• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Stigma "Illegal" Rokok, dan Kompleksitas Relasi di Dalamnya D 902007011 BAB IX

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Stigma "Illegal" Rokok, dan Kompleksitas Relasi di Dalamnya D 902007011 BAB IX"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 9

Kesimpulan

Di era ekonomi global persaingan industri semakin ketat. Peran teknologi informasi sangat besar yang menyebabkan cakupan wilayah produksi dan pemasaran barang dan jasa tidak dapat dibatasi dengan batas administrasi kewilayahan. Usaha/industri dengan mudah dapat dikenal di seluruh dunia dengan media yang tersedia.

Kinerja industri semakin efisien karena bukan lagi sebagai usaha yang kaku dan formal tetapi menjadi perusahaan yang fleksibel dan informal. Pelaku usaha memiliki banyak kesempatan untuk membagi aktivitas dengan perusahaan lain, memenuhi ketersediaan bahan baku, mendesain pasar dan mendekati konsumen.Perusahaan dan industri melakukan desentralisasi sedemikian rupa agar dapat menghadapi persaingan dengan kinerja yang efisien.

Salah satu industri yang mengglobal adalah industri rokok. Persaingan yang sedemikian ketat menuntut adanya perubahan yang sangat signifikan, bukan hanya cara produksi dan pemasaran menjadi suatu sistem yang fleksibel, tetapi kelembagaannya berubah dari yang formal dan kaku menjadi industri berbasis jaringan yang fleksibel dan informal.

Oleh karena itu sekalipun industri menghadapi tekanan dalam persaingan sedemikian kuat tetapi industri rokok Indonesia masih dapat bertahan. W alaupun secara individu pabrik, rokok merupakan produk yang mengalami pasang surut.

(2)

pemerintah sebagai sumber pendapatan menambah tekanan yang dihadapi industri rokok.

Rokok, oleh sebagian masyarakat dianggap merugikan kesehatan dan sebagian lain mendukung karena manfaat secara ekonomi, sosial dan budaya yang dirasakan sejak lama. Rokok, adalah bagian hidup dan kehidupan masyarakat. Industri menghadapi tekanan masyarakat yang kontroversial karena perspektif yang berbeda.

Sebagai produk global, rokok menghadapi tekanan industri sejenis dan industri pengganti dalam skala global. Rokok, masih sangat

potensial mendatangkan keuntungan sebagai komoditas dan

kontroversinya mendorong munculnya inovasi produk yang

menghasilkan semakin banyak varian rokok dan semakin banyak produk pengganti rokok oleh industri pendukung maupun terkait.

Besarnya tekanan mendorong sebagian pabrik untuk

melakukan berbagai kreativitas dan rekayasa sebagai bagian dari inovasi. Berbagai kepentingan yang diperhadapkan pada pabrik dan industri bagi sebagian sangat menyulitkan dan sebagian sangat menantang. Industri rokok tidak dapat memuaskan kepentingan semua pihak.

Kapasitas yang terbatas bagi sebagian pabrik menyebabkan inovasi yang dilakukan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan pemerintah. Kondisi ini menyebabkan pemerintah berhadapan dengan industri, dan mendorong munculnya stigma “illegal”. Sekalipun demikian pada saat yang bersamaan industri masih mendapatkan dukungan dari masyarakat yang tidak mempersoalkan apakah rokok “illegal” atau “legal”.

Sekalipun Dibenci, Tetapi Selalu Dirindukan

(3)

barang ekonomi, tetapi sekaligus sebagai barang “image” yang memiliki

“makna” sebagai “symbol” bagi para penyukanya. Bahkan rokok

merupakan komoditas politik tingkat tinggi yang melibatkan negara adikuasa dalam bisnis.

Pertentangan oleh para pihak menjadi suatu ancaman sekaligus sebagai tantangan. Seluruh karakter manusia ada dalam diri para pelaku dan stake holder yang mempertemukannya dalam kontroversi yang berkepanjangan. Kontroversi rokok baru akan berhenti ketika manusia lenyap dari muka bumi, dan berarti budaya manusia sudah tidak ada lagi.

Rokok adalah bagian hidup dan kehidupan manusia, sekalipun negara melarangnya tetapi negara yang sama juga mengakui manfaat yang telah diberikan. Rokok bukan masalah aturan tetapi masalah rasa dan bagian kehidupan. Ketika aturan dibuat tidak menggunakan rasa maka hanya akan menjadi suatu keniscayaan. Kehidupan yang memberi hidup harus dipertahankan agar hidup terus berlangsung. W alaupun dengan cara yang berbeda, rokok adalah produk yang dibenci dan sekaligus dirindukan.

Kontroversi dan I novasi

Dengan berbagai kontroversi yang dihadapi, rokok semakin berkembang. Bukan hanya karena pelaku usahanya yang memiliki ketangguhan sedemikian rupa untuk melakukan negosiasi yang memuaskan semua pihak tetapi rokok adalah produk yang mendatangkan kesenangan ketika dikonsumsi. Sehingga ketika produk lain dibenci dan hancur, tetapi rokok yang dibenci pada saat yang sama menimbulkan kesenangan. Kesenangan akan mendorong kebencian menjadi suatu rasa sayang yang lebih besar.

Karakteristik rokok sebagai produk yang memiliki

(4)

image dan symbol yang melekat pada produk dan sekaligus mengalami

proses transformasi nilai kepada para penyukannya. Kontroversi, sekaligus ajang untuk melakukan inovasi. Ketika kontroversi berakhir, maka inovasi tidak diperlukan lagi, karena seluruh penyukanya telah berada pada loyalitas yang tidak tergoyahkan atau rokok tidak lagi memiliki daya tarik.

Upaya untuk menghentikan semua bentuk inovasi produk dan pasar untuk menciptakan pasar baru, bukan dilakukan dengan intervensi kebijakan. Kebijakan yang mengakomodasi salah satu pihak dalam kontroversi yang terjadi tidak akan efektif dan justru akan menimbulkan dampak yang tidak diperhitungkan. Kontroversi yang semakin menekan industri rokok akan mendorong inovasi bahan baku,

produk dan pasar semakin besar.

Kebijakan harus visioner , dengan mengutamakan kepentingan

nasional dan masyarakat, bukan sebaliknya mengutamakan

kepentingan asing dan mengorbankan kepentingan masyarakat secara nasional.

Kebijakan IHT rokok adalah kebijakan yang harus

mengakomodasi kompleksitas dan kontroversi yang terjadi. Industri dan pabrik rokok melibatkan masyarakat banyak, sekalipun tidak terlibat dalam industri secara langsung (tenaga kerja). Tetapi industri rokok berbasis jaringan yang melibatkan rantai, sejak bahan baku sampai pemasaran. Sejak hulu sampai hilir, sehingga kebijakan ditetapkan harus by design bukan hanya by accident.

Secara ontologis, temuan ini menjadi bagian dari kontribusi terhadap pihak-pihak dalam industri dan pabrik serta rantainya yang ditekan dan disudutkan karena stigma rokok “illegal” dan proses illegalisasinya. Rokok adalah produk berbasis masyarakat. Eksistensi masyarakat baik sosial, budaya dan spiritual embedded pada para aktor dalam rantai produksi dan pemasaran.

(5)

kebijakan industri rokok tidak hanya berubah menjadi network

enterprise tetapi juga terjadi “moving industry” dalam realitasnya.

Edukasi masyarakat lebih penting. M emperhatikan hak asasi masyarakat yang saling bertentangan secara proporsional dan konsekuen akan mengurangi konflik horizontal dan konflik vertikal dalam masyarakat. Apapun yang terjadi, ada atau tidak adanya tekanan yang dihadapi pelaku usaha (pabrik dan industri) jika pengusaha berhasil menciptakan pasar bagi produknya maka pengusaha akan lebih fokus melakukan inovasi produk dan pasar secara terintegrasi.

Nilai-nilai lokal dapat terus dikembangkan untuk mengadapi nilai global yang kapitalistik tetapi tidak berakar pada masyarakat. Kepentingan nasional menjadi tujuan utama agar kapitalis global tidak menguasai investasi nasional seperti yang telah terjadi saat ini pada hampir semua produk industri Indonesia, dan menghilangkan nilai-nilai kearifan lokal yang tidak dipahami dan bertentangan dengan nilai-nilai global.

Kebijakan yang menekan sisi penawaran tidak akan pernah menyelesaikan masalah, bahkan justru menimbulkan masalah baru.M engembangkan daya saingnya justru lebih bijaksana dengan menggunakan pajak sebagai insentif.

Desain kelembagaan industri rokok sudah pro pasar tetapi belum pro kebijakan. Karena kebijakan disusun dengan menggunakan paradigma industri lama yang masih konvensional. Padahal industri rokok telah menjadi industri modern, berbasis jaringan dan fleksibel. Sehingga perspektif pemerintah tidak sama dengan kondisi riil industri.

Industri rokok terdiri dari pabrik berskala rumahan sampai pabrik dengan skala global. Permasalahan yang dihadapi pada skala pabrik secara individu berbeda dengan industri. Kecenderungan untuk menyederhanakan masalah hanya akan menambah permasalahan baru. Faktanya permasalahan yang dihadapi industri rokok sangat kompleks.

Keselarasan dan keharmonisan kelembagaan negara (peraturan,

(6)

kelembagaan yang tumbuh di industri dan bahkan pada skala pabrik dan industri.

Affirmatif action negara terhadap komunitas pabrik rokok

perlu diberikan, agar pengusaha rokok berdaya saing. Karena membangun industri yang berdaya saing lebih bijaksana daripada hanya mengatur dengan kebijakan yang ambigu, mengintervensi untuk kepentingan yang bersifat dualisme dan pada akhirnya hanya melemahkan daya saing.

M embiarkan industri menghadapi seleksi secara alamiah lebih bijaksana daripada membinasakan dengan tujuan yang tidak jelas, dan cenderung hanya menguntungkan pihak asing.

Lahirnya berbagai kebijakan yang ambigu, tidak konsisten dan diskriminatif hanya akan mendorong munculnya perilaku opportunis. Perilaku opportunis akan menyebabkan munculnya biaya transaksi yang menyebabkan industri dalam kondisi tidak efisien, dan tidak memiliki daya saing.

Pada level mikro, keberagaman industri rokok dengan skala yang berbeda tidak perlu didorong untuk menjadi besar semuanya, karena masing-masing memiliki pangsa pasarnya sendiri-sendiri. Sebaiknya didorong untuk mengembangkan modal sosial, budaya dan modal spiritual selain modal ekonomi agar dapat mengeliminir biaya transaksi yang muncul dalam hubungan yang saling menguntungkan

(bounding).

Pada level meso, pandangan negara dan kepentingan yang saling berbenturan membingungkan masyarakat industri. Dampaknya terjadi kontra produktif, pengendalian produksi, distribusi dan konsumsi rokok berhadapan dengan penyebaran pabrik rokok baru, di berbagai daerah sebagai bentuk coping industri terhadap kondisi persaingan, respon tekanan masyarakat dan implementasi kebijakan yang diskriminatif. Terjadi “moving industry”dalam industri rokok.

(7)

lingkungannya lebih menguntungkan. M asyarakat menjadi bijaksana dan dapat memilih mana yang baik dan mana yang tidak baik bagi dirinya termasuk terhadap persepsi rokok yang merugikan kesehatan. Sehingga berdampak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat dan kesejahteraannya.

Perlu komitmen bahwa konsep dan pendekatan NIE dapat

digunakan untuk mempertimbangkan, mengakomodasi dan

mengembangkan hubungan antara industri dan negara yang memiliki perspektif yang sama sehingga kepentingan nasional menjadi hal yang lebih utama.

Penelitian Yang Akan Datang

Keterbatasan penelitian saat ini sangat direkomendasikan untuk menjadi peluang penelitian yang akan datang, agar dalam mengkaji problematika industri rokok dan maraknya rokok “illegal” semakin sempurna. Penelitian yang mengkaji faktor masyarakat akan semakin melengkapi hasil penelitian ini dan akan dapat dimanfaatkan oleh para penentu kebijakan di bidang rokok di masa yang akan datang.

Terkait dengan persaingan, misalnya dampak persaingan global terhadap struktur industri rokok di Indonesia. Dari sisi kebijakan, dapat dilihat dampaknya terhadap ekonomi sebagai suatu sistem, dalam rantai produksi maupun pemasaran. Dari sisi kelembagaan, bagaimana dampak perubahan kelembagaan industri rokok terhadap pekerja. Berbagai penelitian yang mendukung fakta keberatan kelompok masyarakat dengan alasan yang berbeda.

Rokok akan terus menjadi produk yang kontroversi, sehingga akan terus ada topik penelitian yang baru yang dibutuhkan untuk menjadi solusi bagi kelompok yang berbeda kepentingan.

Rokok “illegal”, adalah dampak tetapi juga sebagai bentuk

coping agar tetap dapat survive. Di sisi lain rokok “illegal” adalah

(8)

Rokok “illegal” adalah stigma yang diberikan pemerintah karena kepentingannya. Di lapangan, masih banyak produk “illegal” lain yang beredar di pasaran yang lebih merugikan dibanding rokok, dan belum mendapat perhatian. Oleh karena itu hasil penelitian tentang rokok “illegal”ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan.

M engkaji kompleksitas industri rokok dari perspektif yang berbeda menggunakan pendekatan yang berbeda sangat diperlukan agar saling melengkapi, dan memberikan gambaran yang jelas dan komprehensif pada pihak yang berkepentingan untuk menentukan kebijakan IHT rokok khususnya dan kebijakan yang terkait dengan industri rokok sebagai bagian dari sistem ekonomi.

Dampak kebijakan tarif tunggal cukai yang segera akan diberlakukan akan berdampak terhadap jumlah dan struktur pabrik.

Referensi

Dokumen terkait

Besarnya plantloon atau upah tanam pada tanaman tembakau gupernemen yang diterima oleh petani tembakau ini sangat kurang sekali untuk mencukupi kebutuhan hidup,

Kusen bagian bawah dibuat agak tinggi agar orang melangkah agak tinggi ketika memasuki ruangan, sehingga seng ch’i dari ruang dalam bisa membersihkan sha ch’i

Desentralisasi dan otonomi daerah sebagai perwujudan demokrasi, Good Governance, adalah landasan pemerintahan yang tidak dapat ditawar lagi.. Check and Balance antara

Dengan cara yang sama spektra pada puncak nomor 2 Spektrum ditampilkan pada gambar 4a, sedangkan spektrum referensi data base Wiley ditampilkan pada gambar 4b

Hal ini dikarenakan semakin berkurangnya tepung komposit dan semakin bertambah prosentase tepung labu kuning maka kadar air dalam bahan fortifikasi semakin meningkat dan

Dari hasil-hasil pengamatan terhadap pendekatan tradisional yang dianggap mempunyai banyak kekurangan, para ahli mulai menggunakan pendekatan berorientasi pemakai dalam temu

Sebagai contoh, dalam temu kembali dengan pendekatan tradisional interaksi pemakai dan perantara dapat dikatakan hampir tidak ada; Hampir senada hal tersebut, dalam

12.1 Doku men Kualifikasi dimasu kkan dalam sampul pen utup dan ditulis “Dokumen Ku alifikasi” dan n ama paket pekerjaan, nama dan alam at peserta, ser ta