• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Rasio Rentabilitas

2.1.1. Pengertian Rasio Rentabilitas

Rentabilitas rasio sering disebut profitabilitas usaha atau rasio keuntungan. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan (Kasmir, 2014:196).

Rentabilitas atau profitabilitas adalah pengukuran keuntungan yang diperoleh dari modal atau dana yang berasal dari pinjaman dan dari modal sendiri yang telah digunakan dalam operasi perusahaan (Jumingan, 2014:141).

Sedangkan, menurut Fahmi (2014:135) “rasio profitabilitas ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi”. Rasio rentabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) atau laba (sebelum pajak) dengan total aset yang dimiliki bank pada periode tertentu. Agar hasil perhitungan rasio mendekati pada kondisi yang sebenarnya (real), maka posisi modal atau aset dihitung secara rata-rata selama periode tersebut (Slamet Riyadi dalam Pandia (2012:64)).

Menurut Pandia (2012:65) “rentabilitas (earnings) adalah suatu alat untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan membandingkan laba dengan aktiva atau modal dalam periode tertentu”.

(2)

2.1.2. Tujuan dan Manfaat Rasio Rentabilitas

Menurut Hampton dalam Jumingan (2014:122) “rasio profitabilitas bertujuan mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan”.

Sedangkan menurut Weston dan Brigham dalam Jumingan (2014:122) “rasio profitabilitas bertujuan mengukur efektivitas perusahaan dalam mengoperasikan dana”.

Berdasarkan dua pendapat di atas maka Jumingan (2014:243) menyimpulkan bahwa “tujuan penggunaan rasio rentabilitas adalah untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan profit melalui operasi bank”.

Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan menurut Kasmir (2014:197), yaitu:

1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu.

2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

6. Dan tujuan lainnya.

Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah untuk:

1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode. 2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

(3)

3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

5. Menggetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

6. Manfaat lainnya.

2.1.3. Return On Assets (ROA)

Return on total assets atau lebih dikenal dengan nama Return on Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Rasio ini juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya (Kasmir, 2014:202).

Menurut Sutrisno (2013:229) “Return on Assets juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan”.

Menurut Pandia (2012:71) “return on assets adalah rasio yang menunjukan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total aset bank, rasio ini menunjukan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan”.

(4)

Berikut cara menghitung ROA:

Sumber: SEBI No.6/23/DPNP Tahun 2004 dalam Pandia (2012:319)

2.1.4. Return On Equity (ROE)

Menurut Sutrisno (2013:229) “Return on Equity ini sering disebut dengan rate of return on Net Worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri”.

Return on equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian sebaliknya (Kasmir 2014:204).

Menurut Pandia (2012:71) “return on equity adalah rasio yang menunjukan perbandingan antara laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti) bank, rasio ini menunjukan tingkat presentase yang dapat dihasilkan.

Berikut cara menghitung ROE:

Sumber: SEBI No.6/23/DPNP Tahun 2004 dalam Pandia (2012:319)

ROE = Laba Setelah Pajak

Total Modal Inti (rata − rata)× 100%

ROA = Laba Sebelum Pajak

(5)

2.2. Rasio Permodalan

2.2.1. Pengertian Rasio Permodalan

Menurut Kasmir (2014:232) “capital ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama risiko yang terjadi karena bunga gagal ditagih”.

Menurut Pandia (2012:224) “modal adalah faktor penting bagi suatu perusahaan dalam rangka pengembangan usaha serta untuk menampung risiko-risiko yang mungkin terjadi”.

Bagi bank, modal juga merupakan faktor penting dalam bisnis perbankan, namun modal hanya membiayai sebagian kecil dari harta bank. Modal bank terdiri dari dua elemen yaitu modal sendiri (primary capital) dan modal tambahan (secondary capital). Modal sendiri adalah modal yang digolongkan sebagai “senior capital” yakni modal yang diperoleh dari saham preferen dan obligasi. Titipan tidak termasuk dalam pengertian modal, walaupun sebagian besar harta bank dibiayai dengan titipan/ simpanan masyarakat (Pandia, 2012:28).

2.2.2. Tujuan dan Fungsi Rasio Permodalan

Rasio permodalan memiliki tujuan penggunaan untuk mengetahui kemampuan kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan bank secara efisien (Jumingan, 2014:243).

Adapun fungsi modal menurut Pandia (2012:224) adalah:

1. Untuk mengukur kemampuan bank dalam menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat diharapkan.

(6)

2. Sebagai sumber dana yang diperlukan untuk membiayai usaha.

3. Sebagai alat pengukur besar kecilnya kekayaan bank atau kekayaan para pemegang saham.

4. Dengan modal yang mencukupi memungkinkan bagi manajemen bank untuk bekerja dengan efisiensi yang tinggi.

2.2.3. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Menurut Wardiah (2013:295) “CAR adalah rasio kecukupan modal bank atau kemampuan bank dalam permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian dalam perkreditan atau perdagangan surat-surat berharga.

Sementara itu menurut Pandia (2012:31) bagi bank yang sudah beroperasi diwajibkan untuk memelihara rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio yang didasarkan pada ketentuan Bank for International Settlements (BIS) yaitu sebesar 8% (delapan persen) dari aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).

Berikut cara menghitung CAR:

Sumber: SEBI No.6/23/DPNP Tahun 2004 dalam Pandia (2012:307)

Sesuai dengan surat keputusan Direksi Bank Indonesia No.23/67/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 dalam Pandia (2012:33) yang didasarkan pada standar yang ditetapkan oleh Bank for International Settlements, modal bagi bank yang didirikan

CAR =Modal

(7)

dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti dan modal pelengkap, yang rincian komponennya sebagai berikut:

1. Modal Inti

Terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah dikurangi pajak. Secara rinci modal inti dapat berupa:

a. Modal disetor, yaitu modal yang disetor efektif oleh pemiliknya. b. Agio saham, yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank. c. Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang

ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak.

d. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu.

e. Laba yang ditahan (retained earnings), yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak, yang oleh RUPS diputuskan untuk tidak dibagikan.

f. Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun-tahun yang lalu setelah dikurangi pajak, dan belum ditentukan penggunaannya oleh RUPS.

g. Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun-tahun buku berjalan setelah dikurangi hutang pajak.

h. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan.

2. Modal Pelengkap

Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak dari laba setelah pajak serta pinjaman sifatnya dapat dipersamakan dengan modal. Secara rinci modal pelengkap dapat berupa:

(8)

a. Cadangan revaluasi aktiva, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan direktor jenderal pajak.

b. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi berjalan, dengan maksud untuk menampung yang mungkin timbul sebagai akibat tidak diterimanya kembali aktiva produktif maksimal 1,25% dari jumlah ATMR.

c. Modal kuasi yang menurut BIS disebut hybrid (debt/ equaty) capital instrument, yaitu modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal atau hutang.

d. Pinjaman subordinasi, yaitu pinjaman yang mempunyai syarat-syarat yang dibentuk oleh bank dengan pemberi pinjaman dan mendapat persetujuan Bank Indonesia.

2.3. Konsep Dasar Perhitungan

Pada penelitian ini penulis melakukan analisis hubungan dan pengaruh dengan koefisien korelasi dan regresi linier berganda menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistics 22.

2.3.1. Analisis Korelasi dan Regresi Linier Berganda

Menurut Siregar (2014:335) “analisis hubungan (korelasi) adalah suatu bentuk analisis data dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan atau bentuk arah hubungan di antara dua variabel dan besarnya pengaruh yang disebabkan oleh variabel yang satu (variabel bebas) terhadap variabel lainnya (variabel terikat)”.

(9)

1. Koefisien korelasi

Koefisien korelasi adalah bilangan yang menyatakan kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih juga menentukan arah hubungan dari kedua variabel. Nilai korelasi (𝑟) = (−1 ≤ 0 ≤ 1)

Untuk kekuatan hubungan, nilai koefisien korelasi berada di antara (−1) sampai 1, sedangkan untuk arah dinyatakan dalam bentuk positif (+) dan negatif (−).

Tabel II.1.

Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan

No. Nilai Korelasi (𝑟) Tingkat Hubungan

1 0,00 – 0,199 Sangat lemah

2 0,20 – 0,399 Lemah

3 0,40 – 0,599 Cukup

4 0,60 – 0,799 Kuat

5 0,80 - 1,000 Sangat kuat

Sumber: Syofian Siregar (2014:337)

Bentuk koefisien korelasi terbagi dua yaitu: a. Koefisien korelasi sederhana

Koefisien korelasi sederhana digunakan untuk mengetahui derajat atau kekuatan dan arah hubungan antara dua variabel.

(10)

Rumus:

Keterangan:

n = jumlah data (responden) X = variabel bebas

Y = variabel terikat

b. Koefisien korelasi berganda

Koefisien korelasi berganda digunakan untuk mengetahui derajat atau kekuatan hubungan antara tiga variabel atau lebih, serta untuk mengetahui kontribusi yang diberikan secara simultan oleh variabel X1 dan X2 terhadap nilai Y.

Rumus:

Keterangan:

𝑅𝑥1.𝑥2.𝑦 = koefisien korelasi ganda

𝑋1 = variabel bebas ke-1 𝑋2 = variabel bebas ke-2 Y = variabel tak bebas

𝑅𝑋1.𝑋2.𝑌= √𝑟𝑋1.𝑌 2 + 𝑟 𝑋2.𝑌 2 − 2(𝑟 𝑋1.𝑌)(𝑟𝑋2.𝑌)(𝑟𝑋1.𝑋2) 1 − 𝑟𝑋21.𝑋2 𝑟 = 𝑛(∑ 𝑋𝑌) − (∑ 𝑋 . ∑ 𝑌) √[𝑛 ∑ 𝑋2− (∑ 𝑋)2][𝑛. ∑ 𝑌2− (∑ 𝑌)2]

(11)

2. Koefisien determinasi

Koefisien determinasi (KD) adalah angka yang menyatakan atau digunakan untuk mengetahui kontribusi atau sumbangan yang diberikan oleh sebuah variabel atau lebih X (bebas) terhadap variabel Y (terikat).

Rumus:

Keterangan:

KD = koefisien determinasi r = koefisien korelasi

Sedangkan, untuk mengetahui pengaruh dan satu variabel bebas (independent) terhadap satu variabel tak bebas (dependent) menggunakan regresi linier. Regresi linier dibagi ke dalam dua kategori, yaitu regresi linier sederhana dan regresi linier berganda. (Siregar, 2014:379).

Regresi linier sederhana digunakan hanya untuk satu variabel bebas (independent) dan satu variabel tak bebas (dependent). Sedangkan, regresi linier berganda digunakan untuk satu variabel tak bebas (dependent) dan dua atau lebih variabel bebas (independent).

Rumus:

𝑌 = 𝑎 + 𝑏1𝑋1+ 𝑏2𝑋2+ ⋯ + 𝑏𝑛𝑋𝑛

(12)

Keterangan:

Y = variabel terikat 𝑋1 = variabel bebas ke-1 𝑋2 = variabel bebas ke-2 𝑋𝑛 = variabel bebas ke-n 𝑎 dan 𝑏1serta 𝑏2 = konstanta

Mencari nilai konstanta-konstanta: 1. Menghitung nilai konstanta 𝑏1

2. Menghitung nilai konstanta 𝑏2

3. Menghitung nilai konstanta 𝑎

Nilai konstanta-konstanta tersebut dapat dihitung dengan rumus pembantu yang menerapkan metode skor deviasi sebagai berikut:

1. ∑ 𝑥12 = ∑ 𝑋12−(∑ 𝑋1) 2 𝑛 𝑎 =∑ 𝑌 𝑛 − 𝑏1( ∑ 𝑋1 𝑛 ) − 𝑏2( ∑ 𝑋2 𝑛 ) 𝑏2 =(∑ 𝑥1 2)(∑ 𝑥 2𝑦) − (∑ 𝑥1. 𝑥2)(∑ 𝑥1𝑦) (∑ 𝑥12)(∑ 𝑥 22) − (∑ 𝑥1. 𝑥2)2 𝑏1 =(∑ 𝑥22)(∑ 𝑥1𝑦) − (∑ 𝑥1. 𝑥2)(∑ 𝑥2𝑦) (∑ 𝑥12)(∑ 𝑥 22) − (∑ 𝑥1. 𝑥2)2

(13)

2. ∑ 𝑥22 = ∑ 𝑋22−(∑ 𝑋2) 2 𝑛 3. ∑ 𝑦2 = ∑ 𝑌2 −(∑ 𝑌) 2 𝑛 4. ∑ 𝑥1𝑦 = ∑ 𝑋1𝑌 −(∑ 𝑋1𝑛)(∑ 𝑌) 5. ∑ 𝑥2𝑦 = ∑ 𝑋2𝑌 −(∑ 𝑋2𝑛)(∑ 𝑌) 6. ∑ 𝑥1𝑥2 = ∑ 𝑋1𝑋2−(∑ 𝑋1)(∑ 𝑋𝑛 2)

Nilai konstanta 𝑎 dan 𝑏1serta 𝑏2 juga dapat digunakan untuk menghitung koefisien korelasi berganda dengan rumus sebagai berikut:

2.3.2. Langkah Analisis Hasil Perhitungan Menggunakan SPSS 22

Langkah-langkah analisis hasil perhitungan koefisien korelasi dan regresi linier berganda menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistics 22 menurut Siregar (2014:435) sebagai berikut:

1. Analisis tabel correlations:

a. Dari tabel correlations dapat dianalisis hasil perhitungan korelasi secara parsial (individu) antara variabel X1 terhadap Y dan variabel X2 terhadap Y yaitu nilai dan arah hubungan apakah positif atau negatif, serta tingkat hubungannya.

𝑅𝑋1.𝑋2.𝑌 = √

𝑏1. ∑ 𝑥1𝑦 + 𝑏2. ∑ 𝑥2𝑦

(14)

b. Uji signifikansi secara parsial (individu) antara variabel X1 terhadap Y dan variabel X2 terhadap Y dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membuat hipotesis dalam bentuk kalimat.

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independent terhadap variabel dependent.

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independent terhadap variabel dependent.

2) Membuat hipotesis dalam bentuk model statistik. Ho : 𝑟𝑋.𝑌= 0

Ha : 𝑟𝑋.𝑌≠ 0

3) Menentukan risiko kesalahan α.

Untuk nilai α-nya, karena menggunakan uji dua sisi (two-tailed), maka nilai α/2, sehingga nilai α =0,052 = 0,025.

4) Membuat kriteria keputusan: Jika : Sig < 𝛼, maka Ho ditolak. Jika : Sig > 𝛼, maka Ho diterima. 5) Membandingkan nilai sig dan α. 6) Membuat keputusan.

2. Analisis tabel variabel entered/ removed:

Tabel variabel entered/ removed memberikan informasi bahwa kedua variabel independent yang dimasukkan tidak ada yang dikeluarkan (removed), karena

(15)

metode yang digunakan singlestep (enter) hanya satu proses dalam memproses data.

3. Analisis tabel model summary:

a. Dari tabel model summary dapat dianalisis hasil perhitungan korelasi secara simultan (bersama-sama) antara variabel X1 dan X2 terhadap Y yaitu nilai dan tingkat hubungan, serta besar konstribusi kedua variabel independent terhadap variabel dependent.

b. Uji signifikansi hubungan secara simultan (bersama-sama) antara variabel X1 dan X2 terhadap Y dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membuat hipotesis dalam bentuk kalimat.

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan secara simultan antara variabel X1 dan X2 terhadap Y.

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan secara simultan antara variabel X1 dan X2 terhadap Y.

2) Membuat hipotesis dalam bentuk model statistik. Ho : 𝑟𝑋1.𝑋2.𝑌= 0

Ha : 𝑟𝑋1.𝑋2.𝑌≠ 0

3) Menentukan risiko kesalahan α = 5% (0,05). 4) Membuat kriteria keputusan:

Jika : Sig < 𝛼, maka Ho ditolak. Jika : Sig > 𝛼, maka Ho diterima.

(16)

5) Membandingkan nilai sig 𝐹𝑐ℎ𝑎𝑛𝑔𝑒 dan α. 6) Membuat keputusan.

c. Uji signifikansi pengaruh secara simultan (bersama-sama) antara variabel X1 dan X2 terhadap Y dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membuat hipotesis dalam bentuk kalimat.

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara variabel X1 dan X2 terhadap Y.

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara variabel X1 dan X2 terhadap Y.

2) Membuat hipotesis dalam bentuk model statistik. Ho : 𝛽 = 0

Ha : 𝛽 ≠ 0 3) Kaidah pengujian.

Jika, 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka Ho diterima Jika, 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka Ho ditolak 4) Membandingkan antara 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dan 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔.

a) Nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dari tabel model summary b) Nilai 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙.

(17)

Keterangan: dk = n – k – 1

k = pembilang (jumlah variabel bebas) dk = penyebut

5) Membuat keputusan. 4. Analisis tabel anova:

Tabel anova menganalisis hipotesis atau menguji signifikansi persamaan regresi berganda yang terbentuk antara variabel X1 dan X2 terhadap Y dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membuat hipotesis dalam bentuk kalimat.

Ho : Persamaan regresi berganda yang terbentuk tidak signifikan antara variabel X1 dan X2 terhadap Y.

Ha : Persamaan regresi berganda yang terbentuk signifikan antara variabel X1 dan X2 terhadap Y.

b. Pengambilan keputusan.

1) Kriteria keputusan yang diambil berdasarkan perbandingan antara 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dan 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙.

Jika : 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔≤ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka Ho diterima Jika : 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔> 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka Ho ditolak a) Nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dari tabel anova. b) Nilai 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙.

(18)

d) Membuat keputusan.

2) Kriteria keputusan yang diambil berdasarkan nilai probabilitas. Jika probabilitas (sig) > 𝛼, maka Ho diterima.

Jika probabilitas (sig) < 𝛼, maka Ho ditolak.

a) Nilai probabilitas (sig) dari tabel anova dan nilai taraf signifikan

α = 5% (0,05).

b) Membandingkan nilai probabilitas (sig) dengan taraf nyata (α). c) Membuat keputusan.

5. Analisis tabel coefficients:

Dari tabel coefficients menunjukan model persamaan regresi berganda untuk memperkirakan variabel dependent (Y) yang dipengaruhi oleh variabel independent (X1 dan X2).

Gambar

Tabel II.1.
Tabel  variabel  entered/  removed  memberikan  informasi  bahwa  kedua  variabel  independent  yang  dimasukkan  tidak  ada  yang  dikeluarkan  (removed),  karena
Tabel anova menganalisis hipotesis atau menguji signifikansi persamaan regresi  berganda yang terbentuk antara variabel X 1  dan  X 2  terhadap Y dengan  langkah-langkah sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Uraian yang detail tentang diagnosa wajah sudah dibahas pada modul sebelumnya, yang merupakan modul prasyarat (Modul Merias Muka sehari-hari). Pada modul ini langsung dibahas

Berdasarkan hasil penelitian judul tesis tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa permasalahan dan penelitian tesis dengan judul “Pertanggung Jawaban Hukum Kasir (Teller)

Dari tabel dapat dilihat untuk variabel pH = 4 , prosentase glukosa yang diperoleh semakin tinggi dengan semakin tingginya rasio enzim-substrat yang

Riset yang dilakukan neuroscientists 20 tahun silam membuktikan bagaimana manusia akan bereaksi secara spontan tatkala menyaksikan seseorang terluka, didorong oleh

Sutabri (2012:116-120), mengatakan “Secara umum Data Flow Diagram adalah suatu network yang menggambarkan suatu sistem automat/komputerisasi, manualisasi, atau gabungan

1.4. Mempraktikan keterampilan bermain salah satu permainan olahraga bela diri secara berpasangan dengan peraturan yang sebenarnya serta nilai kerja sama, kejujuran,

Peningkatan komitmen keorganisasian akan memengaruhi iklim organisasi, jika pegawai memiliki komitmen yang kuat terhadap organisasi. Maka pegawai akan dapat bekerja

a) Peserta didik yang telah mencapai kompetensi lebih cepat dari peserta didik lain dapat mengembangkan dan memperdalam kecakapannya secara optimal melalui