• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE DAN TEKNIK ANALISIS AFIKS -AN DALAM BAHASA JAWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE DAN TEKNIK ANALISIS AFIKS -AN DALAM BAHASA JAWA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak : Kegiatan penelitian bahasa terbagi menjadi dua kurus proses besar, yakni pencarian masalah dan pemecahan masalah. Kurun penemuan masalah penelitian akan menyatakan bahwa telah menemukan masalah manakala peneliti menemukan beberapa fenomena yang masih kabur. Kurun pemecahan maalah beberapa hal yang perlu dilakukan penelitian yakni penyediaan data, penganalisisan data, dan penyajian data. Metode yang digunakan adalah metode padan dan agih. Beberapa hasil analisis data yakni (1) Panambang -an, yang melekat pada satuan lingual yang berakhir konsonan, sebelum konsonan isi ada vocal i/l/ setelah mendapat akhiran -an menjadi i/i.

Keyword : metode, teknik analisis, afiks -an

BAHASA JAWA

Nanik Herawati*

PENELITIAN BAHASA

Penelitian bahasa merupakan serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh seorang peneliti. Menurut Sudaryanto (Metode danAneka Teknik Bahasa, 2001) kegiatan penelitian bahasa terbagi dalam dua kurun proses besar, yakni kurun pencarian masalah dan kurun yang kedua adalah kurun pemecahan masalah. Masalah merupakan fakta lingual yang disebut objek sasaran penelitian, pada proses penemuan masalah ini ada kekaburan fenomen lingual bagi peneliti. Kurun yang kedua yakni pemecahan masalah merupakan kegenahan fenomen lingual bagi penutur.

Pada kurun penemuan masalah , seorang peneliti akan mengatakan bahwa telah menemukan masalah manakala peneliti menemukan beberapa fenomen yang masih kabur. Seorang peneliti segera

sementara waktu menghentikan kegiatan

pencariannya karea dirasa telah menemukan apa yang dicarina yakni masalah kekaburan.

Selanjutnya peneliti memasuki kurun yang kedua yaitu pemecahan masalah.Memasuki kurun yang kedua ini ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seorang peneliti, yakni penyediaan data, penganalisisan data yang telah disediakan, dan yang terakhir penyajian analisis data.

Tahap penyediaan data, tahap ini merupakan upaya sang peneliti menyediakan data secukupnya. Misalkan akan membahas tentang afiks –an dalam bahasa Jawa, maka datanyapun seluruh kata dalam bahasa Jawa yang berakhiran –an, seperti dolanan, nekeran, playon, iren, pangkon, turon. Tahap penyediaan data ini dipandang selesai manakala pencatatan atasnya pada kartu datadan klasifikasi datanya telah selesai dilaksanakan.

Tahap analisis bahasa, tahap ini merupakan upaya peneliti menangani langsung masalah yang terkandung pada data. Pada tahap analisis data ini akan ditemukan tipe tipe atau jenis jenis data dan hubungan pendasaran antar kaidah yang ditemukan pada saat menganalisis data.

(2)

Tahap yang ketiga penyajian hasil analisis data. Penyajian tahap ini merupakan upaya sang peneliti menmpilkan dalam wujud laporan, yang telah dihasilkan pada saat melakukan analisis data. Kaidah yang sudah ditemukan disajikansedemikian rupa sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan cepat.

METODE DAN TEKNIK

Metode dan teknik merupakan dua hal yang berbeda tetapi saling berhubungan. Metode menurut Sudaryanto adalah cara yang harus dilaksanakan, seangkan teknik adalah cara melaksanakan metode, kejatian teknik ditentukan oleh alat yang dipakai.

Sebuah metode dimungkinkan terwujud menjadi beberapa teknik.Metode dalam upaya menemukan data ada dua macam yakni metode padan dan metode agih.Metode Padan alat penentunya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasayang bersangkutan. Ada lima macam yakni, (1) Alat penentunya ialah kenyataan yang ditunjuk

oleh bahasa atau referent bahasa.

(2) Alat penentunya organ pembentuk bahasa atau organ wicara.

(3) Alat penentunya langue lain atau translasional (4) Alat penentunya tulisan atau ortografis. (5) Alat penentunya mitra wicara atau pragmatis.

Metode yang kedua yakni metode Agih, alat penentunya adalah bagian bahasa yang bersangkutan. Penyebutan imbuhan atau afiks,yakni prefiks, infiks, sufiks, kata dasar, kata sambung dan sebagainya merupakan penyebutan berdasarkan metode agih. Imbuhan diimbuhkan pada satuan lingual lain, sufiks diimbihkan pada diakhir satuan lain.

Metode agih teknik dasarnya adalah teknik bagi unsur langsung.Sedangkan teknik lanjutannya adalah sebagai berikut. (1) Teknik lesap (2) Teknik ganti (3) Teknik perluas (4) Teknik sisip (5) Teknik balik (6) Teknik ubah wujud (7) Teknik ulang

Teknik lesap, pada teknik ini yang perlu diperhatikan adalah unsur mana yang perlu disesapkan, unsur yang dimaksud adalah unsur yang menjadi pokok perhatian dalam analisis. Dalam bidang morfologi misalkan pada proses sufiks –an juga bisa dilesapkan. Misalkan kata turunan akan berbeda tipenya dengan kata guyon. Sufiks turunan tidak mengalami perubahan fonem vokal sebagai mana kata guyon (guyu-an) yang mengalami proses morfofonemik.

Teknik ganti, untuk mengetahui

kadarkesamaan kels atau kategori unsur terganti denga unsur pengganti. Misalkan pada akhiran –an dalam bahasa Jawa antara akhiran –an dan na dapat saling menggantikan, hal ini berdasarkan pada satuan kata yang dilekatinya.misalkan,

(1) Janganan (2) Dolanan (3) Panganan (4) Tukaran

(3)

Dapat diganti dengan akhiran –nan, seperti berikut, (1) Gawanan (2) Tukunan (3) Talinan (4) Patenan

AFIKS –AN DALAM BAHASA JAWA 1. Metode dan Teknik Penyediaan Data

Data yang diperlukan yakni kata-kata bahasa Jawa yang mengandung sufiks –an. Metode yang digunakan adalah metode cakap dan simak. Data-data dapat diperoleh dengan cara menyimak dari berbagai buku, pembicaraan, media cetak dan lain sebagainya. Teknik yang digunakan yakni teknik catat, Teknik cakap dan teknik tidak libat cakap

Alat yang dipergunakan untuk merekam dan mencatat data bisa berupa tape, alat rekam, hand phone, buku, dan alat tulis yang lain. Penggunaan metode Agih dengan teknik catat dapat dilakukan pada data berikut ini.

Sawijining dina Tari lan Wati padha

dolanan dakon ana plataran, omah. Bocah loro

mau kanthi gegojegan anggone padha

dakonan.Sawatara sajam Wati disusul

Kangmase, dikon mulih, jalaran durung maem awan. Wati lan Kangmase nuli mulih

gandhengan tangan. Tekan ngomah Wati banjur

nyandhak panganan kang wus sumedya ana ing dhuwur meja.

Satu paragraf wacana di atas bisa dijadikan data seperti berikut ini,

(1) Dolanan (2) Plataran (3) Gojegan (4) Dhakonan (5) Gandhengan (6) Panganan

Data-data yang diperlukan dicatat pada alat tulis atau bisa juga dicatat di note laptop atau hand phone.

2. Analisis Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya dipilah sesuai dengan kebutuhan peneliti.Untuk menganalisis data ada dua metode yakni metode padan dan metode Agih. Pada penelitian ini akan menggunakan metode Agih dengan teknik lanjutan teknik lesap, teknik ganti. Metode Agih alat penentunya bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto).

3. Data akhiraran –an dalam bahasa Jawa,

(1) Jaritan (2) Cuwilan (3) Jogedan (4) Jaranan (5) Liwetan (6) Paculan (7) Jotosan (8) Andhukan (9) Kathokan (10) Sarungan (11) Kalungan (12) gelangan (13) Rebutan

(4)

(14) Jarikan (15) Klamben (16) Bathen (17) paten (18) Paren (19) Gadhen (20) Duwen (21) Ramen (22) Mangsan (23) Ratan (24) Kancan (25) Gawan (26) wacan (27) Rungon (28) Bumbon (29) Tukon (30) Guyon (31) Turon (32) Lukon (33) Gawean (34) Sarean (35) Gadhean (36) Sarean (37) Ladenan (38) Sendhenan (39) Gojegan (40) Lendhetan METODE AGIH 1. Teknik Perluas Kathok Kathokan

*kathok —> Kata Benda * kathokan —> Kata Kerja

2. Teknik Lesap

Klambi Klamben *klambi

*klambi+ -an—> klambian—> klamben

PENYAJIAN HASIL ANALISIS DATA

Ada beberapa tipe data pada data data di atas, yakni,

1. Panambang -an yang melekat pada satuan lingualyang berakhir konsonan, sebelum konsonan itu ada vokal i [ I ] setelah mendapat akhiran –an menjadi i [ i ]. Seperti berikut ini.

(1) Jawil [jawIl] ——> jawilan [jawilan] (2) Cuwil [cuwIl] ——> cuwilan {cuwilan] (3) Jarit [jarIt] ———> jaritan [jaritan} (4) Gurit [gurit] ——> guritan [guritan] (5) Garis [garIs] ——> garisan

Penggolongan tipe di atas dengan menggunakan metode agih dengan teknik ganti.

2. Panambang –an yang melekat pada satuan lingual yang berakhir dengan konsonan, dan sebelum konsonan ada vokal u [U] maka vokal itu akan berubah bunyi menjadi u [ u], seperti berikut ini. (1) Andhuk [anDU?] —> andhukan [anDu?an] (2) Dudut [dudUt] —> dudutan [dudutan]

(5)

(3) Subuh [subUh] —> subuhan [subuhan] (4) Luruh [lurUh] —> luruhan [luruhan] (5) Tabuh [tabUh] —> tabuhan [ tabuhan]

Penggolongan tipe di atas bisa dianalisis dengan menggunakan metode agih dengan teknik perluasan dan penggantian

3. Panambang –an yang melekat pada satuan lingual yang berakhir dengan vokal akan mengalami perubahan morfofonemik, seperti berikut ini. (1) Rungu [runu] —> rungon [runon] (2) Tuku [tuku] —> tukon [tukOn] (3) Turu [turu] —> turon [turOn] (4) Luku ]luku] —. Lukon [lukOn] (5) Garu [garu]—> garon [garOn]

Penggolongan tipe di atas bisa dianalisis dengan metode agih dengan teknik ganti, dan pelesapan

4. Panambang –an yang melekat pada satuan lingual yang berakhir dengan vokal i akan mengalami perubahan morfofonemik, seperti berikut ini. (1) Bathi [baTi]—> bathen [baTEn]

(2) Lali [lali] —> lalen [lalEn] (3) Tali [tali] —> talen [talEn] (4) Kali [kali] —. Kalen [kalEn] (5) Pari [pari] —> paren [parEn]

Penggolongan tipe diatas dapat dianalisis menggunakan metode agih dengan teknik lesap, ganti, dan perluasan.

5. Panambang –an yang melekat pada satuan lingual yang berakhir dengan vokal e [e] tidak mengalami perubahan, seperti berikut ini,

(1) Sare [sare] —> sarean [sarean] (2) Gawe [gawe] —> gawean [gawean]

(3) Sade [sade] —. Sadean [sadean]

Penggolongan tipe di atas dapat dianalisis menggunakan metode agih dengan teknik perluasan.

6. Panambang –an yang melekat pada satuan lingual yang berakhir dengan vokal a akan mengalami pelesapan, seperti berikut ini.

(1) Gawa [gOwO] —> Gawan [gawan] (2) Rata [rOtO] —> taran [ratan]

(3) Kanca [kOncO] —> kancan [kancan] Penggolongan tipe diatas dapat dianalisis menggunakan metode agih dengan teknik pelesapan

7. Panambang –an bisa mengakibatkan terjadinya proses derivasional, yakni terjadi perubahan kelas kata dari kata Benda menjadi kata kerja, seperti berikut ini.

(1) Kathok [kato?] —> katho?an]

(2) Sarung [sarun]—> sarungan {sarunan] (3) Klambi [klambi]—> klamben [klambEn} (4) Kemul [kemUl] —> kemulan [kemulan]

Kathok, sarung, klambi, kemul termasuk

kata benda, setelah mendapat akhiran –an menjadi kata Kerja kathokan, sarungan,

klamben, kemulan.

Penggolongan tipe di atas dapat dianalisis dengan menggunakan metode agih dengan teknik perluasan dan teknik ganti.

Kata Benda Kata Kerja

Kathok kathokan

Sarung sarungan

Klambi klamben

(6)

8. Panambang –an bisa mempunyai makna menyangatkan, bila melekat pada kata Sifat, seperti berikut ini.

( 1) gampang —> gampangan (2) isin —> isinan

(3) nesu —> nesunan (4) apik ——> apikan

Penggolongan tipe di atas dengan menggunakan metode agih dengan teknik perluasan.

SIMPULAN

1. Akhiran –an yang melekat pada satuan lingual yang berakhir dengan konsonan, dan sebelum konsonan adalah vokal i [I] maka akam berubah menjadi i [i] bathik [baTI?] —> bathikan [baTi?an]

2. Akhiran –an yang melekat pada satuan lingual yang berakhir dengan konsonan, dan sebelum konsonan adalah vokal u [U] maka akan berubah menjadi u [u] anduk [anDU?]—> andhukan [anDu?an]

3. Akhiran –an yang melekat pada satuan lingual yang berakhir dengan vokal u[u] akan mengalami perubahan morfofonemik.

Tuku [tuku] —> tukon [tukOn]

4. Alhiran –an yang melekat pada satuan lingual yang berakhir dengan vokal i [i] akan mengalami perubahan morfofonemik i [i] bali [bali] —> balen [balEn}

5. Akhiran –an yang melekat pada satuan lingual yang berakhir dengan vokal e tidak mengalami perubahan sare [sare] —> sarean [sarean]. 6. Akhiran –an yang melekat pada satuan lingual

yang berakhir dengan vokal a [a] akan mengalami pelesapan a[g0w0] —> gawan [gawan]

7. Akhiran –an bisa mengakibatkan terjadinya proses derivasional, yakni mengalami perubahan kelas kata dan identitas kata

Sarung ( kata benda)—> sarungan (kata kerja). 8. Akhiran –an bisa mempunyai makna yang

menyangatkan, gampang ‘mudah’—>

gampangan ‘sangat mudah’

DAFTAR PUSTAKA

Soepomo Poedjosoedarmo, 1979. Morfologi Bahasa Jawa. Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Jakarta.

SRY Satriyo Tjatur Wisnu Sasangka. 2001. Paramasastra Gagrag Anyar Basa Jawa. Yayasan Paramalingua. Jakarta.

Sudaryanto. 2001. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa, (ed 2). Duta Wacana University Press.Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini kurator-lah yang memegang peranan utama dalam mengurus dan membereskan harta pailit sesuai ketentuan Pasal 16 ayat (1) UU No. Berdasarkan uraian

Saragih beserta tim sukses dimulai dengan melakukan pemantauan terhadap lawan politiknya untuk mengetahui kekurangan strategi yang dikembangkan oleh lawan politiknya, untuk

Hasil penelitian yang diperoleh menjelaskan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara efikasi diri dengan prestasi belajar pada peserta didik kelas VIII SMPN

Wadah kaleng pada awalnya terbuat dari plat timah ( tin plate ) yang terdiri dari :lembaran dasar baja dilapisi timah putih (Sn) dengan cara pencelupan dalam timah

Adityo Dwiarto tidak akan pernah cukup berterima kasih kepada; ayahanda Adiastoro, S.IP, MBA dan ibunda Diana tercinta atas seluruh kasih sayang, perhatian dan pengorbanan

Aman dimaksudkan agar daging yang dikonsumsi bebas dari bibit penyakit, Sehat dimaksudkan daging mempunyai zat-zat yang berguna bagi kesehatan dan pertumbuhan, Utuh

Yayun Maryun (2007) Melakukan penelitian tentang Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Petugas Program TB Paru Terhadap Cakupan Penemuan Kasus Baru BTA (+) di

Tidak seperti di madrasah, kurikulum pembelajaran bahasa Arab yang digunakan di perguruan tinggi Islam agaknya lebih fleksibel, karena pencapaian tujuan