• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802011104 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802011104 Full text"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN

FREKUENSI PERILAKU MEROKOK REMAJA PUTRI

OLEH

VIRGINIA FOURENCY MIGASANTY 802011104

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Virginia Fourency Migasanty

Nim : 802011104

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN FREKUENSI PERILAKU MEROKOK REMAJA PUTRI

Dengan hak bebas royalty non-eksklusifini, UKSW berhak menyimpan mengalihmedia/ mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan mempublikasi tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga Pada Tanggal : 26 Juli 2016 Yang menyatakan,

Virginia Fourency Migasanty

Mengetahui, Pembimbing

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Virginia Fourency Migasanty

Nim : 802011104

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN FREKUENSI PERILAKU MEROKOK REMAJA PUTRI

Yang dibimbing oleh :

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya

Salatiga, 26 Juli 2016

Yang memberi pernyataan

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN FREKUENSI PERILAKU MEROKOK REMAJA PUTRI

Oleh

Virginia Fourency Migasanty

802011104

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal : 26 Juli 2016

Oleh :

Pembimbing,

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(7)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN

FREKUENSI PERILAKU MEROKOK REMAJA PUTRI

Virginia Fourency Migasanty Chr. Hari Soetjiningsih

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

i Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial

keluarga dengan frekuensi perilaku merokok remaja putri. Penelitian ini menggunakan

metode kuantitatif dengan teknik pengambilan data accidental sampling. Partisipan

penelitian ini adalah 79 orang remaja putri yang masih bersekolah berusia antara 15-19

tahun yang merokok. Hasil penelitian menggunakan Spearman. Dari hasil analisa data

diperoleh koefisien korelasi r= 0,156 dengan nilai signifikansi 0,085 (p>0,05) yang

berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan

frekuensi perilaku merokok remaja putri.

(9)

ii Abstract

The purpose of this research is to understand the correlation between family social

support with female teenagers smoking frequency. This research used a quantitative

method to collect the data by using accidental sampling. The research has been done 79

female teenagers 15-19 years old smoked. The results of the research using the

Spearman. From analyze data the correlation coefficient is r= 0,156 with a significance

value of 0,085 (p>0,05) show that there is no significance correlation between family

social support with female teenagers smoking behavior frequency.

(10)

1

PENDAHULUAN

Di Negara berkembang seperti Indonesia perubahan sosial terjadi sejak orde

pembangunan, dimana banyak urbanisasi dengan segala konsekuensinya termasuk di

dalamnya adalah bergesernya pola keluarga dan pengasuhan, interaksi sosial dan

perubahan nilai-nilai sosial masyarakatnya (Wolfe dalam Dhoranty, 2006). Adanya

perubahan nilai maka membuat masyarakat menjadi lebih kompleks, sehingga

masyarakat harus bisa menyesuaikan diri terhadap segala perubahan yang ada.

Perubahan nilai tersebut juga membawa implikasi terhadap berbagai aspek kehidupan

yang lain, seperti aturan dan nilai baru yang berdampak bagi perubahan struktur sosial

di masyarakatnya yang kadangkala perubahan-perubahan aturan, nilai dan perilaku itu

tidak dikehendaki oleh masyarakatnya (Sarwono, 2000). Ada pendapat yang

mengatakan bahwa perilaku manusia yaitu aksi atau perbuatan dari orang karena

mereka merespon rangsangan di lingkungan mereka dan menjelaskan istilah dari sikap

individu, mengarahkan, kebutuhan dan motivasi seseorang.

Remaja saat ini memiliki pendidikan yang sangat tinggi tetapi mereka justru

menganggap setiap perubahan yang ada adalah suatu perkembangan jaman. Seperti

contoh perilaku merokok, secara kuantitas diketahui bahwa jumlah para perokok baru

semakin lama semakin meningkat. Di Indonesia, perokok pemula adalah mereka yang

masih sangat muda yaitu remaja. Perilaku ini berawal pada masa remaja dan meningkat

menjadi perokok tetap dalam kurun waktu beberapa tahun (Rochadi, 2004). Ada banyak

alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja, selain disebabkan dari

faktor lingkungan. Perilaku merokok diawali oleh masa ingin tahu dan pengaruh teman

sebaya (Komalasari,2002). Remaja sebagai penerus bangsa seharusnya memiliki

(11)

2

sekarang ini yang membahayakan kesehatan mereka sendiri salah satunya adalah

merokok. Perilaku merokok bagi remaja sering diasosiasikan dengan kedewasaan,

menarik bagi lawan jenis, kemampuan bersosialisasi dan berani. Perokok dibagi

menjadi dua, perokok aktif adalah orang yang secara aktif dan perokok pasif adalah

orang yang menerima asap rokok saja, bukan perokoknya sendiri. Menurut Mangku

(2000) perokok pasif adalah seseorang yang menghirup asap rokok dari orang lain yang

sedang merokok. Sedangkan perokok aktif adalah orang yang melakukan langsung

aktivitas menghisap rokok dalam arti rokok tersebut telah dibakar.

Pada saat pertama kali individu merokok yang dirasakan yaitu mual dan pusing,

sehingga pada waktu itulah tubuh perlu melakukan penyesuaian terhadap zat-zat yang

terkandung dalam rokok. Penelitian perilaku merokok dilakukan oleh Nasution (2007),

pada siswa SMA di Medan yang berperilaku merokok pada tahun 2007, menyatakan

bahwa 63% remaja SMA sudah merokok. Kebiasaan menghisap tembakau

bertahun-tahun berpengaruh pula terhadap kesehatan fungsi otak dan psikis. Salah satu

kandungan rokok yaitu nikotin, memiliki efek pada otak antara lain menyebabkan

ketergantungan dan toksisitas pada fungsi kognitif yang memunculkan gejala kesulitan

konsentrasi. Efek ketergantungan nikotin inilah yang mengakibatkan paparan terus

menerus rokok pada perokok nantinya akan mengakibatkan penurunan fungsi kognitif

bagi usia pelajar.

Saat ini jumlah perokok mencapai 18% dari seluruh populasi di dunia dan 80%

diantaranya terjadi di Negara-negara berkembang, siswa-siswi yang masih duduk di

bangku sekolah menengah SMA/SMK yang termasuk kategori remaja merupakan

generasi muda yang terjadi di negara-negara berkembang (Pharucharas&Chalongsuk,

(12)

3

1994). Fenomena dilapangan juga menunjukkan banyak terlihat anak-anak SMA/SMK

yang merokok di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Saat di sekolah mereka

merokok dengan sembunyi-sembunyi yaitu saat mereka jam pelajaran kosong, saat di

kantin atau biasanya di belakang sekolah yang jarang di jangkau oleh para guru. Saat

diluar sekolah mereka berkelompok untuk kumpul dan merokok di warung dekat

sekolah, di depan gerbang atau di pinggir jalan. Mereka bisa menghabiskan satu hingga

lima batang sekaligus.

Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang dinilai sangat merugikan,

baik bagi diri sendiri maupun orang lain di sekitarnya. Sebagian pihak berpendapat

bahwa perilaku merokok biasa dilakukan oleh siapa saja, bahkan wanita sekalipun.

Perilaku merokok dinilai wajar dan bisa dilakukan siapa saja, yang tidak dibatasi oleh

jenis kelamin. Sementara itu, pihak lain berasumsi bahwa nilai moral seorang wanita

akan luntur ketika ia merokok. Hal ini yang menjadi titik berat di sini, yakni masih

berada pada nilai normatif seorang wanita, khususnya pandangan budaya Indonesia

terhadap wanita. Menurut Suhardi (dalam Narulita, 1996) pada tahun 1995 penduduk

wanita di Indonesia yang melakukan perilaku merokok kurang lebih sekitar 0,4% -

3,2%. Namun, penerimaan masyarakat terhadap perilaku merokok yang dilakukan oleh

wanita masih menjadi pro-kontra. Terdapat juga pada penelitian sebelumnya

mengatakan bahwa seorang wanita merokok merupakan hal yang masih jarang bisa

diterima oleh lingkungannya, karena wanita yang merokok akan dipandang wanita yang

tidak baik dan bisa menurunkan nilai moral khususnya pada remaja-remaja putri yang

sekarang ini sudah mengenal rokok. Para wanita yang merokok bertujuan untuk

memberikan kesan pada lingkungan bahwa mereka termasuk orang yang modern dan

(13)

4

kemandirian. Para wanita merasa tidak diterima di lingkungannya dan rokok sebagai

tempat pelarian ketika mengalami stres (Fuhrman, dalam Aritonang, 1997). Oleh karena

itu, mereka mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status

tersebut. Perilaku merokok menjadi lebih menarik untuk bahan pembicaraan apabila

merokok dilakukan oleh seorang wanita (Hurlock, 1996).

Peneliti juga menemukan beberapa remaja putri yang merokok yaitu di Jalan

Butuh dan Klaseman Salatiga. Alasan mengapa meneliti disitu dikarenakan sesuai info

yang di dapat dari temannya bahwa memang terdapat beberapa remaja putri yang

merokok. Saat peneliti melakukan observasi dan bertemu dengan beberapa anak sekolah

SMP dan SMA dimana mereka masih menggunakan seragam sekolah. Atau saat tidak

memakai seragam, peneliti mengetahuinya dari seorang teman yang memberitahu serta

mengenalkannya kepada subjek tersebut. Remaja yang dimaksud disini berusia antara

15-19 tahun. Awal bertemu dengan subjek, peneliti mengenalkan dirinya dan bertanya

identitas subjek, setelah itu peneliti bertanya apakah mereka seorang perokok. Ada

subjek yang langsung menjawab dengan jujur tetapi ada juga yang takut- takut untuk

mengatakan bahwa dirinya seorang perokok. Beberapa subjek yang ditemui mengatakan

bahwa awalnya mereka mencoba merokok karena terpengaruh oleh teman-temannya.

Sebagian lagi mengatakan karena orang tua mereka merokok, sehingga mereka meniru

perilaku merokok tersebut. Dari hasil wawancara kepada tiga remaja putri yang masih

SMP mengatakan bahwa mereka merokok antara 1 hingga 5 batang rokok per hari.

Kadang-kadang hanya merokok 2 batang karena join dengan teman mereka. Biasanya

mereka merokok karena merasa bosan atau saat ada waktu luang. Peneliti bertanya

awalnya mereka merokok karena apa dan mereka menjawab karena terpengaruh teman

(14)

5

SMA mengatakan bahwa setiap hari memang mereka sudah terbiasa merokok dan

paling sering saat berkumpul dengan teman-teman. Mereka bisa menghabiskan 8 batang

rokok dalam sehari. Ada juga yang mengatakan bahwa di rumah diperbolehkan

merokok dan respon dari orangtuanya yaitu biasa saja karena orang tuanya juga

merokok. Ada juga yang merokok hanya saat keluar bersama teman-teman karena takut

ketahuan oleh orang tuanya. Remaja- remaja tersebut awalnya terpengaruh oleh

lingkungan mereka dimana pergaulan mereka dengan orang- orang yang terbiasa untuk

merokok, sehingga sangat memungkinkan subjek untuk melakukan perilaku merokok.

Menurut Sarafino (1990), ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang

merokok, yaitu faktor psikologis, faktor biologis dan faktor sosial. Apabila dilihat dari

faktor psikologis, individu mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu,

membebaskan diri dari kebosanan, merangsang perasaannya saja. Tujuannya untuk

mengurangi perasaan-perasaan negatif, karena sudah menjadi kebiasaan, untuk

kepuasan mulut, meningkatkan dukungan sosial dan juga untuk menemani waktu santai.

Selanjutnya dari faktor biologis yang dapat dijadikan alasan yaitu adanya rasa

kecanduan karena di dalam rokok terdapat bahan- bahan kimia yang membuat orang

ketagihan untuk merokok. Dan dilihat dari faktor sosial yang memiliki pengaruh besar

yaitu teman, orang tua dan juga media. Tekanan dari teman-teman merupakan faktor

utama yang terpenting dan pengaruh dari keluarga merupakan faktor penentu kedua

yang terpenting dalam memberi pengaruh perilaku merokok (Smet, 1994). Media

hanyalah sebuah pelengkap untuk mempromosikan rokok tersebut.

Menurut Amin, 1996 (dalam Tandra 2003), sebagian besar perilaku merokok

yang timbul di kalangan anak dan remaja karena pengaruh lingkungan keluarga inti

(15)

6

orang tua yang merokok dan individu mencontoh perilaku tersebut dari orang tua

mereka. Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah merupakan anak-anak muda

yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, karena merokok akan menjadi

sebuah pelarian dari sebuah perasaan bosan dan penyelesaian diri dari masalah. Hal

tersebut dapat menyebabkan munculnya konflik, karena orang tua kurang begitu

memperhatikan anak-anaknya (Atkinson, 1999). Orang tua secara tidak direncanakan

mendidik kebiasaan-kebiasaan yang diwariskan dari nenek moyang dan

pengaruh-pengaruh lain yang diterimanya dari masyarakat. Hal ini tentu saja peran ayah dan ibu

sangat menentukan, justru mereka yang memegang tanggung jawab seluruh keluarga

(Sujanto dkk dalam Sitepoe, 1997). Jadi sangat diperlukan sebuah dukungan sosial

keluarga yang akan menyebabkan gaya hidup seseorang lebih sehat, karena dukungan

sosial keluarga merupakan suatu respon yang diperoleh seseorang dari lingkungan yang

menerimanya.

Dilihat uraian diatas, dukungan sosial keluarga sangat berpengaruh dimana

dukungan sosial keluarga merupakan suatu dukungan, perhatian, penghargaan dan

pertolongan yang diberikan seseorang dari lingkungan keluarganya, khususnya dari

kedua orang tuanya. Dukungan yang dimaksud disini merupakan dukungan dimana

seseorang yang merokok khususnya remaja putri akan menghilangkan kebiasaan

merokoknya, karena seorang anak yang mendapat perhatian dari keluarga, individu akan

merasa bahwa dirinya diterima dan tidak akan merasa stres yang mengakibatkan untuk

melarikan diri dari suatu permasalahan dan berujung pada rokok. Tidak hanya perhatian

saja yang diberikan, tetapi keluarga juga harus melakukan pengawasan terhadap tumbuh

kembang seorang remaja, dari bagaimana dia berperilaku serta pergaulannya, karena

(16)

7

teman-teman sebayanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan frekuensi perilaku merokok pada

remaja putri. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah peneliti mendapatkan

pengalaman langsung pelaksanaan penelitian di lapangan dan sebagai salah satu syarat

untuk mencapai gelar sarjana psikologi. Bagi pendidik yaitu sebagai tambahan

kepustakaan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Dari uraian diatas peneliti tertarik

untuk meneliti apakah ada hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan frekuensi

(17)

8

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Frekuensi Perilaku Merokok

Perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan individu antara individu satu

dengan individu yang lain dan bersifat nyata (Sarwono, 2000). Perilaku terbentuk

karena adanya sikap dalam diri seseorang terhadap objek.Perilaku pada hakikatnya

merupakan tanggapan atau balasan terhadap rangsangan (Watson dalam Sarwono,

2000).

Brigham (1991) menyatakan bahwa perilaku merokok bagi remaja merupakan

perilaku simbolisasi.Simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan dan daya tarik

terhadap lawan jenis. Di sisi lain, saat pertama kali mengkonsumsi rokok, gejala-gejala

yang mungkin terjadi adalah batuk-batuk, lidah terasa getir dan perut mual. Namun

demikian, sebagian dari para pemula tersebut mengabaikan perasaan tersebut, biasanya

berlanjut menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi ketergantungan.Ketergantungan ini

dipersepsikan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasan psikologis.

Perilaku merokok pada remaja umumnya semakin lama akan semakin

meningkat sesuai dengan tahap perkembangannya yang ditandai dengan meningkatnya

frekuensi dan intensitas merokok, dan sering mengakibatkan mereka ketergantungan

nikotin (Leventhal&Cleary dalam Mc Gee, 2005). Frekuensi mungkin cara yang paling

sederhana untuk mencatat perilaku hanya dengan menghitung jumlah munculnya

perilaku tersebut, seperti halnya frekuensi merokok. Frekuensi merokok adalah jumlah

rokok yang dihisap dalam satuan batang per hari.Dari sini jenis perokok dapat dibagi

atas perokok ringan hingga perokok berat. Menurut Smet (1994) ada tipe-tipe perokok

(18)

9

batang rokok dalam sehari, perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam

sehari, sedangkan perokok berat bisa menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam

sehari.

Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

Seperti pendapat Smet (1994) mengatakan bahwa ada tiga faktor yang

mempengaruhi perilaku merokok, yaitu pertama faktor lingkungan sosial, dimana faktor

ini meliputi pengaruh dari teman sebaya, keluarga inti dan media. Faktor utama yaitu

adanya tekanan dari teman-teman sebaya dan pengaruh keluarga merupakan faktor

penentu kedua yang terpenting. Lingkungan yang menerima perilaku merokok

seseorang, maka orang tersebut akan mempertahankan perilaku merokoknya.

Sebaliknya bila lingkungan yang tidak dapat menerima perilaku merokok seseorang,

maka orang tersebut akan membentuk persepsi tentang sisi negatif merokok.

Faktor kedua yaitu faktor demografis, dimana semakin muda seseorang

merokok, maka semakin besar kemungkinan untuk merokok di kemudian hari dan jenis

kelamin berpengaruh pada perilaku merokok.Pada mulanya merokok hanya dilakukan

oleh kaum pria, tetapi seiringnya perkembangan jaman wanita juga ambil bagian dalam

perilaku merokok (Leventhal&Dhuyvettere dalam Smet, 1994).

Faktor ketiga yaitu sosio-kultural, dimana faktor ini meliputi kebiasaan budaya,

tingkat pendidikan dan penghasilan (Nainggolan, 1996).

Definisi Dukungan Sosial Keluarga

Setiap manusia membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupannya.

(19)

10

sosial pada umumnya menggambarkan mengenai peranan atau pengaruh yang dapat

ditimbulkan oleh orang lain yang berarti seperti anggota keluarga, teman, saudara, rekan

kerja.

R. Weiss (dalam Cutrona, 1994), mendefinisikan bahwa dukungan sosial

merupakan pertukaran interpersonal dimana salah seorang memberikan bantuan atau

pertolongan kepada yang lain. Dukungan sosial muncul karena adanya persepsi bahwa

terdapat orang-orang yang akan membantu apabila terjadi suatu peristiwa yang

dipandang akan menimbulkan masalah dan bantuan tersebut dirasakan dapat menaikkan

perasaan positif. Dukungan sosial tersebut dapat diperoleh dari keluarga, teman,

sahabat, pasangan hidup dan juga kelompok.Dukungan sosial mencakup dukungan

informasi berupa saran, nasehat, dukungan perhatian atau emosi berupa kehangatan,

kepedulian dan empati, dukungan instrumental berupa bantuan materi atau finansial dan

penilaian berupa penghargaan positif terhadap gagasan atau perasaan orang lain.

Namun, dukungan sosial yang dimaksud disini adalah dukungan sosial yang

berasal dari keluarga, karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan dan

perkembangan individu. Dalam keluarga individu mulai melakukan interaksi dengan

orang lain. Dukungan sosial juga disebut sebagai pemberian rasa nyaman baik secara

fisik maupun psikologis oleh keluarga kepada seseorang untuk menghadapi

masalah.Individu akan menjadikan keluarga sebagai tumpuan harapan, tempat bercerita,

dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan bila individu mengalami persoalan (Irwanto,

1991). Oleh karena itu seorang remaja tidak akan meninggalkan keluarganya secara

penuh tetapi mereka mendefinisikan ulang tentang bentuk hubungan mereka dengan

(20)

11

Aspek-Aspek Dukungan Sosial

Weiss (dalam Cutrona dkk, 1994) mengemukakan dukungan sosial ke dalam

enam bagian yang berasal dari hubungan dengan individu lain. Berikut merupakan enam

komponen dukungan sosial :

1.Reliable alliance (Ketergantungan yang dapat diandalkan)

Pengetahuan yang dimiliki individu bahwa ia dapat mengandalkan bantuan yang

nyata ketika membutuhkan. Individu yang menerima bantuan ini akan merasa tenang

karena ia menyadari ada orang yang dapat diandalkan untuk menolongnya dalam

menghadapi masalah.

2. Guidance (Bimbingan)

Dukungan sosial berupa nasehat dan informasi dari sumber yang dapat

dipercaya.Dukungan ini dapat berupa pemberian umpan balik atau suatu yang telah

dilakukan individu.

3. Reassurance of Worth (Pengakuan positif)

Dukungan sosial ini berbentuk pengakuan atau penghargaan terhadap

kemampuan dan kualitas individu (Cutrona dkk, 1984).Dukungan ini membuat individu

merasa dirinya diterima dan dihargai.

4.Attachment(Kerekatan)

Pengekspresian dari kasih sayang dan cinta yang diterima individu yang dapat

memberikan rasa aman kepada individu yang menerima.

5. Social Integration (Integrasi Sosial)

Dukungan ini berbentuk kesamaan minat dan perhatian serta rasa memiliki

(21)

12

6.Opportunity to Provide Nurturance (Kesempatan untuk mengasuh)

Dinyatakan bahwa dukungan ini berupa perasaan individu bahwa ia dibutuhkan

oleh orang lain.

Efek Dukungan Sosial Keluarga

Smet (1994) mengemukakan bahwa dukungan sosial memiliki dua model

peranan dalam kehidupan, yaitu model efek langsung (direct effect) dan model efek

penyangga (buffer effect). Dalam efek langsung dukungan sosial keluarga sangat

bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan tidak peduli banyaknya stres yang dialami

seseorang, karena efek dukungan sosial yang positif sebanding di bawah

intensitas-intensitas stres tinggi dan rendah. Misalnya, seseorang yang mendapat dukungan sosial

tinggi akan memiliki penghargaan diri yang lebih tinggi yang membuat mereka tidak

begitu mudah stres. Sedangkan dalam efek penyangga, dukungan sosial keluarga

mempengaruhi kesehatan dengan melindungi seseorang terhadap efek negatif dari stres

berat. Fungsi yang bersifat melindungi ini efektif bila seseorang menjumpai stres yang

kuat. Efek ini bekerja paling sedikit dengan dua cara. Pertama yaitu, individu dengan

dukungan sosial tinggi mungkin akan kurang menilai situasi penuh stres, misal mereka

tahu bahwa mungkin akanada seseorang yang dapat membantu mereka. Kedua yaitu,

individu dengan dukungan sosial tinggi akan merubah respon mereka terhadap sumber

stres. Kedua segi tersebut sangat mempengaruhi dampak sumber stres.

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan sosial

keluarga merupakan tindakan positif dari keluarga yang berfungsi memberi bantuan

melalui hubungan interpersonal yang dekat dan menimbulkan kenyamanan secara fisik

(22)

13

Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Frekuensi Perilaku Merokok Remaja Putri

Perilaku merokok adalah perilaku yang dilakukan individu sebagai suatu bentuk

memberi tanggapan terhadap stimulus dan dorongan, yang berasal dari diri sendiri, yaitu

adanya perasaan lebih baik secara fisik dan dalam memuaskan kebutuhan psikologis

maupun yang berasal dari lingkungan seperti tekanan-tekanan sosial.

Biasanya, mereka memperhatikan tindakan orang lain dan kadang mencoba

untuk meniru perlakuannya. Hal ini sebagai suatu proses yang terjadi pada remaja untuk

mencari jati diri dan belajar menjalani hidup. Namun, sangat disayangkan karena tidak

hanya kebiasaan yang baik saja yang ditiru, melainkan juga

kebiasaan-kebiasaan buruk, termasuk kebiasaan-kebiasaan merokok. Jika seseorang yang bukan perokok

ternyata hidup atau bekerja dengan seorang perokok, maka akan kemungkinan

terpengaruh merokok. Bisa jadi, seseorang yang bukan perokok akan mulai mencoba

merokok dan mungkin juga sebaliknya, yaitu perokok mengurangi frekuensi perilaku

merokok. Disadari maupun tidak, hal itu dilakukan sebagai upaya untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungan.

Perilaku merokok seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Namun

faktor yang sangat mempengaruhi yaitu faktor lingkungan teman sebaya, dimana faktor

ini individu mendapat tekanan dari teman- temannya sehingga mudah terpengaruh untuk

melakukan perilaku merokok. Meskipun individu memiliki dukungan sosial keluarga

yang tinggi tidak menjamin bahwa individu tidak akan melakukan perilaku merokok.

Kembali lagi kepada diri individu apakah mereka bisa membatasi diri mereka untuk

(23)

14

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jalan Butuh dan Klaseman Salatiga,

dan wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa dari remaja yang ditemukan

merokok awalnya mereka terpengaruh oleh lingkungan dimana pergaulan mereka

sehingga membuat mereka melakukan perilaku merokok. Pada ketiga remaja SMP

melakukan perilaku merokok karena merasa bosan dan merasa ingin tahu bagaimana

rasanya merokok. Dan mereka bisa menghabiskan 1 hingga 5 batang rokok dalam

sehari. Sedangkan pada remaja SMA bisa menghabiskan 8 batang rokok setiap harinya.

Mereka merokok saat berkumpul dengan teman- temannya. Tetapi sangat disayangkan

ada keluarga yang membiarkan remaja untuk melakukan perilaku merokok. Seharusnya

keluarga memberi pengawasan kepada remaja- remaja khususnya remaja putri untuk

tidak melakukan perilaku merokok. Pengawasan dalam pergaulannya sehingga remaja-

remaja ini tidak mudah terpengaruh oleh teman- temannya. Dalam interaksi sosial,

individu akan menyesuaikan diri dengan yang lain ataupun sebaliknya, sehingga

perilaku individu tidak dapat lepas dari lingkungan sosialnya.

Disini dukungan sosial keluarga berperan penting dalam menentukan dan

mengarahkan perilaku individu. Individu yang merokok diharapkan dapat menghentikan

atau mengurangi perilaku merokoknya. Peranan penting tersebut ditunjukkan dengan

kenyataan bahwa setiap individu selalu berusaha memperoleh keseimbangan dalam

dirinya. Dukungan sosial keluarga diharapkan mampu menunjang seseorang melalui

tindakan yang bersifat membantu dengan melibatkan emosi, pemberian informasi,

bantuan materi dan penilaian positif pada individu atas usaha yang telah dilakukannya.

Dukungan sosial inilah nanti yang diharapkan membantu individu memiliki keinginan

(24)

15

Hipotesis

Tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan

frekuensi perilaku merokok remaja putri.

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah dukungan sosial

keluarga dan yang menjadi variabel terikatnya adalah frekuensi perilaku merokok.

Definisi Operasional Variabel

Adapun definisi operasional dari variabel- variabel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Frekuensi perilaku merokok adalah jumlah rokok yang dihisap dalam satuan batang

per hari. Data diperoleh dalam 1 minggu terakhir sebelum data diambil yaitu mulai hari

Senin 4 April 2016 - Minggu, 10 April 2016.

2. Dukungan sosial keluarga adalah pertukaran interpersonal dimana salah seorang

memberikan bantuan atau pertolongan kepada yang lain. Dukungan sosial keluarga

diukur dengan menggunakan angket dukungan sosial yang disusun berdasarkan

aspek-aspek dukungan sosial didasarkan pada konsep teori yang dikemukakan R. Weiss

(dalam Cutrona 1994). Terdiri dari enam komponen yaitu Reliabel alliance, Guidance,

Reassurance of worth, Attachment, Social integration, dan Opportunity to provide

nurturance. Dengan 18 item unfavorable dan 18 item favorable sehingga di dalam

(25)

16

Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah remaja putri di Jalan Butuh dan Klaseman

Salatiga yang masuk pada kategori perokok ringan, sedang atau berat. Pengambilan

subjek pada Jalan Butuh dan Klaseman Salatiga di dapat dari info yang diperoleh bahwa

di daerah situ terdapat beberapa remaja putri yang merokok. Dengan sampel sebanyak

79 remaja putri yang berusia 15-19 tahun. Teknik pengambilan sampel dengan

menggunakan Accidental Sampling.

Pengumpulan Data dan Alat Ukur

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan skala pengukuran psikologis, yang terdiri dari Skala Dukungan Sosial

dan Data Frekuensi Perilaku Merokok. Sebelum dilakukan uji coba dengan menghitung

daya diskriminasi (r = ≥ 0,30) dan reliabilitasnya (semakin mendekati r = ≥0,30, maka

semakin baik).

Analisis Data

Data penelitian yang diperoleh akan di analisis dengan menggunakan uji korelasi

Spearman untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara variabel bebas (dukungan

sosial keluarga) dan variabel terikat (frekuensi perilaku merokok). Skala dukungan

sosial yang terdiri dari 36 item, yaitu item favorable diberi skor 4, 3, 2, 1, sebaliknya

pada item unfavorable diberi skor 1, 2, 3 , 4. Dan untuk frekuensi perilaku merokok

berupa data frekuensi merokok per hari yang akan di hitung oleh subjek. Untuk menjaga

keakuratan dan kemudahan pengolahan data digunakan teknik pengolahan data dari

(26)

17

1. Variabel Dukungan Sosial Keluarga

Variabel dukungan sosial keluarga memiliki skala yang berisi 36 item dengan

nilai berjenjang antara nilai 1 hingga nilai 4, dan memiliki mean sebesar 100,39

dengan standar deviasi 19,579 dan jumlah subjek (N) sebanyak 79 yang

memperoleh nilai empirik minimum sebesar 57 dan maksimum 141 (lihat tabel 1).

Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel dukungan sosial

keluarga, peneliti menggunakan 4 (empat) kategori yaitu rendah, sedang, tinggi dan

sangat tinggi. Maka skor hipotetik maksimum 4x36 item valid = 144 dan skor

minimum 1x36 item valid = 36, maka intervalnya adalah 27 (diperoleh dari

perhitungan Interval).

Norma kategorisasi hasil pengukuran Skala Dukungan Sosial dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2

Kategorisasi Pengukuran Skala Dukungan Sosial Keluarga

No. Interval Kategori Mean N Presentase

(27)

18

2 63 ≤ x<90 Rendah 23 29,11%

3 90 ≤ x<117 Tinggi 100,39 38 48,10%

4 117 ≤ x≤ 144 Sangat Tinggi 15 18,99%

Jumlah 79 100%

SD = 19,579, Min = 57 , Max = 141

Berdasarkan Tabel 2. di atas dapat dilihat bahwa 15 orang memiliki skor

dukungan sosial yang berada pada kategori sangat tinggi dengan presentase 18,99%, 38

orang memiliki skor dukungan sosial pada kategori tinggi dengan presentase 48,10%,

23 orang memiliki dukungan sosial yang berada pada kategori rendah dengan presentase

29,11% dan 3 orang berada pada kategori sangat rendah dengan presentase 3,80%.

Berdasarkan rata-rata dukungan sosial keluarga berada pada kategori tinggi. Skor yang

diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 57 sampai dengan skor

maksimum sebesar 141 dengan standar deviasi 19,579. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa dari kategorisasi dukungan sosial keluarga menunjukkan 38 remaja putri

memiliki dukungan sosial keluarga yang tinggi.

2. Variabel Frekuensi Perilaku Merokok

Berdasarkan pendapat Smet (1994) tentang frekuensi merokok per hari, maka dapat

di kategorikan sebagai berikut :

Kategori Jumlah Rokok Jumlah Partisipan %

Perokok Ringan 1-4 batang 42 53,16%

Perokok Sedang 5-14 batang 37 46,84%

(28)

19

Jadi, berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

partisipan ( 53,16%) ada pada kategori perokok ringan.

Uji Normalitas

Untuk uji normalitas sebaran skor digunakan uji One-Sample Kolmogorov-

Smirnov Test.

Normal Parametersa Mean 100.39 32.58

Std. Deviation 19.579 18.854

Most Extreme Differences Absolute .145 .102

Positive .053 .102

Negative -.145 -.067

Kolmogorov-Smirnov Z 1.288 .910

Asymp. Sig. (2-tailed) .073 .380

Berdasarkan hasil uji normalitas yang menggunakan Kolmogorov smirnov pada

tabel 4 diatas, dapat diketahui variabel Dukungan Sosial Keluarga memiliki nilai

Kolmogorov sebesar 1,288 dengan nilai signifikansi sebesar 0,073 (p>0,05), maka

distribusi data berdistribusi normal. Hal ini juga terjadi pada variabel Frekuensi Perilaku

Merokok yang memiliki nilai Kolmogorov sebesar 0,910 dengan nilai signifikansi

sebesar 0,380 (p>0,05), maka data Frekuensi Perilaku Merokok juga berdistribusi

normal.

Uji Linieritas

Uji Linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu variabel

bebas dan variabel terikat, untuk mengetahui apakah variabel bebas berhubungan

(29)

20

Tabel 5.

Hasil Uji Linieritas antara Dukngan Sosial Keluarga dengan Frekuensi Perilaku Merokok

Within Groups 5701.467 34 167.690

Total 27727.215 78

Dari hasil uji linieritas diperoleh nilai F(beda) sebesar 3,038 dengan signifikansi

sebesar 0,001 (p<0,05) yang menunjukkan hubungan antara dukungan sosial keluarga

dengan frekuensi perilaku merokok pada remaja putri adalah tidak linier.

Uji Korelasi

Hasil korelasi antara dukungan sosial keluarga dengan frekuensi perilaku

merokok pada remaja putri yang menggunakan analisis korelasi Spearman dapat dilihat

pada Tabel 6, berikut ini :

Tabel 6.

Hasil Uji Korelasi antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Frekuensi Perilaku Merokok

Correlation Coefficient 1.000 .156

Sig. (1-tailed) . .085

(30)

21

Frekuensi Perilaku Merokok

Correlation Coefficient .156 1.000

Sig. (1-tailed) .085 .

N 79 79

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara

dukungan sosial keluarga dengan frekuensi perilaku merokok remaja putri, sebesar

0,156 dengan signifikansi = 0,085 (p>0,05), yang berarti bahwa ada hubungan yang

tidak signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan frekuensi perilaku merokok

remaja putri.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang tidak

signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan frekuensi perilaku merokok. Dari

hasil perhitungan korelasi tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian

diterima.

Tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan

frekuensi perilaku merokok bukan hanya karena remaja kurang mendapatkan dukungan

sosial dari keluarga, tetapi ada kemungkinan besar remaja tersebut terpengaruh oleh

lingkungan maupun teman-temannya. Remaja putri tersebut dapat terpengaruh dengan

perkumpulan teman laki-laki maupun teman perempuan mereka yang memang memiliki

perilaku merokok, sehingga kemungkinan besar remaja tersebut akan terpengaruh untuk

berperilaku merokok. Hal ini sesuai dengan pernyataan Smet (1994) yang mengatakan

bahwa tekanan dari teman-teman sebaya merupakan faktor utama, sedangkan pengaruh

(31)

22

Berdasarkan teori model efek langsung (direct effect) dan model efek penyangga

(buffer effect) yang dikemukakan oleh Smet (1994), tentang model peranan dalam

kehidupan, peneliti menyimpulkan bahwa sebelum remaja-remaja ini terpengaruh oleh

lingkungan atau teman-teman mereka, maka dukungan sosial dari keluarga merupakan

salah satu tindakan positif yang berfungsi memberi bantuan melalui hubungan

interpersonal yang dekat dan menimbulkan kenyamanan secara fisik maupun psikologis

untuk membantu individu dalam menghadapi masalahnya yang membuat individu

mengalami stres, sehingga mereka tidak mudah terpengaruh untuk berperilaku merokok.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Irwanto (1991) yang menyatakan

bahwa individu akan menjadikan keluarga sebagai tumpuan harapan, tempat bercerita,

dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan bila individu mengalami persoalan.

Berdasarkan hasil analisa deskriptif dalam penelitian ini, diperoleh data bahwa

dukungan sosial keluarga sebesar 100,39% yang ada pada kategori tinggi, sedangkan

53,16% frekuensi perilaku merokok remaja putri berada pada kategori perokok ringan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok seseorang tidak hanya ditentukan oleh

kurangnya dukungan sosial keluarga tetapi kemungkinan besar akibat terpengaruh oleh

lingkungan dan teman-teman sebaya, karena di masa remaja sangat rentan sekali untuk

mudah terpengaruh. Dan dukungan sosial keluarga yang akan menjadi individu

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara hubungan antara dukungan sosial keluarga

dengan frekuensi perilaku merokok remaja putri. Dari hasil penghitungan menunjukkan

(32)

rata-23

rata sebesar 100,39 yang berada pada kategori tinggi, dan 53,16% data frekuensi

perilaku merokok remaja putri berada pada kategori perokok ringan.

Saran

1. Bagi Remaja

Mengikuti sebuah sosialisasi tentang rokok dan bahaya rokok secara berkala

2. Bagi Keluarga

Keluarga terus berperan dalam mengawasi, membimbing dan menjaga remaja

dalam pergaulan mereka, serta selalu menjaga komunikasi dengan baik.

3. Bagi Sekolah

Membuat sanksi yang lebih tegas untuk murid yang merokok di lingkungan

sekolah serta mengadakan sosialisasi tentang rokok dan bahaya rokok secara berkala

agar timbul kesadaran dalam diri masing-masing untuk berhenti ataupun tidak mencoba

untuk merokok.

4. Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai data awal bagi

penelitian selanjutnya mengenai frekuensi perilaku merokok seseorang tidak dilihat dari

dukungan sosial keluarga yang tinggi atau rendah, tetapi adanya faktor lain yang dapat

(33)

24

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, M.E.R. (1997). Fenomena Wanita Merokok. Skripsi (tidak diterbitkan),

Yogyakarta:Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Atkinson, R.L., Atkinson, RC., Hilgard,s E.R. (1999). Pengantar Psikologi, Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Brigham, C.J., (1991). Social Psychology. Boston:Harper Collins Publisher, Inc.

Cutrona, C.E & Russell, D. (1987). The provisions of social relationship and adaptation to

stress. Advances in personal relationships, I, 37-67. Greenwich CT:JAI Press.

Dhoranty, N. (2006). Hubungan Dukungan Sosial Orang Tua Dengan Penyesuaian Sosial Pada

Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan) Salatiga:Fakultas Psikologi Universitas

Kristen Satya Wacana.

Hurlock.E.B. (1996).Perkembangan Anak, Jilid II (terjemahan:Istiwidiyanti& Meitasari

Tjandrasa). Jakarta:Erlangga.

Irwanto, dkk.(1991). Psikologi Umum. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Komalasari, D. & Helmi, A.F., (2008). Faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, 2. Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada.

Mangku, S. (2000).Kekhususan Rokok Di Indonesia. Jakarta:PT. Gramedia.

Mc Gee, dkk. (2005). Is Cigarette Smoking Associated With Suicidal Ideation Among Young People?:The American Journal of Psychology. Washington.

Nainggolan, R.A. (1996). Anda Mau Berhenti Merokok? Pasti Berhasil.

Bandung:IndonesiaPublishing House.

Narulita, E.F. (1996). Harga diri pada remaja Pria ditinjau dari Perilaku merokok di SMU Don

Bosco dan SMU Santo Michael. Skripsi: Semarang, Universitas Katolik

Soegijapranata.

Pramadi, A. (1996). Blibiotherapy.Anima. 12 (45), 97-99.

Sarafino, E.P. (1990). Health Psychology:Biopsychosocial Interaction. Canada:John Wiley

and Sons, Inc.

Sarwono, S.W. (2000). Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Sitepoe, (1997). Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta:PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta:PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Stewart, A. C. and Koch, J.B. (1983). Children Development Through Adolescence.

Canada:John Willey and Sons, Inc.

Tandra, H. (2003). Merokok dan kesehatan. Jakarta:Kompas.

Gambar

Tabel 2
Tabel 4. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Tabel 6. Hasil Uji Korelasi antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Frekuensi Perilaku

Referensi

Dokumen terkait

Neneng Santi Purnama Sari (2015), Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Snowball Throwing Pada Pokok Bahasan Masalah-Masalah Sosial Di Lingkungan Setempat Untuk

Our data (Table 2) showed that water fraction, butanol and ethyl acetate fraction of velvet bean seeds decreased platelet aggregation (as an antiplatelet activity) probably due

Untuk memperoleh keunggulan daya saing secara global, puskesmas dituntut mampu memberikan pelayanan yang berkualitas dengan harga yang wajar bersaing dimana tujuan utama

Asam lemak yang diperoleh dari minyak ikan lemuru akan dioksidasi dalam mitokondria sehingga menghasilkan energi metabolik yang lebih baik, ketika digestibility meningkat, maka

Penambahan Aclinop pada ransum komersial yang digunakan dalam penelitian ini dapat menurunkan jumlah ookista Eimeria spp.. pada tinja ayam ras pedaging dibanding

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan dan kelulushidupan ikan sidat setelah pemberian pakan alternatif dengan berbagai proporsi dan untuk mengetahui

Pergerakan yang terjadi pada sisi rubik dapat terbagi atas pergerakan searah jarum jam sejauh 90 0 yang dinotasikan dengan + dan pergerakan berlawanan dengan arah

Penelitian ini mencakup empat studi kasus: (1) konflik antara pedagang kaki lima “Paguyuban Pesona Pasar Burung Semarang (P3BS) dan Paguyuban Pedagang Pasar Burung Karimata