• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh lama fermentasi pupuk cair bayam, sawi, kulit pisang dan kulit semangka terhadap kandungan fosfor dan kalium total dengan penambahan bioaktivator EM4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh lama fermentasi pupuk cair bayam, sawi, kulit pisang dan kulit semangka terhadap kandungan fosfor dan kalium total dengan penambahan bioaktivator EM4"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH LAMA FERMENTASI PUPUK CAIR BAYAM, SAWI, KULIT PISANG DAN KULIT SEMANGKA TERHADAP KANDUNGAN FOSFOR DAN KALIUM TOTAL DENGAN PENAMBAHAN BIOAKTIVATOR EM4

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh : Paulina Yuliani NIM : 131434033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENGARUH LAMA FERMENTASI PUPUK CAIR BAYAM, SAWI, KULIT PISANG DAN KULIT SEMANGKA TERHADAP KANDUNGAN

FOSFOR DAN KALIUM TOTAL DENGAN PENAMBAHAN BIOAKTIVATOR EM4

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh : Paulina Yuliani NIM : 131434033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu

tidak akan hilang

(Amsal 23:18)

Karya ini kupersembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, yang menyertai setiap langkah hidupku Kedua orang tuaku tercinta, Basilius Sumaryo dan Yuventia Sarjinem

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tuliskan ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Februari 2017

Penulis

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta :

Nama : Paulina Yuliani NIM : 131434033

Demi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul :

“PENGARUH LAMA FERMENTASI PUPUK BAYAM, SAWI, KULIT PISANG DAN KULIT SEMANGKA TERHADAP KANDUNGAN FOSFOR DAN KALIUM TOTAL DENGAN PENAMBAHAN BIOAKTIVATOR EM4” Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenar-benarnya. Dibuat di : Yogyakarta

Pada tanggal : 03 Maret 2017 Yang menyatakan,

(8)

vii ABSTRAK

PENGARUH LAMA FERMENTASI PUPUK CAIR BAYAM, SAWI, KULIT PISANG DAN KULIT SEMANGKA TERHADAP KANDUNGAN FOSFOR DAN KALIUM TOTAL DENGAN PENAMBAHAN BIOAKTIVATOR EM4

Paulina Yuliani 131434033

Universitas Sanata Dharma

Bayam, sawi hijau, kulit pisang dan kulit semangka merupakan tanaman sayuran dan buah-buahan yang memiliki kandungan mineral yang tinggi. Sayuran dan buah-buahan yang saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal menjadi pupuk organik meskipun kandungan fosfor dan kalium tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan unsur hara makro Fosfor (P) dan Kalium (K) Total dari pupuk organik cair setelah difermentasi dengan EM4 dan mengetahui lama fermentasi yang optimal untuk mendapatkan kandungan P dan K total tertinggi.

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan lama fermentasi (4, 8 dan 12 hari) dan pupuk cair industri digunakan sebagai kontrol. Analisis kandungan P dan K total menggunakan metode spektrofotometri.

(9)

viii ABSTRACT

LONG FERMENTATION EFFECT ON LIQUID FERTILIZER FOR SPINACH, GREEN MUSTARD, BANANA PEEL AND WATERMELON PEEL WASTE

TOWARD NUTRIENT INGREDIENTS OF PHOSPOR AND POTASSIUM WITH EFFECTIVE MICROORGANISM-4 (EM4) BIOACTIVATOR ADDITION

Paulina Yuliani 131434033

Sanata Dharma University

Spinach, green mustard, banana and watermelon peels are vegetables and fruits that have high nutrients content. Currently these vegetables and fruits are not fully used as organic fertilizer, even though the content of phosphorus and potassium is high. This research aims to determine the content of macro nutrients of Phosphorus (P) and Potassium (K) of liquid organic fertilizer after fermentation with Effective Microorganism-4 and identifiy the optimal of long fermentation to get the highest total content of P and K.

This research is completely randomized design (CRD) with the treatment of three level fermentation time (4, 8 and 12 days) and commercial fertilizer as control. Analysis of levels of total P and total K, using spectrophotometric method.

The results showed that the fermentation time (4, 8, 12 days) gave different level of total P and total K, namely 0,0282%, 0,0271%, 431%, respectively of total P; and 0,3033%, 0,4290%, 0,4236% of total K. In comparation with control (0,06% of total P and 0,49% of total K) these result are lower. The optimal of long fermentation to get the highest total content of P is 12 day. Meanwhile, the optimal of long fermentation to get the highest total content of K is 8 day.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Lama Fermentasi Pupuk Cair Bayam, Sawi, Kulit Pisang dan Kulit Semangka terhadap Kandungan Fosfor dan Kalium Total dengan Penambahan Bioaktivator EM4”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Pendidikan Biologi.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Drs. Antonius Tri Priantoro M.For.Sc. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi dan selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan masukan, pengarahan, serta perbaikan-perbaikan dalam penyusunan karya ilmiah ini.

(11)

x

4. Segenap dosen Program Studi PBIO yang dengan penuh dedikasi mendidik, mengarahkan, membimbing, membagi ilmu pengetahuan, memberikan dukungan, dan bantuan kepada penulis dari awal perkuliahan sampai selesai.

5. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada yang sudah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat belajar mengenai penelitian penulis di Laboratorium Kimia Analitik dan Mbak Dewi selaku laboran yang sudah membantu selama penelitian.

6. Kedua orang tuaku Basilius Dwijo Sumaryo dan Yuventia Sarjinem yang telah memberikan semangat, kasih sayang, doa serta memberikan dukungan berupa moril dan materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.

7. Kedua kakakku tersayang, Natalia Kristanti dan Lusia Jois Mariana yang selalu menyemangati dan menghibur penulis.

8. Keluarga besarku, terima kasih atas doa dan motivasi bagi penulis.

9. Sahabat-sahabat tercinta, Bruder Dieng Karnedi, Gista Arum Pravitasari, Yosephine Ade Gustina, Irene Lidya, Ayu, Tere dan Alola yang telah membantu, memberi dukungan, doa, semangat, motivasi dan kebersamaannya.

10. Teman-teman Kost Sekar Ayu, atas motivasi dan kebersamaannya selama ini. 11. Teman-teman Pendidikan Biologi angkatan 2013 yang menjadi teman

(12)

xi

12. Semua pihak yang belum disebutkan satu persatu yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kehadiran kalian yang telah memberikan pengalaman luar biasa untuk penulis.

Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir kata semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis,

(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... iv

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

1. Bagi Peneliti ... 5

2. Bagi Masyarakat ... 5

3. Bagi Dunia Pendidikan ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 6

A. Dasar Teori... 6

1. Sampah Organik ... 6

2. Pupuk Organik ... 6

3. Pupuk Organik Cair ... 7

4. Fermentasi ... 9

5. Tetes Tebu (molasses) ... 9

6. EM4 (Effective Microorganism-4) ... 10

7. Standard Pupuk Organik Cair ... 12

8. Unsur Hara Tanaman ... 12

9. Fosfor ... 13

10. Kalium ... 14

11. Bayam Hijau ... 16

12. Sawi Hijau ... 17

13. Kulit Pisang... 19

14. Kulit Semangka... 20

(14)

xiii

16. Spektrofotometer AAS ... 23

B. Penelitian yang Relevan ... 23

C. Kerangka Berpikir ... 24

D. Hipotesis... 25

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 26

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Batasan Masalah ... 27

C. Alat dan Bahan ... 27

D. Cara Kerja ... 28

1. Tahap Persiapan ... 28

2. Tahap Pengujian ... 31

E. Metode Analisis Data ... 32

F. Rancangan Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran ... 32

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Hasil ... 33

B. Pembahasan ... 37

1. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Kandungan Fosfor Total .... 37

2. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Kandungan Kalium Total .. 40

3. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Kandungan Fosfor dan Kalium Total ... 42

4. Perubahan Suhu dan pH ... 44

5. Hambatan dalam Penelitian ... 46

BAB V. IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN ... 47

BAB VI. PENUTUP ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Fungsi mikroorganisme dalam EM-4 ... 11

Tabel 2.2 Standar kualitas pupuk organik cair ... 12

Tabel 2.3 Kandungan gizi pada daun bayam per 100 gram bahan zat ..17

Tabel 2.4 Kandungan gizi sawi hijau setiap 100 gram ... 18

Tabel 2.5 Komposisi zat gizi kulit pisang per 100 gram bahan ... 20

Tabel 2.6 Kandungan gizi kulit semangka... 21

Tabel 4.1 Rerata pengukuran kandungan unsur hara fosfor total ... 33

Tabel 4.2 Perbedaan antar perlakuan kandungan fosfor total... 35

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bayam hijau (Amaranthussp.)... 16

Gambar 2.2 Sawi hijau (Brassica rapa)... 18

Gambar 2.3 Kulit Pisang ... 19

Gambar 2.4 Kulit Semangka ... 21

Gambar 3.1 Tahap pemotongan bahan dasar ... 29

Gambar 3.2 Tahap pencampuran semua bahan dasar ... 29

Gambar 3.3 Tahap pembagian masing-masing bahan dasar ... 30

Gambar 4.1 Pengaruh lama fermentasi terhadap kandungan fosfor total pada pupuk cair bayam, sawi, kulit pisang dan kulit semangka ... 42

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Pengukuran Kandungan P dan K total ... 57

Lampiran 2. Hasil Pengukuran Suhu dan pH... 59

Lampiran 3. Uji Normalitas ... 60

Lampiran 4. Uji Homogenitas,Uji Anova danPost-Hoc Tukey... 61

Lampiran 5. Hasil Pengukuran Absorbansi P dan K ... 64

Lampiran 6. Silabus ... 69

Lmapiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 74

Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa ... 83

Lampiran 9. Lembar Pengamatan Penilaian ... 87

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Pupuk memiliki peranan yang sangat penting di bidang pertanian dalam meningkatkan kesuburan tanah dan pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk anorganik yang berlebih dapat meninggalkan residu kimia yang berbahaya bagi tanah. Menanggulangi permasalahan tersebut, diupayakan pemanfaatan pupuk organik cair yang ramah lingkungan dan dapat memperbaiki kondisi tanah.

Pupuk organik cair merupakan pupuk yang memiliki komposisi kandungan unsur hara yang lengkap. Menurut Hadisuwito (2007), kelebihan dari pupuk organik cair ini adalah cepat mengatasi defesiensi hara, mampu menyediakan hara dengan cepat dimana unsur hara tersebut bisa langsung diserap oleh tumbuhan. Pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walau digunakan sesering mungkin karena tidak meninggalkan residu kimia yang berbahaya yang menumpuk yang dapat menyebabkan pencemaran.

Bahan baku pupuk cair yang sangat baik dari sampah organik yaitu bahan organik basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi seperti sisa buah-buahan, sayur-sayuran. Bahan-bahan tersebut dapat dijadikan sebagai pupuk organik dengan mencampurkan berbagai komponen bahan-bahan tertentu sesuai dengan kadar yang dibutuhkan oleh tanah dan nutrisi pada tumbuhan.

(19)

2012). Kandungan gizi fosfor pada bayam per 100 g yaitu 67 mg. Dalam ukuran satu cangkir bayam, memiliki kandungan kalium sebanyak 839 mg. Sawi termasuk ke dalam kelompok tanaman sayuran daun yang mengandung zat-zat gizi lengkap yang memenuhi syarat untuk kebutuhan gizi tubuh. Hasil penelitian menunjukkan sawi kaya akan fosfor sebesar 57,4 mg per 100 g dan kalium yaitu 282,8 mg (Badan Pusat Statistik, 2012).

Kulit pisang dan kulit semangka yang saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat dapat dimanfaatkan sebagai pupuk untuk mengurangi permasalahan sampah yang menumpuk yang dapat menyebabkan pencemaran. Kulit pisang mengandung unsur hara fosfor dan kalium yang dapat meningkatkan kesuburan tanah yaitu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah. Susetya (2012) memaparkan kulit pisang mengandung fosfor, kalium, dan hasil penelitian yang dilakukan Nasution dkk. (2014) menunjukkan bahwa kulit pisang mengandung unsur fosfor sebesar 117 mg per 100 g dan unsur kalium yang terkandung dalam kulit pisang sebesar 1,137%. Banyaknya unsur yang terkandung dalam kulit pisang ini membuat kulit pisang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Kandungan gizi fosfor sebesar 11 mg per 100 g kulit semangka dan kandungan kalium kulit semangka yaitu 82 mg (Leung dkk.,1972). Dengan demikian, bayam, sawi, kulit pisang dan kulit semangka memiliki potensi untuk dijadikan bahan menjadi pupuk organik.

(20)

sebagai pupuk organik kemudian dimodifikasi dengan penambahan sawi, bayam dan kulit semangka. Pemanfaatan bahan tersebut digunakan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan kandungan dalam pupuk seperti unsur Fosfor (P) dan Kalium (K). Bahan dasar yang digunakan sebagai pupuk organik cair termasuk murah, mudah didapatkan dan memiliki kandungan mineral yang cukup tinggi.

Unsur P dalam phospat adalah sangat berguna bagi tumbuhan karena berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar terutama pada awal-awal pertumbuhan, mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah. Kalium merupakan unsur hara esensial yang digunakan hampir pada semua proses untuk menunjang hidup tanaman. Oleh karena itu, perlu adanya tambahan suplai hara fosfor dan kalium pada tanaman.

(21)

Bahan baku pembuatan pupuk organik cair bermacam-macam dengan memanfaatkan bahan-bahan atau limbah yang tersedia di lingkungan setempat, sehingga kandungan unsur hara dan mikroorganismenya juga bervariasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kandungan dari pupuk organik cair sehingga akan diketahui manfaat yang lebih spesifik dan efektif dari masing-masing unsur hara sebagai sumber informasi bagi petani maupun masyarakat umum dalam penggunaannya.

B. Rumusan Masalah

1. Berapa kandungan fosfor dan kalium total yang terdapat dalam pupuk cair hasil fermentasi bayam, sawi, kulit pisang dan kulit semangka dengan penambahan EM4?

2. Berapa lama fermentasi yang optimal untuk mendapatkan kandungan fosfor dan kalium total tertinggi pada pupuk cair bayam, sawi, kulit pisang dan kulit semangka?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kandungan fosfor dan kalium total yang terdapat dalam pupuk cair hasil fermentasi bayam, sawi, kulit pisang dan kulit semangka dengan penambahan EM4.

(22)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Sebagai syarat untuk mengembangkan pengetahuan di bidang pertanian terutama mengenai kandungan hara makro fosfor dan kalium total dari bayam, sawi, kulit pisang dan kulit semangka menjadi pupuk cair organik.

Mempunyai solusi mengenai masalah lingkungan yaitu dengan memanfaatkan bahan-bahan organik menjadi pupuk organik cair.

2. Bagi Masyarakat

Sebagai informasi bagi para petani mengenai kandungan pupuk organik cair dari fermentasi sehingga diperoleh kadar fosfor dan kalium total tertinggi.

3. Bagi Dunia Pendidikan

(23)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori

1. Sampah Organik

Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah berasal dari mahluk hidup, baik manusia maupun tumbuhan. Sampah organik sendiri dibagi menjadi sampah organik basah dan sampah organk kering. Istilah sampah organik basah yaitu sampah yang mempunyai kandungan air yang cukup tinggi, contohnya kulit buah dan sisa sayuran, sedangkan sampah organik kering adalah sampah yang mempunyai kandungan air rendah, contohnya kayu atau ranting dan dedaunan kering (Basriyanta, 2007).

2. Pupuk Organik

Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk

(24)

dalam tanah, ion – ion bebas yang terlepas dapat diserap dengan mudah oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan tanaman (Hananto, 2012).

Permentan (2011) menyatakan pupuk organik adalah pupuk yang terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Berdasarkan bentuknya, ada dua jenis pupuk organik buatan yaitu padat dan cair. Kandungan bahan kimia di dalamnya maksimum 5%. Penggunaan pupuk cair memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut :

a. Pengaplikasiannya lebih mudah jika dibandingkan dengan pengaplikasian pupuk organik padat.

b. Unsur hara yang terdapat di dalam pupuk cair mudah diserap tanaman. c. Mengandung mikroorganisme yang jarang terdapat dalam pupuk organik

padat.

d. Pencampuran pupuk cair organik dengan pupuk organik padat dapat mengaktifkan unsur hara yang ada dalam pupuk organik padat tersebut.

3. Pupuk Organik Cair

(25)

meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kendang (Parman, 2007).

Kandungan dalam pupuk organik cair ini meliputi enam belas unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Keenambelas unsur hara tersebut terbagi menjadi :

a. Unsur hara makro primer, terdiri dari Karbon (C), Oksigen (O), Hidrogen (H), Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Kalium (K).

b. Unsur hara makro sekunder, terdiri dari Kalsium (Ca), Sulfur (S) dan Magnesium (Mg).

c. Unsur hara mikro, terdiri dari Boron (B), Klor (Cl), Tembaga (Cu), Besi (Fe), Mangan (Mn), Zeng (Zn) dan Molibden (Mo).

(26)

4. Fermentasi

Fermentasi merupakan proses yang dilakukan oleh mikroorganisme baik aerob maupun anaerob yang mampu mengubah atau mentransformasikan senyawa kimia kompleks menjadi lebih sederhana. Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat penyerapan nutrisi pada tanaman. Prinsip dari fermentasi ini adalah bahan organik dihancurkan oleh mikroba dalam kisaran temperatur dan kondisi tertentu yaitu fermentasi.

Fermentasi sering didefinisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerobik yaitu tanpa memerlukan oksigen. Karbohidrat terlebih dahulu akan dipecah menjadi unit-unit glukosa dengan bantuan enzim amilase dan enzim glukosidase, dengan adanya kedua enzim tersebut maka pati akan segera terdegradasi menjadi glukosa, kemudian glukosa tersebut oleh khamir akan diubah menjadi alkohol (Affandi, 2008).

5. Tetes Tebu(molasses)

(27)

(molasses) terdapat nutrisi bagi bakteri Sacharomyces cereviceae (Wijaya, 2008).

Oleh karena itu, dibutuhkan tambahan material tetes tebu yang mengandung komponen nitrogen sangat diperlukan untuk menambah kandungan unsur hara agar proses fermentasi berlangsung dengan sempurna. Selain itu, berdasarkan kenyataan bahwa tetes tebu tersebut mengandung karbohidrat dalam bentuk gula yang tinggi (64%) disertai berbagai nutrien yang diperlukan jasad renik juga dapat meningkatkan kecepatan fermentasi menjadi pupuk dalam waktu yang relatif singkat (Wijaya, 2008).

6. EM4(Effective Microorganism-4)

EM4 merupakan kultur campuran mikroorganisme yang menguntungkan dan bermanfaat bagi kesuburan tanah maupun pertumbuhan dan produksi tanaman, serta ramah lingkungan. Mikroorganisme yang ditambahkan akan membantu memperbaiki kondisi biologis tanah dan dapat membantu penyerapan unsur hara. EM4 mengandung mikroorganisme fermentasi dan sintetik yang terdiri dari bakteri asam laktat (Lactobacillussp.), bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas sp.), Actinomycetes sp., Streptomicetes sp., dan ragi (yeast) atau yang sering digunakan dalam pembuatan tahu (Utomo, 2009).

EM4 mempunyai beberapa manfaat diantaranya: a. Memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah.

(28)

c. Mempercepat pengomposan sampah organik atau kotoran hewan.

d. Membersihkan air limbah dan meningkatkan kualitas air pada perikanan. e. Menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan meningkatkan

produksi tanaman serta menjaga kestabilam produksi (Utomo, 2009). Tabel 2.1 Fungsi mikroorganisme dalam EM4

Nama Fungsi

Bakteri fotosintesis 1. Membentuk zat-zat yang bermanfaat dari sekresi akar tumbuhan, bahan organik dan gas-gas berbahaya (misalnya hidrogen sulfida) dengan menggunakan sinar matahari dan panas bumi sebagai sumber energi. Zat-zat bermanfaat itu antara lain asam amino, asam nukleik, zat-zat bioaktif dan gula. Semuanya mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

2. Meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme lainnya.

Bakteri Asam Laktat 1. Menghasilkan asam laktat dari gula.

2. Menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan misalnya Fusarium.

3. Meningkatkan percepatan perombakan bahan organik.

4. Dapat menghancurkan bahan-bahan organik.

Ragi 1. Membentuk zat antibakteri dan bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dari asam-asam amino dan gula yang dikeluarkan oleh bakteri fotosistesis. 2. Meningkatkan jumlah sel aktif dan perkembangan

akar

Actinomycetes 1. Menghasilkan zat-zat antimikroba dari asam amino yang dihasilkan oleh bakteri fotosintesis dan bahan organik.

2. Menekan pertumbuhan jamur dan bakteri. Jamur fermentasi 1. Menguraikan bahan organik secara tepat untuk

menghasilkan alkohol, ester dan zat-zat antimikroba. 2. Menghilangkan bau serta mencegah serbuan serangga

dan ulat yang merugikan.

(29)

7. Standar Pupuk Organik Cair

Standar kualitas unsur makro pupuk organik berdasarkan SNI 19-7030-2004 dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Standar Kualitas Pupuk Organik Cair

No. Parameter Satuan Minimal Maksimal

1 Kadar Air % 50 17

2 Temperatur Suhu air tanah

3 Warna Kehitaman

4 Bau Berbau tanah

5 Ukuran partikel Mm 0.55 25

6 Kemampuan ikat air % 58

7 Ph 6.80 7.49

8 Bahan asing % 1.5

Unsur makro

9 Bahan organic % 27 58

10 Nitrogen % 0.40

11 Karbon % 9.80 32

12 Fosfor % 0.10

13 C/N rasio 10 20

14 Kalium % 0.20

Bakteri

15 Fecal coli MPN/gr 1000

16 Salmonella MPN/gr 3

(SNI : 19-7030-2004)

8. Unsur Hara Tanaman

Unsur hara tanaman adalah unsur yang diserap oleh tumbuhan. Menurut Hanafiah (2007), unsur kimiawi yang dianggap esensial sebagai unsur hara tanaman adalah jika memenuhi tiga kriteria sebagai berikut:

a. Unsur ini harus terlibat langsung dalam penyediaan nutrisi yang dibutuhkan tanaman.

(30)

c. Jika tanaman mengalami defesiensi hanya dapat diperbaiki dengan unsur tersebut.

Unsur hara makro esensial jika dibutuhkan dalam jumlah besar, biasanya diatas 500 ppm dan yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, biasanya kurang dari 50 ppm disebut mikro esensial (Hanafiah, 2007). Unsur hara makro terdiri dari Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K). Unsur hara mikro terdiri dari Boron (B), Tembaga (Cu), Besi (Fe), Mangan (Mn), Zeng (Zn).

9. Fosfor

Fosfor merupakan bagian dari protoplasma dan inti sel, sebagai bagian dari inti sel sangat penting dalam pembelahan sel, demikian pula bagi perkembangan jaringan meristem. Fosfor diambil tanaman dalam bentuk H2PO4 -dan HPO4-2. Secara umum, fungsi dari fosfor dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut:

a. Dapat mempercepat pertumbuhan akar semai.

b. Dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanaman dewasa pada umumnya.

c. Dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah. d. Dapat meningkatkan produksi biji-bijian, fosfor juga sebagai penyusun

lemak dan protein.

(31)

fosfat. Bagian-bagian tubuh yang berkaitan dengan pembiakan generatif, seperti daun-daun bunga, tangkai tangkai sari, kepala sari, butir tepung sari, daun buah serta bakal biji ternyata mengandung fosfor (Sutedjo, 2002).

Tanah yang kekurangan fosfor akan merugikan bagi tanaman. Gejala yang tampak ialah warna daun seluruhnya berubah tua dan sering tampak mengilap kemerahan. Tepi daun, cabang, dan batang terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah menjadi kekuningan. Jika tanamannya berbuah, maka buahnya kecil dan lekas matang (Lingga dan Marsono, 2008). Hara fosfor yang terdapat dalam pupuk cair akan lebih efektif penggunaanya dibandingkan dengan pupuk padat karena pengaplikasiannya yang langsung pada tanaman mengakibatkan fosfor tidak akan mudah tercuci oleh air dan dapat langsung diserap olah tanaman.

10. Kalium

Kalium diserap dalam bentuk K+ (terutama pada tanaman muda). Kalium banyak terdapat pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang banyak mengandung protein, inti-inti sel tidak mengandung kalium. Zat kalium mempunyai sifat mudah larut dan hanyut, selain itu mudah difiksasi dalam tanah. Kalium berperan membantu :

a. Pembentukan protein dan karbohidrat.

(32)

Kalium banyak terdapat dalam jaringan muda, pada sel tanaman zat ini terdapat sebagai ion didalam cairan sel dan keadaan demikian akan merupakan bagian yang penting dalam melaksanakan turgor yang disebabkan oleh tekanan osmosis. Samekto (2008) menyatakan bahwa peranan unsur K dalam tanaman dapat dikelompokan menjadi empat:

a. Netralisasi asam organik

Karena kelimpahannya ion bermuatan positif ini dapat menyeimbangi muatan negatif gugus-gugus anion dari molekul seperti asam-asam organik. b. Ion K aktif dalam osmosis

Ion K berperan vital dalam hubungannya dengan air, ion K meningkatkan turgor sel pada titik-titik tumbuh dan membantu dalam pemekaran sel. c. Peran dalam transfor pada membran sel

Gradien elektrokemis tidak stabil menyebrangi membran oleh pergerakan ion H, ion K bergerak dengan arah berlawanan terhadap gerakan ion H. Ini penting dalam bekerjanya kloroplas (fotosintesis), mitokondria (respirasi) dan transport translokasi floem.

d. Aktivitas enzim

(33)

11. Bayam Hijau(Amaranthussp.)

Bayam (Amaranthus sp.) banyak dikonsumsi sebagai sayuran daun sumber gizi bagi penduduk di negara berkembang. Bayam mengandung gizi yang tinggi dan komposisinya sangat lengkap (Rukmana, 1994). Klasifikasi tanaman bayam hijau dapat dijabarkan sebagaiberikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Caryophyllales

Familia : Amaranthusceae Genus :Amaranthus Spesies :AmaranthusL.

Morfologi tanaman bayam yaitu memiliki sistem perakaran yang menyebar dangkal pada kedalaman antara 20-40 cm dan berakar tunggang. Batang tegak, tebal dan banyak mengandung air. Tanaman bayam berbentuk perdu (semak), daun bulat telur dan ujung meruncing. Tanaman bayam hijau dapat dilihat pada gambar 2.1.

(34)

Tabel 2.3 Kandungan gizi pada daun bayam per 100 gram bahan zat

Zat Gizi Nilai Gizi

Kalori (Kal) 36,0

Protein (gram) 3,5

Karbohidarat (gram) 0,5

Calsium (mg) 267,0

Fosfor (mg) 67,0

Vitamin A (S.I) 6.090,0

Vitamin B (mg) 0,1

Vitamin C (mg) 80,0

Air (gram) 71,0

Zat besi (mg) 3,9

(Departemen Kesehatan RI, 1981)

12. Sawi Hijau(Brassica rapa)

Salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi adalah sawi. Sawi merupakan salah satu sayuran yang mengandung zat gizi yang cukup lengkap sehingga sangat baik untuk kesehatan tubuh. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sebagai bahan makan sayuran, sawi mengandung gizi yang cukup lengkap, sehingga apabila dikonsumsi sangat baik untuk mempertahankan kesehatan tubuh (Cahyono, 2003). Klasifikasi tanaman sawi hijau dapat dijabarkan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Classis : Dicotyledone

Ordo : Rhoeadales (Brassicales) Familia : Cruciferae (Brassicaceae) Genus :Brassica

(35)

Morfologi tanaman sawi yaitu memiliki akar tunggang dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang menyebar kesemua arah dengan kedalaman antara 30-50 cm. Batang sawi pendek dan beruas-ruas. Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan pada umumnya pola pertumbuhan berbentuk daunnya roset. Tanaman sawi dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Sawi Hijau (Brassica rapa L.)

Kandungan gizi sawi hijau (Brassica rapaL.) setiap 100 g dapat dilihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4 Kandungan gizi sawi hijau setiap 100 g

Komposisi Kadar

Protein (g) 2,3

Lemak (g) 0,4

Karbohidrat (g) 4,0

Kalsium (mg) 220

Fosfor (mg) 38,0

Besi (mg) 2,9

Vitamin A (mg) 1.940,0

Vitamin B (mg) 0,09

Vitamin C (mg) 102

Energi (kal) 22,0

Serat(g) 0,7

Air (g) 92,2

(36)

13. Kulit Pisang(Musa paradisiaca)

Buah pisang banyak mengandung karbohidrat baik isinya maupun kulitnya. Kulit pisang merupakan bahan buangan (limbah buah pisang) yang cukup banyak jumlahnya. Kedudukan taksonomi, tanaman pisang adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta Classis : Liliopsida Ordo : Zingiberales Familia : Musaceae Genus :Musa

Spesies :Musa paradisiaca(Tjitrosoepomo, 2002)

Kulit pisang itu sendiri sekitar 1/3 bagian dari buah pisang. Sejauh ini pemanfaatan sampah kulit pisang masih kurang, hanya sebagian orang yang memanfaatkan sebagai pakan ternak. Kulit pisang dapat dilihat pada gambar 2.3.

(37)

Komposisi zat gizi kulit pisang dapat dilihat pada tabel 2.6 di bawah ini: Tabel 2.5 Komposisi Zat Gizi Kulit Pisang per 100 g bahan

Zat Gizi Kadar

Zat besi (mg) 1,60

Vitamin B (mg) 0,12

Vitamin C (mg) 17,50

(Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1982) 14. Kulit Semangka(Citrullus vulgaris)

Kulit semangka kaya akan mineral dan kandungan air yang tinggi sehingga masih berguna dan banyak manfaatnya. Klasifikasi tanaman semangka dapat dijabarkan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Spesies :Citrullus vulgaris

(38)

Gambar 2.4 Kulit Semangka

Menurut Leung, dkk. (1972), komposisi kimia kulit semangka dapat dilihat pada tabel 2.5.

Tabel 2.6 Kandungan Gizi Kulit Semangka

Kandungan Zat Jumlah

Air (g) 94,00

Protein (kal) 1,60

Lemak ( g) 0,10

Karbohidrat (g) 3,20

Kalsium (mg) 31,00

Fosfor (mg) 11,00

Kalium (mg) 82,00

Magnesium (mg) 10

Zat besi (g) 0,50

(Leung, dkk., 1972)

15. Spektrofotometer Ultraviolet dan Tampak (Visibel)

(39)

Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800 nm (Gandjar dan Rohman, 2007).

Suatu diagram sederhana spektrofotometer UV-Vis dengan komponen-komponennya meliputi sumber-sumber sinar, monokromator, dan sistem optik. a. Sumber-sumber lampu; lampu deuterium digunakan untuk daerah UV pada panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel (pada panjang gelombang antara 350-900 nm).

b. Monokromator; digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam komponen-komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya akan dipilih oleh celah (slit). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagaiscaninstrumen melewati spektrum.

(40)

16. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Secara umum, komponen-komponen spektrofotometer UV-VIS adalah sama dengan spektrofotometer AAS (Absorption Atomic Spectrofotometry). Keduanya mempunyai komponen yang terdiri dari sumber cahaya, tempat sampel, monokromator, dan detektor. Analisa sampel di lakukan melalui pengukuran absorbansi sebagai fungsi konsentrasi standar dan menggunakan hukum Beer untuk menentukan konsentrasi sampel yang tidak diketahui. Kondisi AAS untuk analisis K dapat diukur dengan panjang gelombang 766,5 nm (Khopkar, 1990).

B. Penelitian Yang Relevan

Listyana (2016) melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Daun Lamtoro dan Ekstrak Tauge Dengan Penambahan Urine Sapi untuk Pembuatan Pupuk Organik Cair”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui

(41)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan nitrogen tertinggi terdapat pada perlakuan K3I1 yaitu 0,40% dan kandungan nitrogen terendah terdapat pada perlakuan K1I1 yaitu 0,15 ml. Sedangkan kandungan fosfor tertinggi terdapat pada perlakuan K2I1 yaitu 185,61 ppm dan kandungan fosfor terendah terdapat pada perlakuan K3I2 sebesar 118,46 ppm.

Mujiatul (2013) juga melakukan penelitian yang sejenis berjudul “Peningkatan Kadar N, P Dan K Pada Pupuk Cair Limbah Tahu Dengan Penambahan Tanaman Matahari Meksiko (Thitonia diversivolia)”. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui kadar NPK pada pupuk cair limbah tahu, waktu optimal untuk fermentasi limbah cair tahu, dan banyaknya tanaman matahari meksiko yang ditambahkan agar diperoleh kadar NPK tertinggi. Pada penentuan kadar P dan K sampel dianalisis dengan spektrofotometer. Kadar N tertinggi sebesar 0,0732% didapat dari sampel fermentasi 4 hari dengan komposisi serbuk matahari meksiko 9 gr dan pupuk induk sebanyak 200 ml. Begitu juga dengan P dan K tertinggi yaitu 0,08406% dan 0,7189% yang didapat dari sampel fermentasi 4 hari dengan penambahan serbuk matahari meksiko sebanyak 9 gram.

C. Kerangka Berpikir

(42)

secara maksimal memiliki potensi untuk dijadikan pupuk organik. Kandungan fosfor dan kalium pada tanaman sayur bayam, sawi, kulit semangka dan kulit pisang dapat menjadi tambahan sumber unsur hara dalam tanah.

Waktu fermentasi berfungsi menguraikan unsur-unsur organik yang ada di dalam pupuk organik cair sehingga dapat diserap oleh tanaman disekitarnya. Bahan baku pembuatan pupuk organik cair bermacam-macam dengan memanfaatkan bahan-bahan atau limbah yang tersedia di lingkungan setempat, sehingga kandungan unsur hara dan mikroorganismenya juga bervariasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kandungan dari pupuk organik cair ini sehingga akan diketahui manfaat yang lebih spesifik dan efektif dari masing-masing unsur hara.

D. Hipotesis

1. Kandungan fosfor total yang terdapat dalam pupuk cair hasil fermentasi bayam, sawi, kulit pisang dan kulit semangka dengan penambahan EM4 sekitar 0,025%. Kandungan kalium total yang terdapat dalam pupuk cair hasil fermentasi bayam, sawi, kulit pisang dan kulit semangka dengan penambahan EM4 yaitu sekitar 0,176%.

(43)

26 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan model rancangan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan salah satu jenis penelitian kuantitatif yang kuat mengukur sebab akibat yaitu membandingkan efek variansi variabel bebas terhadap variabel tergantung melalui manipulasi atau pengendalian variabel bebas tersebut (Taniredja dan Mustafidah, 2011).

(44)

B. Batasan Masalah

1. Subjek dalam penelitian ini adalah pupuk cair sayur bayam, sawi, kulit pisang dan kulit semangka dengan penambahan bioaktivator EM4. Bagian bayam yang digunakan mulai dari akar hingga pucuk daun, sawi yang digunakan adalah bagian pangkal hingga ujung daun.

2. Objek dalam penelitian ini adalah kandungan fosfor dan kalium total. 3. Perlakuan yang dilakukan dalam penelitian ini y aitu lama fermentasi 4 hari,

8 hari, dan 12 hari dengan kode (P1, P2 dan P3). 4. Penelitian dibuat dengan 3 kali ulangan.

5. Kandungan P dan K total pupuk cair komersial dalam kemasan digunakan sebagai kontrol positif.

6. Pembuatan pupuk cair dengan bioaktivator EM4 dan tetes tebu dengan fermentasi anaerob.

C. Alat dan Bahan 1. Alat

(45)

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk yaitu air, bayam, sawi, kulit pisang, kulit semangka, EM4 (diproduksi oleh PT.Songgolangit Persada Jakarta) dan tetes tebu (molasses). Bahan yang digunakan dalam uji kandungan P dan K total adalah larutan pupuk cair, larutan Molibdo Vanadat, larutan standar P 100 ppm, larutan standar K 100 ppm, akuades, kertas label, parafilm.

D. Cara Kerja

Penelitian ini dilaksanakan selama bulan November. Pembuatan pupuk dilakukan di Galeri Penelitian Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma dan analisa kandungan P dan K total dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Tahap awal dari penelitian ini adalah pembuatan sampel pupuk organik cair yang akan difermentasi.

1. Tahap Persiapan

Bahan-bahan yang digunakan adalah sayur bayam hijau, sawi hijau, kulit pisang dan kulit semangka. Bayam dan sawi dibeli di pasar STAN Maguwoharjo dan kulit pisang didapatkan dari penjual gorengan yang terletak di perempatan jalan kampus Instiper, sedangkan kulit semangka didapatkan dari sisa pemotongan buah pada salah satu acara di kampus Paingan.

(46)

a. Pemotongan setiap bahan dasar

Setiap bahan dasar terdiri dari sayur bayam, sawi, kulit pisang dan kulit semangka masing-masing sebanyak 1 kg dengan perbandingan 1:1:1:1. Total berat bahan dasar yang digunakan sebanyak 4 kg. Kemudian pengecilan ukuran bahan baku dilakukan dengan mencacah bayam, sawi, kulit semangka dan kulit pisang menjadi potongan kecil kira-kira 2 cm dengan tujuan agar memudahkan proses dekomposisi bahan organik dari bahan baku dan mempercepat penguraian selama masa fermentasi.

Gambar 3.1 Tahap pemotongan bahan dasar b. Pencampuran bahan dasar

Sayur bayam, sawi, kulit pisang, dan kulit semangka yang telah dicacah kemudian diaduk rata di ember besar. Tujuannya agar semua bahan tercampur merata.

(47)

c. Pembagian bahan dasar

Setelah itu, bahan dasar dibagi rata ke dalam 9 buah toples plastik sebanyak 440 g.

Gambar 3.3 Tahap pembagian masing-masing bahan dasar d. Pembuatan larutan untuk fermentasi

Pada kemasan EM4 tertulis petunjuk pembuatan pupuk organik cair dengan ketentuan 1 L EM4 + 1 L tetes tebu + 50 L air kemudian dicampur rata dengan 20 kg bahan pupuk cair. Penelitian ini dibuat dengan skala kecil dan dilakukan pra-penelitian. Pembuatan larutan kemudian dibuat dengan perbandingan 1 : 1 : 48 (90 ml EM4, 90 ml tetes tebu dan air 4320ml) kemudian diaduk rata di dalam ember besar. Masing-masing toples diberi volume 500 ml kemudian dikocok rata, ditutup rapat.

e. Tahap fermentasi

(48)

bahan organiknya. Kemudian hasil cairan digunakan untuk penelitian selanjutnya. Parameter utama yang diamati adalah kandungan unsur hara fosfor dan kalium mengacu pada metode Spectrophotometry. Fosfor dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis, sedangkan kalium dengan menggunakan Spektrofotometer AAS.

2. Tahap Pengujian a. Kadar Fosfor

Hasil saringan dipipet 0,2 ml dan dimasukkan kedalam labu kjeldahl 25 ml lalu diencerkan dengan akuades hingga sampai tanda pembatas kemudian dikocok hingga homogen. Sebelum mengukur absorbansi sampel didahului dengan pengukuran terhadap blanko. Larutan blanko ditera untuk menunjukkan absorbansi nol. Larutan standar baku P dibuat dengan konsentrasi 0; 0,5; 1; 2; 3; 4 ppm dalam labu kjeldahl 25 ml. Fosfor dapat diperiksa sebagai ion fosfat. Ion fosfat ini dikomplekskan dengan pereaksi larutan Molibdat Vanadat lebih dulu sehingga menghasilkan warna kuning. Warna ini dapat diperiksa intensitasnya secara spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 420 ppm. (Departemen Pertanian, 2005) yang sudah dimodifikasi

Perhitungan :

Keterangan: x = konsentrasi larutan (ppm) fp = faktor pengenceran Kadar P total (%) = .

(49)

b. Kadar Kalium

Hasil saringan dipipet 0,2 ml dan dimasukkan kedalam labu kjeldahl 25 ml lalu diencerkan dengan aquades hingga sampai tanda pembatas kemudian dikocok hingga homogen. Larutan standar baku K dibuat dengan konsentrasi 0; 1; 2; 3; 4; 5 ppm dalam labu kjeldahl 25 ml. Kemudian dapat diperiksa intensitasnya dengan alat ukur spektrofotometer AAS dengan panjang gelombang 766,5 nm. (Departemen Pertanian, 2005) yang sudah dimodifikasi

Perhitungan :

Keterangan: x = konsentrasi larutan (ppm) fp = faktor pengenceran E. Metode Analisis Data

Data mengenai kandungan P dan K total yang telah diperoleh kemudian dilanjutkan dengan pengujian statistik menggunakan Analisis of Variance (ANOVA) One Way menggunakan aplikasi SPSS. ANOVA adalah teknik analisis statistik yang dapat memberi jawaban atas ada tidaknya perbedaan skor pada masing-masing kelompok (Irianto, 2004).Nilai F kritikal untuk α = 0,05.

Bila nilai Fobs > Fcrit, makasignificant.

F. Rancangan Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XII semester Ganjil yakni pada Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan pada subbab Unsur Hara Tanaman.

(50)

33 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berikut merupakan hasil rerata pengukuran kandungan fosfor (P) dan kalium (K) total pada pupuk cair hasil fermentasi bayam, sawi, kulit pisang dan kulit semangka (dalam %) dengan lama fermentasi yang berbeda.

Tabel 4.1. Rerata Pengukuran Kandungan Unsur Hara Fosfor Total pada Pupuk cair hasil fermentasi bayam, Sawi, Kulit Pisang dan Kulit

Semangka

No Perlakuan Hasil Pengukuran (%)

U1 U2 U3 Rerata

1 Fermentasi 4 hari 0,0277 0,0308 0,0262 0,0282 2 Fermentasi 8 hari 0,0275 0,0325 0,0215 0,0271 3 Fermentasi 12 hari 0,0418 0,0466 0,0429 0,0437 Keterangan:

U1 : Pengulangan 1 U2 : Pengulangan 2 U3 : Pengulangan 3

(51)

Kandungan fosfor pada kemasan pupuk komersial adalah 0,06%. Jika hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan pupuk cair komersial (kontrol positif), kandungan fosfor total hasil fermentasi jauh lebih kecil.

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa kandungan P total pupuk cair hasil fermentasi bayam, sawi, kulit pisang dan kulit semangka yang tertinggi terdapat pada perlakuan lama fermentasi 12 hari sebesar 437 ppm (0,0437%), sedangkan kandungan fosfor total terendah pada lama fermentasi 4 hari sebesar 282 ppm (0,0282%).

Berdasarkan ujinormalitasSPSS yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai uji Kolmogorov-Smirnov0,894 > 0,05, maka Ho diterima (dapat dilihat pada lampiran 3). Hal ini menunjukkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pengujian data dilanjutkan dengan uji homogenitas varians yang dihasilkan yaitu dengan nilailevene statistic1,072 sig 0,400 > 0,05, pada level probabilitas yang artinya lama fermentasi yang berbeda-beda terhadap kandungan unsur hara fosfor total pada pupuk cair memiliki variasi yang sama (homogen). Pengujian dilanjutkan dengan uji Anova One Way, dengan nilai probabilitas adalah sig 0,003 < 0,05, ini

menunjukkan bahwa lama fermentasi 4 hari, 8 hari dan 12 hari terhadap kandungan fosfor total pada sampel berbeda secara signifikan (lampiran 4).

(52)

Tabel 4.2 Perbedaan Antar Perlakuan Kandungan Fosfor Total

Keterangan :

P1 = Lama fermentasi 4 hari P2 = Lama fermentasi 8 hari P3 = Lama fermentasi 12 hari S = Signifikan

NS = Tidak signifikan

Dari hasil uji Tukey HSD (lampiran 4) diketahui bahwa perlakuan fermentasi 4 hari memiliki hasil yang berbeda dan signifikan dengan fermentasi 12 hari. Pada perlakuan fermentasi 8 hari memiliki kandungan yang signifikan dengan fermentasi 12 hari. Perlakuan lama fermentasi 12 hari juga menunjukkan hasil yang signifikan antar perlakuan. Sementara itu, perlakuan lama fermentasi 4 hari tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan lama fermentasi 8 hari.

Berdasarkan hasil analisa laboratorium mengenai kandungan unsur hara kalium, data yang diperoleh dari setiap perlakuan lama fermentasi juga bervariasi. Rerata pengukuran kandungan unsur hara kalium total pada pupuk cair hasil fermentasi bayam, sawi, kulit pisang dan kulit semangka dapat dilihat pada tabel 4.3.

Kode P1 P2 P3

P1 - NS S

P2 NS - S

(53)

-Tabel 4.3. Rerata Pengukuran Kandungan Unsur Hara Kalium Total pada Pupuk Cair Hasil Fermentasi Bayam, Sawi, Kulit Pisang dan Kulit

Semangka

No Perlakuan Hasil Pengukuran (%)

U1 U2 U3 Rerata

1 Fermentasi 4 hari 0,3198 0,2998 0,2926 0,3033 2 Fermentasi 8 hari 0,4284 0,4218 0,4383 0,4290 3 Fermentasi 12 hari 0,2050 0,1932 0,8731 0,4236 Keterangan:

U1 : Pengulangan 1 U2 : Pengulangan 2 U3 : Pengulangan 3

Kandungan kalium total dengan lama fermentasi 4 hari (dalam %) yaitu 0,3198; 0,2998; 0,2926. Kandungan kalium total dengan lama fermentasi 8 hari (dalam %) yaitu 0,4284; 0,4218; 0,4383. Kandungan kalium total dengan lama fermentasi 12 hari (dalam %) yaitu 0,2050; 0,1932; 0,8731. Rerata kandungan kalium total dengan lama fermentasi 4 hari, 8 hari dan 12 hari (dalam %) yaitu 03033; 0,4290 dan 0,4236. Kandungan kalium pada kemasan pupuk komersial adalah 0,49%. Jika hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan pupuk cair komersial (kontrol positif), kandungan kalium total hasil fermentasi jauh lebih kecil.

(54)

Berdasarkan uji normalitas pada aplikasi SPSS yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai uji Kolmogorov-Smirnov 0,448 > 0,05, maka Ho diterima (lampiran 3). Hal ini menunjukkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pengujian data dilanjutkan dengan uji homogenitas variansyang dihasilkan yaitu dengan nilailevene statistic15,058 sig 0,005 < 0,05, pada level probabilitas yang artinya lama fermentasi yang berbeda-beda terhadap kandungan unsur hara kalium total pada pupuk cair tidak memiliki variasi yang sama (tidak homogen). Kemudian dilanjutkan dengan ujiAnova One Way, dengan nilai probabilitas adalah sig 0,752 > 0,05. Hal ini menunjukkan Hi ditolak yang berarti bahwa lama fermentasi yang berbeda terhadap kandungan kalium total pada sampel tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (lampiran 4).

B. Pembahasan

1. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Kandungan Fosfor Total pada Pupuk Cair Hasil Fermentasi Bayam, Sawi, Kulit Pisang dan Kulit Semangka

Pada bayam, sawi, kulit pisang dan kulit semangka terdapat bahan organik seperti fosfor (P) yang dapat berfungsi merangsang pertumbuhan akar, buah dan biji. Fosfor tidak dapat langsung diserap oleh tanaman, karena masih dalam bentuk senyawa yang perlu dipecah menjadi ion-ion fosfat yang mudah diserap tanaman. Tanaman hanya menyerap P dalam bentuk senyawa fosfat, terutama H2PO4-dan HPO4-2.

(55)

bayam, sawi, kulit pisang dan kulit semangka berasal dari ion-ion fosfat anorganik yang didapat dari hasil pelapukan batuan fosfor yang akan terserap ke tanah. Ion-ion fosfor ini kemudian diserap tumbuhan melalui perakaran dan digunakan untuk pertumbuhan. Dengan adanya proses fermentasi yang dilakukan 4, 8 dan 12 hari, berfungsi menguraikan unsur-unsur organik yang ada di dalam sampel sehingga dapat diserap oleh tanaman dalam waktu cepat.

(56)

berperan meningkatkan percepatan perombakan bahan organik dan menghancurkan bahan organik. Peran Streptomyces sp. menghasilkan zat anti mikroba dari asam amino yang dihasilkan bakteri fotosintetik. Jamur fermentasi berperan dalam menguraikan bahan organik dan menghasilkan alkohol dan zat antimikroba. Melalui proses fermentasi, ragi menghasilkan senyawa-senyawa bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dari asam amino dan gula yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik atau bahan organik dan akar-akar tanaman.

Substrat sebagai sumber karbohidrat merupakan bahan baku fermentasi yang mengandung nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan. Sumber utama dalam pembuatan pupuk cair ini yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme itu sendiri. Sumber karbohidrat dalam penelitian ini adalah bayam, sawi, kulit pisang dan kulit semangka. Glukosa dari tetes tebu (molasses) yang digunakan sebagai nutrisi bagi bakteri Saccharomyces cerevisiae selama fermentasi dan sumber mikroorganisme berasal dari bioaktivator EM4.

(57)

Kandungan P total pada fermentasi 4 hari sebesar 282 ppm (0,0282%), dimana mikroorganisme ini mulai berdaptasi. Pada fase adaptasi ini mikroorganisme melakukan penyesuaian pada lingkungannya. Setelah beradaptasi terhadap kondisi baru, sel-sel akan tumbuh cepat sampai jumlah maksimum dan menyerap fosfor yang ada, sehingga kandungan P menurun. Pada lama fermentasi 8 hari kandungan P total menjadi 271 ppm (0,0271%) dikarenakan aktivitas mikroorganisme sedang mengalami log phase. Log phase yaitu dimana mikroorganisme mulai tumbuh dan membelah pada kecepatan maksimum (Pratiwi,2008). Hal ini juga didukung oleh Mulyadi (2013) yang berpendapat bahwa kandungan yang berbeda-beda dipengaruhi kecepatan mikroba yang berbeda-beda dalam mengurai bahan fermentasi.

Pada fermentasi ke 12 hari terjadi kenaikan kandungan P kembali menjadi 437 ppm (0,0437%). Hal ini dikarenakan aktivitas mikroorganisme yang semakin berkurang sehingga jasad-jasad dari mikroorganisme yang mengandung fosfor tersebut mengakibatkan bertambahnya kandungan P total pada sampel pupuk tersebut.

2. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Kandungan Kalium Total pada Pupuk cair hasil fermentasi bayam, Sawi, Kulit Pisang dan Kulit Semangka

(58)

yang akan membantu proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis atau respirasi.

Berdasarkan hasil analisa variansi kandungan kalium total diperoleh bahwa lama fermentasi tidak memengaruhi kandungan kalium total secara signifikan atau tidak terdapat perbedaan yang nyata diantara lama fermentasi yang berbeda. Oleh karena itu, tidak terdapat perlakuan lama fermentasi yang terlihat menonjol memiliki pengaruh diantara perlakuan lainnya.

Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), kalium mempunyai peranan sebagai katalisator yaitu sebagai penyusun dan pembongkar karbohidrat, terutama di dalam pengubahan protein dan asam-asam amino. Kalium digunakan oleh mikroorganisme dalam bahan substrat sebagai katalisator, dengan kehadiran bakteri dan aktivitasnya akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kalium (Sutedjo dkk., 1996).

(59)

3. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Kandungan Fosfor dan Kalium Total pada Pupuk Cair Hasil Fermentasi Bayam, Sawi, Kulit Pisang dan Kulit Semangka

Dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa hasil setiap perlakuan lama fermentasi memiliki kandungan P dan K total yang berbeda-beda. Pengaruh lama fermentasi terhadap kandungan fosfor total dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut :

Gambar 4.1 Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Kandungan Fosfor Total pada Pupuk Cair Hasil Fermentasi Bayam, Sawi, Kulit Pisang dan Kulit Semangka

Berdasarkan gambar 4.1, dapat dilihat bahwa fermentasi menentukan tinggi rendahnya kandungan P total. Kandungan rerata P total pada lama fermentasi 8 hari mengalami sedikit penurunan, namun pada lama fermentasi 12 hari kandungan fosfor total meningkat. Melihat adanya peningkatan kandungan tersebut, masih memungkinkan terjadinya peningkatan setelah lama fermentasi 16 hari dikarenakan substrat pada sampel pupuk cair masih ada dan pertumbuhan terus berlangsung.

(60)

Namun, semakin lama waktu fermentasi bukan berarti kandungan P total juga semakin bertambah karena proses fermentasi berhubungan langsung dengan mikroorganisme mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan. Apabila fermentasi dilanjutkan maka mikroorganisme akan mengalami kematian disebabkan oleh nutrisi dari mikroba telah berkurang dan akan didapatkan hasil hara fosfor (P) yang lebih sedikit dibanding sebelumnya.

Kandungan kalium total pada pupuk cair hasil fermentasi bayam, sawi, kulit pisang dan kulit semangka dengan lama fermentasi yang berbeda menghasilkan kandungan yang berbeda. Pengaruh lama fermentasi terhadap kandungan kalium total dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut :

Gambar 4.2 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kandungan Kalium Total pada Pupuk Cair Hasil Fermentasi Bayam, Sawi, Kulit Pisang dan Kulit Semangka Berdasarkan gambar 4.2, dapat diketahui bahwa kandungan kalium total mengalami kenaikan pada lama fermentasi 8 hari dan mengalami

(61)

sedikit penurunan pada hari ke-12. Berdasarkan data hasil penelitian, untuk mendapatkan kandungan unsur hara kalium total yang paling tinggi yaitu dengan lama fermentasi 8 hari diikuti dengan lama fermentasi 12 hari meskipun analisa statistik menunjukkan hasil bahwa tidak ada perbedaan diantara rerata perlakuan.

Namun demikian, dari hasil penelitian ini kandungan fosfor total yang tinggi lama fermentasi yang optimal yaitu 12 hari, sedangkan kandungan kalium total yang tinggi maka lama fermentasi yang optimal yaitu antara 8 hari. Perbedaan kandungan fosfor total signifikan secara statistik dan kandungan kalium total tidak signifikan secara statistik.

4. Perubahan Suhu dan Derajat Keasaman (pH)

Parameter pendukung dalam fermentasi adalah suhu dan pH. Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di galeri penelitian Pendidikan Biologi. Kondisi lingkungan di galeri penelitian cukup mendukung pembuatan pupuk organik cair. Suhu dipengaruhi oleh factor penyinaran sinar matahari dan proses dekomposisi yang terjadi pada tiap toples.

(62)

ini sesuai dengan pernyataan Santoso (2010) yang berpendapat bahwa suhu yang baik untuk fermentasi adalah 25 - 55oC.

Salah satu faktor yang memengaruhi aktivitas mikroorganisme di dalam media penguraian bahan organik adalah pH. Menurut Campbell dan Reece (2008), pH merupakan faktor penting karena berpengaruh terhadap ketersediaan mineral yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Pengujian pH dilakukan menggunakan pH meter. Derajat keasaman pupuk organik cair pada penelitian ini yaitu pada kisaran pH 3,6 –4,5 (dapat dilihat pada lampiran 2). Permentan (2011) menyatakan kisaran pH pupuk organik cair yaitu sekitar 4-9,5.

Reaksi kimia fermentasi yaitu:

Bahan organik CO2+H2O + hara + humus + ATP Reaksi yang terjadi pada perombakan fermentasi anaerob:

(CH2O)x XCH3COOH→ CH4+ O2

Derajat keasaman pada awal proses fermentasi akan mengalami penurunan karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam fermentasi mengubah bahan organik menjadi asam organik. Pada proses selanjutnya, bakteri metanogen akan mengkonversikan asam organik menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti metana, amoniak, dan karbondioksida (CO2) yang terbentuk sehingga bahan memiliki derajat keasaman yang tinggi dan mendekati normal (Prahesti dan Dwipayanti, 2011).

Aktivitas mikroorganisme

(63)

Aktivitas mikrobia dalam mendekomposisi bahan organik menurut Dwijoseputro (2010) akan menghasilkan gas CO2. Gas CO2 ini akan membentuk asam karbonat (H2CO3) yang mudah terurai menjadi ion H+dan HCO3-. Ion H+ ini akan memengaruhi keasaman sehingga pH larutan menurun (keasaman meningkat).

5. Hambatan dan Keterbatasan dalam Penelitian

Hambatan yang dialami adalah kadar pH (derajat keasaman) selama penelitian rendah (agak asam). Menurut Campbell dan Reece (2008), jika pH terlalu asam dapat disesuaikan dengan menambahkan kapur yakni kalsium karbonat atau kalsium hidroksida. Namun, jika pupuk cair akan diaplikasi ke tanaman maka dalam penggunaannya harus dilakukan pengenceran yang lebih banyak untuk menetralkan pH-nya.

(64)

47 BAB V

IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN UNTUK PEMBELAJARAN

Pengujian kandungan fosfor dan kalium total pada pupuk cair hasil fermentasi bayam,sawi, kulit pisang dan kulit semangka dapat menambah pengetahuan bagi siswa dalam mendukung proses belajar mengajar di sekolah. Siswa dapat diajarkan untuk membuat pupuk cair yang difermentasi dengan memanfaatkan bahan-bahan organik dari sayuran dan sisa kulit buah-buahan. Melalui pelajaran di sekolah siswa dapat memperluas pengetahuannya untuk membantu masyarakat secara umum tentang pentingnya kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XII semester ganjil yakni pada Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tumbuhan sub bab Unsur Hara Tanaman. Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah, keterampilan berproses secara ilmiah dengan merancang dan melakukan sendiri penelitian dan percobaan biologi secara sederhana. Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Lembar Pengamatan Penilaian dapat dilihat pada lampiran 6, 7, 8 dan 9.

Acuan kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran terkait penelitian yang dilakukan menggunakan kurikulum 2013.

1. Kompetensi Inti

(65)

KI 2 :Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 :Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahu tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4 :Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

2. Kompetensi Dasar

KD 1.1 : Menyadari dan mengagumi pola pikir ilmiah dalam kemampuan mengamati bioproses.

(66)

inovatif dan peduli lingkungan) dalam melakukan percobaan dan berdiskusi.

KD 3.1 : Menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan proses pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup berdasarkan hasil percobaan.

(67)

50 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kandungan fosfor total dalam pupuk cair hasil fermentasi bayam, sawi, kulit pisang, kulit semangka dengan penambahan EM4 setelah difermentasi selama 4, 8, 12 hari yaitu 0,0282%, 0,0271% dan 0,0431%. Kandungan kalium total total dalam pupuk cair hasil fermentasi bayam, sawi, kulit pisang, kulit semangka dengan penambahan EM4 setelah difermentasi selama 4, 8, 12 hari yaitu 0,3033%, 0,4290% dan 0,4236%.

2. Lama fermentasi yang optimal untuk mendapatkan kandungan unsur hara fosfor total tertinggi yaitu 12 hari sedangkan lama fermentasi yang optimal untuk mendapatkan kandungan unsur hara kalium total tertinggi yaitu 8 hari.

B. Saran

Saran yang penulis dapat sampaikan adalah:

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengoptimalkan kandungan fosfor dan kalium agar dapat mendapatkan kualitas mutu pupuk organik cair yang maksimal.

(68)

disesuaikan dengan menambahkan kapur yakni kalsium karbonat atau kalsium hidroksida.

3. Perlu dilakukan pengujian kandungan pupuk organik cair komersial yang digunakan sebagai kontrol dengan menggunakan metode pengukuran yang sama dalam penelitian.

(69)

52

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, 2008,Pemanfaatan Urine Sapi yang Difermentasi sebagai Nutrisi Tanaman, Andi Offset, Yogyakarta.

Badan Pusat Statistik, 2012, Statistik Indonesia, Biro Pusat Statistik, Jakarta, www.bps.go.id, Diakses tanggal 2 Juni 2016.

Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1982, Kandungan Kulit Pisang, Jawa Timur, Surabaya.

Balai Penelitian Tanah, 2005, Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.

Basriyanta, 2007,Memanen Sampah, Kanisius, Yogyakarta, p.18.

Cahyono, 2003,Teknik Dan Strategi Budidaya Sawi Hijau,Gava Media, Yogyakarta. Campbell, N.A., dan Reece.J.B., 2008, Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2, Erlangga,

Jakarta.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan R.I., 1981,Daftar Komposisi Bahan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan R.I., 2012,Daftar Komposisi Bahan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Dwijoseputro, 2010,Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, pp. 261-262.

Hadisuwito, 2007,Membuat KomposCair, PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.

(70)

Hananto, 2012, Pengaruh Pengkomposan Limbah Organik Sebagai Bahan Pembuatan Pupuk Terhadap Kandungan C,N, P Dan K Dalam Pupuk Cair Yang Terbentuk, Tesis, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Irianto, A., 2004, Statistik: Konsep Dasar dan Aplikasinya, Prenada Media Group, Jakarta.

Khopkar, S.M., 1990, Basic Concepts of Analytical Chemistry, diterjemahkan oleh Saptoraharjo, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Leung, W.W., Butrum, R.R.,andChang, F.H., 1972, Food Composition Table For Use In Asia Part I, US Department of Health, Education and Welfare, and Food Policy and Nutrition Division, Rome, Italy.

Lingga, P., dan Marsono, 2008, Petunjuk Penggunaan Pupuk, Penebar Swadaya, Jakarta, p.13.

Listyana, R., 2016, Pemanfaatan Daun Lamtoro dan Ekstrak Tauge Dengan Penambahan Urine Sapi untuk Pembuatan Pupuk Organik Cair, Skripsi, Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Mujiatul, M., 2013, Peningkatan Kadar N, P Dan K Pada Pupuk Cair Limbah Tahu Dengan Penambahan Tanaman Matahari Meksiko (Thitonia Diversivolia), Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Mulyadi, Y., Sudarno, dan Sutrisno, E., 2013, Studi Penambahan Air Kelapa pada Pembuatan Pupuk Cair dari Limbah Cair Ikan Terhadap Kandungan Hara Makro C, N, P dan K,Jurnal Pupuk Organik Cair., 2 (4), 1-12.

Nasution, F.J., Mawarni, L., dan Meiriani, 2014, Aplikasi Pupuk Organik Padat dan Cair Dari Kulit Pisang Kepok untuk Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brancissa junceaL.), Jurnal Online Agroteknologi, 2 (3), 1029-1037. Parman, S., 2007, Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan

Produksi Kentang(Solanum tuberosumL.), Buletin Anatomi dan Fisiologi, 15 (2), 21-31.

(71)

Prahesti R.Y., dan Dwipayanti. 2011, Pengaruh Penambahan Nasi Basi dan Gula Merah terhadap Kualitas Kompos dengan Proses Anaerobik, Studi Kasus Pada Sampah Domestik Lingkungan Banjar Sari, Kelurahan Ubung, Denpasar Utara, 497-506.

Pratiwi, S., 2008,Mikrobiologi Farmasi,Erlangga, Jakarta.

Rosmarkam, A., dan Yuwono, N.W., 2002, Ilmu Kesuburan Tanah, Kanisius, Yogyakarta, pp.57-60.

Rukmana, R., 1994,Bertanam Bayam, Kanisius, Yogyakarta. Samekto, R., 2008,Pemupukan, PT. Aji Cipta Pratama, Yogyakarta.

Santoso, A.A, 2010, Produksi Biogas dari Limbah Rumah Makan melalui Peningkatan Suhu dan Penambahan Urea pada Perombakan Anaerob,Skripsi, Universitas Sebelas Maret, Semarang.

Septianing, R., dan Priadi, A., 2014, Panduan Belajar Biologi 3A SMA Kelas XII, Yudhistira, Jakarta, pp.3-15.

Sriningsih, E., 2014, Pemanfaatan Kulit Buah Pisang (Musa paradisiaca L.) dengan Penambahan Daun Bambu (EMB) dan EM4 sebagai Pupuk Cair, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Standar Nasional Indonesia, 2004, SNI 19-7030-2004, Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik.

Stofella, P.J.,dan Brian A.K., 2001, Compost Utilization in Holticultural Cropping Systems.Lewis Publishers, USA.

Suparno, P., 2010, Pengantar Statistika untuk Pendidikan dan Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, pp.90-94, 122-161.

Susetya, D., 2012,Panduan Lengkap Membuat Pupuk Organik, Baru Press, Jakarta. Sutedjo, M.M., Kartasapoetra, A.G., dan Sastroatmodjo, S.,Mikrobiologi Tanah, 1996,

PT. Rhineka Cipta, Jakarta.

(72)

Tjitrosoepomo, G., 2002,Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta),Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Utomo, B., 2010, Pengaruh Bioaktivator terhadap Pertumbuhan Sukun (Artocarpus communis Forst) dan Perubahan Sifat Kimia Tanah Gambut, J. Agron.

Indonesia, 38 (1), 15–18.

Wijaya, K.A., 2008,Nutrisi Tanaman sebagai Penentu Kualitas Hasil dan Resistensi Alami Tanaman,Prestasi Pustaka, Jakarta.

(73)

56

Lampiran 1. Hasil Pengukuran Kandungan P dan K Pupuk Cair Hasil Fermentasi Bayam, Sawi, Kulit Pisang dan Kulit Semangka

(74)
(75)

c. Hasil Pengukuran Kandungan P dan K Pupuk Cair Hasil Fermentasi 12 hari Bayam, Sawi, Kulit Pisang dan Kulit Semangka

(76)

Lampiran 2. Hasil Pengukuran Suhu dan pH

a. Hasil Pengukuran Suhu dalam toples

No Perlakuan Hasil Pengukuran (0C)

U1 U2 U3 Rerata

1 Fermentasi 4 hari 26 27 27 26,6

2 Fermentasi 8 hari 29 28 28 28,3

3 Fermentasi 12 hari 25 26 26 25,6

b. Hasil Pengukuran Suhu Ruang

No Perlakuan Hasil Pengukuran

Suhu Ruang (0C)

1 Fermentasi 4 hari 28 2 Fermentasi 8 hari 31 3 Fermentasi 12 hari 29

c. Hasil Pengukuran pH

No Perlakuan Hasil Pengukuran

U1 U2 U3 Rerata

Gambar

Tabel 2.1Fungsi mikroorganisme dalam EM-4 ................................. 11
Gambar 2.1 Bayam hijau (Amaranthus sp.)...............................................
Tabel 2.1 Fungsi mikroorganisme dalam EM4
Tabel 2.2 Standar Kualitas Pupuk Organik Cair
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lampiran 1 Kuesioner

Data hasil analisis secara keseluruhan tingkat kesukaran soal pilihan ganda UAS Ikatan Kimia dapat dilihat pada tabel 2. Daya pembeda dari Hasil Analisis Soal Pilihan

[r]

[r]

Fase pertama tersebut membentuk sesar naik berarah timur laut – barat daya yang kemudian membentuk gawir bagian barat Pegunungan Selatan.. Dengan melihat arah

korpora kuadrigemina, adalah bagian otak pendek dan terkontriksi yang menghubungkan pons dan serebelum dengan serebrum dan berfungsi sebagai jalur penghantar dan pusat

Penelitian Tugas Akhir yang telah dilakukan menghasilkan kesimpulan bahwa sistem ini mempunyai fasilitas untuk agen yaitu memanajemen kategori produk , memanajemen transaksi

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana seharusnya pihak perusahaan di dalam penerapan aspek hukum keselamtan dan kesehatan kerja terhadap pekerjanya,