilokasi, subjek SN kemudian datang dengan menggunakan ojek online untuk sampai dilokasi.

Subjek SN menggunakan pakaian kerja dengan menempelnya Idcard yang masih menempel dibajunya, menggunakan kemeja flanel, celana jeans berwarna hitam, dan menggunakan sepatu running.

Subjek SN memiliki rambut pendek atau undercut model, subjek menggunakan kacamata berwarna frame hitam, bertubuh langsing dan memiliki tatto dilengannya. Setelah mengobservasi subjek SN, peneliti dan subjek memulai tentang dunia subjek yang subjek tekuni pada saat ini.

Pertemuan ini adalah pertemuan pertama kalinya yang terjadi antara subjek SN dengan peneliti. Subjek SN menunjukkan sikap yang hangat kepada peneliti sebagai sahabatnya, terlihat dalam cara berkomunikasi subjek yang sangat terbuka pada saat melakukan perkenalan. Meskipun itu pertama kalinya pertemuan antara peneliti dan subjek, tidak membutuhkan waktu lama untuk saling berkenalan, dan beradaptasi satu dengan lainnya, tanpa membuang kesempatan ini, peneliti dan subjek SN melakukan perkenalan dan membahas apa yang akan dilakukan peneliti saat ini, sesuai dengan perjanjian awal ketika pembahasan antara peneliti dimulai dari chatting melalui aplikasi whatsapp, peneliti berniat untuk menjelaskan kembali maksud dan

(6)

tujuan dari peneliti ini agar tidak ada kesalah pahaman antara peneliti dan subjek.

Peneliti mulai mempersiapkan alat perekam yaitu satu buah handphone, kertas lampiran pedoman wawancara, pedoman observasi dan juga alat tulis yang digunakan peneliti jika ada catatan khusus. Setelah semua alat sudah tersedia dimeja dan sudah siap, peneliti langsung memulai proses wawancara dan observasi. Wawancara dimulai dengan perkenalan diri antara peneliti dan subjek dilanjutkan dengan pengisian lampiran observasi dan dilanjutkan tanya jawab kepada subjek sesuai dengan pedoman wawancara. Seiring dengan proses wawancara yang berlangsung dengan kondisi tenang, dan nyaman, dimana subjek menjelaskan dengan mudah dalam proses wawancara berlangsung, subjek juga menggunakan intonasi nada suara dengan baik dan jelas, dimana peneliti dengan hikmat mendengarkan apa yang terjadi dalam proses wawancara. Subjek SN juga menjawab semua pertanyaan dari peneliti, meskipun sesekali subjek SN melemparkan tawanya dalam menjawab pertanyaan tersebut. Dengan kondisi yang semakin baik sehingga peneliti dengan cermat dan tidak membutuhkan waktu lama untuk dapat mewawancarai subjek. Pada proses wawancara bersama subyek SN yang berlangsung dari pukul 19.23wib dan diakhiri pada pukul 21.45wib.

(7)

Setelah wawancara selesai dilakukan, subyek SN pamit untuk meninggalkan lokasi wawancara, dikarenakan subjek sudah ada janji dengan sang adik untuk membelikan makanan yang dititipkan padanya. Waktu dan hari juga sudah menunjukkan larut malam kemudian subjek SN bergegas pergi meninggalkan lokasi dengan meggunakan ojek online yang sudah dipesannya.

Setelah wawancara dan observasi selesai, peneliti masih melakukan komunikasi terhadap subjek untuk menjaga keharmonisan antara peneliti dengan subyek SN.

4.2.2. Identitas Diri Subjek SN

4.2.2.1. Proses Pembentukan Identitas Diri SN

Menurut Santrock (2003), pada perkembangan fisik remaja ditandai dengan adanya perasaan puas dan tidak puas terhadap keadaan tubuhnya, bahwa pada umumnya remaja putri kurang puas dengan tubuhnya dikarenkan lemak dalam tubuhnya bertambah.

Menurut subjek SN, proses awal pembentukan idenitas diri bermula pada perkembangan fisik yang berubah, dan dari tingkahnya.

(8)

“Terasanya tuh difisiknyaaa.. ,dari tingkahnya dia dmana dari sifatnya pasti ada proses pembentukan dirinya, menurut saya seperti itu..!”.

4.2.2.2. Peran Gender subjek SN

Menurut Sarwono (2007), peran gender merupakan deskriptif mengenai karakteristik, cara berfikir dan tingkah laku seseorang. Subjek SN hubungannya dengan keluarga baik, tidak ada masalah yang membuat hubungan keduanya tidak membaik.

“Hubungan saya dengan keluarga Alhamdulillah baik-baik saja, tidak ada apapun yang membuat kehidupan saya jeleklahh”.

Subjek SN memiliki lebih banyak teman perempuan karena ia perempuan jadi lebih cenderung kepermpuan, karena jika ke laki-laki lebih terasa tidak nyaman.

“Kalo saya lebih banyak mempunyai teman perempuan!! Karena apaa...karena saya perempuan jadi saya lebih keperempuan daripada kelaki-laki, karenaa bagi sayaa kelaki-lakiii lebih risihh ajah..”

(9)

Pengaruh teman menurut subjek SN sangat besar dikehidupan subjek, karena menurutnya tanpa teman-temannya subjek tidak mengetahui apa-apa dikehidupannya.

“Pengaruhnya sangat besar, karena tanpa teman-temann sayah,, sayahh jugaa engga tau apaaa kedepannya atau apa yang lagi ngetrend sekarang dan apa teknologi yang canggih sekarang..”

Tujuan subjek SN dalam berteman untuk mencari teman untuk menambah wawasan disaat subjek membutuhkan adanya teman dapat membantunya jika keadaan membutuhkan.

“Tujuan saya sih untuuukk.. mencari teman yah., dan untuk mencari wawasann juga disaat saya membutuhkan teman yaa..saya mempunyai banyak teman dan juga kalo saya membutuhkan pertolongan, pastinya teman-teman saya bisa membantu saya..”

4.2.3. Indikator Lesbi

Menurut Karangora (2012), lesbi merupakan sebuah istilah bagi kaum perempuan yang memiliki orientasi seksual pada sesama jenis.

(10)

Berawal pada saat SN duduk dikelas tiga SMP, subjek SN memiliki ketertarikan pada sesama jenis, perasaan itu dirasakan sama sperti orang pada umumnya.

eee saya pada saat SMP kelas tigaann kalo gak salah,, tertarik dengan perempuan dan perasaan saya itu gimana yaaa....yaa kaya orang yang suka aja sama ceweklah kaya gituu!!”

4.2.3.1. Tipe Lesbian

Menurut SN, subjek menempatkan orientasi seksualnya sebagai tipe lesbian sebagai butch.

“seksual yang saya lakukan itu adalah sebagai butch, karna ga pede kalo harus berpakaian sperti cewe umumnya, enak kaya gini,”.

Seperti apa yang orang lain lihat, subjek SN menjadi lesbian sebagai butch, karena menurutnya sikap, gaya berpakaian yang oranglain lihat bahwa subjek SN seperti laki-laki. menggunakan pakaian dan bergaya seperti laki-laki.

“karena mas kan sudah liyat saya seperti laki-laki... dari gaya rambut, baju banya deh., dan saya menempatkan

(11)

seksual saya sebagai butch karena saya ya mau keliatan sperti laki-laki”.

Subjek SN merasa nyaman dengan keadaannya saat ini, hal itu diungkapkan subjek terhadap peneliti.

“perasaan saya sih biyasa ajah yah.. karna saya nyaman dengan keadaan diri saya sendiri jadi yaa saya nyaman ajah...”

4.2.4. Remaja

4.2.4.1. Pengertian Remaja SN

Hurlock (2003), mengungkapkan masa peralihan dimulai secara fisik, psikologis dari masa anak-anak kemasa remaja atau pubertas. Dengan adanya perubahan fisik, emosi, dan pengetahuan yang menurut subjek SN merupakan perubahan dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

“remaja itu adalah suatu perubahan sifat yang dulunya anak-anak sedikit berubah pikirannya menjadi lebih kemasa yang lebih tinggi.. trusss dari perubahan sifat cenderung lebihhh emosionallll, dann tingkat puber itu juga mulai ada”.

(12)

4.2.4.2. Ciri-Ciri Masa Remaja

Menurut subjek SN ciri-ciri pada masa remaja dapat dilihat dari perubahan fisik, kemudian hormon seks juga meningkat, dan mulai mencintai oranglain.

“eehh... dapat diliyat itu dari perubahan fisik.. truss hormon seks juga meningkat, laluuu mulai menyukai orang lain”. Masa perubahan dimana pada masa remaja, menurut subjek SN adalah masa mencari jati diri.

benarr.. karnaa dimasa remaja itu adalah dimanaa masa mencari jatidiri serta identitas diri,,, maka dari itu masa remaja disebut sebagai masa perubahan.

4.2.4.3. Tahap Perkembangan Masa Remaja

Menurut Monks (2009), pada aspek perkembangan dalam masa remaja berlangsung antara umur 12 – 15 tahun.

a. Masa Remaja Awal (12-15 Tahun)

Subjek SN mengakui adanya perubahan sikap dan perilaku, ingin bebas main dengan teman-teman sebayanya.

(13)

“perubahan sikap sama prilaku dalam diri ingin merasakan kebebasan yang lebih,, contohnya yaa pengen maen sama temen-temen...”.

a. Masa Remaja Tengah (15-18 Tahun)

Subjek SN mengalami pertama kali haid atau menstruasi pada umur 15 tahun.

“emm.. pada umur 15 tahunn tuh kalo gak salah..”

Subjek SN juga mengalami perasaan mencintai oranglain pada saat ia memasuki umur 15 tahun.

“umur 15 tahun udah mulai suka-sukaan sama orang, yaa malu-malu sih namanya juga cinta monyet..hee”

Menurut subjek SN pertama kali ia merasakan kencan pada saat ia duduk dikelas dua SMA.

“yaa... pertama kali kencan ituuuuh.. pada saat saya kelas dua SMA,”

c. Masa Remaja Akhir (18-21 Tahun)

Dalam mewujudkan rasa cinta terhadap pasangannya, subjek SN memberikan perhatian yang lebih agar terciptanya

(14)

rasa nyaman dalam suatu hubungan dengan pasangannya, dan subjek memperhatikan pergaulan yang ada disekitarnya.

“Karna saya ingin memberikan rasa kasih sayang saya kepada pasangan saya., supaya pasangan saya merasakan nyaman dalam menjalani hubungan bersama dengan saya... saya lebih memperhatikan pergaulan mereka dan lebih memperhatikan tman sekitarnya.”

(15)

4.2.2. Subjek GD

4.2.2.1. Gambaran Umum Subjek GD

Subjek GD adalah wanita berumur 19tahun, GD adalah seorang mahasiswi disalah satu kampus swasta yang berada dijakarta, subjek GD mengakui bahwa dirinya pecinta sesama jenis, dikarenakan subjek GD saat ini memiliki pasangan yang berjenis kelamin sama dengan dirinya.

4.2.2.2. Hasil Observasi Subjek GD

Pada tanggal 15 Desember dimana waktu yang sudah ditentukan antara peneliti dengan subjek, proses wawancara dan observasi ini dilakukan pada jam 20:00wib dilokasi indekost teman subjek, peneliti menemui subjek dan melakukan wawancara deteras tempat kost tersebut.

Subjek mengenakan pakaian celana jeans 3/4 dengan kaos t-shirt berwarna hitam, dengan rambut sebahu yang teruai. Pada tampilan fisik subjek GD sama seperti wanita pada umumnya, tidak menampilkan gambaran fisik bahwa subjek adalah seorang lesbi, akan tetapi penampilan bukanlah gambaran sesungguhnya, peneliti langsung menemui dan subjek mempersilahkan untuk duduk diteras, setelah percakapan awal dengan subjek, tak lama subjek kembali kedalam kost untuk mengambil beberapa botol air mineral beserta makanan ringan.

(16)

Pada saat subjek kembali duduk didepan peneliti, peneliti coba untuk menjelaskan kembali maksud dan tujuan dari penelitian itu dilakukan, setelah memahami dari pembicaraan yang dilakukan, kemudian peneliti mencoba untuk lebih kenal terhadap subjek GD agar tercipta suasana yang hangat dengan subjek. Subjek GD cenderung bersikap malu-malu dalam memberikan jawaban, dengan volume suara yang tidak terlalu keras, subjek mencoba agar tidak ada yang mengetahui pembicaraan antara subjek dan peneliti, karena selain subjek dan peneliti yang mengetahui hal tersebut, tidak seorangpun yang mengetahuinya.

Peneliti memulai untuk membuka pertanyaan pertama agar mempersingkat waktu karna saat wawancara berlangsung waktu sudah menunjukkan jam 20:00wib. Subjek GD sangat antusias meskipun terkadang malu-malu untuk menjawab dan terkadang tersenyum pada saat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peneliti dalam proses wawancara.

Setelah wawancara selesai, peneliti mengulangi arahan bahwa wawancara yang dilakukan malam ini adalah untuk keperluan pemenuhan tugas akhir, dan subjek juga mengantisipasi agar status identitas diri subjek dirahasiakan sebaik-baiknya.

(17)

4.2.3. Identitas Diri Subjek GD

4.2.3.1. Proses Pembentukan Identitas Diri

Subjek GD berpendapat bahwa, pada proses pembentukan identitas diri dirasakannya karena ananya perubahan secara fisik. Hal ini diungkapkan subjek,

“emhh.. akusihh ngerasanya pada tubuh, yang agak gedean, tapi dulu sih masih biasa ajah, tapi makin lama ada perubahan gitusihh..”

4.2.3.2. Peran Gender Subjek GD

Subjek GD mengungkapkan bahwa perannya dalam memilih sahabat yaitu laki-laki dan perempuan. Bagi subjek keduanya berperan sangat penting, menurutnya kalau hanya salah satu dari laki-laki maupun perempuan membuatnya juga sangat dibutuhkan.

“Kalo sahabat sih aku sama siapapun juga welcome, perempuan kekk, laki kek itu buat aku sih sama aja mas, karnaaa.. punya peran penting buat aku.,”

Peran antara laki-laki dan perempuan bagi subjek memiliki kelebihan masing-masing. Menurut subjek GD bahwa pentingnya seorang teman

(18)

laki-laki adalah untuk menjaganya, terlebih dari peran teman sesama perempuan adalah untuk menceritakan apapun yang terjadi terhadapnya.

“ sama tmenn yang laki-laki hemm kan bisa ngejaga, kalo perempuan yaah untuk cerita-cerita.”

Menurut subjek GD dalam mencari teman tidak berpengaruh besar terhadap jenis kelamin, maka subjek GD kepada gender apapun ia sangat terbuka untuk berteman, tidak memandang dari laki-laki ataupun perempuan. “sama siapapun aku gak masalah, perempaun dan laki-laki itu sama buat aku,, jadii… yah sama ajah, hehehehe..”

4.2.4. Indikator Lesbi

Menurut subjek GD, awal mula subjek merasakan adanya ketertarikan terhadap sesama jenisnya lebih besar dari perasaan tertarik terhadap lawan jenisnya, hal ini yang pada masa itu membuat subjek bertanya, mengapa subjek merasakan kenyamanan apabila subjek berada dekat dengan sesama jenisnya.

“ahhahaha…hufft,, gimana yahh! Dulusih ngrasainnya nyaman dibanding deket sama laki-laki, gtau knapaaa kok makin lama klo lagi sama laki-laki tuh agak gimana gitu, bedaa banget lagi aku sama perempuan.,”

(19)

4.2.4.1. Type Lesbi

Subjek GD mengakui bahwa dirinya adalah lesbi, dikarenakan subjek menjadi lebih nyaman karena dari beberapa kali subjek memiliki teman tomboy membuatnya merasakan kenyamanan, dari sifat kewanitaan subjek yang lemah lembut, seorang teman tomboy dapat membuatnya nyaman, dan aman berada disampingnya.

“Dari sifat aku yang kekanankan gini akutuh seneng kalo ada temen yang tomboy, gak ngerti alesannya apasih tapi aku rasain nyaman aja bisa crita ini itu ke dia, sama kayak kecowok sih, bisa ngadu ini itu..”

Subjek GD mengungkapkan bahwa kenyamanan ia selama menjalin hubungan percintaan dengan sesama jenis lebih menggunakan perasaan. Berbeda dengan saat subjek menjalin hubungan cinta dengan laki-laki yang selalu menggunakan logika, menurutnya laki-laki tidak memahami apa yang perempuan inginkan.

“kalo sama laki-laki itu agak ribet, protektif danlainsbagainya.. tapi kalo sma perempuan ituh yaa enjoy aja gda tekanan yang aku rasain, karna ya namanya juga sama-sama perempuan kaliyah, makanya pake perasaan,hehehee..”

(20)

4.2.5. Indikator Remaja

4.2.5.1. Pengertian Remaja

Pandangan subjek GD terhadap remaja, adalah masa dimana perubahan masa kecil ke masa yang lebih besar, dengan adanya perubahan pada badan, emosi, dan fisik.

“menurut akusih mas kalo masa remaja itu prubahan dari anak kecil ke orang dewasa, contoh perubahannya kaya dari badan, emosi dan fisik. Karna semua orang pasti ngalamin itu, dari anak-anak ke remaja truss sampe kemasa tua nanti.,”

4.2.5.2. Ciri-Ciri Masa Remaja

Pendapat subjek GD terhadap ciri-ciri remaja dengan perubahan emosi, bentuk tubuh, serta fisik merupakan ciri dari masa remaja dimana pada masa remaja menjadi masa perubahan dari anak-anak.

“kalo ciri pasti ada, dari emosi entah bentuk tubuh atau fisik pasti beda sama anak-anak.. cirinya kyak tubuh makin gendutan, truss jadi bisa berfikir mana salah mana benar,, trus juga dari fisik yaa lebih gampang cape aja, bedasama lagi kecil yang hobbynya main..”

(21)

4.2.5.3. Tahap Perkembangan Remaja

A.Masa Remaja Awal (12-15 Tahun)

Subjek GD mengungkapkan pada masa inilah subjek merasakan adanya peralihan perhatian dari orangtua, dimana sebelumnya ia merasakan orangtua lebih perduli terhadapnya dalam hal apapun.

“yaa yang aku rasain tuh dulu kalo ga salah umur-umur 12 tahunan tuh pas SD kelas enam mulai yang tadinya papa mama proteck jadi agak masabodo,, hehhehe”.

Pada umur 14 tahun subjek sudah mengalami haid, pertama yang dirasakan adalah keluarnya cairah darah pada saat disekolah.

“Kalo ga salah yah aku tuh mens umur 14san, deh.,, kelas 2 SMP lah kira-kira.. haid pertama, aku kirain pipis dicelana tapi kata temen-temen itu merah. Yaudah deh aku izin pulang sama guru”.

(22)

B. Masa Remaja Tengah (15-18 Tahun)

Menurut subjek, pada usia 16 tahun untuk pertama kalinya subjek merasakan perasaan suka terhadap lawan jenisnya. Pada saat itu subjek pernah merasakannya terhadap laki-laki. Hal itu diungkapkan subjek kepada teman laki-lakinya yang sangat keren menurutnya.

“Untuk pertama kalinya aku suka sama cowo kalo gak salah umur 15 atau 16 pokonya pas SMP klas 3an, waktu itu sih suka karna dia kereen dikelas, banyak yang ngegodain dia temen-temen aku, nah pas itu aku lama-lama juga ngerasain kalo ketemu dia dikelas jadi deg-degan gitu, hahahaha,,,,”

Subjek pertama kali kencan dengan pasangannya waktu subjek berumur 17tahun, pada saat itu subjek pernah menjalin cinta pada laki-laki dan kencan pertamanya disebuah mall karena subjek diajak untuk menonton XXI oleh sang kekasih.

“emmmhh waktu umur 17 tahun pertama jalan sama pacar, diajak kemall untuk nonton XXI, hehhe..”

C. Masa Remaja Akhir (18-21 Tahun)

Pada remaja akhir seiring berjalannya waktu, subjek mulai menentukan pilihan terhadap pasangannya. Subjek GD memilih untuk

(23)

lebih realistis dari pada hubungannya dengan dengan seorang laki-laki. Subjek merasakan kenyamanan sehingga subjek menentukan pilihannya untuk menjadi pecinta sesama jenis, subjek memilih untuk menjadi femme dikarenakan sikap subjek yang lemah lembut, dan manja.

“pada umur 18an aku udah mulai punya pasangan mas, aku sakit hati sama laki-laki dan pada saat itu aku juga punya temen yang slalu ngertiin aku, awalnya sih aku coba buat buat buka hati sama temen cewe, makin kesini ko malah timbul perasaan dan temen aku itu juga bilang coba deh lu pacaran jangan sama cowo, yudah deh aku coba sama dia jalanin itu. Dia juga tau aku orangnya maluan, sama manja tapi yaa gak jadi halangan..”

(24)

4.3 Subjek WT

4.3.1 Observasi Umum Subjek WT

Bermula peneliti mengenal subyek WT pada awal bulan November 2016, peneliti mengenal subjek WT dari teman yang menjadi member di gym ternama diwilayah Jakarta, subjek WT juga merupakan salah satu anggota member gym yang sama dengan teman peneliti. Gym atau tempat fitnes ini berada diwilayah Jakarta Barat, sebagai perempuan yang sama seperti perempuan pada umumnya, awal mula peneliti tidak mengetahui bahwa subjek WT memiliki kelainan seksual, menyukai sesama jenis atau biasa disebut dengan lesbi.

Peneliti meneruskan perkenalan dengan subyek WT melalui teman, dan diteruskan dengan bertukar nomor telefon pada saat peneliti mendatangi subjek dilokasi gym, setelah berkenalan dengan subjek WT dan bertukar nomor handphone, karena sebelumnya teman yang memberikan informasi bahwa subjek WT adalah seorang lesbian, kemudian peneliti meneruskan melalui percakapan dari chatt melalui WhatsApp, dua hari berlalu dari perkenalan itupun peneliti dengan subjek, peneliti mengungkapkan bahwa ingin mewawancara subjek secara mendalam melalui WhatsApp Messenger tentang kehidupan subjek selama menjadi penyuka sesama jenis.

Awalnya peneliti menemui kesulitan untuk mewawancarai subjek WT, karena sifat dan perilaku subjek WT hampir mirip dengan subjek GD. Dimana subjek WT

(25)

cenderung untuk menutupi identitas seksual dari subjek WT kepada peneliti. Berkat bantuan dari sahabat peneliti yang memang mengenal langsung dengan subjek WT agar mengizinkan peneliti untuk mewawancarai subjek WT. Kemudian beberapa hari kemudian, peneliti mencoba lagi untuk memastikan apakah subjek WT bersedia untuk diwawancarai atau tidak.

Subjek WT menanyakan apa maksud dan tujuan penelitian ini dilakukan, setelah peneliti mencoba menjelaskan maksud dan tujan dari wawancara ini dengan subjek, akhirnya subjek WT bersedia untuk memberikan keterangannya dalam proses wawancara dan observasi penelitian. Setelah mendapatkan izin dari subjek WT, peneliti membuat jadwal untuk bertemu dengan subjek dikeesokan harinya.

Pada suatu hari pertemuan dengan peneliti untuk melangsungkan proses wawancara, subjek WT menentukan tempat dan waktu penenlitian yakni disebuah cafe yang berada tidak jauh dari lokasi subjek berlatih, mengenakan pakaian layaknya seorang wanita pada umumnya yakni memakai sweater agak besar dari tubuhnya berwarna cokelat dengan strip dibagian lengan berwarna hitam, memakai celana jeans biru, dan menggunakan sepatu sport berwarna merah. Secara keseluruhan pakaian dan gaya yang diperlihatkan subjek WT mencerminkan sikap seorang wanita yang feminim dan tampil sporty.

Sesampainya dilokasi tempat wawancara antara peneliti dan subjek WT, yang berlokasi disebuah cafe yang tidak jauh dari tempat gym dimana subjek WT melakukan aktifitas gymnya setiap hari sabtu. Seperti kedua subjek lainnya, peneliti

(26)

mencoba membangun suasana agar menjadi cair dan tidak canggung lagi, terlihat sesekali subjek WT memperhatikan hal disekitar tempat dimana kami bertemu dan tersenyum.

Diawali dengan pemesanan makanan ringan dan minum untuk membantu prosesnya wawancara, peneliti mulai mempersiapkan beberapa lembar kertas wawancara, alat perekam, dan alat tulis guna keperluan dalam wawancara. Peneliti membuka dengan sebuah perkenalan dan menerangkan kembali maksud dan tujuan dari penelitian ini dilakukan. Dalam mewawancara tanya jawab seperti yang pernah peneliti lakukan di pesan singkat whatsapp mulai dari menanyakan kesibukan sehari-hari, kehidupan dengan temannya, dan keluarga, dan sampai pada kehidupan pribadinya mengenai percintaannya. Setelah lama berbasa-basi, penulis berinisiatif untuk memulai wawancara dengan subjek WT.

4.2.2 Gambaran Umum Subjek WT

Subyek WT adalah seorang karyawati disalah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa, dimana subjek bekerja sebagai tellemarketing, subjek wanita single yang belum menikah, subjek anak kedua dari tiga bersaudara. Memiliki orangtua yang sangat memperdulikan anak-anaknya, akan tetapi sesosok ayah sebagai kepala rumah tangga menjadi faktor utama subjek dalam menentukan sikap, sosok seorang ayah yang tempramen dan tidak demokrasi, mendengarkan oranglain dalam

(27)

mengambil keputusan, menjadi salah satu masalah yang timbul kepada kepribadian subjek. Dimana subjek lebih senang berada diluar rumah, walau hanya dengan temannya, subjek lebih merasakan kenyamanan ketika berada dengan teman-ttemannya. Selain itu sosok seorang ibu yang juga memiliki kesibukan dalam bekerja, menjadi sorotan utama, dimana seorang anak yang membutuhkan sosok ibu untuk berkeluh kesah tidak subjek dapatkan, melainkan subjek harus mencari kasih sayang diluar rumah.

4.2.3. Identitas Diri Subjek WT

Menurut subjek WT, identitas dalam diri dibentuk secara alami, baik secara sadar dan tidak sadar dan akan beradaptasi dengan sendirinya.

Identitas diri itu proses yang dibentuk secara alami mau sadar atau ga sadar ya semua bakal beradaptasi sama suatu hal.”

Dan menurutnya, identitas dapa ditimbulkan dari banyak faktor, diantaranya adalah teman, dan lingkungan.

“Ya banyak mas, bisa dari temen, bisa dari lingkungan juga, banyak deh.” Subjek menjelaskan satu contoh, bahwa dengan siapa subjek bermain dan itu bisa mempengaru proses identitas diri pada subjek.

(28)

Contohnya ya sama siapa kita main, itu aja bisa dipengaruhin sama temen mas..”

4.2.3.1. Peran Gender

Menurut subjek WT, teman pria dan wanita sama dan berpengaruh dalam kehidupan subjek diluar rumah.

“Yaa kalo temen sih sama banyaknya, cewe cowo sama aja ga ada yang beda. Kalo temen deket aku banyaknya ke cewe mas.”

Menurut subjek teman sangat berpngaruh terhadap peran dalam pembentukan identitas diri subjek dikarenakan, menurut subjek bahwa teman mengetahui apa yag subjek rasakan, dimana subjek membutuhkan teman sebagai tempat untuk menampung semua keluh kesah pada subjek WT.

“Oh, ya namanya temen mas. Pasti tau rahasia temennya, namanya juga temen kan kita sendiri yang butuh mereka.”

4.2.4. Lesbian

Menurut subjek WT, kejadian pertama kali subjek mengenali lesbi pada saat sekolah menengah atas, dimana pada saat itu subjek WT memiliki satu kelompok teman, dan salah seorang dari mereka adalah seorang lesbian.

(29)

Subjek WT mengakui kenal dengan baik dengan sahabatnya yang sebagai lesbi, dan subjek memiliki rasa keingintahuan yang sangat dalam mengenai lesbi, sehingga subjek meminta sahabatnya untuk memberikan informasi mengenai lesbi. Dengan adanya dorongan dari dalam diri subjek, sehingga sahabatnya memperkenalkan subjek dengan sahabatnya yang juga seorang lesbi kepada subjek.

“Iya dulu emang kenal akrab sama dia, dia juga punya pasangan cewe juga dari sekolah lain, akhirnnya ada rasa penasaran aku juga gimana rasanya. Yaa iseng-iseng nanya sama dia ya dia jawab akhirnya karna aku juga penasaran, dia knalin aku temennya yang butchi”

Subjek menyadari dan melakukan perkenalan dengan seorang sahabat lainnya yang berstatus sebagai butchi. Dalam hal ini subjek mengorientasikan seksual subjek sebagai layaknya seorang wanita yang memiliki pasangan. Subjek menempatkan orientasinya sebagai femme, terlihat oleh peneliti bahwa subjek menjadi pasangan seorang butchi yang subjek dengan sadar mengakuinya.

“Tau mas, kan aku dikenalin juga sama temen aku yang butchi, dia yang bilang kalo orang itu sama kaya dia (butchi).aku jalanin aja pertama kali sama dia, karna pada saat itu aku sama dia berjalan aja layaknya orang pacaran.”

Adapun faktor hubungan asmara subjek yang mengalami trauma dengan seorang laki dimana subjek sering mengalami rasa kecewa dengan seorang laki-laki, hal ini membuat subjek mencoba untuk mencari dan mejalani hubungan dengan

(30)

sesama jenis. Hal ini membuat subjek untuk melakoni orientasi seksual dengan sesama jenis.

“Abis gimana ya mas, semuanya juga kadang aku punya pacar cowo juga sama aja bisanya nyakitin aja apasalahnya aku coba.”

Setelah menjalai status lesbi adapun perasaan dalam diri subjek setelah menjalin hubungan dengan sesama jenis, subjek merasakan tidak adanya perbedaan antara hubungan subjek dalam percintaan dengan sesama jenis atau berlainan jenis. Semua yag subjek rasakan adalah sama.

“Kalo perasaan si sama aja kaya pacaran sama cowo juga, yang bedain cuma bentuk fisisknya dan jenis kelaminnya aja.”

4.2.5. Remaja

Menurut subjek WT, adapun perubahan didalam diri saat masa remaja, adalah dengan adanya perubahan secara fisik yang subjek rasakan.

Dari fisik berubah dibagian tubuh itu udah jelas dari aku kelas enam SD.” 4.2.5.1. Ciri – Ciri Masa Remaja

Subjek WT merasakan ada bentuk fisik yang berubah serta perasaan malu yang saat itu timbul, membuat subjek beranggapan bahwa subjek telah remaja.

(31)

4.2.5.2 Tahap Perkembangan Masa Remaja 4.2.5.2.1. Masa Remaja Awal (12-15 Tahun)

Subjek mulai meraskan adanya kedekatan dengan teman sebayanya,

Kalo ga salah umur di 14 tahun aku udah mulai dapet surat cinta dari temen sekolah.”

Subjek lebih sering berkaca untuk memperhatikan penampilannya. “Lebih banyak memperhatikan fisik juga, yaa sambil ngaca.hehehe” 4.2.5.2.2. Masa Remaja Tengah (15-18 Tahun)

Perasaan ingin berkencan timbul ketika subjek banyak mendapatkan cerita dari teman sebayanya. Hal ini menimbulkan rasa ingin berkencan terhadap subjek.

“Kalo keinginan ya karna denger cerita dari temen-temen, trus aku juga pengen tau gimana rasanya jalan berdua sama pacar.”

Hal mendasari subjek dalam mencari identitas diri terhadap lingkungan adalah, subjek ingin mengetahui banyak hal diluar yang tidak subje ketahui, hal ini membuat subjek selalu mencari tahu keberadaan dirinya dengan lingkungan.

(32)

Dengan cara subjek memberikan perhatian terhadap pasangan, subjek mengungkapkan bahwa semua wanita ingin mengungapkan perasaan cintanya kepada lawan jenisnya.

“Klo aku sih cukup perhatian aja sama dia, ga perlu yang ribet-ribet karna aku juga orangnya cuek mas. Tapi disisi lain namanya perempuan ya pengen untuk diperhatiin juga.”

4.2.5.2.3. Masa Remaja Akhir (18-21 Tahun)

Dalam masa remaja akhir, subjek WT mulai lebih selektif dalam memilih sahabat maupun pasangannya, dimana subjek lebih selektif, dengan cara subjek mengetahui bagaimana sifatnya, bagaimana lingkungannya, bertujuan untuk lebih mengenali sosok yang akan menjadi sahabatnya.

“Yaa kalo memilih temen atau pacar ya aku harus kenal sama lingkungannya, aku juga harus tau gimana sifatnya, ga asal ada yang nembak trus pacaran, hehe nanti dikira gampangan dong.”

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Di

Sesuai dengan pengamatan, faktor lain yang kendala customer service dalam melayani nasabah adalah system yang digunakan Bank BTN KCPS Condomgcatur yang sering

Untuk membantu anak dalam bersosialisasi, program bimbingan dan konseling di sekolah dasar sebaiknya memasukan kegiatan permainan kelompok, hasil penelitian Landreth

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan rute, pola operasi, spesifikasi kapal, serta fasilitas pendukung (tangki Timbun) yang optimun, dengan kriteria

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia

Meningkatnya konsentrasi ambien menyebabkan meningkatnya dampak pencemaran pada kesehatan manusia dan nilai ekonomi dari gangguan kesehatan tersebut (Gambar 4 dan Gambar 5).. Gambar

Dalam penelitian ini akan dilakukan pengembangan sumber energi biohidrogen dari limbah kulit kakao dengan pretreatment menggunakan NaOH dan H 2 O 2..