• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PROGRAM MAGISTER DAN DOKTOR FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO (Konsentrasi Alat Berat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PROGRAM MAGISTER DAN DOKTOR FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO (Konsentrasi Alat Berat)"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

i

Laporan Akhir Praktik Kerja

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PROGRAM MAGISTER

DAN DOKTOR FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

(Konsentrasi Alat Berat)

Disusun oleh:

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG

2018

(2)

ii

Lembar Pengesahan Praktik Kerja

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PROGRAM MAGISTER

DAN DOKTOR FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

(Konsentrasi Manajemen)

Disusun Oleh: Ian Danarko Randikoputra

15.B1.0015

Telah diperiksa dan disetujui, Semarang, ………

Disahkan oleh,

Ketua Program Studi Teknik Sipil, Dosen Pembimbing,

(3)

iii Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Laporan Praktik Kerja yang berjudul “PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PROGRAM MAGISTER DAN DOKTOR FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO (KONSENTRASI ALAT BERAT)” ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ternyata terbukti bahwa laporan ini sebagian atau seluruhnya merupakan hasil plagiasi, maka saya rela untuk dibatalkan, dengan segala akibat hukumnya sesuai peraturan yang berlaku pada Universitas Katolik Soegijapranata dan/ atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Semarang, ...

(Ian Danarko Randikoputra) NIM: 15.B1.0015

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dan menyusun laporan praktik kerja yang berjudul Proyek Pembangunan Gedung Program Magister dan Doktor Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro.

Laporan praktik kerja ini dibuat sebagai laporanpertanggung jawaban selama 90 (Sembilan Puluh) hari kalender atas apa yang dilakukan selama berada di lokasi proyek/ lapangan. Praktik kerja dimulai dari tanggal 31 Agustus 2018 hingga 1 Desember 2018. Situasi proyek ketika awal praktik keja ialah pekerjaan pengecoran kolom lantai 1, sehingga penulis tidak melihat langsung pekerjaan struktur bawah di lapangan. Selain itu, laporan ini dibuatuntuk memenuhi penilaian mata kuliah praktik kerja serta sebagai salah satu syaratmengikuti Tugas Akhir (TA).

Dalam penyusunannya, laporan ini disusun dengan melewati beberapa tahapan yang melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan laporan ini:

1. Bapak Dr., Ir. Djoko Suwarno, M.Si selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

2. Bapak Daniel Hartanto, ST. MT. selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

3. Bapak Ir. Drs. Djoko Setijowarno, MT selaku Dosen Pembimbing selama praktik kerja dan dalam penyusunan laporan kerja praktik ini.

4. Mas M.Cholillur, Mas Qyaksa Nur, dan Bapak Bono yang telah membimbing dan mendampingi kami selama proses kerja praktik berlangsung.

5. Pihak PT. Macro Albana selaku kontraktor proyek yang telah memberi kesempatan untuk kerja praktik

(5)

v 7. Teman-teman teknik sipil dari semua angkatan atas segala dukungannya. 8. Semua pihak yang telah banyak membantu penyusun, baik secara moril

maupun materil, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam hal penyusunan laporan praktik kerja ini, oleh karena itu penulis terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun. Akhirnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membaca.

Semarang,

(6)

vi

(7)

vii

(8)

viii

(9)

ix

(10)

x

(11)

xi

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PRAKTIK KERJA ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

SURAT PERIZINAN PRAKTIK KERJA ... vi

SURAT PERMOHONAN BIMBINGAN PRAKTIK KERJA ... vii

SURAT PERINTAH PRAKTIK KERJA ... viii

SURAT KETERANGAN SELESAI PRAKTIK KERJA ... ix

SURAT UCAPAN TERIMA KASIH ... x

KARTU ASISTENSI ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Proyek ... 1.2. Lokasi Proyek ... 1.3. Fungsi Bangunan ... 1.4. Tata Cara Pelelangan ...

BAB II PENGELOLA PROYEK

2.1. Uraian Umum ... 2.2. Pemilik Proyek (Owner) ... 2.3. Konsultan Perencana ... 2.4. Kontraktor/ Pelaksana ... 2.5. Konsultan Pengawas ... 2.6. Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja ...

(13)

xiii

BAB III PELAKSANAAN PROYEK

3.1. Uraian Umum Proyek ... 3.2. Perencanaan Proyek ... 3.3. Pelaksanaan Proyek ... 3.3.1. Pelaksanaan Pekerjaan Persiapan ... 3.3.2. Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Bawah ... 3.3.3. Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas ... 3.4. Peralatan Proyek ... 3.5. Material Proyek ... 3.6. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ... 3.6.1. Kondisi Lingkungan Sosial Proyek ... 3.6.2. Antisipasi Dampak Lingkungan ... 3.7. Pengendalian Proyek ... 3.7.1. Pengendalian Mutu (Qualiy) ... 3.7.2. Pengendalian Waktu (Time) ... 3.7.3. Pengendalian Biaya (Cost) ... 3.8. Permasalahan di Lapangan ... 3.8.1. Pengabaian K3 oleh Pekerja di Lapangan ... 3.8.2. Tidak Tersedianya Jaring Polynet ... 3.8.3. Tidak Tersedianya Disposal Area ... 3.8.4. Kecelakaan Pembongkaran Barang ... 3.8.5. Penyimpanan Material Kurang Diperhatikan ...

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan ... 4.2. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ...

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Fungsi Bangunan ... Tabel 3.1 Dimensi dan Penulangan Pondasi Sumuran... Tabel 3.2 Dimensi dan Penulangan Tie Beam ... Tabel 3.3 Dimensi dan Penulangan Kolom... Tabel 3.4 Tipe Kolom tiap Lantai ... Tabel 3.5 Dimensi dan Penulangan Balok ... Tabel 3.6 Jumlah Maksimum Besi dalam Sekali Pembengkokan ... Tabel 3.7 Jumlah Maksimum Besi dalam Sekali Pemotongan ... Tabel 3.8 Mutu Baja Tulangan ... Tabel 3.9 Waktu Pembongkaran Bekisting ... Tabel 3.10 Dimensi Penggunaan Beton Decking ... Tabel 3.11 Mutu Beton pada Struktur ... Tabel 3.12 Pengendalian Jumlah Tenaga Kerja ...

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek ... Gambar 1.2 Kondisi Lingkungan Proyek ... Gambar 2.1 Hubungan Kerja Pengelola Proyek ... Gambar 2.2 Bagan Alir Kerja K3 ... Gambar 2.3 Lingkungan Kerja Proyek ... Gambar 2.4 Alat Kerja dan Bahan Proyek ... Gambar 2.5 Minimnya Jaminan K3 Proyek ... Gambar 2.6 Penerangan pada Proyek ... Gambar 2.7 Safety Helmet... Gambar 2.8 Safety Belt ... Gambar 2.9 Penutup Telinga... Gambar 2.10 Kacamata Pelindung ... Gambar 2.11 Pelindung Wajah ... Gambar 2.12 Masker ... Gambar 2.13 Safety Shoes ... Gambar 2.14 Peralatan Kerja Pembesian ... Gambar 3.1 Perspektif Gedung ... Gambar 3.2 Site Plan ... Gambar 3.3 Pagar Pembatas Proyek ... Gambar 3.4 Direksi Keet Lama ... Gambar 3.5 Direksi Keet Baru ... Gambar 3.6 Gudang Penyimpanan Bahan Material ... Gambar 3.7 Barak Pekerja ... Gambar 3.8 Alat Cone Penetration Test ... Gambar 3.9 Alat Standard Penetration Test ... Gambar 3.10 Denah Pondasi Sumuran dan Pile Cap ... Gambar 3.11 Potongan Pondasi Sumuran ... Gambar 3.12 Potongan Melintang Tie Beam ... Gambar 3.13 Denah Tie Beam ...

(16)

xvi Gambar 3.14 Denah Kolom Lantai Dasar ... Gambar 3.15 Dimensi dan Penulangan pada Kolom ... Gambar 3.16 Fabrikasi Penulangan dan Bekisting ... Gambar 3.17 Penyambungan Tulangan Kolom ... Gambar 3.18 Pembuatan dan Pemasangan Bekisting Kolom ... Gambar 3.19 Uji Slump Test Kolom di Lapangan ... Gambar 3.20 Pengambilan Benda Uji ... Gambar 3.21 Pelepasan Bekisting Kolom ... Gambar 3.22 Denah Balok Lantai 2 ... Gambar 3.23 Pemasangan Scaffolding ... Gambar 3.24 Pemasangan Bekisting Balok ... Gambar 3.25 Pemasangan Tulangan Balok ... Gambar 3.26 Pemasangan Bekisting Pelat Lantai ... Gambar 3.27 Pemasangan Tulangan pada Pelat Lantai ... Gambar 3.28 Pengecoran Pelat Lantai dan Balok ... Gambar 3.29 Perataan Permukaan Pelat Lantai ... Gambar 3.30 Keyplan Tangga ... Gambar 3.31 Pemasangan Bekisting Struktur Tangga ... Gambar 3.32 Penulangan Struktur Tangga ... Gambar 3.33 Hasil Pengecoran Struktur Tangga ... Gambar 3.34 Fabrikasi Penulangan Core Wall ... Gambar 3.35 Excavator ... Gambar 3.36 Mobile Crane ... Gambar 3.37 Truck Mixer Concrete ... Gambar 3.38 Pengecoran dengan Concrete Pump ... Gambar 3.39 Truck Concrete Pump... Gambar 3.40 Dump Truck ... Gambar 3.41 Truk Barang... Gambar 3.42 Bar Bender ... Gambar 3.43 Bar Cutter ... Gambar 3.44 Gerinda Potong ...

(17)

xvii Gambar 3.45 Motor Penggerak Concrete Vibrator... Gambar 3.46 Concrete Vibrator ... Gambar 3.47 Perancah/Scaffolding ... Gambar 3.48 Mesin Trowel ... Gambar 3.49 Agregat Halus (Pasir) ... Gambar 3.50 Agregat Kasar (Kerikil) ... Gambar 3.51 Semen Portland ... Gambar 3.52 Perekat Bata Ringan. ... Gambar 3.53 Semen Instan ... Gambar 3.54 Baja Tulangan ... Gambar 3.55 Lem Beton ... Gambar 3.56 Pipa Beton ... Gambar 3.57 Kayu Polywood untuk Bekisting Pelat Lantai ... Gambar 3.58 Beton Decking ... Gambar 3.59 Kawat Bendrat ... Gambar 3.60 Pemindahan Beton Ready Mix ke Concrete Pump ... Gambar 3.61 Uji Slump Test Beton Ready Mix ... Gambar 3.62 Pengambilan Benda Uji Ready Mix ... Gambar 3.63 Pemasangan Wiremesh pelat lantai dasar ... Gambar 3.64 Floor Hardener ... Gambar 3.65 Besi Hollow ... Gambar 3.66 Bata Ringan ... Gambar 3.67 Cable Tray ... Gambar 3.68 Limbah Padat Pekerjaan Pembersihan Lahan ... Gambar 3.69 Limbah Padat Sisa Material ... Gambar 3.70 Uji Slump Test di Lapangan ... Gambar 3.71 Pembuatan Benda Uji Silinder ... Gambar 3.72 Perendaman Benda Uji ... Gambar 3.73 Pengujian Kuat Tekan Beton di Laboratorium ... Gambar 3.74 Data Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton... Gambar 3.75 Suasana Laboratorium Teknik Sipil UNDIP ...

(18)

xviii Gambar 3.76 Benda Uji Kuat Tarik Baja ... Gambar 3.77 Pengujian Kuat Tarik Baja di Laboratorium. ... Gambar 3.78 Data Hasil Pengujian Kuat Tarik Baja ... Gambar 3.79 Grafik Beban-Perpanjangan ... Gambar 3.80 Pengujian Hammer Test ... Gambar 3.81 Jadwal Pengecoran ... Gambar 3.82 Kurva S/Time Schedule ... Gambar 3.83 Kondisi Pekerja di Proyek ... Gambar 3.84 Kondisi Gedung tanpa Jaring Polynet ... Gambar 3.85 Sampah Sisa Material di Area Proyek... Gambar 3.86 Kondisi Bata Ringan yang Pecah. ... Gambar 3.87 Kondisi Baja Tulangan Proyek. ...

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

GAMBAR DED GEDUNG GKB ... KURVA S PROYEK ... HASIL PLAGSCAN UNICHECK ...

(20)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Praktik Kerja

Praktik Kerja Lapangan adalah suatu implementasi secara langsung yang dimana mensinkronkan antara program pendidikan di perkuliahan dengan kegiatan yang terjadi secara langsung dilapangan yang bertujuan untuk mencapai suatu tingkat keahlian tertentu. Di Universitas Katolik Soegijapranata Program Studi Teknik Sipil mengharuskan mahasiswa untuk mengikuti Praktik Kerja Lapangan. Hal ini bertujuan agar mahasiswa mendapatkan suatu pembelajaran yang berguna sehingga kedepannya lulusan Teknik Sipil memiliki kualitas individu yang baik dalam bekerja nantinya.

Dalam perkuliahan mahasiswa mendapatkan teori-teori yang cukup mengenai sebuah bangunan. Tetapi tidak semua teori dapat diimplementasikan di lapangan. Dibutuhkan suatu pengalaman yang cukup untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang terjadi dilapangan. Oleh karena itu Praktik Kerja Lapangan adalah sarana bagi mahasiswa untuk semakin menambah pengalaman di lapangan dan juga menambah wawasan yang dimana tidak didapatkan di perkuliahan.

Melalui Praktek Kerja Lapangan ini, mahasiswa dapat membandingkan antara teori yang telah dipelajari di perkuliahan dengan keadaan secara langsung dilapangan. Mahasiswa juga dituntut untuk aktif dalam mencari informasi yang berguna agar kedepannya mahasiswa dapat menentukan suatu tindakan yang tepat dilapangan jika terjadi suatu permasalahan.

1.2Lokasi Proyek

Proyek pembangunan Gedung Program Magister dan Doktor Fakultas Sains & Matematika Universitas Diponegoro yang terletak di jalan Prof. Soedarto SH, Tembalang Semarang. Lokasi tersebut dapat ditempuh dengan melewati Jalan Raya Gombel kemudian sampai lampu traffic light pertama belok kiri menuju jalan Ngesrep atau biasa dikenal gapura patung kuda. Dari

(21)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

gapura patung kuda kemudian terus saja sampai bertemu dengan gapura Universitas Diponegoro. Jarak tempuh dari gapura patung kuda sampai pada komplek Undip sekitar 15 – 20 menit.

Gambar di bawah ini merupakan peta menuju ke lokasi Proyek Pembangunan Gedung Program Magister dan Doktor Fakultas Sains & Matematika Universitas Diponegoro

Gambar 1.1 Beberapa Jalur Menuju Kampus Universitas Diponegoro

Sumber : Google Image 2018

(22)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

Gambar 1.2 Kondisi lingkungan proyek

Sumber : Shop Drawing Proyek Gedung FSM Undip

Gedung Perkuliahan Program Magister dan Doktor Fakultas Sains dan Matematika adalah sebuah bangunan yang terletak di daerah kawasan Universitas Diponegoro Semarang. Sehingga batas-batas wilayah proyek merupakan lingkungan kampus, seperti Masjid Al-Kautsar di sebelah barat, Gedung D Fakultas Sains dan Matematika di sebelah timur, Parkiran Departement Kimia di sebelah selatan, dan Gedung B Fakultas Sains dan Matematika di sebelah utara.

1.3Fungsi Bangunan

Gedung Program Magister dan Doktor Fakultas Sains & Matematika Universitas Diponegoro yang baru ini digunakan sebagai pengembangan dari gedung lama Fakultas Sains & Matematika. Gedung baru ini memuat beberapa ruang tambahan seperti ruang serbaguna, ruang laboratorium, ruang kelas, perpustakaan. Berikut adalah detail secara keseluruhan ruangan yang terdapat pada gedung baru Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro :

(23)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

Tabel 1.1 Elevasi dan Fungsi Pembangunan Gedung Program Magister dan Doktor Fakultas Sains & Matematika Universitas Diponegoro

Lantai Elevasi

(m) Fungsi Bangunan

Tinggi (m)

Lantai 1 + 0.00

Digunakan untuk drop off, perpustakaan, ruang baca, ruang tunggu, ruang panel, gudang, ruang kontrol, toilet,lobby, lift, dan tangga

5.50

Lantai 2 + 5.50

Digunakan untuk ruang tunggu, mushola, ruang KA progdi, ruang pelayanan mahasiswa, pantry, ruang panel, balkon, toilet,lobby, lift, tangga

4.20

Lantai 3 + 9.70

Digunakan untuk ruang dosen, ruang panel, gudang, toilet, pantry, balkon, lobby, lift, dan tangga

3.30

Lantai 4 + 13. 00

Digunakan untuk ruang kelas kecil, ruang kuliah besar, ruang panel, ruang dosen toilet, ruang OB, toilet, balkon, lobby, lift, dan tangga

5.10

Lantai 5 + 15.15

Digunakan untuk ruang laboratorium komputer, ruang kepala lab komputer, ruang server dan teknis, laboratorium analisis dan uji karakteristik, gudang buku, ruang panel, ruang sidang, ruang diskusi, gudang alat, toilet, balkon lobby, lift, dan tangga

4.20

Lantai 6 + 22.30

Digunakan untuk ruang serbaguna, ruang operator, gudang, ruang panel, prefunction area, ruang transit, toiletlobby, lift, dan tangga

4.20

(24)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

1.4 Tata Cara Pelelangan

Pada proyek pembangunan gedung baru Fakultas Sains dan Matematika ini menggunakan tahapan pelelangan secara online atau disingkat LPSE ( Layanan Pengadaan Secara Elektronik) sesuai dengan dasar hukum pelaksanaan e-procurement adalah UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE, Perpres No. 54 Tahun 2010 dan Peraturan Kepala LKPP No. 1 Tahun 2011 tentang Tata Cara e-Tendering.

Universitas Diponegoro memiliki sistem LPSE sendiri sehingga para pendaftar memudahkan dalam proses registrasi. Untuk mengetahui website LPSE UNDIP berikut adalah tampilan LPSE milik Universitas Diponegoro :

Gambar 1.3 Tampilan Depan LPSE UNDIP Sumber : http://lpse.undip.ac.id/eproc/

(25)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

Gambar 1.4 Tampilan LPSE untuk Proyek Gedung Fakultas Sains dan Matematika

Sumber : http://lpse.undip.ac.id/eproc/

Gambar 1.5 Detail LPSE untuk Proyek Pembangunan Gedung Fakultas Sains dan Matematika

Sumber : http://lpse.undip.ac.id/eproc/

Dalam pembangunan gedung Fakultas Sains dan Matematika ini terdapat beberapa pihak yang dimana sudah dipilih oleh owner untuk pengerjaan. Berikut adalah data-data umum dari pembangunan gedung Fakultas Sains dan Matematika :

(26)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015 A.Data Pihak Terkait :

1. Owner / pemilik : Universitas Diponegoro

2. Konsultas Perencana : PT. Pola Dwipa 3. Konsultan Pengawas : PT. Aretas

4. Kontraktor Pelaksana : PT. Macro Albana

B.Data Umum

1. Nama Proyek : Proyek Pembangunan Gedung Program Magister dan Doktor Fakultas Sains & Matematika Universitas Diponegoro

2. Lokasi Proyek : Jalan Prof. Soedarto SH, Tembalang Semarang

3. Lama Pelaksanaan : 240 Hari 4. Mulai Pelaksanaan : 9 Juli 2018 5. Jam Kerja : 08.00 – 22.00

6. Nilai Kontrak : Rp 29. 634.350.000,00

7. Sumber Dana : RKAT Universitas Diponegoro

C.Data Teknis

1. Luas Lahan : 667,887 m2 2. Luas Bangunan : 3.069,36 m2 3. Jumlah Lantai : 6 lantai

4. Struktur Bangunan : Beton bertulang 5. Jenis Pondasi : Pondasi Sumuran 6. Jumlah Lantai : 6 Lantai

(27)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

BAB II

PENGELOLAAN PROYEK

2.1.Uraian Umum

Pada suatu proyek konstruksi diperlukan suatu sistem koordinasi yang efektif, efisien dan terstruktur dengan baik. Tujuannya adalah untuk mewujudkan kelancaran dalam pelaksanaan suatu proyek dengan terjalinnya hubungan kerjasama yang baik. Hubungan yang dimaksudkan adalah hubungan pemilik proyek (owner) dengan konsultan perencana, pemilik proyek (owner) dengan kontraktor, pemilik proyek (owner) dengan pengawas, pengawas dengan kontraktor, konsultan perencana dengan kontraktor, konsultan perencana dengan pengawas serta semua pihak pengelola proyek yang terlibat dan disusun dalam satu system koordinasi sehingga pekerjaan proyek dapat berjalan dengan lancar sesuai yang diharapkan. Pada Proyek Pembangunan Gedung Magister dan Doktor FSM UNDIP ini pemilik proyek menyerahkan perkerjaan kepada pihak lain yang terdiri dari konsultan perencana, kontraktor/pelaksana, dan konsultan pengawas. Sehingga dalam system koordinasinya lebih sederhana karena tidak melibatkan banyak pihak. Untuk hubungan kerja dari pihak-pihak diatas dijelaskan dalam bagan berikut:

Gambar 2.1. Hubungan Kerja pengelola proyek

Sumber : wawancara dengan pihak terkait, 2018

Pemilik Proyek

Universitas Diponegoro Semarang

Konsultan Perencana PT. Pola Dwipa Konsultan Pengawas PT. Aretas Kontraktor/Pelaksana PT. Macro Albana

(28)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

Berikut ini merupakan pengertian dari bagan di atas tentang hubungan kerja dalam proyek :

a. Hubungan kerja antara pemilik proyek (owner) dengan konsultan perencana

Berdasarkan ikatan kontrak, konsultan perencana memberikan layanan berupa konsultasi konstruksi yang dimana hasilnya berupa gambar, persyaratan, peraturan dan juga estimasi biaya konstruksi secara keseluruhan. Sedangkan pemilik proyek (owner) memberikan biaya atas jasa konsultasi konstruksi kepada konsultan perencana.

b. Hubungan kerja antara pemilik proyek (owner) dengan konsultan pengawas

Berdasarkan ikatan kontrak pada suatu proyek, konsultan pengawas bertugas untuk menyampaikan perubahan-perubahan apa saja yang berkaitan dengan perkerjaan konstruksi. Begitupun sebaliknya, pemilik proyek (owner) memberikan tugas kepada konsultan pengawas untuk memantau perkembangan aktifitas pembangunan proyek.

c. Hubungan kerja antara pemilik proyek (owner) dengan kontraktor pelaksana

Berdasarkan ikatan kontrak pada suatu proyek, pemilihan kontraktor dapat dilakukan dengan 2 cara. Cara pertama adalah penunjukan secara langsung kontraktor pelaksana dan cara yang kedua dengan cara pelelangan umum yang diselenggarakan melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), kerjasama antara pemilik proyek (owner) dengan kontraktor hanya sebatas kontrak kerja saja, selebihnya harus melalui manajemen konstruksi.

d. Hubungan kerja konsultan pengawas dengan kontraktor pelaksana

Berdasarkan ikatan kontrak pada proyek, tugas dari konsultan pengawas adalah sebagai pengawas dalam pelaksanaan sebuah proyek, dan

(29)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

jika dalam pelaksanaan dilapangan, kontraktor tidak sesuai dengan peraturan maupun syarat yang sudah ditentukan, maka konsultan pengawas berhak memperingatkan dan menegur kontraktor.

e. Hubungan kerja kontraktor dengan konsultan perencana

Berdasarkan peraturan pelaksanaan, konsultan wajib memberikan gambar rencana dan peraturannya serta syarat – syarat yang diperlukan kepada kontraktor dan setelah gambar diterima, kemudian kontraktor akan merealisasikannya menjadi sebuah bangunan gedung.

f. Hubungan kerja konsultan pengawas dengan konsultan perencana

Berkaitan dengan hubungan fungsional. Pengawas harus selalu melaporkan kendala- kendala serta hasil pekerjaan di lapangan. Sedangkan perencana wajib memberikan hasil desain gambar dan peraturan – peraturan pelaksanaan.

2.2.Pemilik Proyek

Pemilik Proyek atau disebut juga owner, pemberi tugas atau bouwheer

adalah suatu instansi atau perseorangan yang mempunyai dana serta gagasan atau rencana untuk membangun sebuah bangunan yang kemudian direalisasikan dengan bantuan pihak lain agar bangunan tersebut sesuai dengan keinginan pemilik dan fungsi dari bangunan tersebut. Agar pelaksanaan pekerjaan tersebut lancar, owner diharuskan menyediakan dana untuk pemenuhan kebutuhan proyek. Pada laporan ini pemilik proyek pembangunan Gedung Magister dan Doktor Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro adalah Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang.

Berikut merupakan tugas dan wewenang yang dimiliki pemilik proyek atau owner menurut Ahadi (2010) :

a. Meminta pertanggungjawaban pelaksana proyek.

b. Memutuskan hubungan kerja dengan pelaksana proyek yang tidak dapat melakukan perkerjaannya sesuai dengan isi perjanjian kontrak.

(30)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

c. Membuat kegiatan administrasi proyek.

d. Memberi tugas kepada kontraktor atau melakukan pekerjaan proyek. e. Minta pertanggungjawaban konsultan pengawas atau manajemen

konstruksi (MK).

f. Menerima proyek yang telah selesai dikerjakan oleh kontraktor. g. Menyediakan biaya perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan proyek. h. Membuat surat perintah kerja (SPK).

i. Mengesahkan atau menolak perubahan pekerjaan sesuai yang direncanakan.

2.3.Konsultan Perencana

Konsultan perencana adalah pihak yang diberi tugas oleh pemilik proyek (owner) untuk merencanakan dan mendesain suatu banguan. Desain bangunan tersebut yaitu perencanaan struktur, arsitektur, MEP, dan desain-desain lain yang dibutuhkan oleh pemilik proyek (owner) dalam proses pekerjaan konstruksi, memberi saran dan pertimbangan akan hal - hal yang dibutuhkan dalam perencanaaan konstruksi, serta mempunyai tanggung jawab penuh dalam perbaikan gambar rencana sampai sesuai dengan kehendak pemilik proyek (owner). Adapun tugas dan wewenang konsultan perencana menurut Hidayat (2017) adalah :

a. Membuat perencanaan yang terdiri dari gambar rencana, Rencana Anggaran Biaya (RAB), Rencana Kerja dan Syarat (RKS) dan perhitungan struktur yang lengkap dan detail.

b. Memberikan pertimbangan mengenai jalannya pekerjaan proyek kepada pemilik proyek

c. Menyesuaikan perencanaan apabila ada revisi dari perencanaan yang dibuat atas permintaan pemilik proyek serta membuat laporan akhir rencana.

d. Memberikan saran dan anjuran pada pemilik proyek untuk mencapai hal yang diinginkan pemilik proyek.

(31)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

e. Memeriksa hasil pelaksanaan pekerjaan dengan mengacu pada rancangannya.

f. Membuat gambar revisi apabila terjadi penyimpangan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

Pada Proyek Pembangunan Gedung Magister dan Doktor Fakultas Sains dan Matematika ini, Konsultan perencana yang ditunjuk adalah PT. Pola Dwipa dengan pelelangan umum yang dilakukan melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE Undip).

2.4.Kontraktor/Pelaksana

Kontraktor pelaksana adalah suatu badan hukum atau perorangan yang mempunyai tugas untuk melaksanakan suatu pembangunan sesuai dengan bidang keahliannya dengan ketentuan - ketentuan yang ditetapkan pada dokumen kontrak. Kontraktor pelaksana mempunyai tanggung jawab besar kepada pemilik proyek (owner), dan dalam pelaksanaan pembangunan, kinerja kontraktor harus diawasi oleh pengawas proyek. Berikut merupakan tugas dan wewenang kontraktor menurut Birgitta (2017) :

a. Bertanggung jawab atas kelancaran pekerjaan proyek.

b. Menyediakan tenaga kerja, bahan, peralatan, tempat kerja, dan alat-alat pendukung lainnya.

c. Memberikan laporan kemajuan proyek yaitu laporan harian, laporan mingguan, maupun laporan bulanan meliputi peralatan yang digunakan, jumlah tenaga kerja, jenis item pekerjaan yang dilaksanakan, bahan material yang datang, serta hal- hal lain yang berkaitan dengan kemajuan pelaksanaan pekerjaan proyek.

d. Mempelajari gambar dan spesifikasi proyek.

e. Melakukan persiapan lapangan termasuk pengukuran. f. Memberikan perintah kepada pembantu pelaksana.

g. Memberikan usulan kepada pemilik apabila menjumpai kesulitan dalam pelaksanaan.

(32)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

Dalam Proyek Pembangunan Gedung Magister dan Doktor Fakultas Sains dan Matematika ini Kontraktor pelaksana yang ditunjuk adalah PT. Macro Albana dengan pelelangan umum yang dilakukan melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE Undip).

2.5.Konsultan Pengawas

Konsultan pengawas adalah suatu organisasi atau perorangan yang bersifat disiplin di berbagai aspek serta ahli pada bidang - bidang lain yang diperlukan dalam suatu pembangunan sebuah proyek, yang ditunjuk oleh pemilik proyek untuk melakukan pekerjaan pengawasan selama proyek berlangsung. Jika konsultan pengawas menemui kesalahan dalam pekerjaan proyek maka akan segera dilaporkan kepada pemilik proyek (owner) atau wakil owner yang kemudian biasanya diadakan rapat untuk menangani hal itu (Ahadi, 2009). Tugas dan wewenang konsultan pengawas menurut Ahadi (2009) yaitu :

a. Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak kerja.

b. Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan proyek.

c. Menerbitkan laporan presttasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat oleh pemilik proyek.

d. Memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik proyek maupun kontraktor dalam proses pelaksanaan pekerjaan proyek.

e. Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang diajukan kontraktor sebagai pedoman pelaksaan pembangunan proyek.

f. Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek yang diusulkan oleh kontrakor agar sesuai dengan harapan pemilik proyek namun tetap berpedoman dengan konrtak kerja konstruksi yang sudah dibuat sebelumnya.

(33)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

g. Memperingatkan atau menegur pihak pelaksana pekerjaan jika terjadi penyimpangan terhadap kontrak kerja.

h. Menghentikan pelaksanaan pekerjaan jika pelaksana proyek tidak memperhatikan peringatan yang diberikan.

i. Memberikan tanggapan atas usul pihak pelaksana proyek.

j. Konsultan penawas berhak memeriksa gambar shop drawing pelaksana proyek.

k. Melakukan perubahan dengan menerbitkan berita acara perubahan (site instruction).

l. Mengoreksi pekerjaan yang dilaksanakan oleh kontraktor agar sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati sebelumnya.

Dalam Proyek Pembangunan Gedung Magister dan Doktor Fakultas Sains dan Matematika ini Konsultan pengawas yang ditunjuk adalah PT. Aretas dengan pelelangan umum yang dilakukan melalui Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE Undip).

2.6.Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sangat diperlukan didalam proyek pembangunan karena pekerjaan konstruksi mempunyai banyak potensi akan bahaya. Maka dari itu, memberikan keselamatan dan kesehatan kepada pekerja sangat memerlukan syarat- syarat yang sangat tinggi. Seluruh tahap dalam pekerjaan konstruksi sangat berbuhungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

Berikut ini merupakan beberapa tahapan di dalam pekerjaan konstruksi : a. Penggalian : Kecelakaan yang dapat terjadi pada pekerjaan ini yaitu

pekerja bisa saja terkubur karena runtuhnya dinding galian, pekerja didalam galian tertimpa material dari atas.

b. Pondasi : Dalam pekerjaan pondasi dapat terjadi kecelakaan dimana kaki pekerja dapat tertimpa batu kali.

(34)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

c. Pekerjaan Beton : Proses pengecoran pada umumnya berada pada posisi ketinggian tertentu yang dapat mengakinatkan pekerja jatug, material tidak boleh terkena kulit atau terhirup pekerja.

d. Pekerjaan Baja : Bahaya yang dapat ditimbulkan dalam pekerjaan ini adalah dimana pekerja dapat tertimpa material, pekerja dapat terjatuh saat pemasangan dan pekerja dapat terkena serpihan baja pada saat memotong baja.

e. Pembongkaran : Proses pembongkaran mempunyai bahaya kepada pekerja sebagai contoh runtuhnya bangunan, terjauh dari ketinggian, tertimpa bekisting.

Gambar 2.2 Bagan alir Kerja K3

Pedoman hukum dari K3 didalam konstruksi

a. Undang- undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Pada tahun 2003, pemerintah mengeluarkan UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang- undang ini berisi hal hal dalam perlindungan pekerja.

b. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1/Men/1980 tentang K3 Konstruksi Bangunan. Peraturan ini mencakup ketentuan – ketentuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.

c. Surat Keputusan bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No. Kep 174/Men/1986 dan No. 104/Kpts/1986 tentang K3 Tempat Kegiatan Konstruksi Bangunan

BAHAN ALAT PROSES KESELAMATAN (SAFETY) KESEHATAN (HEALTH) LINGKUNGAN (ENVIRONMENT) TENAGA KERJA

(35)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

d. Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 174/MEN/1986-104/KPTS/1986 : Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.

2.6.1.Fungsi K3

K3 didalam pelaksanaan pembangunan mempunyai fungsi yang bermanfaat, baik untuk pekerja ataupun perusahaan. Berikut merupakan fungsi dari K3 secara umum:

a. Sebagai pedoman dalam memantau keselamatan dan kesehatan para pekerja di lingkungan kerja.

b. Membantu memberikan saran dalam perencanaan, proses organisir, desain tempat kerja dan pelaksanaan kerja.

c. Sebagai pedoman dalam membuat desain pengendali bahaya, metode prosedur, dan program.

d. Sebagai acuan dalam mengukur keefektifan tindakan pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya.

2.6.2.Tujuan K3

Menurut UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, tujuan dari K3 adalah mencegah terjadinya kecelakaan kerja didalam pekerjaan. Selain itu, K3 juga berfungsi melindungi semua sumber produksi agar dapat digunakan secara efektif. Berikut ini adalah tujuan k3 secara umum :

a. Untuk melindungi dan memelihara kesehatan dan keselamatan tenaga kerja sehingga kinerjanya dapat meningkat.

b. Untuk menjaga dan memastikan keselamatan dan kesehatan semua orang yang berada di lingkungan kerja.

c. Untuk memastikan sumber produksi terpelihara dengan baik dan dapat digunakan secara aman dan efisien.

2.6.3.Peran K3 dalam Perusahaan

Berikut ini adalah beberapa peran K3 di lingkungan kerja:

(36)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

b. Harus ada tindakan antisipatif dari perusahaan sebagai upaya untuk mengurangi risiko terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

2.6.4.Ruang Lingkup K3

Mengacu pada pengertian K3 di atas, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam pelaksanaan K3, yaitu sebagai berikut : a. Lingkungan Kerja

b. Alat Kerja dan Bahan c. Metode Kerja

2.6.5.Jenis Bahaya dalam K3

Terkait dengan Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja para pekerja harus diberikan edukasi mengenai jenis-jenis bahaya yang ada. Berikut ini adalah beberapa jenis bahaya dalam K3 :

a. Bahaya jenis kimia

Jenis bahaya kimia berasal dari berbagai bahan kimia yang berpotensi merusak kesehatan jika terhirup atau terjadi kontak. Contoh bahaya K3 jenis kimia ialah gas bahan kimia yang beracun, uap bahan kimia, dan abu sisa pembakaran bahan kimia.

b. Bahaya jenis fisika

Bahaya ini berasal dari berbagai hal yang berhubungan dengan fisika dan berpotensi merusak kesehatan dan keselamatan jika terjadi kontak.

c. Bahaya jenis pekerjaan

Bahaya ini berasal dari jenis pekerjaan/proyek yang berpotensi merusak kesehatan dan mengancam keselamatan jiwa pekerja.

2.6.6.Alat Pelindung Diri

Perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendirian orang di sekelilingnya. Adapun bentuk peralatan dari alat pelindung :

a. Alat Pelindung Kepala - Helm Pelindung

(37)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

Helm pelindung berfungsi untuk melindungi kepala dari bahaya seperti kejatuhan material ataupun aliran listrik yang tidak disadari. Pemakaian juga harus sesuai dengan ukuran kpala agar nyaman dan efektif dalam melindungi kepala. Tiap warna helm juga memiliki arti sendiri.

Gambar 2.3 Arti Warna Helm Sumber : Google

- Kacamata Pelindung

Kacamata pelindung berfungsi untuk mrlindungi mata dari bahaya percikan atau loncatan benda berbahaya, debu maupun hewan kecil, mengurangi sorotan sinar matahari.

(38)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

Gambar 2.4 Kacamata Pelindung Sumber : rimantho.blogspot.com

- Penyumbat Telinga dan Penutup Telinga

Penyumbat telinga digunakan untuk melindungi gendang telinga dari intensitas suara yang tinggi. Penyumbat suara biasa digunakan oleh pekerja dengan mesin bersuara tinggi karena dapat mengurangi 10-15dB. Sedangkan penutup telinga dapat mengurangi suara dingga 20-30dB.

Gambar 2.5 Penyumbat Telinga dan Penutup Telinga Sumber : vedcmalang.com

- Masker dan Respirator

Masker merupakan benda yang digunakan untuk melindungi alat pernafasan manusia dari bahaya asap, debu atau benda – benda kecil serta bau bahan kimia.

(39)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

Gambar 2.6 Masker dan Respirator Sumber : produksielektronik.com

b. Alat Pelindung Badan - Sabuk Pengaman

Sabuk pengaman harus wajib digunakan untuk bangunan dengan ketinggian lebih dari 3 meter. Cara pemakaian seperti memakai ikat pinggang dan mengaitkan kailnya pada konstruksi yang kuat sehingga jika terpeleset dapat terhindar dari luka fatal.

Gambar 2.7 Sabuk Pengaman Sumber : sipilfull.blogspot.com

- Apron (Celemek)

Apron merupakan pelindung tubuh dari percikan bahan kimia serta adonan semen. Apron biasa digunakan saat persiapan oli, minyak, dan perekat.

(40)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

Gambar 2.8 Apron (Celemek) Sumber : produksielektronik.com - Rompi Reflektor

Rompi reflector mempunyai bahan yang dapat bersinar jika disorot dengan cahaya.pantulan sinar ini dapat membantu mengetahui posisi pekerja pada tempat gelap

Gambar 2.9 Rompi Reflektor Sumber : Isibangunan.com

c. Alat Perlindungan Anggota Badan - Sarung Tangan

Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan agar tidak kontak langsung dengan bahan kimia atau dapat terhindar dari luka tergores akibat benda tajam. Pada saat pemasangan komponen yang agak tajam biasanya pekerja menggunakan sarung tangan.

Berikut adalah 4 jenis sapu tangan dalam proyek :

1. Sarung Tangan Katun digunakan untuk melindungi tangan dari luka ringan

2. Sarung Tangan Kulit digunakan untuk melindungi tangan dari luka sedang

(41)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

3. Sarung Tangan Karet digunakan untuk melindungi tangan dari kontak langsung dengan bahan kimia, oli, minyak, dan perekat 4. Sarung Tangan Electrical digunakan untuk melindungi tangan dari

arus listrik.

Gambar 2.10 Sarung Tangan Sumber : produksielektronik.com

- Sepatu Pelindung

Sepatu pelindung merupakan perlengkapan yang berfungsi melindungi kaki dari kejatuhan material atau benda – benda tajam seperti potongan baja ataupun pecahan kaca dan aliran listrik. Sepatu pelindung dilapisi baja di bagian ujungnya dan dibalut oleh karet agar tidak menghantarkan listrik.

Gambar 2.11 Sepatu Pelindung Sumber : ralali.com

(42)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

BAB III

PELAKSANAAN PROYEK

3.1.Uraian Umum Proyek

Proyek adalah rangkaian upaya untuk mencapai suatu tujuan dengan cara menggunakan sumbuer daya yang ada dan diselesaikan dalam jangka waktu yang sudah ditentukan. Ciri-ciri proyek adalah :

a. Mempunyai tujuan akhir yang dimana hasilnya berupa bangunan atau infrastruktur lainnya.

b. Mempunyai estimasi biaya tertentu sesuai dengan jenis pekerjaan dan lama proses pengerjaan tersebut.

c. Diselesaikan dalam waktu yang sudah disepakati

d. Untuk jenis dan intesitas dari pekerjaan tersebut bersifat non rutin yang dimana menyesuaikan dengan kondisi dilapangan

3.2.Perencanaan Proyek

Perencanaan adalah tahapan awal sebelum memulai proyek konstruksi yang dimana dituangkan dalam bentuk ide atau gagasan bagaimana proyek tersebut akan dibangun. Setelah pembahasan ide tersebut mencapai suatu kesepakatan maka ide tersebut akan diwujudkan dalam bentuk dokumen perencanaan yang dimana dokumen tersebut dibuat oleh konsultan perencana. Perencana akan memberikan pegangan bagi pelaksana mengenai alokasi sumber dana untuk pelaksanaan proyek tersebut. Didalam dokumen perencanaan tersebut meliputi perencanaan gambar, perencanaan anggaran, serta perencanaan waktu. Agar perencanaan proyek ini dapat berjalan dengan baik dan lancar maka diperlukan perencanaan yang matang agar proyek tersebut dapat terwujud

Proyek Pembangunan Gedung Magister dan Doctor terdiri dari 6 lantai dan terhubung dengan bangunan emsisting melalui selasar penghubung. Adapun beberapa kegunaan dari gedung yaitu perpustakaan, ruang kaprogdi,

(43)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

ruang kuliah, lab. komputer, lab. uji karakterisasi, dan ruang serbaguna. Berikut adalah desain dari bangunan milik F.MIPA :

Gambar 3.1. Perspektif Gedung

Sumber : Shop Drawing Proyek Gedung FSM Undip

Gambar 3.2. Site Plan

Sumber : Shop Drawing Proyek Gedung FSM UNDIP

Untuk gambar perspekstif gedung dapat dilihat pada Gambar 3.1, sedangkan untuk gambar siteplan lokasi proyek dapat dilihat pada Gambar 3.2. Pada proyek ini item pekerjaan yang dilaksanakan terdiri dari pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah, pekerjaan termite control, pekerjaan pondasi dangkal, pekerjaan struktur bawah, pekerjaan beton struktur atas, pekerjaan baja struktur (kuda-kuda baja) dan pekerjaan finishing.

(44)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

3.3.Pelaksanaan Proyek

Pelaksanaan proyek adalah proses pelaksaan dari rencana dan kebijaksaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan. Dalam hal ini pelaksanaan proyek ini meliputi segala alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaanya, dan kapan waktu pelaksaaannya (Westra dkk, 1985).

Untuk merealisasikan gambar rencana kedalam suatu struktur bangunan diperlukan suatu metode yang dimana dapat memperhitungkan berbagai aspek seperti kelayakan teknis, keawetan, waktu, kekuatan bangunan tersebut dan juga kualitas dari bangunan tersebut serta estetika bangunan.

Dalam pelaksanaan proyek, tim pelaksana akan mengacu pada perencanaan gambar, perhitungan biaya, perencanaan struktur serta perencanaan jadwal pekerjaan dengan tujuan agar proyek dapat berjalan dengan baik. Sama halnya untuk pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung Program Magister dan Doktor Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro, kontraktor/penyedia jasa harus menyusun metode pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan dengan memperhitungkan aspek kelayakan teknis, waktu, kekuatan, keawetan, kualitas, dan estetika secara rasional.

Untuk pelaksanaan proyek sendiri seperti yang sudah disebutkan diatas semua hal tersebut terangkum dalam dokumen yang lebih dikenal dengan

Detail Engineering and Design (DED) dan Rencana Kerja dan Syarat-Syarat

(RKS). Berikut adalah tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan Proyek Pembangunan Gedung Program Magister dan Doktor Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro :

(45)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

3.3.1.Pelaksanaan Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan awal sebelum dilanjutkan ketahap lain didalam sebuah proyek. Untuk proyek pembangunan Gedung Magister dan Doktor Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro pekerjaan persipan yang dilakukan adalah pemasangan pagar keliling, pembuatan direksi keet, mobilisasi alat dan kendaraan, pembuatan gudang penyimpanan bahan material, pembangunan barak pekerja dan pengukuran serta pemasangan bouwplank. Berikut masing-masing pembahasan dari pekerjaan persiapan :

a. Pembuatan Pagar Keliling

Pagar keliling dalam suatu proyek adalah pagar yang dibangun atau didirikan mengelilingi lokasi proyek untuk menjamin keamanan kerja di dalam proyek dan supaya tidak membahayakan orang sekitar yang bukan pekerja di proyek karena lokasi proyek masih berada di ruang lingkup ativitas kampus. Untuk pemasangan pagar sementara direncanakan menggunakan pasangan seng serta baja ringan dan dikaitkan dengan pondasi setempat. Tinggi pagar ±3 meter. Pagar sementara pada proyek ditunjukan dengan garis putus putus berwarna merah pada gambar 3.1. dan dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.3 Site Plan Proyek

Sumber : Data Proyek, 2018

Akses keluar masuk

(46)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

Gambar 3.4 Pagar Pembatas Proyek Sumber : Dokumentasi pribadi, 2018

b. Pembersihan Lahan

Tahap ini adalah tahap awal dalam suatu pembangunan proyek. Pada tahap ini, lokasi proyek dan sekitar proyek dibersihkan dari tanaman, bangunan ataupun benda-benda lain yang dapat mengganggu jalannya proyek sesuai perhitungan yang telah direncanakan. Untuk pembersihan lahan proyek pembangunan Gedung Magister dan Doctor Universitas Diponegoro menggunakan alat berat 1 Bulldozer, 1 excavator, dan 5 dump

truck yang disewa oleh pelaksana.

c. Mobilisasi Alat dan Material

Jalan kerja adalah akses kendaraan proyek untuk keluar masuk kedalam proyek. Pembuatan jalan kerja proyek ini diperhitungkan untuk menghindari terjadinya terhambatnya kendaraan lain saat pengiriman material atau saat alat berat keluar masuk proyek. Peralatan yang dimobilisasi pada tahap pertama masih terbatas. Peralatan tersebut meliputi dibutuhkan untuk membangun fasilitas proyek contohnya: gudang alat dan material, direksi keet, serta pagar keliling. Untuk proyek pembangunan gedung Program Magister dan Doktor Unversitas Diponegoro lebar jalan kerja yang direncanakan selebar ±10 m baik untuk akses masuk maupun keluar proyek yang dapat dilihat pada gambar site plan.

(47)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

d. Pembuatan Gudang dan Direksi Keet

Direksi keet didalam pembangunan mempunyai fungsi untuk tempat

rapat,koordinasi lapangan dan juga kantor sementara para pelaksana di dalam proyek pembangunan. Direksi keet proyek berukuran 3 x 8 meter (Gambar 3.3) dan berlokasi di sebelah Timur Gedung Program Magister dan Doktor Universitas Diponegoro Semarang.

Gudang material proyek berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan material-material yang digunakan dalam proyek untuk sementara, misalnya keramik, semen, dan berbagai peralatan yang berukuran kecil. Didalam perencanaan ada gudang peralatan dan material. Gudang yang berukuran 4 x 6 m (Gambar 3.4) berada di seberang direksi keet.

Gambar 3.5 direksi keet (lama dan baru)

Sumber : Dokumentasi pribadi, 2018

Gambar 3.6 gudang Sumber : Dokumentasi pribadi

(48)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

e. Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank

Bouwplank bertujuan untuk menentukan titik-titik as pada sebuah bangunan agar pekerjaan suatu konstruksi menjadi lebih cepat dalam penyelesaiannya. Bouwplank menggunakan papan ukuran 2/20 dan patok ukuran 5/7. Alat ukur theodolite digunakan untuk penentuan titik as, elevasi, dan sudut. Theodolite digunakan oleh tenaga yang ahli dalam bidangnya. Titik as ditulis dengan cat warna merah, titik ini tidak boleh hilang sampai pekerjaan struktur selesai.

f. Pembuatan Barak Pekerjaan

Mess/Barak pekerjaan merupakan tempat yang mempunyai fungsi untuk tempat istirahat para pekerja dan biasanya dikhususkan untuk pekerja dari luar kota.

(49)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

3.3.2.Perencanaan Pekerjaan Struktur Bawah

Setelah diselesaikannya pekerjaan persiapan, maka pekerjaan berikutnya yang harus dilakukan adalah pekerjaan struktur bawah. Struktur bawah suatu bangunan berfungsi sebagai penyalur beban yang diberikan struktur atas ke tanah. Perencanaan dari srtuktur bawah harus diperhitungkan secara teliti karena menyangkut stabilitas dan kekuatan suatu bangunan yang merupakan hal paling penting di dalam konstruksi bangunan. Perencanaan struktur bawah Gedung Program Magister dan Doktor UNDIP diawali dengan penyelidikan tanah di area proyek. Penyelidikan tanah dilakukan untuk mendapatkan data yang diperlukan agar pondasi yang direncanakan mampu menahan beban dalam jangka waktu yang panjang. Setelah selesai melakukan penyelidikan tanah maka kita dapat menentukan jenis pondasi yang akan digunakan.

Berdasarkan hasil penyelidikan maka untuk pembangunan Gedung Program Magister dan Doktor Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro pondasi yang cocok digunakan adalah pondasi sumuran dengan kedalaman dan diameter bervariasi. Untuk titik pondasi sendiri berjumlah 18 titik. Berikut ini merupakan pembahasan tentang pelaksanaan pekerjaan struktur bawah :

a. Pekerjaan Pondasi Sumuran

Berdasarkan penyelidikan tanah yang telah dilakukan, maka struktur bawah dari Gedung Program Magister dan Doktor Universitas Diponegoro direncanakan menggunakan pondasi sumuran dengan kedalaman dan diameter yang berbeda. Dimensi dan kedalaman pondasi sumuran dapat dilihat pada table 3.1 dan untuk denah berada pada gambar 3.8 sedangkan detail sumuran dapat dilihat pada gambar 3.9.

(50)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

Tabel 3.1 Dimensi dan Penulangan Pondasi Sumuran

Tipe Pondasi DF (meter) D (meter) B (meter) TH (meter) AS AS’ ASS SKS P100 6 1 1,2 0,3 D16-150 D16-150 10D22 D10-150 P200 8 2 2,2 0,6 D19-150 D16-150 16D25 D13-150 P225 8 2,25 2,45 0,7 D19-150 D16-150 20D25 D13-150 P250 9 2,5 2,7 0,8 D19-150 D16-150 25D25 D13-150

Sumber : Shop Drawing Proyek Gedung FSM UNDIP

Keterangan :

DF = kedalaman pondasi (m)

D = diameter pondasi sumuran (m) B = lebar pile cap (m)

TH = tinggi pile cap (m)

AS = tulangan vertikal pada pile cap

AS’ = tulangan horizontal pada pile cap

ASS = tulangan pada sumuran SKS = sengkang pada sumuran

(51)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

Gambar 3.6 Denah Pondasi Sumuran dan Pile cap

(52)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

Gambar 3.7 Potongan Pondasi Sumuran

Sumber : Shop Drawing Proyek Gedung FSM UNDIP

Pekerjaan pertama struktur bawah sebelum pembuatan pondasi sumuran yaitu penggalian tanah serta memasukkan pipa beton tiap meter sesuai dengan kedalaman pondasi sumuran. Setelah galian selesai, maka akan dimasukkan batu kali setinggi 50 cm kemudian di cor menggunakan Ready Mix dengan mutu K-300 (24,9 Mpa)

b. Pile Cap

Pile cap merupakan plat beton bertulang yang berfungsi untuk menyatukan beberapa pondasi sumuran atau tang pancang. Pile cap berfungsi sebagai penyalur beban dari kolom yang akan disebarkan ke pondasi sumuran agar lokasi kolom berada di titik pusat pondasi sehingga tidak menimbulkan eksentrisitas yang dapat menimbulkan penambahan

(53)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

beban pada pondasi dan menahan gaya geser dari pembebanan. Pada proyek pembangunan ini memiliki 4 tipe Pile cap yang direncanakan menggunakan mutu beton K-350 atau setara dengan 30 MPa. Pile cap dikerjakan setelah pondasi sumuran sudah selesai.

c. Tie Beam

Tie Beam merupakan penghubung antar pile cap yang dapat meningkatkan kekuatan struktur bangunan. Tie beam merupakan balok beton bertulang yang bertumpu pada permukaan tanah dan berfungsi untuk menghubungkan pile cap agar menjadi lebih kuat dan mencegah penurunan pondasi di suatu titik. Proyek Pembangunan Gedung Program Magister dan Doktor di Universitas Diponegoro ini terdapat 5 jenis tie beam yang dapat dilihat pada gambar 3.10.

Gambar 3.8 Dimensi dan Penulangan Tie Beam

(54)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

Tabel 3.2. Dimensi dan Penulangan Tie Beam

Tipe Dimens i (mm) Tumpuan Lapangan Tul. Pinggang Tul. Atas Tul. B awah Se ngkang Tul. Atas Tul. B awah Se ngkang TB1 300 x 600 4 D25 4 D25 D10 – 100 4 D25 4 D25 D10 - 150 2 D13 TB2 300 x 600 6 D25 4 D25 D10 – 75 4 D25 6 D25 D10 - 125 - TB3 250 x 600 3 D25 3 D25 D10 – 100 3 D25 3 D25 D10 - 150 2 D13 TB4 250 x 500 3 D25 3 D25 D10 – 100 3 D25 3 D25 D10 - 150 - TBA1 250 x 600 3 D25 3 D25 D10 – 100 3 D25 6 D25 D10 - 150 2 D13

Sumber : Shop Drawing Proyek Gedung FSM UNDIP

Gambar 3.8 Denah Tie Beam

(55)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

3.3.3.Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas

Struktur atas Gedung Program Magister dan Doktor UNDIP terdiri dari kolom, balok, pelat lantai, tangga, core wall, dan atap. Perencanaan struktur atas Program Magister dan Doktor UNDIP untuk kolom, balok, pelat lantai,

core wall, dan tangga menggunakan beton readymix mutu K-350 (setara

dengan f’c = 30 MPa). Mutu baja untuk tulangan (fy) yang digunakan yaitu

400 MPa untuk tulangan ulir dengan diameter >10 mm. Sedangkan tulangan besi polos dengan diameter ≤10 mm, mutu baja (fy) yang digunakan 240

MPa. Kolom-kolom praktis, ring balok pada pasangan bata, bagian-bagian lain yang tidak memikul beban menggunakan beton K-210 (17,5 Mpa). Struktur atap direncanakan menggunakan profil baja IWF 250x125x6x9 dengan bentuk atap joglo.

Pekerjaan struktur atas meliputi pekerjaan tulangan, bekisting, serta pengecoran dari beberapa struktur berikut :

a. Kolom

Kolom adalah batang tekan vertical dari rangka struktur yang memikul dan meneruskan beban dari balok maupun ring balok ke struktur bawah yang kemudian akan dibebankan ke tanah keras. Proyek Pembangunan Gedung Program Magister dan Doktor Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro mempunyai 7 jenis kolom (table 3.3) dimana pada lantai 1-3 dan 4-6 pada gedung ini mempunyai kolom struktur yang berbeda. Hal ini bertujuan agar beban yang dipikul pada pondasi tidak terlalu besar. Adapun beberapa factor dalam menentukan dimensi kolom yaitu tinggi kolom, beban yang dipikul serta jarak antar kolom.

(56)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

Tabel 3.3. Dimensi dan Penulangan Kolom

TIPE DIMENSI TUL.

POKOK TUL. SENGKANG TUMPUAN LAPANGAN K1 100 x 100 24 D25 D13 – 100 D13 – 150 K2 80 x 80 16 D25 D10 – 100 D10 – 150 K3 60 x 60 8 D25 D10 – 100 D10 – 150 K4 30 x 30 8 D19 D10 – 75 D10 – 125 KL1 20 x 40 8 D16 D10 – 75 D10 – 125 KL2 20 x 45 10 D16 D10 – 75 D10 – 125 KL3 20 x 40 6 D16 D10 – 75 D10 – 125

Gambar 3.9 Denah Kolom Lantai Dasar

(57)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

Berikut ini merupakan beberapa variasi penulangan kolom yang berada di Gedung Program Magister dan Doktor Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro yang dapat dilihat pada Gambar 3.13.

Gambar 3.10 Dimensi dan Penulangan pada Kolom

(58)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

Tabel 3.4 Daftar tipe kolom tiap lantai

Lantai Tipe Dasar K1, K3, KL1, KL2, KL3 1 K1, KL1, KL2, KL3 2 K1, KL1, KL2, KL3 3 K2, KL1, KL2, KL3 4 K2, KL1, KL2, KL3 5 K2, KL1, KL2, KL3 6 K2, KL1, KL2, KL3 Atap K2, K4, KL1, KL2, KL3

Sumber : Shop Drawing Proyek Gedung FSM UNDIP

Pekerjaan kolom diawali dengan penentuan titik kolom, pekerjaan penulangan, pemasangan bekisting, dan diakhiri dengan pengecoran menggunakan readymix. Berikut ini adalah langkah langkah pengerjaan kolom :

- Pekerjaan Marking Kolom

Pekerjaan ini merupakan pekerjaan untuk menentukan letak as kolom dimana kolom akan berdiri yang bertujuan supaya kolom berdiri tegak dan tidak terjadi perubahan as kolom. Cara untuk mengerjakan pekerjaan ini adalah dengan bantuan alat Theodolite, benang, meteran, serta unting unting. Pada pekerjaan ini dapat dilakukan oleh 2 orang pekerja. 1 operator Theodolite dan 1 pemegang meteran ukur.

- Fabrikasi dan Pemasangan Tulangan Kolom

Sebelum tulangan kolom dipasang, yang harus dilakukan pertama kali yaitu fabrikasi tulangan kolom. Febrikasi tulangan kolom adalah dimana tulangan dipotong, dibengkokkan maupun dirakit sesuai dengan rencana. Nama alat untuk tahap pemotongan tulangan yaitu bar cutter, sedangkan bar bender adalah alat untuk membengkokkan tulangan. Fabrikasi tulangan dilakukan tersendiri di suatu tempat khusus.

Setelah fabrikasi tulangan, maka tulangan tersebut akan diangkut dengan mobile craneke tempat kolom direncanakan. Setelah itu

(59)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

dilakukan perakitan tulangan kolom. Pertama tama yang harus di rakit yaitu tulangan pokok yang disatukan dengan tulangan kolom sebelumnya. Pada sambungan antar tulangan diberi overlapping

tulangan sepanjang 40D (40 kali diameter tulangan). Setelah semua tulangan pokok terpasang maka selanjutnya yang harus dilakukan adalah memasang tulangan sengkang sesuai dengan gambar rencana. Pada bagian tumpuan, jarak sengkang semakin rapat sedangkan pada lapangan, jarak sengkang semakin renggang. Penyambungan antar tulangan atau tulangan dengan sengkang biasanya menggunakan kawat bendrat.

Gambar 3.11 Fabrikasi Penulangan dan Bekisting

(60)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

Gambar 3.12 Penyambungan Pulangan Kolom

Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018

- Pemasangan Bekisting Kolom

Seletah proses penulangan kolom selesai, maka selanjutnya dilakukan pemasangan bekisting kolom beserta pemasangan tahu beton

(Beton decking). Bekisting kolong dipasang sebelum dilakukan

pengecoran untuk membuat kolom dan akan berdiri sampai pengecoran kolom mongering. Proses pembekistingan menggunakan polywood

sebagai bahan dari bekisting kolom. Proses ini diawali dengan mengukur dimensi kolom, setelah itu bekisting dilapisi dengan oli agar beton tidak menempel saat pelepasan bekesting. Setelah selesai, baru dipasang dengan mobile crane untuk mengangkat bekisting. Berikutnya baru pemasangan adjuster untuk menyangga bekisting kolom. Proses pemasangan dapat dilihat pada Gambar 3.16.

(61)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

Gambar 3.13 Pembuatan dan Pemasangan Bekisting Kolom

Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018

- Pengecoran Kolom

Setelah pemasangan bekisting selesai, berikutnya mulai proses pengecoran dengan menggunakan beton ready mixer dengan mutu K-350 (30 MPa). Beton dengan menggunakan concrete mixer truck

dengan volume sekitar 5m³ dan memenuhi slump test. Pengujian slump

test dilakukan oleh PT. Aretas dengan nilai slump yang diminta

sebesar 12 ± 2 cm. Contoh pengujian slump test pada gambar 3.17. Setelah dilakukan slump test, maka proses berikutnya adalah pengecoran dengan alat bantu concrete pump. Concrete pump atau pompa beton digunakan untuk memindahkan beton ready mix dari

mixer truck ke dalam frame struktur. Pompa beton dipakai untuk proses

pengecoran yang bisa dilakukan untuk balok, kolom, dan plat. Keuntungan dari menggunakan concrete pump adalah lebih cepat, lebih halus dan dapat menempatkan beton segar langsung di lokasi yang tidak mudah dijangkau alat lain.

Selama pengecoran berlangsung harus ada alat bantu lain yaitu

concrete vibrator agar campuran agregat tersebar dengan merata. Alat ini digunakan 2 menit sekali untuk menghindari terjadinya segregasi pada agregat. Pengecoran kolom dihentikan ketika sudah mencapai posisi bawah balok.

(62)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

Gambar 3.14 Uji Slump Test Kolom di Lapangan

Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018

- Pembongkaran Bekisting Kolom

Setelah kolom kering maka bekisting dapat di lepas. Untuk pengecoran selanjutnya dengan ukuran kolom sama, bekisting dapat digunakan lagi. Oleh karena itu, setelah cor mongering sebaiknya bekisting di longgarkan bautnya dan kemudian diangkat oleh mobile

crane. Hasil pengecoran dapat dilihat pada Gambar 3.18.

Gambar 3.15 Sesudah dan Sebelum Pelepasan Bekisting Kolom

(63)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

b. Balok dan Plat Lantai

Balok adalah bagian dari struktur bangunan yang bersifat kaku. Balok berfungsi sebagai penahan beban vertikal diatasnya seperti berat sendiri balok, berat plat lantai, berat pembatas ruang, beban hidup serta beban horizontal berupa beban angina dan gempa yang akan disalurkan ke dalam kolom. Sesuai dengan gambar rencana balok di Gedung Program Magister dan Doktor Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro pada lantai 2 dapat dilihat pada Gambar 3.19.

Gambar 3.16 Denah balok lantai 2

(64)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

Balok pada proyek ini mempunyai 20 tipe yang masing – masing tipe mempunyai ukuran yang berbeda – beda sesuai dengan beban yang ditanggungnya. Dimensi dan penulangan balok dapat dilihat pada table 3.5.

Tabel 3.5 Perencanaan Dimensi Balok

Tipe Dimens i (mm) Tumpuan Lapangan Tul. Pinggang Tul. Atas Tul. B awah Se ngkang Tul. Atas Tul. B awah Se ngkang B1 400 x 800 6 D25 3 D25 D10 - 75 3 D25 6 D25 D10 – 125 4 D13 B2 400 x 700 7 D25 4 D25 D10 - 75 4 D25 7 D25 D10 – 125 2 D13 BL 200 x 400 3 D19 3 D19 D10 - 100 3 D19 3 D19 D10 – 150 - B1C 300 x 800 3 D25 2 D25 D10 - 100 2 D25 3 D25 D10 – 150 4 D13 B2C 300 x 700 3 D25 2 D25 D10 - 100 2 D25 3 D25 D10 – 150 2 D13 BD1 300 x 800 4 D25 3 D25 D10 - 75 3 D25 4 D25 D10 – 125 4 D13 BD2 300 x 700 5 D25 3 D25 D10 - 75 3 D25 5 D25 D10 – 125 2 D13 BT1 400 x 800 6 D25 3 D25 D10 - 100 3 D25 6 D25 D10 – 150 4 D13 BT2 300 x 700 4 D25 3 D25 D10 - 75 3 D25 4 D25 D10 – 125 4 D13 BA1 250 x 600 3 D19 2 D19 D10 - 100 2 D19 3 D19 D10 – 150 2 D10 BA2 250 x 400 3 D19 2 D19 D10 - 100 2 D19 3 D19 D10 – 150 - BR1 300 x 700 3 D25 3 D25 D10 - 75 3 D25 3 D25 D10 – 125 8 D25 BR2 700 x 300 6 D25 6 D25 D10 - 75 6 D25 6 D25 D10 – 150 2 D25 B1CK 300 x 800 3 D25 2 D25 D10 - 100 3 D25 2 D25 D10 – 150 2 D13 B2CK 300 x 700 3 D25 2 D25 D10 - 100 3 D25 2 D25 D10 – 150 2 D13 BD3K 400 x 600 6 D25 4 D25 D10 - 75 4 D25 6 D25 D10 – 125 2 D13 BA1K 250 x 600 3 D19 2 D19 D10 - 100 2 D19 2 D19 D10 – 150 2 D10 BA2K 250 x 400 3 D19 2 D19 D10 - 100 2 D19 2 D19 D10 – 150 - BDA1 300 x 700 3 D19 2 D19 D10 - 100 2 D19 3 D19 D10 – 150 2 D13 BDA2 250 x 400 4 D19 2 D19 D10 - 100 2 D19 2 D19 D10 – 150 -

Sumber : Shop Drawing Proyek Gedung FSM UNDIP

Plat lantai merupakan tempat berpijak yang berada diatas tanah secara langsung yang merupakan bidang horizontal dimana memberi batas antar lantai.

- Pemasangan Perancah (Scaffolding)

Perancah (Scaffolding) merupakan struktur sementara yang berfungsi untuk menyangga manusia dan material dalam konstuksi seperti bekisting balok dan juga plat lantai. Main frame, cross brace

merupakan bagian pengaku perancah, jack base adalah penyangga bawah sedangkan u head sebagai penyangga atas serta balok gelagar. Ketinggian suatu perancah dapat diatur dengan jack base dan u head.

(65)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

dipasang diatas u head. Perancah dalam pekerjaan ini dipasang dengan jarak tiap 1 meter dan dikerjakan oleh 15 tukang beserta pemasangan bekisting balok dan plat lantai pada bangunan ini

Gambar 3.17 Pemasangan Scaffolding

Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018

- Pemasangan Bekisting Balok

Pekerjaan berikutnya setelah Scaffolding dipasang adalah perkitan bekisting balok yang dikunci dengan siku yang terpasang diatas suri – suri.

Gambar 3.18 Pemasangan Bekisting Balok

(66)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

- Febrikasi dan Pemasangan Tulangan Balok

Langkah sebelum pemasangan tulangan yaitu febrikasi tulangan. Febrikasi selalu dilakukan di tempat tersendiri dilapangan. Febrikasi biasanya menggunakan alat bar bender dan bar cutter untuk perakitannya. Sebelum pemasangan tulangan biasanya diberi tahu balok

(beton decking) untuk memberi jarak selimut beton antara tulangan dan

bekisting. Tulangan bagian bawah balok dibengkokkan ke dalam tulangan kolom sepanjang 25 kali diameter tulangan sebagai pengait. Sambungan antar tulangan (overlapping) biasanya sepanjang 40D (40 kali diameter tulangan) dan untuk mengikat tulangan serta sengkang menggunakan kawat bendrat. Sengkang tumpuan berada pada ¼ bentang antar kolom yang memiliki jarak lebih kecil dalam pemasangannya sedangkan sengkang pada lapangan sepanjang ½ bentang yang terletak ditengah-tengah balok dam memiliki jarak sengkang yang lebih besar. Hal tersebut dikarenakan gaya dan momen pada tumpuan lebih besar daripada gaya dan momen pada lapangan. Pekerjaan pemasanggan tulangan dikerjakan oleh 11 orang.

Gambar 3.19 Pemasangan Tulangan Balok

Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018

- Pemasangan Bekisting Plat Lantai

Pekerjaan berikutnya setelah pemasangan bekisting dan tulangan balok adalah pemasangan bekisting plat lantai. Pada perakitan bekisting plat lantai, ada yang namanya shaff yaitu lubang pada plat lantai untuk

(67)

Ian Danarko Randikoputra 15.B1.0015

keperluan MEP (Mechanical, Electrical, and Plumbing). Pemasangan bekisting plat lantai dapat dilihat pada Gambar 3.23 berikut.

Gambar 3.20 Pemasangan Bekisting Pelat Lantai

Sumber : Dokumentasi Proyek, 2018

- Fabrikasi dan Pemasangan Tulangan Plat Lantai

Langkah selanjutnya yaitu febrikasi dengan bantuan alat bar

bender (alat untuk membengkokkan tulangan) dan bar cutter (alat

untuk memotong tulangan). Setelah tulangan di febrikasi, tulangan di angkut ke lokasi dengan mengginakan mobile crane. Sebelum pemasangan tulangan pertama – tama dipasang tahu beton (beton decking) di atas bekisting plat lantai sebagai jarak selimut beton.

Setelah dipasang tahu beton maka dipasang tulangan plat lantai dan jika ada sambungan antar tulangan diberi overlapping sepanjang 40D (40 kali diameter tulangan) untuk mengikat tulangan satu dengan lain menggunakan kawat bendrat. Pemasangan Tulangan Plat lantai dapat dilihat pada Gambar 3.21.

Gambar

Gambar  di  bawah  ini  merupakan  peta  menuju  ke  lokasi  Proyek  Pembangunan  Gedung  Program  Magister  dan  Doktor  Fakultas  Sains  &
Gambar 1.2 Kondisi lingkungan proyek  Sumber :  Shop Drawing Proyek Gedung FSM Undip
Tabel 1.1 Elevasi dan Fungsi Pembangunan Gedung Program Magister dan Doktor Fakultas Sains
Gambar 1.3 Tampilan Depan LPSE UNDIP  Sumber : http://lpse.undip.ac.id/eproc/
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini penjadwalan proyek yang akan dibahas tentang mencari lintasan kritis, sehingga dapat diketahui Berapa durasi optimal proyek Pembangunan

Dengan demikian metode Network Planning dengan menggunakan metode PERT dapat mempersingkat waktu pengerjaan proyek sehingga proyek pembangunan gedung kelas dapat

Berdasarkan hasil penelitian, pada proyek pembangunan gedung laboratorium Fakultas Teknik UNSRAT, Penerapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang

Dalam hal ini penjadwalan proyek yang akan dibahas tentang mencari lintasan kritis, sehingga dapat diketahui Berapa durasi optimal proyek Pembangunan

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Analisis Kinerja Waktu Pada Proyek Pembangunan Gedung Perpustakaan Dengan Menggunakan Metode Jalur Kritis

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan maka Kombinasi alat berat yang terpilih untuk pekerjaan galian dan pengangkutan tanah proyek Pembangunan Gedung

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “ Gambaran Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Pada Proyek Pembangunan Gedung di

Asniko, Analisis Optimalisasi Penggunaan Alat Berat Pada Proyek Pembangunan Menara Bank Rakyat Indonesia Pekanbaru Sumber : Analisis Data, 2017 Pada analisa perhitungan alternatif-III