• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. Secara umum startegi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. Secara umum startegi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

7

1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Secara umum startegi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan pembelajaran, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang ditentukan.1

Dalam konteks pengajaran, strategi dimaksudkan sebagai daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar, agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai dan berhasil. Guru dituntut memiliki kemampuan mengatur secara umum komponen-komponen pembelajaran sedemikian rupa, sehingga terjalin keterkaitan fungsi antar komponen pembelajaran yang dimaksud.

Strategi berarti pilihan pola kegiatan belajar mengajar yang diambil untuk mencapai tujuan secara efektif. Untuk melaksanakan tugas secara profesional, guru memerlukan wawasan yang mantap tentang kemungkinan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan, baik dalam arti efek intruksional, tujuan belajar yang dirumuskan

1Trianto, Model-model Pembelajaran Inovativ Berorientasi Konstuktivistik, (Jakarta: Prestasi

(2)

secara eksplisit dalam proses belajar mengajar, maupun dalam arti efek pengiring misalnya kemampuan berfikir kritis, kreatif, sikap terbuka setelah siswa mengikuti diskusi kelompok kecil dalam proses belajarnya.2

Untuk mengajarkan strategi pembelajaran kepada siswa terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan yaitu:

a. Memberitahu siswa bahwa mereka akan diajarkan suatu strategi pembelajaran, agar perhatian siswa terfokus;

b. Menunjukkan hubungan positif strategi pembelajaran terhadap hasil belajar dan memberitahukan perlunya kerja pikiran ekstra untuk membuahkan hasil yang lebih tinggi;

c. Menjelaskan dan memeragakan strategi yang diajarkan;

d. Menjelaskan kapan dan mengapa suatu strategi belajar digunakan; e. Memberikan penguatan terhadap siswa yang memakai strategi belajar; f. Memberikan praktek yang bergam dalam pemakaian strategi belajar; g. Memberikan umpan balik saat menguji materi dengan strategi belajar;

h. Mengevaluasi penggunaan strategi belajar dan mendorong siswa untuk melakukan evaluasi mandiri.3

Oleh karena itu, sebelum menentukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan.

a. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran c. Pertimbangan dari sudut siswa

d. Pertimbanagn-pertimbanagan lainnya.4

Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika kita berfikir informasi dan kemampuan apa yang harus

2

Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, (Ciputat: Ciputat Press, 2005), h. 1.

3Sanjaya, op. cit, h. 87-88 4Ibid., h. 127

(3)

dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga semestinya berfikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya.

Strategi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua hal yang patut dicermati dari pengertian diatas: Pertama, startegi pembelajran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan strategi pembelajaran dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pemebelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.

Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi. Sanjaya menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.5 Penekanan utama dari perencanaan tersebut adalah tujuan dapat dicapai dengan lebih efektif dan efisien dibanding menggunakan langkah pembelajraan konvensional.

5 WR. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standart Proses Pendidikan,

(4)

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya strategi pembelajaran adalah tindakan nyata dari guru atau merupakan praktek guru dalam melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu yang dinilai lebih efektif dan efisien. Dengan kata lain, strategi pembelajaran adalah taktik yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas. Politik atau taktik tersebut harus mencerminkan langkah-langkah yang sistemik, artinya bahwa setiap komponen pembelajaran harus saling berkaitan satu sama lain dan sistematik yang mengandung pengertian bahwa langkah-langkah yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran itu tersusun secara rapi dan logis sehingga tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai.

2. Pengertian Strategi Pembelajaran Index Card Match

Startegi index card match adalah mencari pasangan dengan cara mencocokkan kartu index yang telah diberikan oleh guru. Dalam suatu kelas membuat potongan kertas yang berisi soal dan jawaban, kemudian soal dan jawaban tersebut disebarkan keseluruh siswa dan tiap siswa disuruh untuk mencari pasangannya masing-masing yang sesuai.

Startegi index card match merupakan salah satu strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan strategi ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal

(5)

pengetahuan.6Tujuan dari penerapan strategi index card match adalah untuk melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok.7

Strategi pembelajaran index card matchdi kenal juga dengan istilah “Mencari

Pasangan” adalah strategi pembelajaran yang cukup menyenangkan digunakan untuk

mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya.8

Unsur yang terkandung dalam strategi pembelajaran ini tentunya membuat pembelajaran tidak membosankan. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan strategi pembelajaran ini dengan catatan, peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan.9

3. Langkah-langkah Penerapan Strategi Index Card Match

Dalam menerapkan strategi index card match terdapat langkah-langkah penerapan strategi index card match:

a. Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah peserta didik yang ada dalam kelas.

b. Bagi jumlah kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.

c. Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada setengah kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu pertanyaan. d. Pada potongan kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan yang telah

dibuat.

6Hisyam Zaini, dkk. Strategi Pembelajarn Aktif, (Yogyakarta: Insan Madani,2008) h. 67 7Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Semarang: Rasail, 2008), h.

82

8

Agus Suprijono, Cooperative Learning Tetori & Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 120

9 Hisyam Zaini, Berwany Munthe, Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif,

(6)

e. Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara pertanyaan dan jawaban.

f. Bagikan kepada setiap peserta didik satu potong kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yang dilakukan berpasangan. Sebagian peserta mendapatkan pertanyaan dan sebagian yang lain akan mendapatkan jawaban.

g. Memberi waktu beberapa menit kepada peserta didik untuk mencari pasangannya. Jika sudah ada yang menemukan pasangannya, mintalah mereka untuk duduk berdekatan. Jelaskan juga agar mereka tidak memberikan materi yang mereka dapatkan kepada teman yang lain.

h. Setelah peserta didik menemukan pasngan dan duduk berdekatan, minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan pertanyaan yang diperoleh dengan keras kepada teman yang lain. Selanjutnya pertanyaan tersebut dijawab oleh pasangan yang lain. Bagi yang bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan benar akan mendapatkan tambahan nilai.

i. Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.10

4. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Index Card Match

Index card match sebagai alternatif yang dapat dipakai dalam penyampaian

materi pelajaran selama proses belajar mengajar juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Menurut Handayani, kelebihan strategi index card match adalah:

a. Menumbuhkan kegembiraan dalam kegiatan belajar mengajar b. Materi pelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa c. Mampu mencitpkan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan

d. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar e. Penilaian dilakukan bersama pengamat dan pemain.11

Adapun beberapa kelemahaman strategi index card match adalah sebagai berikut:

10

Melvin L. Silberman, Active Learning “101 Cara Belajar Siswa Aktif”, (Bandung: Nusa

media, 2006) h. 250-251

11..Handayani, Penerapan Strategi Belajar Aktif Tipe Index Card Match, http:

(7)

a. Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa untuk menyelesaikan tugas dan prestasi

b. Guru harus meluangkan waktu yang lebih c. Lama membuat persiapan

d. Guru harus memiliki jiwa demokratis dan keterampilan yang memadai dalam hal ini pengelolaan kelas

e. Menuntut sifat tertentu dari siswa atau kecenderungan untuk bekerja sama dalam menyelesaikan masalah

f. Suasana kelas menjadi ”gaduh” sehingga dapat mengganggu kelas lain.12

B. Hakikat Hasil belajar

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berinteraksi dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Setiap proses pembelajaran berlangsung, penting bagi seorang pengajar maupun peserta didik untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan tersebut. Hal ini hanya dapat diketahui jika pengajar melakukan evaluasi. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Belajar adalah aktivitas yang dilakukan individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah dipelajari dan sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sekitarnya.

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini seorang pengajar dituntut memiliki kemampuan

(8)

dalam menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan dan penggunaan hasil evaluasi. Menurut Kingsley yang dikutip dari

Sudjana “hasil belajar dibagi atas tiga macam, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita.”13Oemar Hamalik menyatakan

bahwa “hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan

tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari

tidak mengerti menjadi mengerti.”14Sukmadinata menyatakan bahwa:

Hasil belajar (achievement) merupakan realisasi/bukti dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan terhadap pengetahuan, sikap atau keterampilan motorik.15

Hal senada juga dikemukakan oleh Suryabrata yang menyebutkan bahwa: Hasil belajar menunjuk sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang belajar dalam selang waktu tertentu. Hasil belajar termasuk dalam kelompok atribut kognitif yang respon hasil pengukurannya tergolong pendapat (judgment), yaitu respon yang dapat dinyatakan benar atau salah.16

Pada pengertian dua pengertian di atas hasil belajar lebih ditekankan pada kemampuan siswa membuktikan kemampuan dirinya. Kemampuan tersebut dapat dilihat dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa

Hamalik menyatakan bahwa:

13 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2011), h. 22-23.

14

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Bumi Aksara, 2006), h. 30.

15Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2007), h. 102.

(9)

Hasil belajar tampak sebagai proses terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.17

Pendapat hamalik di atas lebih menekankan pada pencapaian/ perubahan yang terjadi pada peserta didik. Orang yang belajar harus terjadi peningkatan pada dirinya. Menurut Sudjana hasil belajar yang dicapai peserta didik melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri peserta didik.

2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya. 3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya.

4. Hasil belajar yang diperoleh peserta didik secara menyeluruh (komprehensif). 5. Kemampuan peserta didik untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan

diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya.18

Adapun hasil belajar yang ideal dituntut memenuhi 3 aspek sekaligus yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

1. Aspek kognitif

Dalam hubungan dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang peranan paling utama yang menjadi tujuan pengajaran pada umumnya adalah peningkatan kemampuan siswa dalam aspek kognitif. Aspek kognitif

17Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Jakarta: Bumi

Aksara, 2002), h. 155.

(10)

dibedakan atas enam jenjang menurut taksonomi Bloom, antara lain meliputi:19

a. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi Bloom. Seringkali disebut aspek ingatan (recall). Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah dan lain sebagian tanpa mengerti atau dapat menggunakannya.

b. Pemahaman (comprehension)

Kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar, siswa dituntut memahami dan mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain.

c. Penerapan (application)

Dalam jejang kemampuan ini dituntut kesanggupan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip serta teori dalam situasi baru dan konkret. Situasi dimana ide, metode dan lain-lain yang dipakai itu harus baru, karena apabila tidak demikian, maka kemampuan yang diukur bukan lagi penerapan tetapi ingatan semata-mata.

d. Analisis (analysis)

Dalam jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau kemponen-komponen pembentukannya.

e. Sintesis (synthesis)

Pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai faktor yang ada.

f. Penilaian (evaluasi)

Dalam jenjang ini seorang dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi keadaan, pernyataan dalam konsep berdasarkan suatu criteria tertentu. Yang penting dalam evaluasi adalah menciptakan criteria tertentu.20

19M. Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), h. 103-107 20Ibid., h. 108 - 113

(11)

2. Aspek Afektif

Aspek afektif meliputi 5 jenjang kemampuan, meliputi:

a. Menerima (receiving), yakni kepekaan daaam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk maslah situasi dan gejala.

b. Menjawab (responding), yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulus yang datang dari luar.

c. Menilai (valuing), yakni berkenaan dengan penilaian dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus.

d. Organisasi (organitation), yakni pengembangan nilai ke dalam suatu system oraganisasi, termasuk menentukan hubungan suatu nilai dengan nilai lain dan kemantapan, prioritas nilai yang dimilikinya.

e. Karakteristik dengan suattu nilai atau kompleks nilai (Characterization by

a value or value complex).21

3. Aspek Psikomotorik

Aspek psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak seseorang. Adapun tingkatan keterampilan itu meliputi:

a. Gerakan reflek (keterampilan pada gerakan yang sering tidak disadari sudah merupakan kebiasaan).

b. Keterampilan pada gerakan-gerakan. c. Kemampuan dan ketepatan.

d. Gerakan-gerakan yang berkaitan dengan skill, mulai dan keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.

e. Kemampuan yang berkenaan dengan non discursive komunikasi seperti gerakan ekspresif dan interpretative.22

Dalam praktek belajar mengajar di sekolah, aspek kognitif cenderung dominan daripada aspek afektif dan aspek psikomotorik. Misalnya seorang siswa

21Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2008), h. 154-155

(12)

secara kognitif dalam mata pelajaran shalat baik, tetapi aspek afektif dan aspek psikomotorik kurang bahkan jelek, karena banyak di antara mereka yang tidak bisa mempraktikkan gerakan-gerakan shalat secara baik. Kecenderungan yang sama juga terjadi pada mata pelajaran lainnya. Meskipun demikian tidak berarti aspek afektik dan psikomotorik diabaikan.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh pengajar untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila peserta didik sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri individu yang belajar, bukan saja perubahan mengenai pengetahuan tetapi kemampuan untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri individu yang belajar. Hasil belajar merupakan suatu hasil yang dicapai oleh peserta didik setelah pembelajaran dalam selang waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan alat evaluasi.

Hasil belajar merupakan penguasaan siswa pada mata pelajaran PKn pada saat proses pembelajaran. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian yang diperoleh dari siswa dalam mata pelajaran PKn. Ulangan harian pada mata pelajaran PKn dilakukan pada siswa setelah siswa menyelesaikan materi pada topik tertentu dan selang waktu tertentu. Ulangan harian

(13)

ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab oleh siswa, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas.

C. Hakikat Pembelajaran PKn

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah civic education mempunyai banyak pengertian dan istilah. Pendidikan kewarganegaraan dianggap sebagai ilmu pengetahuan kewarganegaraan, hubungan seseorang dengan orang lain dalam perkumpulan-perkumpulan yang terorganisir, hubungan seseorang individu dengan negara.

Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru, tentang kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak masyarakat.23

Adapun Amin mengemukakan bahwa:

Pendidikan kewarganegaraan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik yang diarahkan untuk menjadi patriot pembela bangsa dan negara (warga negara yang baik). Pasal yang berkaitan dengan pendidikan kewarganegaraan yaitu pasal 3 UUD 1945 yang berbunyi hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan negara pasal 30 ayat 1 dan hak setiap warga negara untuk memperoleh pengajaran pasal 31 ayat 1.24

23

Tim konsorsium 7 PTAI, Bahan Perkuliahan Pembelajaran PKN MI, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2009), h. 1-10

24 Zainul Ittihad Amin, Materi Pokok Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakart : Universitas

(14)

Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

2. Tujuan PKn Tingkat SD/MI

Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Kurikulum Nasional, Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ditingkat SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:25

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti-korupsi.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

3. Ruang Lingkup PKn Tingkat SD/MI

Ruang lingkup mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:26

25Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 26Ibid., 7-8

(15)

a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.

b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tata tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegaraan, sistem hukum dan peradilan nasional.

c. Hak asasi manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban masyarakat anggota masyarakat, instrumen nasional dan instrumen HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

d. Kebutuhan warga negara, meliputi: hidup gotong-royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasidiri, persamaan kedudukan warga negara.

e. Konstitusi negara, meliputi: proklamaasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.

D. Penelitian yang Relevan

Sebagai kajian pustaka dalam penelitian ini, berikut akan peneliti sajikan penelitian terdahulu sebagai berikut:

1. Yulianti, mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Kendari

tahun 2011 dalam skripsi yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam melalui Index Card Match Kelas V SD Negeri 15 Mandonga Kota Kendari”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model

pembelajaran index card match dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan. Pencapaian KKM awal siswa hanya 47,37% setelah dilakukan

(16)

tindakan pada siklus Imengalami peningkatan 73,68, dan pada silus II mencapai 89,47%.27

2. Anita Prasasti Ningtyas, mahasiswa IAIN Sunan Ampel Fakultas Tarbiyah tahun 2009 dalam skripsi yang berjudul: “Pengaruh Implementasi Strategi Index card match (Mencocokkan kartu Index) terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam di SMP N 1 Bungah Gresi”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi Index card match dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam karena hasil belajar yang diperoleh sebelum dan sesudah diterapkannya strategi Index card match dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam terjadi peningkatan hasil belajar. Sebelum diterapkannya strategi Index card match prosentase hasil belajar sebesar 80,1% dan sesudah diterapkan naik menjadi 85,7%.28

3. Abdul Kadir mahasiswa STAIN Ponorogo jurusan PAI tahun 2009 dalam

skripsi yang berjudul: “Implementasi Strategi Index card match dalam Upaya Meningkatkan Efektivitas dan Kreativitas Belajar Siswa pada mata pelajaran PAI di kelas X SMKN 2 Ponorogo tahun pelajaran 2008/2009 (Penelitian Tindakan Kelas)”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi Index card

match (pencocokan kartu indeks) mampu meningkatkan efektivitas dan

kreativitas belajar siswa pada mata pelajaran pokok bahasan sejarah dakwah

27Yulianti, Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam melalui Index Card Match Kelas V SD Negeri 15 Mandonga Kota Kendari, Skripsi, (Kendari: IAIN Kendari 2011).

28Anita Prasasti Nigtyas, Pengaruh Implementasi Strategi Index Card Match (Mencocokkan Kartu Index) terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam di SMP N 1 Bungah Gresik, Skripsi,

(17)

Rasulullah periode Makkah. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan dan evaluasi proses pembelajaran PAI, dengan kompetensi sejarah dakwah Rasulullah periode Mekkah. Dari proses yang terjadi selama satu siklus dapat disimpulkan bahwa efektivitas dan kreativitas belajar siswa meningat. Hal tersebut terlihat di dalam memperhatikan pelajaran ada 34 siswa dan kemampuan bertanya ada 23 siswa serta kemampuan berpendapat ada 34 siswa. Adapun mengenai hasil prestasi siswa atau ketuntasan belajar mencapai Kriteria Ketentuan minimal (KKM), yakni mencapai 94,44% dari 36 siswa.29

4. Mukhamad Samsul Mu’in, mahasiswa STAIN Salatiga tahun 2010, dalam

skripsi yang berjudul: “Upaya meningkatkan prestasi belajar melalui Strategi

Index card match pada pembelajaran SKI Siswa Kelas III MI N Kerincing

Tahun 2009/2010”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam penggunaan strategi Index card match mempunyai pengaruh positif yaitu dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran SKI pada pokok bahasan Sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW dan silsilahnya yaitu rata-rata keaktifan siswa pada pra siklus (49,99%), dikategorikan kurang aktif pada siklus I (67,59%) mengalami kenaikan meskipun belum mencapai 70% tetapi mengalami peningkatan yang signifikan, dan pada siklus II mengalami peningkatan dengan kategori aktif (75,93%). Penggunaan Index card match dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI khususnya

29 Abdul Kadir, Skripsi: Implementasi Strategi Index Card Match dalam Upaya Meningkatkan Efektivitas dan Kreativitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran PAI di Kelas X SMK N 2 Ponorogo Tahun Pelajaran 2008/2009, (Surabaya: STAIN Ponorogo, 2007).

(18)

materi pokok sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW dan silsilahnya. Ratarata kelas pada pra siklus dikategorikan cukup (60%) pada siklus I mengalami peningkatan angka rata-rata kelas dengan kategori baik (72,04%) sedangkan pada siklus II rata-rata kelas juga dikategorikan baik (78,52%).30 Dari beberapa penelitian dalam bentuk skripsi tersebut di atas, banyak masukan yang penulis terima dalam upaya melengkapi penelitian ini. Berkenaan dengan permasalahan penggunaan strategi pembelajaran tentu memiliki kesamaan, namun hasil belajar, jumlah siswa, kondisi ruangan, dan lokasi penelitiannya berbeda.

Dengan demikian jelaslah penelitian yang berjudul: “Meningkatkan Hasil Belajar Murid pada Bidang Studi PKn Melalui Strategi Pembelajaran Index Card Match di SD Negeri 18 Kendari Barat” tidak memiliki kesamaan dengan penelitian tersebut di

atas.

30 Mukhammad Samsul Mu’in, Skripsi: Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Melalui

Strategi Index Card Match pada Pembelajaran SKI Siswa Kelas III MI Negeri Krincing Tahun 2009/2010, (Salatiga: STAIN Salatiga, 2010).

(19)

25

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Karakteristik yang khas dari penelitian tindakan kelas adalah adanya tindakan atau aksi tertentu melalui penerapan strategi pembelajaran index card match pada kegiatan belajar mengajar di SD Negeri 18 Kendari Barat pada 12 (dua belas) siswa yang dipilih menjadi objek penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian tindakan kelas adalah suatu proses yang dirancang untuk memperdayakan semua partisipan dalam proses (siswa, guru, dan peserta lainnya) dengan maksud untuk meningkatkan praktik yang diselenggarakan di dalam pengalaman pendidikan.

Arikunto mejelaskan PTK melalui paparan gabungan definisi dari ketiga kata: penelitian+tindakan+kelas, sebagai berikut:

1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat

2. Tindakan adalah suatu gerak/kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan melalui model pembelajaran index card match.

3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.1

Dari ketiga batasan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi

1Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Rineka Cipta, 2006), h.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh s tock selection skill , market timing ability, fund size , dan fund longevity terhadap kinerja reksa

Berdasarkan beberapa pendapat diatas tentang pengertian media dapat diambil kesimpulan bahwa: (1) Media adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang

Budaya Islami akan menjadi ciri khas tersendiri nilai keIslaman yang terkandung di dalam lembaga pendidikan Islam merupakan modal utama untuk mewujudkan sebuah

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

Pemanfaatan media sosial Facebook melalui Grup Keluarga: Persaudaran Antar Etnis Salatiga (PANTAS) oleh Forum PANTAS diantaranya adalah sebagai bentuk pengananan

[r]

The last, Masningrum Innayatullah Anggrahini (2011) entitled “Conflicts of Faith and Science in Ron Howard’s Angels and Demons Movie (2009): A Sociological Approach” this

Beras patah adalah butir beras sehat maupun cacat yang memiliki ukuran sarna dengan atau lebih besar dari 25% bagian sampai dengan lebih kecil 75% bagian dari beras