• Tidak ada hasil yang ditemukan

M01915

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " M01915"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan ketergantungan industri tepung nasional terhadap bahan baku impor tersebut yaitu diversifikasi pangan nasional dengan memanfaatkan bahan pangan alternatif berupa tepung alternatif. Tepung sukun yang berbahan baku lokal merupakan salah satu bahan alternatif untuk mengatasi permasalahan ketergantungan industri tepung Nasional sekaligus menambah nilai ekonomis dari sukun. Sukun atau Brea d Fruit merupakan tanaman pangan alternatif di Indonesia sejak tahun 1920, pada awal tanaman ini tidak banyak ditanam orang, namun sekarang sudah cukup populer karena dapat diolah menjadi berbagai produk makanan terbuat dari sukun misalnya: sukun goreng, getuk sukun, kolak sukun, ca ke sukun, mie sukun, klepon sukun, dodol sukun, bola sukun, dan tape sukun (Santoso,2010).

Labu Kuning (Cucurbita moscha ta Durch.) merupakan sumber vitamin A dan C, mineral, serta karbohidrat. Daging buah labu kuning (Cucurbita moscha ta Durch.) sangat kaya akan antioksidan yang berperan sebagai penangkal radikal bebas (Boham, 2015). Tepung labu kuning mengandung karbohidrat penelitian ini bertujuan menghasilkan roti tawar dari tepung fortifikasi labu kuning (Cucurbita mochata Durch.) terhadap tepung komposit terigu dan sukun serta menganalisa nilai gizi tepung tersebut 77,65%, protein 5,04%, lemak 0,08%, serat kasar 2,90%. Dengan kandungan

β-karoten (provitamin A)-nya yang tinggi, tepung labu kuning sangat baik digunakan sebagai bahan fortifikasi sehingga dapat menambah nilai gizi (Widowati dkk., 2001 dalam Boham, 2015). Data WHO (2006) menunjukkan bahwa sebanyak 1,7 % wanita Indonesia usia 15 – 49 tahun cenderung menderita xeroptha lmia yaitu kondisi mata kering yang berlanjut pada kebutaan. Dari latar belakang masalah tersebut maka Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan roti tawar dari tepung Tersulaku (terigu,sukun dan labu kuning) sekaligus menganalisiss nilai gizi tepung Tersulaku.

METODE Alat dan bahan

Bahan yang digunakan dalam Penelitian ini adalah buah sukun yang diperoleh dari pasar tradisional Salatiga dan Kudus sedangkan labu kuning di dapatkan di pasar Salatiga. Bahan kimia yang digunakan antara lain tepung terigu, tepung sukun ,dan tepung labu kuning, air, insta nt yea st, garam halus dan gula pasir, mentega putih, brea d improver . Bahan yang digunakan untuk analisiss adalah NaOH, H2SO4, HCl (0,1 N), K2SO4, CaSO4, aquades, asam borat, heksan, etanol 96%; Natrium thiosulfat; Luff Schrool; NH4OH; KI 5%, AgNO3; asam sitrat dan metanol, indikator Metil Biru (MB), dan eter.

Alat yang digunakan adalah, mousture a na lyzer (MB25 Corp., USA), muffle furna ce, wa terba th, oven, desikator, buret, soxhlet, spektrofotometer UV-VIS Shimatzu (1240 made in Japan), neraca analitis 4 digit (Oha us Pioner Ba la nce PA214 Corp., USA), neraca analitis 2 digit (Oha us TAJ602, Oha us Corp., USA) dan peralatan gelas.

Pembuatan Tepung Tersulaku

Labu kuning dikupas kulitnya dan dibersihkan dari bijinya, kemudian diiris tipis-tipis dalam keadaan masih basah. Kemudian irisan tersebut ditata dalam loyang, dan dikeringkan dengan drying ca binet pada suhu 50oC selama 15 jam. Labu kuning yang sudah kering diayak dengan ayakan 60 mesh. Sukun dikupas kulitnya, dicuci bersih, direndam beberapa menit, kemudian diiris tipis-tipis dengan basah. Kemudian irisan tersebut di kukus ± 10-20 menit setelah dikukus baru ditata dengan rapi didalam loyang, dikeringkan kedalam drying ca binet, dengan suhu yang sama, lalu diayak tepung dengan menggunakan ayakan 60 mesh (Anggrahini dkk, 2006).

Pembuatan Roti Tawar Tersulaku

(3)

mengembang selama 1 jam, adonan dipanggang dengan api sedang selama 30 menit dengan 1900C (Andini 2009 dan Hardoko dkk, 2010).

Tabel 1. Formulasi Roti Tawar dari Tepung Sukun pada Penelitian Tahap Satu (berdasarkan % dalam gram total berat tepung)

Bahan Kadar bahan (% dalam gram) pada formula

A1 A2 A3 A4 A5 A6

Tepung Terigu 100 95 90 85 80 75

Tepung sukun 0 5 10 15 20 25

Air 60 60 60 60 60 60

Ragi Instan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Gula pasir 8 8 8 8 8 8

Shortening 15 15 15 15 15 15

Garam 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5

Brea d improver 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Sumber: (Hardoko dkk.,2010 dan Andini,2009).

Analisis Proksimat

Analisis proksimat dilakukan terhadap kadar air mengunakan metode mousture a na lyzer (MB25 Corp., USA) (Sudarmadji dkk, 1997), kadar abu mengunakan metode muffle furnace (AOAC 2003), kadar Protein mengunakan metode Kjelda hl (Sudarmadji dkk., 1984), karbohidrat mengunakan metode Luff Schoorl (Sudarmadji, 1984), kadar lemak mengunakan metode Soxhlet (AOAC 2003), serat kasar (AOAC 1990),

Analisis β-karoten

Ditimbang 2 g sampel, ditambahkan 5 g KOH dan etanol 10% sampai 50 mL,

kemudian

direflux pada suhu 70-80

o

C selama 30 menit dalam

waterbath. Setelah dingin, sampel

disaring dengan menggunakan kertas saring, endapan dicuci dengan 20 ml etanol panas 95%,

lalu disaring lagi.

Erlenmeyer dicuci dengan 30 mL eter, filtrat disatukan. Filtrat diekstraksi

dengan 50 mL akuades dan ditambahkan 10 mL larutan NaCl jenuh digunakan corong pisah.

Lapisan etanol dan akuades dibuang dan diesktrak kembali dengan 25 ml eter. Larutan eter

yang mengandung beta karoten campur dengan larutan eter hasil saringan sebelumnya,

campuran dicuci dengan 50 ml akuades, 20 ml eter dan 10 ml NaCl jenuh. Selanjutnya semua

lapisan akuades dibuang. Ekstrak dipindahkan ke dalam labu takar 25 mL melalui

penyaringan yang diberi bubuk Na2SO4 anhidrat, kemudian digenapkan dengan larutan eter.

Absorbansi sampel diukur pada panjang gelombang 450 nm. Kadar

β-karoten

dalam sampel

dihitung berdasarkan total karoten.

Penentuan kuantitatif β-karoten menggunakan metode spektrofotometer UV pada panjang gelombang 45 nm (AOAC, 1999 yang dimodifikasi dalam Ninan dkk, 2012).

Analisa Data

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 2 di bawah ini menunjukkan kadar gizi tepung yang terfortifikasi bebagai konsentrasi penambahan tepung labu kuning.

Tabel 2. Kadar Gizi (% ± SE ) Prosentase Penambahan Tepung Labu Kuning (%) pada tepung Komposit Terigu dan Sukun.

Prosentase Penambahan Tepung Labu Kuning (% )

0 5 10 15 20 25

Kadar

Air 9,25 ± 0,80 10,22 ± 0,83 10,44 ± 0,82 11,50 ± 0,92 12,0 ± 0 13,0 ± 0

w =0,95 (a) (b) (b) ( c ) (c) (d)

Kadar

Abu 1,08± 0,21 1,29± 0,04 1,56 ± 0,09 1,77± 0,05 2,41 ± 0,14 2,55± 0,17

w = 0,81 (a) (a) (b) (c) (d) (d)

Keterangan : *w = BNJ 5 % ** Angka-angka yang dikuti oleh huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak beda nyata, sedangkan angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama menunjukkan antar perlakuan berbeda nyata

Berdasarkan Tabel 2 kadar air tepung tersulaku sebesar 9,25 ± 0,80 % sampai dengan 13,0 ± 0%. Hasil penelitian ini hasil penelitian dari Hendrasty (2003) yang menyatakan bahwa labu kuning segar memiliki kandungan air sebesar 91,20 g dalam 100 g bahan, sedangkan untuk tepung labu kuning memiliki kandungan air sebesar ± 13 %. Uji BNJ 5% menunjukkan ada perbedaan yang nyata antar kelompok perlakuan.

Pada Tabel 2 terlihat bahwa penambahan tepung labu kuning berpengaruh terhadap kadar air tepung Tersulaku. Semakin tinggi Pposentase tepung labu kuning maka semakin tinggi kadar air dari tepung Tersulaku. Peningkatan jumlah air dapat mempengaruhi laju kerusakan bahan pangan oleh perubahan mikrobiologis dan kimiawi (Rahman dkk., 2011). Menurut Safriani dkk.(2013) dan See dkk.(2007) dalam Putri (2007), tepung sukun dan tepung labu kuning sama-sama memiliki kapasistas penyerapan air yang lebih tinggi dibanding dengan tepung terigu. Hal ini dikarenakan semakin berkurangnya tepung komposit dan semakin bertambah prosentase tepung labu kuning maka kadar air dalam bahan fortifikasi semakin meningkat dan daya penyerapan akan semakin meningkat, oleh karena itu labu kuning mengandung pektin yang mampu mengikat air lebih baik dari pada pati dalam tepung terigu. Meskipun sudah dibuat dalam bentuk tepung, pektin dalam tepung labu kuning tidak rusak, bahkan masih dapat mengikat air dengan baik (Lestario dkk., 2012). Menurut Ratanasari dkk. (2015), kadar air biskuit semakin tinggi seiring pertambahan proporsi tepung labu kuning yang ditambahkan karena tepung labu memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi yaitu sebesar 68,72 % terdiri dari pati yang jumlahnya sebesar 14.23%.

(5)

Tabel 3 di bawah ini menunjukkan kadar gizi tepung yang terfortifikasi bebagai konsentrasi penambahan tepung labu kuning.

Tabel 3. Kadar Gizi (% ± SE ) Persentasei Penambahan Tepung Labu Kuning (%) pada tepung Komposit Terigu dan Sukun. perlakuan tidak beda nyata, sedangkan angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama menunjukkan antar perlakuan berbeda nyata

Penambahan tepung labu kuning juga berpengaruh terhadap kadar karbohidrat tepung Tersulaku. Semakin bertambah persentase tepung labu kuning, makin meningkat kadar karbohidrat tepung komposit Tersulaku (Tabel 3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada penambahan tepung labu kuning 25 % menghasilkan karbohidrat sebesar 49,86 ± 2,36%. Karbohidrat meningkat karena terjadi fortifikasi tepung labu kuning pada komposit terigu dan sukun. Menurut Astuti (2014), kadar karbohidrat dan kadar serat sangat bersignifikan, karena semakin tinggi subtitusi tepung sukun maka semakin tinggi pula kadar karbohidratnya sebaliknya semakin tinggi subtitusi tepung sukun memberikan pengaruh terhadap kenaikan kadar serat. Menurut Intan (2014), pada 25% tepung labu kuning menunjukkan kadar karbohidrat tertinggi secara sigfnifikan. Hal ini dikarenakan karbohidrat dalam tepung labu kuning juga cukup tinggi maka karbohidrat ini sangat berperan dalam pembuatan adonan pati (Hendrasty, 2003), sehingga semakin bertambah persentase tepung labu kuning maka kadar karbohidrat semakin meningkat.

Berdasarkan Tabel 3 protein merupakan zat makanan yang amat penting bagi tubuh karena zat ini selain berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengantur (Winarno,2002). Dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa purata kadar Protein tepung komposit terigu dan sukun dengan penambahan tepung labu kuning mengandung kadar Protein sebesar 12,30 ± 0,65%. Protein meningkat seiring meningkatnya persentase tepung labu kuning hal ini disebabkan kadar protein yang tinggi pula pada waluh 11,14% (Widowati,dkk., (2001) dalam Ramadhani,dkk., (2012) . Semakin tinggi persentase tepung labu kuning maka kadar protein dari tepung komposit juga semakin meningkat. Bila dilihat dari SNI 01-3751-2000, untuk kadar protein tepung terigu dalam 100 gram bahan yaitu maksimal 7% (Badan Standarisasi Nasional, 2009). Dengan demikian, kadar protein yang terdapat dalam tepung fortifikasi sukun dan tepung labu kuning tidak memenuhi standar. Hal ini disebabkan didalam tepung sukun dan tepung labu kuning telah memiliki kadar protein dengan nilai yang berbeda-beda. Jadi bila kedua tepung dicampurkan menjadi tepung fortifikasi maka kadar protein semakin meningkat, persentase semakin dinaiki maka kadar protein semakin meningkat pula.

(6)

dapat meningkatkan kadar protein. Menurut Arisandi (2012), semakin tinggi kadar protein labu kuning maka semakin baik kualitas produk yang di hasilkan dengan kadar protein ca ke sebesar 9,45 g.

Tabel 4 di bawah ini menunjukkan kadar gizi tepung yang terfortifikasi bebagai konsentrasi penambahan tepung labu kuning.

Tabel 4. Kadar Gizi (% ± SE ) Persentasei Penambahan Tepung Labu Kuning (%) pada tepung Komposit Terigu dan Sukun. perlakuan tidak beda nyata, sedangkan angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama menunjukkan antar perlakuan berbeda nyata.

Lemak merupakan polimer yang tersusun atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Lemak mempunyai sifat tidak larut dalam air. Struktur dasar lemak adalah triester dari gliserol yang dinamakan trigliserida. Kadar lemak tepung sangat berhubungan erat dengan ketahanan produk olahan yang berbahan dasar tepung terhadap ketengikan karena oksidasi lemak. Sehingga kandungan kadar lemak tepung sukun adalah 2,72. Kadar lemak tepung sukun cukup tinggi dibandingkan kadar lemak tepung terigu yang hanya 0,9% (Amarilia, 2013). Purata kadar lemak komposit terigu dan sukun dengan penambahan tepung labu kuning mengandung kadar lemak sebesar 1,52 ± 0,09 sampai dengan 2,35 ± 0,29. Dari Tabel 4 terlihat bahwa penambahan tepung labu kuning pada tepung komposit berpengaruh terhadap kadar lemak tepung Tersulaku, yaitu semakin meningkat kadar lemak.

Menurut Saroinsong dkk. (2015), semakin tinggi penambahan persentase bubur labu kuning dan bubur ketan maka kadar lemak berkisar 7,56 – 7,72%. Menurut Amarelia (2013) kadar lemak dalam bakpao lebih sedikit dibanding dengan adanya perbedaan perlakuan penambahan tepung sukun pada masing-masing kue. Kadar lemak yang tinggi pada tepung sukun juga mempengaruhi tingginya kadar lemak pancake dan bakpao. Menurut Purnamasari dkk. (2015), lemak fla ke talas meningkat seiring meningkatnya konsentrasi penambahan tepung labu kuning dan diikuti dengan menurunya proporsi tepung talas. Oleh sebab itu kadar lemak yang terdapat pada tepung labu kuning adalah 3,60% sedangkan lemak talas sebesar 0,91%. Semakin banyak persentase tepung labu kuning yang ditambahkan makan kadar lemak fla ke yang dihasilkan akan semakin meningkat.

(7)

Tabel 5 di bawah ini menunjukkan kadar gizi tepung yang terfortifikasi bebagai konsentrasi penambahan tepung labu kuning.

Tabel 5. Kadar Gizi (% ± SE ) Persentase Penambahan Tepung Labu Kuning (%) pada tepung Komposit Terigu dan Sukun.

Persentase Penambahan Tepung Labu Kuning (%)

0 5 10 15 20 25

β-karoten 0,28

±0,05 2,18 ±0,55

5,04 ±

0,0,37 5,72 ±0,26 10,81± 0,61

53,86 ± 0,98

w= 0,56 (a) (b) (c) (d) (c) (f)

Keterangan : *w = BNJ 5 % ** Angka-angka yang dikuti oleh huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan tidak beda nyata, sedangkan angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama menunjukkan antar perlakuan berbeda nyata.

Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa Purata kadar Beta-Karoten tepung komposit terigu dan sukun dengan penambahan tepung labu kuning mengandung kadar betakaroten sebesar 0,28 ± 0,05 % sampai dengan 15,86 ± 0.98%. Dari Tabel 5 terlihat bahwa penambahan tepung labu kuning pada tepung komposit berpengaruh terhadap kadar Beta-karoten tepung Tersulaku. Semakin bertambah persentase tepung labu kuning maka semakin meningkat meningkat kadar beta-karoten dari tepung Tersulaku. Menurut Intan (2014), kadar β-karoten labu kuning sebelum diolah sebesar 0,079 µg/g, labu kuning yang telah diolah mengalami penurunan kadar beta karoten sebelum di olah. Hal ini disebabkan pada proses pengolahan labu kuning menjadi tepung yang mengalami pemanasan setelah ditepungkan melalui proses pengolahan selanjutnya dengan pemanasan sehingga produk yang

mengalami pemanasan dengan suhu yang tinggi dapat mengurangi kadar β-karoten.

Menurut Lestario dkk. (2012), kadar β-karoten mie semakin meningkat dengan semakin meningkatnya penambahan tepung labu kuning sebesar 2,86% dan 15,51%. Menurut Safitry (2014)

β-karoten dari bubur instan dengan subtitusi tepung ikan gabus dan tepung labu kuning yang dihasilkan sebesar 12,77-26,08 mg/100g. Menurut Malithasari (2007), betakaroten roti tawar dengan penambahan berbagai konsentrasi tepung labu kuning sebesar 0,41±0,07 sampai dengan 10,77 ± 0,77.

Dari beberapa penelitian diatas, dapat diketahui bahwa kandungan β-karoten dalam tepung labu kuning dalam campuran tepung komposit cukup tinggi. Menurut Gintoe (2009), kandungan karotenoid total dalam bolu kukus tampa penambahan sari buah labu kuning adalah 1,154 µg/100 g berat basah sedangkan pada penambahan sari buah labu kuning dengan konsentrasi 50% adalah 3,1155 µg/100 g berat basah.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dirumuskan suatu kesimpulan sebagai berikut: Peningkatan nilai gizi dari tepung fortifikasi labu kuning terhadap tepung komposit ( tepung sukun dan terigu) yaitu kadar air 13,0 ± 0, abu 2,55± 0,17, karbohidrat 49,86 ± 2,36, protein

12,30 ± 0,65, lemak 2,35 ± 0,29, serat kasar 4,39 ± 0,29, β-karoten 15,86 ± 0,98.

Saran

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Amarilia, 2012. Penga ruh Pena mba ha n Tepung Sukun (Artoca rpus communis) seba ga i Ba ha n Pengga nti seba gia n Terigu pa da Pembua ta n Pa nca ke da n Ba kpa o

:http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/1514 [Diakses 2 September 2016].

Andini.S. 2009. Penga ruh Intensita s Penyina ra n Terha da p Degra da si Ka roten Wortel (Da ucus ca rota LINN) Seba gai Pewa rna Roti Ta war [ Tela a h Pema nfaata n Ka roten Sebaga i Pewarna Roti Ta wa r. Skripsi. Universita s Kristen Sa tya Wa ca na , Fa kulta s Sa ins da n Ma tema tika , Prodig Kimia .

Anggrahini, S. L., Ratnawati. 2006. Pengkayaan β - ka roten Mie Ubi Ka yu denga n Tepung La bu Kuning (Cucurbita ma xima Dulchenes). Majalah Ilmu dan Teknologi Pertanian. Staf Pengajaran Teknologi Pertanian UGM.

AOAC, 2003. “Officia l Methods of Ana lysis”. 17th ed. (2 revision). AOAC International,Gaithersburg, MD, USA.

AOAC, 1990. Official Methods of Analysis of The Associa tion of Officia l Ana lytica l Chemist. 15 th Ed. The Association Arlington. VA.

Arisandi. V. S. 2012.Uji Ka da r Protein da n Orga noleptik Pa da Ca ke La bu Kuning (Cucurbita mocha ta )Denga n Pena mba ha n Pewa rna Ala mi. Skripsi. Pendidika n Biologi. Fa kulta s Kegurua n da n Ilmu Pendidika n. Unversita s Muha mma diya h Sura ka rta.

Boham, G. 2015. Ka ra kteristik Fisikokimia dan Sensoris Mie Ba sa h berba ha n Ba ku Tepung Sukun (Artoca rpus a ltillis. Fosberg) da n Tepung La bu Kuning (Cucurbita moscha ta . Durch). Skirpsi. JurusanTeknologi Pangan. Fakultas Pertaniaan UNSRAT. [download.portalgaruda.org/article.php].

Gintoe.E. 2009. Penga ruh Intensitas Ca ha ya terha da p Degra da si Wa rna ka rotenoid La bu Kuning (Cucurbita mochata Durch) Pa da Bolu Kukus. Skripsi. J urusa n Kimia . Fa kulta s Sa ins da n Ma tema tika . Universita s Kristen Sa tya Wa ca na .

Hartanti, F. D., Amanto. B. S., & Rahadian, D. 2013. Ka jia n Ka ra kteristik FisikoKimia Tepung Sukun (Artoca rpuscommunis) Termodifika si denga n va ria si Konsentra si da n la ma Perenda ma n Asa m La kta t., Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Sebelas Maret, Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 no 4 Oktober; ISSN; 2302-0733.

Hendrasty, H. K. 2003. Tepung La bu Kuning Pembua ta n da n Pema nfa a ta nnya . PenerbitKanisius, Jogyakarta.

Ifgar. A. 2012. Penga ruh Pena mba ha n Tepung La bu Kuning (Cu curbita moscha ta ) da n Tepung Terigu Terha da p Pembua ta n Biskuit. Skripsi. Jurusan Teknologi Pertanian , Fakultas Pertanian , Universitas Hasanuddin Makassar.

Intan. F., Basito., Anam.C. 2014. Ka jia n Fisikomia da n Sensoori Tepung La bu Kuning (Cucurbita moscha ta Durch) Seba ga i Subtitusi Tepung Terigu pa da Pa da Pembua ta n Eggroll. Jurnal Teknosains Pangan Vol 3 No. 2 April 2014. [Hal 1-19].

Krisnawati. R. 2014. Penga ruh Subtitusi Purre Ubi J a la r Ungu (Ipomea Ba ta ta s) Terha da pMutu orga noleptik Roti Ta wa r. e-J ourna l Boga .Vol 03,No 1. Ha l 79 -88.

(9)

dan Pendidikan Sains VII UKSW. Repository. Uksw. Edu/.../ Prosi_Lydia % 20 NL,% mari. [Hal 182 – 189).

Malithasari. P.,2011. Penga ruh Penambahan berbagai Konsentra si Tepung la bu Kuning (Cucurbita mocha ta Durch) seba ga i Ba ha n Fortifika si pa da Roti Ta wa r. Skripsi. J urusa n Kimia . Fa kulta s Sa ins da n Ma tema tika . Universita s Kristen Sa tya Wa ca na .

Prawitasari, I. Dan Estiningdriati,2012. Kecerna an protein Ka sar dan sera t Kasar serta La ju Digesta pa da Aya m Ara b ya ng Diberi Ra msum denga n Berba ga i Level Azolla Microphylla. Animal Agriculture Journal, 1: 417-83.

Purnamasari. I dan Putri. W. 2015. Penga ruh Pena mba ha n Tepung La bu Kuning da n Na trium Bika rbonat terha dap karakteristik Fla ke Ta la s.Jurnal pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p. 1375-1385.

Ramadhani. G., Izzati. M., Parman. S. 2012. Ana lisiss Pproksima t, Antioksida n dan Kesuka a n Serea l Ma ka na n Da ri Ba ha n Da sa r Tepung J a gung (Zea ma ys L.) da n Tepung La bu Kuning (Cucurbita mocha ta Durch). Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol.XX, No2.

Rachamawati., Novita. R., Miko. A. 2016. Ka ra kteristik Orga noleptik Biskuit Berbasis Tepung La bu Kuning (Cucurbita moscha ta ), Tepung Ka ca ng Koro (Mucuna Prurien), da n Tepung Sa gu (Metroxilon Sa go). Indonesia Journal of Human Ntrition, Juni 2016. Vol.3 No.1 Suplemen: 91- 97.

Rahman, T., Lutfiyanty, H., dan Ekafitri, R., 2011. Optima si Pembua ta n Food Bar Berba sis Pa nga n. Prosiding SNaPP sains, Teknologi, dan Kesehatan. ISSN: 2089-3582. Vol 2, No 1.

Rahmawati. L. 2014. Penga ruh Va riasi Bla nching dan La ma peremda ma n Asa m Asesta t (CH3OOH)

Terha da p Ka ra kterisitik Tepung La bu Kunin g Termodofika si. Jurnal Bioproses Komoditas Tropis. Vol. 2 No. 2, [107-115].

Ratnasari, D dan Yunianta. 2015. Penga ruh Tepung kacang hijau, Tepung la bu kuning, Ma rga ring Terha da p Fisikomia da n Orga noleptik Biskuit. Jurnal Pangan dan Agroindustri vol. 3 No 4 p. 1652-1661.

Rini, W. A. 2008. Penga ruh Penambahan Tepung Koro Gliding (Pha seolus luna tus) Terha da p Sifa t Kimia da n Orga noleptik Mi Ba sa h denga n Ba ha n Ba ku Tepung Terigu ya ng Disubtitusi Tepung Ubi J a la r Ungu (lpoomoea ba ta ta s). Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelae Maret, Surakarta.

Safitri. F., dan Hartini, S. 2013. SubtitusiBua h Sukun (Artoca rpusa ltillis. Forst) da la m Pembua ta n Mie Ba sa h Berba ha n Da sa r tepung Ga plek Berprotein. Seminar Nasional Kimia Sains dan Matematika, [repository.uksw.edu/.../T1_652008002].

Santoso, E. B. 2013. Penga ruh Pena mba ha n Berba ga i jenis da n Konsentra si Susu Terha da p sifa t Sensoris da n Sifa t Fisikokimia Purre La bu Kuning (Cucurbita Mocha ta Durch). Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 3. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Sari, D. 2015. Penga ruh Subtitusi Tepung La bu Kuning (Cucurbita mocha ta ) Terha da p Ka da r Proksima t da n Kerenya ha nBiskuit. Skripsi. Jurusan Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. [4].

Saroinsong. R., Mandey. L., Lalujan. L. 2015. Penga ruh Pena mba ha n La bu Kuning (Cucurbita moscha ta ) Terhada p Kualita s Fisikokimia Dodol. Teknologi Pa nga n [ejournal.unsrat.ac.id].

(10)

SNI 01-3751-2006. Tepung terigu seba ga i ba ha n ma ka na n. Badan Standarisasi Nasional.

Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. 1997. Prosedur Ana lisiss bahan ma kana n da n Perta nia n. Penerbit Liberty Yogyakarta.

Sudarmadji, S. 1984. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Edisi Ketiga. Yogyakarta: Liberty.

Tamba. M., Ginting. S., dan Limbong. L. 2014. Penga ruh subtiitusi tepung la bu Kuning Pa da Tepung Ter igu da n Konsentra si Ra gi Pa da Pembua ta n Dona t. Ilmu dan Teknologi Pangan. Jurnal. Rekayasa Pangan dan Pert. Vol. 2. No. 2. [Hal 117-124].

Wijayanti, Y. 2007. Subtitusi Tepung Gandum (Triticum a estivum) denga n Tepung Ga rut (Ma ra nta a rundina cea L.) pa da Pemb ua ta n Roti Ta wa r.Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Jogyakarta.

Winarno, F. G. 2004. Kimia Pa nga n Da n Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Gambar

Tabel 2. Kadar Gizi (% ± SE ) Prosentase Penambahan Tepung Labu Kuning (%) pada tepung Komposit Terigu dan Sukun
Tabel 3. Kadar Gizi (% ± SE ) Persentasei Penambahan Tepung Labu Kuning (%) pada tepung Komposit Terigu dan Sukun
Tabel 4. Kadar Gizi (% ± SE ) Persentasei Penambahan Tepung Labu Kuning (%) pada tepung Komposit Terigu dan Sukun
Tabel 5. Kadar Gizi (% ± SE ) Persentase Penambahan Tepung Labu Kuning (%) pada tepung Komposit Terigu dan Sukun

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sistem akuntansi keuangan daerah menurut definisi Darise (2008:41) adalah serangkaian proses atau prosedur, yang dimulai dari pencatatan, penggolongan dan

Pokok masalah adalah apakah yang menjadi faktor penyebab perceraian suami istri di desa Nalumsari? Bagaimana perilaku anak akibat perceraian di desa Nalumsari Jepara? Jenis

Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F) memiliki tujuan untuk menguji dari hipotesis yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan transaksional (x1) dan Need For Achivement (x2)

Dari paparan di atas hipotesis yang telah disusun yaitu "Jika penggunaan media kartu kerja dilaksanakan dengan baik maka dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas

Pembuktian dalam pemerikaan perkara pidana melalui pemeriksaan alat bukti informasi dan dokumen elektronik perlu dilakukan dengan cermat dan teliti mengingat

Adapun saran yang disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah; (1) Dalam pembelajaran siswa harus mempersiapkan mental yang baik, lebih percaya diri dan

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh interaksi antara faktor pupuk NPK Pelangi dengan faktor pupuk daun Grow Team M berbeda nyata sampai berbeda sangat nyata

Menurut hasil wawancara dengan Bapak Syahruddin sebagai Penyewa lahan pertanian, jika dalam pelunasan atau pembayaran sewa terjadi masalah, misalnya seperti penyewa