• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Komunikasi Politik Teman Ahok Pada Prapilkada DKI Jakarta 2017 (Studi Kasus Penggunaan Facebook Dalam Mobilisasi Dukungan KTP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Strategi Komunikasi Politik Teman Ahok Pada Prapilkada DKI Jakarta 2017 (Studi Kasus Penggunaan Facebook Dalam Mobilisasi Dukungan KTP)"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.. Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP.

(2) Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(3) Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(4) PANDUAN PERTANYAAN NO. Daftar Pertanyaan. 1. Kenapa menggunakan Facebook sebagai media strategi komunikasi politik?. 2. Bagaimana Teman Ahok memetakan khalayak dalam penggunaan Facebook sebagai strategi komunikasi politik?. 3. Bagaimana Teman Ahok menentukan pesan dalam strategi komunikasi politik?. 4. Bagaimana Teman Ahok memaksimalkan penggunaan Facebook sebagai strategi komunikasi politik sebagai mobilisasi dukungan KTP?. 5. Upaya apa saja yang dilakukan Teman Ahok dalam mobilisasi dukungan?. 6. Faktor apa yang mendukung dan menghambat mobilisasi dukungan KTP dalam penggunaan Facebook sebagai media strategi komunikasi Politik?. 7. Bagaimana Teman Ahok mengevaluasi penggunaan Facebook sebagai media strategi komunikasi politik dalam mobilisasi dukungan KTP?. 8. Apakah upaya mobilisasi dukungan Teman Ahok melalui Facebook sudah berhasil?. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(5) TRANSKRIP WAWANCARA I Tanggal wawancara : 21 April 2017 Narasumber. : Singgih Widiyastono (Pendiri Teman Ahok) (S). Q S. : sebenarnya tujuan terbentuknya Teman Ahok apa sih mas? : sebenernya gini. Kita dari dulu kepengen ada orang yang bener-bener berpihak pada rakyat. Ya ita memang melihat dari sosok bapak yang agak gila, trus kita anggep sebagai terobosan yang baru. Kan banyak orang yang cuman mikir, mereka cuma teriak-teriak doang di social media waktu kita bikin Teman Ahok, sampai akhirnya bikin wadah Teman Ahok itu. Cita-citanya ya sama, kita kepengen orang bisa nerima gaya baru kepemimpinan. Pak ahok sendiri. Sama mungkin kita mau ngajak masyarakat untuk terlibat langsung dalam kegiatan politik. Toh, selama ini mereka ngga tahu biasanya untuk menentukan calon pemimpin. Biasanya hanya segelintir orang aja. Misalnya dalam lingkungan partai politik atau lingkungan politik tapi sekarang kan kita sudah bisa menentukan, ketika kita ngumpulin KTP. Itu kan menentukan secara langsung bahwa „oh ini ada orang baik lho, kita bisa menggunakan cara ini, dari jalur independen atau jalur perseorangan lah bahasanya, buat majuin orang baik. Makanya itu cita-cita kita kepengen banyak orang terlibat, masuk ke dalam lingkaran politik. Biar orang tahulah bagaimana menentukkan sikap, terus tingkah laku segala macem biar orang bisa menyimpulkannya gampanglah.. Q. : dulu Mas Singgih bersama para founder adalah relawan di Jakarta Baru, kenapa cuma berlima, yang lainnya kemana? : sebenarnya gini. Kan kita punya gagasan berlima. Sebenarnya empat. Hanya empat. Saya, Mas Tommy, Mas Bowo, Mas Richard. Minus Mba Amalia karena Mba Amalia ngga tergabung di Jakarta Baru. Kita kan punya grup. Dulu masih pake grup BBM, kan whatsapp belum begitu pengaruh. Trus kita bilang „eh kita mau ketemu nih‟. Akhirnya yang ketemu kan cuma berempat. Yang punya narasi yang sama untuk mendukung calon yang agak gila cuma berempat. Yang lain sudah agak,, kan kita ngga semuanya seumuran, gitu kan. Yang paling muda kita berempat. Yauda deh, kita bikin bareng-bareng berempat. Kebetulan ketemu sama Mba Amalia. Sama Mba Lia jadi berlima, kita punya narasi yang sama, pengen dukung orang yang sama, yauda jadilah Teman Ahok ini. Kemana yang lain? yang lain kan punya kesibukan masingmasing. Kebetulan saya dan teman-teman ada yang kerja, ada yang kuliah tapi fleksibel gitu. Jadi bisa kita jalan barenglah.. S. Q S. : awalnya merangkul masyarakat luar untuk terlibat sebagai relawan tuh gimana sih? : sulit sih pertamanya. Dulu dari temen ke temen. Saya punya temen berapa. Kan kita lewat media sosial kan semua. Di bulan Juni 2015 kan kita terbentuk, 15 Juni 2015.. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(6) Q S. Itu ngajak orang satu demi satu kan susah. Nah itu lewat temen ke temen aja. Satu yang namanya relawan kan kita ngga forsir mereka sebagai sebuah pekerjaan. Dateng ke sini (Graha Pejaten) trus mereka mau pulang lagi ya terserah. Makanya ya dari temen ke temen aja sih. Akhirnya mereka, yauda. Sekarang total ada sekitar 30an lah yang bener-bener available di sini. : bentuk kerelawanan Teman Ahok seperti apa sih? Karena ada relawan kan macemmacem ya : sebenarnya kalo dari segi relawan, dari dulu, dari jamannya Megawati, dari jamannya SBY sudah ada relawan. Cuman dari Jakarta Baru juga ada relawan. Cuman relawan yang sekarang kita pengen itu bukan sekedar relawan yang menjalankan fungsi dan tugas sebagai relawan. Misalnya, mendukung saja lalu tidak ada bantuan segala macem kan. Dulu kan mungkin relawan dibiayai sang calon, tapi sekarang kami mencoba membiayai diri kami sendiri. Dengan penjualan merchandise, segala macem, yang bikin kita beda. Trus kenapa struktur Teman Ahok sebegini besar, sebegini populer, karena kami memelihara temen-temen dengan tidak, apa ya, kan kalo relawan itu kan sebenernya gini “ketika lo udah masuk relawan, udah pasti lu udah peres tenaganya, udah peres otaknya, masa lo masih diperes materinya”, gitu kan. Kami belajar dari situ, kami belajar agar temen-temen betah di kami, gimana caranya. Kami berjualan. Artinya harus ada uang ganti buat mereka. Misalnya, mereka ke sini pasti butuh ongkos, makanya kami mencoba membedakan segi relawan yang dulu, waktu kami di Jakarta Baru dengan yang sekarang. Sekarang kami bisa mencari uang sendiri. Bisa mendanai gerakan sendiri tanpa perlu minta-minta sama yang lain.. Q S. : pendanaan untuk relawan sendiri itu hanya uang transport kan ya? : iya. Hanya uang transport saja. Selebihnya ya itu dari mereka sendiri. Q S. : jumlah relawan keseluruhan berapa sih mas? : yang ter-regis ya? kalo yang ter-regis di kita ada 500an.. Q S. : itu tersebar di enam wilayah di Jakarta : iya tersebar di enam wilayah itu. Tapi kalo yang ngga ter-regis mungkin jumlahnya jutaan.. Q S. : kalo jumlah poskonya berapa mas? : kalo booth mall kita punya 28 dulu. Posko rumah itu ada 120-an.. Q S. : tugas utama seorang relawan di Teman Ahok apa sih mas? : waktu dulu sih ya pasti ngumpulin KTP. Ajak orang sebanyak mungkin buat ngumpulin KTP gitu kan. Kalo masuk pilkada kan, paling sosialisasi aja kan. Tapi tugas utama ya itu, mengajak sebanyak mungkin orang untuk pertama, memperkenalkan produk. Produknya apa ya Ahok. Program dan segala macemnya ya produk. Yang kedua, ya tadi. Meng-grab sebanyak mungkin KTP.. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(7) Q S. Q S. : terkait dengan ngumpulin KTP, ada target ngga sih mas? : kalo target punya, punya target setiap hari, setiap minggu, setiap bulan. Cuman kadang kan targetnya ngga berbanding lurus misalnya, sangat tinggi sih sekali, kadang malah ngga tercapai. Untuk pertama ngumpulin, targetnya 100 tapi dapetnya 20-30. Tapi kan itu kita anggep sebagai hutang. : ketika perekrutan relawan, ada semacam sistem open recruitment ngga sih? : kita selektif sih pasti. Karena kita ngga kenal sama semua orang. Pastikan temen ke temen dulu yang diprioritaskan. Ini bawaannya siapa, oke ini. ini track record gimana. Jadi secara ngga langsung kita kecolongan. Tapi kita belajar dari itu semualah. Jadi ada proses seleksinya dulu. Tapi yang pasti mereka disuruh dateng ke sini (Graha Pejaten) dulu.. Q S. : waktu kecolongan itu, kecolongan gimana sih? : kecolongan yang dulu pas katanya relawan Teman Ahok dibayar. Yang kayak gitugitu. Iya betul mereka kita bayar. Mereka kan sudah tenaga segala macem. Masa iya kita masih ngga bayar. Trus kayak relawan yang jaga booth mall kan kita bayar. Kayak gitu. Cuman kan ada beberapa orang yang ngga seneng. Jadinya kayak gitu.. Q S. : berapa lama sih mas proses rekruitmentnya? : kalo proses rekruitment sebenarnya mereka bisa dateng kapan aja. Cuma „mas saya mau bantu‟, „oh boleh. Apa latar belakangnya?. Q S. : kalo boleh tau ni mas. Berapa sih bayaran buat relawan? : tergantung sih. Kalo relawan booth mall itu kan dihitung dari jumlah banyaknya merchandise yang terjual berapa, keuntungan berapa persennya untuk mereka.. Q S. : oh jadi kayak bagi hasil gitu ya mas? : iya betul. Q. : dari sistem rekrut ada tahap wawancara kan, alasan mereka mau menjadi relawan apa sih? : karena mereka belum pernah ngerasain apa yaa.. gaya politik kayak gini, yang kayak Teman Ahok rasakan. Mereka selama ini dukung orang yang sudah ada barangnya. Tapi mereka ngga pernah terlibat dalam ketentuan, misalnya penentuan mau majuin orang, mereka harus milih orangnya. Kita selalu ngomong bahwa Teman Ahok melakukan proses yang sangat ketat kayak kita pertama harus memilih orangnya dulu. Kedua mendanai sang calon. Jadi memilih dan mendanai sang calon ini kerjaan dari masyarakat. Bukan kemaren dari, pas kemaren ngumpulin KTP itu kita ngga ada partai politik sama sekali. Ya artinya memilih, mengajak orang, sampai mendanai cara gerakan ini berjalan adalah dari orang itu sendiri. Jadi orang itu senenglah.. S. Q S. : bagaimana sih kriteria yang layak untuk menjadi relawan? : yang pasti apa ya, yang pasti mereka domisili KTP Jakarta. Punya kenalan yang cukup banyak. Trus punya wawasan tentang Ahok. Karena mereka harus punya. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(8) wawasan tentang Ahok. Kalau mereka ngga punya wawasan tentang Teman Ahok, mereka gatau mereka sebenarnya dukung siapa. Q S. : Ciri khas dari Teman Ahok dibanding dengan komunitas lain apa sih? : kita membiayai gerakan kita sendiri. Itu sih yang paling besar. Supaya semua berjalan dengan baik tanpa ada kepentingan apapun.. Q S. : waktu itu ada komunitas lain ngga sih? Atau Cuma Teman Ahok aja? : ngga ada. Cuma kita aja.. Q S. : komitmen apa yang harus dipegang relawan untuk tergabung di sini? : sebenarnya sih keyakinan mereka. Kita ngga bisa menilai mereka, misalnya lo yakin masuk Teman Ahok komitmennya apa, ngga bisa segitunya. Itu balik lagi ke keyakinan mereka untuk menjadikan Jakarta lebih baik. Kita cuma kepengen mereka punya keyakinan itu. Jadi misalnya, saya punya temen satu orang tapi kalo tiba-tiba mereka membelot, kita kan ngga tahu juga. Kita ngga bisa pegang komitmen yang saklek ke mereka. Komitmennya cuma tadi, yakin dukung Ahok? Iya yakin. Dengan alasannya apa, kalo mereka bilang pengen Jakarta lebih baik. Itu udah cukuplah buat kita.. Q. : kalo misalnya ada orang dateng ke sini, bawa sejumlah berkas KTP, apakah dia juga disebut sebagai relawan juga? : iya. Kita menyebut semua yang memberikan KTP itu relawan. Karena mereka bisa meng-grab siapa aja. Tanpa perlu terdaftar sama kita. Jadi yang spesifik terdaftar. Jadi misalnya yang spesifik terdaftar itu mereka buka booth atau buka penyaluran KTP di rumahnya. Itu yang spesifik. Kita bisa ngejar mereka, udah berapa KTP. Share ke kita dong. Tapi kalo misalnya, ada orang yang ngajak temennya ya itu juga kita sebut relawan.. S. Q S. : terkait strukturnya, bagaimana sih struktur di Teman Ahok? : kita sama kan ada ketua, ketuanya Mas Bowo, wakilnya ada dua Mas Richard dan Mas Toni. Saya sekretaris. Mba Amalia bendahara. Tapi kita kan di balik itu semua ngga pernah yang namanya kerja sendiri-sendiri. Kita selalu kerja tim, jadi kita ngga pernah apa ya, itu hanya sebagai catatan ke Menkumham aja sih. Tapi secara kerja kita ngga pernah sendiri-sendiri. Dari struktural, kita ngga pernah mempertimbangkan itu.. Q S. : untuk koordinator relawan, yang meng-handle itu siapa sih? : yang handle koordinator relawan? Kita bareng-bareng semua sih.. Q S. : ada berapa koordinator relawan? : sebenernya sistem kerjanya kita kayak MLM ya. dari tingkat atas sampe bawah. Kita pertama punya koordinator posko dulu. Koordinator posko itu jumlahnya sesuai dengan jumlah kecamatan yang ada di Jakarta sekitar 40-an. Nah trus ada lagi yang. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(9) sampai tingkat bawah, yaitu koordinator kelurahan. Jadi mereka yang nyari KTP di bawah. Baru di bawahnya relawan. Itu yang terdaftar di kita. Tapi rata-rata ya kayak tadi. Misalnya relawan ambil satu orang, satu orang, satu orang. Q S. : kalo yang mall-mall masuknya ke mana mas? : booth mall ya? itu ada koordinatornya sendiri.. Q. : menurut Mas Singgih, peran dan fungsi relawan tuh vital ngga sih? Dan bagaimana peran mereka? : kalo ditanya vital, ya pasti vital ya. mungkin kalo dulu bapak ngga dijagain sama kita buat ngumpulin KTP, saya rasa bapak ngga akan dipilih untuk maju pilkada DKI gitu. Banyak orang yang busuk segala macem gitu kan. Makanya kalo ditanya peran Teman Ahok vital apa engga, ya pasti vital. Kita relawan Teman Ahok menjaga supaya bagaimana ritme di bawah atau darat itu berjalan dengan baik. Jadi relawan tuh ngga cuma main di udara, maksudnya di media sosial segala mace, teriak-teriak gitu, tapi harus juga di darat. Makanya relawan itu sangat vital sekali karena mereka bisa mengerjakan pekerjaan mereka di darat. Di darat tuh artinya kampung, segala macem gitu.. S. Q S. : pembagian tugas dan tanggung jawab relawan yang ngumpulin KTP, sosialisasi, seperti apa sih? : satu relawan menjalankan tiga peran sekaligus. Mereka megang tiga peran. Mereka kan dapet training dari kita. Mereka juga dapet buku saku dari kita. Ini lho yang perlu kamu tahu soal Ahok. Mereka tahu Ahok, tapi mereka ngga tau tentang kebijakan, program segala macemnya mereka ngga tau.. Q S. : yang mengatur dan mengawasi pelaksanaan tugas relawan itu siapa? : kita semua sih. Kita selalu meeting sama mereka setiap minggu. Jadi kita selalu evaluasi. Karena evaluasi itu penting buat kita. Apa kendala apa masalah di bawah. Itu kan harus kita cari solusinya bareng-bareng. Kita by phone kontrol semua lewat whatsapp group, kita kontrol semua.. Q S. : koordinator yang sekian banyak itu, tugas mereka apa sih? : kalo koordinator yang 40-an itu mengkontrol relawan yang di bawah sih. Jadi gini, dari relawan yang paling bawah itu kan ngga langsung nyetor ke kita kan tiap hari. Misalnya wilayah di Jatinegara kan terlalu jauh kalo ke sini (Graha Pejaten). Jadi si petugas ini mereka report. Jadi setiap hari mereka dapet berapa, mereka report ke kita. Supaya kita bisa taro di website, bisa taro media sosial. Oh per hari ini udah dapet segini lho. Jadi fungsi dari mereka ya itu, apa ya, mencatat jumlah juga memverifikasi data.. Q S. : berarti periode mereka report tuh setiap hari ya? : iya, setiap hari.. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(10) Q S. : rata-rata berapa sih mas per hari? : tergantung sih dari masing-masing wilayah. Ngga bisa ketebak.. Q. : terkait dengan otoritas, soal pengambilan keputusan, penentuan jenis kegiatan, siapa yang memegang kendali itu? : ya itu, seperti yang saya bilang. Jadi semuanya kerja tim. Semua harus dipertimbangkan. Kita kan musyawarah musafakat. Jadi so far kita kerja, kita punya ide ini, punya pekerjaan kayak gini, semua bisa dipertimbangan dengan baik. Kalo ada yang ngga setuju ya dicari solusinya gimana. Pokoknya voting sih. Kita kan berlima. Pasti kan voting itu kan penting. Siapa yang setuju. Siapa yang engga gitu.. S. Q S. : selain pengumpulan KTP, ada ngga sih kegiatan lain kayak makrab atau meet and greet antarrelawan karena relawannya banyak? : ada. misalnya perayaan 500rb KTP. Kan menjaga silaturahmi antarmereka jadi baik. Trus kayak ketemu relawan kan kita rutin. Setiap minggu misalnya kan kita sering ketemu koordinator kelurahan misalnya. Ketemu koordinator posko misalnya, kan rutin.. Q S. : kalo ketemuan biasanya di mana sih mas? : kita selalu ngumpulin mereka pasti di sinilah. Kalo cuma 40 orang, koordinator posko kan di sini. Kalo skalanya agak besar, biasanya kita bikin di depan (halaman di Graha Pejaten).. Q S. : ada program kerja ngga selain pengumpulan KTP itu? : waktu dulu kita ngga punya program kerja sih. Cuma pengumpulan KTP karena kita fokus ke pengumpulan KTP aja. Nah kalo bagian penjualan merchandise kan itu bagian dari bagaimana menghidupi gerakan-gerakan ini. Makanya program kerjanya cuma itu. Cuma bagaimana pengumpulan KTP berjalan dengan lancar.. Q S. : kenapa ngga dibuat program kerja yang terstuktur? : kan kalo terlalu banyak pilihan program, saya rasa nanti ngga fokus gerakannya. Kalo hanya pengumpulan KTP kan mereka hanya fokus ke pengumpulan KTP. Hanya bagaimana mencari sebanyak-banyaknya KTP terkumpul supaya bisa maju jalur independen tadinya. Kalo programnya terlalu banyak, secara ngga langsung kan membingungkan.. Q S. : upaya apa saja yang dilakukan Teman Ahok untuk mengumpulkan KTP? : yang jelas kita memaksimalkan bagaimana relawan menghimpun KTP. Dateng dari rumah ke rumah. Lebih kepada serangan darat aja. Kita juga bangun posko di banyak tempat. Di rumah warga, di mall, di event-event dan semua itu yang mengerjakan masyarakat. Terakhir waktu itu kita bikin Teman Ahok Fair. Di situ kita galang dana juga dan ngumpulin KTP juga. Persiapanlah. Buat verifikasi ke KPU juga. Media sosial juga kita gunakan. Kita sangat terbantu dengan media sosial.. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(11) Q S. : bedanya posko yang di rumah-rumah sama yang di mall apa sih? : sebenernya sama. Posko-posko itu jadi pos pengumpulan KTP. Ada yang didirikan sama kita, sama Teman Ahok. Ada juga yang masyarakat buat. Itu namanya posko partisipasi. Kalo yang kita bikin itu semua dari kita. Mulai dari printer yang ada fotokopinya, spanduk, handphone segala macem itu dari kita. Kita pinjeminlah istilahnya. Tapi kalo yang partisipasi itu bener-bener dari masyarakat. Kita ngga provide mereka. Mereka cuma koordinasi sama kita dan kita share di website. Sedangkan kalo yang di booth mall itu sebenernya dia jualan merchandise. Kan kita hidupnya juga dari situ. Kita jualan di situ sekalian ngumpulin KTP juga.. Q S. : menetapkan tempat untuk pendirian posko Teman Ahok gimana mas? : yang jelas kita bangun posko di wilayah basisnya pendukungnya Ahok. Itu akan lebih mudah buat kita bergerak. Jadi kita survey dulu yang jelas. Cari tahu dulu gimana situasinya. Kemudian kita coba masuk ke kampung-kampung. Mendirikan posko sampe tingkat bawahlah pokoknya. Kita kan evaluasi terus. Update perkembangan ngumpulin di posko seperti apa. Oh ternyata di Selatan responnya oke. Ya kita pikirin gimana caranya biar bisa terus meningkat. Tapi kalo misalnya ngga bagus kayak di Jakarta Timur gitu, ya kita pindah atau tutup sementara. Kadang masyarakat mungkin jenuh juga. Jadi kita cari tempat lain lagi buat ngumpulin.. Q S. : selama pengumpulan KTP, hambatannya apa aja sih mas? : hambatannya. Sebenarnya hambatannya ngga banyak. Cuma banyak orang ngga tau sih ini untuk apa. Jadikan harus kita jelaskan ulang. “oh ini untuk Ahok ya. Untuk maju independen ya”. Jadi kalo hambatan sih kita ngga menemukan hambatan di lapangan.. Q S. : apakah ada pertemuan rutin yang wajib dihadiri oleh relawan mas? : evaluasi tiap minggu tuh wajib. Tiap hari jumat biasanya. Itu untuk evaluasi. Evaluasinya tentang berapa dapet KTP-nya, trus masalahnya di mana. Solusinya bagaimana. “Ni ada acara baru buat ngumpulin KTP”. Kita jabarkan ke mereka.. Q S. : durasi rapatnya kira kira berapa lama mas? : dua-tiga jam.. Q. : apa yang dilakukan founder ketika ada relawan ngga memenuhi target pengumpulan? : karena ini kita gerakan kerelawanan, artinya kita ngga bisa menghukum mereka. Seperti kerjaan, karena target ngga bisa dipecat atau segala macem. Tapi bagaimana mereka mengembangkan yang terbaik sehingga mereka bisa misalnya musti ngapain, mereka bagaimana caranya. Makanya setiap minggu ada evaluasi. Untuk apa fungsinya? Kita dengerin dulu ni masalah mereka sebenarnya seperti apa. Trus minggu depannya kita cariin solusinya. Ini lho caranya. Dulu awalnya waktu ngumpulin KTP, ngga bisa ni kalo cuma dari rumah doang. Makanya solusinya di mall. Karena orang Jakarta senengnya ke mall. Makanya solusi yang dipake kan di. S. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(12) mall. Trus kalo udah sampe mall. Cara keduanya bagaimana? Kalo kita bikin di rumah doang kan ngga bisa. Yauda kita bikin yang mobile aja. Misalnya hari ini kita ngumpulin KTP, kita mobile. Kayak gitu-gitu sih. Setiap evaluasi harus ada solusinya. Jadi kalo ditanya ada hukuman apa engga, engga. Kita paling kasih unjuk aja, ini cara yang paling baik. Q S. : apakah ada sejumlah aturan yang harus dipatuhi oleh relawan ngga sih? Kayak do and don‟t nya? : yang pasti jangan pernah memalsukan data sih. Kita ngga pengen mereka memalsukan data berapapun itu, siapapun. Karena kita ngga sekadar butuh banyak tapi kita juga butuh keabsahan data. Itu yang paling penting sih. Jangan memalsukan data.. Q S. : apakah ada reward untuk relawan ngga sih ketika mereka bisa melebih target? : reward ya? reward enggalah. Mereka biasa aja sih. Kita juga biasa aja.. Q S. : mas singgih turun ke lapangan berapa kali dalam seminggu? : kalo temen-temen di sini sebenarnya kita ngga bisa turun ke lapangan. Kalo founder jarang banget bisa turun ke lapangan. Karena setiap hari selalu menemukan masalah di sini. Jadi ngga bisa turun ke lapangan. Kita paling by control aja sih. Kayak telfon segala macem.. Q S. : berarti yang laporan koordinator langsung ya? : iya betul, koordinator.. Q. : mas singgih sendiri pernah komunikasi secara langsung ngga sih dengan relawan di lapangan? : oh iya pasti. Komunikasi langsung kan pasti. Kan kadang kan bikin acara yang agak besar, misalnya kumpul relawan kayak gitu-gitu kan. Trus kalo ada masalah kita dateng langsung ke lapangan.. S. Q S. Q S. Q. : kalo pembawaan Mas Singgih dan temen temen lebih suka ngobrol kayak ini atau lebih komunikasi formal? : ngobrol sih. Karena kalo ngobrol kita lebih gampang buat observasi. Tapi kalo ngasih kerjaan atau tugas ke mereka, pake komunikasi formal lah. : mas Singgih kontakan sama mereka hanya melalui whatsapp ni. Menurut Mas Singgih efektif ngga sih? : efektif. Efektif sekalilah. Cara paling efektif ya lewat grup whatsapp. Kita menemukan komunikasi yang cukup baik ya melalui whatsapp. : kalo ketemu para koordinator kan di sini, ngebahas tentang apa sih?. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(13) S. : ya tadi. Soal evaluasi. Bagaimana masalah yang dihadapi relawan trus cariin solusinya. Sekedar itu aja. Trus soal perkembangan Ahok gimana. Itu kan harus diupdate terus ke bawah.. Q. : soal penyebaran informasi, misalnya target kita hari ini sekian ya.. yang broadcast itu siapa mas? : dari kita. Langsung ke koordinator, trus ke relawan.. S Q S. : suka ada tanggepan dari relawan ngga sih? : ya kadang kan informasi suka terputus di tengah. Artinya mungkin koordinatornya sibuk kerja atau apa. Trus ngga tau info apa-apa relawannya. Trus ya pasti ada aja yang kayak gitu gitu. Cuman kan kita selalu kasih pengertian ke koordinator poskonya. Dipanggil, dipanggil lagi, dikasih ngerti lagi. Kan ngga gampang untuk mengatur orang. Kita belajar untuk kayak gitu, gimana caranya. Mengatasi masalah bagimana, kayak gitu-gitu.. Q. : mengantisipasi misscommunication gimana? Kalo koordinatornya sakit atau ilang ngga ada kabar : kan ada ini kalo di rapat, hmm catetan gitu ya. kita kasih ke mereka. Nih yaa rapat kita hari ini.. S. Q S. : value apa sih yang ditanamkan Teman Ahok kepada relawan? : apa ya, kita pengen kegiatan politik itu berjalan dengan ceria. Ngga ada intimidasi. Trus kita juga kepengen semua masyarakat itu bisa memilih, mendanai, hingga mencalonkan itu dengan mereka sendiri. Jadi bahasa kita, kita kepengen masyarakat terlibat banyak di kegiatan politik.. Q S. : caranya gimana mas? : ya bergabung dengan Teman Ahok. Toh, yang jadi relawan ini ngga orang muda semua. Kami berlima orang muda. Tapi di bawah ternyata banyak yang orang-orang tua. Kalo ditanya masalahnya apa? “Dulu waktu jamannya saya ngga ada kegiatan kayak gini. Misalnya jamannya era Soeharto.” Trus reformasi segala macem kan belum ada yang kayak gini, ruang terbuka. Orang bisa nentuin calon. Orang bisa mendanai segala macem. Ini kegiatan yang luar biasalah.. Q S. : suka ada masukan ngga sih dari relawan? : banyaklah. Q S. : dalam bentuk? : saran sih yang paling banyak. Misalnya, pengumpulan KTP nya lagi loyo. Kita kan harus bangun narasi setiap harinya, Teman Ahok kan juga pusing mikirin narasi setiap hari. Bagaimana caranya supaya orang mau ngumpulin KTP. Tapi kalo ada masalah, biasanya rame. Misalnya dulu ada penggusuran kampung pulo. Itu kan jadi masalah penggusuran kampung pulo. Itu malah rame pengumpulan KTP-nya. Narasi-narasi. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(14) kayak gitu yang kadang, kita harus nunggu moment. Atau mungkin kita bikin moment. Jadi kita, kan semua yang dikerjakan oleh Teman Ahok itu Trial by Error. Jadi kita selalu coba, kalo ada error, errornya dimana, kita coba lagi, coba lagi sampe akhirnya ketemu moment. Q S. : dari segala usaha yang dilakukan Teman Ahok dalam mengumpulkan KTP, kira kira mana yang paling efektif untuk mengumpulkan KTP? : ya kayak yang saya bilang tadi. Semua usaha kita sebenernya kita kerjakan dengan trial by error. Kalau ada salah, ya di mana salahnya. Cuma kalo dibilang paling efektif, semuanya efektif-lah. Toh semuanya berkesinambungan sebenernya. Memang kita bener-bener kebantu di media sosial. Karena anak muda kan senengnya main media sosial. Apalagi pas kita kluarin video di youtube. Itu lumayan terkumpulnya. Kemudian di Teman Ahok Fair juga banyak. Kita mengumpulkan dana juga di situ. Intinya dari yang semua kita kerjakan, kita berusaha mengajak orang sebanyak mungkin. Ini yang mengerjakan kan masyarakat sendiri. Mereka juga membantu menggerakkan gerakan ini berjalan, entah itu dengan mengumpulkan KTP, membeli merchandise kita.. Q S. : waktu ada perubahan syarat minimal dukungan, apa sih reaksi dari para relawan? : dulu kan kita sampe dua kali kan ngumpulin KTP. Cuman ya abis mau gimana gitu kan. Daripada nanti terganjal hal yang lebih lagi. Tapi itu di Maret kan ya. Malah waktu itu yang collapse gara-gara ngga ada nama calon wakil gubernurnya. Itu lebih luar biasa malah. Itu dalam dua bulan kita bisa ngumpulin 700 ribu KTP itu kan sesuatu yang gila. Dari yang awalnya lambat, lambat, tapi karena ya itu banyak orang peduli, trus rame-rame kan. Ya jadinya begitu.. Q. : waktu itu cara Mas Singgih ngomong ke relawan yang kecewa soal perubahan syarat minimal dukungan itu? : engga sih. Mereka ngga kecewa. Bahkan mereka lebih ekstrim dari kita. Kadang kita mikir ngga banyak orang yang mau bantu setelah ngumpulin KTP ulang. Tapi ternyata engga. Ini harus jalan. Jadi mereka malah lebih gila dari kita malah. Kadang kita punya yeaa beberapa pertimbangan, tapi mereka yang kayak “udah mas, tabrak aja. Udah”. Di situ saya semakin percaya bahwa people power itu luar biasa.. S. Q S. : apakah ada mediasi yang dilakukan Teman Ahok dengan pemerintah ketika itu? : engga ada. kita ngga pernah ada memediasi dengan pemerintah sih. Biasanya kita cuma ke KPU atau kita undang KPU ke sini untuk nanya, boleh ngga kayak gini. Ini boleh apa engga. Sebatas konsultasi aja.. Q S. : waktu Ahok memilih partai ni, reaksi temen-temen relawan seperti apa sih? : karena kita semua dulu ngumpulin buat independen, ya pasti kecewa. Secara ngga langsung kita punya perasaan yang sama gitu kan. Cuma ngga boleh egois kita dulu mikir kalo bapak maju lewat partai politik. Ya kayak gitulah. Kalo ditanya kecewa ya pasti kecewa.. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(15) Q S. : berapa kira kira relawan yang “yaudahlah, gue cabut aja” : saya rasa banyak sih. Cuman kita ngga bisa ngitung berapa jumlahnya. Dulu kan waktu independen, kita gampang sekali untuk ngumpulin uang. Kita gampang sekali untuk menggerakkan orang. Dateng ke tempat ini misalnya bawa makanan kita makan bareng-bareng. Itu gampang sekali. Tapi sekarang? Karena bapak masuk partai politik, ngga segampang itu.. Q S. : waktu itu Mas Singgih ngademin relawan tuh gimana sih? : yaa,, kita selalu bilang bahwa ini jalan yang paling baiklah. Jalan paling baik untuk bapak maju. Jadi kita bilang ya sudah, ngga ada yang perlu ditangisi, ngga ada yang perlu disesali.. Q S. : mereka menerima dengan legowo ngga mas? : yaaaaa harus terpaksa mungkin ya. Kayak kita aja mungkin. Menerima dengan sangaatt,, yaa terpaksa.. Q S. : pernah berusaha ngobrol ngga sama bapak soal ini? : ngobrol. Kita kan selalu ngobrol. “Ya ini udah jalannnya. Nanti kalo saya maju lewat independen takutnya ada masalah segala macem”. Kita udah ngobrol. Tapi pilihannya tetap pada partai politik ya kita ngga bisa apa-apa.. Q S. : kalo tadi konflik di luar, pernah ngga sih ada konflik internal antar relawan? : kalo saling konflik sih engga. Karena kerjanya juga terbatas. Jadi mereka di wilayah mana, ngga boleh bentrok sama wilayah yang ini.. Q. : kalo di satu wilayah gitu, ada ngga mas? Mungkin bukan konflik gontok-gontokkan, tapi mungkin hard feeling. Ada ngga? : kalo hard feeling ngga juga sih. Kita kontrol banget mereka ya. kita menjaga mereka banget supaya ritme mereka juga baik. Jadi ngga ada sih.. S. Q S. : berarti ngga ada konflik internal dong mas? : engga sih. Engga ada. kita ngga pusing mikirin relawan. Kita lebih pusing mikirin pencapaian pengumpulan KTP.. Q. : pernah baca berita ada mantan relawan yang bilang kalo Teman Ahok itu keuangannya ngga transparan trus banyak manipulasi data. Bagaimana penyelesaian dari Teman Ahok? : ya kan sebenarnya kan caranya, ya kita kan selalu bilang kita selalu ngecek satu per satu gitu. Ya bener mereka relawan kita gitu. Cuman masalahnya mereka kan waktu itu relawan kan ngga dibayar kok sekarang tiba-tiba dibayar. Kondisinya seperti itu. Kita udah meras tenaga mereka, masa kita harus meras materi mereka. Kayak gitu. Trus kalo dibilang ngga transparan, ngga transparan bagian mananya. Masa dana. S. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(16) pengelolaan Teman Ahok harus diberikan semuanya ke relawan sih. Ini gue punya duit segini, dari hasil penjualan segini. Kan ngga kayak gitu. Q S. : pernah ketemu orangnya langsung ngga mas? : ketemu pernah. Waktu ketemu di beberapa stasiun TV. tapi biasa aja.. Q S. : pernah ngajak ngobrol sama dia ngga mas? : yaa sudahlaah. Kita ngga terlalu masalah sih sama yang kayak gitu-gitu. Satu dua orang bikin penyakit itu biasa.. Q S. : bagaimana Teman Ahok menggambarkan sesosok Basuki Tjahja Purnama? : apa ya. sosok yang gila sih buat kita. Orang yang kadang, hmm,, apa yaa.. kita ngga bisa menilai dia sebagai sebuah atau sesosok yang gimana yaa... ini orang kan agak aneh dibandingkan dengan politikus yang lainnya. Ngga peduli pencitraan, ngga peduli gaya bicara segala macem gitu, tapi orangnya asal tabrak aja apapun selama masih sesuai undang-undang. Itu pandangan saya pribadi. Trus kalo temen-temen mungkin memandangnya sebagai sesosok yang kerja keras ya. Dia kerja buat rakyat. Ngga pernah mikirin diri sendirilah. Gitu. Jadi ni orang gila lah.. Q S. : apa hal tersebut yang berusaha disampaikan ke masyarakat? : oh yaa. Narasi-narasi seperti itu yang berusaha kita sampaikan ke masyarakat.. Q S. : caranya? : ya banyak. Melalui media sosial. Lewat penyampaian evaluasi temen-temen di sini. Kita kan selalu nyiapin mereka untuk bagaimana caranya bercerita. Bercerita yang baiklah. Kita menceritakan. Jadi orang kan bakal kena dan kenal kalo bercertia aja. Misalnya warga A kenal sama warga B kan karena bercerita. Jadi bagaimana membangun narasi dengan bercerita.. Q. : tadi di awal kan dibilang kalo ada training sebagai represent dari Ahok, berapa lama sih trainingnya? : ya sebentar sih training kayak gitu sih. Mereka kan sudah kenal Ahok sebenarnya. Cuman kan yang belum kenal itu program. kan ngga banyak yang tahu programnya apa dulu. Jadi mungkin lebih ke program yang kita kenalkan ke mereka.. S. Q S. Q. : ngga semua orang punya style komunikasi yang oke, apakah ada training kayak gitu juga? : kita selalu bilang sama mereka yaaaa be yourself ajalah. Jadi gaya mereka sendiri ajalah. Terserah mereka mau menyampaikannya seperti apa. Kita ngga mentingin gaya bicaranya. Yang penting penyampaiannya ceritanya seperti ini lho. Jadi masingmasing kan punya cara gayanya bicaranya sendiri-sendiri. : apakah ada guidance yang harus diperhatikan relawan ketika berhadapan dengan masyarakat?. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(17) S. : yaaa kalo detail pengetahuan kayak gitu sebenarnya engga. Cuman paling kayak yang saya bilang tadi sih. Soal bercerita aja sih. Tentang kalo ke ibu-ibu tuh apa manfaatnya. Kayak KJP segala macem gitu gitulah. Jadi kita, hmm apa ya mencoba memberikan pengertian ke mereka, ini lho yang harus dikasih tau ketika ketemu ibuibu atau siapa gitu. Tapi detailnya terserah mereka sih.. Q. : sosmed juga dipake kan ya mas? Untuk share program kerja dan hasil kerja bapak. Gimana sih penggunaanya? : ya iya. Kan kita mencoba mendekatkan diri mereka ke Teman Ahok ya. Jadi bagaimana caranya mereka, follow akun kita, facebook segala macem gitu kan. Kalo di twitter, retweet segala macem. Jadi kita ya bagaimana cara mengajak banyak oranglah.. S. Q S Q. S. : lebih efektif lewat medsos atau melalui relawan untuk sosialisasi tentang sosok Ahok? : lewat relawanlah. Karena darat segalanya buat kita sih. : dari Teman Ahok memberikan kebebasan untuk berkreasi ngga sih? Misalkan “Mas, gue mau bikin flashmob di wilayah gue”. Atau “Mas gue mau bikin ini di wilayah gue, boleh ngga?”. : sebenarnya memberikan apa yaaa, terserah merekalah. Cuman kadang harus kekontrol sama kita. Gaya pengumpulan orang kan beda-beda. Misalnya ngumpulin di pengajian, ngumpulin di mana, itu kan gayanya mereka. Makanya kita kasih pengertian. Yang ngga boleh tuh kayak gini lho. Ini yang boleh.. Q S. : menurut Mas Singgih, seberapa besar produktivitas Teman Ahok ketika itu? : sangat produktiflah. Gitu kan. Ngumpulin KTP sampe 1 juta 200 itu sebuah hal yang dibilang orang ngga mungkin. Tapi akhirnya kita bisa. Itu produktif sekalilah. Berbanding lurus dengan apa yang sudah dikerjakan bapak selama ini. Manfaat segala macemnya gitu kan.. Q S. : sukses ngga menurut mas? : suksesnya itu dalam hal pengumpulan KTP, gitu kan. Tapi kalo pencalonan, kita punya masalah kan, ketika di pilkada itu. Tapi kita ngerasa produktif lah. Kita bisa membawa bapak sampe jadi calon itu produktif sekali.. Q S. : berarti Teman Ahok hanya menghantar bapak sebagai calon ya? : kemarin iya.. Q. : untuk mempertahankan keutuhan Teman Ahok, apa sih yang para founder lakukan terutama kepada relawan di lapangan? : kita kan ngga punya ikatan yang terlalu berat. Kita ngga punya perjanjian sama temen-temen juga. Jadi kita cuma sampaikan aja ya nanti kalo misalkan ada ini, kita sampaikan, kita undang lagi.. S. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(18) Q S. : ada influence yang dikasih ke relawan ngga sih untuk mereka bisa bergerak? : apa ya. kita ngga bisa menyemangati mereka dengan apapun gitu kan. Ini pekerjaan, dibilang pekerjaan juga bukan. Dibilang gerakan relawan, ngga semuanya ke relawan. Ya paling caranya, kita ngga ngerti sih cara menyemangati mereka gimana. Karena mungkin dulu ngga ada calon selain Ahok. Artinya mereka sangat menggilai Ahok dengan segala, segala apapun gitu kan. Makanya kita selalu, kita bilang sebagai doktrin sih. Kita juga ngerti kenapa Teman Ahok bisa sebesar ini. Saya aja yang bikin ngga sadar bisa sampe sebegitu besar.. Q. : Ahok kan kalah ni versi quick count. Artinya Ahok cuma sampe Oktober. Apakah Teman Ahok tetap bertahan setelah Oktober dan mendukung segala sesuatu yang akan dilakukan Ahok? : kita sebenarnya pengen menularkan ke semua, ngga cuma Jakarta gitu ya. Itu tujuan utama kita di Teman Ahok. Kita pengen kasih pembelajaran di daerah-daerah lain. Apalagi 2018 itu musimnya politik Jateng, Jabar, Sumut, Bali itu kan semuanya pilkada. Kita ingin, hmm apa ya,, kondisi perpolitikkan yang baik. Kita ingin anak mudanya ikut campur dalam dunia politik. Cuman kan kita juga harus mikirin segala macemnya, misalkan bugdet, efektivitas pekerjaannya gimana, kayak gitu-gitu yang lagi kita bahas sih.. S. Q S. Q S. Q S. : berarti ada kemungkinan Mas Singgih move ke Bali, dan yang lainny move ke daerah lain? : hmm, mungkin saja. Karena saya engga, kita ngga pernah kepikiran soalnya bisa sebesar ini di Jakarta, pindah ke tempat lain. Pengen sih nularin ke tempat-tempat lain. : sekarang kan apapun yang dikerjakan Teman Ahok sebenarnya ngga minta imbalan apapun. Setelah Oktober nanti, apakah akan tetap mendukung Ahok? : yaa selama pekerjaan itu baik, saya rasa harus didukunglah. Kita kan ngga punya banyak sosok yang seperti Ahok. Jadi harus mendukung sosok yang baiklah. Kayak gitu. Kan negara ini ngga boleh hanya karena segelintir orang. : lagi rame ni tentang #AhokforNobel2107, Teman Ahok juga ingin terlibat di situ ngga sih untuk meng-influence masyarakat lagi “Yuk, dukung Ahok for Nobel? : kita ngga terlalu ikut campur sampe segitunya sih. Dari segi apa,, kita sudah cukup selesai. Kita serahkan semuanya ke temen-temen yang punya pekerjaan kayak gitu. Itu sih. Dulu #AhokForNobel sebenarnya kerjaan kita dulu. Ada satu orang yang bantu, minta meeting dan ketemunya pun sama saya gitu. Cuman kan hilang. Terus naik lagi karena bapak ngga jadi. Cuma itu sih untuk mengobati rasa sakit hati karena kalah gitu sih. Cuman saya pikir, udahlah gausah kayak gitu gitulah. Kalo kalah ya kalah. Cuma kita harus, harus apa ya cari masalahnya di mana.. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(19) Q S. Q S. : kan udah pernah ada obrolan di awal gitu untuk #AhokforNobel2017, kenapa ngga dilanjutin lagi? : buat saya ngga perlu, apa yaa. Kita kan ngga boleh menangisi kekalahan yang sudah ada. itu sama aja menangisi kekalahan gitu kan. Mencoba cari cara baru supaya Ahok tetap didukung kan buat saya ngga mungkin. Ya sudah. Kalo sudah kalah ya sudah. Tinggal dicari masalahnya apa kemarin. Makanya Teman Ahok lagi riset sih bulan depan sih riset masalahnya di mana. : setelah Ahok turun dari Gubernur, apakah Teman Ahok akan tetap bertahan sebagai komunitas? : kita lagi, kita bagaimanapun karena Teman Ahok adalah gerakan kerelawanan, kita pengen temen-temen tetep ada. Walaupun foundernya aja, berlima. Kita pengen tetep silahturami tetap terjaga. Entah nanti di belakang ganti nama atau apa. Apapun nanti di belakang, kita pengen tetep bareng-bareng sih. Karena 2015, 2016, sampe sekarang kan itu sebuah hal yang luar biasa kan.. Q S. : Sebuah perjalanan panjang ya, jadi agak sayang kalo bubar : ya betul. Kayak gitu.. Q S. : terakhir ni mas. Apa sih arti Teman Ahok? : arti ya. Teman Ahok itu apa yaa. Buat saya Teman Ahok itu ambisi sih. Ambisi untuk perpolitikkan yang lebih baik lagi. Semua orang terlibat, buat saya semua itu ambisi. Trus Teman Ahok itu keluarga. Karena kita ngga pernah kenal sama semua orang dulu. Sampe akhirnya sekarang kenal dan banyak teman. Sekarang misalnya kalo saya keluar kota gitu, oh ini Mas Singgih Teman Ahok gitu. Seperti keluargalah. Ibaratnya ini seperti sebuah gerbong besar ni, yang sekarang sebenarnya kepalanya masih ada tapi sudah hilang karena kalah di pilkada. Kan tinggal mencari kepala barunya siapa. Kayak gitu. Jadi kita pengen tetep ada lah.. Q S. : kalo kayak gitu, berarti akan ada sosok barukah? : kemungkinan. Kita pengen cari yang barulah. Bukan mencari yang baru dalam arti gimana. Pengen cari bibit-bibit baru.. Q S. : selain Ahok ya? : iya. Namanya Teman Ahok kan karena cuma Ahok. Mungkin nanti namanya apa, yaa itu nantilah.. Q. : dengan komunitas yang berisikan anak muda, cukup mengakomodir keinginan masyarakat ngga sih? Misalnya, dulu gue sebagai anak muda apatis sama politik. : sangat. Sekarang banyak anak muda terlibat kok dalam berbagai kegiatan. Oh ya, kita banyak mengajak orang. Banyak memperkenalkan orang. Jadi sekarang ngga satu dua orang yang misalnya buta sama politik. Tapi sekarang banyak orang yang paham. Oh jadi kayak gini bisa lho, kayak gitu bisa lho. Pemahaman-pemahaman kayak gitu sih yang kita coba sampaikan ke mereka.. S. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(20) Q S. : program kerja yang dipaparkan Ahok selama kampanye kemarin, apakah ada yang juga berasal dari masukan Teman Ahok? : beberapalah. Cuma kita ngga bisa bantu mempertimbangkan. Ya bapak lebih pintarlah dari kita.. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(21) TRANSKRIP WAWANCARA II Tanggal wawancara : 7 Agustus 2017 Narasumber. : Zahra Mosthafavi (Social Media Strategist Teman Ahok). P Z. : kenapa Teman Ahok menggunakan media sosial dalam mobilisasi KTP? : jadi sebenernya gini. Kan emang kita melihat ya. Kalo di dunia digital itu kita bisa nge-grab, apa ya, engage dari banyak orang itu bisa lebih gampang, kalo misalnya kontennya tuh bagus. Kita mencoba bikin kampanye politik atau gerakan politik yang fun, maksudnya tuh kita ngga lagi pake, menyebarkan Hoax, atau isu-isu SARA kebencian, kayak gitu-gitu. Karena kita fokusnya adalah nunjukkin gimana sih, ini lho calon yang kita dukung, dengan semua track record dia, dengan keberhasilannya Ahok. Kita coba bikin konten-konten yang positif yang kreatif itu sebenernya, semua kanal media sosial kita pake. Ada facebook, twitter, youtube, instagram, line.. P. : yang paling efektif dari semua media sosial itu, yang mana nih dalam mobilisasi dukungan? : kalo ngeliat dari report ya, ituh sih Facebook ya. karena kan media sosial kayak twitter itu kata pakar itu tempat berkumpulnya orang-orang pakar, ya pinter nulis dan segala macemlah. Kalo Facebook kan kayak „ini lho Indonesia‟, semua orang ada di situ. Jadi memang grassroot itu mainnya lebih banyak di Facebook. Jadi kita benerbener memanfaatkan Facebook dengan baik. Kita bikin konten yang beda-beda. Misalkan, di twitter kita cuma aktif nge-tweet. Kalo di Facebook itu kita memperkaya konten itu dengan kayak grafis, video, gitu. Sebenernya kemarin sebelum Facebook bisa live, kita sering bikin-bikin video kayak kita bikin untuk Youtube ni. Trus kita bikin juga buat Facebook. Ada resolusi yang beda.. Z. P Z. P Z. : kalau di Facebook, konten yang reachnya cukup tinggi itu ketika di momen apa sih dan postingannya apa? : postingannya itu kalo video. Kalo video itu reach nya tinggi banget. Kita kan udah beberapa kali bikin kayak short video, animasi, trus juga film dokumenter. Tapi kalau film dokumenter pas Ahok udah sama Pak Djarot yang „Manusia Badja‟ itu. Tapi yang pasti kalau bentuknya video, pasti share-nya tinggi banget. : kalo untuk moment, ketika di moment apa sih reach Facebooknya cukup tinggi? : kalo moment, kemaren kan kita bikin Teman Ahok Fair, trus tercapai sejuta KTP, trus waktu itu pas Ahok bilang maju lewat partai. Tapi kalau dibandingin, jauh lebih tinggi nya Teman Ahok mencapai sejuta KTP sama perhitungan count down itu. Selain itu, kita juga ada editorial plan gitu sesuai tema. Ada yang strict, ada yang fleksibel gitu kan. Kalau yang fleksibel itu, misal ada isu gitu ya. Isunya kayak „independen atau partai‟, kayak gitu gitu kan jadi isu terkini kan kemaren. Trus kayak pemunguta suara, kita juga ada tuh editorial plan kayak gitu. Kalo editorial plan yang. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(22) strict, itu misalkan kayak „ini lho rekam jejak pak Ahok‟. Kita bikin juga info grafis atau video animasi atau meme-meme lucu. Kayak gitu P Z. : sebelum menggunakan Facebook, ada analisis data gitu ngga sih mbak? Pemetaan karakater khalayaknya : ada pasti. Emang sebelum menggunakan aksi digital itu, kita harus punya pemetaan. Kita bikin tuh kayak, di Jakarta Utara berapa jumlah demografinya, mengakses media sosial pake apa aja. Dari situ kita bisa narik kesimpulan, kita analisis ternyata postingan-nya harus yang seperti ini.. P Z. : dari analisis itu, tergambar ngga sih bagaimana kebutuhan politik masyarakat? : kalo kebutuhan politik di setiap platform media sosial itu kan beda-beda. Kalo di Facebook itu, mereka suka postingan yang agak-agak sensasional gitu lho. Misalnya kita bikin kayak cerita relawan. Atau kenapa mau ngumpulin KTP untuk Ahok?, kita posting di Facebook. Kita pernah bikin vlog tentang Jakarta itu ditaro di Facebook. Kalo misal di twitter, ya kita ngga fokus ke video, tapi kita lebih fokus ke cool tweet. Trus artikel, gitu-gitu kan. Kalau instagram ya konten foto-foto canvassing. Albumnya ada di Facebook fanpage kita.. P. : Teman Ahok juga mengamati kelompok sosial yang sudah ada ngga sih mbak untuk menjadi khalayak sasaran Teman Ahok? : iya. Sebenernya kalo mengamati sih pasti. Karena kita awal mulanya kan juga kan gerakan sosial ya. Kita kerjasama sama beberapa kelompok anti korupsi, kelompok peduli kota, sama jaringan relawan yang dari tahun 2012. Sebagian besar kita maintain jaringanya dari situ. Trus waktu ngumpulin KTP kan kita sempet ngadain digital meet up, itu buat nge-grab komunitas-komunitas gitu lho kayak misal kemarin tuh kita ngundang public figure biar kita tuh tahu, audience kita ini siapa aja sih. Target market kita nanti itu siapa aja. Tujuannya sih untuk ngegaet pemilih muda, makanya kita ngundang kayak Arie Kriting trus mbak Zaskia Meca kayak gitu gitu. Karena targetnya kita pemilih pemula. Dan engagement di media sosial terutama Facebook cukup besar. Awalnya kita dari landing page tuh. Di situ kita maksimalin unutk ngumpulin KTP juga.. Z. P Z. : pengklasifikasikan tema dalam pesan yang disampaikan Teman Ahok seperti apa sih? : kontennya sih sebenernya kita di editorial plan itu beda-beda tiap harinya. Misalnya hari ini kita ngebahas info grafis pilkada, gimana sih kalo saya ngga dapet surat C6. Gimana biar kita nyoblos, kayak gitu-gitu. Kita juga bikin comic strip gitu yang radarada satir gitu ya. Sebenernya ngamatin isu. Dari monitoring itu, kita kan juga ada tim monitoring juga, kita nemu kita analisis. Di media sosial itu kan misalnya isunya nongol di twitter ntar bisa ditarik-tarik ke Facebook. Atau nanti misal bisa sampe ke instagram. Jadi social media itu kayak bounch back gitu lho. Misalnya kayak waktu kasusnya beras plastik gitu kan. Awalnya dari path trus naik ke twitter, trus abis itu. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(23) jadi pemberitaan. Jadi menurut kita, social media kita bener-bener manfaatin karena untuk narik engagement juga. P Z. P Z. P Z. : dari semua pesan yang disampaikan Teman Ahok untuk mengajak masyarakat mengumpulkan KTP, gimana sih Teman Ahok mengemas pesan tersebut? : kebetulan sebelum bikin konten itu, kita ada rapat. Kita rapatin hasil monitoring, ini enaknya bikin kontennya seperti ini. Panduannya sih kreatif, yang fresh, yang anak muda banget. Yang kekinian banget. Gitu gitu kan. Kayak kemaren kita sempet bikin vlog, itu kan lagi booming juga. Trus kalo kemaren pas udah ada live, kita juga live. Pernah juga sih bikin hastag juga yang #KTPGuebuatAhok itu kan reach nya tinggi banget. : dari hasil riset itu kan tergambar isu apa yang oke. Kenapa memilih isu tersebut untuk disampaikan? : karena dari awal emang tujuan kita kan untuk dukung calon yang punya rekam jejak baik. Ngga cuma sekedar dia itu anak siapa, atau misal jabatannya itu apa. Dan emang kan kita ngelihat bahwa pak Ahok dan pak Jokowi itu adalah pemimpin yang dipilih sama rakyat. Kan emang basisnya itu relawan. Jadi bener-bener yang sukarela gitu. Mungkin karena, saya dukungan dia karena memang punya kemampuan yang cocok gitu ya jadi pemimpin. Jadi sebenernya lebih ke idealisme aja. Kita bikin semua itu ya emang karena idealisme kita untuk memilih pemimpin dan itu jadi semangat kita juga. Jadi kalo anak muda mau milih pemimpin itu ya karena punya rekam jejak yang bagus. Dan juga cara berkampanye mereka yang positif. Kita sebisa mungkin meminimalisir itu. Kalo kemaren itu kan kita emang lebih diserang sama isu-isu kayak gitu kan. Dimulai dituduh dapet dana dari pengembang, trus katanya ini Graha Pejaten dikasih dan segala macem. Dengan isu-isu SARA juga. Bisa dibilang kita itu jadi korbannya tapi kita tetap hadir dengan kampanye yang positif. Topik yang dipilih bukan cuma Ahok secara personal, program kerja dan hasil kerja Ahok. Jadi kita ngajak masyarakat untuk memilih pemimpin itu bukan hanya karena ras, bukan berdasarkan dia anak siapa, jabatannya apa. Tapi kita memilih karena emang dia layak, punya rekam jejak yang bagus untuk memimpin daerah itu. Memisahkan isu primordialisme lah dengan isu kinerja yang udah melekat sama Ahok sendiri. : terkait dengan metode penyampaian pesan ni mbak. Kalo Teman Ahok itu lebih kepada persuasif kah, informatif kah, atau edukatif kah? : sebenernya tiga-tiganya kita pake. Yang informatif iya. Kita bener-bener riset, berdasarkan data analisis kan ada tim monitoring juga, fungsinya untuk itu. Dari data itu kan kita bisa bikin konten yang istilah tuh ngga cuma viral aja. Tapi juga harus edukatif. Kayak misalnya, orang kan ngga banyak yang tau ya. Kalau pemilih pemula kan masih bisa tuh nyari-nyari informasi di tempat lain. Tapi kalo misalnya yang udah berumur kan kita juga bikin. Soalnya mereka kan jarang tahu. Kita bikinnya itu kayak semacem info grafis gitu biar enak disebarin kemana-mana. Kita juga buka customer service di whatsapp. Jadi kalo misalkan ada yang ngadu ni, „saya dapet C6 tapi kok ngga namanya sih‟, atau „nama saya tahun lalu masuk ke DPT kok tahun ini ngga. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(24) ada‟. Dari aduan-aduan kayak gitu tuh bisa jadi ide untuk konten. Dari aduan ini kita juga tahu berarti banyak informasi yang ngga nyampe ke grassroot. Kita sebarin ke grup whatsapp biar mereka juga tahu. Kalo dari sisi pembuatan konten yang kreatif itu, kita juga memperhatikan itu. Misalnya ni, dengan bikin animasi-animasi yang designnya kekinian lah. Trus tulisannya itu yang terlihat. Yang di-zoom ngga pecah gitu. Kalo video itu, kita bener-bener strict gitu. Harus yang bener-bener highres. Ada yang highres dan lowres. Kalo lowres itu biasanya yang disebar ke whatsapp. Kita ngejaga kualitas kreatifnya juga sih. P Z. : kalo di Facebook, minimal berapa kali sih ngepost sehari? : selama pengumpulan KTP itu 3x sehari. Tapi kalo emang lagi aktif gitu ya sehari bisa 5. Yang kita post sih kebanyakan itu berita, trus kayak gitu ada video juga, ada kayak poster gitu. Poster update KTP segini, segini gitu. Setiap hari tuh pasti ada. ini update KTP kita trus di update di Facebook. Kalo momen-momen bagus, udah kecapai ini 500ribu KTP gitu kan. Kita bikin acara juga kayak gitu.. P Z. : rata-rata berapa sih share, likes dari postingan itu? : tergantung bentuknya sih. Kalo video itu reachnya tinggi. Likes nya juga tinggi. Video itu bisa sampe 20rban share-nya. Sebelum Ahok dihajar sama isu penistaan agama, itu bisa share nya sampe 20ribuan-30ribuan. Kalo update pengumpulan KTP atau apa gitu ya paling seribu-5 ribu lah. Kalo artikel tuh paling rendah sih sharenya.. P Z. : ada target ngga sih dari setiap postingan itu harus dapet berapa like atau share? : target sih ada. Tapi balik lagi ke kesukaan orang. Sekarang kan orang lebih suka kalo kontennya tuh video. Kan kita bikin report juga dari situ. Per bulan ada report reach nya berapa. Kalo pas pengumpulan KTP itu reach kita naik. Ngga tau ya. Tapi kan kemarin tensi politiknya lumayan yaa. Tapi kita muncul dengan postingan adem.. P. : postingan di Facebook yang mempengaruhi pengumpulan KTP itu ketika postingan apa sih? : yang pasti pas yang video „Jakarta Butuh Kamu‟ itu. Trus juga pas Piknik Senja juga. Atau Teman Ahok Fair. Trus ada lagi video yang „Sumpah Generasi Kita Anti Korupsi‟ itu. Itu menurut kita mempengaruhi banget. Trus yang waktu ada fitnah Teman Ahok ngumpulin KTP palsu. Malah makin banyak. Kita sendiri juga kaget „loh kok bisa‟. Padahal kan pemberitaan di luar cukup negatif yaa.. Z. P Z. : kalo pas pengumpulan KTP ulang, itu kan dalam sebulan bisa ngumpulin ratusan ribu KTP. apakah itu pengaruh dari Facebook juga atau gimana? : itu Facebook juga. Cuma yang masif itu dari whatsapp group dan LINE.Kita kan udah punya 12rb followers di LINE. Broadcast itu. Jadi kita manfaatin data-data yang udah ngumpulin KTP, trus kalo ada pengumpulan ulang kita woro-woronya dari situ. kita posting di social Media. Kita posting juga di landing page. Kalo pas pengumpulan KTP kemaren emang cukup tinggi visitornya. Rata-rata berapa ya kemaren, saya lupa. Tapi kalo ngga salah dari pengumpulan KTP pertama sama pengumpulan KTP ulang,. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(25) lebih tinggi yang pengumpulan KTP ulang. Karena kan orang kayak antusias gitu. Kebetulan juga karena udah ada nama wakilnya, jadi lebih ... P Z. : gimana Teman Ahok memaksimalkan penggunaan Facebook? : kita kan juga punya temen-temen dari grup lain gitu ya. Kayak „Dukungan Ahok Gubernur‟, ada fanpage-fanpage lain. Kita berusaha reach mereka. Pada awalnya kita berusaha engage ke sana. Dengan bantuan grup-grup itu jadi konten-konten kita tuh nyebar. Itu kan nambah likes juga. Udah gitu kita juga promote fanpage itu lewat grup whatsapp. Atau misal ada relawan yang daftar, itu dia langsung likes Facebooknya Teman Ahok. Kita juga minta relawan-relawan itu untuk promote juga ke warga di sekitar mereka. Kalo memaksimalkan sih sebenernya saat jualan sih. Itu kan kita bikin konten yang di-push pake ads Facebook. Sempet kita pake itu juga. Ada konten promo juga. Sebenernya dengan reach segitu, sebenernya ngga semuanya organik. Awalnya sih pasti promote. Karena kan target kita ngga cuma di Jakarta aja. Tapi seluruh Indonesia targetnya. Bisa berapa audience kayak gitu-gitu. Sebulan harus berapa likes-nya. Ada targetnya juga. Awalnya kita cuma 10ribu likes, sekarang udah 400ribuan. Selain itu, Facebook juga kita pake buat membangun jaringan. Ibaratnya Facebook tuh tools komunikasi antar relawan dan pengumpul KTP. Jadi Facebook itu ngarahin marketer kita ke landing page. Di landing page, mereka bisa daftar jadi relawan bahkan kontribusi dalam bentuk beli merchandise.. P. : jadi setelah relawan daftar di landing page, mereka wawancara kayak dibilang mas Singgih ya? : iya. Kita tetep seleksilah. Kan kita gatau semua orang itu kayak gimana. Yang kira kira bener-bener mau berkontribusi buat pengumpulan KTP.. Z. P Z. : ada buzzer gitu ngga sih mbak kalo di Facebook? : kalo buzzer kayaknya engga deh. Karena kalo di Facebook sih ngga ada. Paling kita minta ke warga secara offline.. P. : fitur Facebook apa sih yang paling banyak digunakan untuk memaksimalkan mobilisasi dukungan? : kalo fiturnya yang paling dimanfaatin tuh ads sih ya. Karena kan sebelumnya, live belum ada ya. Jadi kesininya tuh seringnya pake live. Karena live reach nya cukup tinggi. Engage rate juga. Dan kemaren kemaren sih masih memanfaatkan fasilitas promote juga sih.. Z. P Z. : dengan share dan comment segitu banyak, itu karena emang muncul dengan sendirinya atau ada teknik tertentu yang digunakan Teman Ahok? : sebenernya kita ngutamain narasi sih. Kalo diliat-liat ya, orang yang comment, nanggepin postingan kita, itu karena bener-bener fokus di narasi. Kalo bikin konten tuh, kita bikin narasi dulu. Apa yang mau kita sampein ke masyarakat. Misalnya kinerja Ahok. Apa sih? Kita mau fokus kemana? Jadi ngga semua kita bahas. Misalnya, soal e-budgeting. Kita mau nyeritain apa. Apa sih yang beda. Jadi kita tuh. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(26) nyeritain apa sih bedanya calon yang kita dukung dengan calon yang lain? Dari narasi itu kan kita punya cerita. Dari cerita itu, kita bikin konten. Dari konten itu mau bikin apa, bebas. Jadi pakem kita gitu. Kita harus bikin narasi, bikin cerita buat tokoh yang kita dukung. Lebihnya dia apa. Trus udah gitu potensi dia apa. kita harus tahu itu. Trus kelemahan dia apa. trus peluang dia kayak gimana. Kalo kita punya cerita kan, bikin kontennya kita bebas berkreasi karena kita punya cerita. Mau bentuknya video, bentuknya meme, atau bentuknya animasi kayak gitu. Itu nanti berkembang sendirilah kalo misalkan kita udah punya narasi. P Z. : penentuan narasi ini dibentuk video, narasi ini dibentuk meme, itu seperti apa sih? : itu rembukan. Kalo misalnya, ini enaknya apa ya. Aku sama tim juga yang pegang Facebook, ada yang pegang Twitter, ada yang pegang Instagram. Kalo instagram, fokusnya di grafis ya. karena emang lebihnya di sana. Kalau Facebook, harus ada cerita yang rada panjang. Karena space untuk tulisannya itu banyak. Kalo misalkan twitter itu ya cool tweet, grafis-grafis kecil.. P Z. : pernah evaluasi ngga sih mbak, kenapa kalo kontennya video itu reach tinggi? : kalo dari report yang aku baca ya. karena lebih interaktif. Ketimbang baca tulisan, lebih seneng ngeliat video gitu.. P Z. : gimana sih respon kebanyakan dari netizen di Facebook? : kalo respon itu tergantung ini sih, tergantung konten yang kita buat. Kalo misalnya kontennya agak agak provokatif dikit gitu ya. Namanya juga yang ngelola kan anak muda ya, ya terkadang adalah kita jiwa-jiwa nakalnya. Kayak waktu berselisih sama partai. Kan pernah tuh rada-rada ribut sama partai itu. Itu conversationnya banyak. Pasti ada yang pro partai, ada yang pro kita gitu kan. Tapi kita sih ngeliatnya gini, itu hal yang bagus gitu. Perdebatan kayak gitu. Dari situ kan kita bisa baca responnya masyarakat, kalo misalkan postingannya kayak gini tuh apa. Jadi dari situ tuh kita bisa tahu, koten yang kita buat tuh harus seperti apa. Kalo mau soft itu caranya harus begini. Kalo misalnya kita mau rada hard dikit, caranya harus seperti ini. Jadi kita manfaatin kolom komentar itu buat bank data sih sebenernya. Pemetaan juga. Kalo anak muda tuh sukanya konten yang kayak gini. Dari comment itu kita juga liat sih. Tapi so far, komentar positif sih lebih banyak. Ini sebelum penistaan agama ya. Kalo sesudah penistaan agama, yaa beda lagi ya ceritanya.. P Z. : gimana Teman Ahok mengkondisikan Facebook itu jadi ruang diskusi publik? : ya kalo diskusi publik itu ya dari konten sih. Kita bikin konten itu juga untuk bikin analisis dan pemetaan pandangan politik masyarakat pada umumnya. Fungsinya ya itu, ini lho kita nawarin kampanye yang beda dari yang lain. Waktu pak Ahok maju ke partai pun, kita ngga berubah. Kita tetep mengutamakan kinerja. Kita nonjolin kinerja. Ini dia petahana dengan rekam jejak seperti ini. bener-bener maksimal in Facebook untuk posting-posting soal kampanye itu kan sempet blusukan kan. Kita juga pernah live di Facebook. Dari konten yang kita posting, diliat hasilnya seperti apa.. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(27) P Z. : gimana pengevaluasian setiap konten yang dibuat Teman Ahok? : dari postingan itu kan pasti ada yang comment. Kita jadi bisa tahu, ternyata postingan kayak gini tuh ngga cocok. Postingan ini bagus. Itu kan diliat dari commentnya juga. Diliat dari banyak comment, banyak sharenya juga. Reach sama like itu kan sebenernya pengaruh juga. Kita liat dari itu. Kalo misalnya ini postingannya likesnya rendah, atau sharenya dikit ya besok-besok jangan bikin konten yang kayak gini deh. Terlalu flat. Kalo Facebooknya diliat sensasional apa engga. Jadi harus bikin konten yang seperti itu. Kalo engga sensasional tuh reach rendah atau sharenya dikit. Commentnya juga dikit. Kalo share dikit, commentnya juga dikit. Kayak gitu-gitu kan nyambung. Likesnya sih banyak tapi sharenya dikit.. P Z. : gimana sih Teman Ahok memelihara hubungan dengan netizen? : kalo memelihara hubungan sih kalo misalkan kan banyak tuh yang comment di postingan kita. Atau misalkan ada yang nanya di page, nah itu sebenernya ngga kita bales semua. Message juga. Engga semua dibales. Soalnya kadang-kadang ada yang iseng juga. Kita bales itu yang dia tuh mungkin punya pesan informatif trus kalo dibaca lagi ya paling “kayaknya ini bagus deh buat konten”. Kayak aduan gitu kan. Sebenernya fanpage itu kayak semacem kotak saran gitu kan. Kita manfaatin dari situ, interaksinya sama netizen. Ngga jarang kita sering dapet artikel, dapet konten dari mereka juga.. P Z. : pengaruh Facebook dalam kegiatan mobilisasi itu seperti apa sih? : sebenernya pengaruhnya itu lebih ke arah media komunikasi sih. Ke netizen atau pengumpulan KTP kita gitu. Pasti ada yang ngumpulin KTP tapi gamau di publish. Mereka ngontak lewat media sosial biasanya. Karena mungkin mereka ngga tahu kan nomer CS kita berapa. Atau mungkin mereka lagi males buka landing page kita, biasanya mereka kontak kita lewat facebok sih. Kalo ada masalah terkait pengumpulan KTP, mereka juga lewat Facebook. Jadi buat bahan evaluasi kita juga. Apa yang kita posting, responnya seperti apa di Facebook itu sejauh ini berbanding lurus dengan realita. Artinya ketika di dunia nyata, jumlah aslinya ya segitu, meski ngga sesuai angkanya antara yang di Facebook dan offline. Ketika Teman Ahok Fair itu, pidatonya Ahok yang reach paling banyak. Dan kebetulan pas hari terakhir itu pengunjungnya lebih banyak lagi. Hari pertama itu bisa sampe 2000-an. Kalau di hari terakhir itu bisa sampe 5000an. Karena emang ada bintang tamunya juga. Postingan yang ada Ahoknya itu reachnya lebih tinggi sih.. P Z. : ketika ngumpulin KTP ulang, juga begitu ngga mbak? Berbanding lurus juga ngga? : ketika ngumpulin ulang, iya sama. Hasil di online rata-rata berbanding lurus sama di offline.. P. : faktor apa yang mendukung kegiatan mobilisasi dukungan KTP dengan menggunakan Facebook? : kalo pas ngumpulin KTP sih bener-bener bermanfaat banget. Karena setiap hari itu, kita ada update pengumpulan KTP. itu kayak semacem pancingan gitu sih. Jadi ada. Z. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(28) sesuatu yang membuat mereka curious liat tiap hari. mungkin menurut banyak orang, „gila lu, satu juta KTP. mana bisa sik‟. Kayak gitu-gitu lho. Teman Ahok kan bukan siapa-siapa gitu istilahnya. Jadi kita bener-bener menggunakan media sosial itu menyuarakan pendapat. Source audiencenya juga banyak, keterbukaan kita juga dengan update terus pengumpulan KTP tiap hari. P Z. : faktor yang menghambat dari Facebook sendiri apa ya? : paling dari komen-komen negatif sih. Itu menghambat kinerja kita juga. Meski emang ngga pengaruh banyak sama pengumpulan KTP. Tapi kita jadi ngga maksimal aja. Ruginya sih paling jadi pemberitaan. Jadi bahan serangan dari pihak lawan. Kalo pengumpulan KTP sih engga.. P Z. : gimana sih Teman Ahok menanggapi komentar-komentar yang masuk? : kalo di Facebook mungkin jarang ya. kalo di Twitter sering. Kalo di Facebook ya beberapa kali pernah. Awal-awal. Kesininya sih udah biasa sih. Tenggelam dengan sendirinya. Toh ngga pengaruh juga sama pengumpulan KTP nya.. P. : menurut mba Zahra, penggunaan Facebook untuk ngumpulin KTP tuh cukup berhasil ngga sih? : semua kanal media sosial menurut kita sih cukup signifikan pengaruhnya untuk mengumpulkan KTP karena kan kita ngebuka jalan untuk ngumpulin KTP kan dari landing page kan. Dari landing page kita share di media sosial, sebagai push informasi juga. Kita pake media sosial itu cuma sebagai promote website kita awalnya. Cuma pas kesininya, animo di media sosial cukup besar. Jadi kita manfaatin media sosial sebagai alat kampanye kita juga.. Z. P Z. P Z. : hasil akhir dari penggunaan Facebook dalam mobilisasi dukungan ini gimana sih? Apakah ada opini publik yang terbentuk? : makin banyak orang yang sadar gitu. Merekan punya calon atau petahana yang bagus. Ngga kayak petahana lain yang cuma jadi pajangan partainya aja. Kalo orang ini (Ahok) itu kan agak agak aneh kan ya. dibalik semua keberhasilan dia, tapi dia tetep manusia biasa. masyarakat itu ngga tau kalo mereka punya hak untuk menentukan calon pemimpinnya sendiri. Lalu kemudian muncullah Ahok dan digambarkan Ahok di media sosial itu tadi. Dengan berbagai respon negatif dan positifnya itu. Terbentuk opini di publik dan menghasilkan aksi kolektif berupa pengumpulan sejuta KTP. alur nya cukup berjalan meski masih banyak evaluasi. Dari social movement trus jadi gerakan pengumpulan KTP yang ngga aktif di dunia nyata tp juga aktif di dunia maya. : kelemahan dari penggunaan Facebook ini apa sih mbak? : yang pasti komen negatif itu tadi. Trus kita juga ngga bisa detect secara pasti mereka yang komen ini siapa dan apakah mereka juga ngumpulin KTP. Jadi ngga bisa memastikan secara validitas akun apakah yang comment itu juga ikut ngumpulin atau engga. Kita belom ada kapasitas ke sana. Paling cuma report as spam sama block aja. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(29) kalo emang udah parah banget. Makanya untuk mengedukasi masyarakat, mengajak masyarakat itu lebih efektif lewat relawan. Tapi media sosial mendukung apa yang diusahakan relawan juga. Facebook itu menjangkau banyak orang tapi ngga bisa memastikan dia ngumpulin atau engga. Jumlah real nya gitu lho. Kalo dari canvassing ini, kita juga jadi tahu. Kita punya data pemetaan berapa persen sih warga jakarta yang nerima Ahok. Kalo di media sosial kan, orang cuma sekedar bikin polling tapi kita ngga bisa detect. Relawan jadi kayak petugas sensus, jajak pendapat gitu.. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(30) TRANSKRIP WAWANCARA III Tanggal wawancara : 5 Juni 2017 Narasumber. Q A. Q. A. Q. A. : Amin Mudzakkir (Peneliti LIPI) (A). : Dari kegiatan pengumpulan KTP yang dilakukan Teman Ahok, politik melihatnya seperti apa sih? : pertama-tama harus dilihat itu sebagai bagian dari apa yang orang sebut sebagai konsep relawan gitu ya. Nah relawan itu kan dalam pengertian sekarang itu muncul sebagai semacam kritik atau skeptisisme terhadap partai politik. Parpol dianggap tidak mampu untuk mengakomodasi politik yang sesuai maka muncul relawan-relawan Teman Ahok. Jadi bisa dilihat secara sebagai secara negatif sebagai kegagalan partai politik ya. Juga bisa dilihat sebagai positif sebagai bagian dari partisipasi yang luas dari masyarakat. : dari kegiatan pengumpulan KTP tersebut, pasti ada pesan politik yang ingin disampaikan Teman Ahok kepada masyarakat terutama, politik melihat pesan politik apa sih yang ingin disampaikan? : ya itu tadi. Pesannya bahwa mereka ingin memperlihatkan bahwa struktur politik formal, entah itu parpol entah itu,, yang lebih terlihat parpol ya itu tidak bekerja dengan baik. Artinya mereka tidak memberikan sinyal kepada publik bahwa parpol yang seharusnya menjadi kendaraan formal bagi kepentingan politik juga kandidat politik itu tidak bisa lagi dipercaya karena banyak faktor ya oligarki parpol, ada faktor renteu, ada faktor elit dan seterusnya. Tapi pada intinya ada skeptisisme terhadap kemampuan parpol. Jadi pesannya itu ya saya kira yang ingin disampaikan. Tidak hanya Teman Ahok tapi hampir seluruh... ini fenomena kan sebenarnya dimulai sejak 2012. Dari Jakarta Baru itu. Ketika Jokowi dan Ahok maju itu kan sudah muncul fenomena ini. Dan semakin menguat sekarang. Jadi ini sebuah kabar buruk bagi partai politik karena mereka ngga lagi dianggap sebagai tidak lagi dianggap sebagai kendaraan yang memadai ya untuk mengaktualisasikan kepentingan publik. : dari kacamata politik sendiri, sebenarnya apa yang membuat masyarakat mau terlibat secara aktif baik dengan menjadi relawan maupun sekedar menjadi masyarakat yang mengumpulkan KTP? : ya apa namanya... ada banyak hal ya, yang pertama adalah tentu kita melihat tumbuhnya kesegaran berpolitik yang dalam dengan masyarakat. Mereka tahu bahwa kalau mereka tidak terlibat secara langsung, secara aktif, maka suara mereka tidak bisa terdengar begitu oleh lembaga politik formal. Yang kedua, tentu mereka melihat siapa yang didukung juga gitu ya. Jadi partisipasi orang-orang dalam relawan ini kan sangat mempertimbangkan, apa namanya, ketokohan. Siapa yang mereka dukung itu.. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(31) Jadi mereka yang dianggap bersih misalkan. Mampu mendengar aspirasi mereka, mereka dukung karena di tempat lain kalau ngga ada faktor kedua ini mereka ngga mau terlibat juga kan. Jadi memang faktor kedua ini sangat penting untuk menarik ya kelompok-kelompok yang awalnya apolitis gitu. Mereka kan orang-orang atau kelompok-kelompok yang terlibat ini kan kelompok masyarakat menengah urban gitu ya. awalnya mungkin ngga skeptis dengan politik. Buat apa sih, gitu kan. Tapi melihat tokoh seperti Ahok atau Jokowi itu memiliki rekam jejak yang luar biasa baik gitu ya dibanding dengan lawan-lawannya. Maka mereka tergerak untuk terlibat. Tidak hanya datang untuk pemilihan tapi bahkan sejak awal mereka terlibat dalam pengorganisasian. Dari pengumpulan KTP sampe ke kampanye, segala macem. Dua hal itu yang saya lihat. Q A. Q A. : selain ada istilah deparpolisasi gitu, efek apa lagi sih pak yang muncul ketika itu karena aktivitas gerakan masyarakat ini? : salah satu isu yang saat ini sedang ini banget politik identitas ya. Jadi, terutama pada kasus Ahok ini. jadi dulu kita menyebutnya sebagai SARA. Pada masa Soeharto itu kan suku, agama, ras, dan golongan itu kan identitas ya. Sesuatu yang tidak boleh dibuka ke publik. Tapi kita tahu setelah reformasi itu dibuka. Tapi ternyata setelah dibuka itu, hmm, bola ini sedemikian liar gitu ya. Jadi hmm,, apa namanya, kelompok-kelompok yang dulunya merasa dipinggirkan oleh orde baru, sekarang justru sebaliknya harus menguasai publik. Tapi dengan cara-cara yang menurut saya dan temen-temen yang terlibat di relawan Teman Ahok itu berlebihan gitu. Nah, dalam kasus Ahok kan, apa namanya, faktor SARA ini ya sangat kuat sekali. Jadi sentimen anti Ahok yang itu yang didasarkan pada sentimen agama dan etnis ya itu membuat orang-orang yang tadinya diam, tadinya apatis itu tergerak untuk bersuara. Karena ada satu masalah kebangsaan yang lebih urgent. Ini, ini, ini, sangat, ini belum ada di 2012, di 2014 mungkin sudah mulai mengemuka gitu ya ketika Jokowi vs Prabowo, tapi sekarang lebih kuat lagi ya. Jadi pas kemarin Ahok di 2017 ya ini kan ada satu situasi di mana orang itu harus bersuara, kalau engga, dan Ahok menjadi ikonnya gitu ya. makanya kemudian gerakan-gerakan relawan ini jadi sangat signifikan di tengah saat yang sama bahkan parpol yang mengusung Ahok pun tidak terlalu serius gitu ya keliatannya untuk menghantar atau menghadang sentimensentimen buruk pada Ahok. Terkait dengan isu agama dan etnis tadi itu ya. Jadi begitulah kurang lebih. : berarti secara tidak langsung masyarakat jadi kepecah dua gitu ya mas? : pasti. Ada polarisasi. Dan itu, itu sebenarnya kan secara formal sudah terlihat dari 2014 ya. Makanya banyak orang yang mengatakan ini sebuah kelanjutan dari pilpres 2014. Dan kemarin secara, dilihat dari sudut pandang partai pengusung dan seterusnya memang ini ada kelanjutan dari 2014 gitu. Di mana ada polarisasi antara, kita bisa menyebutnya sebagai kelompok pemilih yang ini kasar ya, kelompok yang memilih visi kebangsaan atau kebhinekaan trus kelompok yang memilih mengedepankan visi agama, islam dalam hal ini. Itu terpolarisasi betul dan pada kasus Ahok ini semakin mengeras gitu ya. Jadi seolah-olah, kalau kamu Islam, kamu tidak boleh memilih. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(32) Ahok gitu. Sebaliknya juga, kalau kamu merasa pro kebhinekaan, kamu tidak boleh memilih Anies. Ada pembelahan yang sangat keras yang terjadi di antara para pemilih gitu. Dan itu dasarnya adalah agama. Q. A. : sebenarnya masyarakat sadar ngga sih atas kepentingan yang mereka bawa? Dengan terbentuknya polarisasi itu, berarti sebenarnya mereka sadar bahwa mereka membawa kepentingan juga? : bisa sadar, bisa ngga sadar. Kelompok yang, menurut saya, kelompok yang apa ya namanya. Ini agak rumit ya. karena kelompok yang menyerang Ahok karena dasar agamanya misalkan, itu saya kira mungkin tidak sadar. Atau dia melihat agama secara sempit gitu ya. Jadi kalau sadar kita tempatkan pada rasionalitas modern gitu ya, mereka bisa kita sebut sebagai mengalami delusi gitu ya. kalau kita menggunakan kerangka psikologi sekuler lah ya, tentu ini mereka tidak akan menerima karena dilihat dari keyakinan iman mereka, tentu saja dianggap sebagai sebuah keniscayaan. Harus memilih gubernur karena pilihan agamanya. Jadi di sisi lain, kelompokkelompok yang membela Ahok juga ya macem-macem. Ada yang sadar bahwa memilih pemimpin ini harus didasarkan atas kinerja rasional tapi juga sebagian karena sudah saking, sudah kadung merasa terancam dengan kelompok-kelompok yang anti Ahok misalkan, FPI misalkan kita bisa bilang begitu. Ya artinya memilih Ahok juga gitu. Jadi agak susah kemudian kita mengkategorikan kelompok sadar atau tidak sadar itu pada kelompok mana. Harus diidentifikasi juga. Masyarakat mana gitu ya. Kalau menurut saya sih tadi, kelompok-kelompok yang jika dilihat dari sudut pandang rasionalitas modern sekuler, kelompok-kelompok yang anti Ahok, tidak sadar mungkin dengan pola komunikasi mereka. Ini kan masalah pola komunikasi masingmasing kelompok.. Q A. : berarti sebenarnya ada beberapa orang jadi korban kompor seseorang ya? : pasti. Sebab itu saya kira pada dasarnya adalah korban dari provokasi politik ya. Provokasi satu jenis komunikasi politik yang buruk gitu ya, yang sama sekali tidak mengindahkan fakta dan juga nilai-nilai yang seharusnya menjadi langkah etis dari pola komunikasi politik di masyarakat gitu ya.. Q. : oke. Kembali pada kegiatan pengumpulan KTP. Ini kan berarti antara agama dan politik sudah membaur jadi satu. Dan apakah ini menjadi hambatan bagi pergerakkan yang udah ngumpulin, abis itu ternyata nama wakilnya ngga ada trus ngumpulin ulang, dan akhirnya ngga kepake. Apakah ini sebagai akibat dari pencampuran politik dan agama? : engga. Itu hal lain. Kenapa waktu itu Teman Ahok tidak jadi mengajukan Ahok itu bukan soal itu ya. Itu karena proses dia dengan internal partai politik saja. Dan Ahok itu kan merasa lebih aman untuk maju melalui jalur parpol. Ahok sadar bahwa pertarungan pilkada akan sengit. Makanya dia lebih aman lewat parpol. Jadi ini ngga ada kaitannya soal tadi, antara agama dan politik.. A. Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

(33) Q. A Q A. Q. A. Q A. Q A. Q. : pada akhirnya saya berasumsi bahwa Teman Ahok bagian dari grand design politiknya Ahok. Karena sebelum pilkada dimulai, Ahok bukan kader dari partai manapun gitu. : Ahok kader partai kan. : bukannya dia keluar dari Gerindra ya pak? : iya. Dia pertama-tama berangkat dari Partai Indonesia Baru. Kemudian masuk ke mana tuh namanya, yang terakhir di Gerindra. Dan dia adalah anggota dari partaipartai itu. : soalnya saya melihatnya begini. Kalau dia bukan kader partai manapun, ingin mencalonkan kembali gitu, elektabilitasnya akan turun kalau dia masuk ke partai menjelang pemilihan. Nah, akhirnya untuk bisa menghantar Ahok ke partai politik dengan tidak menurunkan elektabilitas Ahok atau citra Ahok, saya pikir Teman Ahok dibentuk gitu dengan pergerakkan yang mereka buat, lalu kemudian bisa menjadi daya tawar ke partai politik. Menurut bapak gimana? : hmm,, bukan. Sampai akhir tahun 2016, tidak pernah ada satu lembaga survei, termasuk yang anti Ahok, yang menyatakan elektabilitas Ahok itu rendah. Semuanya tinggi. Sebelum soal Al-Maidah itu ya itu selalu tinggi. Jadi tidak ada kaitan antara keputusan Ahok untuk maju dari independen atau parpol dengan elektabilitas. Adalah dua hal yang berbeda. Saya kira Teman Ahok itu tidak bisa juga dikatakan sebagai grand design Ahok ya. Mungkin Ahok ikut ngobrollah. Tapi saya melihatnya itu partisipasi publik aja gitu. Partisipasi publik yang ingin mendorong Ahok maju menjadi kandidat, apa namanya, cagub DKI, dan mereka ini, orang-orang ini tidak yakin dengan parpol. Itu aja. Jadi lebih dua arah. Bukan semata Ahok punya rencana mendirikan Teman Ahok, engga. Awalnya adalah ada kelompok, ada berapa orang yang berinisiatif mendirikan organisasi itu, Teman Ahok. Mereka menghubungi Pak Ahok trus setuju, yauda bikin itu. Jadi bukan Ahok sejak awal menginisiasi itu, engga. : berarti Teman Ahok ini bukan untuk bargaining position Ahok dalam berpolitik? : itu bisa. Tapi Ahok tidak menginisiasi sejak awal gitu. Saya tidak melihat, apa namanya, pendirian Teman Ahok itu sebagai cara Ahok untuk menawar dengan parpol gitu ya. Karena ketika itu seluruh survei internal parpol itu menempatkan Ahok pada posisi paling atas. Tanpa Teman Ahok adapun, parpol pasti akan mendukung Ahok sebenarnya. Kecuali parpol yang sejak awal anti Ahok gitu ya. Tapi parpol kayak nasdem, kayak siapa itu kan, bahkan PDI-P sendiri kan yang sempet ogahogahan, tapi sebenarnya sejak awal mereka mendukung Ahok. Dan semua lembaga survey menempatkan Ahok sebagai individu paling populer dan paling elektable gitu. Jadi secara rasional dari segi strategi politik, tidak ada pilihan lain sebenarnya kecuali milih Ahok. : dari tokoh yang muncul, Ahok yang paling ..... : paling tinggi. Kalau, jadi tanpa Teman Ahok pun Ahok itu pasti, kalau mengikuti saran lembaga survei ya, parpol pasti akan pilih Ahok. Jadi ngga bisa dikatakan bahwa itu cara nawar atau bargain dengan parpol. : berarti hanya bargaining di masyarakat saja, atau..... Strategi Komunikasi Politik..., Vinsensia Ariesta Dianawanti, FIKOM UMN, 2017.

Gambar

TABEL OBSERVASI

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh. Peraturan Menteri Pekerjaan

*ader Pos U** adala pekerja $ang mempun$a% kesadaran dan mau &ekerja seara sukarela untuk men%ngkatkan dan memel%ara keseatan d%r% send%r% dan kelompokn$a

Dasar hukum pelayanan lansia meliputi UU Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Upaya Peningkatan

Perbandingan skor dasar, ulangan siklus I dan ulangan harian siklus II setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada materi pokok

1) Expert Priceber Communication. 2) Petugas PR dianggap sebagai orang yang ahli. Dia menasehati pimpinan perusahaan/organisasi. Hubungan mereka diibaratkan seperti

Hasil akhir penelitian ini adalah diketahuinya bahwa produk olahraga permainan badpingpong yang dikembangkan memiliki kualitas “sangat baik” dan layak untuk

1) Memberikan nasehat-nasehat kepada klien. 2) Memberikan pertimbangan-pertimbangan (solusi) untuk dijadikan alternatif pilihan dalam memecahkan masalah yang dihadapi